• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

134

PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN

KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA

I r h a m1*, Arif Mardianto2

1

Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jln B. Aceh – Medan Km 280 Buketrata Lhokseumawe.

2

Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jln B. Aceh – Medan Km 280 Buketrata Lhokseumawe.

*

Email : irham.teluk@yahoo.com Abstrak

Kelapa merupakan komoditi perkebunan yang dihasilkan oleh Kabupaten Aceh Utara dengan luas areal tanaman kelapa 15.313 ha atau hampir mencapai 2.100.000 pohon, dan masih terdapat kira-kira 2500 ha yang sudah tidak produktif lagi. Pohon kelapa lokal yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah diteliti mengenai sifat-sifat teknis berupa berat jenis, kuat tarik dan kuat lenturnya yaitu bahwa dari pangkal sampai tinggi 8m dikategorikan kayu kelas kuat I dengan kuat lentur rata-rata 894 kg/cm2 dengan berat jenis 0,823. Adapun sisanya yang mendekati pucuk (lebih kurang 8 s/d 10m atau lebih dari pangkal) tergolong kayu kelas kuat V dengan kuat lentur 110 kg/cm2, karena itu tidak dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan kegiatan IPTEKS ini antara lain ; seleksi para peserta dengan bantuan kepala desa, pendaftaran dan pengarahan, kegiatan teori, peninjauan lapangan untuk mengenal pohon kelapa secara teknis, pemilihan dan pemotongan pohon kelapa lokal, sistem pengeringan secara sederhana, kegiatan praktek pembuatan pohon kelapa di bengkel kayu, dan pemasangan hasil kegiatan di salah satu rumah korban Tsunami. Kemajuan yang didapatkan oleh peserta pelatihan secara umum sangat memuaskan, hasil produk berupa katu kuda-kuda, kosen pintu dan jendela, kemudian dipabrikasi (dipasang) di salah satu rumah korban Tsunami. Kemajuan yang sangat signifikan adalah pengetahuan menggunakan alat-alat mesin bengkel kayu, dan memahami kegiatan pekerjaan berdasarkan prosedure teknik yang baik. Pengenalan kegiatan finishing (pekerjaan akhir dan kerapian) pekerjaan sangat menarik bagi para peserta, karena sebelumnya kurang mendapat perhatian.

Kata kunci : Pohon kelapa lokal, kuat lentur,kosen, kuda-kuda, rumah Tsunami.

Pendahuluan

Kayu merupakan bahan konstruksi yang sangat umum untuk digunakan di bidang bangunan teknik sipil. Kayu ini umumnya diambil di hutan, sehingga hari ke hari hingga saat ini makin sulit diperoleh. Hal ini disebabkan telah berkurangnya bahan baku ini di hutan disebabkan pengambilan dan penanamannya tidak seimbang dan juga maraknya penebangan liar. Akibat dari semua ini seringnya terjadi bencana alam berupa banjir, longsor, dangkalnya penampang aliran sungai, dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian maka penilaian jenis bahan bangunan yang lain seperti pohon kelapa dapat dikembangkan untuk mencari bahan yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

(2)

135

Pohon kelapa saat ini belum begitu populer digunakan sebagai bahan bangunan khususnya di Aceh. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi hasil pengolahan pohon kelapa sebagai konstruksi bangunan. Padahal bila bahan ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka ketergantungan akan bahan kayu dari hutan dapat dikurangi. Lebih luas dari ini semua, bahwa pemanfaatan pohon kelapa akan membantu melestarikan ekosistem hutan dan dapat memanfaatkan pohon kelapa yang tidak produktif untuk digunakan sebagai bahan bangunan yang bernilai ekonomis.

Kelapa merupakan salahsatu komoditi yang dihasilkan oleh kabupaten Aceh Utara. Hasil sensus yang dilaksanakan oleh Bappeda Aceh Utara tahun 2002, mencatat bahwa dikawasan kabupaten Aceh Utara terdapat luas areal tanaman kelapa 15.313 ha, atau hampir mencapai 2.100.000 pohon. Diluar angka tersebut masih terdapat kira-kira 2500 ha yang sudah tidak produktif lagi [3]. Hasil pengamatan yang dilakukan langsung ke lapangan, terutama kegiatan pembangunan perumahan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan proyek konstruksi bangunan yang dikelola oleh swasta dan Pemerintah Daerah, pohon kelapa belum digunakan sebagai bahan konstruksi permanen.

