• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masterplan PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK TAHUN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Masterplan PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK TAHUN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)Masterplan PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK TAHUN 2015-2019. PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jl. Airlangga No. 56, Telp. (0370) 621862 Fax. 622658 Mataram.

(2)

(3) MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROEDUWISATA DAN TECHNOPARK BANYUMULEK TAHUN 2015 – 2019 I. 1.. PENDAHULUAN. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap kedua (20102014) mengarahkan pembangunan petanian memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional melalui kontribusinya dalam pembentukan modal, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerapan tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan masyarakat, serta berperan dalam pelestarian lingkungan melalui praktek budidaya pertanian yang ramah lingkungan, sehingga arah kebijakan dan strategi yang ditempuh pada RPJMN 2010-2014 telah mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam aspek ekonomi dan pangan. Implementasi dari kebijakan program pembangunan pertanian yang tertuang dalam Blue Print Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014 Dengan Pendekatan Sistim Modelling dilakukan dalam rangka pencapaian target Swasembada Daging Sapi/Kerbau Tahun 2014 melalui dukungan operasional kegiatan strategis. Mengacu pada hasil evaluasi Midterm Review RPJMN 2010-2014 pada Musrenbangtan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas diperoleh hasil bahwa Kebijakan Program Nasional Swasembada Daging sudaah on the track, hal ini menunjukan bahwa program dan kegiatan swasembada daging telah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, sehingga dalam tahun 2015 dan tahun selanjutnya diharapkan tetap melanjutkan dan memantapkan kegiatan kegiatan yang ada dalam rangka menciptakan situasi masyarakat yang stabil dan mendapatkan informasi yang faktual sangat dibutuhkan untuk menciptakan iklim yang kondusifbbagi upaya pencapaian target pembangunan pertanian, khususnya bagi peningkatan kesejahteraaan petani. Integrasi program Nasional dan Program Unggulan Daerah melalui NTB BSS yang berorientasi pada peningkatan produksi hasil peternakan dan peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan diharapkan dapat mengembangkan minat masyarakat dalam rangka penyediaan pangan hewani dan peningkatan nilai tambah produk peternakan sehingga pada gilirannya akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi berbasis pedesaan. Pengembangan peternakan khususnya komoditas unggulan daerah dilakukan melalui pengembangan kawasan serta model integrasi kawasan lintas sektoral. Kawasan Banyumulek terletak di wilayah desa Lelede (pemekaran dari desa Banyumulek) Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Luas Kawasan Banyumulek tercatat 29 Ha berjarak 7 km dari Kota Mataram, sekitar 9 km dari Pelabuhan Lembar dan sekitar 26 km dari Bandara Internasional Lombok (BIL). Dalam rangka meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi Kawasan Banyumulek sebagai Kawasan Agroeduwisata dan terintegrasi sebagai pusat pengembangan agribisnis komoditi unggulan daerah yaitu PIJAR (Sapi, Jagung dan Rumput Laut) yang didukung pula sebagai pusat pengembangan teknologi terapan Teknopark, telah dilakukan kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam rangka percepatan pertumbuhan kawasan Indonesia Timur serta peningkatan kapasitas ekonomi lokal dan daerah. Pengembangan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 1.

(4) Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang sesuai dengan rencana detil pengelolaan lahan yang ada didalamnya. Untuk meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan peternakan dan sekaligus meningkatkan upaya - upaya peningkatan produksi peternakan, terdapat Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain Balai Inseminasi Buatan (BIB), UPTD Rumah Sakit Hewan dan Laboratorium Veteriner, serta Balai Pengembangan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Dengan semakin meningkatnya keinginan masyarakat terhadap pelayanan institusional dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. NTB, Pemerintah berupaya untuk memenuhi maksud tersebut melalui revitalisasi kawasan Banyumulek sebagai Kawasan Agroeduwisata yang diintegrasi dengan dukungan Program/Kegiatan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan konsep Technopark. Sebagai miniatur pengembangan peternakan di NTB fasilitas yang tersedia pada Kawasan Agroeduwisata dan Technopark Banyumulek terdiri dari Rumah Pemotongan Hewan 3,1 Ha, pabrik pupuk organik dan pabrik pakan ternak sekitar 1 Ha, tanaman HMT sekitar 23 Ha dan perkandangan ternak 0,5 Ha dan fasilitas penunjang dan sarana prasarana lainnya yang secara optimal akan diarahkan dalam mendukung pelaksanaan pengembangan kawasan. Rencana Detil pemanfaatan lahan seperti Site Plan terlampir. 2.. Tujuan a. Mengembangkan Kawasan Banyumulek mejadi suatu kawasan terintegrasi sebagai pusat agribisnis peternakan terpadu, pengembangan teknologi dan pemasaran produk olahan hasil PIJAR (Sapi, Jagung dan Rumput Laut). b. Menyiapkan infrastrukur dasar dan pelayanan secara optimal melalui beberapa fungsi dan kelembagaan peternakan. c. Mengintegrasikan sumber sumber pembiayaan dalam rangka tercapainya program pembangunan sub sektor peternakan NTB guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal, regional dan Nasional.. 3.. Sasaran a. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan dalam mengembangkan agribisnis peternakan yang terintegrasi lintas sektoral untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan wilayah. b. Meningkatkan nilai tambah produk Pijar sebagai komoditi unggulan daerah. c. Mengembangkan kemampuan penguasaan teknologi kepada masyarakat dalam usaha budidaya hulu dan pengolahan hasil. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 2.

