• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

Ni Wayan Eka Wiyandani S. 012214076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Mei 2008

Penulis,

(6)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Ni Wayan Eka Wiyandani S.

Nomor Mahasiswa : 012214076

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS EFISIENSI LAYOUT PROSES PRODUKSI

Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 21 Mei 2008

Yang menyatakan

(7)

Ni Wayan Eka Wiyandani S. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo dan menguji efisiensi layout tersebut.

Untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan oleh PG Madukismo, dilakukan pengamatan atas efisiensi layout PG Madukismo yang dibandingkan dengan konsep layout berdasarkan teori. Sedangkan untuk mengetahui layout

yang diterapkan PG Madukismo digunakan Metode Analisis Layout. Analisis ini meliputi 3 kriteria. Pertama, output yang dihasilkan per hari. Kedua, desain

layout, dan ketiga, jumlah stasiun kerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis layout yang diterapkan PG

Madukismo adalah layout produk. Kapasitas sesungguhnya (3.280,93

(8)

Ni Wayan Eka Wiyandani S. Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objectives of this research were to identify the layout applied at PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo, and to examine the efficiency of the layout.

Data were collected and analyzed as follows 1) Describing the layout concept applied by PG Madukismo to know the type of layout of PG Madukismo which comparing the layout concept of the company and the theory. 2) Employing the Layout Analysis Method to know the efficiency of layout implementation. This analysis consists of three criteria. First, the daily output resulted. Second, the layout design employed. Third, numbers of workstation established.

(9)

Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

judul Analisis Efisiensi Layout Proses Produksi. Studi Kasus pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo Kasihan Bantul Yogyakarta.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat

menyelesaikan kuliah dan memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas

Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi

ini tidaklah mudah. Banyak kendala yang dialami penulis selama menyusun

skripsi ini, namun karena kesabaran dan ketekunan serta bantuan yang sangat

besar dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan dari berbagai pihak sega la kendala tersebut dilalui dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. R omo Dr. I r. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., M .Sc selaku Rektor

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Alex K ahu Lantum, M . S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan setia membimbing

serta mengarahkan penulis saat penyusun skripsi ini.

3. Bapak Drs. H endra Poerwanto G., M . Si. selaku Kepala Program Studi

(10)

terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk menimba ilmu dan

berproses bersama di Universitas Sanata Dharma.

5. I bu Anyo sebagai Kepala Bagian SDM dan Umum, Bapak Putu sebagai

Kepala Bagian Instalasi, Bapak Bambang sebagai Kepala Bagian Pabrikasi

PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo. Terima kasih atas waktu dan

kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian di PT

Pabrik Gula Madu Baru Madukismo. Mohon maaf apabila ada kekurangan

dan kesalahan.

6. Bapak I M ade Gunana dan I bu Sunarti yang selalu sabar dan mendukung

dalam segala hal. Terima kasih atas segala pengorbanan yang telah diberikan

dan doa-doanya yang tidak pernah berhenti.

7. Dik Galuh dan Dik K omang, terima kasih untuk semangat dan keceriaannya.

8. K eluarga Besar K etut N erken dan T armudj i, terima kasih untuk perhatian

dan dukungannya.

9. I K adek Arya Parnata. Terima kasih untuk cinta dan dukungannya.

10.Sahabat-sahabatku : K enyut, Febrian, Bekti, K omang, Dewi, Anya, Berta,

Pendol, Santi T ea, Santi Sarj ito, Adit, H arpi. Terima kasih untuk semuanya.

11.Keluarga Besar Flamboyan 35 : M bak Cece dan M as Arga (Terima kasih atas

pinjaman komputernya), Lely (Terima kasih atas pinjaman notebooknya),

(11)

demi kesempurnaannya skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak,

khususnya yang berkaitan dengan bidang yang sama.

Penulis,

(12)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Batasan Masalah... 3

D. Tujuan Penelitian... 3

E. Manfaat Penelitian... 3

F. Sistematika Penulisan... 4

(13)

D. Pengertian Layout... 14

E. Pengertian Perencanaan Layout ... 15

F. Tujuan Perencanaan Layout... 16

G. Prinsip Dasar Penyusunan Layout... 18

H. Prosedur Perencanaan Layout Fasilitas Produksi... 20

I. Jenis-jenis Layout... 21

J. Keseimbangan Lini dan Metode Analisis Layout... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian... 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian... 34

E. Definisi Operasional... 34

F. Data yang Dibutuhkan... 35

G. Teknik Pengumpulan Data... 35

H. Metode Analisis Data... 36

BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 40

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan... 40

B. Lokasi Perusahaan... 42

(14)

G. Partisipasi Perusahaan Terhadap Program Pemerintah... 58

H. Limbah Industri... 58

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Analisis Data ... 61

B. Pembahasan... 75

BAB VI. KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran... 79

C. Keterbatasan... 79

DAFTAR PUSTAKA

(15)

5.1 Urutan Pekerjaan dan Hubungan Antar Pekerjaan... 64

5.2 Perhitungan Efisiensi Penggunaan Tenaga Kerja Dengan Siklus Waktu

0,4389 menit dan 0,4431 menit ... 69

(16)

2.1 Proses Produksi Pabrik...12

2.2 Layout Proses ...22

2.3 Layout Produk ...25

2.4 Layout Kelompok ...27

2.5 Layout Posisi Tetap ...29

4.6 Proses Produksi Gula PT Madu Baru...57

5.7 Diagram Urutan Pekerjaan pada PT PG Madu Baru Madukismo ...62

5.8 Desain Layout Produk Berdasarkan Jumlah Stasiun Kerja ...63

(17)

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, khususnya di Indonesia banyak didirikan perusahaan yang

bergerak dalam bidang industri dan jasa. Akibatnya terjadi persaingan yang

semakin ketat diantara para pengusaha. Kondisi persaingan industri yang

semakin ketat, baik dari kualitas maupun kuantitas menuntut pihak

manajemen untuk memikirkan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan perusahaan, yaitu memperoleh laba yang optimal, mengembangkan

serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu

dibutuhkan teknik pelaksanaan operasi yang baik, yaitu pengatur produksi

barang-barang dalam jumlah, kualitas, harga, waktu, biaya serta tempat

tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga dengan demikian

tujuan perusahaan tercapai.

Pengaturan yang baik di dalam teknik pelaksanaan produksi adalah tempat

produksi berlangsung, atau pengaturan tata letak fasilitas produksi. Pengaturan

tata letak pada suatu perusahaan atau yang sering disebut layout merupakan salah satu keputusan ya ng sangat penting dalam kelancaran kegiatan proses

produksi. Apabila keputusan yang diambil kurang tepat dalam menentukan

(18)

produksi yang tidak perlu dilakukan. Jadi sebelum layout diputuskan sebaiknya perencanaan layout dilakukan terlebih dahulu.

Perencanaan layout adalah pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi, tempat kerja, tempat penyimpanan dan

fasilitas service, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung

perusahaannya (S. Reksohadiprodjo dan I. GitoSudarmo, 2000:127). Maka

tujuan dari perencanaan layout pada dasarnya adalah untuk meminimumkan biaya-biaya dan meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala fasilitas

produksi dan area kerja. Sehingga pada akhirnya perusahaan dapat mencapai

tujuan yang diharapkan yaitu dengan biaya yang minimal dapat memperoleh

hasil yang optimal, serta dapat memenuhi persyaratan-persyaratan pesanan

dan pasar yang ada. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk

mengambil judul Analisis Efisiensi Layout Proses Produksi, Studi Kasus pada Perusahaan PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

(19)

C. Batasan Masalah

Penulis hanya membatasi masalah yang menyangkut layout fasilitas produksi yang berupa mesin- mesin pengolah dan fasilitas- fasilitas penunjang

lainnya yang berhubungan langsung dengan proses produksi, khususnya

mesin- mesin produksi di Pabrik Gula Madukismo.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan oleh perusahaan.

2. Untuk mengetahui apakah layout yang digunakan perusahaan sudah efisien atau belum.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan dan kebijakan bagi pihak

manajemen, khususnya dalam masalah tata letak fasilitas proses produksi.

2. Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi karya ilmiah

perpustakaan, serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian

(20)

3. Penulis

Penelitian ini diharapkan akan dapat memperluas pengetahuan dan

pengalaman penulis dalam menerapkan teori yang telah diperoleh di

bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya di perusahaan.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi review penelitian sebelumnya dan uraian teoritis dari hasil studi pustaka. Uraian ini digunakan sebagai landasan berpijak

dalam mengolah data.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan dan membahas tentang jenis penelitian, subjek

dan objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, variabel

penelitian, definisi operasional, data yang diperlukan, teknik

pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini memberikan gambaran dan informasi umum tentang

(21)

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan hasil pengolahan data, analisis data,

pembahasan, dan jawaban dari masalah yang dirumuskan.

Bab VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

Bab ini berisi tentang kesimpulan ya ng diambil dari penelitian dan

saran-saran dari penulis atas hasil penelitian serta keterbatasan

(22)

A. Review Penelitian Sebelumnya

1. Ida Kurniawati (1996)

Penelitian yang dilakukan oleh Ida Kurniawati dengan judul Analisis Efisiensi Layout Proses Produksi (Studi Kasus pada CV Setia Kawan, Purwokerto) bertujuan untuk mengetahui apakah layout yang diterapkan CV Setia Kawan sudah efisien. Penelitian ini dilakukan pada bulan

April-Mei 2000.

Metode analisis yang digunakan adalah Metode Analisis Layout. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa layout yang diterapkan CV Setia Kawan sudah efisien. Hal ini terbukti bahwa

kapasitas sesungguhnya (31 kg/hari) lebih besar daripada kapasitas standar

(25 kg/hari). Desain layout merupakan garis yang efisien, karena jam menganggur pekerjanya (1,25 jam) lebih kecil daripada jam menganggur

pekerja untuk siklus waktu maksimum (7,33 jam). Jumlah stasiun kerja

yang digunakan CV Setia Kawan paling sedikit (4 stasiun kerja), sesuai

dengan hasil perhitungan Theoretical Minimum.

2. Edeltrudis Baben (1999)

Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis Baben dengan judul

(23)

bertujuan untuk mengetahui jenis layout apa yang diterapkan oleh perusahaan dan untuk mengetahui apakah layout yang diterapkan tersebut sudah efisien atau belum. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April

2003.

Analisis data untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan oleh NV NTC-Ruteng dilakukan dengan mendeskripsikan hasil pengamatan

mengenai layout, dengan konsep layout berdasarkan teori. Sedangkan untuk mengetahui sejauhmana layout yang diterapkan NV NTC-Ruteng efisien menggunakan Metode Analisis Layout.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan yaitu pertama,

layout yang digunakan NV NTC-Ruteng adalah layout produk atau layout

garis. Kedua, layout yang diterapkan NV NTC-Ruteng sudah efisien. Hal ini terbukti dari jumlah output yang dihasilkan telah memenuhi kapasitas

standar bahkan lebih (output standar = 35 kg/hari dan output

sesungguhnya = 36,5 kg/hari), desain layout perusahaan merupakan garis yang efisien di mana jam menganggur pekerjanya untuk siklus waktu per

unit 1,78 jam, lebih kecil dibandingkan jam menganggur pekerja untuk

siklus waktu maksimum yang mencapai 3,09 jam dan jumlah stasiun kerja

layout perusahaan sudah minimal sesuai dengan perhitungan Theoretical Minimum yaitu menggunakan 4 stasiun kerja.

3. Berta Damayanti Rahayu (2001)

Penelitian yang dilakukan oleh Berta Damayanti Rahayu dengan judul

(24)

Primissima Medari Sleman Yogyakarta) bertujuan untuk mengetahui jenis layout yang diterapkan PT Primissima dan menguji efisien layout

tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2004.

Peneliti melakukan analisis data untuk mengetahui jenis layout yang digunakan PT Primissima dengan mengambil data-data dari perusahaan

dan mengamati secara langsung pada bagian produksi. Sedangkan untuk

mengetahui apakah desain layout yang diterapkan PT Primissima efisien menggunakan Metode Analisis Layout.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis layout yang digunakan PT Primissima adalah layout produk. Kapasitas sesungguhnya (71,89 meter/hari/mesin) sama dengan kapasitas standar (71,89 meter/hari/mesin).

Desain layout perusahaan merupakan desain garis yang efisien dengan siklus waktu yang menghasilkan jam menganggur pekerja (77,19 menit)

lebih kecil daripada siklus waktu maksimum yang menghasilkan jam

menganggur pekerja (77,25 menit). Kedua kriteria tersebut memenuhi

persyaratan efisien, sedangkan kriteria ketiga jumlah stasiun yang

digunakan belum minimal. Berdasarkan analisis Theoretical Minimun

perusahaan hanya membutuhkan 2 stasiun kerja tetapi pada kenyataannya

(25)

B. Manajemen Operasi

1. Definisi Manajemen Operasi

Pengertian manajemen operasi menurut Barry Render dan Jay Heizer

(2001:2), manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat

barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Zulian

Yamit (2003:5) menjelaskan manajemen operasi adalah kegiatan untuk

mengolah input melalui proses transformasi atau pengubahan atau konversi sedemikian rupa sehingga menjadi output yang dapat berupa barang atau jasa. Roger G. Schroeder (1989:4) mengatakan bahwa

manajemen operasi adalah pengambilan keputusan dalam fungsi operasi.

Manajemen operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau

jasa dalam organisasi. Manajemen operasi mengambil keputusan yang

berkenaan dengan suatu fungsi operasi dan sistem transformasi yang

digunakan.

Adapun Hani Handoko (2000:8) mendefinisikan manajemen operasi

sebagai usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber

daya-sumber daya (atau sering disebut faktor- faktor produksi)seperti tenaga

kerja, mesin- mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya, dandalam

proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai

bentuk atau jasa. Menurut Lalu Sumayang (2003:4), manajemen operasi

adalah suatu pengelolaan proses pengubahan atau proses di mana

(26)

2. Ruang Lingkup Manajemen Operasi

Sebagai suatu sistem manajemen operasi memiliki karakteristik

seperti mempunyai tujuan, yaitu menghasilkan barang atau jasa;

mempunyai kegiatan, yaitu proses transformasi; adanya mekanisme yang

mengendalikan pengoperasian. Seluruh input yang digunakan dalam sistem manajemen operasi adalah komponen struktural yang membentuk

sistem, sedangkan manajemen dan organisasi merupakan komponen

fungsional yang dipengaruhi oleh aspek lingkungan. Berdasarkan sistem

manajemen operasi sebagai acuan, maka ruang lingkup manajemen

operasi dapat dirumuskan dengan melihat keterkaitan antara ketiga aspek

sebagai berikut:

a. Aspek Struktural

Aspek struktural memperlihatkan konfigurasi komponen yang

membangun sistem manajemen operasi dan interaksinya satu sama

lain. Komponen bahan merupakan elemen input yang akan

ditransformasikan sesuai dengan bentuk dan kualitas produk yang

diinginkan. Komponen mesin dan peralatan merupakan elemen

penyusun wahana bagi terjadinya proses transformasi. Sedangkan

komponen manusia dan modal merupakan elemen penggerak dan

pencipta terwujudnya wahana transformasi.

b. Aspek fungsional

Aspek ini berkaitan dengan manajemen dan organisasi komponen

(27)

penerapan, pengendalian, maupun perbaikan agar diperoleh kinerja

optimum.

c. Aspek lingkungan

Aspek lingkungan memberikan dimensi lain pada sistem manajemen

operasi yang berupa pentingnya memperhatikan perkembangan dan

kecenderungan yang terjadi luar sistem. Hal ini sangat penting

mengingat kelanjutan suatu sistem sangat tergantung pada kemampuan

beradaptasi pada lingkungan.

Dari uraian di atas, dapat dis impulkan ruang lingkup manajemen

operasi berkaitan dengan pengoperasian sistem operasi, pemilihan serta

penyiapan sistem operasi (Zulian Yamit, 2003:5-6).

