BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembangunan Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi
Menurut Amalia (2007) Pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah menciptakan tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang setinggi-tingginya, akan
tetapi diikuti dengan pemberantasan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebi baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, perbaikan kondisi lingkungan
hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran kehidupan budaya. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu
negara dapat dilihat dari tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) nya, cara menghitung Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebagai berikut:
1. Cara pengeluaran
Yang dihitung adalah nilai produksi yang diciptakan oleh faktor produksi yang dimiliki seluruh warga negara yang bersangkutan berarti
tidak termasuk pendapatan warga negara itu diluar negeri. 2. Cara pendapatan
3. Cara produksi
Yang dihitung adalah nilai produksi yang diciptakan oleh faktor produksi yang ada disuatu negara tanpa membedakan apakah faktor produksi itu milik orang luar negeri atau warga negara itu sendiri.
Manfaat yang bisa diperoleh dari pembangunan ekonomi diantaranya adalah: meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB), mengurangi tingkat
pengangguran, meningkatnya kemakmuran, pengelolaan alam yang lebih baik, dan modal yang terkumpul bisa dijadikan untuk membuka usaha mikro
khususnya untuk masyarakat pedesaan. Sedangkan kerugian-kerugian yang dari pembangunan ekonomi adalah: terjadinya perubahan struktural sosial, politik, dan budaya, adanya perubahan tata kerja yang tradisional bergeser ke
semi tradisional sampai masuk ke tataan kerja yang bersifat modern, memerlukan modal yang lebih banyak untuk memperbaiki sistem
perekonomian secara nasional, adanya teknologi baru yang terkadang justru menjadi kendala bagi negara berkembang untuk dapat langsung mengadopsi teknologi terkini yang ditawarkan pasar dunia.
Bangsa Indonesia pada usia lebih dari setengah abad sudah seharusnya mencapai kedewasaan untuk mampu melihat faktor-faktor yang akan
mengganggu keberlanjutan pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi yang bersifat berkelanjutan harus terkonsep secara utuh dan lengkap jangan sampai membiarkan bertumbuhnya bibit-bibit baru masalah yang dikemudian
mengandung kemungkinan berhenti mendadak, tanpa diantisipasi. (Mubiyarto,
2010)
Pembangunan ekonomi yang seimbang untuk negara berkembang seperti negara Indonesia sebaiknya mempertimbangkan 3 aspek yaitu:
1. Keseimbangan antara pertambahan produksi bahan makanan dan perkembangan penduduk.
2. Keseimbangan penyebaran penduduk.
3. Keseimbangan antara produksi agraris dan industri.
Memperjelas point ketiga tentang keseimbangan antara produksi agraris dan industri menjadi titik dimana harus mengedepankan pembangunan dibidang pertanian tanpa harus mengorbankan sektor yang lainnya.
Memprioritaskan bukan berarti mengesampingkan keberlanjutan pembangunan dari sektor lain, semuanya harus seirama dan saling melengkapi karena satu
sektor saja tidak mungkin bisa berjalan sendiri tanpa dibantu oleh sektor yang lainnya. Yuwono, dkk (2011) Pembangunan pertanian juga dikatakan sebagai pembangunan ekonomi disektor pertanian karena pertanian memang
merupakan sektor dalam kehidupan ekonomi dan pengertian pertanian sendiri mengandung tekanan unsur ekonomi. Pertanian adalah usaha manusia melalui
kehidupan tumbuhan dan hewan untuk dapat lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya, dan ini adalah suatu usaha ekonomi.
Meskipun pembangunan pertanian dapat dipandang sebagai pembangunan
karena pembangunan pertanian meliputi juga aspek sosial kelembagaan,
teknologi, terutama yang menyangkut negara-negara yang sedang berkembang. Dari pengertian keduanya antara pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi tentu ada keterkaitan yang sangat erat dimana
keduanya sangat memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan suatu bangsa, sebagai tolak ukur apakah negara tersebut termasuk dalam
kategori negara maju, negara berkembang, atau bahkan negara miskin. Kompleks indikator pembangunan juga tergantung pada tingkat perkembangan
urbanisasi, modernisasi, dan industrialisasi. Makin berkembang suatu masyarakat, makin terperinci dan makin sophisticated indikator pembangunan. Penerapan pengukuran indikator ini erat kaitannya dengan ketersediaan data
statistik dan pelayanan pemerintah yang efisien dan mendalam. Pengukuran yang lebih spesifik dan mendalam hanya dapat dikembangkan oleh pakar yang
mendalami adat istiadat setempat.
Jadi pembangunan pertanian akan menyangkut berbagai hal yang dibicarakan dalam pembangunan ekonomi. Meski tidak semuanya, ditambah
dengan hal-hal diluar yang dibicarakan dalam pembangunan ekonomi nasional masuk dalam pembangunan pertanian, seperti inflasi, stabilitas ekonomi,
moneter, meskipun bukan mempengaruhi proses pembangunan pertanian. Diluar lingkup pembangunan ekonomi, pembangunan pertanian menyangkut tradisi petani, budaya, kelembagaan masyarakat tani dan lain-lain aspek sosial
Terkait beberapa hal yang harus dicapai dalam pembangunan pertanian
yang dalam hal ini berhubungan langsung dengan pembangunan ekonomi secara nasional terdapat tiga komponen dasar yang harus dibina, yaitu petani, komoditas hasil pertanian dan wilayah pembangunan dimana kegiatan
pertanian berlangsung (Cahyono,1983). Pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan
komoditas hasil pertanian diarahkan benar-benar berfungsi sebagai sektor yang menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku bagi industri.
Pembinaan wilayah pertanian ditunjukkan agar dapat menunjang pembangunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah. Kebijaksanaan dasar pembangunan pertanian mencakup aspek produksi, faktor-faktor
produksi, pemasaran dan kelembagaannya bahkan kemungkinan dukungan yang kuat terhadap pembangunan industri.
B. Sektor Pertanian di Indonesia
Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respons terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan dialam bebas akibat laju pertambahan manusia. Menurut Soekartawi (2010) agar sasaran pembangunan pertanian tetap mampu mempunyai kontribusi yang nyata dalam perekonomian Indonesia, maka harus ada upaya-upaya yang dilaksanakan, upaya-upaya tersebut ialah:
2. Terus meningkatkan keterampilan masyarakat setempat yang memadai dalam memantapkan jenis industri pengelolaan hasil pertanian yang telah dikenal.
3. Terus meningkatkan bahan baku yang berkesinambungan.
4. Terus menyediakan fasilitas kredit dan fasilitas pelayanan yang memadai. Didalam buku-buku atau tulisan-tulisan sering membahas mengenai pembagian pertanian kedalam sub-sub yang telah ditentukan sebagai berikut Mubiyarto (1989) dan Nurmala, dkk (2012):
1. Lahan Pertanian Basah
Lazimnya disebut dengan sawah. Ciri-ciri umum dari sawah adalah sebagai berikut:
a. Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang. Pematang tersebut ada yang lurus dan ada pula yang berbelok.
b. Permukaannya selalu datar atau topografinya rata meskipun didaerah bergunung-gunung atau berbukit.
c. Biasa diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh air atau berair.
d. Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering sehingga memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penurunan produktivitas yang drastis.
e. Secara umum produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering.
Contohnya: sawah irigasi teknis, sawah setengah irigasi teknis, sawah irigasi pedesaan, sawah tadah hujan, sawah rawa, sawah rawa pasang surut, sawah lebak, tambak, dan kolam.
2. Lahan Pertanian Kering
Lahan pertanian kering secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Produktitivitas tanah umumnya rendah.
b. Topografi bervariasi dari datar, berbukti dan bergunung.
c. Tidak dibatasi oleh pematang antar satu petak dengan petak lainnya. Batas lahan berupa pohon/tanaman tahunan yang permanen atau batas buatan.
d. Tingkat erosi umumnya tinggi, terutama jika tidak ada upaya pelestarian yang berupa sengkedan atau tidak ada tumbuhan (vegetasi). e. Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali untuk lahan kering yang dekat dengan sumber air dapat diusahakan secara terus-menerus.
f. Umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau diabaikan.
Lahan pertanian kering dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu: a. Pekarangan
b. Tegalan
Tegalan umumnya tidak dibatasi oleh pematang tetapi oleh tanaman disudut-sudut batas petakan tegalan tang bersangkutan. Keadaan topografinya berkisar dari datar sampai bergelombang.
c. Kebun/Perkebunan
Lahan pertanian kering yang umumnya ditanami tanaman tahunan secara permanen, baik yang bersifat monokultur atau campuran.. Tanaman yang biasa ditanam secara monokultur atau tunggal adalah karet, coklat, teh, kelapa sawit dan tebu. Sedangkan tanaman yang ditanam dalam bentuk kebun campuran adalah buah-buahan, kelapa, kopi dan kayu-kayuan. Perkebunan ini didapatkan didaerah-daerah bermusim panas didekat khatulistiwa.
d. Ladang
Berladang merupakan cara bertani yang berpindah-pindah atau tidak menetap. Setelah ladang tersebut menunjukkan produktivitasnya menurun maka petani meninggalkan untuk beberapa tahun yang kemudian hari dibuat kembali.
e. Penggembala ternak (pengangonan)
Penggembala ternak ini biasanya dimiliki secara kelompok sebagai tempat penggembalaan atau pengangonan ternak secara individual atau kelompok yang ada dilokasi tertentu biasanya dipinggir hutan dan jauh dari pemukiman penduduk.
f. Hutan
kelestarian sumber air didaerah hulu sungai agar debit air sungai tidak terganggu khususnya pada musim kemaru.
Pengelompokkan hutan yang sudah dikenal masyarakat umum adalah sebagai berikut:
1. Hutan lindung yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap air, tata air, serta lingkungannya.
2. Hutan suaka alam yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap binatang, untuk keperluan pengetahuan & kebudayaan.
3. Hutan produksi yaitu hutan yang memberikan manfaat produksi kayu
dan hasil hutan yang lain, berdasarkan prinsi-prinsip pengelolaan hutan yang berlaku, yang mengenai prinsip kekekalan hasil.
4. Hutan wisata, yaitu hutan yang menyediakan keindahan alamnya untuk kepentingan pariwisata.
C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kondisi perekonomian secara keseluruhan akan berpengaruh sangat besar
terhadap semua orang di negara manapun tanpa terkecuali, perubahan kondisi perekonomian dilaporkan secara meluas oleh media, bahkan sulit untuk membaca surat kabar tanpa melihat laporan terbaru tentang statistik
perekonomian. Statistik tersebut kemungkinan mengukur pendapatan total semua orang dalam perekonomian (Gross Domestic Product-GDP atau
pembelanjaan ditoko-toko (penjualan rintel) atau ketidakseimbangan
perdagangan antara suatu negara dengan negara-negara lain didunia (defisit perdagangan). Menurut Mankin, dkk (2012) mengungkapakan dalam bukunya bahwa pengertian Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari
keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara pada periode tertentu. Pada Produk Domestik Bruto (PDB) menggunakan harga pasar untuk
menjumlahkan berbagai jenis produk menjadi satu ukuran nilai dalam kegiatan ekonomi, harga pasar mencerminkan nilai barang-barang tersebut.
Mengerucut pada pengertian Produk Domestik Regioanl Bruto (PDRB) menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes tahun 2016 mengartikan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan diwilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non residen. Penyusunan Produk Domestik Bruto (PDRB) dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas harga berlaku dan harga konstan (rill). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga berlaku atau dikenal PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode perhitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (rill)
Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (rill) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan
struktur perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-kategori ekonomi yang mempunyai peranan besar
menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.
4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per satu orang penduduk.
5. PDRB per kapita atas dasar konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
Perubahan tahun dasar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama sepuluh tahun terakhir mengalami banyak perubahan hal ini terjadi akibat tataan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap
sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa layanan
pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia
dari tahun 2000 ke 2010. Perubahan tahun dasar PDB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
tertuang dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT). Perubahan tahun dasar
PDB dilakukan secara bersamaan dengan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi untuk menjaga konsistensi hasil perhitungan.