(5) II. KONDISI GEOGRAFIS WILAYAH Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua Pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Pulau Sumbawa memiliki luas wilayah 15.414,50 km 2 (76,49%), sekitar tiga kali lebih luas dari pada Pulau Lombok 4.738,70 km 2 (23,51%). Kondisi geografi, topografi, dan iklim di kedua Pulau ini sangat berbeda. Topografi Pulau Sumbawa lebih banyak berbukit dan bergunung sedangkan Pulau Lombok lebih banyak yang datar. Kondisi curah hujan dan hari hujan secara umum di Pulau Lombok lebih baik dari pada di Pulau Sumbawa. Sumberdaya lahan menurut penggunaannya juga berbeda antara di Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok. Di Pulau Sumbawa didominasi oleh lahan kering (82,52% ) dan sisanya berupa lahan sawah 17,48%, sedangkan di Pulau Lombok luas lahan kering sebesar 54,12% dan sisanya 45,88% berupa lahan sawah. Perbedaan kondisi di atas sangat mempengaruhi sistem pemeliharaan ternak sapi di kedua wilayah Pulau tersebut. Peternak di Pulau Lombok umumnya memelihara sapi secara intensif atau dikandangkan terus menerus dengan penyediaan pakan secara cut and carry. Tabel 1. Luas lahan menurut penggunaannya di NTB No. A 1. 2. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Jenis Penggunaan Lahan Sawah (Ha) Irigasi Tadah Hujan Lahan Kering (Ha) Tegal/ Kebun Ladang/ Huma Padang Pengembalaan Lahan tidak diusahakan Hutan rakyat Hutan negara Perkebunan Jumlah. P. Lombok 185.657 165.896 19.761 218.982 124.446 30.653 1.314 30 27.528 30.065 4.947 404.638. P. Sumbawa 198.227 154.677 43.550 935.662 330.957 49.751 42.105 81.005 235.959 183.055 12.831 1.133.889. NTB 383.883 320.573 63.311 1.154.644 455.403 80.403 43.419 81.035 263.487 213.119 17.778 1.538.527. Sistem ini berpengaruh terhadap jumlah pemeliharaan sapi sesuai dengan kemampuan peternak mencari rumput setiap harinya. Oleh karena itu, jumlah pemeliharaan ternak sapi per peternak di Pulau Lombok umumnya relatif kecil, yaitu 1-3 ekor. Sistem pemeliharaan di Pulau Sumbawa berbeda dengan di Pulau Lombok. Pemeliharaan sapi di Pulau Sumbawa umumnya dilakukan secara ekstensif, sapi dilepas pada padang penggembalaan atau di kawasan hutan secara terus menerus, sewaktu-waktu diambil untuk dikontrol untuk difaksinasi dan dijual. Disamping itu telah banyak berkembang pemeliharaan semi ekstensif, pada siang hari sapi dilepas di tegalan/kebun, ladang/huma, lahan yang tidak diusahakan, atau di padang penggembalaan umum, dan pada malam hari dikandangkan. Oleh karena itu, jumlah pemeliharaan rata-rata per peternak di Pulau Sumbawa lebih banyak dari pada di pulau Lombok, yaitu lebih dari 5 ekor, bahkan banyak yang memelihara ratusan ekor.. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 3.

(6) III. POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN NTB A.. PERAN STRATEGIS PETERNAKAN NTB Secara Nasional Nusa Tenggara Barat berperan strategis sebagai daerah sumber bibit dan ternak potong Nasional. Kontribusi Nusa Tenggara Barat dalam penyediaan bibit sapi ratarata 12 ribu ekor pertahun untuk 18 Provinsi se-Indonesia. Dukungan Provinsi Nusa Tenggara Barat terhadap Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K) tahun 2014 mencapai 31.728. Secara historis Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan daerah pengeksport sapi dan kerbau ke Hongkong dan Singapura. Hanaya saja sejak tahun 1978 kegiatan eksport tersebut terhenti karena adanya kebijakan nasional untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Sebagai daerah penghasil ternak sapi Nusa Tenggara Barat memiliki daya saing komparatif anatara lain : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8). Populasi sapinya termasuk delapan besar Nasional. Ternak sapi sebagai modal sosial turun menurun menurun melekat di masyarakat. Kondisi geografi Nusa Tenggara Barat cocok untuk pengembangan peternakan sapi. Tempat pemurnian sapi bali nasional. Pusat pengembangan sapi sumbawa. Daya dukung sumber daya alam tersedia cukup. Bebas penyakit hewan menular strategis (PHMS). Sumber ternak bibit dan ternak potong nasional. Peran strategis peternakan sapi dalam pembangunan daerah Nusa Tenggara Barat diantaranya sebagai berikut : 1. Sumber pendapatan sebagian besar masyarakat pedesaan. 2. Tabungan masyarakat untuk membiayai kebutuhan rumah tangga seperti seperti ongkos naik haji, biaya pendidikan dan lain-lain. 3. Penyediaan protein hewani yang sangat berguna bagi kesehatan, kecerdasan dan pencegahan dari kasus gizi buruk. 4. Penyediaan lapangan kerja dan lapangan usaha bagi masyarakat. 5. Pelestarian lingkungan berupa sumber energi gas bio dan pupuk organik. 6. Menghasilkan bahan baku industri pengolahan industri rakyat. B.. SUMBER DAYA TERNAK Di wilayah Nusa Tenggara Barat berkembang dengan baik berbagai jenis sapi, mulai dari sapi ras bali, Hissar, simental, brangus, limousin, frisian holstein dan sapi-sapi hasl persilangan dari berbagai jenis sapi tersebut. Populasi ternak sapi pada tahun 2008 mencapai 546.114 ekor dengan pertumbuhan rata-rata 6,47 persen tiap tahun. Berdasarkan wilayah penyebarannya, sebanyak 48 persen ternak sapi dipelihara peternak di Pulau Lombok dan 52 persen di pelihara di Pulau Sumbawa. Potensi sumberdaya ternak sapi dapat dilihat dari perkembangan populasinya di seluruh kabupaten/kota seperti tercantum pada tabel. Tabel 2. Perkembangan populasi ternak pemakan hijauan selama Jenis ternak Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba. Tahun 2010 - 2014. Tahun 2010 76.622 695.951 155.904 490.830 29.539. 2011 72.909 784.019 141.511 579.250 37.500. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 2012 77.520 916.560 144.261 627.282 37.875. 2013 75.293 1.002.731 138.393 584.149 31.160. 2014 65.708 1.013.793 129.141 576.125 24.738. R (%) -2,82 8,01 -3,61 3,61 2,08 4.

(7) Ternak sapi memiliki keunggulan kompetitif sebagai lokomotif penggerak ekonomi di Nusa Tenggara Barat berdasarkan : 1.. Pemeliharaan sapi telah membudaya sejak lama di tengah masyarakat Nusa Tenggara Barat. 2. Populasinya terbanyak dibandingkan dengan ternak lainnya dan tersebar di seluruh desa di Nusa Tenggara Barat. 3. Mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis lembab. 4. Bebas dari penyakit hewan menular strategis. 5. Pangsa pasar luar daerah sangat besar permintaan. 6. Tingkat kesuburan yang tinggi. 7. Menyerap tenaga kerja yang cukup besar. 8. Sebagai tenaga kerja pengolah lahan pertanian. 9. Bahan baku usaha industri rumah tangga (produk olahan)seperti kerajinan dendeng, abon, kerupuk kulit 10. Dapat berintegrasi dengan sub sektor dan sektor lainnya. C.. DAYA DUKUNG WILAYAH Sumber Daya Alam (SDA) Nusa Tenggara Barat sangat mendukung untuk pengembangan peternakan sapi. Berdasarkan Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah Nusa Tenggara Barat diperkirakan dapat menampung ternak sekitar 2 (dua) juta ekor atau setara dengan 1,5 juta Satuan Ternak (ST). Daya tampung ternak tersebut diperhitungkan dari potensi pakan ternak yang dapat dihasilkan dari berbagai sumber pakan . Jenis lahan yang memiliki potensi sebagai sumber pakan ternak meliputi lahan sawah, tegal, kebun, ladang, hutan negara, perkebunan, lahan, yang sementara tidak digunakan, dan padang penggembalaan. Jenis dan luas penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini : Tabel 3. Luas Lahan Pulau Lombok No I. 1. 2. II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Jenis Penggunaan Luas Sawah (Ha) Irigasi Tadah Hujan Lahan Kering (Ha) Tegal/Kebun Ladang/Huma Padang Penggemba Lahan Tdk Diusahk Hutan rakyat Hutan Negara Perkebunan Jumlah. Lobar 25.153 21.316 3.897 129.154 39.628 13.196 320 12.616 47.310 16.082 154.307. Kabupaten/Kota Loteng Lotim Mataram 52.289 46.350 2.095 39.977 44.708 2.095 11.212 642 41.392 91.997 148 20.576 22.677 83 1.058 6.178 556 20 2.250 3.476 17.021 55.927 477 3.163 65 92.581 137.347 2.243. P.Lombok 123.787 108.096 15.961 262.691 82.964 20.436 876 20 18.352 120.258 19.786 386.478. Pada tabel 2 tersebut terlihat luas lahan sebagai sumber pakan ternak di Pulau Lombok adalah seluas 386.478 hektar yang terdiri dari sawah seluas 123.787 hektar (32 persen) dan lahan kering 262.691 hektar (68 persen). Lahan negara yang tergolong lahan kering yang memiliki luas dominan mencapai 120.258 hektar atau 45 persen dari luas lahan kering secara keseluruhan. Dengan asumsi lahan sawah dan lahan kering selain hutan dapat menampung ternak 1,5 ST dan lahan hutan 0,25 ST perhektar, maka wilayah Pulau Lombok diperkirakan mampu menampung ternak sebanyak 444.424,50 ST. Dengan demikian, wilayah pulau Lombok dengan tanpa introduksi teknologi pakan sekalipun masih dapat menampung ternak sapi 170.608 ST atau setara dengan 221.790 ekor. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 5.

