BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Profesi akuntan adalah sebuah profesi yang pada dasarnya memiliki
perilaku etis yang baik untuk menjaga status dan kredibilitas profesi (Ega,
2013). Profesi akuntan memiliki komitmen moral atau etika yang tinggi, yang
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan danharus
dipatuhi oleh pihak-pihak yang ada dalam profesi tersebut. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan profesi tersebut yang biasanya
disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi
(Umar, 2015). Dimana etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas mengenai standar dan penilaian moral (Juliarta, 2015). Jadi etika
merupakan nilai atau norma di dalam masing-masing individu yang dijadikan
sebagai pegangan untuk mengatur tingkah lakunya.
Elok (2013) menjelaskan bahwa karakter pribadi yang individualis,
materialis dan kapitalis mendorong seseorag untuk melakukan hal-hal negatif
tanpa memikirkan dampaknya, hal tersebut menimbulkan seseorang
berperilaku tidak etis. Perilaku tidak etis adalah perilaku seseorang yang
bertindak tidak sesuai dengan aturan hukum maupun moral (Putu, 2016).
Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi individu melakukan
tindakan yang tidak etis. Standar etika maupun orientasi etis masing-masing
yang tidak etis dan merugikan orang lain, sedangkan seorang relativis tidak
mengindahkan prinsip-prinsip yang ada dan lebih melihat keadaan sekitar
sebelum akhirnya bertindak merespon suatu kejadian yang melanggar etika
(Revita, 2014). Selain itu, tingkat pengetahuan seseorang akan sangat
berpengaruh dalam pengambilan keputusan, dengan mengandalkan
pengetahuan seseorang akan memutuskan dan menentukan suatu tindakan.
Dan tidak kalah penting, ketatnya persaingan kerja membuat seseorang
bertindak tidak etis dan menimbulkan skandal-skandal dalam profesi akuntan.
Sebagai contoh sebuah skandal yang sangat terkenal yang pada akhirnya
menimbulkan krisis terbesar dalam bidang akuntansi adalah kecurangan yang
dilakukan oleh Enron, Corp., yang merupakan salah satu perusahaan distribusi
energi terbesar di AS. Hal tersebut merupakan jatuhnya perusahaan terbesar
dalam sejarah Amerika. Keruntuhan dimulai pada Oktober 2001, ketika
pejabat Enron melaporkan kerugian kuartalan yang mengejutkan sebesar 618
juta dolar AS yang diduga akibat persekutuan tersembunyi pihak terkait
dengan orang dalam perusahaan. November 2001, pejabat perusahaan
mengakui kerugian tahun 1997 sebesar 600 juta dolar AS, yang memerlukan
penyajian kembali laporan keuangan yang telah diaudit selama empat tahun.
Akhir 2001, Enron dinyatakan bangkrut.CEO KAP Arthur Anderson
mengakui bahwa penilaian profesional mereka ternyata salah
(http://uwiiii.wordpress.com).
Di Indonesia sendiri banyak bermunculan skandal etis profesi akuntan
auditor, bahkan akuntan pemerintahan. Sebagai contoh, terungkapnya kasus
seperti PT. Bank Lippo, manipulasi laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk
yang melibatkan akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM),
ditambah lagi dengan adanya kasus manipulasi laporan keuangan PT KAI,
KAP Johan Malonda & Rekan dengan PT Great River International Tbk tahun
2003, serta kasus yang sangat mencengangkan yaitu kasus mafia pajak yang
dilakukan oleh Gayus Tambunan sebagai akuntan internal pemerintahan pada
tahun 2010 (http://www.academia.edu).
Berbagai skandal etis yang dilakukan oleh akuntan yang telah terjadi
menimbulkan dampak buruk bagi profesi akuntansi, terutama reaksi dan
persepsi dari mahasiswa sebagai calon akuntan masa depan, hal itu penting
untuk diketahui. Mahasiswa yang kurang memiliki pengetahuan tentang
berbagai skandal yang terjadi menyebabkan kurangnya kesadaran diri
mahasiswa atas perilaku etis yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dan bisa
menyebabkan terulang kembalinya skandal etis. Mengetahui beragam persepsi
mahasiswa akuntansi mengenai skandal-skandal yang melibatkan profesi
akuntan akan sangat menarik karena mahasiswa akuntansi merupakan
orang-orang yang akan menjalani profesi akuntan kelak. Putu (2016) menegaskan
bahwa kurangnya perhatian terhadap bidang etika dan pelanggaran etis sejak
dini, maka hal tersebut akan merusak profesi akuntansi di masa yang akan
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putu (2016)
menunjukan bahwa idealisme dan tingkat pengetahuan berpengaruh negatif
pada perilaku tidak etis akuntan. Relativisme secara statistik berpengaruh
positif pada perilaku tidak etis akuntan. Namun pada penelitian yang
dilakukan oleh Dewanti (2015) menunjukan bahwa idealisme berpengaruh
positif signifikan terhadap persepsi mahasiswa mengenai perilaku tidak etis
akuntan. Dan berbeda halnya dengan penelitian tentang persepsi mahasiswa
atas perilaku tidak etis akuntan yang dilakukan oleh Herwinda (2010) dilihat
dari orientasi etis, gender dan tingkat pengetahuan, diketahui reaksi
mahasiswa terhadap krisis etis profesional dalam bidang profesi akuntansi
telah terjadi. Hasil menunjukkan idealisme tidak mempengaruhi perepsi
mahasiswa terhadap sikap tidak etis akuntan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dzakirin (2013) menunjkan bahwa
Relativisme tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa akuntansi
mengenai krisis etika akuntansi profesional. Dan pada penelitian yang
dilakukan oleh Mella (2015), yang meneliti pengaruh orientasi idealisme,
relativisme, tingkat pengetahuan akuntansi, dan gender terhadap persepsi
mahasiswa akuntansi tentang krisis etika akuntan profesional menunjukan
bahwa tingkat pengetahuan akuntansi tidak berpengaruh signifikan negatif
terhadap persepsi mahasiswa akuntansi tentang krisis etika akuntan
profesional.
Namun sangat berbeda pula hasil dalam penelitian Reni (2013), dengan
Tidak Etis Auditor Serta Tingkat Ketertarikan Belajar dan Berkarir Di Bidang
Akuntansi” menunjukan bahwa tidak ada variabel yang dapat menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap persepsi mahasiswa akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia atas tindakan auditor dalam skandal
akuntansi. Tidak sensitifnya mahasiswa akuntansi terhadap hal ini dikarenakan
bahwa mereka belum sepenuhnya memahami aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh organisasi atau profesi yang tidak diperoleh dalam perkuliahan
dan belum dihadapkan dalam situasi yang benar-benar nyata, sehingga hal ini
akan mempengaruhi mereka dalam menjustifikasi etis atau tidaknya suatu
perbuatan.
Hasil dari penelitan terdahulu sangat berfariasi dan tidak konsisten. Hal
tersebut disebabkan karena perbedaan objek penelitian, waktu penelitian,
tempat penelitian dan faktor-faktor lain. Tidak menutup kemungkinan akan
berbeda hasilnya pada penelitian ini. Penelitian ini mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Putu (2016) yang meneliti tentang pengaruh idealisme,
relativisme, pengetahuan, gender dan umur pada prilaku tidak etis akuntan.
Objek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa akuntansi semester 4
keatas di Universitas Udayana, Bali. Pengambilan sampel dilakukan
menggunakan metode purposive sampling.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Putu
(2016) yaitu penelitian sebelumnya menggunakan sampel penelitian pada 1
perguruan tinggi, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel pada 2
Universitas Jendral Soedirman. Penelitian sebelumnya menggunakan sampel
penelitian pada mahasiswa akuntansi semester 4 keatas, sedangkan sampel
penelitian ini hanya pada mahasiswa akuntansi semester 7. Tempat penelitian
ini juga berbeda dari peneltian sebelumnya, dimana penelitian sebelumnya
dilakukan di Badung, Bali, sedangkan penelitian ini dilakukan di Purwokerto,
Jawa Tengah. Selain itu penelitian ini mengurangi variabel gender dan umur
dari penelitian sebelumnya dikarenakan hasil penelitian sebelumnya sudah
konsisten, hal itu bisa dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu
mendapatkan hasil yang sama dari variabel tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian diatas, maka peneliti
merumuskan permasaahan sebagai berikut:
1. Apakah idealisme berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa
akuntansi atas prilaku tidak etis akuntan?
2. Apakah relativisme berpengaruh positif terhadap persepsi mahasiswa
akuntansi atas prilaku tidak etis akuntan?
3. Apakah pengetahuan berpengaruh negatif terhadap persepsi mahasiswa
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam rumusa
masalah diatas, maka tujuan peneliti yang hendak di capai yaitu:
a. Menguji secara empiris pengaruh negatif idealisme terhadap persepsi
mahasiswa akuntansi atas prilaku tidak etis akuntan.
b. Menguji secara empiris pengaruh postitif relativisme terhadap persepsi
mahasiswa akuntansi atas prilaku tidak etis akuntan.
c. Menguji secara empiris pengaruh negatif pengetahuan terhadap
persepsi mahasiswa akuntansi atas prilaku tidak etis akuntan.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, antara lain :
a. Bagi Akademisi
1) Penelitian ini dapat membantu praktisi dunia pendidikan untuk
mengetahui persepsi mahasiswa mengenai skandal yang terjadi,
dan dampaknya terhadap minat mahasiswa di dalam bidang
akuntansi.
2) Menjadi masukan supaya para pendidik di bidang akuntansi lebih
mengembangkan konsep pendidikan etika dengan memperhatikan
perkembangan moral ataupun pertimbangan etis mahsiswa supaya
b. Mahasiswa
1) Mahasiswa akan lebih sadar terhadap berbagai skandal profesi
akuntansi sehingga mahasiswa bisa mempersiapkan diri
menghadapi berbagai skandal yang akan terjadi ketika mereka
terjun kedalam dunia profesi akuntansi.
2) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
rujukan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh idealisme,
relativisme, dan tingkat pengetahuan terhadap perilaku tidak etis