• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR(BBL)DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY S UMUR 22 TAHUN DI DESA KARANGSOKA WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMBARAN - r

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR(BBL)DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY S UMUR 22 TAHUN DI DESA KARANGSOKA WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMBARAN - r"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis

1. Kehamilan

a. Kehamilan

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,2010 h: 75)

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari dari spermatozoa

dan ovum kemudia dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

(Prawirohardjo, Sarwono, 2014: 213).

b. Diagnosa Banding Kehamilan

Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau

penyakit yang menimbulkn keraguan dalam pemeriksaan:

1) Hamil palsu: gejala dapat sama dengan kehamilan, seperti

amenorea, perut membesar, mual, muntah, air susu keluar, bahkan

wanita tersebut merasakan gerakan janin. Namun, pada

pemeriksaan, uterus tidak membesar, tanda-tanda kehamilan lain

(2)

2) Mimi uteri. Perut dan rahim membesar, tetapi pada perabaan,

rahim terasa padat, kadang kala berbenjol-benjol. Tanda kehamilan

negatif dan tidak dijumpai tanda-tanda kehamilan.

3) Kista ovarium. Perut membesar, bahkan makin bertambah besar,

tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi

kehamilan negatif, tanda-tanda kehamilan negatif.

4) Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan

kateter, keluar banyak urin.

5) Hematometra. Uterus membesar karena terisi darah yang

disebabkan hymen imperforate, stenosis vagina atau serviks.

(Rutam Mochtar,2012 h: 37)

Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah

sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut

(Manuaba,2010:106-107):

1) Usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gram

bila berakhir disebut keguguran.

2) Usia kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjaadi peralinan

disebut prematuritas.

3) Usia kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut aterm (cukup bulan).

4) Usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat

(3)

c. Asuhan Tiap Trimester

1) Trimester 1

a) Menjalin hubungan saling percaya ini merupakan langkah r

awal namun akan sangat menentukan kualitas asuhan

diwaktu-waku berikutnya. Hubungan saling percaya antara pasien dan

bidan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan

penataaksanaan yang diberikan oleh bidan dapat selalu sesuai

dengan data yang disampaikan pasien secara jujur. Bisa

dibayangkan jika pasien tidak dapat percaya dengan bidan dan

memberikan data yang tidak sesuai, maka jika terjadi gangguan

pada ibu, bidan tidak akan dapat mendeteksi sehingga akan

berakibat fatal yaitu salah dalam memberikan pelayanan

b) Deteksi masalah

Pada tahap awal pemberian asuhan bidan melakukan deteksi

kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan

melakukan penapisan-penapisan. Beberapa diantaranya adalah

penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi

badan kurang dari 145 cm. Pre-eklamsi, hipertensi dalam

kehamilan, infeksi, dan sebagainya. Penapisan ini dilakukan

melalui proses pengkajian data subyektif dan obyektif serta

ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, USG, serta

(4)

c) Mencegah masalah (TT dan anemia)

Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang

harus dilakukan oleh bidan karna anemia merupakan penyebab

utama perdarahan postpartum. Berdasarkan data Departemen

Kesehatan, penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia

adalah perdarahan. Selain anemia bidan juga harus melakukan

pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena penyakit ini

memberikan peran yang cukup besar dalam menyebabkan

kematian bayi.

d) Persiapan persalinan dan komplikasi

Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun bidan

tetap harus menyampaikan informasi ini seawal mungkin

sehingga pasien dan keluarga sudah mempunyai gambaran

mengenai apa yang direncanakan. Selain itu untuk

memberdayakan pasien dan keluarga dapat ikut aktif dalam

pemantauan perjalanan kehamilannya.

e) Perilaku sehat ( Gizi, latihan/senam, Kebersihan, Istirahat)

f) Untuk informasi ini bidan perlu menyampaikan materi perilaku

hidup sehat secara terperinci karena aspek ini merupakan hal

(5)

2) Trimester II

Setelah bidan menyimpulkan bahwa pasien sudah cukup paham

dengan informasi yang harus diketahui pada trimester I maka pada

trimester II ini bidan memberikan informasi yang berkaitan dengan

pre-eklamsi ringan. Bidan mengajak pasien dan keluarga untuk

aktif dalam memantau kemungkinan gejala-gejala pre-eklamsi

ringan dalam kehamilannya sehingga timbul tanggung jawab bagi

pasien dan keluarga untuk mempertahankan kesehatannya secara

mandiri.

3) Trimester III

a) Gemelli

Pada usia kehamilan ini informasi yang perlu disampaikan

adalah hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan,

salah satunya adalah janin tunggal atau ganda. Informasi

tersebut akan mengurangi beberapa kekhawatiran yang

dirasakan oleh ibu dan keluarga berkaitan dengan janin.

b) Letak Janin

Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu

hal yang dikhawatirkan oleh ibu dan keluarga pada akhir masa

kehamilan. Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin

akan mengurangin kecemasan pasien. Ibu akan lebih siap jika

diberikan gambaran mengenai proses persalinan secara

(6)

d. Perubahan Psikologi Kehamilan

1. Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian)

Menurut Sulistyawati (2009, p. 76-77), perubahan psikologis

padatrimester I adalah :

a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan

kehamilannya

b) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan

kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja

c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.

Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya

d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama

e) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia

seseorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain

atau bahkan merahasiakannya

2. Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode Kesehatan Yang

Baik)

Menurut Sulistyawati (2009, p. 76-77), perubahan psikologis pada

trimester II adalah :

a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormone yang tinggi

(7)

c) Merasakan gerakan anak

d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

e) Libido meningkat

f) Menuntut perhatian dan cinta

g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian

dari dirinya

h) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau

pada orang lain yang baru menjadi ibu

i) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru

3. Perubahan Psikologis pada Trimester III

Menurut Sulistyawati (2009,p. 76-77), perubahan

psikologis pada trimester III adalah :

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,

dan tidak menarik

b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya

d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

f) Merasa kehilangan perhatian

g) Perasaan mudah terluka (sensitif)

(8)

e. Perubahan Fisiologis Kehamilan

Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama pada

alat kandungan, dan juga organ lainnya (Rustam Mochtar,2012 h:

29-30).

