• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - WIWIT SUPRIYATIN BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - WIWIT SUPRIYATIN BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menghasilkan karya sastra menjadi dominan. Bagaimana seorang sastrawan memaknai hidup dalam ranahnya sebagai mahluk sosial akan tercermin dalam karya sastra yang diciptanya.

Oleh karena karya sastra merupakan refleksi dari fenomena kehidupan dalam lingkungan sosial. Maka fenomena kehidupan sosial yang beragam baik dari aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, kemanusiaan, keagamaan, moral maupun jender diolah sedemikian rupa melalui proses kreatif kemudian diungkapkan oleh sastrawan dengan bermediumkan bahasa. Dalam karya sastra yang merupakan wujud dari fenomena kehidupan manusia ini, medium bahasa diberdayakan sedemikian rupa hingga memiliki fungsi estetis yang dominan

(Al-Ma’ruf, 2012:1-2).

(2)

karya sastra (prosa) yang lain. Ada unsur lain, yakni unsur plot dan perwatakan tokoh-tokohnya (Aziez, 2002:33).

Adapun jenis karya sastra yang berujud puisi, fiksi, dan drama dapat dikenali dan dibedakan berdasarkan bahasa yang dipergunakan. Hal ini berarti aspek bahasa, aspek stile dapat menjadi ciri pembeda antara ketiganya. Ketika berhadapan dengan suatu produk tulisan atau karya, seseorang akan dengan mudah mengidentifikasi jenis karya itu, apakah puisi, fiksi, atau drama. Hal ini menunjukan kekuatan unsur bahasa adalah content dari sebuah performa jenis tulisan tertentu. Bukan hanya yang berhubungan dengan tulisan bergenre sastra atau fiksi saja, tetapi tulisan bergenre nonfiksi.

Dalam cerita fiksi atau sastra, teknik cerita dibuat dengan menggunakan medium bahasa. Medium bahasa ini diberdayakan sedemikian rupa untuk mencapai efek estetis atau keindahan yang diinginkan disamping keefektifan dalam penyampaikan pesan. Aspek-aspek keindahan inilah yang digunakan sebagai daya tarik oleh pengarang untuk memikat masyarakat pembaca.

Dengan mengunakan segenap potensi bahasa yang ada, karya sastra memposisikan bahasa sebagai hal penting untuk menghasilkan sebuah karya literer. Sebagai sarana yang digunakan pengarang untuk menuangkan realitas kehidupan, bahasa mempunyai makna yang tertuang dalam teks karya sastra. Hal ini disebabkan karya sastra sebagai struktur yang bermakna (Pradopo, 2005: 120-121).

(3)

teori dan cara kerja tertentu (Aminudin, 1995:viii). Kajian yang sering kita temukan pada penelitian-penelitian yang telah ada adalah kajian intrinsik dan ekstrinsik. Salah satu kajian tentang teori menganalis unsur karyasastra prosa terdapat dalam buku “Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar” (2012) karya Aziez

Fuqonul Aziez dan Abdul Hasim. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa struktur sebuah karya sastra prosa yang menjadi perhatian biasanya meliputi analisisi tema, lattar, penokohan, penokohan, amanat, dan gaya bahasa.

Kajian unsur bahasa atau kajian dengan pendekatan linguistik terhadap karya sastra semakin tersisih dari perhatian para peneliti (Jabrohim, 2014:2). Padahal bahasa merupakan media yang penting dalam pengekspresian karya sastra. Gaya bahasa atau stile merupakan alat penceritaan yang merebut peran besar dalam mendesain nilai-nilai estetika yang ada pada sebuah karya sastra.

Dalam pendekaatan stilistika unsur bahasa ini lebih menekankan pada corak individual pengarang. Ini berarti hal yang dikaji adalah penggunaan bahasa yang bersifat khas bagi pengarang dan gaya yang hanya bisa mewakili dirinya. Mekanisme dan teknik penulisan bisa saja sama bagi banyak orang. Akan tetapi corak yang merupakan nafas dan penjiwaan seorang penulis yang merupakan kekhasan dalam pemakaian bahasa antara pengarang yang satu berbeda dengan pengarang yang lain (Semi, 2012: 104-105). Kekhasan ini dapat berupa pemilihan dan pemakaian unsur bahasa baik dalam wujud kata, kalimat maupun bahasa-bahasa figurtif yang digunakan.

(4)

linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, terutama pemahaman bahasa dalam sastra. Oleh karena itu kajian dalam stilistika berusaha menampilkan bagaimana unsur linguistik yang berupa satuan-satuan kebahasaan ini memiliki peran dan fungsinya dalam karya sastra.

Sedikitnya minat terhadap penelitian stilistika disebabkan selama ini orang selalu mengaitkan penelitian stilistika dengan puisi sebagai objeknya. Sehingga muncul kesan bahwa penelitian stilistika hanya relevan untuk puisi. Padahal tidaklah demikian (Jabrohim, 2014:2). Cerpen sebagai bagian dari karya sastra prosa juga sangat mungkin untuk dikaji dengan pendekatan stiistika.

Dalam teks-teks naratif seperti cerpen, aspek stile memegang peran yang sangat penting mengingat semua hal dikisahkan melalui sarana bahasa, akan tetapi stile ini tidak menentukan hebatnya sebuah cerita. Ada unsur jalinan konflik, kekhasan tokoh, kebaruan tema yang dapat menarik perhatian. Hal-hal seperti yang disebutkan di atas dapat digunakan untuk menutup kekurangan stile (Nurgiantoro, 2014:349-350). Oleh karena itu seorang pengajar bahasa dan sastra Indonesia pada jenjang pendidikan menengah maupun atas, perlu kiranya menguasai ilmu tentang stile, selain unsur-unsur pembangun karya sastra yang lain.

(5)

dirasakan oleh para siswa sebagai sesuatu yang hambar dan membosankan (Alwi, 2011:186). Selanjutnya Alwi Hasan dalam makalahnya mengatakan bahwa terhadap fenomena ini, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah melakukan berbagai upaya melalui berbagai upaya misalnya kegiatan penyuluhan dengan memberikan materi apresiasi sastra.

Pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan karakeristik peserta didik menjadi penting peranannya. Sebelum seorang guru melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, perlu disiapkan segala sesuatunya agar tujuan pembelajaran yang dikehendaki dapat berjalan dengan baik. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah dengan memilih bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Selain masalah bahan ajar tersebut, perlu mendapat perhatian juga tentang sistem pengajaran bahasa yang sering terpisah dengan pengajaran sastra. Siswa harus memilah-milah antara pengajaran bahasa dan pengajaran sastra, sehingga dalam konteks ini siswa dihadapkan pada satu fenomena bahwa pengajaran bahasa akan berbeda dengan pengajaran sastra (terutama dari sisi bahan ajar). Padahal siswa memerlukan konteks yang bermakna dan dengan konteks tersebut mereka dapat menghubungkan apa yang dipelajarinya (unsur-unsur bahasa). Dalam konteks ini, teks-teks sastra yang menarik perhatian siswa dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka itu.

(6)

selama ini lebih banyak dimanfaatkan untuk kajian-kajian karyasastra yang berbentukpuisi. Hal tersebut didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada e-journl yang diterbitkan oleh beberapa perguruan tinggi. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Saiful Munir dkk yang dimuat di journal Sastra Indonesia dengan judul “Diksi dan Majas dalam Kumpulan Puisi Nyanyian

dalam Kelam Karya Sutikno W.S: KajianStilistika”.

Kajian penelitian stilistika pada karyasastra prosa pernah dilakukan oleh beberapa ahli diantaranya adalah pertama. Jabrohim dengan judul “Senyum

Karyamin Sebuah tinjauan Stilistika”, kedua, Pramoedya Ananta Toer dalam

“Novel Rumah Kaca: sebuah Kajian Stilistik”.

Berdasarkan pengamatan melalui web dan katalog perpustakaan terhadap penelitian-penelitian sejenis yang sudah ada, penelitian terhadap antologi Cerpen

berjudul “Senja dan Cinta yang Berdarah” karya Seno GumiraAjidarma dengan

objek kajian dari cerpen berjudul “Telepon dari Aceh”, “Sepotong Senja untuk

Pacarku”, dan “Cinta di Atas Perahu Cadik”, belum pernah dilakukan, khususnya

di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap cerpen-cerpen tersebut dari sisi stilistik.

(7)

Pada hakikatnya masalah pemilihan bahan pembelajaran dan strategi atau model pembelajaran menjadi sepenuhnya hak guru. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan bahan ajar dan model pembelajaran tersebut.

