• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. Cinta 1. Pengertian Cinta - PERBEDAAN CINTA DITINJAU DARI FAKTOR DEMOGRAFIS (Jenis Kelamin, Usia, Usia Pernikahan, Dan Tingkat Pendidikan) PADA PEGAWAI NEGRI SIPIL YANG SUDAH MENIKAH DI PURWOKERTO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. Cinta 1. Pengertian Cinta - PERBEDAAN CINTA DITINJAU DARI FAKTOR DEMOGRAFIS (Jenis Kelamin, Usia, Usia Pernikahan, Dan Tingkat Pendidikan) PADA PEGAWAI NEGRI SIPIL YANG SUDAH MENIKAH DI PURWOKERTO - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Cinta

1. Pengertian Cinta

Penelitian mengenai cinta di populerkan oleh Robert Sternberg (1986) dalam teori segitiga cinta (triangular theory of love) unsur cinta terdiri dari tiga jenis, yaitu keintiman (intimacy) gairah (passion) komitmen (commitment). Setiap komponen itu pada setiap orang berbeda-beda derajatnya. Menurut Stenberg ada yang hanya tinggi di gairah tapi rendah di komitmen. Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila dalam ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang seimbang dan sesuai pada suatu waktu tertentu (Setiawan, 2014)

Pakar psikologi lainnya Froom (2005) mengatakan cinta adalah suatu seni, dan sama seperti seni-seni lainnya, jika kita mau mempelajarinya, kita perlu belajar bagaimana mencintai. Cinta tidak sekedar ketertarikan, falling in love (jatuh cinta) yang secara spontan muncul saat kita bertemu dengan seseorang yang kita anggap menarik. Mencintai membutuhkan proses, dimulai dengan mempelajari teori dan mempraktikannya sehingga mencintai menjadi intuisi. Agar menjadi master dalam mencintai, mencintai haruslah menjadi tujuan tertinggi.

(2)

Rubin dalam (Azhar, 2014) cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berfikir, merasa dan bertingkah laku.

Seorang psikiater dari amerika Scott Peck dalam (Susanti & Widjarnako, 2015), cinta adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain. Cinta sejati selalu membawa pertumbuhan, bukan bersifat posesif yang obsesif (keinginan memiliki dilandasi motivasi yang salah, yaitu hanya untuk menyenangkan diri sendiri). Cinta dalam pertumbuhan yaitu, cinta itu membawa kebaikan bagi seorang yang sedang mencintai dan bagi orang yang dicintai. Tidak membuat seorang tertekan, dipaksa mencintai atau mengorbankan sesuatu yang salah dengan alasan cinta. Perasaan cinta adalah suatu perasaan emosi yang bersifat positif yang memiliki pengaruh positif juga bagi individu yang menjadi pasangannya (Dariyo, 2004)

(3)

2. Jenis-Jenis Cinta

Dalam perkembangan selanjutnya, Sternberg (1986) mengkombinasikan ketiga komponen cinta yang berbeda-beda yang kemudian terbentuk delapan jenis cinta, antara lain:

a. Liking, liking hanya mewakili komponen intimacy. Hal ini membentuk dasar bagi persahabatan yang dekat (close friendship), tanpa disadari oleh adanya passion dan commitment. Liking seringkali disebut juga jenis cinta yang dapat bertahan lama.

b.Infatuation, infatuation adalah cinta pada “pandangan pertama”. ini adalah jenis cinta yang mengidealkan objek cinta. Dalam cinta ini seseorang jarang melihat pasangannya sebagai pribadi yang sebenarnya (real person) yang terkadang dapat melakukan kesalahan. Infatuation ditandai oleh passion yang tak terduga, hasrat emosi serta kontak fisik yang tinggi. Cinta ini cenderung obsesif.

c. Empty love, merupakan satu jenis cinta yang berasal dari keputusan untuk mencintai seseorang dan mempunyai komitmen untuk terus mencintai pasangannya, walaupun tidak memiliki intimacy dan passion. Empty love merupakan cinta yang sudah terjalin selama beberapa tahun, tetapi sudah kehilangan keterlibatan emosional dan ketertarikan fisik. d.Romantic love, merupakan kombinasi dari intimacy dan passion. Pada

(4)

pria dan wanita tidak hanya tertarik secara fisik satu sama lain tetapi juga terikat secara emosional.

e. Companionate love, merupakan kombinasi dari intimacy dan commitment. Jenis cinta ini dialami oelah sepasang suami istri yang sudah lama menikah dan sudah mengalami berbagai peristiwa bersama-sama, sehingga mereka merasa seperti dua orang sahabat yang tidak merasakan passion dalam hubungannya. Pasangan yang tidak puas dengan hubungan cinta ini mungkin saja mencari kepuasan di luar pernikahannya demi menyalurkan passion dalam hidupnya.

f. Fatuous love, merupakan jenis cinta yang berlangsung dengan capat. Cinta yang menghasilkan commitment ini hanya berdasar pada passion tanpa adanya elemen-elemen yang melibatan keintiman yang umumnya membutuhkan waktu untuk berkembang. Passion dengan cepat akan hilang dan meninggalkan commitment. Namun commitment yang terbentuk dalam waktu singkat adalah dasar yang lemah untuk mempertahankan hubungannya.

g. Consumate love, consumate love terbentuk ketika intimacy, passion, dan commitment bergabung membentuk kumpulan yang unik. Banyak orang dapat mencapai cinta ini namun mengalami kesulitan untuk mempertahankannya. Karena yang menjadi kendala adalah kemampuan individu dalam memperkuat tiga komponen cinta tersebut.

(5)

mungkin terjadi pada kebanyakan orang berupa interaksi tanpa ada rasa cinta ataupun suka. Dapat disimpulkan bahwa delapan jenis cinta menurut Stenberg yaitu Liking, Infatuation, Empty love, Romantic love, Companionate love, Fatuous love, Consumate love, dan Non Love.

3. Faktor Faktor Seseorang Mencintai

Menurut Froom (2005) Fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian psikologi sosial, khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi sosial terkait dengan hubungan interpersonal. Psikologi hubungan interpersonal adalah bagian psikologi sosial yang mempelajari tentang aspek-aspek perilaku dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan soaial antara dua pribadi.

(6)

a. Kedekatan

Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya karena mereka bertemu disekitar wilayah hidupnya. Dalam hal ini, orang tertarik dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan orang lain dalam wilayah hidup yang sama. Contoh orang tertarik dengan orang lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan istri karena mereka hidup dalam kompleks perumahan yang sama, mereka bekerja pada tempat yang sama, mereka kuliah pada jurusan yang sama, dan mereka beraktivitas dalam organisasi yang sama.

b. Kemenarikan fisik

(7)

yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan konsep stereotip, seseorang dianggap cantik atau ganteng lebih karena masyarakat memiliki gambaran umum tentang ideal cantik dan ganteng dalam suatu periode waktu tertentu dan untuk mengelompok masyarakat tertentu, seperti stereotip wanita cantik pada periode 2000an dalam gambaran masyarakat Indonesia adalah perempuan yang berkulit putih, rambut sebahu, dan tubuh langsing. fenomena stereotip wanita cantik tahun 2000an ini dapat ditemui dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan public dan media massa (televisi dan majalah)

c. Kesamaan dan kebutuhan saling melengkapi

Seseorang menyukai atau mencintai orang lain karena dapat terjadi karena ia memiliki kesamaan atau keserupaan dengan orang lain. Banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku, lebih memilih kesempatan untuk menjalani hidup perkawinan yang bahagia

d. Seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya

Seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya karena apabila seseorang dinilai oleh orang lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang dimana dirinya mendapat ganjaran (hadiah) karena memperoleh cinta itu.

e. Keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan

(8)

mencintai dan terus mencintai orang lain karena orang lain tersebut memberi banyak keuntungan yang signifikan kepada dirinya. Keuntungan itu dapat bersifat fisik, psikologis, material, dan spiritual.

Dapat disimpulkan bahwa faktor faktor seseorang mencintai menurut Froom antara lain kedekatan, kemenarikan fisik, kesamaan dan kebutuhan saling melengkapi, seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya, dan keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan.

4. Aspek Cinta

Stenberg (1997) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek yang tercakup dalam fenomena cinta, yaitu:

1. Keintiman (intimacy) merupakan kedekatan secara emosional yang meliputi perasaan yang menunjukkan adanya kedekatan, keterikatan, dan berkaitan secara emosional kepada pasangan yang menjalani hubungan satu sama lain. Keintiman juga meliputi perasaan yang menimbulkan kehangatan dalam hubungan percintaan maka dalam komponen ini pasangan lebih mengutamakan kesejahteraan dari setiap lawan jenis nya.

(9)

3. Komitmen (commitment) yang merupakan elemen kognitif dari cinta yang dalam jangka pendek mengacu pada keputusan seseorang untuk mencintai pasangannya dan untuk jangka panjang mengacu pada komitmen seseorang untuk menjaga sekaligus mempertahankan cinta dan pasangannya dalam jangka waktu yang lama. Hal itu lebih dalam dari sekedar menyetujui untuk tetap bersama pasangan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan atau konflik yang akan mereka hadapi kedepannya selama menjalin hubungan, yang mengharuskan pasangan untuk dapat berani berkorban, mencurahkan segala perhatian dan melakukan apapun agar hubungan yang di jalaninya tetap langgeng serta terus melindungi hubungan itu dari segala bahaya dan memperbaiki keadaanya apabila hubungan yang sedang di sangat berperan penting dalam penentuan waktu apakah hubungan cinta yang di jalani akan berlangsung lama atau tidak.

B. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomer 1 tahun 1974 tentang perkawinan bab 1 pasal 1 perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

(10)

perkawinan berbeda-beda, tetapi prakteknya perkawinan di hampir semua kebudayaan cenderung sama perkawinan menunjukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan agama, saksi, untuk kemudian di sahkan secara respi dengan upacara dan ritual tertentu.

Menurut Marlina (2013), pernikahan adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang telah menginjak usia dewasa ataupun dianggap telah dewasa dalam ikatan yang sakral. Sakral karena dalam pernikahan hunumgam amtara seorang laki-laki dan perempuan menjadi sah secara agama.

Menikah menurut Nen dkk (2013) adalah merupakan titik awal dari kehidupan berkeluarga dan tujuan yang ditetapkan dalam pernikahan akan berdampak pada kehidupan pernikahannya secara keseluruhan.

Tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi kebutuhan hajat tabiat kemanusiaan, behubungan antaran antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum. (Nurhasanah & Susetyo, 2015)

(11)

dan saksi dengan segala ritual kebudayaan yang di anut. Yang bertujan untuk memperoleh keturunan.

C. Pegawai Negri Sipil

Pegawai negeri sipil menurut UU No 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, dalam BAB 1 pasal 1 pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan dan di gaji menurut peraturan perundang-perundang-undangan tertentu (Rafik, 2016).

Dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas yang lainnya, digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kusuma, 2013)

(12)

D. Kerangka Berfikir

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam hubungan (relationship) dengan manusia lainnya cenderung saling membutuhkan satu sama lain, sehingga apa yang di lakukan oleh setiap individu akan berpengaruh dengan individu lainnya. Seiring dengan tugas perkembangan masa dewasa secara umum berkaitan dengan perkawinan antara lain, belajar hidup bersama sebagai pasangan dan memulai membina keluarga (Hurlock, 2010)

Dari banyaknyanya persoalan dalam pernikahan yang tidak teratasi hingga berahir dengan perceraian bagi PNS yang berpenghasilan dari pemerintah yang di tentukan oleh golongan serta tinggi rendahnya pendidikan akah sangat berpengaruh terhadap cara berfikir seseorang baik dalam mengambil keputusan maupun dalam mengatasi emosi dan egonya saat terjadi konflik dalam rumah tangga. Dari situ tentunya membuat mereka berani untuk mengambil sikap termasuk dalam hal menentukan arah kehidupan rumah tangga nya.

(13)

memegang peran penting dalam suatu hubungan dan cinta merupakan faktor kunci dalam kesuksesan pernikahannya tersebut.

Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh tuhan pada sepasang manusia untuk saling memiliki saling memenuhi saling pengertian dan menyayangi satusama lain. Suatu perasaan itu didasari oleh ketertarikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh lawan jenisnya seperti sifat, kepribadian - kepribadian yang ada dalam diri, wajah, ciri fisik, penampilan, dan kelebihan lain yang dimiliki oleh seseorang

Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang mengandung unsur ketertarikan, hasrat seksual, dan perhatian pada seseorang. Menurut Sternberg (1986) dalam teori segitiga cinta (triangular theory of love) unsur cinta terdiri dari tiga jenis, yaitu keintiman (intimacy) gairah (passion) komitmen (commitment). Dia mengemukakan bahwa hubungan percintaan dapat disebut cinta yang sempurna apabila dalam hubungan itu memiliki tiga komponen cinta tersebut.

(14)

.

Pernikahan

Usia

Usia Pernikahan

Jenis Kelamin

Tingkat Pedidikan Cinta

1. Intimacy 2. Passion 3. commitment

Gambar

Gambar 1 Kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum output pelaksanaan kegiatan pengawasan kedatangan kapal laut dari luar negeri di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Padang belum seuai dengan SOP karena masih

Berdasarkan pendapat Bruninghaus dan Knuble (2004:122) dalam memberikan edukasi di museum dapat menggunakan 18 metode edukasi yang terdiri dari metode edukasi menggunakan

Mendiagnosis karies pada gigi terutama karies dini atau karies tersembunyi dengan hanya melalui pemeriksaan klinis merupakan teknik yang tidak akurat, meskipun sensitivitas

Hal ini berarti rerata kadar progesteron pada kedua kelompok setelah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna ( P <0,05) yang mengindikasikan bahwa pemberian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 90% penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Manado patuh dalam program pengobatan

Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden

Pelaku yang dibekuk aparat Polsek sawah besar merupakan warga Kebay- oran baru, Jaksel yang selama ini kerap mengedarkan shabu di sejumlah wilayah di Jakarta.. Kapolsek sawah

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen (bebas)