1) Perubahan pada sistem reproduksi.

a) Uterus

Ukuran untuk akomodasi perumbuhan janin, rahim membesar

akibat hipertrofi dan hyperplasia, endometrium menjadi

desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan: 30x25x20 cm

dengan kapasitas lebih 4000 cc. berat uterus naik secara luar

biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan

(40 pekan). Bentuk dan konsistensi pada bulan-bulan pertama

kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat, pada kehamilan

4 bulan, rahim berbentuk bulat, dan pada akhir kehamilan

seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil kira-kira sebesar

telur ayam, pada kehamilan 2 bulan sebesar telur bebek, dan

kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa. Pada minggu pertama,

isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan bertamabah panjang

sehingga jika diraba terasa lebih lunak yang disebut dengan

tanda hegar. Ppada kehamilan 5 bulan rahim teraba seperti

berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu

bagian-bagian janin dapat diraba melalui dindng perut dan

(9)

b) Vaskularisasi

Aa.Uterine dan aa.Ovarikae bertambah diameter, panjang, dan

anak-anak cabangnya. Pembuluh darah balik (vena)

mengembang dan bertambah.

c) Serviks uteri: serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi

lunak di sebut tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar

dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Karena bertambah

dan pelebaran pembuluh darah warnanya menjadi livid, dan

perubahan itu disebut tanda Chadwick.

d) Indung telur (Ovarium)

Masih terdapat uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen

dan progesterone.

e) Vagina dan vulva.

Karena pengaruh estrogen, terjadi perubahan pada vagina dan

vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat

lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan porsio

serviks disebut tanda Chadwick.

f) Dinding Perut (Abdominal Wall)

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan

robeknya serabut elastik di bawah kuliat sehingga timbul striae

gravidarum. Jika terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada

hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi diastesi rekti,

bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah

(10)

f. Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan lage aetist, tekanan

darah, nadi, suhu, pernafasan, jantung, paru-paru, dan sebagainya.

Perkusi tidak begitu berarti kecuali jika ada suatu indikasi. Palpasi

adalah ibu hamil diminta berbaring terlentang, kepala, dan bahu sedikit

ditinggikan dengan memakai bantal.

Manuver palpasi menurut Leopold

1) Leopold I

Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat

dalam fundus

2) Leopold II

Menentukan batas samping rahim kanan-kiri menentukan letak

punggung janin, dan pada letak lintang tentukan letak kepala janin.

3) Leopold III

Menentukan bagian terbawah janin

4) Leopold IV

Menentukan ada bagian terbawah janin dan berapa jauh sudah

masuk pintu atas panggul(Mochtar, 2011;hal 39-40).

g. Tanda-Tanda Hamil

1) Tanda Kemungkinan Hamil

Menurut Rustam Mochtar,2012 h: 35-36 bahwa tanda

(11)

a) Perut membesar.

b) Uterus membesar: terjadi perubahan dalam bentuk, besar

dan konsistensi rahim.

c) Tanda hegar: ditemukannya servikd dan ithmus uteri yang

lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4

samapi 6 minggu.

d) Tanda Chadwick: peubahan warna menjadi kebiruan yang

terlihat diporsio, vagina, dan labio. Tanda tersebut akibat

pelebaran vena karena penngkatan kadar estrogen.

e) Tanda piskacek: pembesaran dan pelunakan rahim ke salah

satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine.

Biasanya, tanda ini ditemukan diusia kehamilan 7-8

minggu.

f) Kontraksi-kontraksi kcil uterus jika dirangsang Braxton

hicks.

g) Teraba ballotemment.

h) Reaksi kehamilan positif.

2) Tanda Tidak Pasti Hamil

Menurut Manuaba (2010:108) menyebutkan tanda tidak pasti

kehamilan dapat ditentukan oleh:

(12)

b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar tanda

Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hics, dan

teraba Ballotemment.

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu.

3) Tanda Pasti Kehamilan (Rustam Mochtar,2012 h:109)

a) Gerakan janin dan rahim.

b) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian

janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat

kardiotografi, alat dopller. Dilihat dengan ultrasonografi.

Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu, rontgen untuk

melihat kerangka janin, ultrasonografi.

h. Tanda Bahaya Kehamilan.

Menurut Prawirohardjo,2010 h:281-284 tanda bahaya pada

kehamilan yaitu :

1) Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di

bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.

Sekitar 10-12% kehamilan akan berakhir dengan keguguran

yang pada umunya (60-80%) disebabkan oleh kelainan

(13)

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 20 minggu

pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Pada

plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka

umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan apabila

segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan

sedikit penurunan bagian terbawah janin.

2) Preeklamsi

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas

normal sering diasosiasikan dengan preeklamsi.

Gejala dan tanda dari preeklapsia adalah:

a) Hiperreleksia (iritabilitas saraf pusat)\

b) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang

tidak membaik dengan pengoobatan umum.

c) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur,

skotomata, silai, atau berkunang-kunang.

d) Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/24 jam)

e) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik

10-20 mmHg di atas normal.

f) Preteinuria (diatas positif 3)

(14)

3) Nyeri hebat di daerah abnominopelvikum. Bila hal tersebut

terjadi pad kehamilan trimester kedua atau ketiga dan di

sertai dengan riwayat dan tanda-tanda di bawah ini maka

diagnosanya mengarah pada solusio asenta, baik dari jenis

yang disertai perdarahan maupun tersembunyi.

4) Trauma abdomen.

5) Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan.

6) Bagian-bagian janin sulit teraba.

7) Uterus tegang dan nyeri.

8) Janin mati dalam rahim.

9) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan.

10)Menggigil atau demam

11)Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.

i. Pelayanan Asuhan

1) Pengertian antenatal care

Antenatal care (pelayanan antenatal) adalah upaya preventif

program pelayanan kesehatan obstetri untuk optimalisasi

luaran maternal dan noenotal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan. (Prawirohardjo 2010;

(15)

2) Tujuan pengawasan antenatal :

a) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang

terdapat saat kehamilan, saat ppersalinan, dan kala

nifas.

b) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai

hamil, persalinan, dan kala nifas.

c) Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan

dengann kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan

aspek keluarga berencana.

d) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan

perinatal (Manuaba,2010 h: 111)

3) Kunjungan antenatal care.

Apabila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian

dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, apabila

kehamilan normal jadwal kunjungan asuhan cukup empat

kali.

Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah

kunjungan pertama (K1), kunjungan kedua (K2), kunjungan

ketiga (K3), kunjungan keempat (K4). Hal ini berarrti

minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia

kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama

kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan

(16)

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan

antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian

pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada

tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan

adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan

mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan.

4) Standar pelayanan antenatal.

a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

b) Pengukuran tekanan darah.

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).

d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian

imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet

selama kehamilan.

g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin

(DJJ).

h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi

interpersonal dan konseling, termasuk keluarga

berencana).

i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes

(17)

pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah

dilakukan sebelumnya).

j) Tatalaksana kasus. (Profil Kesehatan Indonesia 2016;

h.103-104).

2. Persalinan

a. Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin+urin) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan

lahir atau dengan jalan lain (Rustam Mochtar,2012 h:69)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lainnya, dengan bantuin atau

tanpa bantuin (kekuatan ibu sendiri) (Manuaba,2010 h:164)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)

sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Ibu belum inpartu jika konraksi uterus tidak mengakibatkan

(18)

b. Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Persalinan

1) Passenger (Isi Kehamilan)

Faktor passenger terdiri atas 3 komponen yaitu janin, air ketuban

dan plasenta.

a) Janin

Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak,

sikap, dan posisi janin. Namun plasenta jarang menghambat

proses persalinan pada kehamilan normal.

b) Air ketuban

Waktu persalinan air ketuban membuka serviks dengan

mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian selaput

anak yang di atas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut

ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.

c) Plasenta

Plasenta juga harus melewati jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta

jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal.

2) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun

(19)

dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan

dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu

ukuran dan bentuk panggul harus ditetukan sebelum persalinan

dimulai.

3) Power (Kekuatan)

Dalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang

mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi

otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja

sama yang baik dan sempurna.

4) Psikis (Psikologis)

Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan

kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran

bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada

saat itulah benar-benar terjadi realitas”kewanitaan sejati” yaitu

munculnya rasa bagga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya.

Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami

perpanjangan waktu. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian

bahwa kehamilan yang semula dianggap sebegai suatu “keadaan

yang belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.

5) Penolong (Bidan)

Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberika

dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau

(20)

c. Asuhan Sayang Ibu

Menurut Marmi,2012 h: 161 dan 175-176 asuhan sayang ibu

1) Asuhan saying ibu kala I

a) Memberikan dukungan emosional

b) Membantu pengaturan posisi

c) Memberikan cairan dan nutrisi

d) Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur

e) Pencegahan infeksi

2) Asuhan sayang ibu kala II

a) Pendampingan keluarga

Selama proses persalinan berlangsung, ibu membutuhkan

teman dari keluarga. Bisa dilakukan oleh suami, orang tua,

kerabat.

b) Libatkan keluarga

Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain membantu ibu

berganti posisi, teman bicara, melakukan rangsangan taktil,

memberikan makanan dan minuman, membantu mengatasi rasa

nyeri dengan memijat bagian lumbal atau pinggang belakang.

c) KIE proses persalinan

Penolong persalinan memberikan pengertian tentang tahapan

dan kemajuan persalinan atau kelahiran janin pada ibu dan

(21)

d) Membantu ibu memilh posisi

Posisi meneran disesuaikan dengan kenyamanan ibu.

e) Cara meneran

Ibu dianjurkan meneran bila ada kontraksi atau dorongan yang

kuat dan adanya spontan keinginan untuk meneran, dan pada

saat relaksasi ibu danjurkan untuk istirahat untuk

mengantisipasi agar tidak kelelahan.

f) Pemberian nutrisi

Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan,

elektrolit, dan nutrisi. Hal ini untuk mengantisispasi ibu

mengalami dehidrasi.

d. Fase-Fase dalam Persalinan

Kala satu dalam persalinan dimulain sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatan) hingga serviks

membuka lengkap (10 cm). kala satu persalinan terdiri atas dua fase

yaitu fase laten dan fase aktif (Asuhan Persalinan Normal, 2014 h: 40).

1) Fase laten pada kala satu persalinan

a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan serviks secara bertahap.

b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hamper atau hingga 8

(22)

2) Fase aktif frekuensi dan lama pada kala satu persalinan

a) Frekuensi dan lama kntraksi yetrus aan meningkat seara

bertahap (kontrasi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga

kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama

40 detik atau lebih).

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10

cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam

(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm

(multipara) (Asuhan Persalinan Normal,2014 h:40)

e. Beberapa Istilah Yang Berhubungan Dengan Persalinan

Menurut Rustam Mochtar, 2012 :69 cara persalinan yaitu :

1) Menurut cara persalinan

a) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah

proses lahirnya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri,

tanpa bantuan alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang

umunya berlangsung kurang dari 24 jam.

b) Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam

dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan

operasi kaesarea.

2) Menurut tua (umur) kehamilan

a) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum

janin dapat hidup (viable) berat janin dibawah 1000 gram-tua

(23)

b) Partus prematurus adalah persalinan (pengeluaran) hasil

konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu; janin dapat hidup

tetapi premature.berat janin antara 1000-2500 gram. Partus

matures atau aterm adalah partus pada kehamilan 37-40

minggu; janin matur, berat badan diatas 2500 gram.

c) Partus postnaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir janin

disebut postmatur.

d) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat

cepat, mugkin di kamar mandi, di atas becak, dan sebagainya.

e) Partus percobaan adalah suatu kemajuan persalinan untuk bukti

tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

f. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan

Sebab-sebab mulainya persalinan (Mochtar,2012;hal 70)

a) Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormon

esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang

otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan

pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron

turun.

b) Teori plasenta menjadi tua

Penuaan plasenta akan menyebabkan turunya kadar progesteron

sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut aakan

(24)

c) Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia

otot-otot rahim sehingga menggangu sirkulasi uteroplasenta.

d) Teori iritasi mekanik

Di belakang terletak ganglion servikale. Apabila ganglion tersebut

digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul

kotraksi uterus

e) Induksi partus(induction of labour). Partus dapat pula titimbulkan

dengan:

(1) Gagang laminaria, beberapa laminaria dimasukan ke dalam

kanalis servisis dengaan tujuan merngsang pleksus franken

hauser.

(2) Amniotomi, pemecahan ketuban

(3) Tetesan oksitosin, pemberian oksitosin memalui tetesan per

infuse.

g. Proses Tejadinya Persalinan

Menurut Manuaba, 2010 :167-169 Terjadinya persalinan belum

diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang

berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his. Dengan penurunan

hormone progesterone menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi.

(25)

1) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama

primigravida.

2) Perut lebih melebar karena fundus uteri.

3) Muncul saat nyeri didaerah pinggang karena kontraksi ringan otot

rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar

serviks (tanda persalinan palsu).

4) Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.

5) Terjadi pengeluaran lender, lender penutup serviks dilepaskan.

h. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut Manuaba,2010: 169 Tanda-tanda persalinan yaitu:

1) Kekutan His makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yan makin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lender,

lender campur darah)

3) Dapat disertai ketuban pecah.

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (pelunakan

servis, pendataran serviks, pembukaan serviks).

i. Kala Persalinan

Menurut Rustam Mochtar, 2012: 71. Proses persalinan terdiri dari 4

kala yaitu:

Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi

(26)

Kala II : Kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan

his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin keluar

hingga lahir.

Kala III : Waktu untuk pelapasan dan pengeluaran uri.

Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam.

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar

(effesement).

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

a) Fase Laten: pembukaan serrviks yang berlangsung lambat

sampai pembukaan 3cmm, lamanya 7-8 jam.

b) Fase aktif: berlangsungnya selama 6 jam dan dibagi atas 3

subfase.

(1) Periode akselerasi, berlangsung 2 jam pembukaan menjadi

4 cm.

(2) Periode dilatasi maksimal selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(3) Periode deselarisasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2

(27)

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi kuat, cepat,

dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit saklai. Kepala janin telah turun

dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadinya tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung reflek menimbulkan

rasa mengejan. Karena tekanan pada rectum, ibu marasa seperti

mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his,

kepala janin mulai kelihatan,vulva membuka, dan perineum

meregang. Kala II pada primi berlangsung selama 1½-2 jam, pada

multi ½ jam (Rustam Mochtar,2012:71-73)

3) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setalah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.

Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan

berisiplasenta yang menjadu dua kali lebih tebal sebelumnya.

Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri.

Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke

dalam vagina dan akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari

atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-3- menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta

disertai dengan penegluaran darah kira-kira 100-200 cc (Rustam

(28)

4) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi

dan uri lahir untuk mengamati keadaaan ibu, terutama terhadap

bahaya perdarahan postpartum (Rustam Mochtar,2012:73)

j. Mekanisme Persalinan

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim

meluas untuk menerima. Selanjutnya, urutan turunnya kepala janin

adalah seperti skema berikut ini. Mekanisme turunnya kepala janin,

teruttama pada primi sedangkan pada multi, peluasan tersebut terjadi

pada saat dimulainnya partus. Untunglah, hamper 96% janin adalah

letak kepala.

Pada letak belakang kepala (LBK) dapat dijumpai:

1) Ubun-ubun kecil kiri depam =58%.

2) Ubun-ubun kecil kanan depan = 23%.

3) Ubun-ubun kecil kanan belakamg = 11%.

4) Ubun-ubun kecil belakang = 8%.

Dikemukakan 2 teori untuk menjelaskan mengapa lebih banyak

letak kepala dibandingkan letak lainnya, (Rustam Mochtar,2012:73)

a) Teori akomodasi bentuk rahim memungkinkan bokong dan

ekstremitas yang besar volumenya untuk berada diatas, sedangkan

(29)

b) Teori gravitasi, karena relatif besar dan berat, kepala akan turun ke

bawah. Karena his yng kuat, terut, dan sering, kepala janin turun

memasuki pintu atas panggul. Karena menyesuaikan diri dengan

jalan lahir, kepala memasuki panggul dengan ukuran yang terkecil.

(1) Diameter suboksipito-bregmatika=9,5 cm

(2) Sirkumferensia suboksipito-bregmatika=32cm

Sedangkan mekanisme persalinan menurut Williams,2013:

392 yaitu pada awalan persalinan, posisi janin terhadap jalan lahir

penting untuk mengetahui rute kelahiran. Sehingga, posisi janin di

dalam rongga uterus harus ditentukan saat awitan pesalinan.

Orientasi janin sehubungkan dengan pelvis maternal dibahas dalam

kaitannya dengan letak, presentasi, sikap, dan posisi janin.

k. Pimpinan Persalinan

Dari sudut praktis, memimpin persalinan adalah suatu seni,

walaupun memerlukan ilmu obstetri yang harus diketahui penolong.

Karena itulah, dukun beranak masih mempunyai peranan penting dan

memerlukan pendidikan dan latihan, terutama di negara-negara

berkembang.

Pertanyaan yang sering diajukan oleh ibu hamil adalah

“Bolehkan bersalin di rumah atau harus di rumah sakit ?” Walaupun

85% persalinan berjalan normal, pada 15% sisanya dijumpai

(30)

yang baik dapat mencegah komplikasi dan mencoba menjawab

pertanyaan tadi. Masalah di negara berkembang adalah fasilitas rumah

sakit, kketenagaan, dan pengaruh sosio-budaya serta sosio-medis yang

masih memegang peranan penting dibandingankan dengan

negara-negara maju (Rustam Mochtar,2010 :76)

Di negara maju, keadaan-keadaan berikut memerlukan

penanganan spesialistis.

1) Primigravida dengan

a) Umur diatas 30 tahun.

b) Tinggi kurang dan 150 cm (5 kaki)

c) Penyakit-penyakit tertentu.

d) Komplikasi medis dan obstetri

e) Kelainan panggul.

f) Kelainan letak janin

2) Multigravida dengan

a) Umur di atas 35 tahun.

b) Anak lebih dari 4

c) Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk.

Negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang dianjurkn

untuk bersalin di rumah sakit ialah :

(1) Ibu-ibu dengan riwayat kehamilan dan persalinan buruk.

(31)

(3) Ibu yang telah hamil lebih dari 5 kali

(4) Ibu-ibu dengan resiko tinggi lainnya

l. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah

yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi

baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam

mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat diagnose kerja,

membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,

melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil

asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan atau bayi

baru lahir (Sarwono,2010 :335-336)

Empat langkah proses pengambilan keputusan klinik:

1) Pengumpulan data

a) Data subyektif

b) Data obyektif

2) Diagnosis

3) Penatalaksanaan asuhan dan perawatan

a) Membuat rencana

b) Melaksanakan rencana

(32)

m. 60 Langkah Persalinan menurut Prawirohardjo,2014: 341-347.

Melihat tanda dan gejala kala II yaitu :

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II

a) Ibu mempunyai ke inginan untuk meneran

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum

dan/vaginannya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva vagina dan sfingter anin membuka

Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan pperlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai.

5) Memakai sarung tanggan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi/steril) dan

meletakkan kembali ke partus set/ wadah disinfeksi tingkat tinggi

(33)

Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

7) Membersihan vulva dan perineum, menekannya dengan hati-hati

dari depan ke belekangan dengan menggunakan kapas atau kasa

yang sudah di basahi air disinfesi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan

jka terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut

dengan benar di dalam larutan dokontaminasi).

8) Menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Apabila

selaput ketuban belum pecah, sedangankan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan carra mencelupkan

tanggan masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5% dan kemudia melepaskannya dalam keadaan terbalik

serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan.

10)Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah koontraksi brakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180

(34)

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan

meneran.

11)Member tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang

nyaman sesuai dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinganan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan member semangat kepada ibu saat

ibu mulai meneran.

12)Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran, (pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengan duduk

dan pastikan ia merasa nyaman)

13)Melakukan pimppinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan member semangat atas usaha ibu untuk

(35)

c) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman

sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring

terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat d antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan member

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan peroral.

g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60 menit (1 jam) untuk multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginanan untuk

meneran.

i) Menganjurkan ibu berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak

kontrasi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontrasi-kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan

(36)

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersik di atas perut ibu untuk mengeringkn

bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, dibawah

bokong ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

18) Saat kepala bayi membukavulva dengan diameter 5-6 cm

lindungan perineum dengan serung tangan yang di lapisi kain,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19) Menyeka dengan lembut muka bayi, mulut, dan hidung dengan

kain kasa atau kasa bersih.

20) Memeriksa liilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal ituu terjadi, dan kemudia meneruskan segera

(37)

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atau kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengkelmnya

di dua temat dan memotongnya.

21)Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara sponta lahir bahu.

22)Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Mnganurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut

menarik kea rah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior

muncul di bawah akus ppubis dan kemudian dengan lembut

menarik kea ah ata dan ke arrah luar untuk meletakan bahu

posterior.

23)Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan angan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum.

Membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tanggan

tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat d lahirkan menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

(38)

24)Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusuri tanngan yang ada di

atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk

menyangga saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata

kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan bayi baru lahir

25)Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudia

meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu

pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila

bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26)Segera membungkus kepala bayi dengan handuk dan biarkan

kontak kulit ibu dengan bayi. Lakukan penyuntikkan

oksitosin/i.m.

27)Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem

kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dan klem pertama

(kearah ibu).

28)Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klm

tersebut.

29)Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basahh dan

(39)

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan sesuai.

30)Memberikan bayi kepada ibu dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

31)Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

32)Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik.

33)Daam waku 2 menit setelah kelahiraan bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit I.M di gluteus 1/3 atas ppaha anan ibu bagian

luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

34)Memindahkan klem tali pusat.

35)Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lan.

36)Menunggu uterus berkontraksi dan kemudia melakukan

penegangan kea rah bawah tali pusat dengan lembut. Lakukan

tekanan yang berlawanan arah pada bagian bwah uterus dengan

cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial)

(40)

uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penengangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut

mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

asnggota keluarga untuk melakukan rrangsangan putting

susu.

37)Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali upusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva

(1) Jika plasenta tidak terlepas setelah melakukan

pengangan tali pusat selama 15 menit:

(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unti I.M.

(b) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik

aseptik jika perlu.

(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

(e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir selama 30

(41)

38)Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkkan

kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati

memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan

lembut perlahan melahirakan selaput ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tanngan

disenfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina

dan servik ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forsep disinfeksi tingkat tinggi atau

steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

39)Segera settelah plasenta dan seaput ketban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uters berkontraksi (fundus menjadi keras).

40)Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

41)Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Paskapersalinan

42)Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

43)Mencelupkan kedua tangan yang memkai sarung tangan ke

(42)

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkan dengan kain bersih dan kering.

44)Menempatkan klem ttali pusat disinfesi tingkat tinggi atau steril

mengikatkan tali pusat dengan simpul mati kelilin tali pusat

sekitar 1 cm dari pusat.

45)Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

46)Melepaskan klem dan meletakkan ke dalam larutan klorin

0,5%.

47)Menyelimuti kepala bayi dan menutupi bagian kepalanya.

48)Menganjurkan ibu untuk pemberian ASI.

49)Melanjutkkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam:

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama paskapersalinan

b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paskapersalinan.

c. Setiap 20-30 menit pada 2 jam paskapersalinan.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.

e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan

lakukan penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan

(43)

50)Mengajarkan kepada ibu atau keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51)Mengevaluasi kehilangan darah.

52)Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandungkemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama paskapersalinan dengan setiap 30

menit jam kedua paskapersalinan.

a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam kedua

jam pertama paskapersalinan.

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuam yang tidak

normal.

53)Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

54)Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

samppah yang sesuai.

55)Membersihakan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketban, lender, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56)Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberiakn

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman dan

(44)

57)Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58)Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59)Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60)Melengkapi partograf.

3. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram

(Sarwono,2005 dalam Sondakh,2013 h: 150)

Bayi baru lahir normal adaah bayi yang lahir cukup bulan,

38-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang

bdan sekitar 50-55 cm (Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013 h:150)

b. Menurut Rustam Mochtar, 2012: 90 Bayi Baru Lahir dapat dibagi

menjadi 2 yaitu :

1) Bayi normal (sehat) memerlukan perawatan biasa.

2) Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulanga khusus,

(45)

Pada umumnya, kelahiran bayi normal cukup ditolong oleh

bidan yang bertnggungjawab penuh terhadap keselamatan ibu dan

bayi. Pada kelahiran abnormal, yang memerlukan pertolongan

spesialis, bayi baru lahir diurus oleh bidan atau, jika di rumah sakit

yang dilengkapi dengan unit keehatan bayi, hendaknya ditangani

oleh dokter anak.

c. Perawatan Bayi Baru Lahir

1) Menurut Sondakh,2013 h: 159-161 Perawatan Bayi Baru Lahir

a) Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan

handuk di atas perut ibu.

b) Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan darah

atau endir dari wajah bay agar jalan udara tidak terhalang.

Periksa ulang pernafasan bayi, sebagian besar bayi akan

menangis atau bernafas sacara sponta dalam waktu 30 detik

setelah lahir.

c) Perawatan Mata

Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit

menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama

setelah persalinan. pengobatan yang umumnya dipakai adalah

larutan perak nitrat atau Neosporin yang langsung diteteskan

(46)

d) Pemeriksaan Fisik.

(1) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar, adanya caput succedaneum, cepal

hematoma, kraniotabes, dan sebaginnya.

(2) Mata: Pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva,

tanda-tanda infeksi (pus).

(3) Hidung dan Mulut: pemeriksaan terhadap labio skisis,

labioppaltoskisis, dan reflek isap.

(4) Telinga: pemeriksaan terhadap preaurical tog, kelainan

bentuk telinga.

(5) Leher: pemeriksaan terhadap hematom

sternocleidomastoideus .

(6) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk pembesaran buah dada,

pernafasan, retraksi intercostals, merintih.

(7) Abdomen:pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran

hati, limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi

menderita diafragmatika) .

(8) Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi

jantung, kelainan bunyi jantung.

(9) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah

pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia ditali

(47)

(10) Alat kelamin: pemerikaan terhadap testis apakah berada

dalam skrotum, penis berlubang pada ujung, vagina

berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora.

e) Indentifikasi Bayi.

Memudahkan infentifikasi, alat pengenal bayi

diperlukan segera paska-persalinan. alat yang digunakan

sebaikknya tahan air, dengan tepi halus yang tidak mudah

melukai, tdak mudah sobek, dan tidak mudah lepas. Pada

alat/gelang indentifikasi, tercantum nama (bayi dan ibunya),

tanggal lahir nomor bayi, jenis kelamin, dan unit. Sidik telapak

kaki bayi dan sidik bu jadi ibu harus tercetak di acatatan yang

tidk mudah hilang. Berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala dan

lingkar perut diukur, kemudian dicatat dalam rekam medis.

f) Perawatan Lain-Lain.

(1) Lakukan perawatan tali pusat.

(a) Pertahankan sisa tali pusat dala keadaaan terbuka agar

terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih secara

longgar.

(b) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan

sabun dan air bersih, kemudian dikeringkan sampia

(48)

(2) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dn bayi dipulangkan

ke rumah, diberikan imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B.

(3) Orangtua dianjurkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka

diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk

perawatan lebih lanjut jika ditemui hal-hal berikut:

(a) Pernfasan: sulit atau lebih dari 60 kali/menit.

(b) Warna: kuning (terutama pda 24 jam pertama), biru,

atau pucat.

(c) Tali pusat: merah, bengkak, keluar caiiran (nanah), bau

busuk, berdarah.

(d) Infeksi: suhu menngkat, merah, bengkak, keluar cairan

(nanah), bau busuk, pernafasan sulit.

(e) Feses atau kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, feses

lembbek, sering kejang, tidak bisa tenang, menangis

terus menerus.

(4) Orangtua dianjurkan cara merwat bayi dan melakukan

perawatn harian untuk bayi baru lahir, meliputi:

(a) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam,

mulai dari hari pertama.

(b) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering,

serta mengganti popok.

(c) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

(49)

d. Alat- alat Untuk Perawatan Bayi.

Menurut (Rustam Mochtar,2012.h:90)

1) Penghisap lender (ekstraktor/aspirator mucus)

2) Tabung oksigen beserta alat untuk membantu pernafasan bayi.

3) Alat resusitasi untuk pernafasan.

4) Obt0obatan: glukosa 40%, larutan natrium bikarbonat 7,5%,

nalorfin sebagai antidote morfin dan petidin.

5) Alat pemotong, pengikat, dan antiseptik tali pusat.

6) Tanda penganal (identifikasi) bayi yang sama dengan ibu.

7) Tempat tidur bayi dan incubator bayi.

8) Stop-watch dan thermometer.

e. Kalsifikasi Klinik Nilai APGAR

Menurut Rustam Mochtar, 2012 h: 91 Klasifikasi nilai APGAR yaitu:

1) Nilai 7-10 bayi normal.

2) Nilai 4-6 bayi asfiksia ringan-sedang.

3) Nilai 0-3 bayi asfiksia berat.

f. Perhitungan Nilai APGAR.

Perhitungan nilai Apgar dilakukan pada waktu 1 menit pertama dan 5

menit kedua. Pada vigerous baby, nilai Apgar 1 menit petama sudah

mencapai 8-10. Apabila terjadi penyimpangan nilai Apgar, segera

(50)

Tabel. 2.1. Nilai APGAR

Gejala 0 1 2

Denyut jantung Tidak ada <100denyut/menit >100denyut/menit Pernapasan Tidak ada Lemah, menangis

lemah

Baik, menangis kuat

Otot Lemas Reflek lemah Gerak aktif, reflek

baik Reaksi terhadap

rangsang

Tidak ada Meringis menangis

Warna kulit Biru /pucat Badan

merah/ektermitas pucat

Seluruhnya merah

Sumber: Manuaba,2010: 205

g. Kunjungan Bayi Baru Lahir.

Kunjungan neonatal menurut PERMENKES NO.53 2014, yaitu:

1) KN-1: pada saat bayi berumur (satu) kali pada umur 6-48 jam.

2) KN-2: pada saat bayi beumur 3-7 hari.

3) KN-3: pada saat bayi berumur 8-28 hari.

h. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.

Asuhan kebidanan kunjungan neonates sebanyak tiga kali (dua

kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8-28 hari) yaitu pada

umur 6-48 jam, umue 3-7 hri, dan umur 8-28 hari. (Profil Kesehatan

Indonesia,2014 h:110)

Kunjungan neonates (KN) dilakukan sejak bayii usia satu hari

sampai usia 28 hari yaitu :

1) Kunjungan Neonates (KN) 1 dilakukan pada umur 6-48 jam

asuhan yang diberikan yaitu; perawatan tali pusat, pemberian ASI

(51)

BBL, imunisasi, perawatan bayi sehari-hari dan pencegahan

infeksi. (Profil Kesehatan Indonesia,2014 h: 110).

2) Kunjungan Neonatus (KN) 2 dilakukan pada umur 3-7 hari asuhan

yang diberikan bidan pada saat kunjungan kepada bayi umur 6 hari

adalah beritahu hasil pemeriksaan pada ibu, anjurkan ibu untuk

menjaga kehangatan bayi, anjurkan ibu untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi, beritahu ibu bahwa akan dilakukan

kunjungan rumah. (Pofil Kesehatan Indonesia,2014 h: 110)

3) Kunjungan Neonatus (KN) 3 dilakukan pada umur 8-28 hari.

Memberitahu I hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu tetap

menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk tetap

memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan, memberikan konseling

imunisasi BCG dan polio 1 serta menganjuran ibu untuk

melakukan imunisasi BCG dan polio. (Profil Kesehatan

Indonesia,2014 h: 110).

i. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir.

Tanda bahaya bayi baru lahir adalah dalam Asuhan Persalinan Normal

ed.2014 rev.6 h:144

1) Tidak dapat menyusu

2) Kejang

3) Mengantuk atau tidak sadar

(52)

5) Merintih

6) Retraksi dinding dada bawah

7) Sianosis sentral

j. Penyulit Bayi Baru Lahir dan Neonatus (Manuaba,2010 h: 421-429)

1) Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat

bernafas spontan, sehingga dapan menurunkan O2 dan majin

meningkat CO2 yang menimbulkan akibat buruk.

2) Kaput Suksedaneum

Kaput suksedaneum muncul arena kepala janin terlalu lama

tertekan di dasar panggul, akan menghilang beberapa hari dan akan

berkurang setelah hari pertama.

3) Sefalhematoma

Sefalhematoma adalah perdarahan subperitonial, dengan batas jelas

pada satu tulang tengkorak.

4) Fraktur Tulang Klavikula

Sering terjadi pada kesulitan persalinan bahu. Gejala yang

mungkin terjadi adalah hilangnya kekuatan pada sisi fraktur dan

reflek moro hilang.

(53)

Kelainan konginetal adalah kelainan pertumbuhan sruktur organ

janin sejak saat pembuahan. Kelainan konginetal merupakan

penyebab terjadinya keguguran, lahir mati atau kematian setelah

persainan pada minggu pertama.

4. Masa Nifas

a. Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam

Mochtar,2012 h:87).

Kala peurperium (nifas) yang berlangsung selama 6 minggu 42

hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ

kandungan pada kadaan yang normal (Manuaba,2010 h:200).

b. Nifas Dibagi Dalam 3 Periode

Menurut Roestam Mochtar,2012 h:87 nifas di bagi menjadi 3

periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telh diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermediate, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

(54)

3) Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu

persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat

sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan(Rustam

Mochtar,2012 h: 87)

c. Involusi Alat-Alat Kandungan

Menurut (Rustam Mochtar,2012 h: 87- 88)

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2) Bekas mplantasi uri: plasenta bed mengecil karena kontraksi dan

menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2

minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan

akhirnya pulih.

3) Luka-luka pda jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

4) Rasa nyeri, yang disebut after pains (merian atau mules-mules)

disebabkan kontraksi rahim,biasanya berlangung 2-4 hari paska

persalinan. perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal

tersebut dan jika terlalu mengganggu, dapat diberikan obat anti

nyeri dan antimules.

5) Lokia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan

(55)

a) Lokia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari paska persalinan.

b) Lokia sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan

lender, hari ke 3-7 paska persalinan.

c) Lokia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 paska persalinan.

d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lokia purulenta: terjadi nfeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

f) Lokiostais: lokia tidak lancer keluarnya.

6) Serviks, setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman.

7) Ligament-ligamen. Ligament fascia, dan diafragma pelvis yang

meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara

berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.

d. Perawatan Paska Peralinan.

Menurut (Rustam Mochtar,2012 h: 88-89) perawatan paska persalinan.

1) Mobilisasi, karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat,

tidur terlentang selama 8 jam paska persalinan, setelah ibu boleh

miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya

(56)

2) Diet, makanan harus bermutu, bergizi dan cukuo kalori.

3) Miksi, hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri

secepatnya.

4) Defeksasi, buang air besar harus dilakukan 3-4 hari paska

persalinan. apabila buang air besar dan terjadi obstipasi apa lagi

buang air besar keras, dapat diberikan obat laksatif per oral atau

per rectal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

5) Perawatan payudara, perawatan payudara telah dimuai sejak wanita

hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai

persiapan untuk menyusui. Apabila bayi meninggal, laktasi harus

dihentikan dengan cara pembalutan payudara sampai tertekan.

6) Laktasi: untuk menghadapi masa laktasi, sejak kehamilan telah

terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar payudara, yaitu:

a) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan

bertambahnya jaringan lemak.

b) Pengeluaran cairan susu jolong (kolostrum) yang berwarna

kuning putih susu dari duktus laktiferi, hipervaskulrisasi pada

permukaan dan bagian dalam.

c) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesterone

hilang sehingga timbul pengaruh hormone laktogenik (LH)

(57)

7) Cuti hamil dan bershra. Menurut undang-undang, wanita pekerja

berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1

bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.

8) Pemeriksaan paska persalinan: Di Indonesia, ada kebiasaan atau

kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah

setelah selesai nifas, yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan

normal hal tersebut dapat diterima dan dilakukan pemeriksaan

kembali 6 minggu setelah persalinan. namun, bagi wanita dengan

persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu

kemudian.

Pemeriksaan postnatal anatara lain meliputi:

a) Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keluhan, dan

sebagainya.

b) Keadaan umum: suhu badan, selera makan, dan lain0-lain.

c) Payudara: ASI, putting susu.

d) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.

e) Seret yang keluar, misalnya lochia, flour albus.

f) Keadaan alat-alat kandungan.

9) Nasihat untuk ibu postnatal.

a) Fisioterapi postnatal sangat baik diberikan.

b) Sebaiknya bayi disusui.

(58)

d) Untuk keadaan ibu, bayi, dan keluarga, sebaiknya melakukan

KB untuk menjarangkan anak.

e) Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.

e. Suplemen Vitamin A pada Ibu Nifas

Menurut depkes,2009 h:4 pemberian suplemen Vitamin A pada Ibu

Nifas :

Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan sampai 6 minggu setelah

kelahiran bayi (0-42 hari). Ibu nifas harus diberikan kapsul vitamin

A dosis tinggi karena:

1) Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk

meningkatkan kandungan Vitamin A dalam ASI selama 60

hari.

2) Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup

menambah kandungan Vitamin A dalam ASI samapi bayi

berusia 6 bulan.

3) Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan.

4) Mencegah infeksi pada ibu nifas.

Waktu pemberian :

Kapsul Vitamin A merah (200.000 SI) diberikan padaa masa nifas

sebanyak 2 kali yaitu:

1. Satu kapsul Vitamin A diminum segera setelah saat persalinan

2. Saru kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah

(59)

Catatan:

Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapatkan

Vitamin A, maka kapsul Vitamin A dapat diberikan:

1. Tenaga kesehatan (dokter, bidan,perawat, tenaga gizi dll)

2. Pada KN 1 (6-48 jam) atau pemberian imunisasi hepatitis B

(Hb0).

3. Pada Kn 2 (bayi berumur 3-7 hari)

4. Pada KN 3 (bayi berumur 8-28 hari)

f. Menurut Frisc Tresnawati,2013 h: 64 Fase psikologis ibu nifas

yaitu:

1) Taking-in

a) Terjadi pada 1-2 hari post partum, umumnya ibu pasif dn

ketergantungan, perhatiannya tertuju pada diri sendiri.

b) Ibu mungkin akan mengulang-ulang pengalamannya waktu

melahirkan.

c) Kebutuhan akan istirahat sangat penting, pusing.

d) Peningkatan kebutuhan nutrisi.

2) Taking-on

a) Berlangsung 2-4 hari post partum, ibu menjadi lebih

perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua.

b) Berkonsentrasi terhadap pengontrolan fungsi tubuhnya.

c) Ibu berusaha keras merawat bayinya sendiri, agak sensitf,

(60)

3) Letting go

a) Banyak ibu mengalami perasaan ‘let-down’ setelah

melahirkan, sehubungan dengan seriusnya pengalaman

melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk

mengatasi masalah secara efektif dalam membesarkan.

b) Umumnya depresi sedang dan dapat diatasi 2 pekan

kemudian.

c) Jarang manjadi patologis sampai psikosis post partum.

g. Psikologi Ibu yang Mengalami Nifas

Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas adalah berupa

gangguan prikologi seperti postpartum blues (PPS), depresi

postpartum, dan postpartum psikologi. Gangguan tersebut biasanya

merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya

hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hinga dua

minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dangan gejala-gejala: cemas

tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak percaya diri,

sensitif, mudah tersinggung, merasa kurang menyayangi bayinya.

Jika hal ini dianggap sepele, keadaan ini bisa serius dan dapat

bertahan 2 minggu sapai 1 tahun yang akan berlanjut menjadi sindrm

postpartum. Cara mengatasi ganguan psikologi pada nifas dengan

(61)

1) Cara pendekatan komunikasi terapeutik.

Tujuan dari komunikasi ini adalah menciptakan hubungan baik

antara bidan dengan pasien dalam rangka penyembuhan dengan

cara:

a) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketergantungan

emosi.

b) Dapat memahami diri sendiri.

c) Dapat mendukung tindakan kontuktif.

2) Cara peningkatan dukungan mental/dukungan keluarga

Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi,

disarankan untuk melakukan hal berikut: meminta bantuan suami

atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk

menghilangkan kelelahan beritahu suami mengenai apa yan sedang

ibu rasakan. (Vivian,2013 h: 102-103)

h. Jadwal Kunjungan Rumah

Kunjungan nifas Menurut (Viviana ,2013;h.94-96) dibagi

menjadi tiga:

1) Kunjungan I (Hari ke-1 sampai hari ke-7)

a) Pemberian ASI: bidan mendorong pasien untuk memberikan

ASI secara eksklusif. Cara menyatukan mulut bayi dengan

Gambar

Tabel. 2.1. Nilai APGAR
Tabel 2.2
Tabel 2.5 Penapisan metode kontraepsi Vasektomi

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Alir Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah dengan Alat – Alat yang Digunakan, Jumlah Unit, dan Kapasitas Masing - Masing Alat………... Diagram Alir Proses Beserta Neraca

Berdasar jawaban pilihan anda di atas, berapa lama anda biasanya menyimpan sayuran segar. tersebut hingga akan diolah

Dalam rangka untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan perlu mengadakan riset pemasaran agar dapat mengetahui dan memperoleh informasi yang relevan

Setelah mencicipi tiap sampel, Anda dapat memberikan penilaian atas dasar TEKSTUR es krim dengan menggunakan skala rating (boleh ada yang dobel).. Berilah skor

Pengaruh tersebut dapat merupakan pengaruh baik dan pengaruh buruk terhadap segala kehidupan bangsa Indonesia sebagai bangsa dan negara harus lebih memperhatikan dan

Hasil uji biokimia pada nasi uduk organik: (a) Bacillus cereus pada nasi uduk yang dimasak dengan metode tradisional (dandang) (b) Enterobacter aerogenes pada nasi

Sedangkan kekurangan dari konsep Muhammad Baqir Ash Shadr adalah hanya menjelaskan laba dalam arti pendapatan seseorang dari pekerjaan, belum adanya standarisasi

Formulasi Nugget Ayam Per 100 G Pada Penelitian Pendahuluan Dengan Berbagai Konsentrasi Subtitusi Tepung Ubi Jalar Ungu ... Formulasi Nugget Ayam Per 100 G Pada Penelitian Utama