C. Proses Produksi

1. Definisi Proses Produksi

Menurut Zulian Yamit (2003:123) proses produksi dapat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia,

bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna. Dari

definisi di atas dapat dilihat bahwa proses produksi pada hakekatnya

adalah proses pengubahan (transformasi) dari bahan atau komponen (input) menjadi produk lain yang mempunyai nilai tinggi atau dalam proses terjadi penambahan nilai, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.1

(28)

Gambar 2.1 Proses Produksi Pabrik

Sedangkan menurut Pangestu Subagyo (2000:8) menjelaskan

bahwa proses produksi atau proses operasi adalah proses perubahan

masukan menjadi keluaran yang lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya.

2. Macam-Macam Proses Produksi

Penentuan tipe proses produksi didasarkan pada faktor- faktor seperti

volume atau jumlah produk yang akan dihasilkan, kualitas produk yang

diisyaratkan, peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Menurut

Pangestu Subagyo (2000:9) dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Proses Produksi Terus- menerus

Proses produksi terus-menerus atau continous adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan dan barang

tersebut diproduksi dalam jumlah yang sangat besar. Urutan proses

produksinya selalu sama sehingga letak mesin- mesin serta fasilitas

produksi yang lain disesuaikan dengan urutan proses produksinya agar

produksi berjalan lancar dan efisien.

Proses produksi continous biasanya juga disebut proses produksi yang berfokuskan pada produk atau product focus. Karena biasanya setiap produk disediakan fasilitas produksi tersendiri yang meletaknya

Input Sisa-sisa proses Proses Transformasi

(29)

disesuaikan dengan urutan proses pembuatan produk itu. Arus barang

dalam proses produksi menyerupai garis sehingga sering dikatakan

sebagai line flow.

b. Proses Produksi Terputus-putus

Proses produksi terputus-putus atau intermittent digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang yang bermacam- macam, dengan

jumlah setiap macam hanya sedikit. Macam barang selalu

berganti-ganti sehingga selalu dilakukan persiapan produksi dan penyetelan

mesin kembali setiap macam barang yang dibuat berganti. Dikatakan

proses produksi terputus-putus karena perubahan proses produksi

setiap saat terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang

dikerjakan. Oleh karena itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin

sesuai dengan urutan proses pembuatan barang.

Proses produksi terputus-putus biasanya disebut juga proses produksi

yang berfokus pada proses atau process focus. Arus barang pada proses produksi ini bersifat beraneka ragam atau jumbled flow karena setiap macam barang memiliki urutan proses yang berbeda-beda.

c. Proses Produksi Campuran

Dalam kenyataannya kedua macam proses produksi di atas tidak

sepenuhnya berlaku. Hal ini disebabkan macam barang yang

dikerjakan memang berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu banyak dan

(30)

D. Pengertian Layout

Menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gito Sudarmo (2000:127),

layout fasilitas pabrik merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan pada peralatan-peralatan,

perlengkapan-perlengkapan, mesin- mesin atau fasilitas-fasilitas produksi yang harus diatur

sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil produksinya dapat

diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang sesuai, dapat diselesaikan tepat

pada waktunya dan dengan biaya yang minimum.

Layout pabrik adalah tata letak atau tata ruang. Artinya, cara penempatan fasilitas-fasilitas yang digunakan di dalam pabrik. Fasilitas-fasilitas itu

misalnya mesin- mesin, alat-alat produksi, alat pengangkutan barang, tempat

pembuangan sampah, kamar kecil, jam dan alat-alat pengawasan (Pangestu

Subagyo, 2000:79).

Menurut Barry Render dan Jay Reizer (2001:272) berpendapat bahwa

layout merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Hani Handoko (2000:105)

mengatakan, penentuan layout peralatan dan proses produk meliputi

pengaturan letak fasilitas- fasilitas operasi termasuk mesin- mesin, personalia,

bahan-bahan, perlengkapan untuk operasi, penanganan bahan (material handling), dan semua peralatan serta fasilitas untuk terlaksananya proses produksi dengan lancar dan efisien.

Adapun pendapat Zulian Yamit (2003:130) menyimpulkan bahwa

(31)

fasilitas produksi guna memperlancar proses produksi yang efektif dan efisien.

Sehingga sedikit sekali layout yang sudah ditetapkan oleh perusahaan mengalami perubahan, karena menghentikan operasi untuk merubah layout

membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

E. Pengertian Perencanaan Layout

Perencanaan layout menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gito Sudarmo (2000:127) adalah pemilihan secara optimum penempatan

mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi, tempat kerja, tempat penyimpanan dan

fasilitas service, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung

perusahaannya. Zulian Yamit (2003:130) menyimpulkan perencanaan layout

mencakup susunan atau rencana fisik dari fasilitas- fasilitas industri, termasuk

ruangan yang dibutuhkan untuk perpindahan bahan, penyimpanan, tenaga

kerja tidak langsung dan semua jasa atau aktivitas penduk ung lainnya, seperti

personalia dan peralatan operasi.

Apabila pengaturan tata letak fasilitas pabrik terencana secara baik, maka

dapat berpengaruh terhadap efisiensi dan kelancaran proses produksi suatu

industri. Secara normal, sekali tata letak sudah dilakukan dan berlangsung

dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami perubahan, maka apabila

terjadi kekeliruan dalam mengatur tata letak fasilitas pabrik akan

menyebabkan kerugian yang tidak kecil. Dengan demikian, desain produk

(32)

secara optimum jika perencanaan tata letak fasilitas pabrik dilakukan secara

sembarangan (Zulian Yamit, 2003:130).

F. Tujuan Perencanaan Layout

Menurut Zulian Yamit (2003:130), tujuan utama yang ingin dicapai dalam

perencanaan tata letak fasilitas pabrik pada dasarnya adalah untuk

meminimumkan biaya atau meningkatkan efisiensi dalam pengaturan segala

fasilitas produksi dan area. Secara spesifik tujuan tata letak fasilitas pabrik

akan dapat memberikan manfaat-manfaat dalam sistem produksi, yaitu

sebagai berikut:

1. Meningkatkan Jumlah Produksi

Layout yang baik akan memberikan kelancaran proses produksi, sehingga pada akhirnya akan memberikan output yang lebih besar dengan biaya yang sama atau lebih sedikit, serta jam tenaga kerja dan

jam kerja mesin lebih kecil.

2. Mengurangi Waktu Tunggu

Layout yang baik akan memberikan keseimbangan beban dan waktu antara satu mesin dengan mesin atau departemen dengan departemen

yang lain, sehingga dapat mengurangi penumpukan bahan dalam

(33)

3. Mengurangi Proses Pemindahan Bahan

Desain layout yang baik akan meminimumkan aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi sedang berlangsung, sehingga akan

memberikan jarak pemindahan bahan yang minimum pula.

4. Penghematan Penggunaan Ruangan

Terjadinya penumpukan material dalam proses dan jarak antara masing- masing mesin yang terlaku berlebihan akan menambah luas

bangunan yang dibutuhkan. Sedangkan dengan perencanaan layout

yang optimum akan menghasilkan penggunaan ruangan yang lebih

efisien atau mengurangi pemborosan pemakaian ruangan.

5. Efisiensi Penggunaan Fasilitas

Layout yang terencana secara baik, dapat menciptakan pendayagunaan elemen produksi seperti tenaga kerja, mesin maupun peralatan yang

lain secara lebih efektif dan efisien.

6. Mempersingkat Waktu Proses Produksi

Dengan memperpendek jarak antara satu mesin dengan mesin yang

lain atau antara satu operasi dengan operasi yang lain, serta

mengurangi penumpukan bahan dalam proses atau mengurangi waktu

tunggu, maka yang diperlukan dari bahan baku untuk berpindah dari

satu operasi ke operasi lainnya akan dapat diperpendek. Jadi secara

keseluruhan waktu proses produksi mulai dari bahan baku hingga

menjadi produk jadi akan dapat pula diperpendek, yang berarti

(34)

7. Meningkatkan Kepuasan dan Keselamatan Kerja

Pengaturan layout secara baik akan dapat menciptakan suasana ruangan dan lingkungan kerja yang nyaman, aman, tertib dan rapi,

sehingga kepuasan dan keselamatan kerja akan dapat lebih baik serta

meningkatkan produktivitas kerja.

8. Mengurangi kesimpang-siuran

Banyaknya material yang menunggu, gerakan yang tidak perlu, dan banyaknya perpotongan (intersection) dari aliran proses produksi akan menyebabkan kesimpang-siuran yang akhirnya dapat mengakibatkan

kemacetan. Perpindahan material secara teratur dan selalu bergerak akan mengurangi kesimpang-siuran dan kemacetan di dalam aktivitas

penanganan bahan. Layout yang baik akan memberikan ruangan yang cukup untuk seluruh rangkaian operasi dan proses dapat berlangsung

dengan mudah dan sederhana.

Dari uraian di atas, memberikan kejelasan bahwa perencanaan tata letak

fasilitas pabrik adalah dimaksudkan untuk mengatur segala fasilitas fisik dari

sistem produksi agar mendapatkan hasil yang optimum.

G. Prinsip Dasar Penyusunan Layout

Berdasarkan tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dalam pengaturan

tata letak fasilitas produksi yang secara baik, dapat disimpulkan prinsip dasar

perencanaan pengaturan tata letak fasilitas pabrik menurut Zulian Yamit

(35)

1. Integrasi Secara Total

Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak fasilitas pabrik dilakukan secara

terintegrasi dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi

menjadi satu unit organisasi yang besar.

2. Jarak Perpindahan Bahan Paling Minimum

Waktu perpindahan bahan dari satu proses ke proses lainnya dalam suatu

industri dapat dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan tersebut

seminimum mungkin.

3. Memperlancar Aliran Kerja

Sebagai kelengkapan dari prinsip jarak perpindahan bahan seminimum

mungkin, prinsip memperlancar aliran kerja diusahakan untuk

menghindari adanya gerakan aliran balik (back-tracking), gerakan memotong (cross movement), kemacetan (congestion). Dengan kata lain,

material diusahakan bergerak terus tanpa adanya interupsi atau gangguan skedul kerja.

4. Kepuasan dan Keselamatan Kerja

Layout yang baik apabila pada akhirnya mampu memberikan keselamatan dan keamanan dari orang yang bekerja di dalamnya. Jaminan keselamatan

ini akan memberikan suasana kerja yang menyenangkan dan memuaskan.

5. Fleksibilitas

Layout yang baik dapat juga mengantisipasi perubahan-perubahan dalam bidang teknologi, komunikasi maupun kebutuhan konsumen. Produsen

(36)

pabrik diatur dengan memperhatikan prinsip fleksibilitas. Fleksibel untuk

diadakan penyesuaian atau pengaturan kembali (relayout) maupun layout

yang baru dapat dibuat dengan cepat dan murah.

H. Prosedur Perencanaan Layout Fasilitas Produksi

Perencanaan tata letak fasilitas pabrik berhubungan erat dengan proses

perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan pekerja

di masing- masing stasiun kerja (work station). Pada dasarnya tahapan pengaturan semua fasilitas pabrik dapat dibedakan dalam dua tahap, yaitu :

Tahap 1 : Mengatur tata letak mesin dan fasilitas proses produksi lainnya

dalam setiap departemen.

Tahap 2 : Mengatur tata letak departemen serta hubungannya dengan

departemen yang lain dalam pabrik.

Untuk mengatur letak mesin dan fasilitas produksi maupun letak

departemen dalam pabrik, prosedur umum yang dilaksanakan sebagai

langkah-langkah proses perencanaan tata letak fasilitas pabrik, baik

menyangkut fasilitas produksi yang sudah ada (relayout) maupun pengaturan fasilitas produksi dari pabrik baru adalah sebagai berikut :

a. Analisis produk dan proses produksi yang diperlukan.

b. Penentuan jumlah mesin dan luar area yang dibutuhkan.

c. Penentuan tipe layout yang dikehendaki. d. Penentuan aliran kerja dan bahan.

(37)

f. Rencana secara detail layout yang dipilih.

I. Jenis-jenis Layout

Terdapat empat dasar tipe layout yang secara umum dipakai dalam perencanaan tata letak fasilitas pabrik menurut Franklin G. Moore dan

Thomas Hendrick (1989:311), yaitu :

1. Layout Proses

Menurut Pangestu Subagyo (2000:82), layout proses (functional layout

atau job lot) adalah pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik yang didasarkan atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi

yang ada.

Dalam layout proses ini, tipe dan karakteristik dari peralatan adalah faktor yang paling dominan dalam pengaturan letak fasilitas pabrik.

Produk diproses dengan menggerakkannya dari satu bagian ke bagian lain

menurut urutan operasi yang harus dilakukan. Layout proses dapat digambarkan sebagai suatu tipe yang menyediakan keluwesan yang besar

dalam output, desain produk dan metode- metode proses pabrikasinya (Zulian Yamit, 2003:134).

Menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gitosudarmo

(2000:129-130) layout proses biasanya dipergunakan untuk perusahaan-perusahaan yang memenuhi pesanan di mana banyak terdapat

pesanan-pesanan yang berbeda baik bentuk, kualitas maupun jumlahnya. Contoh

(38)

Gambar 2.2 Layout Proses

Sifat-sifat, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan layout proses menurut Pangestu Subagyo (2000:83-84) seperti berikut ini :

a. Sifat-sifat layout proses

1) Macam barang yang dibuat banyak, selalu berubah- ubah dan

jumlah yang dibuat setiap macam sedikit.

2) Mesin yang digunakan biasanya bersifat serba guna. Artinya, dapat

dipakai untuk mengerjakan beberapa macam. Apabila macam

barang dan cara mengerjakannya berubah, maka mesin dapat

disetel sesuai dengan kebutuhan.

3) Routing atau penentuan urut-urutan proses pembuatan barang biasanya selalu berubah- ubah. Hal ini tergantung dari macam

barang yang akan dibuat. Oleh karena itu, perencanaan layout

biasanya dilakukan terlebih dahulu berdasarkan prakiraan

kebutuhan penggunaannya tanpa berdasarkan pada routing.

Pabrik A Bagian III

Barang Jadi Masukan

(39)

4) Keahlian tenaga kerja yang mengerjakan biasanya bersifat

fleksibel. Artinya, karyawan yang bekerja dapat mengerjakan

beberapa macam barang sesuai dengan kebutuhan.

5) Banyak memerlukan instruksi kerja serta instruksi kerja harus

jelas.

6) Kualitas barang hasil produksi sangat tergantung pada keahlian

karyawan yang mengerjakan.

b. Kebaikan-kebaikan layout proses

1) Fleksibel, dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macam

barang.

2) Investasi pada mesin- mesin dan fasilitas produksi yang lain lebih

murah daripada layout garis sebab menggunakan mesin serba guna. c. Kelemahan-kelemahan layout proses

1) Biaya produksi setiap barang lebih mahal karena macam barang

yang dikerjakan selalu berganti- ganti.

2) Pekerjaan perencanaan dan pengawasan produksi lebih sering

dilakukan karena macam barang yang dikerjakan berganti- ganti

dan urutan prosesnya berubah-ubah.

3) Pengangkutan barang di dalam pabrik lebih sulit dan simpang-siur

karena arus pekerjaan selalu berubah- ubah.

(40)

2. Layout Produk

Menurut Pangestu Subagyo (2000:80) layout produk atau sering disebut sebagai layout garis (line layout) adalah pengaturan letak mesin-mesin atau fasilitas produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas

urut-urutan proses produksi dalam membuat suatu barang. Barang yang

dikerjakan setiap hari selalu sama dan arus barang yang dikerjakan setiap

hari juga sama seolah-olah menyerupai garis (meskipun tidak selalu garis

lurus) sehingga dikatakan sebagai layout produk karena pada zaman dahulu setiap produk memiliki layout tersendiri, yang tidak dapat digunakan untuk mengerjakan produk yang lain.

Tata letak berdasarkan aliran produk ini merupakan layout yang paling populer dan sering digunakan untuk pabrik yang menghasilkan produk

secara masal (mass-production) dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk jangka waktu relatif lama. Caranya adalah mengatur

penempatan mesin tanpa memandang tipe mesin yang digunakan atau

diatur dengan prinsip “mechine after mechine”, dengan urutan operasi dari satu bagian ke bagian yang lain atau dari satu sub rakitan yang lain hingga

produk selesai diproses. Dengan demikian, setiap pos kerja apakah mesin

atau meja kerja melakukan setiap operasi dari pos sebelumnya, kemudian

meneruskan produk ke pos berikutnya di dalam garis dimana operasi

selanjutnya akan dilakukan, seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 (Zulian

(41)

Gambar 2.3 Layout Produk

Tujuan utama dari tata letak seperti ini adalah untuk mengurangi

proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan dalam kegiatan

produksi.

Sifat-sifat, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan layout

produk menurut Pangestu Subagyo (2000:80-82) adalah sebagai berikut :

a. Sifat-sifat layout produk

Sifat-sifat yang dimiliki layout produk ini sangat berbeda, bahkan berlawanan dengan layout proses.

1) Macam produk yang dihasilkan sedikit dan jumlah setiap macam

banyak.

2) Mesin yang digunakan biasanya mesin khusus, yang hanya dapat

mengerjakan satu macam pekerjaan sesuai dengan kebutuhan pada

urutan penempatan mesin itu.

3) Perencanaan layout biasanya didasarkan pada routing.

4) Tenaga kerja yang diperlukan adalah tenaga kerja khusus, yang

sesuai dengan kebutuhan mesin yang dilayani.

Masukan Barang

Jadi Mesin Mesin Mesin Mesin

(42)

5) Kualitas barang hasil produksi lebih banyak ditentukan oleh mesin

daripada keahlian karyawan.

6) Memiliki keseimbangan kapasitas mesin, artinya kapasitas mesin

satu dengan yang lain harus sama.

b. Kebaikan-kebaikan layout produk 1) Biaya produksi lebih murah.

2) Pengawasan lebih mudah.

3) Pengangkutan barang di dalam pabrik lebih mudah.

c. Kelemahan-kelemahan layout produk

1) Apabila terjadi kemacetan pada salah satu mesin, akan

menyebabkan kemacetan seluruh kegiatan pabrik.

2) Nilai investasi mahal karena mesin yang digunakan banyak sekali

serta biasanya menggunakan mesin khusus.

3) Kurang fleksibel karena suatu layout hanya dapat membuat satu macam barang saja dalam jangka waktu tidak berganti.

4) Untuk dapat bekerja secara efisien biasanya volume produksi harus

banyak sehingga penggunaan layout produk hanya terbatas untuk produksi beberapa macam barang saja.

3. Layout Kelompok

Menurut Hani Handoko (2000:110), layout kelompok (group layout) adalah pengaturan tata letak fasilitas pabrik dengan memisah- misahkan

daerah-daerah dan kelompok-kelompok mesin bagi pembuatan “keluarga”

(43)

Sol Bagian Atas Assembling Finishing

Potong Jahit Finishing Bungkus

Ikat Pinggang

Sepatu

Jahit PerlengkapanPasang Finising Tas dan Koper layout ini mesin atau komponen-komponen dikelompokkan pada ruangan-ruangan/departemen-departemen yang memerlukan pemprosesan yang

sejenis.

Menurut Pangestu Subagyo (2000:85), biasanya pabrik yang

menggunakan layout kelompok memiliki produk yang bermacam- macam, tetapi garis besar urutan prosesnya dapat dibagi dalam beberapa kelompok

yang sama. Untuk setiap kelompok produk dibuat layout tersendiri.

Sebagai contoh dari penggunaan layout ini adalah pada perusahaan pemrosesan kulit. Perusahaan itu menghasilkan sepatu, sendal, sepatu

sendal, baik untuk pria maupun wanita, berbagai dompet, berbagai tas dan

berbagai macam ikat pinggang. Proses untuk mengerjakan setiap macam

barang tidak sama, tetapi pada dasarnya produk dapat dikelompokkan

dalam beberapa marga atau kelompok produk yang garis besar urutan

proses pembuatannya hampir sama.

Layout kelompok menurut Pangestu Subagyo (2000:86) dapat digambarkan sebagai berikut :

(44)

Sifat-sifat, kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kele mahan layout

kelompok menurut Pangestu Subagyo (2000:85-86) adalah sebagai

berikut:

a. Sifat-sifat layout kelompok

1) Barang hasil produksi dapat dikelompokkan dalam beberapa

macam kelompok yang memiliki garis besar urutan proses yang

sama.

2) Mesin yang digunakan bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan

dengan ukuran serta model barang yang dikerjakan.

3) Memerlukan karyawan yang keahliannya fleksibel, artinya dapat

menyesuaikan dengan macam dan ukuran pekerjaan yang dibuat.

b. Kebaikan-kebaikan layout kelompok

1) Bersifat fleksibel sehingga dapat menghasilkan beberapa macam

barang.

2) Meskipun barang yang dikerjakan bermacam- macam, arus barang

tidak selalu simpang-siur.

3) Meskipun perusahaan mengerjakan berbagai macam produk, biaya

produksi dapat lebih murah dibanding denga n layout proses. c. Kelemaha n-kelemahan layout kelompok

1) Untuk dapat menggunakan layout semacam ini kelompok produk yang memiliki kesamaan urutan proses harus jelas.

2) Instruksi kerja harus jelas.

(45)

Produk

Proses C

Proses D Proses A

Proses B

Masukan Barang Jadi

4. Layout Posisi Tetap

Menurut Ba rry Render dan Jay Heizer (2001:274), layout posisi tetap (fixed position layout) merupakan tata letak di mana proyek yang bersangkutan mempertahankan posisinya dan mengharuskan karyawan

dan fasilitas produksi dalam satu wilayah kerja.

Dalam layout posisi tetap sering dipakai untuk memproses produk-produk besar dan komplek seperti yang terdapat pada pabrik mesin berat,

turbin listrik lokomotif, kapal terbang dan kapal laut. Dalam hal ini produk

berada pada satu tempat selama periode perakitan dan kemudian dipindah

ke tempat lain. Fasilitas untuk perakitan tertentu sampai selesai berada di

satu tempat. Secara skematis layout posisi tetap dapat dilihat pada gambar 2.5 (Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gitosudarmo, 2000:134).

Gambar 2.5 Layout Posisi Tetap

(46)

a. Sifat-sifat layout posisi tetap

1) Barang yang dikerjakan biasanya berat atau tidak mungkin

dipindah-pindah.

2) Volume pekerjaan biasanya besar. Setiap kegiatan biasanya

memerlukan urutan dan hubungan kerja yang kompleks.

3) Biasanya pekerjaan berupa proyek, yang harus diselesaikan pada

waktu yang telah direncanakan.

4) Fasilitas produksi yang digunakan biasanya mudah

dipindah-pindah.

5) Komponen produk atau bagian produk yang dikerjakan di lokasi

biasanya dikerjakan di dalam pabrik atau di tempat lain.

b. Kebaikan-kebaikan layout posisi tetap

1) Fleksibel dapat ditetapkan pada setiap pekerjaan yang

berbeda-beda.

2) Dapat diletakan di mana saja sesuai dengan kebutuhan.

3) Tidak memerlukan bangunan pabrik. Apabila ada bangunan

biasanya hanya untuk menyimpan, kantor atau kegiatan-kegiatan

pembantu.

c. Kelemahan-kelemahan layout posisi tetap

1) Tidak ada standar atau pedoman yang jelas untuk merencanakan

layout-nya.

(47)

3) Biasanya keamanan barang-barang di sekitar tempat pembuatan

barang harus dijaga dengan baik karena rawan pencurian.

J. Keseimbangan Lini dan Metode Analisis Layout

Masalah yang me nonjol dalam pengaturan layout produk adalah masalah keseimbangan stasiun kerja di antara gugus-gugus kerja. Hal ini disebabkan

ciri dari layout produk itu sendiri, proses produksinya terus- menerus dan adanya ketergantungan antara gugus kerja yang satu dengan gugus kerja

berikutnya, apabila keseimbangan tidak dijaga dapat berakibat menumpuknya

barang-barang setengah jadi serta pengangguran kapasitas pada suatu mesin

tertentu.

Untuk menghindari apabila terjadi hal tersebut dibutuhkan suatu metode

yang disebut metode keseimbangan lini atau Line Balancing. Line balancing

adalah keseimbangan antara kapasitas departemen/mesin sebelumnya dengan

kapasitas departemen/mesin berikutnya di dalam proses produksi (Sukanto

Reksohadiprojo dan Indriyo Gitosudarmo 2000:141). Terdapat beberapa

langkah yang diperlukan dalam line balancing, yaitu :

1. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang akan

dilakukan.

2. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas

tersebut.

3. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.

(48)

5. Menghitung cycle time yang dibutuhkan. 6. Menilai efektivitas dan efisiensi dari solusi.

7. Mencari terobosan-terobosan untuk perbaikan proses terus- menerus.

Menurut Everett Adam dan Ronald Ebert (1992:266) secara lebih singkat

desain layout yang baik adalah jika memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Output yang dihasilkan per hari memenuhi kapasitas standar.

2. Desain tersebut merupakan garis yang efisien. Artinya dapat

meminimalkan waktu menganggur. Hal ini dapat diketahui dengan

mengukur tingkat sumber daya manusia yang digunakan.

3. Jumlah stasiun kerja paling sedikit. Garis yang paling efisien adalah garis

yang berproduksi pada tingkat kecepatan yang diinginkan dengan jumlah

(49)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah studi kasus, yaitu

penelitian yang dilakukan terhadap objek tertentu, pengumpulan datanya juga

dilakukan terhadap objek tertentu yang hendak diteliti dan hasil penelitiannya

hanya berlaku untuk perusahaan yang diteliti, bukan untuk perusahaan lain.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan pada PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo

yang berlokasi di Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu pene litian: Agustus – September 2006.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.

Dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian tersebut

meliputi : pimpinan dan staff bagian personalia, pimpinan dan staff pada

(50)

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan

dalam penelitian. Untuk menganalisis permasalahan yang ada, maka

diperlukan data yang menjadi objek penelitian, yaitu jenis dan spesifikasi

mesin, urutan proses produksi, gambar tata letak mesin, juga data tentang

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk pada tiap-tiap bagian

proses produksi.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah efisiensi

tata letak (layout) mesin dalam proses produksi yang digunakan oleh PT Pabrik Gula Madu Baru Madukismo.

E. Definisi Operasional

1. Layout

Layout adalah keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas- fasilitas produksi yang diatur dalam proses produksi.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah peminimalan penggunaan sumber daya agar tidak terjadi

pemborosan.

3. Efisiensi layout

(51)

Stasiun kerja adalah seorang pekerja yang ditugaskan untuk menangani

satu atau beberapa pekerjaan tertentu.

5. Siklus waktu

Siklus waktu adalah waktu terlama yang dibutuhkan suatu stasiun kerja

dalam kegiatan proses produksi.

F. Data Yang Dibutuhkan

1. Data Umum Perusahaan :

a. Sejarah dan perkembangan perusahaan

b. Personalia

c. Struktur organisasi perusahaan

d. Produksi

e. Pemasaran

2. Data Khusus Perusahaan :

a. Jenis dan spesifikasi mesin yang digunakan perusahaan

b. Tata letak mesin- mesin produksi dan fasilitas penunjang lainnya

c. Waktu yang diperlukan tiap bagian proses produksi

d. Urutan proses produksi dari bahan baku sampai menjadi barang jadi

G. Teknik Pengumpulan Data

(52)

Pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara lisan kepada

pihak-pihak yang terkait dan berwewena ng.

2. Observasi

Pengumpulan data dengan peninjauan dan pengamatan secara langsung

terhadap objek penelitian.

3. Dokumentasi

Data diperoleh dengan mengutip data-data perusahaan yang berkaitan

dengan kegiatan penelitian.

H. Metode Analisis Data

Untuk menjawab masalah pertama yaitu layout apakah yang diterapkan oleh PG Madukismo, maka peneliti melakukan analisis dengan mengambil

data-data dari perusahaan dan melakukan pengamatan secara langsung pada

bagian produksi. Data yang diperoleh akan disesuaikan dengan ciri-ciri dari

tiap jenis layout untuk kemudian ditentukan jenis layout yang diterapkan oleh PG Madukismo.

Dalam menyelesaikan permasalahan kedua yaitu layout yang digunakan PG Madukismo apakah sudah efisien atau belum, maka dapat dihitung

(53)

Apabila output maksimal yang dihasilkan setiap harinya oleh perusahaan ternyata lebih besar atau sama dengan output standar, berarti desain layout perusahaan sudah cukup baik.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Output maksimal per hari =

unit

Output maksimal per hari = Jumlah produk maksimum yang dihasilkan oleh perusahaan tiap hari dalam jam kerja

efektif.

Waktu yang tersedia per hari = Waktu jam kerja efektif dalam

perusahaan.

Siklus waktu yang dibutuhkan per unit = Waktu terlama yang dibutuhkan

dalam kegiatan proses

produksi.

2. Desain tersebut merupakan garis efisien

Artinya dapat meminimalkan idle time (waktu menganggur). Hal ini dapat kita ketahui dengan membandingkan efisiensi waktu produktif tenaga

kerja antara siklus waktu yang dibutuhkan per unit dengan siklus waktu

maksimum. Selanjutnya kita dapat menghitung jam menganggur pekerja.

Apabila jam menganggur pekerja untuk siklus waktu yang dibutuhkan per

unit lebih kecil daripada jam menganggur pekerja untuk siklus waktu

(54)

a. Untuk menghitung siklus waktu maksimal yang dikehendaki untuk

mencapai kapasitas yang diinginkan.

Siklus waktu maksimum =

hari

Siklus waktu maksimum = Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

kapasitas standar.

Waktu yang tersedia per hari = Waktu jam kerja efektif dalam

perusahaan.

Jumlah unit yang diinginkan per hari = Jumlah unit standar yang

dihasilkan oleh perusahaan.

b. Untuk menghitung jam menganggur pekerja.

Jam menganggur pekerja/hari = (pengangguran dlm menit/siklus)(siklus/hari)

(menit/hari)

di mana :

Jam menganggur pekerja per hari = Jam yang terbuang oleh pekerja

dalam satu hari jam kerja efektif.

Pengangguran dalam menit/siklus = Total selisih waktu antara waktu

terlama dalam proses produksi

dengan waktu yang dibutuhkan tiap

proses produksi.

Siklus/hari = Siklus waktu terlama dalam proses produksi.

(55)

1996:424).

Apabila jumlah stasiun kerja layout yang digunakan perusahaan sudah sesuai dengan perhitungan Theoretical Minimum, berarti layout

perusahaan sudah cukup efisien.

Rumus yang digunakan adalah :

a. Untuk mengetahui jumlah stasiun kerja minimum.

TM (Theoretical Minimum) =

TM (Theoretical Minimum) = Jumlah stasiun kerja (work station). Total waktu pekerjaan = Total waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan satu tth output.

Siklus waktu maksimum = Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

kapasitas standar.

b. Untuk menentukan tingkat efisiensi jumlah stasiun kerja

Efisiensi (%) = Nc

t

(100)

di mana :

Efisiensi = Rasio waktu produktif terhadap waktu total, yang

dituliskan sebagai suatu persentase.

? t = Total waktu yang dibutuhkan untuk merakit satu tth output.

(56)

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Perusahaan didirikan dengan Akte Notaris pada tanggal 14 Juli 1955

dengan nama ”Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT (P2G Madu Baru PT)”

dengan kepemilikan saham 25% oleh Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX

dan 75% oleh Pemerintah Republik Indonesia yang dikuasakan kepada

Departemen Pertanian. Perusahaan memiliki 2 unit usaha, yaitu Pabrik Gula

(PG) Madukismo dan Pabrik Spirtus/Alkohol (PS) Madukismo.

Pabrik gula yang terletak di Kabupaten Bantul ini merupakan

satu-satunya pabrik gula yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta,

dibangun atas prakarsa Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX, untuk

menggantikan peranan 17 pabrik gula yang sebelumnya telah dibangun oleh

pemerintah Belanda namun dibumihanguskan pada masa perang kemerdekaan

1945, dan mulai diproduksi kembali tahun 1959.

Di dalam perjalanannya, PT Madu Baru telah mengalami pasang surut

dan komposisi kepemilikan saham yaitu 75% saham perusahaan adalah milik

Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Kraton Ngayogjakarta Hadiningrat)

dan 25% milik Pemeritah Republik Indonesia (Departemen Keuangan RI).

Pada tahun 1984 perusahaan mengalami kesulitan manajemen dan

(57)

modal kerja yang telah jatuh tempo. Alm. Sri Sultan Hamengku Buwono IX

selaku pemegang saham mayoritas meminta bantuan kepada pemerintah untuk

mengatasi kesulitan tersebut mengingat keberadaan PG-PS Madukismo sangat

berarti bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

Pemerintah menyetujui permintaan tersebut dengan mengambil

langkah-langkah sebagai berikut :

- Untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan, pemerintah

memberikan pinjaman jangka panjang dengan tingkat bunga ringan.

- Manajemen perusahaan dipegang oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI-BUMN) yang dipandang cukup berpengalaman dalam

pengelolaan pabrik gula.

Sejak tanggal 4 Maret 1984, PT RNI sebagai pemegang manajemen P2G

Madu Baru PT atas dasar Perjanjian Pengelolaan (Contract Management) selama 10 tahun sampai dengan tahun 1994, dan kemudian diperpanjang

untuk 10 tahun berikutnya yang berakhir pada tanggal 4 Maret 2004.

Untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan, pada tahun 1998

pinjaman dari pemerintah dikonversi menjadi saham, sehingga komposisi

kepemilikan saham berubah menjadi 65% saham dimiliki oleh Sri Sultan

Hamengku Buwono X dan 35% dimiliki oleh Pemerintah RI-Departemen

Keuangan.

Pada tahun 1998, tepatnya tanggal 7 Septemb er 1998, nama

(58)

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2004 tentang

pengalihan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Madu Baru

kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia sebagai penambah penyertaan modal

negara RI kedalam modal saham PT Rajawali Nusantara Indonesia maka

kepemilikan saham PT Madu Baru menjadi 65% Keluarga Sri Sultan

Hamengku Buwono X dan 35% milik PT Rajawali Nusantara Indonesia.

B. Lokasi Perusahaan

Pabrik gula dan spirtus Madukismo, didirikan di Desa Padokan,

Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat

tersebut berada pada ketinggian sekitar 84 meter dari permukaan air laut. Luas

tanah dan bangunan kurang lebih 30 Ha.

Adapun alasan pemilikan lokasi di bekas PG Madukismo adalah

sebagai berikut :

1. Desa Padokan jaraknya sekitar 5 km di sebelah selatan kota Yogyakarta,

sehingga transportasi mudah dijangkau oleh karyawan dan pengangkutan

bahan baku.

2. PG Madukismo adalah pabrik gula yang terbaik di wilayah Yogyakarta

dan dipandang memungkinkan untuk usaha perluasan di masa yang akan

datang.

3. Di sekitar pabrik merupakan daerah persawahan yang sudah cukup baik

untuk ditanami tebu, sehingga dalam mendapatkan bahan baku terasa lebih

(59)

4. Masyarakat yang tinggal di sekitar Desa Padokan sudah cukup

pengalaman dalam hal penanaman tebu, sehingga pihak pabrik

memberikan penghargaan tentang tata cara bertanam tebu yang baik.

5. Lokasi yang dekat dengan kota memungkinkan perusahaan dapat

memperoleh tenaga kerja yang sesuai. Tenaga kerja juga mudah didapat

karena banyak buruh yang pekerjaannya musiman dan bertempat tinggal

di sekitar pabrik.

6. Pabrik gula memerlukan air pada saat musim giling yang dipergunakan

untuk menghasilkan uap. Kebutuhan air yang banyak itu bisa disuplai dari

sungai Winongo yang dekat dengan lokasi pabrik.

C. Personalia

1. Penggolongan Karyawan Berdasarkan Sistem Pengupahan :

a. Karyawan Tetap terdiri atas :

1) Karyawan Pimpinan

2) Karyawan Pelaksana

Sistem pengupahan pada karyawan tetap diatur tersendiri oleh Direksi.

b. Karyawan Tidak Tetap terdiri atas :

1) Karyawan Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (KKWT) hanya

bekerja pada masa produksi.

(60)

Sistem pengupahan mengacu pada surat Keputusan Bersama Menteri

Pertanian dan Menteri Tenaga Kerja (SKB Mentan dan Menaker) yang

setiap tahun diperbarui.

Jumlah Karyawan :

- Karyawan Pimpinan : 64 orang

- Karyawan Pelaksana : 550 orang

- Karyawan KKWT : 642 orang

Jumlah : 1.356 orang

- Borong Tebangan dan Garap Kebun : 3.000 orang 2. Organisasi Karyawan Tetap

Organisasi Karyawan PT Madu Baru mulai tahun 2000 telah membentuk

Serikat Pekerja PT Madu Baru/ SP PT Madu Baru, dan mulai tahun 2001

telah disahkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yang mengatur tentang

hak dan kewajiban Karyawan dan Perusahaan.

3. Jam Kerja Karyawan

Jam kerja karyawan PT Madu Baru yaitu :

a. Regu kerja umum

Senin s/d Kamis: masuk jam 06.30

istirahat jam 11.30 s/d 12.30

pulang jam 15.00

Jumat s/d Sabtu: masuk jam 06.30

(61)

b. Regu kerja khusus

Shift I : 06.00 s/d 14.00

Shift II : 14.00 s/d 22.00

Shift III : 22.00 s/d 06.00

Hari libur untuk karyawan terdiri dari :

a. Hari minggu.

b. Hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah.

c. Hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan.

Cuti karyawan terdiri dari :

a. Cuti selama 12 hari kerja.

b. Cuti panjang selama 1 bulan. Seorang karyawan tetap dengan masa

kerja selama 3 tahun terus- menerus berhak menikmati cuti panjang

selama 1 bulan.

4. Jaminan Sosial

Bentuk jaminan sosial yang diberikan karyawan PT Madu Baru

sebagai berikut :

- Program JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) untuk semua

karyawan.

- Hak Pensiun untuk Karyawan Tetap (Pimpinan dan Pelaksana).

- Program TASKAT (Tabungan Asuransi dan Kesejahteraan Hari Tua)

untuk Karyawan Kampanye.

- Koperasi Karyawan dan Pensiunan PT Madu Baru.

(62)

- Biaya pengobatan.

- Pakaian dinas untuk Karyawan Tetap dan kaos untuk Karyawan

Musiman/ Kampanye.

- Rekreasi karyawan dan keluarga.

D. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan hal yang sangat mendasar dan

merupakan unsur penting dalam menerapkan pengawasan organisasi dan

merupakan dasar pelimpahan wewenang dan tanggung jawab. PT Madu Baru

dipimpin oleh seorang Direktur, Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan

serta Kepala Bidang Produksi yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu

oleh Kepala Bagian Pemasaran, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan

Umum, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, Kepala Bagian Instalasi,

Kepala Bagian Pabrikasi, Kepala Bagian Tanaman, Kepala Pabrik Spirtus/

Alkohol, serta Kepala Pengawas. Adapun tugas dan wewenang dari

masing-masing jabatan tersebut sebagai berikut :

1. Direktur

a. Memanajemen keseluruhan kegiatan, keputusan dan kebijaksanaan

yang telah ditetapkan oleh Direksi.

b. Mengevaluasi hasil kerja pabrik ya ng bersangkutan tiap tahun serta

menetapkan kebijaksanaan untuk meningkatkan efisiensi pada tahun

(63)

2. Kepala Bidang Administrasi dan Keuangan

a. Melaksanakan kebijakan dan ketentuan Direktur mengenai

administrasi dan keuangan.

b. Bertanggung jawab terhadap segala pengeluaran dan penerimaan

keuangan perusahaan.

3. Kepala Bidang Produksi

a. Bertanggung jawab terhadap proses pelaksanaan produksi.

b. Melakukan koordinasi dengan bagian tanaman, instalasi, pabrikasi

untuk melakukan persiapan dan pelaksanaan produksi.

4. Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan

a. Bertanggung jawab kepada Direktur di bidang keuangan perusahaan

dan pengadaaan barang.

b. Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengelolaan di bidang

keuangan, anggaran, dan biaya produksi serta kegiatan penjualan.

5. Kepala Bagian Pemasaran

a. Melakukan penjualan dan pendistribusian terhadap hasil produksi

perusahaan.

b. Merumuskan strategi pemasaran yang efektif bagi perusahaan.

6. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum

a. Melaksanakan rekruitmen calon karyawan.

b. Melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai pendidikan, latihan dan

(64)

7. Kepala Bagian Tanaman

a. Membantu Direktur dalam melaksanakan kebijakan Direksi dalam

menetapkan rencana dan pelaksanaan penanaman bibit tebu dan

produktivitas tebu giling.

b. Membantu Direktur dan menetapkan komposisi jenis tebu, jadual

penanaman, tebang dan angkut tebu.

8. Kepala Bagian Instalasi

a. Bertanggung jawab kepada Direktur di dalam pengoperasian,

pemeliharaan dan reparasi mesin, peralatan dan bangunan serta

tanggung jawab terhadap penyediaan tenaga listrik.

b. Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk melangsungkan

proses produksi.

9. Kepala Bagian Pabrikasi Gula

a. Mengawasi mutu, menimbang dan pembungkusan gula.

b. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi

gula.

10.Kepala Bagian Pabrik Spirtus dan Alkohol

a. Menjalankan kebijakan dan ketentuan Direktur dalam bidang produksi

spirtus dan alkohol.

b. Bekerjasama dengan kepala bagian akuntansi dan keuangan dalam hal

pengadaan peralatan pabrik.

c. Bertanggung jawab terhadap peningkatan efisiensi dan pengendalian

(65)

E. Produksi

1. Produk yang dihasilkan

PT Madu Baru memproduksi gula dengan jenis klasifikasi SHS I

(Superior Head Sugar I) atau sering disebut dengan gula kristal putih I yang mempunyai standar warna diatas 25 hollands standart. Sesuai dengan ketetapan Bulog pada tahun 1982, kualitas gula dibedakan

menjadi:

SHS I A : tingkat nilai remisi direduksi diatas 70

SHS I B : tingkat nilai remisi direduksi 67-69,9

SHS I C : tingkat nilai remisi direduksi 62-66,9

SHS I Standar : tingkat nilai remisi direduksi 60-61,9

Stes II : tingkat nilai remisi direduksi 56-59,9

Kualitas gula PT Madu Baru termasuk klasifikasi SHS I A dengan

standar Nilai Remisi Direduksi (NRD) sekitar 70. Nilai Remisi Direduksi

ini dianalisa oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) di

Pasuruan.

2. Proses Produksi

Tebu adalah bahan baku utama dari gula, sedangkan sebagai bahan

pembantu adalah belerang , kapur flokulant, bahan-bahan kimia, minyak

bakar, soda api yang akan digunakan untuk proses produksi. Adapun

bahan tersebut disediakan oleh bagian gudang penyediaan kebutuhan

bahan-bahan yang diajukan oleh bagian pabrikasi. Bahan-bahan tersebut

(66)

dengan tujuan mengetahui rendemen gula maksimum agar dapat mencapai

produksi gula yang setinggi-tingginya.

Gula yang telah diuji selanjutnya ditimbang beratnya di Pabrik Gula

Madukismo. Ada dua jenis timbangan yaitu timbangan lori dan timbangan

truk. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat tebu dan

memastikan tepat tidaknya besar kapasitas giling. Setelah penimbangan,

tebu dipindahkan pada lori- lori untuk dikirim ke emplacement untuk digiling. Berat netto tiap lori atau truk sekitar 4-6 ton.

Proses pembuatan gula sebagai berikut :

a. Pemerahan Nira

Pemerahan nira yaitu memisahkan nira dengan ampasnya

semaksimal mungkin, agar dapat mencegah hilangnya gula yang

terbawa oleh ampas. Tebu digiling untuk dipisahkan antara bagian

padat (ampas) dengan bagian cairannya yang mengandung gula (nira

mentah) melalui alat-alat berupa unigrator mark IV dan cane knife

digabung dengan lima buah gilingan. Pisau ini untuk memperkecil

bentuk tebu menjadi cacahan dan untuk memudahkan pemerahan

gilingan. Nira utama (nira mentah) dihasilkan oleh gilingan I dan II,

sedangkan gilingan III, IV dan V disirkulasikan saja. Dari gilingan III

disirkulasikan ke gilingan II, nira dari gilingan IV disirkulasikan ke

gilingan III, dan dari gilingan V disirkulasikan ke gilingan IV. Nira

dari gilingan V diproses dari ampas gilingan IV diberi air imbibisi

(67)

Pemeriksaan nira gilingan I, II, III, IV dan V dilakukan setiap satu

jam sekali. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar

di stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah dikirim ke

bagian pemurnian untuk diproses lebih lanjut.

b. Pemurnian Nira

Nira mentah hasil gilingan tebu masih dalam keadaan berbuih,

keruh dan sedikit kotor berwarna kelabu kecoklatan. PG Madukismo

menggunakan sistem pemurnian sulfitasi alkalis kontinyu yaitu suatu

proses penyerahan dengan susu kapur berlebihan kemudian dinetralkan

dengan menggunakan SO2. Pada stasiun ini nira mentah akan melalui

beberapa tahapan proses yang meliputi :

1) Penimbangan nira mentah, tujuan dari penimbangan nira ini adalah

untuk mengetahui kualitas nira dari hasil penggilingan batang tebu.

Nira ditampung dalam peti nira yang selanjutnya diadakan

penimbangan.

2) Pemanasan nira mentah I, tujuan dari pemanasan I adalah untuk

mendapatkan kondisi yang optimal pada reaksi sulfitasi,

menonaktifkan mikro organisme, mencegah terjadinya perpecahan

dari gula (sakarosa). Sebelum nira mentah dialirkan ke stasiun

sulfitasi, nira tersebut dialirkan terlebih dahulu ke pemanas

pendahuluan I dengan menggunakan pompa centrifugal, pada pemanasan pendahuluan I nira dipanaskan sampai mencapai suhu

Gambar

Gambar 2.1 Proses Produksi Pabrik
Gambar 2.2 Layout Proses
Gambar 2.3 Layout Produk
Gambar 2.4 Layout Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Identitas sosial bergerak kian rapuh dan mudah terombang-ambingkan akibat gempuran informasi arus bawah ( bottom-up ) yang melemahkan identitas nasional yang

Oleh sebab itu pendekatan Heuristik Silver Meal sangat menunjang untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di PG Watoe Toelis Sidoarjo yaitu dapat melakukan perencanaan

Sayyid Abul A‘la Maududi (1967) menegaskan Islam menyediakan asas norma-norma moral dan nilai untuk membimbing dan mengawal keseluruhan hidup manusia. Ia memberi kod

Hasil kegiatan menunjukan bahwa Sebagian besar guru memiliki pemahaman secara komprehensif mengenai teknik-teknik pembimbingan, pelaksanaan praktek pengenalan lapangan

Proses pengadaan barang dan jasa (pelelangan) dalam bidang konstruksi merupakan salah satu prosedur dalam mencari perusahaan yang mampu memfasilitasi kebutuhan belanja negara

LOWONGAN KERJA LUAR NEGERI YANG TERDAFTAR MENURUT NEGARA DAN JENIS PEKERJAAN/JABATAN DI PROVINSI .... PENEMPATAN TENAGA KERJA YANG TERDAFTAR TABEL 6.1. PENEMPATAN TENAGA KERJA

Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5

 Teknologi mekanik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses atau prinsip pembuatan dan cara kerja dari suatu benda sehingga diperoleh hasil yang