• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI UNTUK MEMINIMALISIR TERJADINYA PERILAKU PROKRASTINASI BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 1 BERASTAGI TAHUN AJARAN 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI UNTUK MEMINIMALISIR TERJADINYA PERILAKU PROKRASTINASI BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 1 BERASTAGI TAHUN AJARAN 2013/2014."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI UNTUK MEMINIMALISIR TERJADINYA

PERILAKU PROKRASTINASI BELAJAR SISWA DI KELAS X SMA NEGERI 1 BERASTAGI

TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Oleh :

NINA AGRINA BR GINTING

NIM. 1103351027

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAK

NINA AGRINA BR GINTING, NIM: 1103351027 Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Untuk Meminimalisir Terjadinya Perilaku Prokrastinasi Belajar Siswa Di Kelas X Sma Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014, Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan

2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meminimalisir terjadinya prokrastinasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Berastagi yang berjumlah 27 orang siswa. Sampel. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket prokrastinasi. Angket uji coba prokrastinasi sebanyak 40 butir pertanyaan yang diberikan kepada seluruh siswa kelas X IPS 1 yang berjumlah 27 siswa dan tidak hadir 3 siswa. Angket prokrastinasi yang valid sebanyak 27 butir pertanyaan yang akan diberikan kepada 10 siswa yang mendapatkan perlakuan (Bimbingan Kelompok). Teknik analisis data menggunakan uji beda wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prokrastinasi yang tinggi dengan pemberian layanan bimbingan kelompok melalui teknik diskusi diperoleh nilai rata-rata pre-test = 60,3 dan Standard Deviasi (SD) = 11,57 sedangkan nilai rata-rata post-pre-test = 88,5 dan Standard Deviasi (SD) = 8,26 dengan demikian pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meminimalisir prokrastinasi belajar. Dari hasil hipotesis dengan harga ttabel pada N-1 = N-10 pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh sebesar 10,8, maka thitung > ttabel = (10,8 > 1,81) tersebut “Ada pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meminimalisir perilaku prokrastinasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah... 8

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 10

1. Prokrastinasi... 10

1.1 Pengertian Prokrastinasi Belajar... 10

1.2 Faktor-Faktor yang Prokrastinasi Belajar... 11

1.3 Jenis-Jenis Prokrastinasi Belajar... 14

1.4 Aspek-Aspek Prokrastinasi Belajar... 17

1.5 Langkah-Langkah Mengatasi Prokrastinasi Belajar... 20

2. Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi... 23

2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok... 23

(7)

2.3 Teknik-Teknik Bimbingan Kelompok... 27

2.4 Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok... 30

2.5 Pengertian Diskusi Kelompok... 34

2.6 Tujuan Diskusi Kelompok... 35

2.7 Bentuk-Bentuk Diskusi Kelompok... 37

2.8 Langkah Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi... 39

B. Kerangka Pemikiran... 43

C. Hipotesis... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 50

B. Desain Penelitian... 50

C. Subjek Penelitian... 51

D. Operasional Variabel Penelitian... 51

E. Langkah-Langkah Penelitian... 53

F. Teknik Pengumpulan Data... 53

G. Teknik Analisis Data... 58

H. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian... 59

I. Lokasi dan Waktu Penelitian... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 62

B. Pengujian Persyaratan Analisis... 63

C. Analisis Data Penelitian... 66

D. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 68

(8)

F. Kategori Prokrastinasi... 72

G. Pembahasan Penelitian... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 77

B. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 80

(9)

DAFTAR TABEL

A. Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Diskusi Kelompok... 40

B. Tabel 2.2 Situasi-Situasi Kritis dan Alternatif Pemecahan... 43

C. Tabel 3.1 Skor Alternatif Jawaban Skala Prokrastinasi... 54

D. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Skala Prokrastinasi... 54

E. Tabel 4.1 Angket Prokrastinasi Valid... 63

F. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Sebelum dan sesudah Uji Coba... 65

G. Tabel 4.3 Susunan Angket Setelah Uji Coba Angket... 65

H. Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Analisis Etiket Pergaulan Siswa... 67

I. Tabel 4.5 Hasil Pre-test ... 68

J. Tabel 4.6 Hasil Post-test... 69

K. Tabel 4.7 Deskripsi Data Pre-test dan Post-test... 70

L. Tabel 4.8 Hasil Kategori Prokrastinasi Pengukuran Pre-test... 72

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran 1. Uji Coba Angket Penelitian... 83

B. Lampiran 2. Perhitungan Uji Coba Angket Penelitian... 86

C. Lampiran 3. Uji Validitas... 87

D. Lampiran 4. Uji Realibilitas... 90

E. Lampiran 5. Angket Penelitian... 93

F. Lampiran 6. Sebaran Data Penelitian Pre-Test... 95

G. Lampiran 7. Sebaran Data Penelitian Post-Test... 96

H. Lampiran 8.Tabulasi Data Penelitian... 97

I. Lampiran 9. Perhitungan Harga Rata-rata dan SD Pre-Test... 98

J. Lampiran 10. Perhitungan Data Pre-Test... 99

K. Lampiran 11. Perhitungan Harga Rata-rata dan SD Post-Test ... 101

L. Lampiran 12. Perhitungan Data Post-Test... 102

M. Lampiran 13. Uji Normalitas... 104

N. Lampiran 14. Uji Homogenitas... 107

O. Lampiran 15. Pengujian Hipotesis... 108

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada

pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

Usia sekolah menengah atas pada umumnya berada pada rentang usia remaja yaitu

berkisar antara 15-18 tahun. Sarwono (2011:160) mengemukakan bahwa remaja

akan dihadapkan pada berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan

pertentangan batin di dalam diri remaja itu sendiri. Melalui pendidikan diharapkan

pertentangan batin yang dialami remaja dapat diatasi.

Sarwono (2011:162) mengemukakan bagaimana sistem pendidikan yang

berlaku disuatu daerah tertentu dapat mempengaruhi aktivitas remaja secara

umum di daerah itu. pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa

menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia

pendidikan dituntut memberikan respon lebih cermat terhadap

perubahan-perubahan tengah berlangsung di masyarakat.

Paparan diatas dapat dimaknai bahwa pendidikan merupakan bagian yang

penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran

di sekolah. Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

dijelaskan: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

(12)

Penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa seorang guru dikatakan berhasil

dalam melaksanakan tugasnya jika fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi

sebagai pembimbing. Pembimbing adalah seorang yang memiliki sarana dan

serangkaian usaha dalam memajukan pendidikan dan membantu untuk mengatasi

kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Menurut Natawidjaja (Sukardi,

2008:36) menyatakan bimbingan yang diberikan merupakan suatu proses

pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan

supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup

mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan

dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada

umumnya. Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan

menuntun anak didik sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan

perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk di

dalamnya ikut memecahkan masalah persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan

yang dihadapi anak didik.

Kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik beranekaragam seperti

terlambat dalam mengumpulkan tugas, mengerjakan tugas sehari sebelum

dikumpulkan, belajar sehari sebelum ujian dilaksanakan, lebih senang melakukan

kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan tugas sekolah, melakukan hal-hal

yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian tugas, melakukan aktivitas lain yang

dipandang lebih menyenangkan. Hal ini dikategorikan ke dalam prokrastinasi

belajar yang sering dilakukan peserta didik.

Jefferi Combs (2012:25) mendefinisikan prokrastinasi adalah suatu bentuk

(13)

ketidaknyamanan, kepedihan, kegagalan, dan terutama kesuksesan. William

Knaus (2002:16) menjelaskan alasan prokrastinasi adalah fisik yang tidak mampu,

tidak tahu, tertipu, ingin menjauhi hal-hal yang tidak disukai, dan keraguan.

Ketidakmampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri akan mempengaruhi

munculnya ketegangan dan konflik dalam diri individu yang dapat memicu

munculnya perilaku prokrastinasi belajar. Semakin tinggi penyesuaian diri maka

akan semakin rendah prokrastinasi belajar, dan sebaliknya semakin rendah

penyesuaian diri maka akan semakin tinggi prokrastinasi belajar.

Pada kenyataannya berdasarkan pengamatan pada peserta didik SMA Negeri 1

Berastagi masih sering dijumpai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh

para peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah para peserta

didik yang masih banyak menunda-nunda dalam pengerjaan tugas. Banyak peserta

didik yang berpikiran bahwa dalam keadaan terdesak atau di bawah tekanan oleh

jangka waktu pengumpulan tugas, mereka akan cepat dalam menyelesaikan tugas.

Padahal tindakan tersebut tidak efektif bahkan hasil yang diperoleh tidak akan

optimal karena terbatasnya waktu yang dimiliki dalam pengerjaan tugas.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa siswa SMA

Negeri 1 Berastagi dapat diketahui bahwa telah terjadi prokrastinasi belajar

dimana banyak siswa yang sering mengerjakan tugas sehari sebelum tugas

dikumpul, belajar sehari sebelum ujian dilaksanakan, lebih senang melakukan

kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan tugas sekolah. Wawancara yang

dilakukan terhadap guru juga diperoleh hasil bahwa telah terjadi prokrastinasi

belajar pada siswa dimana siswa sering terlambat dalam pengumpulan tugas,

(14)

mengerjakan tugas di sekolah sebelum tugas dikumpulkan. Hasil wawancara yang

diperoleh dari siswa dan guru SMA Negeri 1 Berastagi dapat memperkuat bahwa

telah terjadi prorastinasi belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

Syaiful Djamarah (2008:27) menjelaskan bahwa selama menuntut ilmu di

lembaga pendidikan formal baik pelajar maupun mahasiswa, tidak akan terlepas

dari keharusan mengerjakan tugas-tugas studi. Peserta didik harus memakai

rentang waktu dalam 24 jam dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan

tugas-tugas studinya sampai pada batas waktu pengumpulan tugas-tugas tersebut. Masalah

pengaturan waktu inilah yang menjadi persoalan bagi peserta didik, Syaiful Bahri

Djamarah (2008:27) menemukan banyak peserta didik mengeluh karena tidak

dapat membagi waktu dengan baik, saat memulai dan mengerjakan tugas. Adanya

kecendrungan untuk tidak segera memulai ketika menghadapi suatu tugas

merupakan indikasi dari perilaku menunda dan kelalaian dalam mengatur waktu

dan merupakan faktor penting yang menyebabkan individu melakukan penundaan

dalam menyelesaikan tugas.

Sekolah yang besar, terutama yang mempunyai peserta didik lebih dari

500-1000 orang peserta didik, kemungkinan tidak menyediakan iklim personal yang

memungkinkan sistem kontrol sosial yang efektif. Peserta didik akan merasa asing

dan tidak memiliki tanggung jawab terhadap perilaku. Hal tersebut merupakan

gejala umum yang banyak terjadi di sekolah, peserta didik lebih senang

melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan tugas sekolah.

Akhirnya banyak tugas sekolah yang terbengkalai, tertunda dan tidak

terselesaikan sesuai waktunya. Gejala umum yang menyebabkan terjadinya

(15)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah penundaan tugas

yang dilakukan oleh para peserta didik merupakan suatu masalah yang kompleks

yang membutuhkan suatu penanganan khusus dari pihak sekolah untuk memberi

bantuan berupa bimbingan agar dapat mengatasi perilaku prokrastinasi belajar

yang dilakukan peserta didik.

Konselor sekolah memiliki peranan penting membantu mengatasi

prokrastinasi belajar pada peserta didik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

konselor untuk membantu mengatasi prokrastinasi belajar pada peserta didik yaitu

dengan pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa.

Menurut Tohirin (2012:164) bimbingan kelompok merupakan suatu cara

memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan

kelompok. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang

perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil

manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Winkel dan Sri

Hastuti (2004:547) tujuan bimbingan kelompok adalah menunjang perkembangan

pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta

meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang

bermakna bagi para partisipan. Ada beberapa jenis teknik bimbingan kelompok

menurut Tohirin (2012:273) yaitu program home room, karyawisata, diskusi,

kegiatan kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, dan pengajaran

remedial.

Penelitian ini menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik

(16)

diskusi siswa dibina memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat

orang lain dan menerima keputusan bersama menurut Sukardi (2008:222).

Menurut Tohirin (2012:275) teknik diskusi merupakan suatu cara dimana

siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.

Dengan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat membantu siswa dalam

mengatasi prokrastinasi dalam belajar karena tujuan layanan bimbingan kelompok

teknik diskusi adalah untuk pengembangan kemampuan berkomunikasi peserta

didik untuk menyumbangkan pikiran dalam memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dalam rangka mengatasi

prokrastinasi belajar pada peserta didik SMA Negeri 1 Berastagi, maka penelitian

ini difokuskan pada pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan

yang memungkinkan beberapa individu peserta didik dapat melakukan dinamika

kelompok memecahkan masalahnya. Layanan bimbingan kelompok tersebut

dilaksanakan dengan menggunakan teknik diskusi yang dapat memberikan

stimulus pada peserta didik dalam upaya mengatasi prokrastinasi belajar.

Berdasarkan paparan tersebut peneliti mengajukan judul “Pengaruh Pemberian

Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Untuk Meminimalisir Terjadinya

Perilaku Prokrastinasi Belajar Pada Siswa Di Kelas X SMA Negeri 1 Berastagi

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada siswa sering mengalami keterlambatan mengumpulkan tugas.

2. Banyak siswa yang mengerjakan tugas sehari sebelum tugas dikumpul.

3. Banyak siswa yang belajar sehari sebelum ujian dilaksanakan.

4. Ada siswa yang lebih senang melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak ada

kaitannya dengan tugas sekolah sehingga tugas sekolah tertunda dan

tidak terselesaikan sesuai waktunya.

5. Banyak siswa yang melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam

penyelesaian suatu tugas

6. Ada siswa yang dengan sengaja melakukan aktivitas lain yang dipandang

lebih menyenangkan seperti menonton dan jalan-jalan sehingga menyita

waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang harus

diselesaikannya.

7. Ada siswa yang mengerjakan tugas (PR) di sekolah sebelum tugas (PR)

tersebut dikumpul.

8. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok masih kurang maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan untuk mencegah luasnya permasalahan,

maka penulis hanya membatasi pokok permasalahan tentang pengaruh layanan

bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meminimalisir terjadinya perilaku

prokrastinasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran

(18)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk

meminimalisir terjadinya perilaku prokrastinasi belajar pada siswa kelas X SMA

Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui pengaruh antara

pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk meminimalisir

terjadinya prokrastinasi belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi

Tahun Ajaran 2013/2014”.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, yang

dapat ditinjau dari dua segi berikut ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan dan wawasan serta teori tentang bimbingan

kelompok dengan menggunakan teknik diskusi untuk mengatasi

prokrastinasi belajar pada peserta didik.

b. Hasil penelitian ini sebagai alternatif untuk meminimalisir terjadinya

penundaan pada kegiatan belajar peserta didik.

c. Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti lain yang

(19)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi konselor, sebagai masukan kepada konselor untuk melaksanakan

layanan secara kelompok atau memberi perhatian khusus pada peserta

didik yang mengalami prokrastinasi belajar.

b. Bagi konselor, sebagai bukti empiris kepada guru bimbingan konseling

bahwa penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi

dapat membantu mengatasi prokrastinasi belajar.

c. Bagi siswa, sebagai motivasi kepada peserta didik untuk dapat

menyelesaikan tugas tepat waktu dan tidak melakukan prokrastinasi

dalam belajar.

d. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan tata tertib sekolah yang berkaitan dengan

prokrastinasi belajar dan membuat program yang dapat meminimalisir

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian

layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk meminimalisir

prokrastinasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran

2013/2014, hal ini diketahui dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung > ttabel =

10,8 > 1.81. Hasil awal pre-test diketahui 3 orang siswa (30%) mengalami

prokrastinasi belajar termasuk kategori rendah, 6 orang siswa (60%) mengalami

prokrastinasi belajar termasuk kategori sedang dan 1 orang siswa (10%)

mengalami prokrastinasi belajar termasuk kategori tinggi tetapi setelah diberikan

layanan bimbingan kelompok teknik diskusi post-test diketahui tidak ada lagi

siswa (0%) mengalami prokrastinasi belajar yang termasuk kategori rendah, 4

orang siswa (40%) mengalami prokrastinasi belajar termasuk kategori sedang dan

6 orang siswa (60%) mengalami prokrastinasi belajar termasuk kategori tinggi.

Kemampuan siswa untuk meminimalisir prokrastinasi belajar meningkat. Maka

hipotesa yang menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan dalam pelaksanaan

bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk meminimalisir prokrastinasi

belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014, dapat

(21)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan pada beberapa pihak,

antaranya:

1. Saran untuk Sekolah

Mengingat bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dapat

meminimalisir prokrastinasi belajar siswa maka selayaknya layanan bimbingan

kelompok dengan teknik diskusi secara tetap dan berkelanjutan dilaksanakan di

sekolah.

2. Saran untuk Guru BK

a. Diharapkan agar guru BK dapat memberikan layanan bimbingan kelompok

teknik diskusi lebih teratur dan sistematis untuk membantu siswa dalam

meminimalisir prokrastinasi dalam belajar.

b. Diharapkan agar guru BK lebih peduli dalam upaya meminimalisir

prokrastinasi belajar antara lain melalui bimbingan kelompok teknik diskusi

secara lebih menarik sehingga siswa secara sukarela mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok yang diadakan di sekolah.

3. Saran untuk Siswa

a. Diharapkan untuk para siswa yang mempunyai kebiasaan melakukan

prokrastinasi, hendaknya mau mengikuti kegiatan-kegiatan layanan

bimbingan konseling yang diadakan di sekolah seperti layanan informasi

dan layanan konseling perorangan khususnya layanan bimbingan kelompok

(22)

b. Mengingat adanya pengaruh signifikan dalam pelaksanaan bimbingan

kelompok dengan teknik diskusi untuk meminimalisir prokrastinasi belajar

siswa, diharapkan siswa agar lebih terbuka mengenai masalahnya dan

mengikuti bimbingan kelompok dengan serius, sehingga siswa mendapatkan

dan memiliki kemampuan meminimalisir prokrastinasi dalam belajar.

4. Saran untuk Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang hendak mengkaji atau meneliti mengenai

prokrastinasi belajar diharapkan menggunakan pendekatan yang berbeda agar

dapat diketahui pendekatan yang lebih efektif untuk mengatasi prokrastinasi

belajar. Hal tersebut dimaksudkan agar hasil penelitian selanjutnya dapat

memberikan perbaikan terhadap hasil yang telah dicapai pada penelitian

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Adam. 2002. Mengatasi Kebiasaan Menunda-nunda dalam 24 Jam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Antari, Made. 2000. Penerapan Behavioral Teknik Asertif Untuk Meminimalisir Perilaku Prokrastinasi Akademik Kelas X4 SMA Laboratorium Undiksha. (Online),(http://Madeantari.blogspot.com/2000/kumpulanskripsiprokrastin asi.html, diakses pada 16 Maret 2014).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Combs, Jeffery. 2012. The Procrastination Cure. Jogjakarta: Diva Press Group.

Dewi, Rosmala. 2010. Penelitian Pendidikan. Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Djamarah, Syaiful. 2008. Manajemen Waktu. Depok: Ar Ruz Media.

Hastuti, Sri & Winkel. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Hasibuan. 1985. Media Pembelajaran Makalah Ilmu Pendidikan. (Online),

(http://ulfaatm.blogspot.com/2014/03/langkah-langkah-diskusikelompok.html, diakses 16 Maret 2014)

Knaus, William. 2002. Lakukan Segera. Semarang: Dahara Prize.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil) Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno & Erman, A. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Russel, Scott. 2008. Mengatasi Orang-Orang yang Sulit Diatur. Jogjakarta: Pustaka Delapratasa.

Salahududin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

Sarwono, S. W., 2011. Psikologi Remaja, Ed. Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(24)

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Surya. 2014. Pengertian Diskusi. Online: (http:// renika.bolgspot.com/pengertian-diskusi.html, diakses 16 maret 2014)

Susanti, Fitri. 2011. Pengertian dan Aspek Prokrastinasi. Online: (http://fitrisusanti.blogspot.com/2011/05/pengertian-dan-aspek-aspek-prokrastinasi.html, diakses pada 15 Desember 2013).

Tektonika, Bentang. 2013. Aspek Penundaan Tugas. Online:

(http://bentangtektonika.blogspot.com/2013/04/penundaan-aspek-penundaanan tugas-belajar.html, diakses pada 05 Desember 2013.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tohirin. 2012. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kuadran dalam penelitian ini digunakan untuk melihat dampak implementasi program PEMP periode 2005-2009 terhadap 20 kabupaten/kota pesisir, yaitu

(2) Apakah teknik terapi latihan pada fraktur pertrocanther femur dekstra dapat memelihara atau menjaga (a) kekuatan otot (b) mengurangi nyeri (c)mengurangi oedem atau bengkak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara mendalam proses komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien dalam pelaksanaan HIV Voluntary Counseling and

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika melalui pendekatan heuristik sampai 75%, meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar

Dengan mengacu pada tiga masalah pokok hukum pidana di atas, maka subjek tindak pidana merupakan pihak yang melakukan perbuatan yang dilarang dan diancam pidana, sekaligus

The requesting Authority's use or disclosure (including disclosure in an administrative, prosecutorial or judicial proceeding) of the infonnation provided in response

Despite its problems; the novel's thrilling plot, the great acting and the superb score (by Hans Zimmer) make the movie an enjoyable experience, and while it definitely could had

The training workshop series for farmer leaders is the foundation of the technical assistance provided to program participants. The workshop series should