D. Kontribusi Sektor Pertanian
Kontribusi adalah sumbangsih atau peran, atau keikutsertaan seseorang
dalam suatu kegiatan tertentu Anonim (2016) sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun (2007) mengartikan kata kontribusi sebagai iuran kepada perkumpulan atau sumbangan kepada sesuatu hal yang dibutuhkan
dalam kurun waktu tertentu. Kontribusi bermakna peran dalam keikutsertaan terhadap sesuatu. Kontribusi juga bisa diartikan sebagai keikutsertaan,
melibatkan diri, atau memberi sumbangan (baik uang, tenaga, maupun pikiran).
Jika dikaitkan dengan kontribusi sektor pertanian berarti sejauh mana
nyata dari produk-produk yang dihasilkan dalam sektor pertanian dan sudah
tentu hasil akhirnya memberikan pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) bagi negara yang ditempatinya. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian suatu negara tercermin dari besarnya presentase kontribusi
sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tetapi dapat pula ditunjukkan oleh besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pertanian dalam
periode tertentu.
Menurut Nurmala, dkk (2012) terdapat beberapa peranan sektor pertanian
dalam perekonomian makro diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penghasil produk-produk ekspor yang dinyatakan dengan nilai devisa sektor pertanian pada periode tertentu. Contoh produk ekspor komoditi
pertanian yang terkenal sejak zaman penjajahan Belanda yaitu karet, kopi, rempah-rempah, kopra, rotan, dan udang.
2. Penghasil bahan baku industri khususnya agroindustri seperti industri ban mobil, kayu lapis, industri mebel, alat-alat kesehatan dan kedokteran, atau industri kecantikan kosmetika dan jamur-jamuran.
3. Penghasil bahan pangan dunia, bahan papan, dan bahan sandang (serat, kapas, bulu domba dan lain-lain).
4. Sebagai alat membangun hubungan ekonomi antarnegara baik secara bilateral atau unilateral dan juga sebagai alat menjalin hubungan persahabatan antarnegara disuatu kawasan seperti ASEAN, NAFTA,
5. Sebagai alat menjaga stabilitas perekonomian rakyat dan stabilitas
pemerintah seperti beras di Indonesia, roti di negara-negara Eropa dan daging di negara-negara dingin.
6. Sebagai alat ketahanan pangan nasional terutama jika ada perang
antarbangsa atau suatu negara dikenai embargo ekonomi secara internasional
E. Location Quotient (Kuosien Lokasi)
Location Quotient (kuosien lokasi) atau disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri disuatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Ada
banyak variabel yang bisa dibandingkan, tetapi yang umumnya adalah nilai tambah (tingkat pendapatan). Rumusnya adalah sebagai berikut (Tarigan,
2005)
LQ =
Xi/PNB Xi/PDRB
Dimana Xi = Nilai tambah sektor i disuatu daerah
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto daerah tersebut Xi = Nilai tambah sektor i secara nasional
PNB = Produk Nasional Bruto atau GNP
Istilah wilayah nasional dapat diartikan untuk wilayah induk/wilayah
atasan. Misalnya, apabila diperbandingkan antara kabupaten dengan provinsi, maka provinsi memegang peran sebagai wilayah nasional, dan seterusnya. Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor tersebut lebih menonjol daripada
sektor itu didaerah tersebut lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara
nasional. LQ > 1 menunjukkan bahwa peranan sektor i cukup menonjol didaerah tersebut dan seringkali sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus akan produk sektor i dan mengekspornya ke daerah lain. Daerah itu
hanya mungkin mengekspor produk ke daerah lain atau luar negeri karena mampu menghasilkan produk tersebut secara lebih murah atau lebih efisien.
Atas dasar itu LQ > 1 secara tidak langsung memberi petunjuk bahwa daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk sektor i dimaksud.
Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh apalagi yang selama ini belum
pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas rill daerah tersebut. Adalah lebih tepat untuk
melihat secara langsung apakah komoditi itu memiliki prospek untuk diekspor atau tidak, dengan catatan terhadap produk tersebut tidak diberikan subsidi atau bantuan khusus oleh daerah yang bersangkutan melebihi yang
diberikan daerah-daerah lainnya.
F. Regresi Linear Sederhana
memberikan kontribusi menentukan keputusan yang terbaik. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Setelah melakukan tahapan anlisis regresi data diuji dilanjutkan dengan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. (Ghozali, 2013).
1. Analisis Grafik
2. Analisis Statistik
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalu tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual. Nilai statistik untuk skewness dapat dihitung dengan rumus:
Zskewness =
Sedangkan untuk kurtosis dapat dihitung dengan rumus:
Zkurtosis =
Dimana N adalah jumlah sampel, jika nilai Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak normal.
Tahapan Analisis Regresi:
Penggunaan regresi linear sederhana didasarkan pada asumsi diantaranya: 1. Model regresi harus linear dalam parameter.
2. Variabel bebas tidak berkorelasi dengan disturbance term (Error).
3. Nilai distrubance term sebesar 0 atau dengan simbol sebagi berikut: E (U/x) = 0.
6. Model regresi dispesifikasikan secara benar. Tidak terdapat bias spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empiris. Persamaan regresi dirumuskan (Ridwan dan Sunarto, 2014) :
Ŷ = a + bX Dimana:
Ŷ = (baca Y topi) subjek variabel terikat yang diproyeksikan X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk
diprediksikan
a = Nilai konstan harga Y jika X = 0
b = Nilai arah sebagai penenu ramalan (rediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y
G. Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian tentang kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ataupun terhadap perkembangan ekonomi disuatu daerah dan suatu negara yang dilakukan oleh sebagian orang di negara
Indonesia maupun diluar negara Indonesia. Berikut adalah beberapa hasil penelitian mengenai kontribusi/peranan sektor pertanian terhadap
perkembangan ekonomi yang dalam hal ini konteksnya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB):
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati, Nuning Staf Pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian UNS (2012) tentang “Analisis Peran Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo” adalah
berdasarkan hasil analisis LQ diketahui bahwa sektor yang merupakan basis di Kabupaten Sukoharjo adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas
sebesar 1,00. Nilai ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan
sektor yang mandiri dimana sektor ini mampu mencukupi kebutuhan wilayah lokal dan surplus produksinya mampu diekspor keluar wilayah Kabupaten Sukoharjo. Posisi sebagai sektor pertanian mampu berkinerja
dengan baik dalam mendukung perekonomian wilayah Sukoharjo.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rompas, Jui dkk (2015) tentang “Potensi
Sektor Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Minahasa Selatan” mendapatkan hasil yaitu Menurut hasil
perhitungan Location Quotient (LQ) sub sektor yang merupakan basis pada Kabupaten Minahasa adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor tanaman bahan makanan. Sub sektor yang menjadi basis berarti menjadi
acuan untuk pengembangan pertumbuhan perekonomian daerah. Berdasarkan hasil perhitungan untuk melihat pengaruh sektor pertanian
terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Minahasa Selatan dengan menggunakan analisis regresi sederhana dari hasil analisis tersebut sektor pertanian mempunyai hubungan positif dengan korelasi cenderung kurang
terhadap penyerapan tenaga kerja, hal tersebut juga akan mempengaruhi tingkat pengangguran di Minahasa Selatan .
3. Penelitian oleh Nurjayanti, Eka Dewi (2012) menerangkan tentang “Kontribusi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten
Pati”, dimana hasil analisis Location Quotient (LQ) selama tahun
empat tahun penelitian sebesar 1,62. Ini berarti sektor pertanian di
Kabupaten Pati selain mampu memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten Pati juga mampu mengekspor keluar wilayah Kabupaten Pati. Kemampuan sektor pertanian menjadi sektor basis terhadap perekonomian
di Kabupaten Pati selama 2008-2011 didukung oleh keadaan geografis Kabupaten Pati yang mempunyai ketinggian permukaan bumi yang cukup
bervariasi, sehingga cukup sesuai untuk tempat tumbuh berbagai jenis tanaman.
4. Penelitian oleh Agustono (2013) tentang “Analisis Sektor Pertanian
Ditinjau dari Peran Terhadap Pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Jawa Tengah” medapatkan nilai
LQ>1. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki kemampuan mengekspor ke wilayah luar Jawa Tengah. Sektor pertanian melalui ekspor
berperan bagi pertumbuhan PDRB di Jawa Tengah, melalui pendapatan yang dibayarkan oleh masyarakat luar Jawa Tengah terhadap produk pertanian Jawa tengah. Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki
resiko paling rendah dibanding dengan sektor non pertanian. Dengan demikian sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peluang yang
paling tinggi untuk memperoleh PDRB yang diharapkan yaitu sebesar 91%. Maka dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian termasuk sektor kunci sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah
Upaya Peningkatan PDRB Kabupaten Pati” bahwa sub sektor tanaman
pangan yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di tiap kecamatan di Kabupaten Pati dapat dijadikan sebagai penyedia bahan baku untuk industri pertanian sehingga dapat memberikan nilai
tambah dari produksi-produksi pertanian dan dapat memacu pertumbuhan
ekonomi daerah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman, Zahara A (2012) tentang “Agricultural Research and Development in Malaysia” menjelaskan
bahwa kontribusi pertanian terhadap perekonomian Malaysia
telah menurun secara signifikan selama bertahun-tahun, tapi pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan sektor pertanian sebagai sektor yang penting dan strategis. Produksi pangan yang cukup bagi penduduk
dapat dilihat dalam Kebijakan Pertanian Nasional Pertama (NAP1) tahun 1984-1991 dan kemudian dalam Kebijakan Pertanian Nasional Ketiga
(NAP3), 1998-2010 NAP1 ditujukan untuk mencapai setidaknya 80 persen tingkat swasembada. Makanan pokok bagi Negara Malaysia, menurun dari 91 persen pada tahun 1972 menjadi 72 persen pada tahun 2005 terutama
disebabkan oleh peningkatan populasi dan pengurangan daerah pertanian karena perubahan penggunaan non-pertanian lebih selama kurun waktu
tersebut. Mengingat ini, NAP3 lagi bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri dan sumber makanan strategis untuk menjamin pasokan yang memadai dan akses ke aman, bergizi dan
7. Penelitian yang dilakukan oleh Amrinto, Lorna E yang berjudul “The
Worlds of Agriculture in Asia: Agricultural and Economic Development”
dalam penelitian ini, pertumbuhan ekonomi dianalisis dengan menggunakan data tahunan selama periode 1961-2012 dengan variabel
dummy dispesifikasikan kepada Negara Korea Selatan. Klasifikasinya berupa pertanian berbasis transformasi , dan urban korea, yang ditentukan
berdasarkan kriteria Bank Dunia yang mengklasifikasi negara ketiga dunia pertanian yang dituangkan dalam laporan pembangunan 2008. Variabel
pada data PDB perkapita, nilai tambah pertanian dan ekspor barang dan jasa diperoleh dari Dunia Bank 2012. Data time series plot menunjukkan bahwa variabel ekonomi makro memiliki tren yang meningkat selama
periode 1961-2012. Tahunan rata-rata PDB riil per kapita untuk Korea dari 1961-2012 adalah US $ 8.441. Ini mengikuti tren umum mencapai
tertinggi pada tahun 2012 (US $ 21.226) dan terendah pada tahun 1961 (US $ 1.467). Nilai tambah pertanian tahunan dengan 2005 = 100, 1961-2012 memiliki rata-rata US $ 19670000000 dengan nilai maksimum US $
29050000000 disimpan di 2009. Variabel ini juga diikuti tren yang meningkat selama periode analisis. Kenyataannya memang jumlah ekspor
barang dan jasa juga diikuti tren kenaikan sejak tahun 1980 dengan rata-rata US $ 108.500.000.000. Ekspor tertinggi barang dan jasa dicatat pada tahun 2012 ketika negara diekspor total US $ 548.480.000.000 secara riil.