ANALISIS PENGARUH PRODUK MUDHOROBAH,
PRODUK MUSYAROKAH DAN PRODUK
MUROBAHAH TERHADAP KESEJAHTERAAN
USAHA KECIL MENENGAH DI BRI SYARIAH KC
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
MUKARIS SUBANDRIYO
NIM 21313014
PROGAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
ANALISIS PENGARUH PRODUK MUDHOROBAH,
PRODUK MUSYAROKAH DAN PRODUK
MUROBAHAH TERHADAP KESEJAHTERAAN
USAHA KECIL MENENGAH DI BRI SYARIAH KC
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
MUKARIS SUBANDRIYO
NIM 21313014
PROGAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi
MOTTO
Barang siapa yang mau menghidupkan nahdlatul ulama ( NU) orang itu bakal jadi santriku, barang siapa yang jadi santriku maka meninggal dunianya saya doa kan bakal khosnul khotimah
(KH. Hasyim asyari)
Sebaik baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lain ( HR Thabrani)
vii
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tua ku tercinta yang telah memotivasi dan menginspirasiku,
kakak-kakakku tersayang yang selalu menjadi tempat berkeluh kesahku ,para dosenku, para
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
telah memberikan kesehatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Produk Mudhorobah, poduk
Musyarokah dan produk Murobahah Terhadap Kesejahteraan Usaha Kecil Menengah Di BRI Syariah Kc Semarang” dengan lancar. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang
kita harapkan syafa’atnya di Yaumul Qiyamah.
Penulis menyadari dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tak langsung.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, SE. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam dan selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si selaku Ketua Prodi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
4. Bapak Agus Waluyo,M.Ag selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu penulis dalam
ix
6. Sumber inspirasiku dan penyemangat hidupku yaitu kedua orang tua (Bapak
kudhori dan ibu tercinta ibu imroh)
7. Keluarga pergerakan mahasiswa islam Indonesia ( PMII) Komisariat Djoko
Tingkir Kota Salatiga yang selalu menopang semangatku dan mendorong
saya untuk terus maju dalam segala lini pergerakan terutama dibidang
idiologi.
8. Kelurga besar PS S1 angkatan 2013 yang telah memberikan warna tersendiri
dalam hidupku. Terima kasih… Teruskan perjuangan kita, semangat!!!
9. Keluarga besar jamaah masjid Al- Anshor kota salatiga, yang sudah
mendorong dan membantu saya sehingga saya bisa menyelesaikan sarjana
(S1) saya dengan baik.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Salatiga, 8 Desember 2017
x
ABSTRAK
Subandriyo, mukaris 2017. Analisis pengaruh produk mudharobah, produk musyarokah dan produk murabahah terhada kesejahteraan usaha kecil menengah di BRI Syariah KC Semarang. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S-1 Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Anton Bawono, SE,. M.Si
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh produk mudarobah, produk mudharobah dan produk murabahah terhadap kesejahteraan usaha kecil menengah di BRI Syariah KC Semarang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda sebagai alat analisis.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui penyebaran kuesioner pada nasabah BRI Syariah KC Semarang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, dimana purposive sampling ini yaitu pengambilan teknik dngan cara pertimbangan di BRI Syariah KC Semarang sebanyak 93 responden. Data yang telah diperoleh dari penyebaran kuesioner ini kemudian diolah menggunakan komputer dengan aplikasi SPSS versi 21.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji Ttest menghasilkan produk musyarokah secara parsial tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan usaha kecil menengah di BRI Syariah KC Semarang, sedangkan produk mudharobah dan produk murabahah secara parsial berpengaruh positif terhadap kesejahteraan usaha kecil menengah. Uji Ftest menghasilkan produk mudharabah, produk musyaroakah dan produk murabahah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai BRI Syariah KC Semarang dengan pengaruh sebesar 77,4% sisanya 23,6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model ini. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa kesejahteraan usaha kecil menengah mampu memediasi pengaruh produk mudarobah, produk mudharobah dan produk murabahah.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...iii
PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ...iv
PERTANYAAN BEBAS PLAGIAT ...v
MOTTO ...vi
PERSEMBAHAN ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
ABSTRAK ...x
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ...xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Tujuan Penelitian ...7
D. Manfaat penulisan ...8
xii
BAB II LANDASAN TEORI ...10
A. Telaah Pustaka ...10
B. Landasan Teori ...12
1. Pengertian Perbankan ...12
2. Pengertian Pembiayaan ...15
3. Prinsip-Prinsip Pada Bank Syariah ...17
4. Mudhorobah ...18
4. Musyarokah ...25
5. Murobahah ...32
6. kesejahteraan usaha Mikro Kecil Menengah ...37
C. Kerangka Pemikiran ...48
D. Hipotesis ...49
BAB III METODE PENELITIAN...52
A. Jenis Penelitian ...52
B. Lokasi Dan Waktu ...52
C. Populasi San Sampel ...52
D. Skala Pengukuran ...55
E. Definisi Konsep Dan Operasional ...55
D. Instrumen Penelitian ...61
E. Metode Analisa ...61
1. Uji Instrumen Validitas Reabilitas...62
2. Uji Statistik ...62
xiii
F. Alat Analisis ...65
BAB IV ANALISIS DATA ...66
A. Diskriptif Objek Penelitian ...66
B. Diskripsi Responden ...68
C. Analisis Data ...72
1.Uji Instrumen validitas reabilitas ...72
a. Uji Reabilitas ...71
b. Uji Validitas ...72
2. Uji Statistik ...74
a. Uji Koefesien Determinasi ...74
b. Uji F ...74
c. Uji T ...75
d. Regresi Linier Berganda ...75
3.Uji Asumsi Klasik ...76
a. Uji Multikolinieritas ...76
b. Uji Heteroskedastisitas...77
c. Uji Normalitas ...78
d. Pembahasan Pengujian Hepotesis ...82
BAB V PENUTUP ...86
A. Kesimpulan ...86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ...86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 jumlah nasabah BRIS Kc Smarang ... 4
Tabel 1.2 penelitian terdahulu………. 5
Tabel 2.1 hipotesis penelitian ... 51
Tabel 3.1 definisi konsep dan operasi………..………. ... 58
Tabel 4.1 responden berdasarkan gender ... 68
Tabel 4.2 responden berdasarkan usia ... 69
Tabel 4.4 responden berdasarkan profesi ... 70
Tabel 4.4 Hasil Uji reabilitas ... 71
Tabel 4.5 Hasil Uji valliditas ... 72
Tabel 4.6 Hasil uji koefisien diterminasi ... 73
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F ... 73
Tabel 4.8 Hasil Uji statistik T ... 74
Tabel 4.9 Hasil Uji UjiMultikolonieritas ... 76
Tabel 4.10 Hasil Uji with ... 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 skema akad mudhorobah ………..………24
Gambar 2.2 skema akad musyarokah………31
Gambar 2.3 skema akad murabahah………..………37
Gambar 2.4 kerangka pemikiran ………...……48
Gambar 4.1 grafik normal histogram ………78
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Konsultasi
Lampiran 2 Surat ijin Penelitian
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 Hasil Jawaban Responden
Lampiran 5 Hasil Output SPSS
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 7 Lembar Pernyataan Publikasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perbankan merupakan intermediasi antara orang yang kelebihan dana dan
orang yang kekurangan dana dalam hal ini pebankan merupakan titik sentral bagi
masyarakan perbankan juga disebut lembaga pembangunan (Muljono, 2015:37)
Dalam peraturan undang-undangan nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah. Dalam hal ini dilihat dari konsepnya perbankan syariah yang
akan menjawab tantangan zaman dalam sector perbankan, karena kita bisa melihat
bahwasanya 85% penduduk Indonesia merupakan agama islam tentu hal ini
menjadi peluang besar bagi sebagian orang untuk mendirikan didunia perbankan.
(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum16/01/09/o0o4v334peresenta
se-umat-islam-id-indonesis-jadi-85-persen diakses tanggal 3/8/2017 jam 20:15
Berdasarkan pada ketentuan Pasal 1 ayat (13) Undang-undang Nomor10 Tahun 1998 Tentang Prinsip Syariah, “diartikan sebagai aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah”.
ketika kita melihat akad di perbankan syariah lebih detail dan banyak
dibandingkan perbankan konvesional. Dilihat dari akadya perbankan syariah
menjawab semua yang dibutuhkan oleh nasabah baik itu pembiayaan (leading)
maupun pendanaan (funding) Negara indonesia adalah Negara agraris sebagian
perekonomian masyarakat masih tergolong menengah kebawah
dibandingkan Negara yang lainya. Dalam hal ini tentu harus ada solusi yang bisa
menanggulangi kemiskinan yang setiap tahunya selalu bertambah, tentu semua ini
harus ada campuran tangan dari pihak yang kelebihan dana.
Dalam sektor perbankan ini mempunyai peran penting dalam sistem
perekonomian nasional. Peran perbankan ini terkait dengan fungsi bank sebagai
lembaga intermediasi. Dampak dari aktivitas intermediasi bank akan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan sumber data dan
pembiayaan investasi dan modal kerja. Efek dari pembiayaan bank akan
mendorong kegiatan sektor rill melalui interaksi berbagai pelaku ekonomi,
sehingga mengakibatkan peningkatan output produksi nasional.
Seperti halnya konvensional, bank syariah juga berfungsi sebagai lembaga
intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dari
masyarakat yang kekurangan dana yang dalam hal ini berbagai bentuk
pembiayaan. Bentuk-bentuk fasilitas yang ada di bank syariah yaitu mudhorobah
murobahah dan musyarokah yang dasaranya tidak berlandaskan bunga melainkan
dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh dewan syariah.
Rahardjo (2011:225) menyebutkan bahwa perbankan syariah sebagai bank
sosial yang bersifat syariah. Maksudnya, dalam kegiatan operasi bank sosial
syariah ini ditujukan untuk membantu dengan memberikan fasilitas keuangan
kepada orang yang membutuhkan seperti masyarakat ekonomi kelas miskin yang
perlindungan sosial ekonomi. Orientasinya akan mewujudkan masyarakat yang
lebih dapat hidup mandiri dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang mumpuni.
Ketika kita melihat dari segi perekonomian sebagian penduduk Indonesia
mayoritas didukung oleh sektor usaha kecil menengah terlihat dari tahun 1999
ketika Indonesia krisis moneter tetapi usaha ini masih tetap eksis dan bisa tetap
bertahan artinya ukm kali ini mempunyai ciri khas tersendiri dari segi
perekonomian di Negara ini, sayangnya UMKM ini mempunyi kelemahan yaitu
dalam segi permodalan
Terkadang dalam perolehan pendanaan UMKM ini kesulitan di dalam
perbankan kerena suku bunga kredit terlalu tinggi oleh karena itu masyarakat kecil
tidak bisa menjangkaunya dan harus member pinjaman yang sangat besar
sehingga masyarakat harus berjibaku untuk mendapatkan permodalan dari
perbankan
Dengan semaraknya perbankan di Indonesia khususnya yang syariah
diharapkan bisa menjadi solusi bagi usaha kecil menengah ini, karena bank
syariah mempunyai keunggulan tersendiri dalam hal pinjam meminjam, bukti
semarakya perbankan syariah dengan ditunjukan dengan pertumbuhannya yang
signifikan di daerah jawa tengah tentu hal ini menjadi perhatian sendiri bagi
masyarakat contoh dalam BRI syariah tampil dengan perbankan yang akuntabel
dan transparan dan adil sesuai prinsip syariah
Bank rakyat Indonesian Syariah KC Semarang merupakan salah satu
badan yang bergerak dibidang penyediaan jasa simpanan dan pinjaman yang
ditengah-tengah persaingan dari bank perkreditan rakyat maupun bank umum yang
jumlahnya sudah relatif banyak. Masalah utama yang dihadapi yaitu bagaimana
menarik nasabah dan mempertahankan nasabah supaya dapat mewujudkan tujuan
yang ingin dicapai, maka hal tersebut memerlukan strategi pemasaran yang tepat.
Dalam hal ini penulis menyajikan jumlah jumlah nasabah BRISyariah KC
Semarang semakin bertambah dari tahun ketahun.
Tabel 1.1
Jumlah Nasabah BRI Syariah Kc Semarang
Tahun Jumlah Nasabah
2013 677
2014 933
2015 1012
2016 1125
2017 1309
Sumber: BRISyariah
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah nasabah BRI
Syariah Kc Semarang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2013 sampai tahun 2014 adalah 18,19% nasabah, tahun 2014 sampai tahun 2015
adalah 20,65% nasabah, tahun 2015 sampai tahun 2016 adalah sebesar 31,09%
nasabah dan pada tahun 2016 sampai tahun 2017 sebesar 2,56% nasabah.
Adapun hal ini terdapat penelitian terdahulu mengenai pengaruh
pembiayaan mudhorobah musyarokah murobahah terhadap UMKM dalam tabel
Tabel 1.2
Research Gap Pengaruh pembiayaan mudhorobah musyarokah murobahah terhadap kesejahteraan UMKM
No Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1 Dari analisis
didalam penelitian ini menghasilkan brpengaruh positif terhadap usaha kecil dibuktikan dengan hasilya f hitung lebih kecil (≥) dari nilai f table, maka h0 diterima dan ha ditolak. Dibuktikan tertera f hitung lebih kecil dari f nilai (4,129≥4,125)
2 Zaenudin
Didalam penelitian ini menghasilkan pengaruhya relative kecil hasil dari uji f diperoleh nilai p-value pengaruh pendapatan bagi hasil mudharabah, musyarakah... 86 = 0.000 lebih kecil dari α=5%, sehingga dapat
disimpulkan ho ditolak
3 Ela chilifah
Didalam penelitian ini menghasilkan pengaruhya pengaruh negative dengan dibuktikan dengan dilihat dari nilai uji T hitung (-4,905), lebih ≤ dari T tabel (-2,03452), dan mempunyai pengaruh 0,000 yang lebih kecil dari 5%, maka h0 ditolak dan h1 diterima.
4 Gresi ayu
Dari hasil penelitian bahwa produk mudhorobah sangat membantu sekali dalam perkembangan dan pendapatan nasabah, dengan adanya produk UGT MB para nasabah tidak usah bersusah untuk mendapatkan permodalan
Dari hasil penelitian bahwa adanya pengaruh antara pembiayaan
zahro z,a (2014)
(X3)
4. UMKM (Y)
berarti setiap kenaikan mudhorobah maka UMKM menurun sebesar 1,694 dan variable bersifat konstan.maka terbukti bahwa nilai pembiayaan memiliki pengaruh terhadap UMKM Sumber: Data diolah, 2017
Dari beberapa penelitian terdahulu ditemukan perbedaan penelitian yang
terletak pada variabel Independen dan objek penelitian. Menurut karsono (2006)
menggunakan variabel dependen pembiayaan. Zaenudin (2014) menggunakan
variable independen produk mudharobah, musyarokah murobahah. chilifah dan
aisyah (2015) menggunakan variabel independen produk mudharobah,
musyarokah murobahah, Gresi ayu marselina (2014) menggunakan variabel
independen murobahah dan Russely inti dwi permata fransisca yaningwati zahro
z,a (2014) menggunakan variabel independen produk mudharobah, musyarokah
murobahah. Dalam penelitian ini menggunakan variable dependen kesejahteraan
Usaha kecil menengah.
Penelitian yang dilakukan oleh karsono (2006) di BMT tumang cabang ampel.
Zaenudin (2014) di BMT taman surge Jakarta. chilifah dan aisyah (2015) di BMT
sidogiri capem dampit Gresi ayu marselina (2014) dibank syariah mandiri Russely
inti dwi, dwi permata dan fransisca yaningwati zahro z,a (2014) di bank umum
syariah yang terdaftar pada di bank Indonesia. Dan pada penelitian ini di BRIS
Melihat fenomena tersebut peneliti tertarik meneliti lebih lanjut dan hasil
susunanya dalam bentuk sekripsi yang berjudul ”ANALISIS PENGARUH
PRODUK MUDHOROBAH, PRODUK MUSYAROKAH DAN
PRODUK MUROBAHAH TERHADAP KESEJAHTERAAN USAHA
KECIL MENENGAH DI BRI SYARIAH KC SEMARANG ”
B.Rumusan Masalah
Untuk memfokuskan pembahasan dan analisiss pada kasus tersebut, maka penulis
menyimpulkan permasalahan yang pertanyaan yaitu:
1. Bagaimana pengaruh produk mudhorobah terhadap kesejahteraan usaha kecil
di BRIS Semarang?
2. Bagaimana pengaruh produk musyarokah terhadap kesejahteraan usaha kecil di
BRIS Semarang?
3. Bagaimana pengaruh produk murobahah terhadap kesejahteraan usaha kecil di
BRIS Semarang?
4. bagaimana pengaruh produk mudhorobah, musyarokah dan murobahah secara
simultan terhadap kesejahteraan usaha kecil di BRIS Semarang?
C.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengaruh produk mudhorobah terhadap kesejahteraan usaha kecil
di BRIS Semarang?
2. Mengetahui pengaruh produk musyarokah terhadap kesejahteraan usaha kecil
di BRIS Semarang?
3. Mengetahui pengaruh produk murobahah terhadap kesejahteraan usaha kecil di
4. Mengetahui pengaruh produk mudhorobah, musyarokah dan murobahah secara
simultan terhadap kesejahteraan usaha kecil di BRIS Semarang?
D.Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penelitian yangdicapai setelah penulisan analisis ini adalah:
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini berguna sebagai tambahan wawasan di bidang perbankan
dan menambah pengalaman dibidang produk perbankan.
2. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak yang
membutuhkan dan menambah informasi dibidang perbankan terutama dalam
hal produk perbankan.
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi perusahaan dalam
pengambilan keputusan guna meningkatkan strategi pemasaran yang tepat
untuk meningkatkan penjualan
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang telaah pustaka yang menguraikan ringkasan penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep
dan operasional, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini menguraikan deskripsi mengenai analisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas hasil penelitian disesuaikan
10
BAB II
Landasan Teori
A. Telaah pustaka
Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan pada
penelitian ini akan disampaikan posisi penelitian tehadap penelitian yang
lain, berikut rujukan-rujukan penelitian terdahulu;
1. Dari analisis karsono (2006) dengan judul pengaruh pembiayaan BMT
tumang terhadap usaha kecil cabang ampel dengan gambaran
membahas tentang pengaruh pembiayaan di BMT terhadap usaha kecil
didalam penelitian ini menghasilkan brpengaruh positif terhadap usaha
kecil dibuktikan dengan hasilya f lebih kecil (≥) dari nilai f table, maka
h0 diterima dan ha ditolak. Dibuktikan tertera f hitung lebih kecil dari f nilai (4,129≥4,125)
2. Zaenudin (2014) dalam Jurnal etikonomi dengan judul “pengaruh
pendapatan bagi hasil mudhorobah, musyarokah dan murobahah
terhadap UMKM di BMT taman surge Jakarta dengan gambaran
melihat apakah variabel-variabel yang mempengaruhi bagi hasil
tersebut yaitu pendapatan bagi hasil mudharabah dan musyarakah dan
juga pendapatan margin murabahah benar mempengaruhi kesejahteraan
UMKM hasil dari uji f diperoleh nilai p-value pengaruh pendapatan
bagi hasil mudharabah, musyarakah... 86 = 0.000 lebih kecil dari α=5%, sehingga dapat disimpulkan ho ditolak karena ada pengaruh
pendapatan bagi hasil musyarakah dan pendapatan margin murabahah.
untuk itu ha yang menyatakan secara simultan ketiga variabel
independen yaitu pendapatan bagi hasil mudharabah, pendapatan bagi
hasil musyarakah dan pendapatan margin murabahah berpengaruh
terhadap UMKM.
3. Gresi ayu marselina, dengan judul “Peran pembiayaan mudhorobah
pada perkembangan usaha dan pendapatan nasabah BMT ( studi kasus
usaha gabungan terpadu) sidogiri capem Dampit dengan gambaran
seberapa pengaruh produk mudhorobah terhadap BMT sidogiri capem
dampit Dari hasil penelitian bahwa produk mudhorobah sangat
membantu sekali dalam perkembangan dan pendapatan nasabah,
dengan adanya produk UGT MB para nasabah tidak usah bersusah
untuk mendapatkan permodalan
4. Ela chilifah dan nasyatul aisyah (2015) dalam Jurnal ekonomi syariah
dengan judul pengaruh pendapatan mudhorobah musyarakah terhadap
UMKM Dalam jurnal tersebut mendiskripsikan tentang seberapa besar
pengaruh pendapatan mudhorobah dan musyarokah terhadap UMKM
dibank yang bersangkutan berdasarkan hasil pengolahan data uji
signifikansi secara parsial (uji-t) diperoleh bahwa variabel (x2)
pembiayaan mempunyai pengaruh negatif terhadap variabel dependen
UMKM. artinya, pendapatan pembiayaan berbanding terbalik dengan
UMKM. yang dapat dilihat dari nilai uji T hitung (-4,905), lebih ≤ dari
5. Russely inti dwi, dwi permata dan fransisca yaningwati zahro z,a(2014)
jurnal administrasi bisnis dalam judul analisis pengaruh pembiayaan
mudhorobah musyarokah murobahah terhadap UMKM yang
menggambarkan tentang pengaruh besaran pengaruh produk terhadap
UMKM yang hasilya dalam Regresi menunjukan bahwa adanya
pengaruh antara pembiayaan mudhorobah musyarokah murobahah
terhadap UMKM dilihat sebesar 1,694 berarti setiap kenaikan
pembiayaan maka UMKM menurun sebesar 1,694 dan variable bersifat
konstanta. maka terbukti bahwa nilai pembiayaan memiliki pengaruh
terhadap UMKM
B.Landasan Teori
1. Pengertian perbankan
Kata Bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari
banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti atau lemari atau
bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang
ditunjukkan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan
fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti
emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya. Istilah perbankan di
dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara eksplisit tetapi yang dimaksud
adalah sesuatu yang memiliki unsur -unsur seperti struktur,
manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka semua itu disebutkan
memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh pihak tertentu dalam kegiatan
ekonomi (Heri, 2008: 45).
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam pasal 1 ayat (12) menyebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dan kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan ileh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah (Sumar’in, 2012: 57-58).
Bank didefinisikan sebagai suatu lembaga intermediasi yang
mengalirkan investasi publik secara optimal (dengan kewajiban zakat dan
pelarangan riba) yang bersifat produktif. Bank dalam pengertian islam
yang sederhana adalah bank yang terbebas dari bunga. Pengertian ini
memberikan arah kepada perbankan syariah dalam operasional serta
pemilihan instrumen perbankan yang harus menghindari bunga (Arief,
2008:17).
Antara bank syariah dan bank konvensional mempunyai perbedaan
mendasar yang cukup berarti, perbedaan mendasar antara bank
Konvensional dan Bank Syariah yaitu:
a. Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas. Akad yang dipraktikan
dan akhirat, karena akad yang dilakukan berdasarkan hokum atau
syariat islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dan bank, maka
bank syariah dapat merujuk kepada Badan Abritase Muamalat
Indonesia (BAMUI) yang penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
hukum Islam.
b. Kedua, dari sisi struktur organisasi, Bank Syariah memiliki struktur
yang sama dengan bank konvensional, namun unsur yang
membedakannya adalah bahwa bank syariah harus memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DSN) yang bertugas mengawasi oprasional dan
produk-produk bank agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah
Islam. Eksistensi Dewan Syariah di dalam struktur organisasi bank
syariah adalah wajib, bahkan bagi setiap bank syariah berskala kecil
sekalipun, seperti Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) atau Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT) harus mempunyai Dewan Pengawas Syariah.
c. Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan usaha yang dibiayai, haruslah
bisnis dan usaha yang diperkenankan atau dihalalkan oleh syariat
Islam.Kehalalan bisnis dan usaha merupakan syarat mutlak agar suatu
bidang usaha itu halal untuk dibiayai oleh perbankan Islam.
d. Keempat, berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan
perbankan. Dalam hal etika, sifat shiddiq, amanah, fathanahdan tabligh
harus melandasi setiap tindakan para pelaku perbankan Islam. Dengan
demikian, perbankan Islam adalah perbankan yang beroperasi
dan acuan dalam mengatur hubungan antara perbankan dan pihak-pihak
lain serta di dalam usaha menghimpun dan menyalurkan dana dan
aktivitas perbankan syariah lainnya (Rivai dan Arivin,2010:30-31).
2. Pengertian pembiayaan
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan
ekonomi, yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha
sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan
usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuanya yang
berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena
itulah pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh
bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan yang
diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudia digunakan untuk
memperbesar volume usaha dan produktifitasnya.
Ditinjau dari hukum permintaan dan penawaran maka terhadap
macam dan ragamnya usaha, permintaan akan terus bertambah bilamana
masyarakat telah melakukan penawaran. Timbulah kemudian efek kumulatif
oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian
menimbulkan kegairahan yang meluas dikalangan masyarakat untuk
sedemikian rupa meningkatkan produktifitas. Secara otomatis kemudian timbul
pula kesan bahwa setiap usaha untuk peningkatan produktivitas, masyarakat
tidak perlu khawatir kekurangan modal, karena masalahnya dapat diatasi oleh
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I trust, yaitu saya
percaya atau saya menaruh kepercayaan.Perkataan pembiayaan yang artinya
kepercayaan (trust),berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul maal
menaruhkepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakanamanah yang
diberikan. Dana tersebut harus digunakandengan benar, adil, dan harus disertai
dengan ikatan dansyarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan
bagikedua belah pihak. Pembiayaan adalah fasilitas yang diberikan oleh bank
syariah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang
telah dikumpulkan oleh bank syariah dari masyarakat yang surplus dana,
sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan lain berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah mempunyai lima bentuk utama,
diantaranya adalah; pembiayaan mudharabah (bagi hasil), pembiayaan
musyarakah, pembiayaan murabahah, pembiayaan salam, dan pembiayaan
ijarah(Muhammad,2005: 20).
Menurut Karim (2006:97-112) menyatakan bahwa dalam penyaluran
dana perbankan syariah dikenal beberapa prinsip, yaitu pertama ialah katagori
bagi hasil (Profit and Loss Sharing) dapat dilakukan atas prinsip musyaraka
dan mudharabah. Katagori kedua ialah jual beli (Sale and Purchase) yang
dilakukan yang dilaksanakan atas prinsip murabahah, salam dan istisna.
yang dilaksanakan atas prinsip ijarah. Sedangkan katagori keempat ialah jasa
(fee based service) yang dilaksanakan atas prinsip wakalah (Deputyship),
Kafalah (Guaranty), hawalah (Transfer service), rahn (Mortgage) dana qardh
(Soft and benevolen loan).
3. Prinsip-prinsip pada bank syariah
Menurut Ridwan (2004: 76) dalam melaksanakan usahanya , berpegang
teguh pada prinsip utama sebagai berikut:
a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syariah dan mu‟amalah
Islam kedalam kehidupan nyata.
b. yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan
etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan berakhlaq mulia.
c. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi.
d. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua
elemen Bank.
e. Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik, tidak
tergantung pada dana-dana pinjaman tetapi senantiasa proaktif untuk
menggalang dana masyarakat sebanyakbanyaknya.
f. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dengan bekal
pengetahuan, dan keterampilan yang senantiasa ditingkatkan yang
kehidupan dunia saja, tetapi juga kenikmatan dan kepuasan rohani dan
akherat.
g. Istiqomah, yakni konsisten, konsekuen, kontinuitas/ berkelanjutan tanpa
henti dan tanpa pernah putus asa
4. Mudhorabah
a. Pengertian
Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika bank
sebagai pemilik dana/modal, biasa disebut shahibul maal menyediakan modal
(100%) kepada pengusaha sebagai pengelola (mudharib) untuk melakukan
aktifitas produktif atau kegiatan usaha dengan syarat bahwa keuntungan yang
dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan
sebelumnya dalam akad. Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari
usaha dan bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola modal, maka
kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal. Apabila terjadi
kerugian karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelola
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kerugian tersebut. Pemilik modal
disini hanya menyediakan modal dan tidak dibenarkan untuk ikut campur
dalam kegiatan usaha yang dibiayainya (Rivai dan Arifin,2010:192).
Mudharabah atau penanaman modal disini artinya adalah
menyerahkan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga dia
mendapatkan presentase keuntungan.Bentuk usaha ini melibatkan dua
yang pandai ber-bisnis namun tidak memiliki modal. Melalui usaha ini
keduanya saling melengkapi (Al-mushlih, 2001:168).
b. Hukum
Landasan syari’ah murabahah terdiri dari:
1) Al-qur’an
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan
Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah
ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
2) Al-Hadist
“Dari Suhaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah bukan untukdijual”. (HR. Ibnu Majjah).
3) Ijma
Diantara ijma dalam mudharabah adanya riwayat yang menyatakan
bahwa jamaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk
mudharabah. Perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
4) Qiyas
Qiyas adalah kesepakatan para ulama dan dalam hal ini kata Mudharabah
diqiyaskan kepada al-musyaraqah (menyuruh seseorang untuk mengelola
kebun).
c. Rukun mudharabah
Rukun mudharabah, rukun-rukunnya terdiri dari:
1) Pelaku (pemilik modal maupun pelaksanana usaha)
Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama
bertindak sebagai pelaksana pemilik modal (shahib almal), sedangkan
pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau „amil).
2) Objek mudaharabah (modal dan kerja)
Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek
mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai
objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau
barang yang dirinci berapa nilai uangnya. sedangkan kerja yang
diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill,
management skill, dan lain lain. Tanpa dua objek ini, akad mudharabah
pun tidak akan ada.
3) Persetujuan kedua belah pihak (ija-qabul) Faktor ketiga, yakni
persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip
an-taraddin minkum (sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus
secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
Pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana,
sementara pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan kerja.
4) Nisbah Keuntungan
Menurut Karim (2011), penentuan nisbah didasarkan pada:
a) Prosentase, nisbah keuntungan yang harus dinyatakan dalam bentuk
prosentasi antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai
nominal.
b) Bagi Untung dan Bagi Rugi, ketentuan itu merupakan konsekuensi
kedalam kontrak investasi (natural uncertainty contracs). Dalam
kontrak ini return tergantung kepada kinerja sektor riilnya, bila laba
bisnisnya besar kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula
akan tetapi bila labanya kecil maka bagiannya kecil juga, jadi filosofi
ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk
prosentase, bukan dalam bentuk nominal.
c) Jaminan tujuan pengenaan jaminan dalam akad mudharabah adalah
untuk menghindari moral hazard mudharib bukan untuk
“mengamankan” nilai investasi kita jika terjadi kerugian karena faktor
risiko binis. Bila kerugian yang timbul disebabkan karena faktor risiko
bisnis, jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shohibul maal.
d) Menentukan besarnya nisbah, besarnya nisbah ditentukan berdasarkan
kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka
besaran nisbah ini muncul sebagi hasil tawar menawar antara shohibul
maal dengan mudharib.
e) Cara Menyelesaikan Kerugian. Jika terjadi kerugian, dengan cara
menyelesaikannya adalah Diambil terlebih dahulu dari keuntungan,
karena keuntungan merupakan pelindung modal. Bila kerugian
melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal.
d. Jenis-jenis mudharabah
1) Mudharabah Muthlaqah (investasi tidak terikat)
Adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
2) Mudharabah Muqayyadah (investasi terikat)
adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola dana mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. Sebagai
contoh, pengelola dana dapat diperintahkan untuk:
a) Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya.
b) Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan,
tanpa penjamin, atau tanpa jaminan.
c) Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri
tanpa melalui pihak ketiga.
e. Skema pembiayaan mudharabah
Adapun Ketentuan umum pembiayaan mudharabah adalah sebagai
berikut:
1) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah sebagai pengelolamodal harus
diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yangdinyatakan nilainya
dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan bertahap, harus jelas tahapannya
dan disepakati bersama.
2) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan
dengan cara, yakni:
a) Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)
b) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)
3) Hasil dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulanatau
kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti
penyelewengan, kecurangan dan peyalahgunaan dana.
4) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidakberhak
mencampuri urusan pekerjaan/ usaha nasabah. Jika nasabah cidera janji
dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar atau menunda pembayaran
kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi administrasi.
Adapun proses pembiayaan mudharabah dapat dilihat dari skema dibawah ini:
Keahlian Modal (100%)
Nisbah (X) Nisbah (Y)
Pengambilann modal pokok
Sumber : Antonio, 2011
Gambar 2.1 Akad Mudharabah Perjanjian Bagi
Hasil
Nasabah (mudhorib)
Pembagian keuntungan Proyek usaha
Bank (Sohibul Mall)
5. Musyarokah
a. Pengertian
Musyarakah atau syirkah menurut bahasa berarti ikhtilath (percampuran),
yaitu mencampurkan satu modal dengan modal lain sehingga dua orang atau
lebih untuk berkongsi modal dan bersekutu dengankeuntungan. Degan kata lain
musyarakah adalah akad kerjasama diantarapemilik modal yang mencampurkan
modal mereka untuk tujuan mencapaikeuntungan (Yuliana, 2009: 185)
Menurut Gemala Dewi musyarakah adalah akad antara dua orang atau
lebih dengan menyetorkan modal dan dengan keuntungan dibagi sesame mereka
menurut porsi yang disepakati. Musyarakah lebih dikenal dengan sebutan
syarikat merupakan gabungan pemegang saham untuk membiayai suatu proyek,
keuntungan dari proyek tersebut dibagi menurut persentase yang disetujui, dan
seandainya proyek tersebut mengalami kerugian, maka beban kerugian tersebut
ditanggung bersama oleh pemegang saham secara proporsional (Dewi,2006:86)
Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika bank
sebagai pemilik modal/dana turut serta sebagai mitra usaha, membiayai investasi
usaha pihak lain. Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal kedua
pihak digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola
bersama-sama.Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan
awal.Musyarakah merupakan perjanjian yang berjalan terus sepanjang usaha
b. Hukum
Artainya: tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka
mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang
dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat kepada ahli waris. Allah menetapkan yang demikian itu sebagai
syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Penyantun.
2) Al-hadis
“Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW, bahwa Nabi SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku pihak ketiga dari dua
orang yang berserikat, selama salah satunya tidak menghianati temannya,
aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang
mengkhianatinya” (HR. Abu Daud dan Hakim dan menshahihkan sanadnya)
3) Ijma
Ijma adalah kesepakatan para ulama dan Umat Islam sepakat bahwa
musyarakah diperbolehkan. Hanya saja mereka berbeda pandangan dalam
c. Rukun musyarokah
Rukun musyarakah ada 5 perkara, yaitu:
1) Pelaku: Para mitra harus cakap hukum dan baligh
2) Objek musyarakah
Objek atau benda musyarakah merupakan suatu konsekuensiatau komitmen
dengan dilakukannya akad musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja Modal
a) Modal yang diberikan harus tunai.
b) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset
perdagangan, atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dsb.
c) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.
d) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan
pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus.
e) Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan
f) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian
juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah,
menyumbang atau menghadiahkan uang tsb. Kecuali, mitra lain telah
menyepakatinya
g) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
modal itu untuk kepentingannya sendiri
h) Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal,
didasarkan prinsip al-ghunmu bi al ghurmi-hak untuk mendapat keuntungan
berhubungan dengan risiko yang diterima.
i) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek
atau investasi yang dilarang oleh syariah.
j) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah.
k) Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra mengatakan tidak ikut
serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb.
l) Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus
sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta pembagian
keuntungan yang lebi besar.
m) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
n) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai denga syariah
o) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan
tersebut.
p) Jika seorang mitra yang mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan
tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus di tanggungnya
3) Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4) Nisbah
a) Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh
para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra
dapat dihilangkan.
b) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c) Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan
keuntungan tersebut. Misalnya, bagi hasil atau bagi laba.
d) Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e) Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri.
f) Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.
d. Jenis-jenis musyarokah
Secara umum syirkah dibedakan menjadi dua: syirkah amlak
(kepemilikan) dan syirkah uqud (akad). Syirkah kepemilikan adalah duaorang
atau lebih memiliki harta secara bersama-sama tanpa akad syirkah. Dari segi
1) Syirkah yang bersifat pilihan (ikhtiyarat), seperti pemberian hibah
2) Syirkah milik yang bersifat paksaan (jabariyat), seperti dua anak
menerima harta warisan dari bapaknya yang telah meninggal.Sedangkan
syirkah uqud adalah kerjasama atas dasar kontrak atau perjanjian antara
dua pihak atau lebih dalam pengelolaan harta dan risiko(keuntungan dan
kerugian) dibagi bersama. Ulama membagi syirkah akad menjadi empat,
yaitu:
a) Syirkah al-inan, yaitu dua pihak atau lebih melakukan kerjasama dalam
bentuk modal dan kerja atau berniaga; akan tetapi, modal, posisi dalam
pengelolaan perniagaan, dan keuntungan tidak disyaratkan sama
berdasarkan kesepakatan. Dalam syirkah ini dibolehkan adanya
modalsalah satu pihak lebih besar dari modal yang dikeluarkan oleh
pihak lain, begitu juga untungnya. Kerugian ditanggung bersama
berdasarkan jumlah modal yang dikeluarkan.
b) Syirkah al-mufawadhat, yatu kerjasama antara dua pihak atau lebih
dengan syarat masing-masing pihak menginvestasikan jumlah modal
yang sama, porsi kerja yang sama, tanggung awab utang
dilakukansecara bersama, dan masing-masing pihak saling menjaga dan
berkedudukan sebagai wakil.
Syirkah al-wujuh, yaitu kedua belah pihak melakukan kerjasama untuk
c) Syirkah al-abdan, yaitu kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
menerima pekerjaan tertentu dari pihak lain dan upah pekerjaan dibagi
bersama berdasarkan kesepakatan.
e. Skema pembiayaan musyarokah
Nisbah X % Nisbah Y %
Sumber : Heri Sudarsono, 2003
Gambar 2.2 Akad Musyarakah Nasabah
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
Modal
Bank Syariah Perjanjian Bagi
6. Murobahah
a. Pengertian
Definisi murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual bermakna saling
dari kata ribhu yang artinya keuntungan, yakni pertambahan nilai modal yang
berarti saling mendapatkan keuntungan. Menurut terminology ilmu fiqih arti
murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama tambahan keuntungan
yang jelas (Al-mushlih,2001:194)
Murabahah yaitu Perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank
menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja yang
dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual
bank (harga beli bank plus margin keuntungan saat jatuh tempo). Pembiayaan
murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual-beli atas barang tertentu. Dalam
transaksi jual-beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil.
Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual-beli antara bank selaku
penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang.
Pada pembiayaan ini bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah
sebagai pembeli, harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan waktu pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika disepakati tidak dapat
berubah selama berlakunya akad Murabahah dapat dilaukan dengan pesanan
atau tanpa pesanan, jika pesanan maka pihak bank dapat meminta uang tanda
pesanan bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.
Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan
pembayaran dilakukan secara tangguh dalam bentuk angsuran maupun lunas
(Arief,2008:42).
Munurut (Antonio, 2011) Murabhahah adalah jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabhahah,
penjual harus member tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu
tingkat keuntungan sebagai tambahan.
b. Hukum
Dalam hukum murobahah ada ada beberapa landasan yaitu:
1) Al_qur’an
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu, (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
“Dari Suhaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tiga hal yang
di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majjah).
3) Ijmak
Mayoritas ulama tentang kebolehan jual-beli dengan cara murabahah karena
akad yang ada di dalamya jelas tidak mengandung ghoror
4) Qiyas
Pada dasarnya semua kegiatan muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.
c. Syarat dan rukun
1) Beberapa syarat pokok jual beli menurut Usmani (1999), antara lain
a) Barang yang akan diperjualbelikan harus ada pada saat transaksi
dilakukan. Oleh karena itu, barang yang belum ada tidak dapat
diperjualbelikan. Jika terjadi transaksi semacam ini, meskipun atas dasar
saling ridha, maka jual beli tersebut tidak sah secara Syariah. Misalnya,
penjualan anak sapi yang masih dalam kandungan.
b) Barang yang akan diperjualbelikan harus merupakan milik dari penjual.
Jika terjadi jual beli barang yang belum dimiliki penjual pada saat
transaksi, maka jual beli tersebut tidak sah secara syariah. Misalnya, A
menjual ke B sebuah mobil milik C yang akan dibeli A, dan setelah itu
baru diserahkan ke B. jual beli tersebut batal Karen mobil belum dimiliki
c) Barang yang akan diperjualbelikan harus berada dalam kekuasaan
konstruktif (constructive possession) dari penjual. Hak milik konstruktif
adalah situasi ketika barang secra fisik belum di tangan penjual, tetapi
sudah dalam kendalinya, dan semua hak dan kewajiban dari barang
tersebut sudah dipindahkan, termasuk risiko kerusakan barang.
d) Jual beli harus langsung dan mutlak. Ini berarti, jual beli untuk waktu
yang akan datang atau jual beli dengan syarat kejadian di waktu yang
akan datang tidak sah. Jika para pihak ingin jual beli menjadi efektif,
mereka harus melakukannya dengan jual beli baru setelah sampai pada
waktu yang akan datang tersebut, atau suatu peristiwa terjadi.
e) Objek yang diperjualbelikan harus merupakan barang yang memiliki
nilai. Jadi, barang yang tidak memiliki nilai perdagangan tidak dapat
dijual atau dibeli.
f) Objek yang diperualbelikan harus bukan barang haram, seperti minuman
keras, daging babi, dan sebagainya.
g) Objek yang diperdagangkan harus dapat diketahui dan diindentifikasi
secara spesifik oleh seorang pembeli. Obejek yang diperdagangkan dapat
diidentifikasi dengan cara penunjukan atau dengan spesifikasi rinci yang
dapat dibedakan dari barang lain yang tidak dijual.
h) Penyerahan barang kepada pembeli harus tertentu dan tidak bergantung
pada suatu syarat atau kemungkinan.
i)Kepastian harga barang merupakan syarat yang diperlukan (necessary
Jual beli harus tanpa syarat (unconditional). Jual beli dengan syarat tidak
sah, kecuali syarat tersebut dikenal sebagai bagian dari transaksi sesuai
dengan penggunaannya dalam perdagangan.
2) Ketentuan umum (rukun) dalam murabhahah adalah :
a) Jaminan
Jaminan bukan satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam
murabhahah. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan
tidak main-main dengan pesanan.
b) Utang dalam murabhahah kepada pemesan pembelian Secara prinsip,
penyelesain utang pemesan dalam transaksi murabhahah kepada pemesan
pembelian tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan
pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut. Jika pemesan
menjual barang tersebut sebelum masa angsurannya berakhir, pemesan
tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
c) Bangkrut
Jika pemesan yang beruntung dianggap pailit dan gagal menyelesaikkan
utangnnya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomi dan bukan
karena lalai sedangkan pemesan mampu, kreditur harus menunda tagihan
utang sampai pemesan menjadi sanggup kembali.
d) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
d. Skema pembiayaan murobahah
Sumber : Heri Sudarsono, 2003
Gambar 2.3
Skema Pembiayaan Murabahah
7. Kesejahteraan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
a. Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah keamanan dan keselamatan hidup.
Kesejahteraan telah temasuk kemakmuran hidup yaitu keamanan yang
menunjukan keadaan orang hidup aman dan tentram serta dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (etzioni, 1999) kesejahteraan sosial dapat didefinisikan
sebagai suatu kondisi kehidupan individu dan masyarakat yang sesuai
standar kelayakan hidup yang dipersepsikan masyarakat (swasono, 2004)
b. Faktor penentu kesejahteraan
Pigou dan sasana (2009) menjelaskan teori ekonomi kesejahteraan
merupakan bagian dari kesejahteraan sosial yang dapat dikaitkan secara
langsung maupun tidak langsung dengan pengukuran uang. Pada sisi lain BANK
SUPPLIER PENJUAL
kesejahteraan sosial merupkan sistem suatu bangsa tentang manfaat dan jasa
untuk membantu masyarakat guna memperoleh kebutuhan sosial, ekonomi
dan kesehatan yang penting kelangsungan masyarakat (fedireco dkk2009)
c. Indikator kesejahteraan UMKM
Dalam peraturan daerah provinsi jawa tengah nomor 13 tahun 2013
disebutkan bahwa indikator untuk dikatakan sejahtera dilihat dari dua aspek
yang petama dari aspek pendapatanya karena semakin besar pendapatan
suatu usaha maka semakin sejahtera usaha tersebut, disisi lain bisa dilihat
dari taraf pengelolaan manajemen usaha tersebut yang dimaksud
manajemen disini adalah bisa mengelola usaha tersebut dengan baik dan
benar karena manajemen adalah suatu tolak ukur bagi stekholder bisa
melihat baik dan buruknya usaha tersebut.
d. Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Banyak definisi tentang usaha mikro, kecil dan menengah yang
dikemukakan oleh beberapa lembaga atau instansi bahkan UU.
Undang-undang terbaru yang dikeluarkan pemerintah tentang usaha mikro, kecil dan
menengah adalah UU No. 20 Tahun 2008. Menurut UU No.20 tahun 2008
Pasal 1 disebutkan bahwa :
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
e. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 disebutkan bahwa :
1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluhjuta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampaidengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus jutarupiah) sampai dengan paling
banyakRp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecilidentik
dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan
industri berdasarkanjumlah pekerjanya, yaitu:
1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang
2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang
3) industri menengah denganpekerja 20-99 orang
4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
f. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, danMenengah
dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
melalui kontribusi terhadap PDB, penciptaan lapangan pekerjaan, dan
penyerapan tenaga kerja yang berkualitas. Menurut Glenardi (2002: 290)
kemampuan UMKM dalam menghadapi krisis dan pembangun
perekonomian nasional disebabkan oleh :
1) Sektor Mikro dapat dikembangkan hampir disemua sector usaha dan
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
2) Karena sifat penyebarannya yang sangat luas (baik sector usaha dan
wilayahnya) sektor mikro juga sangat berperan dalam pemerataan
kesempatan kerja.
3) UMKM termasuk usaha-usaha anggota koperasi yang pada umumnya
fleksibel. UMKM dengan skala usaha yang tidak besar, kesederhanaan
spesifikasi dan teknologi yang digunakan dapat lebih mudah menyesuaikan
dengan perubahan atau perkembangan yang terjadi.
4) UMKM merupakan industri padat modal. Dalam struktur biaya
produksinya, komponen tersebar adalah biaya variable yang mudah
menyesuaikan dengan perubahan/ perkembangan yang terjadi.
5) Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar merupakan produk yang
berkaitan langsung dengan kebutuhan primer masyarakat.
6) UMKM lebih sesuai dan dekat dengan kehidupan pada tingkat bawah
(grassroot) karena UMKM ini bertujuan dan untuk sehingga upaya
g. Masalah yang dihadapi usaha kecil menengah
Menurut Tambunan (2002: 73) perkembangan UKM di Indonesia
tidak lepas dari berbagai macam masalah. Ada beberapa masalah yang
umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti keterbatasan
modal kerja dan / atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku
dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau, keterbatasan teknologi,
sumber daya manusia dengan kualitas yang baik (manajemen dan teknik
produksi), informasi pasar, dan kesulitan dalam pemasaran. Tingkat
intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya
menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda
antarlokasi/ antarwilayah, antarsentra, antarsektor/ antarsubsektor atau jenis
kegiatan, dan antarunit usaha dalam kegiatan/ sektor yang
Sedangkan menurut Mudrajad Kuncoro dalam Harian Bisnis Indonesia
pada tanggal 21 Oktober 2008 mengungkapkan bahwa ada tujuh tantangan
yang harus dihadapi UKM dalam era krisis global, yaitu:
1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan
operasi. Kebanyakan UKM dikelola oleh perorangan yang merangkap
sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan
tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.
2) Akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga
mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal
sendiri atau sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara,
3) Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status
badan hukum. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang
tidak berakta notaris, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta
notaris, danhanya 1,7% yang sudah memiliki badan hukum (PT/
NV,CV, Firma, atau koperasi).
4) Tren nilai ekspor menunjukkan betapa sangat berfluktuatif dan berubah
ubahnya komoditas ekspor Indonesia selama periode 1999-2006.
5) Pengadaan bahan baku, masalah terbesar yang dihadapi dalam
pengadaan bahan baku adalah mahalnya harga, terbatasnya ketersediaan,
dan jarak yang relatif jauh. Ini karena bahan baku bagi UKM yang
berorientasi ekspor sebagian besar berasal dari luar daerah usahan
tersebut berlokasi.
6) Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
adalah tidak terampil dan mahalnya biaya tenaga kerja. Regenerasi
perajin dan pekerja terampil relatif lambat. Akibatnya, di banyak sentra
ekspor mengalami kelangkaan tenaga terampil untuk sektor tertentu.
7) Dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya
pesaing yang bergerak dalam industri yang sama, relatif minimnya
kemampuan bahasa asing sebagai suatu hambatan dalam melakukan
negosiasi, dan penetrasi pasar di luar negeri.
Menurut Lestari (2009: 118) untuk memenuhi kebutuhan permodalan