Melalui kegiatan penerapan IPTEKS ini, maka dilakukan sosialisasi dan pelatihan kepada tukang kayu di Aceh Utara berupa pemanfaatan pohon kelapa sebagai bahan konstruksi bangunan yang bersifat permanen seperti digunakan untuk dinding, kosen dan daun pintu, kosen dan daun jendela dan kerangka atap. Disamping itu dengan adanya rekonstruksi pembangunan berbasis pembangunan perumahan masyarakat Aceh yang tertimpa musibah Tsunami, maka kegiatan Iptek ini dapat memberikan solusi yang lebih konprehensif dalam hal pemakaian bahan konstruksi pohon kelapa dan penyiapan tenaga bangunan berupa tukang kayu yang profesional.

Berdasarkan pengamatan pada beberapa lokasi perkebunan kelapa dan kegiatan pembangunan konstruksi di Aceh Utara, maka ditemukan berbagai permasalahan sebagai berikut :

1. Tersedianya sumber bahan baku berupa pohon kelapa yang siap tebang dalam jumlah relatif banyak (tidak produktif menghasilkan buah kelapa), namun belum dimanfaatkan secara optimal untuk bahan bangunan.

2. Pemakaian pohon kelapa masih terbatas untuk konstruksi tidak permanen, digunakan sebagai acuan dan perancah bangunan dan sebagai jembatan darurat di pedesaan. Setelah bangunan selesai, maka bahan tersebut terbuang tanpa dimanfaatkan.

3. Ketidaktahuan masyarakat dan juga tukang bangunan bahwa pohon kelapa dapat digunakan sebagai bahan bangunan secara permanen.

4. Belum adanya pengetahuan dan teknik untuk mengolah pohon kelapa sebagai bahan bangunan, sehingga masyarakat maupun pemerintah daerah masih enggan menggunakan bahan ini.

Pohon kelapa lokal yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah diteliti mengenai sifat-sifat teknis berupa berat jenis, kuat tarik dan kuat lenturnya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari pangkal sampai tinggi 8m dapat digunakan kayu kelas kuat I dengan kuat lentur rata-rata 894 kg/cm2 dengan berat jenis 0,823. Adapun sisanya yang mendekati pucuk (lebih kurang 8 s/d 10m atau lebih dari

pangkal) tergolong kayu kelas kuat V dengan kuat lentur 110 kg/cm2, karena itu tidak

dapat digunakan sebagai bahan bangunan[1,2]. Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara kualitas pohon kelapa layak digunakan sebagai bahan bangunan di Propinsi Aceh, Kondisi ini dimungkinkan karena kayu pohon kelapa dapat digolongkan pada kayu kelas kuat I.

(3)

136

Pada pohon kelapa tidak terdapat gelang tahun sehingga kita tidak dapat menaksir umur pohon kelapa dari melihat tampang melintangnya. Cara untuk menaksir umur pohon kelapa ialah dengan menghitung bekas pangkal daun pada seluruh batangnya. Semakin banyak bekas pangkal daun semakin tua pohon kelapa tersebut. Penebangan pohon kelapa yang akan dimanfaatkan kayunya untuk bahan bangunan. Dianjurkan pada saat akhir musim kemarau. Hal ini karena pada saat tersebut kadar air kayunya rendah. Tinggi rata-rata pohon kelapa dapat mencapai 15 meter sampai 20 meter, untuk keperluan bahan bangunan. Bagian pangkal dibuang kira-kira ½ meter karena sangat keras sehingga sulit dikerjakan. Adapun bagian ujung dibuang juga sepanjang 3 meter sampai 4 meter karena terlalu lunak. Bagian tengah yaitu hati lebih baik dibuang jika akan digunakan sebagai usuk. Tetapi untuk

penggunaan balok-balok besar bagian hati ikut dipergunakan [6].

Setelah pohon kelapa ditebang, selanjutnya dipotong menurut panjang yang telah ditentukan. Biasanya sekitar 3m sampai 4m. Kulit bagian luar dikupas dan selanjutnya sudah bisa digergaji sesuai kebutuhan ukuran yang umum dipasaran. Adapun bentuk ukuran umum dalam pemakaiannya terbatas penggunaannyasebagai balok kap, balok tiang, gording, rangka dinding, rang, usuk. Penggergajian bentuk papan kurang umum, hal ini karena kayu kelapa mempunyai serat yang lebih besar. Setelah diperoleh hasil penggergajian, kayu-kayu dikelompokkan pada masing-masing ukuran. Setelah itu kemudian segera dilakukan pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan cara menyusun kayu-kayu itu menurut suatu sistim penyusunan tertentu.

Kayu dalam keadaan baru ditebang, mengandung kadar air cukup tinggi, sedangkan dalam penggunaannya harus selalu dalam keadaan kering. Maka dari itu kayu yang baru ditebang hendaklah diadakan pengeringan lebih dulu. Pengeringan disini dapat dilakukan secara alam dengan memanfaatkan sinar matahari. Menurut Siswoyo.R.D

[6], tujuan pengeringan kayu ini adalah :

- Untuk menambah kekuatan kayu, hal ini karena bila kayu dalam kondisi kadar air rendah, maka kayu akan lebih kuat.

- Untuk menjaga kestabilan ukuran, seperti diketahui kayu yang masih basah

akan mengalami perubahan volume maupun ukuran apabila sudah kering.

- Untuk mencegah serangan cendawan dan bubuk, ini terjadi karena kayu yang

masih basah yaitu yang kadar airnya masih diatas 20 %, umumnya jasad renik yang menyebabkan pembusukan dan perubahan warna pada kayu akan bertahan hidup. Dan sebaliknya, bila kadar air rendah dibawah 20 % jasad renik tersebut kurang dapat bertahan dengan baik. Dengan demikian kayu tidak akan terserang hewan perusak tersebut.

Metode Penerapan

Langkah awal yang akan dilakukan dalam penerapan IPTEK ini adalah mengumpulkan data tentang kuantitas dan kualitas pohon kelapa di Aceh Utara yang kemudian diikuti dengan survey di lapangan. Untuk memperkenalkan dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan tukang kayu di Aceh Utara, akan dilakukan pelatihan tentang pemakaian bahan bangunan dari pohon kelapa di mulai dari tata cara penebangan, penggergajian, pengeringan kayu hingga pembuatan benda kerja berupa komponen bahan bangunan. Komponen bahan bangunan yang dimaksud seperti kose pintu/jendela, dinding dan rangka atap. Tata kerja yang dirujuk adalah pedoman konstruksi kayu Indonesia [5] dan job sheet kerja kayu di Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe yang merupakan petunjuk kerja yang berlaku di seluruh Politeknik Indonesia [4]. Penuntun ini merupakan buku

(4)

137

standar yang di tetapkan oleh Pusat Pengembangan dan Pendidikan Politeknik Bandung. Sistem pelatihan untuk para tukang kayu disesuaikan dengan pola kegiatan mahasiswa Politeknik, sehingga peserta latih memperoleh pengetahuan tambahan di bidang keselamatan kerja dan disiplin kerja.

Dalam pelaksanaan kegiatan IPTEKS ini, perlu dibuat beberapa tahapan pelaksanaan kegiatan sehingga hasil yang diinginkan tercapai. Adapun cara yang

dikedepankan yaitu dilaksanakan problem solving (pemecahan masalah) sehingga

setiap peserta dapat merasa puas dalam pelatihan ini. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan; seleksi para peserta dengan bantuan kepala desa, pendaftaran dan pengarahan, kegiatan teori, peninjauan lapangan untuk mengenal pohon kelapa secara teknis, pemilihan dan pemotongan pohon kelapa lokal, sistem pengeringan secara sederhana, kegiatan praktek pembuatan pohon kelapa di bengkel kayu, dan pemasangan hasil kegiatan di salah satu rumah korban Tsunami. Setelah semua kegiatan selesai maka para peserta dievaluasi dan dirangking tingkat hasil capaian kegiatan, kemudian kegiatan ditutup dengan halal bi halal.

Dalam kegiatan ini khalayak sasaran berupa tukang kayu yang diseleksi sejumlah 10 orang tukang kayu (umumnya berpendidikan SD) dan dianggap paling potensial untuk dapat dilatih dan mampu membagikan ilmu dan ketrampilan yang diperoleh

kepada sesama teman seprofesi yang lain di daerahnya. Metode yang digunakan

yaitu berupa tahapan berupa teori tentang persyaratan dan pemanfaatan pohon kelapa untuk bahan bangunan. Teori yang diberikan meliputi dari pemilihan batang, tata cara penebangan, penggergajian, pengeringan kayu hingga pembuatan benda kerja. Setelah kegiatan teori selesai, dilaksanakan berupa kegiatan praktek bengkel kayu, yaitu memberikan pemahaman cara membaca gambar kerja kayu dan menghitung kebutuhan bahan yang dipakai untuk suatu item pekerjaan. Selanjutnya peserta pelatihan diberikan latihan ketrampilan dasar kerja kayu sampai finishing

akhir terhadap item pekerjaan tersebut dengan cara praktikum langsung di bengkel kayu.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan selama 3 (bulan) bulan di Desa Meunasah Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kotif Lhokseumawe (dahulu Kab. Aceh Utara), didapat suatu hasil yang cukup memuaskan. Hal ini diindikasikan melalui keberhasilan peserta menyerap ilmu yang disampaikan oleh pelaksana kegiatan dan instruktur.

Adapun sumber bahan baku kelapa berupa pohon berumur sekitar 60 tahun. Pohon ditebang 3 (tiga) batang lalu dipotong dan di proses untuk mendapatkan kayu. Poto dokumentasi disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2 di bawah ini.

(5)

138

Hasil tebangan kayu yang telah dipilih dikeringkan dengan cara ditegakkan di daerah terbuka selama 2 (dua) minggu. Pengeringan memanfaatkan sinar matahari, sistem pengeringan kayu disajikan pada Gambar 3 di bawah ini. Sesuai dengan jadual, kegiatan praktek bengkel dilaksanakan pada bulan September 2006, setiap hari minggu jam 08.00 – 12.30 wib di bengkel UPT Kayu Punteut. Alat bengkel kayu yang digunakan berupa: mesin ketam perata, mesin ketam penebal, mesin gergaji potong, mesin router, mesin amplas, mesin bor, mesin bubut, mesin moulder, mesin gergaji perata dan mesin gergaji belah.

Bahan kayu dari lapangan dibawa ke bengkel untuk selanjutnya di ketam dan di bentuk di bengkel kayu. Dokumentasi kegiatan disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 3. Pengeringan kayu Gambar 4. Pengolahan kayu di Di lapangan Bengkel kayu

Setelah diperoleh benda kerja berupa ; kosen pintu, jendela, daun pintu dan jendela, serta kayu untuk kuda-kuda rumah, maka produk ini dibawa ke salah satu rumah korban Tsunami di desa Meunasah Mesjid. Kondisi awal rumah sebelum dilaksanakan kegiatan IPTEKS, dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. Kegiatan instalasi konstruksi kayu dilaksanakan bulan Oktober 2006, Adapun kegiatan praktek lapangan tersebut disajikan pada Gambar 6 di bawah ini.

(6)

139

Disadari bahwa keterbatasan dana menyebabkan kegiatan ini hanya untuk pembuatan pintu dan jendela serta rangka kuda-kuda.. Walaupun demikian bila dibandingkan dengan keadaan rumah sebelumnya (Gambar 7) dengan rumah setelah dilaksanakan IPTEKS sangat jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 7. Kuda-kuda kayu kelapa Gambar 8. Rumah hasil penerapan Yang terpasang IPTEKS

Secara ringkas indikator keberhasilan kegiatan IPTEKS ini dapat diuraikan, bahwa : 1. Peserta pelatihan telah terampil mengerjakan semua materi latihan dengan baik dan benar.

2. Peserta pelatihan telah dapat mengoperasikan alat-alat mesin kayu dengan baik dan benar serta cara merawat alat.

3. Peserta pelatihan telah dapat melaksanakan kegiatan praktek lapangan secara baik dan benar dengan penerapan berupa pemasangan hasil kerja untuk salah satu rumah korban Tsunami di Desa Meuraksa..

Evaluasi yang digunakan pada kegiatan ini berdasarkan unsur penilaian antara lain;

kesesuaian bentuk, ketepatan dimensi, ketepatan konstruksi, ketepatan

instalasi/praktek lapangan, finishing akhir pekerjaan, dan kerjasama dan sikap. Berdasarkan skor nilai bahwa yang memperoleh nilai sangat baik 3 (tiga) peserta sedangkan yang lainnya sejumlah 7 (tujuh) peserta memperoleh nilai baik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain ;

1. Kerja sama dan motivasi para peserta yang mengikuti pelatihan cukup tinggi, hal ini terlihat semua peserta mengikuti kegiatan hingga selesai.

2. Produk pelatihan telah dapat dimanfaatkan dengan penerapan kepada salah satu rumah korban Tsunami.

3. Para peserta telah dapat pengalaman baru hal penggunaan kayu pohon kelapa lokal untuk konstruksi bangunan, konstruksi tersebut dapat menjadi contoh sebagai bahan sosialisasi penggunaan kayu dari pohon kelapa untuk konstruksi bangunan.

(7)

140

Referensi

[1] Agussalim, 1990, Kuat Tarik sejajar Serat Batang Kelapa, Laporan Penelitian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

[2] Agussalim, 1991, Kuat Lentur Balok Batang Kelapa, Laporan Penelitian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

[3] BAPPEDA Aceh Utara, 2002, Aceh Utara Dalam Angka, Lhokseumawe, ISSN: 0215.2401.

[4] PEDC, 2000, Job Sheet kerja kayu, Pusat Pengembangan dan Pendidikan Politeknik, Bandung.

[5] PPKI, 1971, Pedoman Konstruksi kayu Indonesia, Jakarta.

[6] Siswoyo.R.D, 1995, Manfaat Pohon Kelapa sebagai Bahan Bangunan, Jurnal Ilmiah MITRA, Edisi-IV, juli 1995.

Gambar

Gambar 4.1  Lokasi kayu kelapa lokal                Gambar  4.2  Proses pemotongan
Gambar 3. Pengeringan kayu                       Gambar 4.  Pengolahan kayu di  Di lapangan                                                      Bengkel kayu

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti bahwa jumlah produksi kelapa sawit di Kabupaten Aceh Utara masih dapat ditingkatkan dengan peningkatan jumlah modal, tenaga kerja dan jumlah

Penelitian untuk menilai kelas kesesuaian lahan tanaman kelapa dan jagung pada lima subgroup tanah dataran rendah Aceh Utara yaitu Sulfic Endoaquent, Typic Udipsamment,

Ketiga , bahan ajar yang dihasilkan setelah penelitian ini berupa suplemen bahan ajar tentang pemanfaatan kayu kelapa sebagai alternatif bahan konstruksi bangunan

Sosialisasi dan penyuluhan hukum yang sudah dilakukan di Kabupaten Aceh Utara memberikan hasil bahwa: Pertama: Memberikan pemahaman kepada para perseta terutama

Judul Skripsi : Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit Terolah Secara Amoniasi dan Fermentasi Terhadap Performans Sapi Aceh.. Nama :

JOBEL SIHOMBING , 2015 “Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit Terolah Secara Amoniasi dan Fermentasi Terhadap Performans Sapi Aceh” di bombing oleh R.. EDHY MIRWANDHONO dan

HENRICO FERMI GINTING, 2015: Analisis Usaha Pemanfaatan Pelepah Kelapa Sawit Terolah Secara Amoniasi dan Fermentasi Pada Sapi Aceh Di Kecamatan Selesai.. EDHY

76 - 82 Pemanfaatan Limbah Pelepah Pohon Kelapa Sawit Menjadi Anyaman Piring Lidi di RT 001 RW 003 Kelurahan Muara Fajar Barat Januar Al Amien1, Raden Muhammad Bima Wisesa2, Jonri