Kaitannya dengan pemilihan bahan ajar dan model pembelajaran ini, aspek kemampuan dan prinsip pembelajaran siswa yang aktif harus dikedepankan. Kemampuan seorang siswa berkembang sejalan dengan perkembangan jiwanya. Oleh karena itu perlu upaya mengklasifikasikan karya sastra berdasarkan derajat kesulitan disamping aspek-aspek lain. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan pembelajaran menjadi kurang menarik dan pada akhirnya minat siswa menjadi berkurang. Hal ini berefek pada daya serap yang akhirnya tidak dapat maksimal.

Agar dapat memilih bahan pembelajaran sastra yang tepat, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan. Aspek yang dimaksud meliputi bahan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa, tingkat kesulitan dilihat dari segi bahasa yang digunakan, nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian tersebut kajian stilistika yang terkandung dalam cerpen dapat dijadikan alternatif bahan pembelajaran sastra di sekolah dan penting untuk dilakukan kajian.

B. RumusanMasalah

(8)

1. Bagaimana aspek stilistika dari unsur keunikan pemakaian kata bahasa asing pada cerpen berjudul “Telepon Dari Aceh”, “Sepotong Senja untuk Pacarku”,

karya Seno Gumira Ajidarma?

2. Bagaimana aspek stilistika dari unsur kekhasan pemakaian bahasa figuratif pada cerpen berjudul “Telepon Dari Aceh”, “Sepotong Senja untuk Pacarku”,

“Cinta di Atas Perahu Cadik” dan “Orang yang Selalu Cuci Tangan” karya

Seno Gumira Ajidarma?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan aspek stilistika dari unsur keunikan pemakaian kata bahasa asing pada cerpen berjudul “Telepon Dari Aceh”, “Sepotong Senja untuk

Pacarku”, karya Seno Gumira Ajidarma.

2. Mendeskripsikan aspek stilistika dari unsur kekhasan pemakaian bahasa figuratif pada cerpen berjudul “Telepon Dari Aceh”, “Sepotong Senja untuk

Pacarku”, “Cinta di Atas Perahu Cadik” dan “Orang yang Selalu Cuci

(9)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini dapat memberi manfaat terhadap kepustakaan studi sastra, Kajian ini memerikan keunikan pemilihan dan pemakaian kosakata dan bahasa figuratif yang digunakan oleh seorang pengarang, sehingga memperkaya khasanah dunia sastra, keilmuan dan menambah pengetahuan.

b. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberi sumbangan bagi pengembangan studi stilistika di Indonesia, khususnya di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Sedangkan manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut. a. Manfaat bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan contoh bahan bacaan analisis karya sastra, khususnya cerpen dalam meningkat apresiasi sastra mereka.

b. Manfaat bagi Guru

(10)

E. Definisi Operasional

Untuk lebih memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut dikemukakan definisi operasionalnya.

1. KajianStilistika

Stilistika merupakan bagian dari linguistik yang memusatkan perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, terutama pemahaman bahasa dalam sastra. Oleh karena itu kajian dalam stilistika berusaha menampilkan bagaimana unsur linguistik yang berupa satuan-satuan kebahasaan ini memiliki peran dan fungsinya dalam karya sastra. Kajian stilistika di dalam penelitian ini dipahami untuk menganalisis pemakaian bahasa yang unik dan khas digunakan oleh Seno Gumira Ajidarma dalam cerpen-cerpen pada penelitian ini.

2. Cerpen.

Cerpen adalah karya sastra prosa, merupakan karya kreatif imajinatif seorang sastrawan dengan bahan baku kehidupan manusia. Cerpen menurut Poe (dalam Aziez dan Hasim, 2012: 33) memiliki ciri khas yakni habis dibaca sekali duduk. Cerpen membatasi diri pada rentang waktu yang pendek sehingga perkembangan dan kematangan watak tokoh tidak dieksploitasi melainkan dibatasi, jarang menggunakan plot yang kompleks. Lebih fokus pada satu episode atau situasi tertentu daripada rangkaian peristiwa.

(11)

3. Model Kajian Stilistika

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembuatan jamu yang dilakukan oleh ketiga penjual jamu di wilayah Ngawen dapat dikatakan sebagian besar prosedur pembuatannya telah sesuai dengan Cara Pembuatan

respondents who were able to make monthly payment in. terms of the amount of their monthly income and

PEMBUATAN FILM PENDEK TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN TEKNIK CONTINUITY EDITING SEBAGAI UPAYA.. PENYADARAN

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Berdasarkan hal-hal di atas, maka sebaiknya obat-obat yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, yaitu guanetidin, guanadrel, alfa bloker dan

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan