• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan stakeholder, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan stakeholder, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Stakeholder

Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggungjawab (Pratiwi, 2012). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, seperti tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali, 2011). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan pelaksanaan CSR diharapkan keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholder. Hubungan yang harmonis akan berakibat pada perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya.

2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)

Ebert (2003) dalam Pratiwi (2012) mendefinisikan corporate social responsibility sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan individu-individu dalam lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan

(2)

sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali, 2011).

Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen financial kepada pemilik atau pemegang saham (stakeholder), tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Hal tersebut didukung oleh Ghozali (2011) yang menyatakan bahwa “kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder”.

2.3 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.3.1Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan. Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut :

1.Basic responsibility (BR)

Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti: perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius.

(3)

Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan "stakeholder“ seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya.

3. Sociental responses (SR)

Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan.

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan. Pratiwi (2012) mendeskripsikan tanggung jawab sosial sebagai kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik dan juga rnemberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada.

Sedangkan menurut Hasibuan (2001) tanggung jawab sosial diartikan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab pada tindakan yang mempengaruhi konsumen, masyarakat dan lingkungan.

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial adalah suatu bentuk pertanggung jawaban yang seharusnya dilakukan perusahaan, atas dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya dan mungkin sedikit banyak berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun ekstemal data lingkungan perusahaan. Selain

(4)

melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain misalnya aktivitas untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya, menjamin bahwa proses produksinya tidak mencemarkan lingkungan sekitar perusahaan melakukan penempatan tenaga kerja secara jujur, menghasilkan produk yang aman bagi para konsumen, dan menjagalingkungan eksternal untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan.

2.3.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut (Anugerah, 2010) tangggung jawab sosial perusahaan sering disebut juga sebagai corporate social responsibility atau social disclosure, corporate social reporting, social reporting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini perusahaan di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Hasibuan, 2001).

Menurut (Anugerah 2010) ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan.

(5)

Pendekatan alternatif kedua dengan meletakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Banyak teori yang menjelaskan mengapa perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. (Purnasiwi, 20l l) menyebutkan ada tiga studi yaitu :

1. Decision usefutlness studies

Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan teori ini menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan. Dalam hal ini para analis, dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta untuk melakukan pemeringkatan terhadap informasi akuntansi. Informasi akutansi tersebut tidak terbatas pada informasi akuntansi tradisional yang telah dikenal selama ini, namun juga informasi lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi. Mereka menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada posisi yang moderately important untuk digunakan sebagai pertimbangan oleh para users dalam pengambilan keputusan.

2. Economic theory studies

Studi ini menggunakan agency theory dan positive accounting theory, dimana teori tersebut menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu

(6)

prinsipal. Dalam penggunaan agency theory, prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditionol users lain. Namun pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik (stakeholder).

3. Sacial and political theory studies

Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholders, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi politik. Teori stakeholders mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholders dalam menjalankan operasi perusahaannya. Sehingga berakibat semakin besar pula kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholders.

Menurut (Cahya,201l) dalam media Akuntansi, pengungkapan kinerja perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary disclosare) oleh perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela antara lain:

1. Internal Decision Making : Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik dari pada tidak sama sekali.

2. Product Diffirentiation : Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan,

(7)

sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses dari pada perusahaan yang peduli. Hal ini mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain.

3. Enlightened Self Interest : Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.

Pertanggungjawaban sosial berhubungan juga dengan social contract theory. Menurut teori ini, diantara bisnis perusahaan dan masyarakat terdapat suatu kontrak sosial yang secara implisit maupun eksplisit. Dimana dalam kontrak sosial, akuntansi sosial digunakan sebagai serangkaian teknik pengumpulan dan pengungkapan data sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja sosial organisasi dalam memberi penilaian mengenai kelayakan operasi organisasi menurut (Purnasiwi,2012). Disamping itu, pertanggungjawaban perusahaan diperlukan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah memenuhi ketentuan standar, dan peraturan yang berlaku. Misalnya mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan, bahaya penggunaan bahan-bahan yang beracun.

Pada saat perusahaan mulai berinteraksi dan dekat dengan lingkungan luarnya (masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada. Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Menurut Purnasiwi (2012) perusahaan juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder needs). Jika tekanan dari stakeholder

(8)

berpengaruh kuat terhadap kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun kebijakan sosial dan lingkungan yang terarah.

Perkembangan praktek dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia juga mendapat dukungan dari pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya regulasi terhadap kewajiban praktek dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan melalui Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, pasal 66 dan 74. Pada pasal 66 ayat 2 bagian c disebutkan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan dalam pasal 74 menjelaskan tentang kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi semua perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam. Undang-undang tersebut juga mewajibkan semua perseroan untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut di laporan tahunan (Lingkar Studi CSR, 2007).

Menurut Wisnoetoro (2011) anggaran CSR dalam perusahaan akanjauh lebih baik dan lebih aman diambil dari laba setelah pajak atau Earning After Tax (EAT), sehingga penentuannya pun dihitung berdasarkan keuntungan bersih perusahaan bukan dari asumsi keuntungan yang akan didapat. Hal ini akan lebih menenangkan bagi perusahaan itu sendiri, karena bagaimanapun program CSR memerlukan konsistensi dan komitmen yang jelas. Dana CSR tersebut digunakan untuk menjaga citra perusahaan di mata konsumen, pembentukan citra sebagai perusahaan yang peduli terhadap masyarakat membuat bisnis berjalan lebih lancar. Pembentukan citra tersebut yaitu dengan cara memberikan dana beasiswa untuk siswa berprestasi, dana bantuan untuk korban bencana alam, dana kesehatan dan dana untuk lingkungan alam dan sosial kemasyarakatan.

(9)

2.4 Kinerja Keuangan yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Aktivitas sosial perusahaan merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam laporan tahunan. Belum adanya standar baku yang mengatur tentang pelaporan aktivitas sosial perusahaan menyebabkan adanya keanekaragaman bentuk pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda mengenai pengungkapan sosial sesuai dengan karateristik perusahaan.

Hal ini menimbulkan masalah dalam pengukuran pengungkapan sosial. Oleh sebab itu, pengukuran pengungkapan sosial dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar item pengungkapan sosial berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Cahya, 2011).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertanggungiawaban sosial, seperti size perusahaan, profitabitity, ukuran dewan komisaris maupun profile yang dianggap sebagai variabel penduga dalam pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Dalam penalitian ini penulis meneliti tiga variabel, yang terdiri dari :

2.4.1 Size

Menurut Hesti (2010) size atau ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan. Ukuran suatu perusahaan dapat dinyatakan dengan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva, total aktiva tetap, omset penjualan dan jumlah karyawan di dalam suatu perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan log natural of total assets. Sesuai dengan ketentuan BAPEPAM No.11/PM/l997,

(10)

disebutkan bahwa kategori perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki total aktivanya lebih dari Rp 100.000.000.000,00 sedangkan perusahaan kecil dan menengah total aktivanya tidak lebih dari Rp 100.000.000.000,00. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil.

Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan,2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.

Menurut Hasibuan (2001) ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam laporan tahunan. Manajemen khawatir dengan mengungkapkan lebih banyak akan mernbahayakan posisi perusahaan terhadap kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggungjawaban sosialnya.

Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan besar

(11)

dan memiliki biaya keagenan yang lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan.

Menurut Sembiring (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahan.

Penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial menunjukan hasil yang beragam. Penilitian Darwis (2009), Nurkhin (2010), Anugerah (2010), Pratiwi (2012) dan Nur (2012) membuktikan bahwa size berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

2.4.2Profitability

Profitability diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Pengungkapan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan perusahaan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan yang dinamis dan bersifat multidimensi. Hubungan antara pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dan profitability perusahaan telah diyakini mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang sama dengan gaya manajerial yang dilakukan pihak manajemen untuk membuat suatu perusahaan memperoleh keuntungan (Anugerah, 2010). Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabititas perusahaan, yaitu: return of equity, return on assets, earning

(12)

per shore dan net profit margin. Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan (Syamsuddin, 2011). ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROE =Laba Bersih Setelah Pajak

ModalSendiri

Return On Investment (ROI) atau yang sering disebut jugadengan "Return On Assets (ROA)" merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2011). ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROA =Laba Bersih Setelah Pajak

Total Aktiva

Earning Per Share (EPS) merupakan alat analisis perusahaan yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untut mengevaluasi saham biasa. EPS atau laba perlembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba sesudah pajak dikurangi deviden saharn preferen dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROE =laba bersih setelah pajak − deviden saham preferen

(13)

Net Profit Margin adalah merupakan ratio antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan (Syamsuddin, 201 l) dirumuskan sebagai berikut :

𝑁𝑒𝑡𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =Laba Bersih Setelah Pajak

Penjualan

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan cerminan suatu pendekatan manajemen dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multi dimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, ketrampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Hasibuan, 2001).

(Cahya, 2011) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggung jawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial.

Riset penelitian empiris terhadap hubungan pengungkapan sosial perusahaan profitabilitas menghasilkan hasil yang sangat beragam. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh (Yuliani,2003) menunjukan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial dan lingkungan perusahaan.

(14)

Darwis (2009) menyatakan berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan tidak perlu melaporkan hal-hal yang mengganggu informasi tentang suksesnya keuangan perusahaan. Sebaliknya pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca "good news" kinerja perusahaan. Misalnya dalam lingkup sosial, ketika investor membaca laporan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diharapkan mereka tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Namun hal ini bertentangan dengan teori agensi yang menyatakan bahwa semakin besar perolehan laba yang didapat perusahan, maka semakin luas informasi sosial yang diungkapkan perusahaan. Ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul. Mengingat adanya perbedaan hasil dari hasil penelitian para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini menguji kembali pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan social responsibility dalam laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia.

Penilitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial juga dikaitkan dengan profitability. Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin (2010), Anugerah (2010), Novrianto (2012) dan Nur (2012) menunjukan bahwa profitability berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

(15)

Menurut Cahya (2011) Leverage keuangan (ratio leverage) adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan (kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.

Leverage dibagi menjadi dua, yaitu Operating Leverage dan Financial Leverage. Menurut Cahya(2011), operating leverage adalah tingkat sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan. Operating leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan dana dengan biaya tetap dengan harapan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat menutup biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Cahya (2011), financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan.

Sedangkan menurut Syamsuddin (2011) financial leverage adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-kewajiban finansial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT (Earning Before Interest and Taxes) terhadap pendapatan perlembar saham biasa (Earning Per Share/ EPS). Financial leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan dana yang menimbulkan beban tetap, apabila perusahaan menggunakan utang, maka perusahaan harus membayar bunga. Bunga harus

(16)

dibayar berapapun laba perusahaan. Tingkat risiko dan return saham perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan calon investor sebelum mengambil keputusan investasi saham. Return saham dan risiko berhubungan secara linier dengan leverage yang akan digunakan oleh perusahaan. Apabila risiko tinggi maka para pemegang saham akan meminta return saham yang tinggi pula disamping itu penggunaan leverage juga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian Rawi dan Muchlis (2010) memberikan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sembiring (2005) dan Angraeni (2006), yang dalam penelitiannya tidak menemukan hubungan signifikan antara leverage dengan pengungkapan informasi sosial.

Debt Equity Ratio(DER) adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan (Syamsuddin, 2011). Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝐷𝑒𝑏𝑡𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦𝑅𝑜𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐸𝑅) = totaluang

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Degree of Operating Leverage (DOL) merupakan presentase perubahan EBIT dibagi dengan presentase perubahan penjualan (Syamsuddin, 20ll). DOL dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

DOL = 𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎𝑕𝑎𝑛𝐸𝐵𝐼𝑇

(17)

Degree of Financial Leverage (DFL) adalah presentase perubahan Earning Per Share (EPS) dibagi dengan presentase perubahan Earning Before Interest andTaxes (EBIT) (Syamsuddin, 2011). Formulanya adalah sebagai berikut:

DFL = 𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑜𝑠𝑒𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎𝑕𝑎𝑛𝐸𝑃𝑆

Prosentase Perubahan EBIT

Penelitian tentang pengaruh leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan Cahya (2011), Suhaenah (2011), dan Putra (2011) menunjukan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap CSR.

2.5 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan pengungkapan tanggung jawab untuk memberi gambaran tentang praktek sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan di Indonesia dan mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan (size, profitability, dan leverage) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi risiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar

(18)

rnerupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan,200l).Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat.

Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Anggraini, 2006).Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.

Item dan kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan yang disiapkan manajemen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan perusahan. Manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan. Informasi yang menguntungkan akan diungkap seluas-luasnya, sedangkan informasi yang tidak menguntungkan kelihatannya tidak diungkap dan sebagai hasilnya, para pemegang saham tidak akan mengetahui secara khusus informasi yang disembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas manajemen kepada dewan komisaris.

Dari penelitian terdahulu, hasil penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian

(19)

Sembiring (2003 dan 2005), Nurkhin (2008), Pratiwi (2012) dan Darwis (2009) membuktikan bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial juga dikaitkan dengan profitabilitas. Penelitian Nurkhin (2008), Veronica (2009), dan Kartadjumena et.al. (2011) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Penelitian tentang pengaruh leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan Cahya (2011), Suhaenah (2011), dan Putra (2011) menunjukan hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap CSR.

Berdasarkan beberapa teori dan temuan penelitian yang menguji pengaruh antara size, profitability, dan leverage dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka bisa dibuat model kerangka pikir seperti dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Model Penelitian Size (X1) Profitability (X2) Leverage (X3) Pengungkapan Tanggung Jawab sosial Perusahaan

(Y) (Y) H 2 H1 H4 H3

(20)

2.6 Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H1:Size, profitability, dan leverage, secara simultan berpengaruh terhadap corporate

social responsibility

H2 : Size berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility

H3 :Profitability berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility

Gambar

Gambar 2.1  Model Penelitian Size (X1) Profitability (X2) Leverage (X3)  Pengungkapan Tanggung Jawab sosial Perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang kita akan membuat kode yang akan berjalan jika user menekan tombol mouse pada Form1, lalu menggerakkannya... - Baris 7: menggambar shape titik sesuai warna, koordinat,

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana

Manajer perusahaan yang going public melakukan earnings management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang

Penutup  Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan siswa dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah

bahwa sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dalam upaya meningkatkan pelayanan tera dan tera ulang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran melalui penerapan pembelajaran koperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)

Bapak Ahmad Zanin Nu’man selaku guru mata pelajaran al-Qur’an Hadis yang dengan sabar meluangkan waktu pada saat observasi berlangsung, kepada keluarga besar SMK

Kombinasi kedua obat tersebut, Secara kualitatif pada kondisi intoksikasi menunjukkan ranitidin dan dexametason, juga menunjukkan kadar gambaran pelepasan sitokrom C