• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI 2.1. Hakikat Kepemimpinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. LANDASAN TEORI 2.1. Hakikat Kepemimpinan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

6

II. LANDASAN TEORI

2.1. Hakikat Kepemimpinan

2.1.1. Definisi kepemimpinan

Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Sebagai konsekuensinya para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif-perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Stogdil menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep tersebut. 2

Beberapa definisi kepemimpinan yang dapat dianggap cukup mewakili adalah sebagai berikut3:

1. Kepemimpinan adalah “perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.

2. Kepemimpinan adalah “pengaruh antarpribadi, yang dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian suatu atau beberapa tujuan tertentu.

3. Kepemimpinan adalah “proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

4. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

Dari pengertian kepemimpinan di atas, maka dapat disimpulkan,kepemimpinan adalah kemampuan untukmempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu padasituasi tertentu.

2.1.2. Kepemimpinan yang memberdayakan

Pemberdayaan Manusia adalah dimana seorang pemimpin membangun bawahannya, memberi mereka sumber-sumber daya, wewenang, serta tanggung jawab, lalu melepaskan mereka untuk mencapainya. Kepemimpinan yang memberdayakan adalah kepemimpinan yang meningkatkan kualitas hidup pengikut dengan memberi kepercayaan kepada warga, mengembangkan prakarsa, meningkatkan keahlian (kompetensi), menggerakkan potensi, dan

2R.M. Stogdill, Handbook of leadership: A survey of the literature, (New York: Free Press, 1974), hlm.25-27 3Gary Yukl,KepemimpinanDalamOrganisasi, (Jakarta: Prenhallindo), hlm. 2-4

(2)

7 mengorganisasikan sumberdaya yang ada sehingga jemaat atau pengikut dapat berkembang dari keadaan kurang atau tidak berdaya menjadi punya daya dengan tujuan agar jemaat/pengikut tersebut dapat mencapai/memperoleh kehidupan yang lebih baik.4

“Model kepemimpinan yang memberdayakan akan menjauhkan diri dari kekuasaan atas dasar posisi dimana semua orang diberikan peran kepemimpinan agar dapat berkontribusi sepenuhnya”. Hanya orang-orang yang diberdayakanlah yang dapat mencapai potensinya. Seorang pemimpin yang lemah khawatir bahwa jika pemimpin membantu para bawahannya, maka posisinya akan dapat digantikan. Namun sesungguhnya, satu-satunya cara untuk menjadikan diri seseorang tidak tergantikan adalah justru menjadikan diri dapat digantikan. Dengan kata lain, jika pemimpin terus memberdayakan dan membantu orang lain berkembang agar mampu mengambil alih tugas pemimpin maka pemimpin akan menjadi sedemikian berharga bagi organisasi sehingga tidak tergantikan. Itulah paradoks Hukum Pemberdayaan5

Dari uraian di atas menggambarkan bahwa kepemimpinan perlu untuk mengembangkan orang lain, menjadikan orang lain pemimpin-pemimpin baru yang dapat memimpin orang lain. Jika seorang pemimpin dapat melahirkan pemimpin yang sama dengannya atau bahkan lebih besar darinya maka pemimpin memiliki posisi yang tidak dapat tergantikan karena pemimpin telah membantu orang lain mencapai sukses. Kunci dalam memberdayakan orang lain adalah keyakinan yang besar terhadap orang lain.

2.1.3. Visi dan pemberdayaan

Secara sederhana, visi dapat diterjemahkan sebagai masa depan yang realisits, dapat dipercaya, dan menarik bagi organisasi. Menurut Nanus, visi merupakan pernyataan tujuan, sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil, atau lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi sekarang. Visi seorang pemimpin pada dasarnya akan dapat menumbuhkan motivasi dan menginspirasi setiap tindakan bawahan dalam melaksanakan tugas yang diberikan pemimpinnya. Secara lebih luas visi seorang pemimpin dapat membantu membentuk masa depan organisasi yang dipimpinnya.6

Pemimpin yang tidak mampu merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi yang jelas akan mengalami kendala dalam pendistribusian (break down) visi dan misi tersebut kepada semua orang yang menjadi bawahannya. Hambatan bawahan dalam menerima perintah dan

4 Gary Yukl,KepemimpinanDalamOrganisasi, hlm. 2-4 5 Maxwel,.hlm. 229

(3)

8 melaksanakan tugas biasanya disebabkan karena minimnya informasi dan ketidakjelasan tujuan yang diberikan oleh pemimpinnya. Pemimpin yang memiliki visi masa depan yang kuat (visioner) dalam menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, akan lebih mudah dibandingkan dengan pemimpin lainnya.

2.2. Kepemimpinan Yang Memberdayakan Dalam Alkitab

Penulis sengaja mengangkat kepemimpinan Musadan Yesus sebagai contoh kepemimpinan yang memberdayakan, bukan berarti tidak ada pemimpin lain yang dapat diteladani, seperti Daud, Nehemia, Yosua, Salomo, Paulus dll.Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan kepemimpinan Musa dan kepemimpinan Yesus.

Musa berusaha mengatasi konflik yang muncul (Kel. 18:13-16). Ia mencoba menjadi pemimpin yang baik, namun secara de facto, dirinyalah yang menjadikan Israel tidak bergerak secepat yang diinginkan. Dirinya pula yang membuatnya lelah dan tidak dapat berfungsi optimum. Ia tidak membuat suatu budaya kerja yang mendorong gerak yang kuat dan pemberdayaan pengikutnya. Ia menjadi pusat dinamika komunitasnya. Akibatnya, kekuatan dari komunitasnya ditentukan oleh kekuatannya sendiri, sedangkan potensi-potensi orang lain yang Tuhan letakkan di sekitarnya, terbengkalai.9

Mertuanya, Yitro, dengan bijaksana memberikan nasihat kepada Musa (Kel. 18:9-12), serta memberikannya beberapa bimbingan yang sangat berharga mengenai konsep kepemimpinan yang memberdayakan.Musa diperhadapkan untuk mencari orang yang dapat diberi pekerjaan yang menjadikan mereka pemimpin sekalipun mereka bukanlah seorang pemimpin.Beberapa prinsip yang relevan pada masa kini.

1. Mengerti panggilan kita.

Yitro menasihati Musa dengan berkata:"Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan" (Kel. 18:9). Musa perlu melepaskan perkara-perkara yang dapat dilakukan orang lain, sehingga dia dapat lebih fokus pada hal-hal tertentu. Demikian juga dengan setiap

(4)

9 pemimpin. Apa kelebihan seorang pemimpin? kita dipanggil dan memiliki kualifikasi untuk melakukan apa? Bagaimana pemimpin dapat mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan lainnya?10

2. Pilihlah pemimpin-pemimpin yang berkualitas untuk membantu kita.

Dengan lembut Yitro menasihati Musa: "Kamu bukanlah satu-satunya orang yang dapat melakukan hal ini. Kamu hanya perlu menemukan beberapa pemimpin yang dapat kamu percayai untuk berbagi beban ini. Tidak ada alasan yang mengharuskan kamu menanggung semuanya." Dia menambahkan nasihatnya, "Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap" (Kel. 18:21a). Perhatikanlah bahwa fokusnya terletak pada karakter. Orang-orang boleh saja mencari pengetahuan dan pengalaman. Mereka dapat mempelajari keahlian dan mengembangkan karunia mereka, tetapi kita perlu memulainya dengan dasar karakter yang saleh. Saat pemimpin memiliki hal ini, maka kita akan lebih mudah memberikan delegasi.

3. Berikan pemimpin-pemimpin tanggung jawab dan otoritas.

Yitro sangatlah praktis. Dia mengerti bahwa cakupan kendali seorang pemimpin berkisar 10 orang. Dia menetapkan tingkatan organisasi yang sederhana dengan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dia memberikan garis besar: "Tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang" (Kel. 18:21b-22a). Ini bukanlah sesuatu yang sulit, bukan juga birokrasi. Berbagai tingkatan manajemen tidak dibuat untuk menghalangi pengambilan keputusan, tetapi untuk memudahkannya. Kuncinya adalah memberikan pengikut otoritas.

4. Lakukanlah hal-hal yang tidak bisa diatasi orang lain saja.

Musa sekalipun menyerahkan tugas melalui pendelegasian tetapi tidak menyerahkan tanggung jawab utamanya. Musa mendelegasian dalam memutuskan persoalan yang diributkan oleh orang Israel, tetapi tetap memegang keputusan yang bersifat strategis, penting dalam pengembaraan menuju tanah perjanjian.Yitro menganjurkan agar Musa mengelola masalah-masalah yang tidak bisa diatasi oleh orang lain(Kel. 18:22b). “Jangan pernah melakukan pekerjaan penting yang dapat dilakukan orang lain atau akan dilakukan orang lain, jika ada

10E.G. Singgih.Kepemimpinan Musa di dalam Perjanjian Lama, Jurnal, INTIM (Makassar: STT Intim Edisi

(5)

10 banyak hal-hal penting yang perlu dilakukan yang tidak bisa atau tidak akan dilakukan orang lain."11

Yitro menjanjikan dua keuntungan: Musa bisa bertahan (strategi ini dapat dijalankan), dan umatnya akan berada dalam kedamaian (konflik yang ada akan semakin sedikit).Jika kita ingin memiliki kepemimpinan yang kuat, maka sudah seharusnya setiap pemimpin memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya. Jangan pernah takut melihat potensi dan mengembangkan potensi orang-orang yang kita pimpin, sekalipun orang yang kita pimpin memiliki potensi yang lebih besar daripada yang kita miliki.

Sudah seharusnya kebesaran seorang pemimpin diukur dari berapa banyak pemimpin yang dihasilkannya, bukan sekadar berapa banyak pengikutnya. Seperti Tuhan Yesus yang telah "menolak" 5.000 orang yang mengikuti-Nya dan lebih memprioritaskan waktu-Nya untuk memimpin 12 orang murid. Dengan memberdayakan ke-12 murid-Nya secara maksimal, maka lahirlah dua belas rasul yang menggoncangkan dunia. Sebagai seorang pemimpin yang melayani, Tuhan memberikan karakteristik-Nya dalam melayani orang lain atau orang yang kita pimpin, yang tertuang di Lukas 22:27: "Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan." Dari ayat tersebut kita dapatkan beberapa prinsip bagaimana seseorang pemimpin yang melayani dapat memberdayakan orang yang dipimpin.

Pertama, menghargai orang yang kita pimpin. Dikatakan bahwa orang yang duduk makan "lebih besar" daripada yang melayani. Sering kali pemimpin tidak bisa memberdayakan karena dia merasa bahwa posisinya lebih tinggi sehingga lebih menuntut untuk dihargai daripada menghargai. Syarat pertama untuk pemimpin dapat memberdayakan orang di bawahnya adalah menghargainya: menghargai potensi orang yang dipimpin, menghargai bahwa dia adalah calon pemimpin masa depan, menghargai bahwa dia adalah orang yang dipercayakan Tuhan untuk kita pimpin untuk memaksimalkan potensinya.

Kedua, sikap melayani seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri. Untuk memberdayakan orang lain, maka kita harus berfokus untuk melayani orang tersebut. Kita melayaninya dengan cara mengenalnya setiap potensi yang dia miliki sebaik mungkin, kemudian berikan dia mimpi, dorongan, dan kesempatan untuk maju dan berkembang. Layani sampai dia

(6)

11 mencapai potensinya yang maksimal, hingga dia mengalami kepuasan karena pelayanan yang kita berikan.12

Dalam dunia modern, apalagi di dalam dunia pelayanan gerejawi atau organisasi Kristen hal serupa terjadi. Para pemimpin lalai untuk memberdayakan banyak orang. Jadi bagaimana cara memberdayakan?Pertama, kesediaan memberdayakan merupakan suatu sikap spiritual. Orang yang bersedia memberdayakan orang lain menyatakan di depan orang banyak bahwa ia mempercayakan semua proses pelayanannya kepada Tuhan dan orang-orang yang Ia letakkan di sekitarnya. Ia tidak menjadikan dirinya pusat segalanya.

2.2.1. Tidak memerintah tetapi melayani

Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang melayani. Ini artinya bahwa seorang pemimpin Kristen bukan menerapkan kekuasaannya berdasarkan ego, tetapi berdasarkan tanggung jawab. Seorang pemimpin yang berdasarkan ego akan memuaskan egonya dalam setiap tujuan, sedangkan pemimpin yang dimotivasi oleh tanggung jawab, akan membuat dia mengurbankan egonya bagi suatu tujuan. Kepemimpinan membutuhkan kemauan keras, bukan kemauan yang egois atau keras kepala, melainkan kemauan yang tetap untuk melakukan apa yang perlu dilakukan. Esensi kepemimpinan Kristen tidak terletak pada jabatan, gelar, atau pangkat, tetapi pada "kain dan basi" (pelayan) sebagaimana teladan Yesus saat Ia membasuh kaki murid-murid-Nya.

Model kepemimpinan melayani adalah model yang absah dan alkitabiah, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Robert K Greenleaf, mengatakan bahwa kepemimpinan yang baik dalam pespektif kristiani adalah “Kepemimpinan yang melayani”yang artinya adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan.13

2.2.2. Pendelegasian wewenang

Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi pemberdayaan.Pendelegasian ialah tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas), kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggung-jawaban, yang ditetapkan

12 Robert K Greenleaf, Servant Leadership: A Jurney into the nature of legitimate power and greatness, (New

York: Paulist Press, 1977) hlm 16-17

(7)

12 dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil dalam organisasi.Pendelegasian sangat penting bagi hidup dan kerja setiap organisasi.

2.3. Tugas Majelis Jemaat Dan Panggilannya

Majelis jemaat merupakan pelayan gereja yang bertugas untuk memperlengkapi seluruh warga gereja untuk membangun gereja dan mendewasakan iman warga gereja (band Ef 4:11-16). Olehkarena itu, syarat utama untuk melaksanakan jabatan Majelis Jemaat adalah mengutamakan kualitas rohani yang baik dan dapat diteladani, serta mampu bekerja sama dengan para Penatua dan Pendeta15.Adapun tugas majelis Jemaat adalah sebagi berikut:

a. Mengepalai jemaat

Seorang Penatua bersama rekan sepelayanannya di dalam wadah Majelis jemaat bertugas memimpin jemaat Tuhan (I Tes. 5: 12; I Tim. 5: 17). Mereka juga harus mengatur rumah Allah (Titus 1: 7). Sebagai kepala jemaat. Pejabat gerejawi harus dapat mendorong warga gereja melaksanakan tri-tugas panggilannya, yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani baik secara pribadi maupun bersama-sama.16

b. Melayani jemaat secara Pastoral.

Dalam Kis. 20: 28, Paulus menasehati para Penatua jemaat Efesus, maksud Paulus tidak lain adalah agar setiap pelayan Tuhan memelihara dan menggembalakan jemaat. Sebagaimana layaknya gembala yang sejati mencari domba yang sesat, terluka dan sakit. Pemeliharaan pastoral memberi dampak lain di dalam tugas seorang majelis jemaat yaitu harus menasihati berdasarkan ajaran yang sehat, ajaran yang sesuai dengan kesaksian Alkitab (Titus 1: 9). Hal menasihati dilakukan secara umum untuk menyatakan kepemimpinan rohani kepada jemaat, khususnya bagaimana jemaat harus bertindak dalam hidup sehari-hari.

c. Menjaga kemurnian ajaran.

Paulus berulang kali mengingatkan jemaat-jemaat akan bahaya ajaran sesat yang siap mengancam kehidupan beriman gereja dan warganya (Kis.20: 29; Tit. 1: 9,10). Oleh sebab itu, seorang majelis jemaat dituntut untuk memahami kebenaran firman Tuhan serta pegangan ajaran gerejanya yang berpadanan dengan firman Tuhan itu sendiri.17Berkaitan dengan hal itu,

15J.L. Ch. Abineno., Jemaat. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987), hal. 8-9

16J.H. Wirakotan, et.al. Kepemimpinan dan Pembinaan Warga Gereja (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1998),

hlm.223-225.

(8)

13 makakepribadian dan kerohanian pemimpin Kristen adalah syarat yang akan menentukan keberhasilan kepemimpinan ditengah pelayanan.

Paulus berulang kali mengingatkan jemaat-jemaat akan bahaya ajaran sesat yang siap mengancam kehidupan beriman gereja dan warganya (Kis.20: 29; Tit. 1: 9,10). Oleh sebab itu, seorang majelis jemaat dituntut untuk memahami kebenaran firman Tuhan serta pegangan ajaran gerejanya yang berpadanan dengan firman Tuhan itu sendiri.17Berkaitan dengan hal itu, makakepribadian dan kerohanian pemimpin Kristen adalah syarat yang akan menentukan keberhasilan kepemimpinan ditengah pelayanan.

Referensi

Dokumen terkait

1) Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama didepan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka yang ketiga.. sama dengan atau lebih

Pada tahun 2010 penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang diprediksi akan meningkat menjadi 1656,09 ha dan beban pencemar yang dihasilkan diprediksi sebesar 2804,45

Artikel ini disusun dari hasil penelitian dengan tujuan menjelaskan Pengaruh tuton yang mencakup Inisiasi, forum diskusi dan tugas terhadap nilai akhir semester.. Sampel

Arsitektur Sistem Pemantauan Aktivitas Pengguna Pada Jaringan Client-Server Komputer client berisi aplikasi viewer/ client bertugas mengendalikan kerja seluruh sistem

Dalam keseimbangan pada film Slepping Beauty, lebih memperlihatkan bagaimana kehidupan raja dan ratu, ketika mereka telah mempunyai seorang anak yang telah lama mereka

Dengan melihat nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,048174 yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5% atau 0,05, maka dapat

Ilmu Pragmatik membantu untuk menemukan cara pengajaran bahasa asing yang menghasilkan pembelajar bahasa asing yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan

12.Setelah melakukan percobaan tentang cahaya, peserta didik mampu membuat laporan hasil percobaan yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan