• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Tengah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

No. 03/10/62/Th. XI, 2 Oktober 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Perkembangan

Nilai Tukar Petani (NTP)

Provinsi Kalimantan Tengah

 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Tengah selama September 2017 sebesar 98,54 persen, naik 1,29 persen dibandingkan NTP Agustus 2017. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (3,87 persen), perikanan (0,29 persen), tanaman pangan (0,24 persen), dan peternakan (0,03 persen).

 Indeks harga yang diterima petani (It) naik 0,92 persen, namun indeks harga yang dibayar petani (Ib) merosot 0,70 persen. Kategori petani termasuk peternak dan nelayan.

 NTP tertinggi terjadi pada subsektor perikanan sebesar 107,86 persen, sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 95,18 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) September 2017 sebesar 105,33 persen, naik 0,75 persen dibandingkan Agustus 2017 yang sebesar 104,58 persen.

 Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 127,33 atau terjadi deflasi 0,71 persen di wilayah perdesaan. Peningkatan indeks harga terjadi pada semua kelompok pengeluaran kecuali kelompok bahan makanan dan kesehatan.

NTP September

2017 sebesar

98,54 persen.

Terjadi deflasi

sebesar 0,71

persen di

wilayah

perdesaan.

(2)

2

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

1.

Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan presentase yang diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP berperan sebagai indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan, yang menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa baik yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk kegiatan produksi pertanian. Sehingga, semakin tinggi NTP semakin kuat daya beli petani.

Dari hasil pemantauan harga penjualan komoditas hasil pertanian di tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumahtangga terhadap barang atau jasa di wilayah perdesaan selama September 2017 menunjukkan bahwa NTP Provinsi Kalimantan Tengah meningkat 1,29 persen, yaitu dari 97,25 di Agustus 2017 menjadi 98,54 di September 2017. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,92 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani merosot sebesar 0,70 persen. Disisi lain, kenaikan NTP juga dipengaruhi oleh menguatnya nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 3,87 persen, perikanan sebesar 0,29 persen, tanaman pangan sebesar 0,24 persen, dan peternakan sebesar 0,03 persen. Sementara itu, terjadi penurunan nilai tukar pada subsektor hortikultura sebesar 1,01 persen.

Grafik 1

Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani September 2016 – September 2017

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) mencerminkan tingkat harga komoditas hasil produksi pertanian yang dihasilkan petani selama periode waktu tertentu. Selama September 2017, indeks harga yang diterima petani meningkat 0,92 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya It pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 4,15 persen. Sementara It pada subsektor lainnya terjadi penurunan meliputi hortikultura sebesar 2,09 persen, peternakan sebesar 0,50 persen, tanaman pangan sebesar 0,40 persen, dan perikanan sebesar 0,13 persen.

090 100 110 120 130 It Ib NTP

(3)

3

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh komponen seluruh pengeluaran rumahtangga terhadap fluktuasi harga barang dan jasa, baik untuk keperluan konsumsi maupun produksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani selama September 2017 menurun 0,70 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Ib pada seluruh subsektor meliputi hortikultura sebesar 0,79 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,75 persen, tanaman pangan sebesar 0,73 persen, peternakan sebesar 0,54 persen, dan perikanan sebesar 0,45 persen.

4.

NTP Menurut Subsektor

Besarnya nilai tukar hasil produksi di tingkat petani produsen, memiliki korelasi positif terhadap perubahan indeks harga pada kelompok komoditas yang dicakup dalam lima subsektor meliputi tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Oleh karenanya, NTP subsektor mengindikasikan seberapa kuat daya tukar hasil produksi pada subsektor tertentu terhadap tingkat harga di pasaran, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun biaya produksi pada masing-masing subsektor tersebut selama periode waktu yang sama.

Tabel 1

NTP Menurut Subsektor dan Perkembangannya Agustus – September 2017

Kelompok dan Sub Kelompok Agustus

2017 September 2017 Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) 95,54 95,78 0,24 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 95,99 95,55 -0,44 c. Indeks Harga yang Diterima (It) 122,19 121,79 -0,40

- Padi 123,08 122,56 -0,52

- Palawija 106,96 108,49 1,53

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 127,89 127,16 -0,73

- Indeks Konsumsi RumahTangga 128,03 127,09 -0,94

- Indeks BPPBM 127,30 127,47 0,17

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 105,33 104,32 -1,01 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 119,52 117,61 -1,91 c. Indeks Harga yang Diterima (It) 131,97 129,88 -2,09

- Sayur-sayuran 113,33 111,45 -1,88

- Buah-buahan 138,12 135,96 -2,16

- Tanaman Obat 139,64 137,55 -2,09

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125,29 124,50 -0,79

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,97 127,04 -0,93

- Indeks BPPBM 110,41 110,43 0,02

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 91,31 95,18 3,87 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 100,03 103,71 3,68 c. Indeks Harga yang Diterima (It) 114,57 118,72 4,15

- Tanaman Perkebunan Rakyat 114,57 118,72 4,15

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125,48 124,73 -0,75

- Indeks Konsumsi RumahTangga 127,91 127,00 -0,91

(4)

4

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

Kelompok dan Sub Kelompok Agustus 2017 September 2017 Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 100,67 100,70 0,03 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 109,72 109,09 -0,63 c. Indeks Harga yang Diterima (It) 123,41 122,91 -0,50

- Ternak Besar 124,47 123,71 -0,76

- Ternak Kecil 118,38 118,50 0,12

- Unggas 123,10 122,04 -1,06

- Hasil Ternak 141,98 142,25 0,27

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 122,59 122,05 -0,54

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,82 126,90 -0,92

- Indeks BPPBM 112,47 112,67 0,20

5. Perikanan

a. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 107,57 107,86 0,29 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 118,55 118,48 -0,07 c. Indeks Harga yang Diterima (It) 134,00 133,87 -0,13

- Penangkapan 141,51 141,06 -0,45

- Budidaya 119,69 120,18 0,49

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124,57 124,12 -0,45

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,28 131,54 -0,74

- Indeks BPPBM 113,03 112,99 -0,04

5.1 Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 113,95 114,00 0,05 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 126,04 125,73 -0,31 c. Indeks Harga yang Diterima (It) 141,51 141,06 -0,45

- Penangkapan Perairan Umum 138,41 137,64 -0,77

- Penangkapan Laut 143,07 142,79 -0,28

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 124,18 123,74 -0,44

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,21 131,51 -0,70

- Indeks BPPBM 112,28 112,19 -0,09

5.2 Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 95,52 96,26 0,74 b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 104,56 104,94 0,38 c. Indeks Harga yang Diterima (It) 119,69 120,18 0,49

- Budidaya Air Tawar 119,72 120,12 0,40

- Budidaya Air Payau 119,30 120,96 1,66

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125,31 124,84 -0,47

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,41 131,60 -0,81

- Indeks BPPBM 114,47 114,51 0,04

Gabungan (Provinsi KalimantanTengah)

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 97,25 98,54 1,29

b. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) 104,58 105,33 0,75

c. Indeks Harga yang Diterima (It) 122,15 123,07 0,92

d. Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 125,60 124,90 -0,70

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,24 127,33 -0,91

(5)

5

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Selama September 2017, terjadi kenaikan NTPP sebesar 0,24 persen. Hal ini disebabkan adanya penurunan Ib sebesar 0,73 persen, lebih tinggi dibandingkan penurunan It yang sebesar 0,40 persen. Penurunan It terutama dipengaruhi oleh penurunan indeks harga kelompok padi sebesar 0,52 persen, sementara indeks harga pada kelompok palawija meningkat 1,53 persen. Penurunan Ib sebesar 0,73 persen disebabkan oleh indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) yang mengalami penurunan sebesar 0,94 persen. Sebaliknya, kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Dibandingkan bulan sebelumnya, terjadi penurunan NTPH sebesar 1,01 persen selama September 2017. Hal ini terjadi karena penurunan It sebesar 2,09 persen, lebih tinggi dari penurunan Ib yang sebesar 0,79 persen. Penurunan It dipengaruhi oleh merosotnya tingkat harga komoditas pada kelompok buah-buahan sebesar 2,16 persen, tanaman obat sebesar 2,09 persen, dan sayur-sayuran sebesar 1,88 persen. Sementara itu, penurunan Ib sebesar 0,79 persen disebabkan oleh turunnya indeks kelompok KRT sebesar 0,93 persen, meskipun indeks kelompok BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Kenaikan NTPR sebesar 3,87 persen selama September 2017 lebih dipengaruhi oleh meningkatnya It yang mencapai 4,15 persen, meskipun Ib juga mengalami penurunan sebesar 0,75 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Meningkatnya It terutama berasal dari kenaikan indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat, khususnya karet dan sawit. Penurunan Ib sebesar 0,75 persen sebagai akibat dari penurunan indeks kelompok KRT sebesar 0,91 persen dan BPPBM sebesar 0,06 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Dibandingkan bulan sebelumnya, kenaikan NTPT relatif rendah yakni sebesar 0,03 persen. Kenaikan nilai tukar semata-mata hanya sebagai dampak dari selisih penurunan It sebesar 0,50 persen, lebih rendah dari penurunan Ib yang sebesar 0,54 persen. Penurunan It selama September 2017 disebabkan oleh merosotnya indeks harga pada kelompok unggas dan ternak besar masing-masing sebesar 1,06 persen dan 0,76 persen. Sebaliknya, indeks harga kelompok hasil ternak dan ternak kecil mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,27 persen dan 0,12 persen. Sementara itu, penurunan Ib sebesar 0,54 persen, dipengaruhi oleh kombinasi kenaikan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,20 persen dan penurunan indeks kelompok KRT sebesar 0,92 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Selama September 2017, terjadi peningkatan NTNP sebesar 0,29 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh lebih rendahnya penurunan It sebesar 0,13 persen dibandingkan penurunan Ib yang hanya sebesar 0,45 persen. Penurunan It terutama berasal dari

(6)

6

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

merosotnya indeks harga kelompok perikanan tangkap sebesar 0,45 persen, meskipun kelompok perikanan budidaya mengalami peningkatan sebesar 0,49 persen. Penurunan yang terjadi pada Ib, dipengaruhi oleh kombinasi penurunan indeks pada kelompok KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,74 persen dan 0,04 persen.

e.

1. Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Kenaikan NTN sebesar 0,05 persen selama September 2017, dipengaruhi oleh lebih tingginya penurunan It sebesar 0,45 persen dbandingkan penurunan Ib yang sebesar 0,44 persen. Penurunan It terutama berasal dari merosotnya indeks harga kelompok penangkapan di perairan umum dan di laut masing-masing sebesar 0,77 persen dan 0,28 persen. Sementara itu, penurunan Ib disebabkan oleh menurunnya indeks pada kelompok KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,70 persen dan 0,09 persen.

e.

2. Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Kenaikan NTPi sebesar 0,74 persen pada bulan yang sama, dipengaruhi oleh meningkatnya It sebesar 0,49 persen, sekaligus sebagai dampak dari adanya penurunan Ib sebesar 0,47 persen. Kenaikan It berasal dari meningkatnya indeks harga pada kelompok perikanan budidaya air payau dan air tawar masing-masing sebesar 1,66 persen dan 0,40 persen. Sedangkan penurunan Ib disebabkan oleh menurunnya indeks kelompok KRT yang mencapai 0,81 persen, meskipun terjadi kenaikan indeks pada kelompok BPPBM sebesar 0,04 persen.

5.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga. Dengan demikian NTUP lebih mencerminkan tingkat kemampuan daya beli hasil produksi rumah tangga tani terhadap pengeluaran biaya selama proses produksi.

Sebagaimana halnya dengan NTP, NTUP juga mengalami peningkatan sebesar 0,75 persen, yakni dari 104,58 di Agustus 2017 menjadi 105,33 di September 2017. Umumnya nilai tukar pada NTUP relatif lebih tinggi dibandingkan NTP pada periode waktu yang sama. Selama September 2017, NTUP mencapai 105,33 persen sedangkan NTP hanya sebesar 98,54 persen. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan daya tukar hasil produksi rumahtangga petani, termasuk peternak dan nelayan, masih tergerus oleh lebih tingginya perkembangan indeks harga barang dan jasa untuk kebutuhan konsumsi dan produksi.

(7)

7

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

6.

Inflasi/Deflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran

Tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi di wilayah perdesaan, mencerminkan perubahan indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga petani produsen yang secara umum terjadi di wilayah perdesaan. Dilihat dari kelompok pengeluaran rumahtangga, terjadi deflasi sebesar 0,71 persen selama September 2017. Kondisi ini didominasi oleh oleh menurunnya indeks harga pengeluaran konsumsi rumahtangga pada kelompok bahan makanan sebesar 1,89 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,22 persen. Pada bulan yang sama, terjadi peningkatan indeks harga pengeluaran konsumsi rumahtangga pada kelompok perumahan (0,46 persen), transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,44 persen), sandang (0,24 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,23 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,20 persen).

Tabel 2

Inflasi/Deflasi Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran September 2017

Kelompok Pengeluaran Sep

2016 Des 2016 Ags 2017 Sep 2017 Inflasi/Deflasi Sep 2017 Laju Inflasi Kumulatif Tahun 2017 Inflasi Tahun ke Tahun [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

Konsumsi Rumah Tangga 125,17 126,45 128,24 127,33 -0,71 0,70 1,73

1 Bahan Makanan 129,20 130,84 130,74 128,27 -1,89 -1,96 -0,72

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 127,03 128,30 130,19 130,49 0,23 1,71 2,72

3 Perumahan 118,32 118,87 125,14 125,71 0,46 5,75 6,25

4 Sandang 121,71 123,03 126,50 126,80 0,24 3,06 4,18

5 Kesehatan 120,55 122,80 126,67 126,39 -0,22 2,92 4,84

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah

raga 114,61 115,01 117,28 117,52 0,20 2,18 2,54

7 Transportasi, Komunikasi, dan

Jasa Keuangan 117,92 118,38 121,47 122,01 0,44 3,07 3,47

Laju inflasi hingga bulan September 2017 tercatat 0,70 persen, yang secara umum masih didominasi oleh kenaikan indeks semua kelompok pengeluaran kecuali bahan makanan. Dominasi kelompok pengeluaran pendorong inflasi terutama berasal dari perumahan (5,75 persen), trasportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (3,07 persen), dan sandang (3,06 persen). Sementara itu, inflasi tahun ke tahun sebesar 1,73 persen didominasi oleh kelompok pengeluaran perumahan (6,25 persen), kesehatan (4,84 persen), sandang (4,18 persen), serta transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (3,47 persen).

Selama periode September 2016 sampai dengan September 2017, tingkat inflasi tertinggi terjadi di Desember 2016 sebesar 1,27 persen dan terendah di Mei 2017 sebesar 0,13 persen. Sebaliknya, tingkat deflasi tertinggi terjadi di September 2017 sebesar 0,71 persen dan terendah di April 2017 sebesar 0,45 persen. Sementara itu, rata-rata laju inflasi tahun kalender Januari hingga September 2017 masih di bawah 2,00 persen. Rata-rata laju inflasi dari tahun ke tahun pada triwulan IV tahun 2016 hingga triwulan I tahun 2017 relatif terus meningkat, yakni dari 2,75 persen menjadi

(8)

8

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Tengah

2,97 persen. Namun demikian, terjadi penurunan hingga mencapai 2,20 persen pada triwulan III tahun 2017. Inflasi September 2017 sebesar 1,73 persen merupakan capaian tertinggi selama setahun terakhir.

Tabel 3

Perkembangan Inflasi/Deflasi Bulanan di Perdesaan September 2016 –September 2017

Tahun Bulan Inflasi

Bulanan Laju Inflasi Tahun Kalender Inflasi Tahun ke Tahun (1) (2) (3) (4) (5) 2016 September 0,19 1,84 3,57 Oktober -0,65 1,18 2,69 November 0,41 1,59 2,68 Desember 1,27 2,88 2,88 2017 Januari 0,86 0,86 3,36 Februari -0,63 0,23 2,82 Maret 0,47 0,70 2,74 April -0,45 0,25 2,70 Mei 0,13 0,37 2,40 Juni 0,58 0,96 2,71 Juli 0,43 1,39 2,22 Agustus 0,02 1,42 2,65 September -0,71 0,70 1,73 Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah

Jl. Kapten Piere Tendean No. 6 Palangka Raya 73112

Bambang Supriono, S.Si, MM

Kepala Bidang Statistik Distribusi E-mail: aprie@bps.go.id

Website: http://kalteng.bps.go.id

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

Duodenum merupakan tempat pencernaan makanan secara sempurna menjadi partikel-partikel sari makanan yang siap diserap oleh mukosa usus.. Jejunum dan ileum merupakan tempat

Pengembangan delivery channel baru yang disediakan Artajasa adalah untuk memperluas channel yang dapat digunakan pelanggan dalam melakukan transaksi elektronis

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN

Nilai signifikansi pada variabel pengalaman kerja kuadrat yaitu 0,001 sehingga nilai ini lebih kecil dari 0,01 atau tingkat signifikansi 1%, sehingga dapat diambil

Oleh karena kedua aspek di atas sangat penting dimiliki oleh siswa, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara kedua kemampuan tersebut, yang diharapkan

Hanya saja, Kebun Raya Liwa belum tertata dengan rapih dibandingan dengan Kebun Raya lainnya seperti Kebun Raya Bogor yang sudah memiliki banyak taman koleksi

Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang