• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas dan persepsi siswa dalam implementasi pendekatan understanding by design dalam pembelajaran fisika tentang pemantulan cahaya pada cermin lengkung di SMP Maria Assumpta Klaten - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efektivitas dan persepsi siswa dalam implementasi pendekatan understanding by design dalam pembelajaran fisika tentang pemantulan cahaya pada cermin lengkung di SMP Maria Assumpta Klaten - USD Repository"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS DAN PERSEPSI SISWA DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN UNDERSTANDING BY DESIGN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMANTULAN CAHAYA PADA CERMIN LENGKUNG

DI SMP MARIA ASSUMPTA KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Andreas Damar Kuncoro Aji 101424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEKTIVITAS DAN PERSEPSI SISWA DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN UNDERSTANDING BY DESIGN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMANTULAN CAHAYA PADA CERMIN LENGKUNG

DI SMP MARIA ASSUMPTA KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Andreas Damar Kuncoro Aji 101424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv Maha karya ini penulis persembahkan kepada :

Kau, yang masih membiarkanku bernafas hingga saat ini. Keluargaku, bapak dan ibuk khususnya serta kakak dan adik. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.

“Dunia itu seluas langkah kaki

Jelajahi dan jangan pernah takut melangkah,

hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan

dan menyatu dengannya”.

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Agustus 2014 Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Andreas Damar Kuncoro Aji

NIM : 101424002

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan karya ilmiah saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS DAN PERSEPSI SISWA DALAM IMPLEMENTASI

PENDEKATAN UNDERSTANDING BY DESIGN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMANTULAN CAHAYA PADA CERMIN LENGKUNG DI SMP MARIA ASSUMPTA KLATEN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 5 Agustus 2014 Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

Andreas Damar Kuncoro Aji. (2014). Efektivitas dan Persepsi Siswa dalam Implementasi Pendekatan Understanding By Design dalam Pembelajaran Fisika tentang Pemantulan Cahaya pada Cermin Lengkung di SMP Maria Assumpta Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penilitian ekperimental yang bertujuan untuk mengetahui 1) efektivitas pendekatan Understanding by Design dalam hasil belajar dan keaktifan siswa tentang materi pemantulan cahaya pada cermin lengkung, dan 2)

persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan pendekatan Understanding by Design di SMP Maria Assumpta Klaten. Subyek penelitian ini terdiri dari siswa kelas VIIIA sebanyak 23 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIIIC sebanyak 30 siswa sebagai kelompok kontrol.

Penelitian ini diawali dengan penyusunan instrumen pembelajaran, tes kemampuan awal, pelaksanaannya, observasi keaktifan siswa, tes evaluasi akhir, dan diakhiri penyebaran kuesioner persepsi siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pendekatan UbD memiliki efektivitas dalam hasil belajar dan keaktifan siswa, hal ini ditunjukkan dengan nilai mean untuk kelas eksperimen (77,96) > nilai mean untuk kelas kontrol (67,93). t = 3,308. df = 51. p = 0,001 (p < 0,05); maka signifikan. Sedangkan dari pengamatan rata-rata keaktifan siswa sebesar 83%, termasuk dalam kriteria keaktifan yang sangat tinggi. 2) dari kuesioner diketahui persepsi siswa terhadap pendekatan UbD adalah sebesar 60,87% siswa memiliki persepsi yang sangat baik, dan 39,13% siswa memiliki persepsi yang baik. Item pernyataan (P7) dalam kuesioner paling banyak dipilih siswa, dan item pernyataan (P3) dalam kuesioner paling sedikit dipilih siswa.

(9)

viii ABSTRACT

Andreas Damar Kuncoro Aji. (2014). Effectiveness and Students’ Perception toward

Implemntation Understanding by Design Approach in Physics Learning about Curve Mirror Reflection in SMP Maria Assumpta Klaten. Thesis. Yogyakarta: Physics Education Study Program, Sanata Dharma University.

This research was an experimental research which aimed to know 1) Understanding by Design approach’s effectiveness toward students’ learning achievement and students’ participation on curve mirror reflection material, and 2) Students’ perception toward the use of Understanding by Design approach on Physics learning in SMP Maria Assumpta Klaten. The subject of this research consisted of 23 students of class VIII A as the experiment group and 30 students of class VIII C as the control group.

This research was started by composing learning instruments, pre-test, implementation, observation on students’ participation, evaluation test, and ended by distributing questionnaire on students’ perception.

The research result showed that 1) UbD approach was effective in students’ learning achievement and students’ activity, it was showed by mean score of the experiment class (77,96) >mean score of the control class (67,93). t = 3,308. Df = 51. p = 0,001 (p < 0,05); significant. While the observation on students’ participation showed 83% which was considered as high participation criterion. 2) The questionnaire showed that students’ perception toward UbD approach was 60,87% students had very good perception, and 39,13% students had good perception. Statement item (P7) in the questionnaire was the most chosen by the students, and statement item (P3) in the questionnaire was the least chosen by the students.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Efektivitas dan Persepsi Siswa dalam Implementasi Pendekatan Understanding By Design dalam Pembelajaran Fisika tentang Pemantulan Cahaya pada Cermin Lengkung di SMP Maria Assumpta Klaten”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Proses penelitian ini dikerjakan bersama dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 4 anggota, yaitu Andreas Damar, Dhita Ari , Ruth Trias dan Nadia Narulita. Perbedaan untuk setiap anggota terletak pada tempat pelaksanaan penelitian dan materi pembelajarannya. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberi bantuan dan dukungan terselesainya skripsi ini :

(11)

x

waktu, tenaga, dan dengan sabar memberikan bimbingan, saran serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan semua dosen penguji, atas semua saran dan masukan yang berguna demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan staff Program Studi Pendidikan Fisika, JPMIPA, yang telah memberikan pengetahuan dan dukungan dalam menyelesaikan studi Strata 1 di Universitas Sanata Dharma.

5. Sr. Lidwina Suhartati, OSU selaku Kepala Sekolah SMP Maria Asumpta Klaten yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Stephanus Nunu D, S.Pd selaku guru fisika kelas VIII SMP Maria Asumpta Klaten yang berkenan membimbing, mendukung dan membantu selama peneliti melaksanakan penelitian.

7. Peserta didik kelas VIIIA dan kelas VIIIC SMP Maria Asumpta Klaten, atas kerjasamanya sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8. Kedua orang tuaku serta kakak-adikku, atas segala bimbingan, dukungan, kasih sayang, dan doa yang tulus kepada penulis.

9. Maria Melani Ika Susanti yang selalu menasehati dan mengkoreksi kemajuan penyusunan skripsi sampai penyusunan skripsi selesai.

(12)

xi kesah selama penyusunan skripsi.

12. Fransisca Romana Pertiwi yang selalu menyembunyikan keletihannya untuk menemani dan memberikan semangat.

13. Teman-teman Paguyuban FU10 (Pendidikan Fisika angkatan 2010) atas kebersamaan dalam suka dan suka.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan, bimbingan, dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulisan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 17 Juli 2014 Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

(14)

xiii

A. Pengertian Understanding By Design (UbD) ... 7

B. Pengertian Backward Design... 8

1. Tahap-tahap Merancang Backward Design ...…… 9

2. Bentuk desain Pendekatan UbD ... 13

C. Pengertian Pemahaman (understanding)... 14

D. Aspek-aspek Pemahaman ... 17

E. Tiga Aspek Tujuan Pembelajaran ………... 20

F. Pembelajaran yang Kontruktivistik ……….... 22

G. Efektivitas dan Efisiensi Hasil Proses Pembelajaran ………..…… 24

H. Persepsi Siswa ………...……….... 27

I. Pembelejaran pada Materi Pemantulan Cahaya pada Cermin Lengkung dengan Pendekatan Understanding by Design ………...………..…. 28 J. Model RPP dengan Pendekatan Understanding by Design pada Materi Pemantulan Cahaya pada Cermin Lengkung ………...………... 33 1. Perbedaan dan Kekhasan Pendekatan UbD ………..… 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 40

C. Setting Penelitian………... 41

1. Tempat Penelitian ... 41

(15)

xiv

D. Desain Penelitian ... 41

E. Metode Penelitian ……….. 42

1. Penyusunan Instrumen ……….. 42

2. Proses Pembelajaran ………. 42

3. Pengumpulan Data ……….... 43

F. Instrument Penelitian ……….… 44

1. Desain Proses Pembelajaran ………. 44

2. Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa ……….. 44

3. Tes Hasil Belajar ………..… 46

4. Kuesioner Persepsi Siswa ……….… 47

G. Metode Analisis Data ……… 50

1. Efektivitas Pembelajaran ………..…... 50

a) Efektivitas Hasil Belajar ... 50

b) Efektivitas Proses Pembelajaran (Keaktifan Siswa) …………..………. 53

2. Persepsi Siswa ……….. 54

G. Validitas Instrument ……….………. 56

H. Indikator Keberhasilan ... 57

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA... 58

A. Deskripsi Penelitian ………... 58

1. Penyusunan Instrumen ……….. 58

(16)

xv

a) Dikelas Eksperimen ………. 59

b) Dikelas Kontrol ………...……….... 63

3. Evaluasi Pembelajaran ………..… 64

B. Hasil Penelitian ………..… 64

1. Efektivitas Hasil Belajar dan Peningkatan Pemahaman…….…..……….. 64

a) Nilai Pemahaman Awal (Pre-test) ………... 64

b) Nilai Evaluasi Akhir (Post-test) ………...….. 67

c) Peningkatan Pemahaman dengan Pendekatan UbD ... 73

2. Efektivitas Proses Pembelajaran (Keaktifan Siswa) ……….… 74

3. Persepsi Siswa ……….. 76

C. Pembahasan ………... 78

D. Keterbatasan Penelitian ………. 81

BAB V PENUTUP ………..……….. 83

A. Kesimpulan ………..……….… 83

B. Saran ……….……….… 84

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bentuk desain Pendekatan UbD ... 13

Tabel 2.2 Perbedaan pengetahuan dan pemahaman ... 14

Tabel 2.3 Sifat-sifat pembentukan bayangan pada cermin cekung berdasarkan posisi benda ... 31 Tabel 2.4 Kerangka desain pendekatan UbD ... 35

Tabel 3.1 Indikator keaktifan siswa dikelas ... 45

Tabel 3.2 Lembar pengamatan keaktifan belajar siswa ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal uraian evaluasi akhir dan soal pre-test ... 46

Tabel 3.4 Indikator aspek kuesioner persepsi siswa ... 47

Tabel 3.5 Kuesioner persepsi siswa ... 48

Tabel 3.6 Pernyataan persepsi siswa terhadap pendekatan UbD ... 49

Tabel 3.7 Daftar nilai pre-test kelas eksperimen ... 51

Tabel 3.8 Daftar nilai pre-test kelas kontrol ... 51

Tabel 3.9 Daftar nilai post-test kelas eksperimen ... 51

Tabel 3.10 Daftar nilai post-test kelas kontrol ... 51

(18)

xvii

Tabel 3.13 Kriteria persepsi seluruh siswa terhadap pendekatan UbD ... 55

Tabel 3.14 Pernyataan dalam kuesioner yang dipilih siswa ... 56

Tabel 4.1 Nilai pre-test untuk kelas eksperimen ... 64

Tabel 4.2 Nilai pre-test untuk kelas kontrol ... 65

Tabel 4.3 Hasil analisis statistik perbandingan nilai pre-test kedua kelas ... 66

Tabel 4.4 Nilai evaluasi akhir untuk kelas eksperimen ... 67

Tabel 4.5 Nilai evaluasi akhir untuk kelas kontrol ... 68

Tabel 4.6 Perbandingan nilai akhir evaluasi kedua kelas ... 70

Tabel 4.7 Hasil analisis statistik perbandingan nilai post-test kedua kelas ... 71

Tabel 4.8 Hasil analisis statistik perbandingan nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen ... 73 Tabel 4.9 Hasil pengamatan keaktifan siswa di kelas ... 74

Tabel 4.10 Data hasil kuesioner persepsi siswa ... 76

Tabel 4.11 Persentase persepsi siswa berdasarkan kriteria ... 77

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1. RPP dengan Pendekatan UbD ... 85

Lampiran A2. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 94

Lampiran A3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 103

Lampiran A4. Lembar Kuesioner Persepsi Siswa ... 105

Lampiran A5. RPP Sekolah ... 108

Lampiran A6. Soal Pemahaman Awal (Pre-test)... 123

Lampiran A7. Soal Evaluasi Akhir (Post-test) ... 124

Lampiran A8. Rubrik Penilaian Pre-test dan Post-test... 127

Lampiran B1. Hasil Pengisian Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 133

Lampiran B2. Hasil Pengerjaan Soal Pre-test Kelas Eksperimen ... 145

Lampiran B3. Hasil Pengerjaan Soal Pre-test Kelas Kontrol ... 148

Lampiran B4. Hasil Pengerjaan Soal Post-test Kelas Eksperimen ... 151

Lampiran B5. Hasil Pengerjaan Soal Post-test Kelas Kontrol ... 157

Lampiran B6. Hasil Pengisian Lembar Kuesioner Persepsi Siswa ... 161

Lampiran B7. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 167

Lampiran B8. Hasil Analisis Kuesioner Persepsi Siswa ... 168 Lampiran C1. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari JPMIPA kepada Kepala

Sekolah...

(21)

xx

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Fisika sebagai ilmu pasti alam dan penerapannya yang besar dalam masyarakat membuat konsep-konsep fisika menjadi sangat penting untuk diajarkan. Namun pada kenyataannya, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih sangat rendah dibanding mata pelajaran lain. Walaupun ada beberapa siswa yang mendapat nilai baik dalam pelajaran fisika, akan tetapi mereka tetap kebingungan saat dihadapkan pada persoalan yang berkaitan dengan fisika secara kontekstual.

Sebuah pertanyaan muncul yakni “Mengapa hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran fisika sering kali tidak optimal dan siswa cenderung cepat melupakan konsep fisika yang diajarkan?”. Hal ini dapat ditentukan oleh banyak faktor, antara lain kecenderungan guru yang kurang kreatif dan inovatif dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), atau guru hanya “sekedar mengajar” untuk menyampaikan semua materi tanpa tujuan yang jelas. Sementara itu siswa diposisikan sebagai obyek atau botol untuk menampung sejumlah informasi dari guru secara pasif dan hampir-hampir tidak boleh bergerak, karena sebagian guru masih menganut falsafah “air sulit masuk ke dalam mulut botol yang bergerak“.

(23)

hanya mengajarkan hasil apa saja yang didapat dari fisika secara abstrak kepada siswa, sehingga siswa tidak mengetahui prinsip dan proses yang ada di dalam fisika. Sementara kita tahu bahwa tujuan pembelajaran fisika memiliki tiga aspek, yaitu membangun pengetahuan, proses dan sikap. Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa untuk membangun ketrampilan melakukan proses sains dan sikap sains. Pengetahuan yang berupa konsep-konsep, harus dibangun melalui serangkaian proses sains tersebut (Kartika Budi, dalam Widya Dharma, Vol. 11, No. 2, April 2001).

(24)

dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta membuat siswa mencapai pemahaman yang baik.

Untuk mencapai hasil pembelajaran sesuai yang diinginkan tersebut, maka Rencana Proses Pembelajaran (RPP) harus dibuat sedetail mungkin dan bukan hanya sebagai administrasi guru saja. Tujuan pembelajaran dalam RPP pun harus dibuat jelas dan tepat sasaran. Tujuan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran dan evaluasinya. Akan tetapi realita yang terjadi dilapangan, RPP yang dibuat oleh guru sering tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya ketika mengajar, sehingga tujuan pembelajaran sering tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran dan evaluasinya. Lebih dari itu, RPP hanya dijadikan sebagai pelengkap admimistrasi sekolah saja.

(25)

akhir yang diinginkan, bukti penilaiannya dan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapi hasil tersebut. Langkah-langkah pembelajaran sendiri disusun secara kontekstual dan berpedoman pada prinsip WHERETO. Oleh karena itu, dengan pendekatan UbD diharapkan dapat

membuat siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran, sehingga aspek-aspek pembelajaran dalam fisika dapat tercapai.

Untuk menguji efektivitas pendekatan ini dapat dilihat dari hasil belajar evaluasi akhir siswa atau adanya peningkatan pemahaman siswa, seberapa besar keterlibatan siswa dalam pembelajaran serta bagaimana persepsi siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan UbD. Pengetahuan ini penting bagi guru maupun calon guru agar mereka dapat memilih dengan tepat strategi yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, timbullah keinginan penulis untuk meneliti tentang efektivitas penerapan pendekatan UbD dalam suatu proses pembelajaran. Atas dasar itulah penelitian ini penulis beri judul: Efektivitas dan Persepsi Siswa dalam Implementasi Pendekatan

Understanding by Design dalam Pembelajaran Fisika tentang Pemantulan

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah-masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Sejauh mana efektivitas pendekatan Understanding by Design dalam hasil belajar dan keaktifan siswa tentang materi pemantulan cahaya pada cermin lengkung?

2. Bagaimana persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan pendekatan Understanding by Design di SMP Maria Assumpta Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui efektivitas pendekatan Understanding by Design dalam hasil belajar dan keaktifan siswa tentang materi pemantulan cahaya pada cermin lengkung.

2. Mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan

pendekatan Understanding by Design di SMP Maria Assumpta Klaten.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan penelitian ini, diharapkan diperoleh manfaat bagi :

(27)

- Mendapatkan model rancangan perencanaan pembelajaran (RPP)

yang lebih baik, sehingga semakin memperkaya penggunaan

pendekatan pembelajaran.

- Meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa dalam belajar

fisika dengan penerapan pendekatan Understanding by Design.

2. Bagi siswa

- Memberikan pengalaman belajar baru dengan pendekatan

Understanding by Design.

- Meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa dalam belajar

fisika.

3. Bagi peneliti

- Sarana untuk menerapkan pendekatan pembelajaran

Understanding by Design dalam pembelajaran nyata di sekolah.

- Mengetahui keefektivan model rancangan pembelajaran dengan

(28)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Understanding By Design (UbD)

Understanding by Design (UbD) adalah alat yang semakin populer bagi perencanaan pendidikan difokuskan pada "mengajar untuk memahami" (Wiggins dan McTighe, 2005). Pendekatan pembelajaran baru ini dikembangkan oleh Grant Wiggins dan Jay McTighe (2005) yang ditulis dalam bukunya yang berjudul Understanding by Design Expanded 2nd Edition.

Menurut Wiggins dan McTighe (2005:7), Understanding by Design adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam dan keterlibatan siswa, desain pembelajaran ini berorientasi dari hasil belajar atau cara berpikir tentang pembelajaran, penilaian dan pengajaran yang menempatkan siswa ditengah proses pembelajaran. Dalam penyusunannya, pendekatan ini menggunakan sebuah desain mundur (backward design), dimana rancangan pembelajaran disusun dari belakang. Berawal dari menentukan hasil yang ingin dicapai, kemudian menentukan evaluasi dan langkah pembelajaran untuk mencapai hasil tersebut.

Menurut Wikipedia, Understanding by Design juga diartikan

(29)

perencanaan pembelajaran yang berfokus dan menekankan pada pemahaman siswa. Strategi ini dilakukan berdasarkan kesadaran bahwa tujuan proses pembelajaran adalah mencapai pemahaman (understanding).

Menurut Ken Sanjaya (2010), Understanding by Design adalah sebuah teori untuk yang seharusnya dipakai dalam hal pembuatan kurikulum pendidikan. Teori ini cukup logis untuk diterapkan. Understanding by Design membantu kita untuk tahu secara pasti arah

sebuah pendidikan. Selain itu, UbD juga membuat kita tetap pada tujuan dan tidak salah arah dalam pencapainnya.

Bertolak dari definisi yang telah diutarakan di atas, secara umum Understanding by Design dapat diartikan sebagai suatu pendekatan

dalam merancang suatu kurikulum pembelajaran yang disusun dengan desain mundur (backward design), dimana tujuan pendekatan ini adalah mencapai pemahaman siswa.

B. Pengertian Backward Design

(30)

berfokus pada tujuan (pembelajaran) daripada proses (pengajaran), sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran, atau benar-benar mencapai pemahaman.

Menurut Arham Maulana, backward design adalah proses pembelajaran yang berfokus pada assessment. Assessment dilakukan pada awal kegiatan belajar lalu diikuti dengan aktifitas-aktifitas lainnya. Kemudian, Stephen R. Covey dalam Wiggins and McTighe (2005) menyatakan bahwa unsur utama UbD adalah backward design, dimana dalam penyusunan rancangan pembelajaran dimulai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mendesain yang baik, adalah dengan membuat perbedaan dan perbaikan.

1. Tahap-tahap merancang Backward design

Menurut Wiggins dan McTighe (2005) dalam ASCD Book Understanding by Design, berikut ada tiga tahap dalam merancang backward design, yaitu:

(31)

1) Established Goals (Tujuan utama)

Tujuan utama difokuskan dalam suatu kerangka yang lebih spesifik untuk dipakai dalam membingkai proses pembelajaran secara keseluruhan.

Pertanyaan kunci: “Tujuan apa yang ingin dicapai dari suatu pembelajaran?”

2) Essential Questions (Pertanyaan utama)

Dalam UbD, fokusnya adalah bagian yang dicapai

dengan membingkai tujuan dalam hal “apa” (Wiggins dan

McTighe, 2005:105). Pertanyaan utama harus dibuat

secara nyata dengan kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan kunci: “Pertanyaan yang seperti apa yang akan

memancing siswa berpikir mengarah kepada suatu ide

pembelajaran?”

3) Understanding (Pemahaman)

Pertanyaan kunci: “Ide-ide seperti apa yang akan membuat

siswa paham? Apa yang mendukung proses memahami?” 4) Knowledge and Skill (Pengetahuan dan kemampuan)

Pada akhirnya, pengajaran harus membekali peserta didik untuk dapat menggunakan atau mentransfer pembelajaran mereka.

Pertanyaan kunci: “Apa yang harus siswa ketahui dan

(32)

b) Determine acceptable evidence (Menentukan bukti penilain)

Pada tahap kedua, guru perlu menentukan bukti

penilaian nyata, jika siswa telah mencapai suatu pemahaman.

Untuk menguji hal tersebut maka bukti penilaian dapat dibuat

dalam bentuk sebagai berikut:

1) Tugas

Tugas meminta siswa untuk menerapkan dan

mengarahkan pengetahuan mereka secara langsung

sebagai alat untuk menilai pemahaman dan kemampuan

siswa.

2) Bukti lain

Bukti lain yang dapat merngukur pengetahuan, pemahaman dan kemampuan siswa seperti kuis, test, pengamatan, pekerjaan rumah.

Siswa benar-benar dapat dikatakan memahami jika mereka telah mencapai pada enam aspek pemahaman. Akan tetapi dalam menentukan penilaian, keenam aspek pemahaman tidak harus semua ada dalam bukti penilaian.

(33)

c) Plan learning Experiences and Instruction (Menentukan instruksi dan rencana pembelajaran)

Pada tahap ketiga, peran pokok guru adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, merancang kegiatan dan membimbing siswa agar mereka terlibat dalam proses pembelajaran secara berkesinambungan (Brooks, 1993:5, dalam Slamet, 2008:41). Dalam penyusunan kegiatan pembelajaran, digunakan prinsip dasar WHERETO”, dimana mempunyai arti untuk mengarahkan siswa sebagai berikut:

- W (Where is it

: Menarik perhatian siswa.

- E (Explore and equip)

: Membekali dan membantu siswa untuk berpikir tentang gagasan utama dari materi dan mengeksplorasi pengetahuan siswa.

- R (Rethink and revise)

(34)

- E (Exhibit and evaluate)

: Mengevaluasi pekerjaan siswa.

- T (Tailor to student)

: Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa yang berbeda –beda.

- O (Organize) : Melibatkan siswa secara optimal agar pembelajaran dapat berjalan efektif.

2. Bentuk desain Pendekatan UbD

Menurut Wiggins and McTighe (2005:22), design dan

template dalam Understanding by Design adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Bentuk desain Pendekatan UbD TAHAP 1 – HASIL YANG DIINGINKAN

Tujuan utama (G)

Pemahaman (U) Pertanyaan umum (Q) Siswa akan mengetahui (K) Siswa akan dapat (S)

TAHAP 2 – BUKTI PENILAIAN

Tugas (T) Bukti lain (OE) TAHAP 3 – PERENCANAAN PEMBELAJARAN

(35)

C. Pengertian Pemahaman (understanding)

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Untuk mencapai suatu pemahaman memang dibutuhkan proses yang tidak singkat karena pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245).

Menurut Wiggins dan McTinghe (2005:37), pengertian pemahaman digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Pemahaman sebagai penyimpulan yang bermakna

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin sulit membedakan

antara pengetahuan dan pemahaman sehingga kita kurang bisa

menangkap seseorang tersebut tahu atau paham. Berikut adalah perbedaan antara pengetahuan dan pemahaman (Wiggins dan Mctighe, 2005:38):

Tabel 2.2 Perbedaan pengetahuan dan pemahaman

Pengetahuan Pemahaman

Fakta Arti dari fakta

Bagian dari fakta yang masuk akal

Teori yang mengandung arti yang masuk akal dari fakta itu Menuntut pembuktian Dapat salah dalam proses teori Benar atau salah Permasalahan yang didapat dari

(36)

John dewey (1933, dalam ASCD book, 2005:39), mengatakan bahwa memahami adalah hasil dari fakta untuk memperoleh manfaat bagi pelajar. Untuk memahami makna dari suatu hal peristiwa atau situasi adalah dengan melihatnya dalam hubungan dengan hal-hal lain.

2. Pemahaman sebagai transfer

Pemahaman adalah tentang transfer, agar benar-benar dapat memahami maka diperlukan kemampuan untuk mentransfer apa yang telah kita pelajari untuk mengatasi situasi baru dan keadaan yang membingungkan. Pemahaman dapat dicapai apabila siswa dapat menerima pengetahuan dengan baik. Mengembangkan kemampuan untuk mentransfer belajar seseorang adalah kunci untuk pendidikan yang baik (Bransford, Brown, & Cocking, 2000, pp. 51ff, dalam ASCD book, 2005:40).

Transfer dipengaruhi oleh sejauh mana orang belajar dengan pemahaman daripada hanya menghafal sejumlah fakta atau mengikuti seperangkat prosedur tetap.

3. Pemahaman sebagai kata benda

(37)

dialami siswa. Konsep yang kuat akan membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien.

4. Bukti dari pemahaman.

Bukti pemahaman siswa diperlukan guru untuk dapat

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tersebut. Bukti pemahaman disini melibatkan penilai kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan mereka secara optimal dan menerapkannya secara efektif secara kontekstual. Siswa mengembangkan pemahaman fleksibel tentang kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana menggunakan pengetahuan mereka untuk menyelesaikan memecahkan masalah baru jika mereka belajar bagaimana untuk menghubungkan prinsip-prinsip dasar dan konsep latihan belajar.

(38)

D. Aspek-aspek Pemahaman

Bukti bahwa seseorang telah memahami adalah jika orang tersebut dapat mencapai enam aspek pemahaman sebagai berikut (Wiggins dan McTighe, 2005:82):

1. Menjelaskan (Explanation)

Penjelasan merupakan sebuah pernyataan yang membuat sesuatu lebih dapat diterima dan dapat dipahami dengan cara mendeskripsikan situasi, dan struktur keadaan yang relevan. Penjelasan yang baik adalah penjelasan ynag mengandung unsur mengapa, apa dan bagaimana.

Dalam pelajaran fisika, terkadang siswa hanya sekedar menghafal rumus tanpa memahami apa arti setiap simbol dalam rumus tersebut dan digunakan untuk apa rumus tersebut. Hal ini yang membuat pelajaran fisika menjadi terasa lebih sulit. Dengan demikian, disini siswa dituntut mampu menjelaskan dan memahami suatu rumus dengan baik.

2. Interpretasi (Interpretation)

(39)

misalnya grafik, tabel, simbol, peta konsep. Siswa harus memiliki aktivitas dan penilaian yang meminta mereka untuk menginterpretasi. Siswa diharap mampu menginterprestasi suatu masalah yang dihadapinya, kemudian dari situ diperoleh hasil pemahaman.

3. Penerapan (Application)

Aplikasi merupakan sebuah kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh secara efektif pada situasi atau keadaan yang baru dan situasi yang beragam. Seorang professor fisika tidak dapat mendiagnosa dan memperbaiki lampu yang rusak, hal ini bukan merupakan aplikasi. Aplikasi adalah mencocokan pengetahuan dalam konteks. Dalam aplikasi, dibutuhkan tindakan bukan sekedar kata-kata. Disini guru diminta dapat menyesuaikan pengetahuan dengan konteksnya, serta memberikan aplikasi yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari siswa.

4. Perspektif

Perspektif berkaitan dengan asumsi dan maksud dari pengetahuan secara tegas. Hal tersebut sering terlihat lewat kemampuan bertanya dengan perspektif dan ide yang berbeda, seseorang dapat membuat teori, cerita, dan aplikasi baru.

Bruner (1996, dalam ASCD book, 2005:96) menyatakan bahwa “memahami sesuatu di satu jalan saja akan menghindarkan

(40)

sesuatu disisi lain yang entah itu benar atau salah pada hal ini, itu malah membantu”. Pemahaman ini adalah untuk melihat suatu sudut pandang yang netral dan tidak memihak. Ketika siswa mempunyai perspektif, mereka mendapatkan menjauhkan diri dari teori seorang pemikir yang tidak teliti atau subyektif.

5. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan perasaan orang lain dan perasaan lingkungan sekitar. Ketika kita mencoba memahami orang lain, kelompok atau budaya, berarti kita berusaha untuk berempati. Hal itu tidak sesederhana sifat respon afektif atau simpati, tetapi bagaimana kita bisa lebih merasakan seperti yang orang lain rasa, untuk melihat seperti yang orang lain lihat.

Empati berbeda dengan melihat perspektif. Dengan empati kita dapat melihat dari dalam pandangan diri orang lain, diibaratkan kita berjalan dengan sepatu yang lain. Empati sebagai jalan untuk pengetahuan. Empati adalah bentuk dari pengetahuan untuk memperoleh informasi lebih lanjut dari sesuatu yang baru, aneh, terlihat opini atau orang-orang yang tidak wajar dan artinya bagi mereka. Selain itu dengan empati kita akan mendapatkan pengalaman lebih banyak dalam belajar.

6. Pengetahuan Diri (Self Knowledge)

(41)

dan menjadi lebih paham atau bisa melihat lebih baik diatas kita sendiri. Kelima aspek sebelumnya nantinya akan bersatu dan akhirnya menjadikan aspek terakhir yaitu pengetahuan diri ini menjadi lebih dari sebelumnya.

E. Tiga Aspek Tujuan Pembelajaran

Benyamin S.Bloom menyatakan terdapat tiga aspek/ranah tujuan pembelajaran, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut juga sering disebut dengan taksnonomi Bloom.

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek intelektual seseorang, seperti pengetahuan, pengertian dan ketrampilan berpikir. Dalam ranah ini, dibagi menjadi beberapa tingkatan, sebagai berikut:

a) Mengingat

Kemampuan menyebutkan kembali suatu informasi yang tersimpan dalam ingatan. (Kata kunci: menghafal, menyebutkan kembali, menunjukkan).

b) Memahami

(42)

c) Menerapkan

Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tertentu. (Kata kunci: menerapkan, menggambarkan, menggunakan, mendemostrasikan). d) Menganalisa

Kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atau konsep yang utuh. (Kata kunci: menganalisa, memecahkan, mendiagnosa, menyeleksi).

e) Mengevaluasi

Kemampuan memberikan keputusan tentang sesuatu yang sudah ditetapkan menggunkan sudut pandang. (Kata kunci: menyimpulkan, membandingkan, memutuskan). f) Mencipta

(43)

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan tentang perasaan dan emosi seseorang seperti minat, sikap, pandangan.

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek ketrampilan motorik yang melibatkan fisik seseorang seperti, menulis, bereksperimen, merangkai.

F. Pembelajaran yang Kontruktivistik

Pembelajaran menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa, bukan kegiatan guru. Ukuran dan kualitas pembelajaran tidak terletak pada baiknya guru menerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas belajar siswa, dalam arti seberapa banyak dan seberapa sering siswa terlibat secara aktif (Kartika Budi, dalam Slamet, et.al, 2008:41).

(44)

pengetahuan. Dalam pembelajaran yang kontruktivistik, yang terpenting bukan banyaknya pengetahuan yang siswa peroleh tetapi seberapa tinggi kualitas dan seberapa besar kuantitas siswa dalam proses pembelajaran (Brooks, 1993, dalam Slamet, et.al, 2008:42).

Dalam pembelajaran yang kontruktivistik, diperlukan guru yang kontruktivis (Brooks, 1993:10-112, dikutip Kartika Budi dalam Widya Dharma No.1, Th. XI Oktober 2000:45), yaitu guru yang:

1. Selalu mendorong kemandirian siswa,

2. Menjadikan siswa sebagai problem solver bahkan harus ditingkatkan menjadi problem finder,

3. Menggunakan gejala alam untuk diabstraksi menjadi konsep, hukum, atau teori,

4. Lebih banyak menggunakan pertanyaan terbuka,

5. Sabar untuk tidak segera menyalahkan dan memberitahukan yang benar,

6. Menjadikan kondisi awal siswa sebagai entry point, 7. Membiasakan siswa untuk berdialog dalam kelompok,

8. Menciptakan kondisi yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

(45)

teori yang dikontruksi siswa secara mandiri selama proses pembelajaran. Kemudian aspek proses atau psikomotor siswa juga berkembang melalui kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat ketika siswa terampil melakukan proses sains misalnya dalam percobaan, bagaimana siswa terampil merangkai dan menjalankan alat percobaan. Aspek sikap atau afektif, juga dapat dilihat perkembangannya selama proses pembelajaran lewat bagaimana siswa mampu bekerja sama dalam kelompok, mampu berdikusi dengan baik dalam kelompok selama proses pembelajaran.

G. Efektivitas dan Efisiensi Hasil dan Proses Pembelajaran

(46)

Menurut Davis, agar dapat mencapai hasil yang optimal maka proses pun harus disesuaikan, yaitu:

1. Ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum,

2. Cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik,

3. Lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan,

4. Ada variase metode pembelajaran,

5. Pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara berkesinambungan,

6. Memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya.

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98).

(47)

belajar mengajar. Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2. Terlibat dalam pemecahan masalah;

3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil–hasil yang diperolehnya;

7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;

8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

(48)

H. Persepsi Siswa

Persepsi siswa merupakan suatu proses pengamatan, pemaknaan dan penafsiran yang dilakukan oleh siswa terhadap suatu objek, sehingga siswa dapat memperoleh kesan dan pandangan, serta menanggapi objek tersebut. Schiffman dalam Veronika P. Srikamti (2008:16) menjelaskan aspek-aspek persepsi adalah sebagai berikut:

1. Kognisi

Aspek ini meliputi bagaimana pandangan seseorang mengenai obyek sosial dan kejadian-kejadian yang dialaminya dalam lingkungan sosialnya.

2. Afeksi

Aspek ini meliputi bagaimana perasaan seseorang terhadap obyek sosial dan kejadian-kejadian yang dialaminya dalam lingkungan sosial.

Menurut Azwar dalam Suparyanto (2011), untuk mengukur persepsi dapat digunakan skala Likert. Skala Likert adalah suatu skala yang biasa digunakan untuk menghitung skala yang berkaitan dengan teori dan teknik dalam pengukuran pendidikan dan psikologis, mencakup pengukuran pengetahan, kemampuan, pandangan, sikap yang biasanya terdapat pada kuesioner.

(49)

I. Pembelejaran pada materi Pemantulan Cahaya pada Cermin Lengkung dengan Pendekatan Understanding by Design

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali pristiwa-pristiwa yang berhubungan dengan konsep cermin lengkung, atau cermin cekung dan cembuing. Beberapa persoalan yang menyangkut konsep cermin lengkung tersebut kerap muncul dalam benak kita, misalnya: Mengapa reflektor lampu kendaraan dibuat berbentuk cekung? Mengapa ketika kita bercermin pada spion bayangan kita tampak lebih kecil? Bagaimana cara menentukan jarak fokus suatu cermin lengkung? Persoalan-persoalan tersebut dapat dijawab jika kita memahami konsep pemantulan cahaya pada cermin lengkung.

Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya lengkung

seperti permukaan bola. Cemin ini dibedakan atas cermin cekung

(konkaf) dan cermin cembung (konveks). Pada gambar dibawah tampak

sinar datang pada cermin cekung berhadapan dengan permukaan pantul

yang bentuknya seperti permukaan dalam bola, sedangkan pada cermin

cembung sinar datang berhadapan dengan permukaan pantul yang

merupakan permukaan luar bola.

(50)

Bagian-bagian cermin lengkung secara dua dimensi antara lain:

Gambar 2.2 Bagian-bagian cermin lengkung ditunjukkan dengan lingkaran

Keterangan gambar:

SU : sumbu utama cermin;

O : titik pusat cermin;

F : titik fokus cermin (titik cahaya berkumpul menjadi satu);

M : titik pusat kelengkungan cermin;

R : jari-jari kelengkungan cermin (jarak dari titik pusat cermin ke

titik pusat kelengkungan cermin dalam cm);

f : jarak fokus (jarak dari titik pusat cermin titik fokus ke dalam

cm).

Cermin lengkung, baik itu cermin cekung atau cembung memiliki jarak fokus f yang besarnya setengah jari-jari kelengkungan cermin tersebut. Secara matematis dapat ditulis:

f = 𝑹

𝟐

... (1)

dengan, f : jarak fokus (cm)

(51)

1. Cermin Cekung

Cermin cekung memiliki sifat mengumpulkan cahaya, sebagai contoh adalah pada reflektor lampu kendaraan yang dibuat cekung dengan tujuan cahaya yang terpantul dapat berkumpul pada satu tempat (titik fokus).

Untuk melukiskan jalannya sinar pembentukan bayangan dan sifat bayangan oleh cermin cekung perlu mengikuti 3 sinar istimewa cermin cekung:

a) Sinar yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui fokus utama.

b) Sinar yang melalui fokus utama akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

c) Sinar yang melalui pusat kelengkungan cermin akan

dipantulkan melalui pusat kelengkungan itu lagi.

Berikut contoh menggambar pembentukan bayangan, jika benda berada di ruang III :

(52)

Sifat bayangan tergantung dimana letak benda didepan

cermin, sebagai acuannya:

Tabel 2.3 Sifat-sifat pembentukan bayangan pada cermin cekung berdasarkan posisi benda

Posisi benda Sifat bayangan

Antara O-F (Ruang 1) Maya, tegak, diperbesar Tepat di F - (tak hingga)

Antara F-R (Ruang 2) Nyata, terbalik, diperbesar Tepat di R Terbalik, sama besar Dibelakang R (Ruang 3) Nyata, terbalik, diperkecil

2. Cermin Cembung

Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya. Sebagai contoh adalah spion kendaraan yaang dibuat dengan cermin cembung agar bayangan yang terbentuk lebih kecil, sehingga daerah jangkauan menjadi lebih luas.

(53)

Karena titik fokus dan jari-jari kelengkungan ada dibelakang cermin, maka sifatnya adalah maya dan bernilai negatif. Dengan demikian, seberapa jauh benda dari depan cermin, sifat bayangannya hanya ada satu saja, yaitu: maya, tegak dan diperkecil.

3. Hubungan antara jarak benda, jarak banyangan dan jarak fokus

Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), dan jarak fokus (f) pada cermin lengkung, secara matematis dapat ditulis:

... (1

Untuk mencari jarak bayangan, maka kita perlu mengetahui nilai s dan f dengan cara mengukur panjangnya s dan f terlebih dahulu.

Untuk mencari perbesaran bayangan (M), dapat diccari dengan membandingan variabel bayangan dengan benda. Bisa variabel tinggi (h), bisa juga variabel jarak (s). Untuk variabel bayangan biasanya disimbolkan dengan tanda aksen (). Secara matematis dirumuskan:

(54)

4. Pengaplikasian konsep cermin lengkung dalam kehidupan sehari-hari:

a) Penggunaan konsep cermin cekung pada antena parabola Antena parabola dibuat cekung karena digunakan untuk menangkap sinyal. Seperti halnya pada cermin cekung, berkas cahaya akan menuju pada antena parabola (reflektor) kemudian dipantulkan menuju pada satu titik, dimana dititik tersebut diletakkan penangkap sinyal.

b) Penggunaan konsep cermin cembung pada kaca spion kendaraan

Spion kendaraan menggunakan cermin cembung karena akan menghasilkan sifat bayangan yang diperkecil, sedangkan jika cermin datar akan menghasilkan sifat bayangan yang sama besar. Oleh karena bayangan yang dihasilkan lebih kecil, jadi daerah jangkauan/tangkapan pada cermin cembung menjadi terlihat lebih luas pada spion jika dibanding dengan cermin datar. Sehingga akan menjadi lebih aman ketika berkendara.

J. Model RPP dengan Pendekatan Understanding by Design pada Materi Pemantulan Cahaya Pada Cermin Lengkung

(55)

desain penyusunan rencana rancangan pembelajaran (RPP) menggunakan backward design, dimana hasil yang ingin dicapai harus ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya diikuti dengan menentukan bukti penilaian dan menentukan langkah pembelajarannya dengan prinsip

WHERETO. Untuk lebih jelasnya, adalah sebagi berikut:

Ide utama : Mendeskripsikan konsep pemantulan cahaya pada cermin lengkung yang diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

Tabel 2.4 Kerangka desain pendekatan UbD

TAHAP 1

HASIL YANG DIINGINKAN

Tujuan : - Siswa dapat menggunakan persamaan pada cermin lengkung.

- Siswa dapat melukiskan pembentukan bayangan pada permantulan cermin lengkung serta menyimpulkan sifat bayangannya.

- Siswa dapat mengaplikasikan konsep pemantulan cahaya pada cermin lengkung pada kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan utama :

1. Jenis cermin apa yang dipakai untuk spion kendaraan? Mengapa? 2. Mengapa antena parabola berbentuk lengkung (cekung)?

3. Mengapa kita dapat melihat acara di TV yang dipancarkan oleh stasiun TV pusat? Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Pemahaman :

(56)

- Cermin lengkung terdiri dari cermin cekung dan cembung, yang memiliki beberapa bagian, seperti jari-jari kelengkungan, fokus, pusat kelengkungan cermin dan sumbu utama. Cermin cekung akan memantulkan cahaya pada satu titik sedangkan cermin cembung akan memantulkan cahaya pada beberapa titik.

- Untuk melukiskan pembentukan bayangan pada cermin cekung dan cembung dapat menggunakan sinar-sinar istimewa untuk masing-masing cermin. Kemudian menentukan sifat bayangan dari hasil pembentukan bayangan tersebut.

- Untuk mencari nilai jarak bayangan (s’), tinggi bayangan (h’) dan perbesaran bayangan (M) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan-persamaan pada cermin lengkung.

Pengetahuan dan Keterampilan : Siswa akan mengetahui :

- Cermin cekung memiliki sifat mengumpulkan sinar sedangkan cermin cembung menyebarkan sinar.

- Tiga sinar istimewa untuk cermin cekung atau cembung digunakan untuk melukiskan pembentukan bayangan.

- Sifat bayangan dapat diketahui melalui gambar pembentukan bayangan.

- Penggunaan cermin cekung dan cembung dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa akan dapat :

- Menjelaskan bagian-bagian dan sifat cermin lengkung.

- Menggambar pembentukan bayangan pada cermin cekung dan cembung.

- Mengidentifikasi sifat-sifat bayangan.

(57)

TAHAP 2 BUKTI PENILAIAN Tugas :

Tugas untuk dikerjakan pada lembar kerja siswa :

- Mengukur jarak fokus cermin cembung dan cermin cekung.

- Menentukan jarak benda dan jarak bayangan, tinggi benda dan tinggi bayangan, kemudian menganalisis perbesaran bayangan dari hasil pemantulan cahaya tersebut.

- Menggambar jalannya sinar pembentukan bayangan untuk masing-masing pemantulan pada cermin cembung dan cermin cekung.

- Menulis kesimpulan dari hasil-hasil penemuan siswa.

Bukti lain : - Soal latihan

1) Sebuah pensil yang tingginya 2 cm diletakkan tegak lurus pada sumbu utama cermin cekung yang jarak fokusnya 4 cm dan jarak pensil terhadap cermin 10 cm. Tentukan :

a. Jarak bayangan. b. Perbesaran bayangan. c. Tinggi bayangan.

d. Gambar pembentukan bayangannya. e. Sifat bayangan.

2) Sebuah benda setinggi 4 cm diletakkan 8 cm didepan cermin cembung yang jarak fokusnya 3 cm. Tentukan :

a. Jarak bayangan. b. Perbesaran bayangan. c. Tinggi bayangan.

d. Gambar pembentukan bayangan. e. Sifat bayangannya.

(58)

1) Bagaimana pengaplikasian prinsip kerja cermin cekung pada pengumpul sinar matahari dari pembangkit listrik tenaga surya? Jelaskan!

- Keaktifan siswa dikelas

(lembar pengamatan keaktifan belajar siswa dikelas)

TAHAP 3

RENCANA PEMBELAJARAN

Rencana pembelajaran dibuat dengan menggunakan prinsip WHERETO, sebagai berikut:

1. W : Where is it (dari mana pengetahuan siswa datang)

Siswa diberikan pengenalan awal tentang materi pemantulan cahaya pada cermin lengkung.

2. H : Hook the student (menarik perhatian siswa)

Menghubungkan konsep pemantulan cahaya pada cermin lengkung untuk pristiwa sehari-hari.

3. E : Equip, Explore (melengkapi, eksplorasi pengetahuan siswa) Membekali siswa dengan konsep-konsep dalam materi kemudian mengeksplorasi pengetahuan siswa.

4. R : Rethink and Revise (berfikir ulang dan memperbaiki)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk memikirkan kembali dan memperbaikai pemahaman mereka melalui latihan-latihan soal. 5. E : Evaluate (evaluasi)

(59)

6. T : Tailored (menyesuaikan minat siswa)

Menyesuaikan pembelajaran dengan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa dengan berbagai media dan metode belajar. 7. O : Organize (melibatkan)

Melibatkan siswa secara aktif agar tercipta pembelajaran yang efektif.

RPP dengan pendekatan UbD dapat dilihat pada lampiran A1.

1. Perbedaan atau Keistimewaan pendekatan UbD

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya maka dapat

diketahui bahwa pendekatan UbD mempunyai keistimewaan bahwa

pembelajaran UbD mengacu pada hasil akhir pemahaman siswa

yang ingin dicapai. Selanjutnya dari hasil yang ingin dicapai

tersebut dapat dibuat bukti penilaian bahwa siswa telah mencapai

pemahaman yang diinginkan. Kemudian dalam penyusunan

langkah pembelajaran harus dibuat secara kontekstual yang

berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari agar hasil akhir

yang diinginkan dicapai.

Akan tetapi jika dibandingkan dengan RPP yang biasa

digunakan di sekolah, RPP dengan pendekatan UbD ini

mempunyai prinsip yang sama, dimana saling membuat siswa

(60)

menyusun rancangan pembelajaran juga berprinsip sama seperti

pada rancangan pembelajaran sekolah pada umumnya (eksplorasi,

elaborasi, konfirmasi). Kekhasan pendekatan UbD terletak pada

penggunaan WHERETO pada langkah pembelajaran. Hal tersebut

membuat alur pembelajaran menjadi lebih terstruktur dan lebih

detail jika dibanding model pembelajaran yang lain.

Pembelajaran dengan pendekatan UbD yang diterapkan pada

materi pemantulan cahaya untuk cermin lengkung ini diyakini akan

dapat dipahami lebih baik oleh siswa jika dibandingkan dengan

(61)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pendekatan Understanding by Design (UbD) dalam proses pembelajaran, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Menurut Paul Suparno (2010:135-137), penelitian eksperimental mempunyai kelompok yang digunakan sebagai percobaan, yaitu kelompok yang menerima treatment. Penelitian eksperimental juga memiliki kelompok kontrol sebagai pembanding. Kelompok kontrol ini yaitu yang tidak menerima treatment.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Suparno (2010:9), populasi yaitu kumpulan pengukuran tentang orang, binatang, benda, kejadian, dll. yang dapat diidentifikasi. Populasi yang akan dijadikan sumber penelitian adalah siswa-siswi SMP Maria Assumpta Klaten, tahun ajaran 2014/2015.

2. Sampel

(62)

sebagai kelas kontrol. Jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 53 siswa.

C. Setting penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Maria Assumpta Klaten, yang terletak di

Jalan Bali No 19 Klaten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015,

pada tanggal 4 sampai 27 Maret 2014.

D. Desain penelitian

Desain penelitian Quasiexperimental ini adalah menggunakan

Nonequivalent Control-Group Design, yaitu membandingkan dua kelompok

yang berbeda diberi treatment berbeda dan diukur setelahnya.

Gambar 3.1 Desain penelitian

Keterangan :

X1 : kelompok kelas eksperimen, dengan pre-test diawal dan diberi treatment

khusus (pengajaran menggunakan Rencana Pelaksaan Pembelajaran

(63)

X2 : kelompok kelas kontrol, dengan pre-test diawal dan diberi treatment

umum (pengajaran menggunakan RPP sekolah) dan dilihat hasilnya

dengan post-test diakhir.

E. Metode penelitian

Penlitian ini termasuk penelitian eksperimen, yang meliputi lima tahap,

yaitu (1) penyusunan instrumen, (2) proses pembelajaran, (3) pengumpulan

data, selanjutnya lebih detail pada instrumen yang digunakan kemudian cara

analisis data, dan terakhir pembuatan laporan.

1. Penyusunan Instrumen

Untuk kelas eksperimen, hal pertama yang dipersiapkan peneliti

sebelum perlakuan adalah membuat instrumen pembelajaran. Instrumen

tersebut terdiri dari soal pre-test untuk mengetahui pemahaman awal

siswa, Rancangan Proses Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa

(LKS) dengan pendekatan Understanding by Design, dan soal post-test

sebagai evaluasi akhir. Sedangkan untuk kelas kontrol, instrumen

pembelajaran berasal dari sekolahan, atau RPP yang biasanya guru

gunakan untuk mengajar.

2. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan

pemantulan cahaya pada cermin lengkung. Dalam pelaksanaan

pembelajaran, untuk kelas eksperimen menggunakan rancangan

(64)

menggunakan rancangan pembelajaran di sekolah pada umumnya. Untuk

mengetahui apakah pengetahuan awal siswa kedua kelas sama atau

berbeda, maka peneliti memberi pre-test. Setelah treatment selesai

dilakukan, kedua kelas diadakan evaluasi akhir berupa post-test untuk

mengetahui bagaimana pemahaman yang dicapai siswa.

3. Pengumpulan data

Data yang diperlukan adalah data-data yang berkaitan dengan

efektivitas pembelajaran, baik efektivitas proses pembelajaran (keaktifan

siswa) dan efektivitas hasil pembelajaran (pemahaman siswa), serta

persepsi siswa terhadap pendekatan UbD selama mengikuti pembelajaran.

Data efektivitas proses pembelajaran dikumpulkan melalui pengamatan

keaktifan siswa dikelas selama proses pembelajaran. Data efektivitas hasil

dikumpulkan melalui tes hasil belajar, sebelum dan sesudah treatment.