(8) Tabel 4. Luas Lahan Pulau Sumbawa No I. 1. 2. II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.. Jenis Penggunaan Luas Sawah (Ha) Irigasi Tadah Hujan Lahan Kering (Ha) Tegal/Kebun Ladang/Huma Padang Penggembalaan Lahan Tidak Diusahakan Hutan rakyat Hutan Negara Perkebunan Jumlah. KSB 5.885 5.011 874 149.543 9.497 2.256 2.445. Kabupaten/Kota Sumbawa Dompu 46.573 18.985 39.160 14.903 7.713 4.082 495.932 153.929 59.000 15.192 9.883 2.754 3.773 6.526. Bima 30.743 23.060 7.683 381.397 65.538 7.570 15.326. Kobi 2.283 2.054 229 18.108 3.113 1.173 -. P.Sumbawa 104.769 84.188 20.581 1.198.909 152.340 23.646 28.070. 1.905. 25.937. 3.838. 22.108. 215. 54.003. 1.850 128.263 3.317 155.428. 91.336 278.154 27.849 542.805. 20.905 96.272 8.442 172.914. 40.375 219.703 10.777 412.140. 2.040 9.827 940 20.391. 157.306 732.219 51.325 1.303.678. Luas lahan di Pulau Sumbawa yang memiliki potensi sumber pakan ternak mencapai 1.303.678 hektar, terdiri dari sawah 104.769 hektar (8 persen) dan lahan kering 1.198.909 hektar (92 persen). Lahan hutan negara tercatat 732.219 hektar atau 61 persen dari luas lahan secara keseluruhan. Berdasarkan luas lahan tersebut wilayah Pulau Sumbawa diperkirakan dapat menampung ternak 925.833 ST Asumsi daya tampung yang digunakan dalam analisa ini merupakan asumsi sebelum intervensi kebijakan pengembangan pakan ternak. Dalam upaya pelaksanaan program diperlukan kegiatan optimalisasi lahan sumber pakan misalnya dengan perbaikan penataan padang penggembalaan, optimalisasi penggunaan lahan kering sebagai pakan ternak, pemanfaatan limbah tanaman, pemeliharaan rumput unggul yang terintrgrasi dengan tanaman perkebunan dan tanaman pangan. Upaya selanjutnya untuk meningkatkan penyediaan pakan ternak perlu dibangun pabrik pakan ternak. D.. SDM DAN KELEMBAGAAN PETERNAK Rumah tangga pemelihara ternak di Nusa Tenggara Barat sangat besar yaitu 644.694 atau sekitar 23 persen dari total rumah tangga penduduk Nusa Tenggara Barat. Jumlah pemilihan ternak sapi berkisar 2-3 ekor tiap kepala keluarga di Pulau Lomnok dan lebih dari 5 ekor tiap kepala keluarga di Pulau Sumbawa. Sebagian peternak sudah tergabung dalam Kelompok Tani Ternak yang tersebar di wilayah Nusa Tenggara Barat. Hakekatnya upaya pembangunan peternakan Nusa Tenggara merupakan persoalan mendasar dan tidak dapat dipisahkan dari upaya peningkatan taraf hidup sebagian masyarakat. Sebagian peternak sudah tergabung dalam 2.560 Kelompok Tani Ternak. Sumber daya petugas peternakan di lapangan terdiri dari dokter hewan 54 orang, paramedis 82 orang, petugas inseminator 180 orang, PPS 15 orang, PUR 61 orang, Sarjana Membangun Desa 237 orang, Tenaga Harian Lepas (THL) sebanyak 80 orang. Untuk memperkuat posisi Nusa Tenggara Barat sebagai daerah sumber sapi potong dan bibit Nasional, maka telah dirintas pengembangan kawasan sapi potong.. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 6.

(9) Tabel 5. Pengembangan Kawasan Sapi Potong Kawasan No Kabupaten Klp Peternak Produksi 1. Lombok Barat Narmada 1 2. Lombok Utara Kayangan, Bayan 2 3. Lombok Tengah Praya Tengah, 2 Batukliang Utara 4. Lombok Timur Aikmel, Wanasaba 12 5. KSB Taliwang 1 6. Sumbawa Rhee, Alas 3 7. Bima Wawo 3 8. Kota Bima Raba 3. Program Pengemb.Kawasan Sapot Pengemb.Kawasan Sapot Pengemb.Kawasan Sapot Pengemb.Kawasan Sapot Pengemb.Kawasan Sapot Pengemb.Kawasan Sapot Pengemb.Kawasan Sapot Pengemb.Kawasan Sapot. Kawasan sapi potong di NTB seperti yang tercantum dalam tabel 5 merupakan kawasan sapi potong yang terbentuk sejak tahun 2006, namun berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang Kawasan Strategis Pertanian di Indonesia yang dielaborasi dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2015 tentang Kawasan Sapi Potong Nasional bahwa kawasan pengembangan sapi potong di NTB didasarkan atas pola pemeliharaan yang berbeda disamping itu pula dukungan dan keterpaduan antara infrastruktur dan kelembagaan penunjang lainnya seperti RPH dan pasar ternak merupakan hal yang dipersyaratkan dalam pembentukan suatu kawasan. Untuk Kawasan NTB I dengan basis pengembangan di Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Kota Bima dilakukan melalui pengembangan sistim semi intensif/padang penggembalaan sedangkan Kawasan NTB II dengan sistim pengembangan peternakan intensif diarahkan pada Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur dengan sentra kawasan berada di Kabupaten Lombok Tengah. Pola pemeliharaan ternak sapi di Nusa Tenggara Barat berbeda antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Pemeliharaan sapi di Pulau Sumbawa dilaksanakan secara ekstensif, ternak di lepas bebas di padang penggembalaan umum. Sebaliknya di Pulau Lombok ternak di kelola secara semi intensif dengan sistem kandang kolektif. Perbedaan sistem pemeliharaan ternak antara di wilayah P. Sumbawa dan di Pulau Lombok pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan ekosistem. Di wilayah Pulau Sumbawa lebih didominasi oleh ekosistem lahan kering sedangkan di wilayah Pulau Lombok didominasi oleh ekosistem persawahan. Ekosistem sangat mempengaruhi produksi pakan ternak ruminansia, terutama sapi dan kerbau, sehingga dengan sendirinya akan mempengaruhi sistem pemeliharaan ternaknya Gambar 1. Peta Pengembangan Kawasan Sapi potong di Pulau Lombok.. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 7.

(10) Penetapan program/kegiatan pengembangan kawasan sapi potong di Pulau Lombok yang berdasarkan pola intensif berbasis kandang kolektif di daerah padat penduduk. Terdapat 29 kelompok tani ternak yang telah difasilitasi dan tersebar di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Di Pulau Lombok, peternak menghadapi persoalan terbatasnya tempat melepas ternak sementara lahan untuk menaman pakan sangat sempit dan sebagian besar digunakan untuk tanaman pangan. Oleh karena itu system pengembangan kawasan di Pulau Lombok dipersyaratkan berada di kandang kolektif dalam suatu kawasan dengan beberapa kelompok yang terdapat di sekitarnya. Gambar 2.. Peta Pengembangan Kawasan Sapi potong di Pulau Sumbawa (Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa).. Penetapan program/kegiatan pengembangan kawasan sapi potong di Pulau Sumbawa berdasarkan pola intensif berbasis padang penggembalaan. Terdapat 10 kelompok tani ternak yang telah difasilitasi dan tersebar di Kabupaten Sumbawa Barat, Sumbawa, Bima dan Kota Bima. Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi Potong dimaksudkan untuk mengoptimalkan potesi sumberdaya lahan, ternak, peternak, teknologi, sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan produktivitas sapi potong, pendapatan dan kesejahteraan peternak, serta menciptakan pewilayahan komoditas. Di Pulau Sumbawa, produktivitas ternak sapi lebih rendah dibandingkan dengan di Pulau Lombok. Hal ini disebabkan oleh minimnya peran peternak dalam mengurus ternak mereka terutama dalam penyediaan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Disamping itu, lahan penggembalaan semakin menyempit dan sebagian sudah dirusak oleh gulma seperti jatropha, lamtara camara dan chromolina odorata. Gambar 3.. Peta Pengembangan Kawasan Sapi potong di Pulau Sumbawa (Kabupaten Dompu, Bima dan Kota Bima).. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 8.

(11) E.. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana peternakan yang dapat di fungsikan sebagai unit pelayanan, bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat masih terbatas. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Pelayanan Peternakan NTB No Uraian Lokasi P.Lombok P.Sumbawa 1. Puskeswan 45 44 2. Laboratorium Type B 1 0 3. Laboratorium Type C 3 3 4. Holding Ground 1 2 5. Pasar Hewan 7 2. Jumlah (Unit) 89 1 6 3 9. 6.. UPT. IB. 1. 0. 1. 7.. Pos IB. 50. 27. 77. 8. 9.. Rumah Sakit Hewan Rumah Potong Hewan. 1 21. 0 20. 1 41. 10.. Pembibitan Sapi Brangus. 1. 0. 1. 11.. Pembibitan HMT dan Ternak. 0. 1. 1. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 9.

(12) F.. PELUANG PASAR DAN TRANSAKSI JUAL BELI Usaha ternak sapi memiliki peluang pasar dan cenderung terus meningkat untuk pemasaran lokal maupun pemasaran luar Nusa Tenggara Barat. Daerah pemasaran sapi bibit Nusa Tenggara Barat meliputi 14 provinsi di Indonesia (Kalsel, Kaltim, Kalteng, Kalbar, Sulsel, Sulbar, Maluku Utara, Jambi, Papua). Kemudian untuk ternak potong pemasarannya dikirim ke Kaltim, Kalsel, DKI dan Jawa Barat. 1. Supply dan Demand Ternak Sapi di NTB Untuk menentukan tingkat supply dan demand ternak sapi di NTB digambarkan dalam dinamika populasi seperti dibawah ini. Tabel 7. : Dinamika Populasi Ternak Sapi di NTB Tahun 2010 - 2014 No 1.. Komponen Populasi Anak Jantan Betina Muda Jantan Betina Dewasa. 2. 3. 4. 5.. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.. Jantan Betina Betina Produktif Kelahiran Kematian Produksi Pedet Jantan Betina Majir dan afkir Potensi Ternak Bibit Realisasi Ekspor Ternak Bibit Potensi Ternak Potong Realisasi Ekspor Ternak Potong Konsumsi Dalam Daerah Ketersediaan Sapi Potong Total Eksport (Bibit dan Potong) Estimasi Populasi Akhir Tahun Updating Populasi Penyerapan Tenaga Kerja. Satuan Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor Ekor. Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 592.875 695.951 784.019 916.560 1.002.731 149.227 175.171 197.338 230.698 252.387 51.244 60.154 67.766 79.222 86.670 97.982 115.017 129.572 151.476 165.718 155.867 182.966 206.119 240.964 263.618 53.525 62.830 70.781 82.747 90.526 102.342 120.135 135.337 158.217 173.092 287.841 337.884 380.641 444.990 486.826 98.845 116.029 130.712 152.810 167.176 188.996 221.855 249.929 292.180 319.650 178.579 209.627 236.153 276.076 302.031 151.792 178.183 200.730 234.665 256.727 9.791 11.493 12.947 15.136 16.559 142.002 166.690 187.783 219.529 240.168 48.763 57.241 64.485 75.386 82.474 32.018 37.585 42.341 144.143 157.694 10.414 12.224 13.771 16.099 17.613 102.342 120.135 135.337 158.217 173.092. Ekor. 3.978. 7.131. 9.989. 16.744. 9.885. Ekor. 76.050. 90.846. 106.145. 128.369. 133.260. Ekor. 5.601. 12.384. 13.590. 20.793. 20.555. Ekor. 33.208. 37.408. 38.338. 40.540. 51.529. Ekor. 37.241. 41.054. 54.217. 67.036. 61.176. Ekor. 9.579. 19.515. 23.579. 37.537. 30.440. Ekor. 692.090. 805.718. 909.885. 1.058.012 1.160.930. Ekor Orang. 695.951 115.348. 784.019 134.286. 916.560 151.648. 1.002.731 1.013.793 176.335 193.488. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 10.

(13) Dinamika populasi dalam akhir tahun dapat dirumuskan melalui estimasi jumlah populasi dasar ditambah dengan jumlah kelahiran pedet berdasarkan jumlah induk betina produktif yang dikurangi dengan jumlah kematian pedet ditambah konsumsi dalam daerah/pemotongan dan jumlah pengeluaran/ekspor ternak keluar daerah baik ternak bibit maupun ternak potong selama satu tahun. Potensi ternak bibit di NTB selama 5 tahun terakhir (2010-2014) mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14,09%, dari 102.342 ekor pada tahun 2010 menjadi 173.092 ekor pada tahun 2014, hal ini seiring dengan langkah kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan secara sinergis didukung oleh kebijakan Pemerintah Pusat melalui Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau dalam meningkatkan populasi ternak sapi baik melalui penyediaan bibit dalam daerah maupun memenuhi kebutuhan bibit nasional. Sedangkan realisasi ekspor ternak sapi bibit selama 5 tahun terakhir ratarata mencapai 36,50%, hal ini merupakan fenomena yang terjadi dalam transaksi perdagangan ternak bibit sepenuhnya dilakukan oleh swasta (bisnis to bisnis) yang disepakati oleh pedagang antar pulau baik dari daerah asal di NTB maupun daerah penerima, kewajiban pemerintah mengatur dan memfasilitasi ketersediaan bibit serta regulasi yang ada didalamnya. Demikian pula dengan potensi ternak sapi potong NTB mengalami peningkatan ratarata sebesar 15,26% selama kurun waktu Tahun 2010-2014 dari dari 76.050 ekor pada tahun 2010 menjadi 133.260 ekor di tahun 2014. Peningkatan populasi sapi potong di NTB sangat didukung oleh beberapa potensi sumber daya yang dimiliki seperti SDA/lahan, SDM peternakan baik kelembagaan maupun jumlah peternak dan dukungan dan fasilitasi pemerintah melalui usaha pemberdayaan masyarakat melalui program dan kegiatan strategis dalam rangka peningkatan populasi ternak. Realisasi ekspor ternak sapi potong di NTB dalam 5 (lima) tahun terakhir mencapai 45,67% dari target potensi ekspor yang telah ditetapkan berdasarkan analisis potensi sapi potong, namun disisi lain pemerintah berupaya mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir usaha pemotongan ternak dalam daerah dengan melakukan revitalisasi RPH/TPH dalam rangka memenuhi kebutuhan daging bagi daerah konsumen untuk wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Pengembangan industri hilir sub sektor peternakan yang berorientasi bisnis dilakukan melalui kerjasama dengan PT. Gerbang NTB Emas yang merupakan Perusahaan Daerah NTB. Dari kerjasama ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah bidang peternakan. Untuk memperluas jaringan kemitraan dan sebagai tindak lanjut dari kebijakan nasional Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah melakukan kontrak kerjasama kemitraan pula dengan PT. Berdikari (Perusahaan BUMN) dalam usaha penggemukan sapi bakalan dan pemotongan di RPH Banyumulek dan RPH Kota Bima. Usaha penggemukan direncanakan berada di lokasi kawasan Terpadu Agroeduwisata dan Technopark Banyumulek yang dilakukan melalui pemberdayaan kelompok peternak di sekitar kawasan. Ketersediaan ternak sapi potong juga dipersiapkan dalam memenuhi permintaan pada saat dan menjelang Lebaran Idul Adha dan Hari Besar Keagamaan Nasional. Cadangan ketersediaan ini merupakan selisih antara potensi sapi potong dikurangi dengan jumlah pemotongan/konsumsi dalam daerah dan realisasi pengiriman/ekspor ke luar daerah. Ketersediaan ini juga merupakan kontribusi NTB sebagai salah satu daerah sentra produksi sapi potong untuk dapat memenuhi kebutuhan daging pada saat Hari Besar Keagaaman seperti tersebut diatas. Pertumbuhan populasi ternak sapi di NTB dalam Tahun 2010-2015 berdasarkan analisis dinamika populasi yang berpengaruh terhadap tingkat supply dan demand adalah 13,84%, sedangkan rata rata pertumbuhan populasi yang didapatkan dari updating ternak tahunan yang dilaksanakan akhir tahun berjalan adalah sebesar 10,02%. Sistim Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 11.

(14) updating/pendataan ternak yang dilakukan berbasis data ditingkat desa termasuk didalamnya sistim registrasi/pengkartuan ternak yang dilakukan di Pulau Sumbawa meliputi Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat dan Kabupaten Bima, Dompu dan Kota Bima. Data populasi khususnya populasi ternak sapi yang diperoleh melalui sistim pengumpulan data maupun registrasi/pengkartuan ternak yang dilakukan setiap akhir tahun yang akan digunakan sebagai P0 untuk menghitung supply dan demand ternak sapi di NTB baik untuk ternak sapi bibit mapun sapi potong, sehingga informasi yang diperoleh akan menjadi dasar dalam mengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan program peternakan sapi di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Supply dan Demand ternak bibit dan potong di NTB merupakan perubahan dan dinamika populasi selama satu tahun yang sangat dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian khususnya pedet, tingkat konsumsi dalam daerah dan jumlah ekspor ke luar daerah baik dalam bentuk ternak bibit maupun ternak potong. 2. Pemotongan Ternak Sapi Pemotongan ternak merupakan aktifitas rutin yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal maupun memenuhi kebutuhan luar daerah melalui pemotongan di sejumlah RPH/TPH yang tersebar di NTB. Dalam rangka meningkatkan jaminan keamanan pangan terutama yang berasal dari produk pangan hewani Pemerintah NTB telah melakukan revitalisasi RPH/TPH. Sejumlah RPH yang telah di revitalisasi di NTB adalah RPH Kota Bima, Sumbawa dan Poto Tano di Sumbawa Barat melalui pemenuhan standar Kualitas Sistim Rantai Dingin pada ketiga RPH dimaksud sehingga dari hal ini pula diharapkan dapat memenuhi permintaan daging beku untuk wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten. NTB sebagai salah satu daerah sentra produksi ternak potong diharapkan dapat berkontribusi terhadap kebutuhan daging Nasional, hal ini sejalan dengan kebjakan Pemerintah Provinsi NTB dengan meningkatkan nilai tambah pada industri hilir sub sektor peternakan melalui pemotongan dalam daerah Tabel 8. Pemotongan ternak sapi pada Kabupaten/Kota di NTB Tahun No. Kab/Kota/ Pulau 2010 2011 2012 1. Mataram 8.832 9.318 8.605 2. Lombok Barat 5.509 5.992 5.946 3. Lombok Utara 2.269 2.543 2.845 4. Lombok Tengah 2.710 3.141 3.583 5. Lombok Timur 5.816 7.433 6.945 Jumlah Pulau Lombok 25.136 28.427 27.924 6. Sumbawa Barat 761 908 1.600 7. Sumbawa 3.141 3.773 4.062 8. Dompu 1.460 1.727 1.410 9. Bima 1.104 1.370 1.953 10. Kota Bima 1.606 1.203 1.389 Jumlah Pulau Sumbawa 8.072 8.981 10.414 Total 33.208 37.408 38.338. 2013 6.796 4.842 2.606 6.064 9.396 29.704 2.406 4.137 1.167 1.781 1.345 10.836 40.540. 2014 7.220 5.091 2.468 10.632 8.439 33.850 4.384 7.424 1.726 3.085 1.060 17.679 51.529. Data dan Informasi Pemotongan ternak sapi di NTB diperoleh dari sejumlah RPH/TPH yang tersebar di semua Kabupaten/Kota melalui sistim SMS Gateway sehingga data yang diperoleh dan dikumpulkan adalah data yang bersifat realtime. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 12.

(15) Jumlah pemotongan ternak sapi pada semua Kabupaten/Kota menunjukkan tingkat konsumsi daging sapi di daerah tersebut. Pemotongan ternak sapi mengalami peningkatan sebesar 12% dalam kurun waktu Tahun 2010-2014, hal ini berbanding lurus dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan kemampuan daya beli masyarakat, dengan rata rata peningkatan konsumsi daging sapi sebesar 3,14 Kg/Kapita/Tahun. 3. Permintaan Ternak Sapi dari Luar Daerah (Demand). Permintaan sapi bibit dan sapi potong yang berasal dari Nusa Tenggara Barat dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2010-2014) cukup besar, namun untuk memenuhi permintaan ini Pemerintah Pusat melakukan koordinasi dengan beberapa daerah sentra produksi sapi bibit dan sapi potong agar ketersediaan dan kecukupannya dapat terpenuhi. Tabel 9. Permintaan Ternak sapi oleh daerah konsumen dari NTB No. 1.. 2.. Provinsi. 2010. 2011. Tahun 2012. 2013. 2014. Sapi Bibit Alokasi Ekspor Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Gorontalo Riau Papua Barat Sulawesi Tenggara Jumlah Permintaa. 21.973 2.532 2.500 1.542 755 1.224 567 632 9.752. 25.793 4.515 2.343 1.120 7.978. 29.057 4.035 2.725 1.832 1.154 1.425 1.513 1.768 14.452. 33.969 4.200 6.000 1.120 1.540 2.326 1.832 2.225 19.243. 37.163 3.807 1.718 2.257 2.526 1.843 1.000 1.500 14.651. Sapi Potong Alokasi Ekspor DKI Jakarta Jawa Barat Banten Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Jumah Permintaan. 16.328 2.740 1.267 2.324 850 675 7.856. 19.505 4.112 4.486 3.243 1.848 1.667 15.356. 22.789 3.867 3.545 2.125 3.457 2.820 15.814. 27.561 4.208 3.150 1.800 8.240 6.750 24.148. 28.611 3.039 2.225 3.480 6.230 8.340 23.314. Ket.. Jumlah permintaan oleh setiap Provinsi merupakan akumulasi dari jumlah permintaan dari masing masing Kabupaten/Kota yang berada dalam daerah yang bersangkutan namun dibawah koordinasi oleh Dinas Peternakan atau Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan di Provinsi pada daerah konsumen, sehingga terlihat bahwa peran pemerintah dalam melakukan koordinasi antar wilayah Kabupaten/Kota maupun Provinsi sangat mempengaruhi penyediaan ternak sapi bibit di Nusa Tenggara Barat. Ttrend permintaan ternak sapi bibit yang berasal dari NTB mengalami kenaikan rata rata sebesar 18,06% dalam kurun waktu Tahun 2010-2014 dari 9.752 ekor pada tahun 2010 meningkat menjadi 14,651 ekor pada tahun 2014 dari potensi sapi bibit yang tersedia, hal ini membuktikan bahwa sapi bibit yang berasal dari NTB cukup diminati oleh daerah lain di Indonesia karena wilayah NTB merupakan daerah bebas dari Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan ternak sapi yang berasal dari NTB sifatnya jinak serta adaptasi pada lingkungannya yang baru sangat cepat. Demikian pula dengan permintaan terhadap kebutuhan sapi potong juga menunjukan trend positif selama 5 (lima) tahun terakhir (2010-2014) yaitu sebesar 36,92%.. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 13.

(16) Rasio antara tingkat permintaan oleh daerah konsumen terhadap ternak sapi bibit yang berasal dari NTB dengan realisasi pengiriman yang telah dilakukan dalam Tahun 2010-2014 adalah sebesar 70,76%, dari data tersebut menggambarkan bahwa 29,24% dari permintaan yang diharapkan tidak dapat terpenuhi. Berdasarkan analisis dinamika populasi yang telah dilakukan peneliti bahwa sesungguhnya tingkat ketersediaan/supply untuk ternak sapi bibit di NTB masih memungkinkan untuk terpenuhi secara keseluruhan dari jumlah permintaan luar daerah, namun sampai pada akhir tahun berjalan tidak dapat terealisasi yang disebabkan oleh faktor faktor lainnya misalnya untuk daerah Sulawesi Tenggara pada saat akhir tahun untuk sisa kuota yang masih ada permintaannya dapat terpenuhi oleh Provinsi lain yang terdekat seperti di wilayah Sulawesi Selatan karena alokasi kuota pengiriman ternak sapi di NTB hanya dapat direalisasikan dalam satu tahun berjalan dan tidak dapat dialihkan pada tahun berikutnya. 4. Pengiriman Ternak ke Luar Daerah Pengiriman ternak keluar daerah adalah realisasi permintaan yang dilakukan oleh NTB pada beberapa daerah sebagai mitra bisnis dalam trransaksi perdagangan ternak antar pulau yang dilakukan antara pengusaha dari daerah produsen ke daerah konsumen baik dalam bentuk ternak bibit maupun ternak potong. Pemerintah NTB berkewajiban menetapkan alokasi kuota berdasarkan usulan permintaan dari daerah konsumen. Tabel 10. Pengeluaran Ternak dari NTB Kabupaten/ Kota 1. Sapi Bibit. 2. Sapi Potong. No.. 2010 2011 3.978 7.131. Tahun 2012 9.989. 2013 16.744. 5.601 12.384. 13.590. 20.793. Daerah Tujuan 2014 9.885 Kaltim, Kalsel, Kalbar, Gorontalo, Riau, Papua Barat, Sultra, 20.555 DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Kaltim dan Kalsel. Realisasi pengiriman sapi bibit maupun sapi potong yang berasal dari NTB menunjukan trend yang meningkat selama tahun 2010-2014, hal ini sejalan dengan kebijakan Nasional yang telah menetapkan NTB sebagai salah satu daerah sentra produksi sapi potong dari beberapa daerah lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, DIY, Bali, NTT dan NTB. Disamping itu pula NTB sebagai satu satunya daerah supply sapi bibit Nasional diharapkan mampu berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan bibit nasional. Demikian pula terhadap permintaan sapi potong yang berasal dari NTB dengan realisasi permintaan adalah 94,60% dengan sisa yang tidak direalisasi sebesar 5,40%. Tingginya realisasi permintaan terhadap sapi potong dimungkinkan karena banyak sapi potong yang berasal dari NTB oleh daerah konsumen lainnya di Indonesia dapat dibudidayakan kembali oleh masyarakat karena keunggulan yang dimiliki oleh ternak sapi di NTB yaitu sifat jinak dan cepat beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 14.

(17) IV. TIM PELAKSANA KERJASAMA SEKTORAL DAN PEMBIAYAAN PROGRAM. A.. Pelaksana Kegiatan Sebagai leading sector dalam Pengembangan Kawasan Integrasi Agroeduwisata Banyumulek adalah Satuan Kerja Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB yang didukung oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui konsep Pengembangan Technopark dan dukungan SKPD lingkup Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Horkultura, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan serta SKPD Lainnya seperti yang tercantum dalam SK Gubernur Nusa Tenggara Barat tentang Pembentukan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek dan BUMD seperti PT. GNE NTB.. B.. Penerima Manfaat Kegiatan - Penerima manfaat adalah peternak, kelompok peternakan, dan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). - Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan kegiatan mulai dimulai Tahun 2015 – 2019 (Multi Years Project).. C.. Pembiayaan Jumlah anggaran yang diperkirakan untuk membiayai kegiatan Pengembangan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek NTB seperti tercantum dalam Matriks Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek (terlampir) yang bersifat multi years dari tahun 2015 – 2019.. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 15.

(18) V. PENUTUP. Demikian Masterplan Program Pengembangan Kawasan Integrasi Agroeduwisata Banyumulek NTB disusun dengan pendekatan integrasi program dan optimalisasi pemanfaatan sumber sumber pembiayaan Tahun 2015 - 2019 yang diharapkan menjadi rekomendasi kebijakan yang terintegrasi lintas sektoral dalam mendukung pembangunan ekonomi masyarakat di Nusa Tenggara Barat.. Mataram,. Mei 2015. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ir. Hj. Budi Septiani NIP. 19610930 199103 2 002. Master Plan Kawasan Agroeduwisata Banyumulek. 16.

(19) SITE PLAN KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK.

(20) DESIGN KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK TAMPAK DEPAN.

(21) KAWASAN TAMPAK DARI PASS BIL BIL KAWASAN TAMPAK DARIBYBY PASS.

(22) DESIGN GAPURA KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK.

(23) DESIGN SHOWROOM TAMPAK DEPAN.

(24) DESIGN SHOWROOM TAMPAK DESIGN SHOWROOM TAMPAK ATASATAS.

(25) DESIGN SHOWROOM TAMPAK BELAKANG.

(26) DESIGN PATUNG SAPI.

(27) DENAH GUDANG PENGOLAHAN PAKAN DAN RENCANA PEMBENTUKAN TAPAK JALAN LINGKUNGAN KAWASAN.

(28) DENAH PATUNG SAPI KAWASAN AGROEDUWISATA BANYUMULEK.

(29) LANJUTAN.................

(30)

(31)

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Peserta kegiatan ini adalah Lembaga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta yang terdapat di

Fraktur basis cranii merupakan fraktur yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang bisa melibatkan banyak struktur neurovaskuler pada basis cranii, tenaga benturan yang besar, dan

Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri dari beban kerja dan stres kerja memberikan kontribusi terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Tanaman

Hasil dari penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kepemilikan manajerial secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan

Rakitan Teknologi Pembibitan Kobis Bebas Penyakit Akar Gada di lahan kering adalah berbasis hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1995/1996 di desa Singolangu dan

Setelah melakukan penelitian prediksi kepribadian Big five menggunakan TF-IDF dan dengan metode k-NN ini dapat ditarik kesimpulan ,yaitu akurasi tertinggi dari

Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsumsi kerang masyarakat Semarang.. Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang diperlukan untuk kepentingan

Me: If you want me to be a teenager… (Green, 2012, p.. The example above shows the adaptation technique because the translator tried to adapt the Indonesian