• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Citra Ibu Dalam Novel 'Fengru Feitun 《丰乳肥臀》Karya Moyan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Citra Ibu Dalam Novel 'Fengru Feitun 《丰乳肥臀》Karya Moyan."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

vi

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Nama : Tjoen Mey Widjaja Jurusan : Sastra China

Judul : Analisis Citra Ibu dalam Novel Fengru Feitun karya Moyan

Penelitian skripsi ini berjudul Analisis Citra Ibu dalam Novel Fengru Feitun Karya Moyan, bertujuan untuk mengetahui citra ibu melalui pelukisan tokoh seperti wataknya, tindakan, dan cara bicaranya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dengan metode ini melakukan identifikasi perjuangan dan pengorbanan tokoh. Dan melalui watak tokoh membahas perjuangan dan pengorbanan ibu mengatasi berbagai hambatan dalam hidupnya karena pengaruh tradisi feodal. Mulai dari perjuangan dalam melahirkan dan keinginan mempunyai anak laki-laki, serta pengorbanan untuk membesarkan anak-anaknya. Sehingga dapat diperoleh citra ibu tradisional yang bijak dan berani mengikuti perubahan keadaan.

Kata kunci :

(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha Name : Tjoen Mey widjaja

Study Program: China literature

Title : Analysis of Mother’s Image in Moyan’s Fengru Feitun

The research, entitled An Analysis of A Mother’s Image in Moyan’s Fengru Feitun, is aimed to identify the traditional mother’s image. The image is determined through the description of her character, actions and the way she talks. The method used in this research is qualitative descriptive. By using this method, the image of a wise traditonal mother and a mother who dares to face changes can be revealed. Her character shows a mother’s struggle and sacrifices starting from her desire to have a baby boy, her struggle in giving birth and her sacrifices in raising her children.

Keywords :

(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. . i

LEMBAR PERNYATAAN ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN ………. iii

KATA PENGANTAR ……… . iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………. v

ABSTRAK ……… vi

ABSTRACT ……….. vii

DAFTAR ISI ……….... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………. ix

1. PENDAHULUAN ……… …… 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ……… 4

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 5

1.5 Metode Penelitian ……… 5

2. TINJAUAN PUSTAKA ………. 7

2.1 Tokoh dan Penokohan ……… 7

2.2 Citra ……… 13

2.3 Perempuan dalam masyarakat China Tradisional ………. 14

3. PEMBAHASAN ………... 17

4. KESIMPULAN ………. 47

SINOPSIS ……….. 51

(4)

1

Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seorang pengarang berdasarkan imajinasi dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menghasilkan karya sastra. Novel merupakan salah satu dari karya sastra. Karya tersebut dapat merupakan suatu cara dari pengarang untuk menyampaikan buah pikirannya. Melalui karyanya pengarang menggambarkan suatu masyarakat yang seringkali merupakan cerminan dari keadaan masyarakat pada saat itu ataupun keadaan masyarakat di waktu lampau. Karya ini menjadi sarana bagi pembaca untuk belajar, merasakan dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang sengaja ditawarkan pengarang (Nurgiyantoro, 3).

Moyan (莫言) adalah salah seorang pengarang China yang terkemuka,

karya yang dihasilkannya banyak mencerminkan kehidupan masyarakat China. Seperti yang diungkapkannya sendiri bahwa karyanya mencerminkan kehidupan rakyat China dengan segala keunikan budayanya. Karya-karya Moyan banyak bercerita tentang kehidupan masyarakat desa, karena hal ini tidak terlepas dari latar belakang Moyan. Ia terlahir dari sebuah keluarga petani di desa Gaomi Provinsi Shandong. Masa kecil dan masa mudanya tidak terlepas dari kehidupan miskin desa pertanian, sehingga ia sangat mengenal pahit getirnya kehidupan petani (Wu Xiuming, 761).

Moyan adalah nama pena dari Guan Moye (管谟业). Nama Moyan dalam bahasa China berarti “jangan bicara”. Nama pena ini dipergunakan untuk mengingatkan dirinya agar “tidak terlalu banyak bicara”. Namun kenyataaannya ia banyak bicara dalam karya-karyanya. Seperti penderitaan yang dialaminya sering menjadi inspirasi dalam berbagai tulisannya. Karyanya seringkali mendapat tanggapan dari masyarakat dan peneliti sastra. Di China dia mendapat julukan “penulis China yang paling terkenal dan karya-karyanya paling sering dilarang beredar”. Karyanya seperti Tiantang Suantai zhi Ge《天堂蒜薹之歌》(1988) yang diterjemahkan menjadi The Garlic Ballads (1995), dan Jiu Guo 《酒国》

(5)

2

dalam novel tersebut. Novelnya yang berjudul Red Shorgum atau Hong Gaoliang

《红高粱》 merupakan novel yang sangat populer. Cerita dalam novel ini bahkan

telah diangkat dalam versi layar lebar oleh sutradara ternama Zhang Yimou (张艺 谋). Pada tahun 1989 film ini meraih penghargaan Golden Bear Award di Festival Film Berlin ( 林金熊奖). Novel lainnya seperti, Fengru Feitun 《丰

乳肥臀》yang berarti payudara dan pinggul yang besar tidak kalah menarik

sehingga mendapat penghargaan sebagai karya fiksi paling bergengsi di China Dajia Honghe Wenxuejiang (大家• 红河文学奖) pada tahun 1997. Pada tahun

2012 penghargaan Nobel bidang sastra dianugerahkan kepada Moyan, ia menjadi warga negara China pertama yang meraih hadiah Nobel sastra.

Novel Fengru Feitun 《丰乳肥臀》adalah salah satu karya Moyan yang

menceritakan kehidupan masyarakat desa di China pada awal abad 20. Bagaimana pada saat itu feodalisme menjadikan perempuan sebagai suatu komoditi yaitu objek yang dapat menghasilkan kemakmuran, juga sebagai objek penghasil keturunan bagi keluarga. Perempuan seringkali dianggap sebagai mahluk yang lemah, bahkan dalam berbagai lingkungan masyarakat sering ditemukan bahwa perempuan dianggap mahluk kelas dua di bawah laki-laki. Sedangkan di pihak lain ada tuntutan kepada perempuan yang menghendaki bahwa seorang perempuan yang baik adalah seorang perempuan yang sopan, patuh, setia dan pandai melayani suaminya, cekatan mengatur rumah tangga, penuh kesabaran dan kasih sayang dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Melalui Fengru Feitun, Moyanmemaparkan bagaimana perjuangan dan pengorbanan dari seorang ibu bagi keluarganya. Seperti yang sering diungkapkannya mengenai sosok ibu, bahwa ibu yang dipuja karena jerih lelahnya, dipuja karena keberaniannya, dipuja karena kebaikannya, dipuja karena kejujurannya, dipuja karena tidak mementingkan diri sendiri (Moyan dalam Wu Xiuming, 762).

Novel ini mengisahkan perempuan yang bernama kecil Lu Xuan’er (鲁 璇儿). Lu Xuan’er dilahirkan pada tahun 1900, masa akhir dari dinasti Qing .

(6)

Universitas Kristen Maranatha sehingga ia dibesarkan oleh paman dan bibinya.1 Lu Xuan’er masih mengalami tradisi guojiao(裹脚)yaitu suatu tradisi pembalutan kaki di masa feodalisme.

Walaupun sebenarnya setelah dinasti Qing jatuh, sistem feodal juga ikut runtuh. Kemudian ketika usia Lu Xuan’er menjelang remaja, dengan pengaturan bibinya ia dinikahkan dengan Shangguan Shouxi (上官寿喜).

Setelah menikah dengan Shangguan Shouxi, Lu Xuan’er dipanggil dengan nama Shangguan Lushi( 上 官 鲁 氏 ). Lu Xuan’er selain tinggal bersama suaminya, juga tinggal serumah dengan ayah mertua dan ibu mertuanya. Keluarga ini adalah keluarga pandai besi yang tinggal di desa Gaomi. Masalah mulai timbul setelah menikah sekian lama, Lu Xuan’er belum juga dikaruniai anak. Dalam hal ini ia sebagai perempuan disalahkan, karena tidak dapat memberikan keturunan tanpa mempedulikan bahwa sang suami yang sebenarnya tidak dapat memberikan keturunan. Ketika akhirnya ia hamil dan mempunyai anak perempuan, masalah belum juga selesai. Suami dan ibu mertua sering menindasnya, karena Lu Xuan’er yang telah menjadi istri belum juga dikaruniai anak laki-laki. Berbagai masalah dan peristiwa tak henti-hentinya datang mendera Lu Xuan’er. Pada saat invasi Jepang, suaminya mati ditembak oleh tentara Jepang. Lu Xuan’er harus berperan sebagai kepala keluarga dalam melindungi dan membesarkan anak-anaknya. Anak-anak yang dilahirkan dari laki-laki yang berbeda-beda ini kelak memberikan masalah yang tak habis-habisnya dalam kehidupannya. Bahkan anak laki-laki satu-satunya yang begitu didambakannya ternyata mempunyai kelainan dalam perilakunya. Walaupun begitu banyak kesedihan dan penderitaan yang dialami, ia tetap bertahan mengatasi masalah yang menghadangnya. Citra sebagai ibu yang demikian membuat anak-anaknya tidak segan-segan untuk meminta pertolongannya dalam mengatasi kesulitan mereka sendiri. Melalui cara ibu menolong anak-anaknya, cara ibu berjuang dan berkorban untuk mengatasi sejumlah permasalahan dapat menampilkan citra ibu sebagai pribadi yang kuat.

Untuk memahami pengertian citra ini perlu kiranya untuk mendefinisikan arti dari citra. Definisi citra menurut KBBI adalah kesan mental atau bayangan visual yg ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur

1

(7)

4

dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi. Dengan demikian citra ibu berarti bayangan penggambaran ibu yang timbul melalui kalimat-kalimat karena adanya sejumlah tindakan, kata, sikap, aksi-aksi yang terlihat dan diperlihatkan kepada orang lain.

Dari uraian di atas menunjukkan citra ibu dapat diperoleh melalui tindakan maupun ucapan dalam setiap permasalahan dan peristiwa yang dialami ibu, sehingga menarik untuk menganalisa citra ibu melalui perjuangan dan pengorbanan ibu dalam kehidupannya. Citra seorang perempuan dapat pula diungkapkan melalui tekanan-tekanan yang diderita oleh tokohnya (Sugihastuti, 136). Seperti saat tokoh ibu menghadapi berbagai tekanan baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya yang masyarakatnya masih menganut nilai-nilai patriarkal.

Maka dari itu untuk melakukan analisis terhadap citra ibu, penulis memakai teori tokoh dan penokohan dari Burhan Nurgyantoro. Sebab melalui tokoh dan penokohan dapat mengidentifikasi bagaimana sifat, watak seseorang melalui ucapan dan tindakannya (Nurgyantoro, 165). Setelah itu mendeskripsikan perjuangan dan pengorbanan ibu sehingga kemudian melalui analisis diperoleh interpretasi dan tafsiran yang merupakan kesimpulan mengenai citra ibu dalam penelitian ini. Judul skripsi untuk penelitian ini adalah Citra Ibu dalam Novel Fengru FeitunKarya Moyan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Seperti apakah perjuangan dan pengorbanan tokoh ibu dalam novel

Fengru Feitun ?

2. Bagaimanakah citra ibu dalam novel Fengru Feitun ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulis bertujuan untuk :

(8)

Universitas Kristen Maranatha 2. Setelah menganalisa perjuangan dan pengorbanan ibu maka dapat

menemukan gambaran atau deskripsi citra ibu dalam novel Fengru

Feitun sehingga dapat memahami tindakan-tindakan yang

dilakukannya.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah menyelesaikan penelitian penulis berharap dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Menambah wawasan pengetahuan tentang citra ibu dalam kehidupan perempuan China tradisional.

2. Memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai budaya suatu tradisi. 3. Menghargai ibu dalam kehidupan nyata.

4. Meningkatkan kecintaan masyarakat dalam membaca karya sastra berkualitas.

5. Menjadi bahan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya

1.5. Metode Penelitian

Sastra merupakan karya kreatif, yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kemanusiaan dan keindahan. Maka penulis dalam melakukan penelitian sastra menggunakan metode pendekatan kualitatif. Metode ini adalah penelitian yang dilakukan dengan mengutamakan pada teks-teks, yaitu mengutamakan kedalaman dari pengertian terhadap interaksi antar tokoh-tokoh yang sedang dikaji. Melalui pendekatan kualitatif ini semua masalah yang berhubungan dengan kemanusiaan, termasuk di dalamnya adalah sastra, dapat dijawab atau dianalisis (Semi, 23). Maka penulis mencari makna dari hubungan yang terjadi antara tokoh-tokoh dalam objek penelitian, dalam hal ini adalah tokoh ibu dengan tokoh lainnya, tokoh ibu dengan lingkungannya yang menggambarkan suatu kejadian sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai citra ibu.

(9)

6

kutipan tersebut dibuat interpretasi tentang ibu. Sebelum membuat interpretasi, sangat penting bagi peneliti untuk mencari teks bacaan yang tepat (Semi, 27). Jadi dengan mendapatkan teks akan dilakukan pengkajian dan pengkategorian, peneliti akan dapat menjelaskan dan menafsirkan makna yang terkandung dalam kalimat yang menggambarkan ucapan maupun tindakan ibu tersebut.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan cara close reading, yaitu pembacaan dengan teliti teks novel tersebut disertai dengan melakukan pencatatan terhadap kutipan-kutipan yang berkaitan dengan citra ibu. Kutipan tersebut dapat berupa tindakan ibu, ucapan ibu, kesan orang lain terhadap ibu. Kutipan dari novel ini setelah diseleksi kelak akan menjadi data-data penelitian. Disamping itu penulis juga melakukan studi pustaka dengan cara mencari teori dan data-data yang relevan melalui referensi dan literatur yang mempunyai keterkaitan informasi dan teori tentang citra ibu, kemudian menelaahnya.

(10)

46

Universitas Kristen Maranatha KESIMPULAN

Novel Fengru feitun 《丰乳肥臀》karya Moyan adalah sebuah novel

yang berlatar belakang kehidupan petani di China. Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan desa yang lahir di masa akhir dinasti Qing tahun 1900. Pada saat itu pengaruh feodalisme masih kuat sehingga tradisi feodal seperti pembungkusan kaki dan pernikahan yang diatur, serta nilai-nilai tradisional masih diterapkan terhadap perempuan pada masa itu. Perempuan yang telah menjadi ibu tidak mempunyai status atau kedudukan dalam keluarga jika ia belum dapat memberikan keturunan anak laki-laki bagi keluarganya. Hal ini menimbulkan penderitaan bagi perempuan yang belum mempunyai anak laki-laki, maka ia berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan anak laki-laki. Permasalahan perempuan bertambah berat ketika ia harus juga menjadi kepala keluarga, sedangkan dalam tradisi feodal perempuan hanya mengurus urusan internal rumah tangganya, sementara akibat kematian suami seorang perempuan harus membesarkan anak-anaknya seorang diri.

Tokoh Lu Xuan’er yang menjadi ibu merupakan salah satu tokoh utama dalam novel ini, pada masa gadisnya merupakan perempuan yang penurut seperti yang umum terlihat pada perempuan tradisional China. Ia patuh pada keinginan bibinya untuk melakukan tradisi pembungkusan kaki. Ketika menikah iapun patuh dan menghormati mertuanya, bahkan cenderung takut kepada ibu mertuanya. Terhadap suaminya yang lemah, Lu Xuan’er awalnya menghormatinya tetapi dengan terjadinya berbagai peristiwa membuat ia akhirnya mulai melawan suaminya, walaupun hanya sebatas kata-kata. Melalui berbagai peristiwa tersebut penulis telah memakai metode penelitian deskriptif kualitatif dengan memperhatikan perjuangan dan pengorbanan ibu untuk menganalisis citra ibu.

Analisis citra ibu dalam novel Fengru feitun 《丰乳肥臀》berdasarkan pelukisan tokoh menghasilkan kesimpulan sebagai berikut,

(11)

47

Seperti saat ibu mertua sering memarahinya bahkan tak segan-segan memukulnya ketika Lu Xuan’er memecahkan mangkok. Begitu juga saat ia baru melahirkan, ibu mertua menyuruh mencari keong, Lu Xuan’er tidak membantah dan iapun dengan tabah pergi mencari keong. Sebagai perempuan tradisional memang terdapat nilai-nilai yang harus dipatuhinya. Ajaran kepatuhan yang terdapat pada

san cong si de (三从四德)yaitu ketika seorang perempuan menikah maka ia harus menaati suaminya. Maka Lu Xuan’er selain melayani suaminya, dengan status menantu harus melayani ibu mertua juga. Nilai-nilai tradisonal tersebut harus dipatuhi untuk menunjukkan bahwa Lu Xuan’er adalah menantu yang baik. 2. Citra ibu pada Lu Xuan’er adalah ibu yang tegar. Penderitaan panjang Lu Xuan’er untuk mendapatkan anak laki-laki seakan tidak habis-habisnya. Lu Xuan’er tetap tegar walau mendengar caci maki dan perlakuan tidak baik dari ibu mertua dan suaminya karena belum dikaruniai anak laki-laki. Keinginan untuk memiliki anak laki-laki ini disebabkan anak laki-laki dianggap lebih berharga daripada anak perempuan, karena hanya anak laki-laki yang meneruskan garis keturunan. Maka terdapat perlakuan berat sebelah antara anak laki-laki dan perempuan yang dikenal sebagai zhong nan qing nü(重男轻女). Ketegaran Lu

Xuan’er tampak pula saat mengalami pemerkosaan saat memotong rumput, perasaan terhina sudah memenuhi dirinya. Lu Xuan’er berniat menenggelamkan diri, tetapi pikiran jernihnya membuat ia tegar menghadapi musibah tersebut.

3. Citra ibu pada Lu Xuan’er adalah ibu tradisional yang bijak dan melindungi anak-anaknya. Saat putri-putrinya mulai tumbuh dewasa, Lu Xuan’er mengawasi dengan siapa pasangan hidup putrinya. Pengaruh tradisi feodal masih mempengaruhinya yang menyebabkan muncul konflik antara Lu Xuan’er dan putrinya. Konflik yang muncul semata-mata karena ia berusaha melindungi putrinya, yaitu dengan mengatur perjodohan putri-putrinya, tetapi putrinya yang lahir di era yang berbeda dengan ibunya tentu menolak keinginan ibunya. Lu Xuan’er akhirnya mengalah.

(12)

Universitas Kristen Maranatha Xiangdi menjual diri untuk biaya pengobatan ibu. Perasaan ibu terguncang sampai jatuh ke lantai. Begitu pula ketika dititipi cucu-cucu, awalnya ibu selalu marah-marah jika dititipi cucu. Hal ini disebabkan keadaan keluarganya sendiri sudah cukup sulit, tetapi ibu tidak tega jika cucunya sampai terlantar.

5. Citra ibu pada Lu Xuan’er adalah ibu yang pemberani. Sebagai perempuan yang telah ditinggal mati suami, Lu Xuan’er harus melindungi dan membela anak-anaknya seorang diri. Lu Xuan’er yang tidak pernah melawan ibu mertua, demi membela Yunü berani membunuh ibu mertuanya. Selain itu Lu Xuan’er tidak takut ancaman senjata yang ditujukan padanya waktu menolong anak-anaknya yang ditawan tentara. Bahkan ketika mereka sekeluarga ditangkap dengan tuduhan menyembunyikan Sima Ku, Lu Xuan’er memohon agar yang lainnya dilepaskan, ia yang akan menanggung semua kesalahan. Pada saat anak-anak Sima Ku akan dibunuh karena harus menanggung kesalahan ayahnya. Lu Xuan’er dengan berani menantang, siapa yang berani mengambil anak-anak Sima Ku harus menghadapinya lebih dulu. Bukan saja dalam hal membela anak-anak, demi kelangsungan hidup keluarga karena kekurangan persediaan makanan, Lu Xuan’er berani melakukan pencurian makanan. Citra Ibu pada Lu Xuan’er tidak seperti kebanyakan perempuan tradisional, tuntutan keadaan membuatnya harus berperan banyak bukan saja dalam keluarga tetapi juga berperan di luar lingkungan keluarganya. Ibu menjadi pemberani terlepas dari perbuatan berani tersebut untuk hal baik atau untuk hal buruk.

(13)

49

(14)

51

Universitas Kristen Maranatha Aminuddin. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo,

1995.

Forster, E.M. Aspect of The Novel. London: William Clowes & Sons Ltd., 1974. Gondomono. Manusia dan Kebudayaan Han. Jakarta: Kompas Media Nusantara,

2013.

Lin Yutang. My Country and My People. London: William Heinemann Ltd., 1939. Kurnia, A. ”Kemenangan Mo Yan, Kejayaan Sastra Asia”. Pikiran Rakyat, 4

Nov . 2012, hlm.22.

Levy, Howard S. Chinese Footbinding. New York: Walton Rawls Publisher, 1966. Moyan莫言. Fengru feitun丰乳肥臀. Shanghai: Shanghai wenyi chubanshe,

2012.

Nurgiantoro, B. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2000.

Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Semi, M. Atar. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa, 1993.

Sugihastuti. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Sumardjo, Y.& Saini, K.M. Apresiasi Kesusasteraan. Gajah Mada University Press, 1986.

Wu Xiuming吴秀明. Zhongguo Dangdai Wenxueshi Xiezhen中国当代文学史写

. Zhijiang: Zhijiang daxue chubanshe, 2002.

Zhu Donglin et al 朱栋霖. Zhongguo Xiandai Wenxueshi(1917-2000)中国现代文

学史. Beijing: Beijing daxue chubanshe, 2007.

Zhu Ying朱鹰. Liyi礼仪. Beijing: Zhongguo shehui chubanshe, 2005.

Sumber internet :

http://oase.kompas.com/read/2012/10/12/18011561/Lantangnya.Si.Jangan.Bicara. Diakses pada tanggal 21Februari 2013.

http://paper.people.com.cn/rmrbhwb/html/2012-10/25/content_1130906.htm. Diakses pada tanggal 21 Februari 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu keberadaan aplikasi bagi Rumah Sakit yang akan mengirimkan pesan berupa SMS reminder akan jadwal cuci darah serta pengaturan penjadwalan cuci darah, dapat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan dengan adanya sistem pendukung keputusan untuk penerimaan karyawan pada Saudara

rujuu khau, ydni bei FNLis

Apa saja upaya-upaya yang dilakukan humas, guru, kepala sekolah dalam membangun citra positif di SD N Sosrowijayan Yogyakarta..

That is reason the teacher always uses code switching with repetitive functions whenever he wants to stress the grammar formula or how to use it.. Translation of new and

CHAPTER 3 THE USE OF FIGURATIVE LANGUAGE IN CHARACTERIZATION OF THE NIGHTINGALE AND THE ROSE SHORT STORY BY OSCAR WILDE 3.1 Analysis .....

They are: sending multimedia message (MM) with larger data size, maintaining the quality of data during transmission, MM data retrieval (download) from a mobile phone and

administrasi Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 14 Kecamatan dan pada.