Sedangkan data yang berkaitan dengan persepsi dikumpulkan dengan

kuesioner.

Dalam peneliatian ini, peneliti tidak sendirian dalam merancang

instrument, melaksanakan pembelajaran dan mengumpulkan data, peneliti

dibantu oleh guru fisika sekolah SMP Maria Assumpta Klaten yaitu

Bapak Stephanus Nunu. Dalam penelitian ini, peneliti menjadi pengajar

(65)

F. Instrument Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Instrumen penelitian ini terdiri dari (a) desain proses pembelajaran, (b) lembar pengamatan keaktifan siswa, (c) tes hasil belajar, dan (d) kuesioner persepsi siswa.

1. Desain proses pembelajaran

Desain proses pembelajaran terdiri dari Rencana Proses

Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan Understanding by Design

mengenai materi Pemantulan cahaya pada cermin lengkung dan Lembar

Kerja Siswa (LKS) yang dapat memandu dan memudahkan siswa selama

mengikuti proses pembelajaran, sehingga diharapkan dapat melibatkan

siswa secara aktif. LKS dapat dilihat pada lampiran A2.

2. Lembar pengamatan keaktifan siswa

(66)

Tabel 3.1 Indikator keaktifan siswa dikelas

Aspek Indikator Keaktifan Kode Sub

Kode Menjelaskan Siswa mengungkapkan gagasan A A

Interpretasi

Siswa melakukan percobaan 1

C C1 Siswa melakukan percobaan 2 C2 Siswa mengerjakan latihan soal 1

D

D1 Siswa mengerjakan latihan soal 2 D2 Siswa mengerjakan pekerjaan

rumah D3

Empati Siswa mampu bekerja sama

dalam kelompok E E

Sudut

pandang Siswa mengajukan pertanyaan F F

Berdasarkan indikator pengamatan diatas, maka dapat dibuat tabel

pengamatan keaktifan belajar dikelas sebagai berikut:

Tabel 3.2 Lembar pengamatan keaktifan belajar siswa

Kode siswa

Indikator keaktifan

(67)

3. Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui efektivitas pendekatan Understanding by Design dalam pembelajaran jika dibandingkan pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah. Untuk mengetahui hal tersebut maka, pertama kedua kelas diberi pre-test untuk mengetahui pemahaman awal kedua kelas. Soal pre-test terdiri dari 5 soal uraian yang dibuat oleh peneliti. Selanjutnya, post-test sebagai evaluasi akhir akan diberikan pada setiap akhir treatment yang soalnya terdiri dari gabungan soal evaluasi dari guru dan dari peneliti.

Soal evaluasi akhir terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda dan 3 butir soal uraian yang mempunyai bobot soal yang sama seperti pre-test. Soal pilihan ganda dipilih guru supaya pada evaluasi akhir terdapat variasi bentuk soal, selain itu soal pilihan ganda dapat membantu siswa ketika mengerjakan soal uraian yang memiliki kesulitan lebih. Soal uraian sendiri dipilih karena lebih dapat digunakan untuk melihat pemahaman siswa. Soal uraian dirancang sesuai tujuan pembelajaran dengan kisi-kisi berikut:

(68)

Tujuan Pembelajaran

4. Kuesioner persepsi siswa

Persepsi siswa dibatasi pada pernyataan senang atau tidak

senang, setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung

terhadap kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan UbD. Untuk mengetahui bagaimana umpan balik siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan UbD, maka peneliti memberikan kuesioner diakhir pertemuan. Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan tertutup, dimana dalam setiap butir pernyataannya terkandung aspek-aspek seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Indikator aspek kuesioner persepsi siswa

No Aspek Sikap Nomor Butir Kuesioner Jumlah 1 Rasa senang 15, 14, 13, 9 4

2 Perhatian 5, 6 2

(69)

No Aspek Sikap Nomor Butir Kuesioner Jumlah

Tabel 3.5 Kuesioner persepsi siswa

No Pernyataan Skor

1 2 3 4 1 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya merasa

antusias mengikuti pembelajaran ketika guru menyampaikan dengan beberapa media pembelajaran. 2 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, guru

menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga membuat saya mengerti apa yang akan dipelajari.

3 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, tugas yang diberikan guru membantu saya memahami dan mengingat kembali materi yang diberikan.

4 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya senang karena bekerja sama secara berkelompok.

5 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya lebih mengerti ketika guru membahas pekerjaan siswa dan menyimpulkan materi secara bersama-sama.

6 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya senang ketika guru ikut mengamati dan mengarahkan ketika kelompok sedang bereksperimen.

7 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya tertantang untuk berpendapat ketika guru memberi permasalahan terkait materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

8 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, guru menjelaskan materi pembelajaran atau prosedur kerja dengan jelas sehingga saya lebih paham.

(70)

No Pernyataan Skor 1 2 3 4 10 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya lebih

mengerti karena dapat mengamati dan mengaplikasikan materi pembelajaran secara langsung melalui eksperimen. 11 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, guru

menyampaikannya dengan metode pembelajaran bervariasi sehingga saya tidak malas.

12 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya dapat mengambil kemampuan memecahkan masalah ketika guru memberikan persoalan.

13 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya senang karena dapat leluasa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang materi yang belum jelas.

14 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya suka pembelajaran fisika yang hanya dilakukan di dalam kelas. 15 Di dalam pembelajaran yang baru dilakukan, saya merasa

puas mengikuti pembelajaran karena pembelajaran lebih melibatkan siswa sehingga saya lebih paham akan materi.

Keterangan pilihan siswa:

4 = Sangat Setuju 2 = Tidak Setuju

3 = Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan indikator tersebut, maka dapat dibuat tabel hasil

jawaban siswa terhadap pendekatan UbD sebagai berikut:

Tabel 3.6 Pernyataan persepsi siswa terhadap pendekatan UbD

(71)

G. Metode Analisis Data

1. Efektivitas Pembelajaran

a) Efektivitas Hasil Belajar

Efektivitas hasil belajar dapat dilihat dari perbandingan hasil

evaluasi akhir kedua kelas. Pre-test digunakan untuk mengetahui tingkat

pemahaman awal siswa kedua kelas. Soal pre-tet terdiri dari 5 soal uraian

dan memiliki skor total soal adalah 70. Selanjutnya, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa yang telah dicapai dari kedua kelas, maka dapat diukur melalui post-tets evaluasi akhir. Soal post-test terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 3 soal uraian. Skor total untuk soal pilihan ganda adalah 10, sedangkan skor total untuk soal uraian adalah 58. Skor total untuk keseluruhan soal adalah 68. Bobot soal post-test sama dengan soal pre-test. Kurang lengkapnya jawaban siswa dapat mengurangi skor setiap butir soal sesuai dengan rubrik penilaian pre-test. Rubrik penilaian dapat

dilihat pada Lampiran A8.

Berdasarkan ketentuan penskoran diatas, maka nilai masing-masing

siswa dapat diperoleh sebagai berikut:

Nilai siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 𝑕𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100%

Setelah dievaluasi maka peneliti membuat daftar nilai pre-test

Gambar

Gambar 2.2 Bagian-bagian cermin lengkung ditunjukkan dengan lingkaran ....
Tabel 2.2 Perbedaan pengetahuan dan pemahaman
Gambar 2.1 a) Pemantulan cahaya pada bola bagian dalam
Gambar 2.2 Bagian-bagian cermin lengkung ditunjukkan dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait