• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN METODE DRILL MENGGUNAKAN TALI DAN TIDAK MENGGUNAKAN TALI TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SERVIS PENDEK DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATIHAN METODE DRILL MENGGUNAKAN TALI DAN TIDAK MENGGUNAKAN TALI TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SERVIS PENDEK DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Eggy Kurniawan, 2014

Pengaruh Latihan Metode Drill Menggunakan Tali Dan Tidak Menggunakan Tali Terhadap Hasil

PENGARUH LATIHAN METODE DRILL MENGGUNAKAN TALI DAN TIDAK MENGGUNAKAN TALI TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN SERVIS PENDEK DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

(Eksperimen Pada Anggota Ekstrakurikuler Bulutangkis Siswa SMPN 2 Parigi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan

Oleh :

EGGY KURNIAWAN 0804655

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH LATIHAN METODE DRILL MENGGUNAKAN TALI DAN TIDAK MENGGUNAKAN TALI TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN SERVIS PENDEK DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

Oleh Eggy Kurniawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Eggy Kurniawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Eggy Kurniawan, 2014

Pengaruh Latihan Metode Drill Menggunakan Tali Dan Tidak Menggunakan Tali Terhadap Hasil

LEMBAR PENGESAHAN

EGGY KURNIAWAN 0804655

PENGARUH LATIHAN METODE DRILL MENGGUNAKAN TALI DAN TIDAK MENGGUNAKAN TALI TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN SERVIS PENDEK DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. R. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 19621023 198903 1 001

Pembimbing II

Drs. Satriya

NIP. 19600210 198703 1 004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Pengaruh Latihan Metode Drill Menggunakan Tali Dan Tidak Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek Dalam Permainan Bulutangkis

Pembimbing : 1. Dr. R. Boyke Mulyana, M.Pd. 2. Drs. Satriya

*Eggy Kurniawan 2014

Penelitian ini di latar belakangi oleh pentingnya menguasai teknik dasar servis pendek yang baik dari sejak dini. Tetapi di lapangan peneliti melihat adanya suatu masalah, yaitu kemampuan teknik dasar pukulan servis pendek (short servis) pemain pemula, tidak dapat menunjukkan keakuratan yang berarti tanpa adanya suatu bentuk latihan yang sistematis dan berulang-ulang. Di samping itu prinsip-prinsip latihan yang dilakukan seperti overload principle atau prinsip beban lebih juga harus diterapkan. Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mencoba metode latihan yang berbeda dengan menggunakan tali dan tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh fakta yang obyektif mengenai cara memberikan bentuk latihan untuk memperoleh hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler bulutangkis di SMPN 2 Parigi yang berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh (semua populasi dijadikan sampel), kemudian dibagi menjadi dua kelompok latihan.

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan berbagai pendekatan statistik didapat hasil sebagai berikut:

1. Metode latihan menggunakan tali memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis.

2. Metode latihan tidak menggunakan tali memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode latihan menggunakan tali dengan metode latihan tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis.

(5)

Eggy Kurniawan, 2014

ABSTRACT

Effect of Exercise Drill Method Using Ropes Against the Ropes And Not Using Service Learning Outcomes Skills Short In Badminton Games

Supervisor :1. Dr. R. Boyke Mulyana, M.Pd. 2. Drs. Satriya

*Eggy Kurniawan 2014

This research is important in setting the background by mastering basic techniques are either short service from early on. But researchers in the field sees a problem, namely the ability of a serve the basic techniques (short service) novice player, can not indicate the accuracy of the mean in the absence of a systematic form of exercise and repetitive. In addition, the principles of exercise done as overload overload principle or principles should also be applied. Through this study, the researchers intend to try different training methods and not using the rope using a rope to the short service skills learning outcomes in the game of badminton.

The purpose of this study was to obtain objective facts about how to provide a form of exercise to gain short service learning skills in the game of badminton.

The method used in this study is the experimental method. The population in this study were students in extracurricular badminton SMP 2 Parigi totaling 20 people. The sampling technique used is saturated samples (all of the sampled population), then exercise is divided into two groups.

By processing the data using a variety of statistical approaches showed the following results:

1. The method uses a rope exercises a significant influence on learning outcomes short service skills in the game of badminton.

2. The method does not use a rope exercises a significant influence on learning outcomes short service skills in the game of badminton.

3. There are significant differences between training methods use a strap with leash training methods do not use the short service skills learning outcomes in the game of badminton.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 10

A. Hakikat Permainan Bulutangkis ... 10

1. Pengertian bulutangkis ... 10

2. Teknik dasar permainan bulutangkis ... 10

2.1 Cara memegang raket forehand ... 12

2.2 Cara memegang raket backhand ... 13

3. Teknik dasar servis pendek ... 15

3.1 Teknik forehand short servis ... 15

(7)

Eggy Kurniawan, 2014

B. Metode Latihan Drill Menggunakan Tali ... 17

C. Metode Latihan Tidak Menggunakan Tali ... 18

D. Aspek-aspek Pembinaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bermain Bulutangkis ... 19

1. Aspek Fisik ... 19

2. Aspek Teknik ... 20

3. Aspek Teknik dan Strategi... 21

4. Aspek Pisikologis ... 22

E. Pengertian Metode Latihan Drill Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek ... 23

F. Pengertian Metode Latihan Tidak Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek ... 24

G. Anggapan Dasar ... 25

H. Hipotesis ... 26

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 27

A. Metode Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

C. Desain Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Pelaksanaan Latihan ... 37

F. Analisis Data ... 39

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA... 44

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 44

1. Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 44

2. Pengujian Normalitas ... 45

3. Pengujian Homogenitas ... 46

4. Pengujian Signifikansi Kedua Kelompok Latihan Menggunakan Tali dan Tidak Menggunakan Tali ... 47

5. Uji Signifikansi Perbedaan Hasil Peningkatan Kedua Penggunaan Metode ... 48

(8)

1. Keuntungan dan kerugian metode latihan menggunakan tali ... 49

2. Keuntungan dan kerugian metode latihan tidak menggunakan tali ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(9)

Eggy Kurniawan, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cara memeganh raket forehand ... 12

Gambar 2.2 Cara memegang raket backhand ... 13

Gambar 2.3 Teknik servis forehand pendek ... 16

Gambar 2.4 Teknik servis backhand pendek ... 17

Gambar 3.1 Contoh pengelompokan sampel ... 29

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ... 30

(11)

Eggy Kurniawan, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Program Latihan ... 38

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku, dan Varians ... 44

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Distribusi Data ... 45

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi ... 46

Tabel 2.4 Hasil Uji Signifikan Kedua Kelompok ... 47

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pembingbing Skripsi ... 55

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 62

Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian ... 63

Lampiran 4 Program Latihan ... 64

Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data ... 71

(13)

Eggy Kurniawan, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Olahraga adalah suatu serangkaian gerak yang dilakukan oleh orang yang dirangkai secara teratur dan terencana serta dilakukan dengan sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Melakukan olahraga dengan teratur maka akan memberikan suatu pengalaman, memperkaya dan meningkatkan kemampuan gerak dasar dalam melaksanakan kegiatan olahraga. Sasmita (2012:1) mengemukakan bahwa:

Kegiatan olahraga pada umumnya dapat dipandang dari empat dimensi yaitu: (1) Olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan jasmani dan rohani dengan tema khas seperti pencapaian kesegaran jasmani pelepasan ketegangan sehari hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada aspek pendidikan, yaitu olahraga merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, (3) olahraga kompetitif menekankan kegiatan perlombaan dan pencapaian prestasi, dan (4) olahraga profesional yang menekankan tercapainya keuntungan material.

Dari kutipan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan olahraga yaitu serangkaian gerak yang memberikan pengalaman gerak dasar yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh kebugaran jasmani. Selain itu di dalam kegiatan olahraga tujuannya untuk mendapatkan prestasi dan memperoleh keuntungan. Olahraga di Indonesia sendiri sudah cukup berkembang tidak hanya di salah satu olahraga saja melainkan dari beberapa cabang olahraga salah satunya cabang olahraga bulutangkis.

(14)

2

sampai masa kini, banyak digemari oleh kalangan dan lapisan masyarakat yang tidak dibatasi oleh usia dari anak-anak hingga dewasa bahkan sampai orang tua. Dilihat dengan banyaknya lapangan serta kejuaraan-kejuaraan daerah bahkan tingkat Rukun tetangga (RT), selain itu juga banyaknya klub-klub yang didirikan untuk mengembangkan potensi dan mencari bibit-bibit atlet yang ke depannya guna meraih prestasi setiap mengikuti kejuaraan serta mengharumkan nama negara di kancah olahraga, khususnya olahraga bulutangkis.

Permainan Bulutangkis adalah cabang olahraga yang dimainkan satu lawan satu, dan dua lawan dua, yang mana masing-masing pemain berusaha memukul shuttle-cock sampai melewati batas lapangan permainan dan mampu menjatuhkan shuttle-cock di bidang pertahanan lawan. Hal ini sesuai dengan definisi bulutangkis menurut Subarjah dan Hidayat (2007:1) bahwa: “Pada hakikatnya permainan bulutangkis adalah permainan yang saling berhadapan satu lawan satu orang maupun dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan shuttle-cock sebagai alat permainan”.

(15)

3

Eggy Kurniawan, 2014

sudah beberapa kali di menangkan tim Indonesia. Pemain Bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hatono, Liem Swe King, Haryanto Arbi, Ricky Subagja, Rexy Mainaki, Hendra Gunawan, Chandra Wijaya, Taufik Hidayat, Ivana Lie, Susi Susanti, dan yang lainnya adalah sederetan pemain yang pernah meraih juara dunia pada jamannya dan tak akan pernah hilang dalam perjalanan bulutangkis Indonesia.

Namun belakangan ini Indonesia mengalami pasang surut prestasi yang berhasil dicapai dalam setiap kejuaraan seperti Grand Prix, Super Series, All England, Thomas Cup, Uber Cup, Kejuaraan Dunia, Kejuaraan Dunia Beregu Campuran, Kejuaraan Asia, dan Kejuaraan Dunia Junior. Atlet-atlet Indonesia belum mampu untuk mempersembahkan hasil yang terbaik, masih kalah didominasi pemain-pemain China, Korea, dan Denmark.

Sumber:

http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=userpage&menu=401&page_id=5.

Pencapaian prestasi yang maksimal sangat ditunjang oleh proses pembinaan yang baik dan tentunya, faktor yang sangat mendukung adalah penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis. Seperti pendapat Tohar dalam Subarjah (2007:31) yaitu: “keterampilan dasar merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis, karena merupakan salah satu pendukung popok prestasi olahraga”.

Secara umum keterampilan dasar permainan bulutangkis dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian yaitu cara memegang raket (grips), sikap siap (stance), gerakan kaki (footwork), dan gerakan memukul (strokes). Dari keempat keterampilan dasar permainan bulutangkis yang harus lebih di kuasai yaitu teknik pukulan (strokes). Salah satu jenis pukulan yaitu servis, servis merupakan pukulan pertama untuk memulai permainan.

(16)

4

peranan penting bagi siswa/atlet maka servis dikhususkan sebagai teknik yang pertama kali yang harus dipelajari.

Secara teoretis, agar dapat melakukan servis pendek yang baik serta akurat, harus dilatih secara sistematis dan berulang-ulang sehingga keterampilan teknik dasar tersebut bisa dikuasai dengan baik oleh para pemain pemula. Dari sekian banyak cara untuk melatih keterampilan servis pendek terdapat dua bentuk latihan yaitu bentuk latihan servis pendek dengan menggunakan metode drill menggunakan tali dan servis pendek tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis.

Metode latihan drill menggunakan tali ialah suatu cara untuk mempermudah latihan keterampilan dasar servis pendek yang bertujuan agar siswa/atlet lebih terarah dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net. Sugiyanto (1996:72) menyatakan, dalam metode drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan melakukan secara berulang-ulang. Sedangkan metode latihan tidak menggunakan tali ialah latihan yang banyak dilakukan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap dengan tinggi 1,524 m di tengah lapangan.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Latihan Metode

Drill Menggunakan Tali dan Tidak Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek Dalam Permainan Bulutangkis”.

B. Rumusan Masalah

(17)

5

Eggy Kurniawan, 2014

Latihan atau training adalah satu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi untuk meningkatkan kemampuan teknik servis pendek bagi pemain pemula. Teknik dasar melakukan pukulan servis pendek, konsentrasi pemain bukan hanya pada teknik memukul schuttle-cock saja, tetapi ketepatan arah sasaran juga menjadi pertimbangan teknis. Hal inilah yang perlu dilatih keakuratannya, oleh karena itu bentuk latihan servis dengan metode latihan drill menggunakan tali dan tidak menggunakan tali dilihat dari aspek geraknya merupakan dua dari sekian banyak bentuk latihan untuk melatih servis pendek yang menurut pertimbangan penulis kiranya dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan servis pendek pada pemain pemula cabang olahraga bulutangkis.

Sesuai dengan latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul, maka muncullah permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah metode latihan drill menggunakan tali memberikan pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis siswa SMPN 2 Parigi ?

2. Apakah metode latihan tidak menggunakan tali memberikan pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis siswa SMPN 2 Parigi ?

3. Apakah metode latihan drill menggunakan tali dan tidak menggunakan tali memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis siswa SMPN 2 Parigi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(18)

6

2. Tujuan Khusus

a) Ingin mengetahui lebih jauh pengaruh bentuk latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek pemain bulutangkis.

b) Ingin mengetahui lebih jauh pengaruh bentuk latihan servis pendek dengan tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek pemain bulutangkis.

c) Ingin mengetahui pengaruh mana yang lebih berarti antara bentuk latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali dan tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek pemain bulutangkis.

D. Manfaat Penelitian

Apabila peneliti terbukti berarti pada tarap signifikan, yang di harapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada guru penjaskes, pembina olahraga dan pelatih tentang kegunaan bentuk latihan drill menggunakan tali dan tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek bagi pemain bulutangkis.

2. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan penulis serta bisa dijadikan referensi untuk pelatih, pembina ataupun guru penjaskes dalam rangka menciptakan hasil belajar keterampilan servis pendek bagi pemain bulutangkis.

E. Batasan Penelitian

(19)

7

Eggy Kurniawan, 2014

1. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dari bentuk latihan servis dengan menggunakan tali dan tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek bagi pemain bulutangkis.

2. Penelitian ini hanya dilakukan di lingkungan sekolah SMPN 2 Parigi, dengan anggota ekstrakurikuler sebagai obyeknya.

3. Lamanya penelitian dibatasi selama enam minggu dari tanggal 7 Oktober s.d. 18 November 2013 di lapangan SMPN 2 Parigi dengan frekuensi latihan tiga kali seminggu untuk masing-masing bentuk latihan.

4. Tempat penelitian dilaksanakan di lapangan bulutangkis SMPN 2 Parigi. 5. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen.

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini diperlukan batasan yang jelas untuk menghindari penafsiran yang keliru. Adapun istilah yang harus didefinisikan adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh

Pengaruh dikemukakan oleh Purwadarminta (1954:664) mengemukakan tentang pengertian pengaruh sebagai “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (Orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Dalam penelitian ini adalah dua perlakuan yang berbeda yaitu metode drill menggunakan tali dan metode tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar

keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis. 2. Drill menggunakan tali

Pengertian drill menurut Sugiyanto (1996:72) menyatakan, dalam metode drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan

(20)

8

bertujuan agar siswa/atlet lebih terarah dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net.

3. Metode latihan tidak menggunakan tali

Adalah latihan yang banyak dilakukan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap dengan tinggi 1,524 m di tengah lapangan.

4. Latihan

Pengertian latihan dikemukakan oleh Harsono (1988:101) bahwa “latihan

atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.

5. Keterampilan

Keterampilan menurut Mahendra (2007:25) adalah kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum.

6. Servis Pendek

Servis pendek adalah teknik dasar pukulan dalam permainan bulutangkis, dengan cara servis diarahkan pada bagian depan lapangan lawan,biasanya dilakukan dalam permainan ganda. tetapi akhir-akhir ini pemain tunggal juga banyak yang melakukan servis pendek dengan asumsi bahwa dengan melakukan servis pendek maka kita berada dalam posisi menyerang. Subarjah (2007:55).

7. Bulutangkis

(21)

9

Eggy Kurniawan, 2014

8. Peraturan Permainan Bulutangkis Definisi :

a. Pemain (Player) : Seseorang yang bermain bulutangkis.

b. Pertandingan (Match) : Perbandingan di bulutangkis antara dua sisi berlawanan yang masing-masing terdiri atas 1 atau 2 pemain.

c. Tunggal (Singles) : Suatu pertandingan dimana ada 1 pemain di masing-masing sisi yang berlawanan.

d. Ganda (Doubles) : Suatu pertandingan dimana ada 1 pemain di masing-masing sisi yang berlawanan.

e. Sisi servis (Serving Side) : Sisi atau pihak yang berhak untuk melakukan servis.

f. Sisi penerima (Receiving Side) : Sisi atau pihak yang berlawanan dengan sisi servis.

g. Reli (Rally) : Rangkaian pukulan yang diawali dengan servis sampai shuttle-cock tidak dalam permainan.

(22)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Hakikat Permainan Bulutangkis

1. Pengertian Bulutangkis

Perkembangan olahraga bulutangkis di Indonesia bahkan di dunia cukup menggembirakan dengan banyak digemarinya olahraga bulutangkis di berbagai kalangan masyarakat, baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil bahkan sampai ke pelosok daerah. Permainan bulutangkis ialah salah satu permainan yang harus di tunjang oleh peralatan permainan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suherman (2003:3) sebagai berikut:

Bulutangkis adalah sebuah permainan yang setiap pemainnya memerlukan sebuah raket dan cock. Reket ini digunakan untuk memukul schuttle-cock melewati net yang tingginya ditetapkan dalam peraturan. Permainan ini dimulai dengan melakukan servis oleh pemain A yang diarahkan kepada lawannya pemain B. Kedua pemain ini harus berada pada bagian lapangan yang sudah ditentukan oleh peraturan permainan.

Pengertian bulutangkis yang lain dikemukakan oleh Subarjah (2007:30)

bahwa “bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket sebagai alat pukul, schuttle-cock sebagai obyek yang dipukul, dan berbagai keterampilan, mulai keterampilan dasar hingga keterampilan yang paling

kompleks”. Pengertian tentang permainan bulutangkis tersebut menghasilkan gambaran tentang bentuk olahraga bulutangkis. Hal ini tentunya sangat diperlukan agar masyarakat umum maupun pemain pada khususnya memperoleh suatu pengertian yang jelas tentang permainan bulutangkis.

2. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

(23)

11

Eggy Kurniawan, 2014

terlebih dahulu harus menguasai beberapa teknik/keterampilan seperti pegangan raket yang sesuai, langkah kaki lincah, menerima schuttle-cock dengan baik, dan memukul schuttle-cock dengan terarah. Pernyataan ini sesuai dengan keterangan

PB PBSI (1983:27) bahwa “teknik adalah beberapa keahlian khusus atau skill yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis dengan tujuan untuk dapat mengembalikan schuttle-cock dengan cara yang sebaik-baiknya”. Pembahasan tentang aspek teknik dasar dalam permainan bulutangkis dikemukakan oleh Rani

(1990:11) meliputi : “(1) dropshort, (2) smash, (3) netting, (4) lob”.

Kemampuan untuk melakukan teknik sesuai dengan keadaan untuk tujuan memenangkan permainan merupakan pondasi penting dalam permainan bulutangkis. Keterampilan ini sering disebut dalam istilah keterampilan taktis. Namun demikian kemampuan ini hanya dapat dilaksanakan bila pemain mampu melaksanakan teknik dasar dengan efisien. Atlet terlebih dahulu harus menguasai beberapa teknik dasar permainan ini dengan baik, untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik. Mengenai teknik dasar ini Subarjah (1999:21)

menjelaskan “Keterampilan dasar atau teknik dasar permainan bulutangkis yang perlu dipelajari secara umum dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu: (a) cara memegang raket/grips, (b) sikap berdiri/stance, (c) gerakan kaki/footwork, (d) pukulan/strokes”.

Berikut ini penjelasan dari beberapa teknik dasar yang telah dikemukakan oleh pendapat Subarjah di atas, bahwa teknik dasar bermain bulutangkis untuk dipelajari agar bisa bermain bulutangkis dengan baik adalah secara berurutan sebagai berikut:

a) Cara Memegang Raket

(24)

12

biasanya dilakukan pada waktu melakukan pukulan yang cepat atau pada saat bertahan, sedangkan pegangan bawah banyak dilakukan pemain pada waktu melakukan serangan. Mengenai hal ini Subarjah (1999:22) mengemukakan bahwa

“Ada beberapa cara memegang raket yang dilakukan orang, di antaranya cara

pegangan Western (American grip), cara pegangan Inggris, cara pegangan shakehand dan cara campuran (combination grips)”.

Cara memegang raket menurut Alhusin (2007:24) “Pada dasarnya dikenal

beberapa cara pegangan raket. Namun hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan dalam praktik, yaitu memegang raket forehand dan backhand. Semua jenis pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini”.

2.1. Cara Memegang Raket Forehand

- Pegangan raket dengan tangan kanan, kepala raket menyamping.

Pegangan raket dengan cara seperti “jabat tangan”. Bentuk “V” tangan

diletakkan pada bagian gagang raket.

- Tiga jari, yaitu jari tangan, manis dan kelingking menggenggam raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah.

- Letakkan ibu jari di antara tiga jari dan telunjuk.

Gambar 2.1

(25)

13

Eggy Kurniawan, 2014

2.2. Cara Memegang Raket Backhand

- Pada saat memukul, tinggi kepala (daun) raket berada di bawah pegangan raket.

- Perkenaan Shuttle-cock berada di bawah pinggang.

- Kaki kanan statis, berposisi di depan (kecuali bagi pemain yang kidal). - Mengayun raket dalam satu rangkaian.

- Penerimaan servis bergerak sesaat setelah servis dipukul.

Gambar 2.2

Cara memegang raket backhand Alhusin (2007:28)

b) Sikap Berdiri (Stance)

Cara berdiri dalam permainan bulutangkis walaupun relatif mudah tetapi tetap harus dipelajari agar dapat bermain bulutangkis dengan enak dan gembira.

Beberapa bentuk stance yang perlu diketahui dijelaskan oleh Subarjah (1999:24) bahwa “Beberapa bentuk stance yang perlu diketahui dan

dikuasai pada dasarnya dapat dibagi tiga bagian, yaitu: (1) stance pada saat melakukan servis, (2) stance pada saat menerima servis, dan (3) stance pada saat

rally”.

c) Gerakan Kaki (footwork)

(26)

14

maka posisi badan menjadi tidak tepat dengan sikap memukul yang baik, akibatnya badan sulit digerakkan dan keseimbangan tubuh menjadi terganggu sehingga sulit dikendalikan. Jadi gerakan seluruh anggota tubuh pada dasarnya tergantung kepada gerakan kakinya. Kaki merupakan bagian yang sangat penting dalam melakukan gerakan tubuh. Dalam permainan bulutangkis, kaki berfungsi sebagai penyangga tubuh untuk menempatkan badan dalam posisi yang memungkinkan untuk melakukan gerakan pukulan yang efektif. Gerakan kaki ini biasanya disebut footwork atau kerja kaki. Tentang hal ini Subarjah (1999:27) seperti yang tertera dibawah ini :

Footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan memukul schuttle-cock sesuai dengan posisinya. Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan (righthanded) adalah kaki kanan selalu berada di ujung (akhir), atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul schuttle-cock yang berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul schuttle-cock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.

d) Pukulan (strokes)

Secara garis besar, teknik pukulan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu terdiri dari pukulan bawah, pukulan lurus atau samping dan pukulan atas.

1. Pukulan dengan ayunan raket dari bawah (under arms strokes) terdiri dari: a) servis: servis panjang/lob, servis pendek dan servis kedut/flick servis. b) Under arm lob (mengangkat schuttle-cock tinggi): defensif clear dan

offensif clear.

c) Pukulan Netting.

2. Pukulan mendatar atau menyamping terdiri dari : offensif lob, defensif lob, drive, dropshort dan netting.

(27)

15

Eggy Kurniawan, 2014

3. Teknik Dasar Servis Pendek

Servis pendek diarahkan pada bagian depan lapangan lawan, biasanya dilakukan dalam permainan ganda. Tetapi akhir-akhir ini pemain tunggal juga banyak yang melakukan servis pendek dengan asumsi bahwa dengan melakukan servis pendek maka kita berada dalam posisi menyerang. Hal itu terjadi karena penerima servis pendek dipaksa untuk mengembalikan schuttle-cock dari bawah atau dari samping sedangkan untuk melakukan penyerangan yang paling berpeluang apabila memiliki kesempatan memukul dari atas kepala. Adapun cara melakukan servis pendek adalah sebagai berikut:

a) Berdiri dengan rileks pada daerah servis, salah satu kaki di depan; b) Schuttle-cock dipegang didepan, raket di samping badan;

c) Jatuhkan schuttle-cock, ayunkan raket ke depan ke arah schuttle-cock sedemikian rupa, sampai reket menyentuh schuttle-cock;

d) Pukul schuttle-cock pada bagian gabusnya, lakukan dari bawah pinggang; e) Setelah schuttle-cock dipukul di bawah pinggang, segera kembali ke

sikap siap seperti semula.

2.3. Teknik Forehand Short Servis

- Shuttle-cock harus dipukul dengan ayunan raket yang relatif pendek. - Pada saat perkenaan dengan kepala (daun) raket dan Shuttle-cock, siku

dalam keadaan bengkok, untuk menghindari penggunaan tenaga pergelangan tangan, dan perhatikan peralihan titik berat badan.

(28)

16

Gambar 2.3

Teknik Servis Forehand Pendek Alhusin (2007:34)

2.4. Teknik Backhand Short Servis

Jenis servis ini pada umumnya, arah dan jatuhnya Shuttle-cock sedekat mungkin dengan garis serang pemain lawan, dan Shuttle-cock sedapat mungkin melayang relatif dekat di atas jaring (net). Oleh karena itu, jenis servis ini kerap digunakan oleh pemain ganda. Tetapi akhir-akhir ini pemain tunggal juga banyak yang melakukan servis pendek.

- Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan kaki kiri, dengan ujung kaki kanan mengarah ke sasaran yang diinginkan. Kedua kaki terbuka selebar pinggul, lutut dibengkokan, sehingga dengan sikap seperti ini titik berat badan berada di antara kedua kaki. Badan tetap rileks dan penuh konsentrasi.

(29)

17

Eggy Kurniawan, 2014

- Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi dan sikap berdiri lawan, sehingga dapat mengarahkan Shuttle-cock ke sasaran yang tepat dan sesuai perkiraan.

- Biasakan berlatih dengan jumlah Shuttle-cock yang banyak dan berulang-ulang tanpa mengenal rasa bosan, sampai dapat menguasai gerakan dan keterampilan servis pendek ini dengan utuh dan sempurna.

Gambar 2.4

Teknik Servis Backhand Pendek Alhusin (2007:37)

B. Metode Latihan Drill Menggunakan Tali

Pengertian drill menurut Sugiyanto (1996:72) menyatakan, "dalam metode drill siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan

(30)

18

1. Keuntungan

Keuntungan menggunakan metode drill menggunakan tali adalah bentuk latihan ini dalam proses latihannya selalu diulang-ulang, sehingga konsentrasi pemain tidak terpecah. Yang bertujuan agar siswa/atlet lebih tepat melakukan servis pendek di dekat garis center line dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net.

2. Kerugian

Metode drill menggunakan tali memiliki kerugian bahwa bentuk latihan ini memerlukan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi sehingga dalam proses latihannya memiliki tingkat kesalahan yang tinggi pula. Artinya bentuk latihan metode ini memerlukan kesabaran dan keuletan yang tinggi pula dari pemain atau pelatih. Pemain bulutangkis, terutama pemula dalam melatih servis pendek dengan metode drill menggunakan tali pada tahap-tahap awal diperlukan bukan hanya konsentrasi yang tinggi tetapi harus pula beradaptasi dari segi teknik. Faktor lain dari kerugian metode ini adalah schuttle-cock yang di gunakan harus selalu stabil jalannya, karena apabila tidak stabil maka akan lebih sulit pula dalam arah dan tenaga.

C. Metode Latihan Tidak Menggunakan Tali

Metode latihan tidak menggunakan tali ialah latihan yang banyak dilakukan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap dengan tinggi 1,524 m di tengah lapangan.

1. Keuntungan

(31)

19

Eggy Kurniawan, 2014

2. Kerugian

Latihan tidak menggunakan tali memiliki kerugian bahwa dengan cara ini siswa/atlet belum teruji dengan cara latihan drill menggunakan tali, karena dalam latihan dengan tidak menggunakan tali selalu digunakan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap. Kerugian dari latihan tidak menggunakan tali ini sangat jelas apabila direlevasikan dengan permainan sesungguhnya seperti dalam sebuah pertandingan. Seorang pemain bulutangkis dalam permainan tunggal lebih efektif apabila menggunakan servis pendek karena lebih memungkinkan pukulan tersebut di samping sebagai sajian pukulan pertama, juga sebagai awal serangan terhadap lawan.

D. Aspek-aspek Pembinaan untuk Meningkatkan Kemampuan Bermain Bulutangkis

Paradigma yang berkembang saat ini dalam permainan bulutangkis telah terjadi pergeseran atau revolusi dari tipe permainan lama menjadi tipe permainan modern. Perubahan ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan dunia modern yang sangat memperhatikan faktor kecepatan dan akurasi. Perbedaan antara dua tipe permainan tersebut dijelaskan oleh Arisanto, dkk. (1997:3).

Tipe lama lebih menekankan pada faktor keindahan dan kekuatan, sedangkan tipe permainan modern mengutamakan bagaimana dapat menang dalam waktu singkat. Dampak ini berpengaruh pada pandangan dasar dari jiwa dan tipe atau karakteristik permainan bulutangkis sebagai konsekuensinya, hal ini berpengaruh terhadap pandangan orang tentang aspek-aspek yang perlu diutamakan pengembangannya secara maksimal.

Tahap pembinaan dalam permainan bulutangkis meliputi beberapa aspek yang dikembangkan, di antaranya:

1. Aspek Fisik

(32)

20

dibandingkan jangkauan tangan dengan raket, maka terpaksa pemain berusaha melangkah dengan gesit kian kemari bahkan bila perlu melompat untuk mencapai posisi terbaik dalam melakukan pukulan balik yang menyulitkan.

Komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan untuk dimiliki oleh seorang pemain bulutangkis adalah daya tahan kardiovaskular, kekuatan (strength), kelentukan (flexibilitas) dan kecepatan (speed). Komponen-komponen kondisi fisik tersebut mutlak sangat diperlukan untuk mengatasi kompleksnya permainan ini, oleh karena itu komponen kondisi fisik tersebut harus diberikan secara terprogram dan terencana dengan baik.

2. Aspek Teknik

Aspek ini memegang peranan yang sangat penting, karena itu setiap pemain bulutangkis harus dapat menguasainya dengan benar. Hal ini ditegaskan oleh Arisanto, dkk. (1996:3).

Seorang pemain perlu menguasai macam-macam tipe pukulan yang mengandung faktor kesulitan yang tinggi sehingga lawan akan menemui kesulitan dalam pengambilan schuttle-cock nya. Di samping menguasai teknik pukulan secara efisien dan otomatis, maka akurasi yang ditunjang oleh latihan ulangan yang banyak dari suatu jenis pukulan tertentu harus diperhatikan.

Teknik dasar permainan bulutangkis harus dikuasai dengan baik oleh seorang pemain, karena apabila pemain tidak menguasai aspek ini kecil peluangnya untuk dapat memenangkan suatu permainan atau pertandingan. Lebih lanjut mengenai hal ini, Abdullah (1981:186) mengemukakan betapa pentingnya teknik dasar atau kecakapan dasar pemainan bulutangkis, seperti yang tertera di bawah ini:

(33)

21

Eggy Kurniawan, 2014

dasar saja seseorang telah dapat bermain bulutangkis dengan agak memuaskan.

Penjelasan Arma Abdullah tersebut di atas menandaskan betapa pentingnya kecakapan dasar atau teknik dasar bulutangkis, dan salah satu aspek teknik tersebut adalah pukulan servis. Logikanya, tidak mungkin seorang pemain bisa bermain bulutangkis dengan baik dan memenangkan permainan (pertandingan) apabila tidak bisa melakukan pukulan servis dengan baik dan benar. Seorang pemain bulutangkis dalam rangka memperkembangkan permainannya bisa terjadi apabila aspek teknik dasar (termasuk di dalamnya pukulan servis) bisa dikuasai terlebih dahulu.

3. Aspek Taktik dan Strategi

Aspek lain yang cukup penting bagi seorang pemain bulutangkis adalah taktik dan strategi dalam permainan. Mengenai taktik dan strategi ini Arisanto, dkk. (1997:3) menjelaskan bahwa:

Setiap pemain harus berusaha mengerahkan segala macam tipu daya sehingga pukulannya sukar diterka oleh lawan kemana schuttle-cock akan ditempatkan. Membuat segala macam siasat sehingga lawan akan terperangkap dan masuk ke cara bermain yang justru dikehendaki dan menguntungkan karena mudah dimatikan. Betapa pun tingginya aspek teknik dan kemampuan fisik, tidak akan menolong bilamana tidak dilengkapi dengan taktik yang jitu dan strategi yang baik yang dapat memperdaya lawan.

(34)

22

dan teknik yang baik, dan bagaimana bisa memenangkan permainan (pertandingan).

4. Aspek Psikologis (mental)

Faktor lain yang juga sangat penting dalam permainan bulutangkis atau olahraga pada umumnya adalah faktor mental. Saat-saat kritis dalam pertandingan, di mana emosi kadang-kadang sukar dikendalikan dan ketegangan emosional dapat mencapai puncaknya, sering kali dapat mengakibatkan hilangnya keterampilan gerak atau skill fisik dari atlet. Mengenai hal ini Harsono (1988: 123) mengemukakan:

Hilangnya skill berarti menurunnya teknik, berkurangnya insight, perhitungan (judgement) dan keseimbangan (balance), makin meningginya tention, merosotnya kekuatan dan ketepatan, hilangnya ketelitian akhirnya hancurnya mental. Seluruh otot tiba-tiba bekerja melawan otot-otot antagonistik yang terlalu tegang. Gerakan-gerakan atlet menjadi kaku dan lamban. Ketelitian dan ketepatan yang dibutuhkan dalam skill performances dan keterampilan-keterampilan yang halus akan hilang karena adanya tahanan atau resistance dalam gerakan-gerakan yang disebabkan oleh ketegangan.

Aspek psikologis, seperti ketenangan (rileksasi) sangatlah dibutuhkan untuk dilatihkan kepada pemain pemula cabang olahraga bulutangkis. Rileksasi adalah alat yang penting untuk mengendalikan diri sendiri dan untuk mempertahankan sikap dan keseimbangan selama permainan berlangsung, baik fisik maupun mental. Rileksasi adalah alat yang efektif untuk menghindarkan kekakuan, ketegangan terutama pada saat-saat terakhir suatu permainan. Dalam kegiatan sehari-hari terlihat bahwa aspek psikologis (mental) acap kali sangat menentukan. Seorang pemain yang daya tahannya lemah sulit untuk melampaui ambang rangsang kepekaannya, di mana dalam keadaan seperti ini terjadi berbagai tekanan dari dalam dirinya. Menurut Arisanto (1997:5) seperti yang tertera di bawah ini:

(35)

23

Eggy Kurniawan, 2014

melampaui titik kritis ini, maka prinsip peningkatan beban latihan tidak dapat dilanjutkan dan ini berarti bahwa latihan tidak membawa kemajuan yang berarti.

Hubungan antara faktor fisik dan psikologis ini sering kali terlihat pada saat berlangsungnya pertandingan. Seorang pemain yang tidak memiliki mental yang kuat akan selalu diserang rasa ketegangan yang berlebihan sebelum pertandingan dimulai. Akibatnya sering kali timbul gejala-gejala psikologis yang tidak menguntungkan seperti gemetar, telapak tangan basah, tingkah laku yang serba salah, bernapas seolah-olah berat bahkan rasa mual dan rasa ingin buang air. Jika hal ini terjadi maka kondisi fisik yang prima dan kemampuan teknik yang matang, yang telah dibina susah payah selama berbulan-bulan tidak ada artinya.

E. Pengertian Metode Latihan Drill Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek

Bentuk latihan metode drill menggunakan tali memilik tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan latihan tidak menggunakan tali, akan tetapi justru inilah yang menyebabkan seorang pemain akan memiliki tingkat keakuratan servis pendek yang cukup baik manakala bentuk latihan ini telah dilewati prosesnya dengan baik.

Pukulan servis pendek dalam permainan bulutangkis memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi dan kesabaran untuk arah pukulan yang tepat ke bidang sasaran. Sebab dengan metode ini pemain dibiasakan melakukan latihan servis pendek secara berulang-ulang diupayakan agar lawan bermain merasa kesulitan untuk mengembalikan pukulan. Metode latihan drill menggunakan tali memberikan pengaruh yang cukup baik dalam aspek kebiasaan melakukan pukulan yang berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan untuk mempermudah latihan keterampilan dasar servis pendek yang bertujuan agar siswa/atlet lebih terarah dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net. Berkenaan dengan hal ini Hidayat (2000:30) menjelaskan seperti berikut:

(36)

24

kemungkinan. Berdiri dalam situasi demikian disebut sikap siap atau sikap sedia. Sikap sedia dalam keadaan berdiri haruslah berdiri dalam keadaan seimbang (balance) pada kedua kaki. Dilihat dari esensinya, kesetimbangan tersebut ada dua macam, yaitu : 1. Kesetimbangan yang memerlukan waktu agak lama dalam keadaan stabil (enduring stability) 2. Kesetimbangan yang dilakukan dalam sekejap dan segera harus berubah sikap (momentary stability).

Penjelasan kesetimbangan yang dikemukakan oleh Imam Hidayat tersebut di atas semakin memperjelas bahwa metode latihan drill menggunakan tali untuk melatih keterampilan hasil belajar servis pendek dalam permainan bulutangkis di samping harus dilakukan secara cermat juga harus dalam keadaan stabil. Metode latihan drill menggunakan tali yang dilakukan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip tersebut niscaya akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar keterampilan melakukan servis pendek dalam permainan bulutangkis.

F. Pengertian Metode Latihan Tidak Menggunakan Tali Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Servis Pendek

Bentuk latihan metode tidak menggunakan tali mudah dilakukan oleh atlet dan hal ini lebih memungkinkan untuk mengurangi resiko kesalahan, karena hasil dari pukulan sebelumnya bisa dijadikan ukuran untuk melakukan pukulan berikutnya, pemain bisa mengukur tenaga pukulan serta arah pukulan ke sasaran apabila pada pukulan sebelumnya tidak sesuai harapan yang diinginkan. Kesalahan arah sasaran bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah besar atau kecilnya kekuatan pukulan yang bersumber pada komponen kekuatan (strength) otot lengan siswa/atlet yang bersangkutan. Berkenaan dengan relevansi kekuatan dan arah pukulan dikemukakan oleh Hidayat (2000:67) seperti yang tertera di bawah ini:

(37)

25

Eggy Kurniawan, 2014

Penjelasan yang dikemukakan oleh Imam Hidayat tersebut di atas semakin memperjelas bahwa teknik dasar pukulan arah pukulannya dipengaruhi oleh kekuatan otot lengan yang dimiliki oleh pemain yang bersangkutan. Metode latihan tidak menggunakan tali memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap ketepatan servis pendek permainan bulutangkis, apabila siswa/atlet tersebut selalu mengoreksi dan memperbaiki setiap pukulan yang dilakukannya, dengan cara mengatur kekuatan pukulan serta konsentrasi terhadap suatu target yang telah ditetapkan.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang telah diyakini kebenarannya dan dijadikan titik tolak penelitian dalam memecahkan suatu masalah. Arikunto (2010:107) menjelaskan bahwa anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas.

Secara teoretis, agar dapat melakukan servis pendek yang baik serta akurat, harus dilatih secara sistematis dan berulang-ulang sehingga keterampilan teknik dasar tersebut bisa dikuasai dengan baik oleh siswa/atlet. Dari sekian banyak cara untuk melatih kemampuan servis pendek, terdapat dua bentuk, yaitu bentuk latihan servis dengan metode latihan drill menggunakan tali dan tidak menggunakan tali.

Bentuk latihan servis dengan metode latihan drill menggunakan tali adalah siswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru atau pelatih dan melakukan secara berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan untuk mempermudah latihan keterampilan dasar servis pendek yang bertujuan agar siswa/atlet lebih terarah dan tidak terlalu tinggi melakukan servis pendek di atas net. Mahendra, (2007:281) menyatakan bahwa:

(38)

26

Sedangkan metode latihan tidak menggunakan tali ialah latihan yang banyak dilakukan pada umumnya untuk melakukan servis pendek dengan ketinggian net tetap.

Atas dasar pemaparan di atas tentang karakteristik dan perbedaan dua metode latihan yang berbeda. Peneliti mencoba membandingkan kedua metode latihan antara metode latihan menggunakan tali dan tidak menggunakan tali untuk mengetahui latihan menggunakan metode latihan mana yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek pada permainan bulutangkis.

H. Hipotesis

Menurut Arikunto (2010:110) bahwa: “Hipotesis memang berasal dari dua penggalan kata, ”hypo” yang artinya “di bawah” dan ”thesa” yang artinya

“kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara penulisanya disesuaikan dengan

Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang diajukan peneliti, yang harus diuji kebenarannya. Sebuah hipotesis akan dinyatakan diterima atau ditolak. Berdasarkan anggapan dasar yang telah dikemukakan, penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Bentuk latihan servis dengan menggunakan tali dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar servis pendek dalam permainan bulutangkis ?

2. Bentuk latihan servis dengan tidak menggunakan tali dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar servis pendek dalam permainan bulutangkis ?

(39)

27

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penelitian yang diperoleh maka penulis akan menyimpulkan secara keseluruhan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Dari hasil pengolahan secara analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan servis menggunakan tali dan latihan servis tidak menggunakan tali terhadap hasil belajar keterampilan servis pendek dalam permainan bulutangkis. Artinya latihan servis pendek menggunkan tali sangat efektip atau berpengaruh untuk meningkatkan keterampilan servis pendek. Akan tetapi bedanya tidak memiliki perbedaan pengaruh latihan untuk hasil belajar keterampilan servis pendek forehand.

B. Saran

Berdasarkan kesimpuln dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan, ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan saran:

1. Bagi para pelatih dan guru olahraga dapat memperhatikan dan memberikan latihan teknik servis menggunakan tali untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan servis pendek pada cabang olahraga bulutangkis serta dapat menerapkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam proses pembinaan siswa/atlet sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya serta memiliki program latihan.

(41)

52

Eggy Kurniawan, 2014

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, A. (1981). Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : P.T Sastra Hudaya.

Alhusin, S. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. Surakarta : CV ”Seti-Aji”. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung: FPOK UPI.

Hidayat, Imam, (2000). Biomekanika. Bandung : Pendidikan Olahraga, Program Pasca Sarjana, UPI.

IBF. (2006). Peraturan Permainan Bulutangkis. Bandung : Pengurus Daerah PBSI Jawa Barat.

Mahendra. A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung : FPOK - UPI. Nurhasan dan Hasanudin (2008). Modul Dan Tes Pengukuran Keolahragaan.

Bandung: FPOK UPI.

Nurhasan. dkk. (2008). Modul Statistika. Bandung FPOK UPI.

Purwadarminta, W.J.S. (1954). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PN. Balai Pustaka.

Subarjah. (1999/2000). Bulutangkis. Bandung : Depdikbud.

Subarjah dan Hidayat (2007) Permainan Bulutangkis. Bandung : FPOK UPI. Subarjah dan Hidayat (2008) Permainan Bulutangkis. Bandung : FPOK UPI. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suharto. (1999). Petunjuk Pelaksanaan Tes Keterampilan Bulutangkis. Jakarta : Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi.

Suherman, A. (2003). Pembelajaran Bulutangkis. Jakarta : Direktorat Pendidikan Luar Biasa

Sujana. (1992). Metoda Statistika Edisi ke-5. Bandung; Tarsito.

(43)

54

Eggy Kurniawan, 2014 Sumber Lain :

Arikunto, Suharsimi. (2006). Konsep Validitas. [Online].

http://physicedu.blogspot.com/2009/08/validitas-konsep-validitas-menurut.html. [16 juni 2013].

Aristanto, dkk (1997).Pisikologi Olahraga Bulutangkis. [Online].

http://cabang-olahraga-olahraga.blogspot.com/2013/01/artikel-psikologi-olahraga.html. [24 Mei 2013].

PB PBSI. (1983). Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. [Online]

http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=userpage&menu=401&pagei d=5. [24 Mei 2013].

Rani. (1990). Teknik Dasar Bulutangkis. [Online].

http://cabang-olahraga-olahraga.blogspot.com/2013/01/artikel-psikologi-olahraga.html. [24 Mei 2013].

Sasmita, B.S.K. (2012). Perbandingan Metode Bagian Dan Keseluruhan Dalam Pembelajaran Keterampilan Tiger Sprong Pada Siswa Kelas X Di SMA Pasundan 8 Bandung. Publikasi Jurusan PJKR FPOK UPI: Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyanto. (1996). Metode Drill Menurut Para Ahli. [Online].

(44)

LAMPIRAN 4

Program Latihan

PROGRAM LATIHAN SERVIS PENDEK MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DRILL MENGGUNAKAN TALI DAN METODE LATIHAN TIDAK MENGGUNAKAN TALI

Pertemuan

Materi Latihan Materi Latihan

1 - 3 (Minggu I)

1. Pendahuluan

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Memberikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali dengan cara latihan berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan servis bulutangkis dibatasi dengan tali di atas net dengan ketinggian 30 cm.

b. Siswa melakukan latihan servis

10 Menit

100 Menit

1 - 3 (Minggu I)

1. Pendahuluan

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Menyampaikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan tidak menggunakan tali dengan cara melakukan servis pendek berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan bulutangkis dengan ketinggian net tetap.

b. Siswa melakukan latihan servis

10 Menit

(45)

c. Fun game’s

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan, pelepasan.

10 Menit

c. Fun game’s

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan,

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Memberikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali dengan cara latihan berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan servis bulutangkis dibatasi dengan tali di atas net dengan ketinggian 30 cm.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 25 repitisi x 3 set = 75 setiap 1 siswa, (10 siswa).

c. Fun game’s

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Menyampaikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan tidak menggunakan tali dengan cara melakukan servis pendek berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan bulutangkis dengan ketinggian net tetap.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 25 repitisi x 3 set = 75 setiap 1 siswa, (10 siswa). c. Fun game’s

10 Menit

(46)

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan, pelepasan.

10 Menit

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan,

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Memberikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali dengan cara latihan berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan servis bulutangkis dibatasi dengan tali di atas net dengan ketinggian 30 cm.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 29 repitisi x 3 set = 87 setiap 1 siswa, (10 siswa).

10 Menit

100 Menit

7 - 9 (Minggu III)

1. Pendahuluan

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Menyampaikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan tidak menggunakan tali dengan cara melakukan servis pendek berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan bulutangkis dengan ketinggian net tetap.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 29 repitisi x 3 set = 87 setiap 1 siswa, (10 siswa).

10 Menit

(47)

c. Fun game’s

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan, pelepasan.

10 Menit

c. Fun game’s

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan,

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Memberikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali dengan cara latihan berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan servis bulutangkis dibatasi dengan tali di atas net dengan ketinggian 30 cm.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 33 repitisi x 3 set = 99 setiap 1 siswa, (10 siswa).

c. Fun game’s

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Menyampaikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan tidak menggunakan tali dengan cara melakukan servis pendek berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan bulutangkis dengan ketinggian net tetap.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 33 repitisi x 3 set = 99 setiap 1 siswa, (10 siswa). c. Fun game’s

10 Menit

(48)

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan, pelepasan.

10 Menit

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan,

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Memberikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali dengan cara latihan berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan servis bulutangkis dibatasi dengan tali di atas net dengan ketinggian 30 cm.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 38 repitisi x 3 set = 114 setiap 1 siswa, (10 siswa). c. Fun game’s

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Menyampaikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan tidak menggunakan tali dengan cara melakukan servis pendek berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan bulutangkis dengan ketinggian net tetap.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 38 repitisi x 3 set = 114 setiap 1 siswa, (10 siswa). c. Fun game’s

10 Menit

(49)

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan, pelepasan.

10 Menit

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan,

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Memberikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan drill menggunakan tali dengan cara latihan berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan servis bulutangkis dibatasi dengan tali di atas net dengan ketinggian 30 cm.

b. Siswa melakukanlatihan servis pendek dengan 42 repitisi x 3 set = 126 setiap 1 siswa, (10 siswa). c. Fun game’s

a. Menyampaikan tujuan materi yang akan disampaikan.

b. Siswa melakukan pemanasan berupa peregangan statis, lari keliling lapangan, dan peregangan dinamis.

2. Inti

a. Menyampaikan materi latihan servis pendek dengan metode latihan tidak menggunakan tali dengan cara melakukan servis pendek berulang-ulang pada target sasaran didaerah lapangan bulutangkis dengan ketinggian net tetap.

b. Siswa melakukan latihan servis pendek dengan 42 repitisi x 3 set = 126 setiap 1 siswa, (10 siswa). c. Fun game’s

10 Menit

(50)

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan, pelepasan

10 Menit

Main ½ lapangan dengan game 11 ganti.

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi dan koreksi. b. Menutup kegiatan latihan dengan

pendinginan berupa pelemasan, pelepasan.

Gambar

Gambar 2.4 Teknik servis backhand pendek  ..................................................................
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi ..................................................
Gambar 2.1  Cara Memegang Raket
Gambar 2.2  Cara memegang raket backhand
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek melalui modifikasi alat pembelajaran berupa raket papan,

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Servis pendek BackHand Dalam Permainan Bulutangkis Melalui Penggunaan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4

Pengaruh Intervensi Metode Latihan Imajeri Motivasional Terhadap Penguasaan Keterampilan Teknik Dasar Lob Bertahan Dan Kepercayaan Diri Atlet Bulutangkis Pemula Usia 10-12 Tahun

Buku pedoman pelaksanaan pengembangan tes keterampilan servis pendek bulutangkis untuk atlet kelompok umur anak-anak (KU 11-12 tahun), pemula (KU 13-14 tahun), remaja (KU

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan raket mini terhadap hasil keterampilan servis pendek, lob dan smash bulutangkis

Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan servis atas bola voli salah satunya yaitu pendekatan drill dan bermain, hal ini dapat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) terdapat Pengaruh yang signifikan dalam penggunaan Metode pembelajaran Mandiri Berstruktur terhadap hasil belajar servis pendek

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar servis pendek dalam permainan bulutangkis peserta didik setelah diterapkannya model pembelajaran PBI lebih