• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Film Alangkah Lucunya Negeri Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Film Alangkah Lucunya Negeri Ini"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

53

4.1 Gambaran Umum Film Alangkah Lucunya Negeri Ini

Film ini bercerita tentang bagaimana sulitnya mencari pekerjaan dan bersamaan iklan paranormal yang menawarkan perubahan nasib gencar di televisi. begitu pula kuis berhadiah yang jawabannya pun seakan sudah disodorkan namun pajaknya tetap ditanggung pemenang. gambar yang ditayangkan pun begitu kontras. diantara gedung-gedung pencakar langit itu, hanya dibatasi pagar dan jalan setapak, gubuk-gubuk liar dan perkampungan masyarakat kelas bawah dengan berbagai kehidupannya.

Film alangkah lucunya negeri ini yang bercerita tentang muluk, sarjana manajemen yang kesulitan mencari pekerjaan yang akhirnya bersentuhan dengan pencopet dan permasalahannya. bersama syamsul, sarjana pendidikan yang juga masih menganggur dan menghabiskan waktunya di gardu hansip untuk bermain gaple dan juga pipit, suka mengikuti kuis berhadiah di televisi. Muluk yang niat awalnya “menciptakan” kerja dengan menjadi konsultan pencopet dengan bagian 10%, akhirnya “terperosok” semakin jauh untuk menyadarkan dan mendorong para pencopet untuk dapat hidup lebih baik. Para copet diajari membaca dan menulis oleh Syamsul (Asrul Dahlan) dan mengaji oleh Pipit (Tika Bravani). Film ini sungguh mengajak Indonesia menertawakan “lucunya” ke-ironis-an diri sendiri. selain dari gambar-gambar yke-ironis-ang ditayke-ironis-angkke-ironis-an juga dari dialog dke-ironis-an acting pemainnya. Misalnya saja, ketika muluk mengatasi keengganan mereka

(2)

belajar membaca dan menulis karena takut mengganggu kegiatan mencopet mereka. Muluk mengatakan bahwa jika bisa membaca dan menulis tentu saja masih dapat mencopet namun bukan dari saku atau tas melainkan dari brankas, dan itu namanya bukan pencopet tetapi koruptor.

Masih banyak kelucuan keironisan dalam alangkah lucunya negeri ini. Tentang calon legislatif yang lebih suka menonton screensaver akuarium dan main pacman dari laptop seharga 15 juta rupiah. Iklan paranormal yang menawarkan perubahan nasib. Juga pajak hingga perilaku satpol pamong praja. Semua itu tergambar dengan lugas dan sederhana meskipun tetap “lucu”.

Film yang menggambarkan tentang masalah kesejahteraan sosial yang memperlihatkan kurangnya sejahtera kehidupan masyarakat Indonesia baik dari segi materiil, spiritual, maupun sosialnya.

4.2 Tokoh Dalam Film Alangkah Lucunya Negeri Ini

Sutradara : Deddy Mizwar Produser : Zairin Zain Penulis : Musfar Yasin

Cast :

Muluk : Reza Rahardian Pipit : Ratu Tika Bravani Samsul : Asrul Dahlan Pak Makbul : Deddy Mizwar

(3)

Haji Rahmat : Slamet Rahardjo Haji Sarbini : H. Jaja Mihardja

Jarot : Tio Pakusadewo

Glen (ketua copet mall) : Moh. Irfan Siagian Komet (ketua copet pasar) : Angga Putra Ribut (ketua copet angkot) : Sakurta Ginting

Mata dewa : Jaya Kusuma Istri Hj. Rahmat : Rina Hasyim

Jupri : Edwin Direktur : Robby Tumewu

Bedul : Daniel Subur : Muhammad Rabil Sabar : Agus Foldero Lubis

Bedul : Ponda Malik Boy : Ahmad Ismail Eros : Ahmad Yanwar Ongky : Pradana Ardiansyah

Ari Wibowo : Agri Firdaus Kampret : Hafidz Kalong : Gundala Codot : Dede Setiawan Sobrat : Deni Albab Mulyadi

(4)

4.3 Analisis Unsur Dalam Film Alangkah Lucunya Negeri Ini

Film yang menggambarkan realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Realitas seorang sarjana yang menjadi pengangguran. Dan menyatakan bahwa menyesal pernah mengenyam pendidikan karena pendidikan itu tidak penting. Padahal dia mengetahui bahwasanya pendidikan itu tidak penting karena dia telah berpendidikan. Selain itu realitas sejumlah anak jalanan yang terpaksa menjadi pencopet karena mereka kekurangan kesejahteraan baik itu dari sisi materiil, sosial, dan spiritual.

Mereka para pencopet berlomba-lomba mencari sebanyak-banyaknya uang yang bisa mereka dapatkan , suatu perjuangan yang keras bagi anak negeri ini. Anak-anak yang kata UUD 1945 harus dipelihara oleh negara. Yang seharusnya mendapatkan hak atas pendidikan dan dilindungi dari kekerasan, ancaman ketakutan.

Film yang sebenarnya mengajak kita untuk menertawakan lucunya “ Ke – Ironisan “ diri sendiri. Baik itu dari dialog, setting, bahkan gambar yang menggambarkan realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Belum lagi dari backsound yang disandingkan dengan gambar yang membuat hati seseorang terharu melihat dan mendengarnya. Salah satunya adalah adegan dimana para pencopet bang muluk dan kawannya mengadakan upacara penaikan bendera merah putih di tempat yang sangat kontras antara gedung pencakar langit dan perkampungan masyarakat kelas bawah. Selain itu backsound “ Tanah Air “ yang disandingkan saat adegan para petugas Satpol PP menangkap seorang waria.

(5)

Penggambaran tentang masyarakat Indonesia yang kurang sejahtera dapat kita saksikan di film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” dan jika diperhatikan banyak adegan yang berbenturan dengan landasan Negara Indonesia. Baik itu dari segi UUD 1945 atau pun dalam UU Republik Indonesia Nomer 11 tahun 2009.

Identifikasi tanda pada penelitian ini dilakukan dengan mengadaptasi jenis-jenis tanda berdasarkan hubungan objek dan tanda yang dikemukakan oleh

Pierce yakni dengan segitiga makna. Dan hasil penelitian yang di ambil dari adegan dalam film alangkah lucunya negeri ini akan dipaparkan dalam tabel dibawah ini.

(6)

Tabel 4.3.1 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil dan Spiritual

Visual (sign) 01:27

Object : Interpretant :

Gambar yang menggunakan teknik medium close up yaitu teknik yang menampilkan gambar seorang laki-laki dari batas pinggang sampai ke atas kepala dan gambar ini juga menegaskan seorang lelaki yang berada di suatu tempat. Dalam gambar ini terlihat

seorang lelaki yang mengenakan

pakaian bermotif kotak-kotak berwarna coklat putih yang hampir pudar. Dan mengenakan peci berwarna hitam lusuh

di atas kepalanya. Dan terlihat

dibelakangnya terdapat beberapa buah

Adegan ini ada di awal film, Lelaki ini adalah seorang pedagang di sebuah pasar tradisional, dapat dilihat dari

tempat ia berada. Pedagang ini

menjajakan barang dagangan berupa batu padar maulana sejenis batu jimat untuk penggunanya. yang langsung

menegaskan bahwasanya lelaki

berpakaian pudar itu sedang

menginfokan tentang suatu barang,

terdengar dari dialognya “Yang

jabatannya mau naik, yang dibacok ga mempan, yang ditembak gak mati,

(7)

ikat pinggang yang masih terbungkus dan digantungkan ke sebuah kayu. Terlihat pula dinding yang ada bekas coretan, juga sebuah terpal berwarna biru tepat disamping lelaki yang sedang meragakan sesuatu. Dengan berdialog “Yang jabatannya mau naik, yang dibacok ga mempan, yang ditembak gak mati, pake batu ini yah!! Ini padar

maulana”.

pake batu ini yah!! Ini padar maulana” dan hal ini termasuk dalam jenis tanda yang berupa Indeks.

Lelaki berpeci hitam lusuh ini

menandakan bahwa kesejahteraan

sosialnya kurang terpenuhi baik dari segi materiil karena pakaian yang ia kenakan terlihat lusuh, dan juga dari segi spiritual karena ia menjual batu yang dimana dijelaskan bahwa batu

tersebut mampu melindungi dari

bahaya, kenaikan jabatan dan hal mustahil lainnya yang bisa dilakukan

sebuah batu. Sebuah batu pada

dasarnya hanya untuk hiasan tidak mampu memberi perlindungan seperti yang ia tawarkan karena hanya tuhan yang mampu melakukan itu semua.

Analisa :

Adegan awal pada film ini menggambarkan kehidupan penduduk yang mencari rejeki dengan melakukan hal apapun yang bisa dilakukannya. Pada adegan ini menjelaskan adegan disebuah pasar tradisional yang terdapat banyak

(8)

pedagang yang menjajakan dagangannya. Seperti pada adegan ini seseorang yang menjual batu cincin demi memenuhi kesejehateraan sosialnya. Penggambaran kurangnya kesejahteraan sosial terlihat dari awal-awal adegan, disebuah pasar tradisional yang banyak menampilkan masyarakat yang kesejahteraan sosialnya belum terpenuhi. Dan hal ini sesuai dengan konsep kurangnya kesejahteraan sosial yang tergambarkan. Orang yang menjual batu cincin yang berupa jimat dapat dikatakan sebagai orang yang kurang kesejahteraan sosialnya dari segi materiil dan spiritual. Hal ini ditandai dengan dialog yang diucapkan oleh pedagang tersebut.

(9)

Tabel 4.3.2 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Mateiil dan Spiritual

Visual (sign) 01:49

Object : Interpretant :

Gambar ini menggunakan teknik gambar grup shot, yang berfungsi

untuk memperlihatkan adegan

sekelompok orang dalam suatu

adegan.

Dalam gambar ini terlihat seorang lelaki sedang berbicara kepada dua orang wanita. Lelaki ini berpakaian serba hitam, memakai tutup kepala hitam, kalung berwarna hitam, serta dipenuhi dengan kumis dan jenggot di wajahnya. Lelaki ini adalah seorang

Adegan yang masih berada di awal film ini, memeperlihatkan seorang lelaki yang berada di tengah-tengah dua orang wanita yang sedang memperhatikan apa yang dibicarakan lelaki itu.

Lelaki berpakaian serba hitam ini adalah

seorang peramal yang sedang

menawarkan kepada para wanita untuk diramalkan nasibnya, dan tanda ini termasuk dalam jenis Lambang, pakaian dan aksesoris serba hitam biasanya adalah seorang peramal. Dan kurang

(10)

peramal, hal ini terdengar dari dialog “Ane ngeramal bukan sembarang ngeramal, ramalan ane sohih”.

terpenuhinya kesejahteraan sosial lelaki ini membuatnya harus mencari uang dengan cara meramalkan nasib. Dan ini

termasuk dalam kategori kurang

terpenuhinya kesejahteraan sosial dari

sisi spiritual. Karena orang yang

terpenuhi spiritualnya tidak akan

meramalkan nasib seseorang yang isi ramalannya belum tentu benar.

Analisa :

Dalam adegan ini digambarkan lagi bahwasanya bukan hanya menjual batu cincin yang berupa jimat, namun ada juga seseorang yang menjual jasa dengan meramal untuk memenuhi kesejahteraan sosialnya. Lelaki dengan pakaian serba hitam tersebut adalah seorang peramal yang menawarkan kepada seseorang untuk diramalkan nasibnya. Kurangnya kesejahteraan sosial dari sisi spiritual lelaki ini membuatnya mencari rejeki dengan meramalkan nasib di sebuh pasar tradisional.

(11)

Tabel 4.3.3 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materill

Visual (sign) 06:41

Object : Interpretant :

Gambar ini menggunakan teknik wide

shot yang merupakan cara

pengambilan gambar lebih dekat dengan lingkungan sekitar subjeknya. Dalam gambar ini terlihat para warga yang tinggal di perkampungan dekat

dengan gedung-gedung pencakar

langit. Terlihat pula para warga yang sedang mengantri untuk mengambil sembako di sebuah tanah kosong. Dan kebanyakan dari warga yang ada

dalam adegan ini adalah para

Adegan yang memperlihatkan perbedaan antara kelas menengah kebawah dan menengah keatas terlihat dari gedung-gedung pencakar langit yang dijadikan

latar dari perkampungan tersebut.

Pengambilan gambar ini ingin

menjelaskan perbedaan yang kontras dari segi materiil.

Para warga yang kebanyakan perempuan ini terlihat sedang mengantri untuk

mendapatkan bahan sembako yang

(12)

perempuan khususnya ibu rumah tangga kelas menengah kebawah.

lainnya.

Warga yang mengantri ini menandakan kurangnya kesejahteraan sosial dari sisi materiil, karena mereka mengantri untuk mendapatkan Sembilan bahan pokok yang sedang dibagikan oleh sekelompok orang lainnya. Tanda dalam adegan ini termasuk jenis Ikon, Terlihat dari setting tempat dimana antrian itu berada, yang menandakan pula bahwa tempat tersebut adalah tempat yang biasanya ditinggali oleh orang yang kurang terpenuhi kesejahteraan sosialnya dari sisi materiil.

Analisa :

Dalam adegan ini tergambarkan sebuah tempat tinggal yang biasa ditinggali oleh orang yang kurang terpenuhi kesejahteraan sosialnya. Terlihat dari bangunan rumah yang bentuknya tidak kokoh dan beratapkan seng-seng, padahal tidak jauh dari perkampungan itu ada beberapa gedung pencakar langit yang tegap berdiri. Dan aktivitas yang sedang dilakukan dalam adegan diatas adalah mengantri sembako yang dilakukan oleh para warga yang kebanyakan perempuan, dan dibagikan oleh sekelompok orang lainnya yang dibantu dengan petugas

(13)

keamanan. Aktivitas tersebut biasa dilakukan oleh orang-orang yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi dari sisi materiil.

Tabel 4.3.4 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 08:02

Object : Interpretant :

Gambar dalam adegan ini

menggunakan teknik wide shot, yang merupakan cara pengambilan

gambar lebih dekat dengan

lingkungan sekitar subjeknya.

Dalam adegan ini terlihat ada sebuah mushola kecil dan ada seorang lelaki yang sedang mengambil air wudhu disebuah keran dekat mushola. Selain itu ada aktivitas lain, yaitu

Adegan yang menggambarkan beberapa aktivitas yang sedang dilakukan disebuah tempat dekat mushola ini menggambarkan kurangnya kesejahteraan sosial yang didapat dari beberapa orang dalam adegan ini.

Seorang perempuan yang sedang

memompa air, lelaki bertopi biru yang sedang melongok ke sebuah gerobak, dan seorang lelaki berpakaian lusuh yang

(14)

seorang ibu yang sedang memompa air, dan ada tiga orang lelaki, lelaki yang berada dibelakang seorang wanita terlihat mengenakan topi berwarna biru, memakai kaos dan

celana pendek yang sedang

memasukan sesuatu kedalam

gerobak, dan lelaki yang berada dibelakang lelaki memakai topi berwarna biru sedang melongok isi

gerobaknya dengan mengenakan

kaos berwarna hitam pudar, celana panjang, dan topi kusam, dua orang

lelaki tersebut adalah seorang

pemulung yang sedang merapihkan barangnya, dan satunya lagi terlihat sedang duduk disebuah warung yang tak jauh dari mushola.

sedang mengambil sesuatu didalam

gerobak. Ini menandakan kurangnya kesejahteraan sosial mereka dari sisi materiil dan tanda ini termasuk dalam jenis Ikon. Karena biasanya, orang yang

masih mengambil air dengan

menggunakan pompa adalah orang yang

belum memiliki mesin air sendiri

dirumahnya, dan orang yang berprofesi sebagai pemulung adalah orang yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi dari sisi materiil. Selain itu gedung bertingkat yang menjadi latar belakang dari adegan tersebut menambah kesan

bahwa masyarakat yang ada di

perkampungan tersebut berada di keadaan

yang kontras dengan gedung yang

menjulang tinggi dimana keadaan

masyarakatnya kurang terpenuhi

(15)

Analisa :

Dalam adegan ini tergambarkan keadaan masyarakat yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi dari segi materiil. Orang yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi biasanya akan melakukan pekerjaan apa saja, seperti pada adegan di atas misalnya menjadi seorang pemulung. Penghasilan yang biasa didapat dari seorang pemulung tidak cukup besar, biasanya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sehingga kebutuhan lainnya tidak bisa dipenuhi. Karena itulah kesejahteraan sosialnya dari sisi materiil kurang terpenuhi.

Tabel 4.3.5 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 11 : 24

Object : Interpretant :

Gambar ini menggunakan teknik point of view, dimana shot menunjukan perspektif dari subjek.

Adegan yang menggambarkan orang yang sedang menulis di sebuah kartu pos dengan kartu pos yang banyak, dan

(16)

Dalam adegan ini terlihat tangan yang sedang menulis diatas kartu pos, dan disamping kartu pos tersebut ada dua macam bungkus makanan ringan dan obat maag, yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk menukarkan undian.

beberapa bungkus bekas makanan dan obat maag, biasanya orang tersebut akan memasukan bungkus bekas makanan itu kedalam kartu pos. Untuk dikirim sebagai undian.

Orang yang mengikuti undian berhadiah menandakan bahwasanya orang tersebut

adalah orang yang kesejahteraan

sosialnya kurang terpenuhi dari segi materiil. Tanda dalam adegan ini

termasuk jenis Ikon, dimana ada

beberapa kartu pos yang akan dikirimkan sebagai persyaratan untuk mengikuti sebuah undian berhadiah.

Analisa :

Dalam adegan ini tergambarkan kondisi kurangnya kesejahteraan sosial seseorang dari segi materiil. Yang ditandai dengan mengikuti suatu undian berhadiah dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah yang disediakan.

(17)

Tabel 4.3.6 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil dan Sosial

Visual (sign) 10:27

Object : Interpretant :

Dalam adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar grup shot, yang berfungsi untuk menjelaskan aktivitas yang dilakukan dalam suatu adegan.

Dalam adegan ini terlihat beberapa orang lelaki yang wajahnya penuh dengan coretan, ada pula lelaki yang sedang memegang kartu, dan lelaki yang meletakan panci bekas diatas kepalannya, serta satu pasang sandal jepit berwarna biru yang dikalungkan

Dalam adegan ini terlihat empat orang lelaki yang sedang bermain kartu, terlihat dari salah satu orang lelaki yang sedang memegang kartu ditangannya.

Empat orang lelaki yang sedang bermain kartu ini adalah orang-orang yang

kesejahteraan sosialnya kurang

terpenuhi. Tanda dalam adegan ini termasuk jenis Ikon, dimana terlihat dari pakaian yang dikenakannya dan terlihat dari aktivitas yang mereka lakukan. Memilih bermain kartu pada siang hari

(18)

dilehernya. Empat orang lelaki ini mengenakan kaos berwarna agak pudar, dan duduk disebuah pos kamling yang beralaskan tikar, dan terlihat ada sebuah papan tulis hitam, alat yang biasa digunakan untuk menulis jadwal jaga pos kamling.

bisa dikatakan bahwa empat orang lelaki yang ada dalam adegan tersebut berada dalam kondisi kurangnya kesejahteraan

sosial dari segi materiil. Karena

seharusnya mereka bekerja bukan malah bermain kartu. Selain itu, empat orang lelaki yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi ini dapat dilihat dengan tanda panci yang berada diatas kepala salah satu lelaki ini, dan sandal jepit yang dikalungkan di leher salah satu lelaki ini. Dan ditandai pula dari potongan rambut mereka, dan tempat dimana mereka berada. Biasanya pos kamling adalah tempat untuk penjaga kemanaan, namun pada adegan ini pos kamling diduduki oleh empat orang lelaki yang sedang bermain kartu. Kurangnya kesejahteraan sosial dari segi sosial, membuat empat orang lelaki tersebut acuh dan tanpa merasa bersalah bermain kartu di pos kamling.

(19)

Analisa :

Dalam adegan ini, penggambaran kurangnya kesejahteraan sosial dapat terlihat jelas dari empat orang lelaki yang sedang bermain kartu di pos kamling. Ke empat lelaki ini kurang terpenuhi kesejahteraan sosialnya dari sisi materiil, spiritual, dan sosial. Dari sisi materiil, mereka harusnya dapat memenuhi materiilnya dengan bekerja, dari sisi spiritual, bermain kartu dengan modus perjudian adalah perbuatan yang dilarang, selain itu mereka bermain kartu di pos kamling dengan rasa acuh dan tidak memikirkan yang lainnya, dan dari segi sosial, bermain kartu di pos kamling adalah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan di pos kamling, karena pos kamling adalah tempat untuk menjaga keamanan.

(20)

Tabel 4.3.7 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil dan Sosial

Visual (sign) 13 : 24

Object : Interpretant :

Dalam adegan ini menggunakan teknik group shot yang berfungsi untuk menjelaskan aktivitas yang dilakukan dalam suatu adegan.

Dalam adegan ini terihat aktivitas beberapa orang yang sedang makan dan minum. Tempat makan yang terlihat dalam adegan di atas hanya terdiri dari sebuah meja panjang dan kursi panjang yang digunakan untuk duduk oleh beberapa orang yang makan disana. Selain itu terlihat pula suasana yang

Dalam adegan ini terlihat orang-orang yang sedang makan di suatu tempat makan dengan suasana yang gelap dan ramai.

Terlihat ada seorang anak kecil yang sedang makan dengan kaki yang diangkat ke atas kursi tempat ia duduk.

Anak ini adalah anak yang

kesejahteraan sosialnya kurang

terpenuhi. Karena biasanya orang yang kesejahteraan sosialnya terpenuhi akan bersikap dengan baik pada saat makan

(21)

agak gelap, dengan dinding yang warna catnya sudah tidak menempel lagi.

ditempat umum. Penggambaran

kurangnya kesejahteraan sosial dari aspek sosial tergambar dari si anak kecil yang mengangkat kakinya pada saat makan.

Tanda dalam adegan ini termasuk jenis

Ikon, dimana kondisi tempat makan

yang ada pada adegan ini

menggambarkan tempat makan yang biasanya didatangi oleh orang yang

kesejahteraan sosialnya dari segi

materiil kurang terpenuhi. Karena tempat makan seperti ini biasanya menyajikan menu makanan dengan harga yang relative murah, karena melihat dari tempat makan yang seadanya.

Analisa :

Dalam adegan ini tergambarkan kondisi kurangnya kesejahteraan sosial seseorang dari tempat dimana ia berada. Seperti yang terlihat diatas, tempat makan yang seadanya dengan kondisi yang remang. Tempat makan yang seperti

(22)

itu biasanya hanya didatangi oleh masyarakat kelas menengah kebawah, yang dimana kebutuhan akan kesejahteraan sosialnya belum terpenuhi secara maksimal.

Tabel 4.3.8 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 14:45

Object : Interpretant :

Gambar dalam adegan ini

menggunakan teknik wide shot yang

merupakan cara pengambilan

gambar lebih dekat dengan

lingkungan sekitar subjeknya.

Dalam adegan ini terlihat dua orang yang sedang berdiri di sebuah bangunan yang sudah tidak terurus lagi, terlihat dari adanya balok kayu

Dalam adegan ini terlihat dua orang lelaki yang berada di suatu bangunan yang tidak terurus lagi. Tempat yang demikian biasanya adalah tempat yang sudah tidak ditinggali lagi, karena melihat dari cahaya yang masuk ke ruangan tersebut hanya lah melalui bagian atas yang sepertinya berasal dari bekas atap yang sudah tidak terurus.

(23)

besar dan sebuah gentong yang terletak diatas tanah yang dipenuhi dengan daun-daun kering. Terlihat pula cahaya yang masuk ke gedung tersebut hanyalah sedikit.

Adanya dua orang lelaki yang berada di gedung yang tidak terurus tersebut menandakan bahwasanya mereka bberada dalam kondisi kesejahteraan sosial yang kurang terpenuhi dari segi materiil dan hal ini termasuk dalam jenis Ikon. Selain dapat ditandai dari lingkungan sekitar gedung tersebut, dapat ditandai pula dari dinding-dinding gedung tersebut.

Analisa :

Dalam adegan ini gambar kurangnya kesejahteraan sosial dari sisi materiil dapat ditandai dengan adanya dua orang lelaki yang sedang berada di sebuah gedung yang terlihat sudah tidak terurus lagi. Sebuah gedung dengan kondisi balok-balok bekas bangunan rumah, jendela, pintu terlihat tergeletak tidak beraturan, gentong yang tergeletak di atas tanah, dan dinding-dinding yang sudah tidak terawatt lagi dapat dijadikan sebuah tanda bahwa kondisi kesejahteraan sosial dari segi materiil kedua lelaki tersebut belum terpenuhi.

(24)

Tabel 4.3.9 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 19 : 30

Object : Interpretant :

Dalam adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar grup

shot, yang berfungsi untuk

menjelaskan aktivitas yang ada dalam suatu adegan.

Dalam adegan ini terlihat

segerombolan anak-anak yang

sedang berjalan tanpa beralaskan alas kaki apapun. Segerombolan anak-anak ini memakai kaos dan celana pendek.

Segerombolan anak-anak ini berada

Pada adegan yang tertera di gambar terlihat segerombolan anak yang berjalan tanpa menggunakan alas kaki dan dengan berpakaian kaos dan celana pendek.

Orang yang berjalan tanpa menggunakan alas kaki di suatu tenpat yang cenderung gelap dan nampak seperti gedung yang tidak terpakai lagi dapat dikategorikan sebagai orang yang kurang kesejahteraan sosialnya dari segi materiil. Karena alas kaki biasa digunakan untuk melindungi kaki, dan orang yang sama sekali tidak

(25)

di sebuah ruangan yang jendela dan pintunya terlihat sudah tidak utuh

lagi bentuknya. Terlihat pula

diruangan ini terdapat satu buah gentong dan kayu yang bentuknya

seperti meja. Ruangan yang

cenderung gelap ini hanya

dimasukin oleh sedikit cahaya

matahari.

menggunakan alas kaki dapat dikatakan bahwa materiil orang tersebut belum mencukupi.

Tanda-tanda kurangnya kesejahteraan

sosial anak-anak dalam adegan ini dapat ditandai dengan tidak memakainya alas kaki saat berjalan, berada di ruangan yang terkesan angker, berantakan, dan tidak terurus, selain tidak memakai alas kaki mereka pun hanya memakai pakaian seperti kaos dengan warna yang pudar dan dengan celana pendek. Tanda dalam gambar ini termasuk jenis Ikon, dimana

segerombol anak-anak yang tidak

beralaskan alas kaki berada di ruangan yang bangunannya tidak terurus. Dan hal ini dimaknai bahwa segerombol anak-anak

itu adalah anak-anak yang kurang

kesejahteraan sosialnya.

Analisa :

Dalam adegan ini, kurangnya kesejahteraan sosial terlihat dari sisi anak-anak yang seharusnya masih mendapatkan perhatian dari orang tua dan

(26)

pemerintah. Kurangnya kesejahteraan sosial anak-anak ini salah satunya ditandai dengan tidak memakai alas kaki apapun saat berjalan. Bukan hanya satu orang saja yang tidak mengenakan alas kaki, namun kebanyakan anak-anak yang berada dalam adegan tersebut tidak memakai alas kaki apapun. Dan keberadaan mereka yang berada di ruangan yang terkesan menakutkan untuk anak-anak. Karena biasanya ruangan atau bangunan seperti pada adegan diatas adalah bangunan yang sudah tidak ditinggali oleh siapapun, terlihat dari pintu dan jendela-jendela yang sudah tidak terawat.

(27)

Tabel 4.3.10 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign 22:44

Object : Interpretant :

Dalam adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar establish shot yang menjelaskan suatu tempat untuk memberi orientasi tempat di mana peristiwa atau adegan itu terjadi.

Dalam adegan ini terlihat beberapa orang yang sedang berkumpul di sebuah bangunan yang sudah tidak terurus lagi. Terlihat banyak kayu-kayu yang tergeletak tidak beraturan, dinding yang sudah mulai dilumuti, dahan pohon yang sedikit menjorok ke dalam

Bangunan yang ada dalam adegan ini adalah bangunan yang biasanya sudah tidak ditinggal oleh pemiliknya, dan biasanya tidak ditinggali oleh siapapun. Karena melihat dari kondisi bangunan yang benar-benar tidak terawat.

Namun, dalam adegan ini terdapat beberapa orang yang terlihat sedang berkumpul di bangunan yang tidak terawatt ini.

Kurangnya kesejahteraan sosial daari segi materiil orang-orang yang ada

(28)

bangunan, dan atap yang sudah hancur. dalam adegan ini dapat ditandai

dengan, berkumpulnya mereka di

gedung yang biasanya sudah tidak digunakan lagi, karena orang yang kebutuhan kesejahteraan sosial dari segi

materiilnya terpenuhi tidak akan

berkumpul di tempat yang

bangunannya sudah tidak layak lagi untuk ditinggali. Tanda pada gambar ini

termasuk jenis Ikon, dimana

sekelompok orang yang berkumpul di bangunan yang sudah tidak terurus dan atapnya rusak, hal ini dimaknai bahwa sekelompok orang ini adalah orang yang kurang kesejahteraan sosialnya.

Analisa :

Dalam adegan ini terlihat suatu kondisi yang biasanya dirasakan oleh orang-orang yang kurang terpenuhi kesejahteran sosialnya. Bangunan yang hampir mau rubuh tersebut dijadikan tempat berkumpul orang-orang yang berada dalam adegan ini. Bangunan ini terlihat sangat tidak terurus yakni dari atapnya yang terlihat melompong, dindingnya yang sudah mulai berlumut, beberapa balok kayu yang berserakan, dan atap kayu yang terlihat sudah tidak kokoh.

(29)

Orang-orang yang berada dalam adegan ini adalah Orang-orang-Orang-orang yang kurang terpenuhi kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi, karena biasanya orang yang kesejahteraannya terpenuhi tidak akan menggunakan tempat seperti dalam adegan ini untuk berkumpul dengan orang banyak, karena akan membahayakan.

Tabel 4.3.11 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 49 : 06

Object : Interpretant

Dalam adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar establish shot yang menjelaskan suatu tempat untuk memberi orientasi tempat di mana peristiwa atau adegan itu terjadi.

Dalam adegan ini terlihat suatu proses

Dalam adegan ini proses belajar mengajar dilakukan disuatu ruangan yang seadanya dan dengan peralatan yang terlihat seadanya pula.

Seorang guru yang berpakaian tidak seperti guru, dan anak-anak yang tidak

(30)

belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang pengajar yang pakaiannya tidak seperti seorang guru pada umumnya. Selain itu terlihat pula anak-anak yang diajarkan juga tidak memakain seragam

sekolah pada umumnya, tempat

duduknya pun bukanlah sebuah kursi yang layak untuk di duduki, posisi belajar yang terkesan bebaas. Dan hanya terlihat sebuah papan tulis hitam di depan sebuah dinding yang sudah tidak terawat.

memakai seragam sekolah pada

umumnya.

Kondisi yang terjadi dalam adegan ini dapat dikatakan adalah suatu kondisi yang biasanya dihadapi oleh orang-orang yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi dari segi materiil. Dan kurang terpenuhinya kesejahteraan sosial dari segi materiil ini dapat

ditandai dengan, proses belajar

mengajar yang terlihat dalam adegan

diatas. Tanda dalam adegan ini

termasuk jenis Ikon, dimana ruangan dan fasilitas proses belajar mengajar

dilakukan seadanya dan hal ini

dimaknai bahwa sekelompok orang ini kurang kesejahteraan sosialnya.

Analisa :

Dalam adegan ini proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang sederhana. Bukan hanya dari caranya saja, namun terlihat dari penammpilan dan peralatan yang digunakan untuk belajar mengajar ini juga sederhana. Kurangnya kesejahteraan sosial dari segi materiil membuat orang-orang dalam adegan ini

(31)

melakukan suatu proses belajar mengajar dengan proses yang seadanya. Dan kurangnya kesejahteraan sosial ini ditandai dengan, pakaian yang dipakai bukanlah pakaian yang biasa digunakan untuk sekolah, peralatannya pun hanya sebuah papan tulis hitam dan kapur tulis, dinding dari ruangan yang dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar ini juga terlihat tidak terurus, dan cahaya yang ada dalam ruang ini pun terlihat kurang dan cenderung agak gelap.

Tabel 4.3.12 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 01 : 03 : 14

Object : Interpretant :

Dalam adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar establish shot yang menampilkan keseluruhan pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi tempat di mana

Dalam adegan ini orang-orang yang sedang mengibarkan bendera merah putih adalah para anak-anak yang tidak pernah mengikuti upacara yang biasanya diadakan disekolah.

(32)

peristiwa atau adegan itu terjadi. Dalam adegan ini terlihat beberapa

orang yang sedang menaikkan

bendera merah putih di sebuah tanah lapang yang terlihat ada

sampah-sampah berserakan dan

rumput-rumput yang tumbuh liar.

Namun, dibelakang tepat tempat orang-orang yang sedang menaikkan

bendera tersebut terlihat banyak

bangunan tinggi dan kokoh yang berdiri tegap menjulang ke atas langit dan di hiasi dengan awan mendung.

Anak-anak ini mengadakan upacara pengibaran bendera merah putih dengan cara yang sederhana. Anak-anak ini adalah anak-anak yang kesejahteraan sosial dari segi materiil kurang terpenuhi ditandai dengan tempat dimana mereka sedang mengibarkan bendera merah putih, di tanah kosong yang berceceran sampah, dan rumput liar yang tumbuh tidak terurus. Padahal tepat berada dibelakang anak-anak itu ada beberapa gedung bertingkat yang menjulang tinggi keatas langit. Tanda dalam gambar ini

termasuk jenis Ikon, dimana ada

sekolompok orang yang mengibarkan bendera di tanah kosong dekat dengan gedung-gedung mewah dan hal ini dimaknai bahwa sekelompok orang tersebut adalah orang yang kurang kesejahteraan sosialnya.

(33)

Analisa :

Dalam adegan ini terlihat beberapa orang yang sedang mengibarkan bendera merah putih di sebuah tanah kosong. Orang-orang yang sedang mengibarkan bendera merah putih tersebut adalah orang-orang yang kurang kesejahteraan sosialnya dari segi materiil yang ditandai dengan tempat dimana mereka mengibarkan bendera merah putih hanyalah disebuah tanah kosong yang berserakan sampah dimana-mana, padahal tepat dibelakang mereka ada beberapa gedung bertingkat yang berdiri kokoh dan menjulang keatas langit.

Tabel 4.3.13 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 01:32:48

Object : Interpretant :

Dalam adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar total shot yang menampilkan keseluruhan objek.

Dalam adegan ini terlihat beberapa orang yang sedang tertidur pulas di sebuah gedung yang terlihat tidak

(34)

Dalam adegan ini terlihat beberapa orang anak yang sedang tertidur pulas dengan hanya beralaskan triplek dan koran bekas. Mereka tidur disebuah tempat yang sudah tidak terurus lagi karena terlihat beberapa balok yang tergeletak tidak beraturan.

terurus lagi.

Anak-anak yang tertidur pulas ini terlihat tidur hanya beralaskan triplek ataupun koran. Mereka tidur dengan

posisi yang tidak beraturan dan

diruangan itu hanya diterangi dengan beberapa lampu yang tidak dapat menerangi seluruh ruangan itu. Tanda dalam gambar ini termasuk pada jenis

Ikon, dimana anak-anak tertidur pulas diatas triplek dan koran dan dapat dimaknai bahwa anak-anak tersebut

adalah anak-anak yang kurang

kesejahteraan sosialnya.

Analisa :

Dalam adegan ini beberapa orang anak terlihat sedang tertidur pulas disebuh gedung. Dan anak-anak tersebut tertidur hanya beralaskan dengan triplek dan koran saja dan ini menandakan bahwasanya mereka adalah anak-anak yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi dari segi materiil. Karena biasanya orang-orang yang memiliki materiil yang cukup tidak akan tidur dengan hanya beralaskan koran ataupun triplek saja.

(35)

Tabel 4.3.14 Sign, Object, dan Interpretant Kurangnya Kesejahteraan Sosial dari Segi Materiil

Visual (sign) 01 : 36 : 49

Object : Interpretant :

Dalam adegan ini teknik pengambilan gambar menggunakan teknik grup

shot, yang berfungsi untuk

menjelaskan aktivitas yang ada dalam suatu adegan.

Dalam adegan ini terlihat beberapa orang anak yang berprofesi sebagai pedagang asongan seperti sedang berlari dari kejaran seseorang.

Anak-anak yang berpakaian lusuh ini

berusaha melarikan diri dengan

menggenggam erat kotak yang

Dalam adegan ini nampak beberapa anak-anak yang membawa kotak sedang berlari, anak-anak ini memakai setelan

kaos dan celana yang cenderung

berwarna pudar, dan dibelakang anak-anak yang sedang berlari tersebut ada seorang lelaki yang memakai topi dan terlihat seperti tidak memperdulikan anak-anak yang sedang berlari tersebut. Dan terlihat pula seorang lelaki yang berada didepan anak-anak yang sedang

(36)

dibawanya. memperdulikan anak-anak yang sedang berlari, dan seperti tidak memperdulikan

keadaan disekitarnya. Tanda pada

gambar ini termasuk pada jenis Ikon,

dimana anak-anak tersebut membawa kotak yang dikalungkan dilehernya yang

dapat dimaknai bahwa anak-anak

tersebut adalah pengasong.

Analisa :

Dalam adegan ini terlihat beberapa orang anak yang sedang berlari dengan membawa kotak ditangannya. Anak-anak ini adalah anak-anak yang kurang kesejahteraan sosialnya dari segi metriil, hal ini dapat ditandai dari pakaian yang digunakan anak-anak saat berlari, dan kotak yang dibawa masing-masing anak tersebut saat berlarian. Anak-anak yang berlarian ini adalah anak-anak yang berprofesi sebagai pengasong jalanan, hal ini dapat dilihat dari kotak yang dibawanya. Selain itu terlihat juga pakaian yang digunakannya terlihat pudar. Dan anak-anak yang berprofesi sebagai seorang pengasong biasanya adalah anak-anak yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi dari segi materiil sehingga mereka harus memenuhi materiilnya dengan mengasong.

(37)

4.4 Pembahasan

Pengertian segitiga makna Charles Sanders Pierce tentang sign, object, dan

interpretant yang telah dijelaskan sebelumnya di bab III memberikan pengertian bahwa tanda-tanda yang ada dalam film Alangkah Lucunya Negeri Ini telah diolah oleh peneliti untuk menemukan makna.

Sesuai hasil analisis yang telah penulis paparkan diatas, maka dapat ditemukan bahwa tayangan dalam film Alangkah Lucunya Negeri ini terdapat tanda-tanda akan masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum terpenuhi kesejahteraan sosialnya. Hal ini dapat dilihat baik dari narasi, setting atau tempat, maupun adegan-adegan yang ditampilkan.

Film yang berdurasi 105 menit ini akan membawa mata penonton ke sebuah lingkungan yang masyarakatnya kurang kesejahteraan sosialnya. Dan film ini merupakan salah satu film terbaik di tahun 2010 dengan mengusung cerita yang luar biasa, dengan para actor dan aktris yang menghidupkan jalan cerita.

Film Alangkah Lucunya Negeri ini secara tidak langsung mewakilkan penggambaran akan masyarakat Indonesia yang belum terpenuhi kebutuhan kesejahteraan sosialnya. Baik itu dari segi materiil, sosial ataupun spiritualnya. Seperti yang digambarkan pada awal adegan film ini yang langsung menampilkan sosok para pedagang tradisional yang menjajakan dagangan yang merupakan barang-barang tidak lazim, seperti batu cincin padar maulaba yang dijadikan jimat dan adapula yang menjual jasa meramal. Dan hal ini dilakukan demi untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan sosial mereka dari segi materiil.

(38)

Selain di awal adegan, penggambaran kurangnya kesejahteraan sosial juga terlihat di tengah dan di akhir adegan, seperti pada adegan yang menampilkan banyaknya para warga yang didominasi para wanita sedang mengantri di sebuah tanah kosong untuk mendapatkan Sembilan bahan pokok secara gratis. Dan biasanya orang-orang yang rela mengantri untuk mendapatkan Sembilan bahan pokok secara gratis adalah orang-orang yang kurang kesejahteraan sosialnya dari segi materiil.

Setting tempat yang banyak dijadikan sebagai penggambaran kurangnya kesejahteraan sosial seseorang ini juga banyak diperlihatkan pada adegan dimana seorang lelaki yaitu bang Muluk yang sedang mengambil air wudhu dikeran air yang berada disamping mushola, dan disekitarnya terlihat seorang wanita yang juga sedang mengambil air menggunakan pompa air, juga para pemulung yang terlihat sednag membereskan barang-barangnya. Lokasi seperti ini biasanya juga ditinggali oleh orang-orang yang kesejahteraan sosialnya kurang terpenuhi. Karena orang yang kesejahteraan sosialnya sudah terpenuhi tidak akan mengambil air dari pompa air, dan tidak akan bekerja sebagai pemulung.

Tempat yang lainnya adalah saat dimana beberapa orang yang sedang menaikkan bendera merah putih di lokasi yang banyak terdapat sampah berserakan dan rumput liar yang tumbuh tidak beraturan, padahal biasanya untuk mengadakan upacara bendera merah putih masyarakat Indonesia yang kesejahteraan sosialnya terpenuhi mengadakannya di lapangan dan dengan pakaian yang rapih dan disuasana yang khidmat. Tidak seperti yang terlihat dalam adegan yang ada di film alangkah lucunya negeri ini.

(39)

Dan tempat yang lain adalah tempat dimana anak-anak yang terlihat sedang tertidur pulas dengan hanya beralaskan triplek dan koran diruangan yang tidak terurus lagi. Dan anak-anak ini adalah anak-anak yang kurang kesejahteraan sosialnya dari segi materiil. Karena biasanya orang-orang yang sudah cukup kesejahteraan sosianya tidak akan tidur hanya dengan beralaskan triplek ataupun koran saja. Terlihat pula ana-anak ini bermaian di ruangan yang terlihat gelap, cahayanya hanya berasala dari matahari yang masuk kedalam ruangan yang jendela dan pintunya terlihat sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. Terlihat pula anak-anak yang bermain diruangan tersebut tidak memakai alas kaki apapun. Ini menandakan bahwasanya anak-anak ini sangat kekurangan kesejahteraan sosialnya dari segi materiil. Seharusnya anak-anak yang masih dibawah umur tersebut masih mendapatkan hak untuk mendapatkan perlindungan dari Negara. Seperti yang tertera dalam UU 1945 karena anak-anak merupakan masa depan dari suatu bangsa.

Banyak tempat yang menggambarkan kurangnya kesejahteraan sosial dalam adegan ini, bangunan yang dijadikan tempat tinggal oleh anak-anak yang berprofesi sebagai pencopet, dijadikan tempat berkumpul, dan tempat bermain. Penggambaran kurangnya kesejahteraan sosial ini juga terlihat adanya seseorang yang ingin mengikuti undian berhadiah dengan cara mengirmkan bekas bungkus makanan ke dalam kartu pos. Dan terlihat di adegan tersebut bukan hanya satu kartu pos saja, tapi beberpa kartu pos yang siap dikirimkan.

Jika para penonton cerdas dalam menginterpretasikan film Alangkah Lucunya Negeri Ini, para penonton dapat mengambil banyak manfaat dari film

(40)

garapan Deddy Mizwar ini. Karena selain mendapatkan hiburan berupa komedi-komedi satire, penonton juga mendapatkan pengertian yang akan hak-hak warga Negara Indonesia. Seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang membahas tentang kesejahteraan sosial dan dijelaskan pula dalam UU RI No 11 tahun 2009 yang mengamanatkan Negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tanda-tanda kurangnya kesejahteraan sosial dalam film alangkah lucunya negeri ini selain ditampilkan dalam bentuk narasi, tanda tersebut juga ditampilkan dalam bentuk gambar dan setting tempat. Berbicara tentang hak warga Indonesia dan terutama adalah anak-anak rasanya dalam film ini sangat tergambarkan bagaimana anak-anak yang masih dibawah umur ini seharusnya masih mendapatkan haknya dari pemerintah Indonesia akan tetapi anak-anak dalam film ini terlihat belum mendapatkan haknya. Dan pada kenyataannya pun masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan hak-haknya sebagai warga Negara Indonesia.

Dan didalam film ini digambarkan dari berprofesinya anak-anak dalam film ini sebagai pengasong jalanan. Pengasong dalam film ini ditandai dengan, anak-anak yang berlari sambil membawa kotak yang cukup besar ditangannya dan kotak tersebut dikalungkan dileher anak-anak tersebut agar beban yang dibawa didalam kotak tersebut tidak terlalu berat. Dan anak-anak tersebut selain tidak mendapatkan hak-haknya sebagai warga Indonesia juga kurang kesejahteraan sosialnya dari segi materiil. Bahkan untuk mendapatkan pendidikan pun mereka

(41)

sulit. Terlihat dari adegan yang digambarkan dalam film alangkah lucunya negeri di seperemapat adegan yang ditandai dengan tidak tahunya mereka tentang alphabet, sehingga mereka tidak bisa membaca, hingga pada akhirnya datang bang Syamsul sebagai guru yang mengajarkan mereka akan ilmu pengetahuan hingga mereka bisa menulis dan membaca, walaupun ruangan yang dipakai untuk proses belajar mengajarnya hanyalah sebuah ruangan gelap yang hanya difasilitasi dengan sebuah papan tulis hitam, dan kapur tulis. Dan mereka pun belajar tidak dengan seragam sekolah pada umumnya.

Gambar

Gambar  yang  menggunakan  teknik  medium  close  up  yaitu  teknik  yang  menampilkan  gambar  seorang  laki-laki  dari  batas  pinggang  sampai  ke  atas  kepala dan gambar ini juga menegaskan  seorang  lelaki  yang  berada  di  suatu  tempat
Tabel  4.3.2  Sign,  Object,  dan  Interpretant  Kurangnya  Kesejahteraan  Sosial  dari Segi Mateiil dan Spiritual
Tabel  4.3.3  Sign,  Object,  dan  Interpretant  Kurangnya  Kesejahteraan  Sosial  dari Segi Materill
Tabel  4.3.4  Sign,  Object,  dan  Interpretant  Kurangnya  Kesejahteraan  Sosial  dari Segi Materiil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.3.13-14 menampilkan tokoh yang memiliki karakter seorang konsumtif berupa tergiur iming – iming hadiah berupa diskon menarik yang akan melancarkan aksinya

Siswa dibagi menjadi dua kelompok (kelompok A yaitu semua laki-laki yang berada di sisi kanan guru dan kelompok B yaitu semua perempuan yang berada di sisi kiri

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 4,130 berada pada daerah penolakan Ho yang menunjukkan bahwa media sosial memiliki pengaruh yang signifikan

Salah satu dasar terbentuknya pecinan adalah karena faktor sosial, dimana merupakan keinginan masyarakat Tionghoa sendiri untuk hidup berkelompok karena adanya perasaan

Setelah berhasil maka data aset tersebut secara otomatis akan berada di halaman aset kapitalisasi pada sisi Bagian Akuntansi seperti yang terlihat pada Gambar 4.11 di

Penyimpangan seksual lainnya di kedua video klip ini juga diperlihatkan pada tabel 4.5 dalam video klip “Justify My Love” ada adegan dimana Madonna melakukan hubungan

penduduk setiap tahunnya dan kurangnya produksi daging sapi di Indonesia yang menyebabkan pemerintah harus melakukan impor daging sapi dari negara lain untuk

50 Gambar 4.5 Rata – Rata Curah Hujan di Kecamatan Bangkinang kota, Kabupaten Kampar Sumber : Weatherspark Gambar diatas merupakan curah hujan rata-rata garis tebal terakumulasi