ii ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN
BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
PINTOKO SUPRAYOGO
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek melalui modifikasi alat pembelajaran berupa raket papan, shuttlecock plastik berisi kertas dan mengurangi tinggi net, penambahan ruang di atas net dan mengurangi jarak garis servis dalam permainan bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan teknik pengumpulan data melalui tes pengamatan dan dokumentasi. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas 30 siswa dalam melakukan gerak dasar servis pendek permainan bulutangkis dengan modifikasi alat, sebanyak 3 siklus. Analisis data meliputi pengumpulan data, penyajian, dan penarikan kesimpulan sebagai jawaban masalah penelitian.
iii
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN
BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
PINTOKO SUPRAYOGO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
1. Prosentase rerata hasil belajar gerak dasar servis backhand
Pendek permainan bulutangkis siklus 1... ... 54 2. Prosentase rerata hasil belajar gerak dasar servis backhand pendek
permainan bulutangkis siklus 2 ... ... 55 3. Prosentase rerata hasil belajar gerak dasar servis backhand pendek
permainan bulutangkis siklus 3... ... 57 4. Perbandingan rerata hasil belajar siklus 1, 2, dan 3 gerak dasar
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR DIAGRAM ... xvii
DAFTAR LAMPITAN ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 8
1. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 8
2. Pentingnya Pendidikan Jasmani ... 9
xiii
C. Permainan Bulutangkis ... 12
1. Kemampuan Dasar Bulutangkis ... 13
2. Gerak Dasar Servis Backhand Pendek ... 22
3. Kunci Keberhasilan Servis Backhand Pendek ... 26
4. Peralatan Permainan Bulutangkis ... 26
5. Modifikasi ... 28
6. Arah dan Formasi Dalam Variasi Servis Backhand Pendek ... 34
D. Kerangka pikir ... 36
D. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand Pendek ... 41
1. Siklus 1 ... 41
1. Hasil Analisis pembelajaran keterampilan gerak dasar servis backhand pendek ... 51
2. Hasil rekapitulasi refleksi PTK pembelajaran keterampilan servis backhand pendek ... 58
xiv
3. Analisis efektivitas pembelajaran setiap siklusnya ... 64
B. Pembahasan ... 66
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ……… ... …. 71
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Langkah-langkah perhitungan hasil penelitian ... 74
2. Hasil Tes Awal Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek .. 77
3. Hasil Tes Siklus 1 Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek 78 4. Hasil Tes siklus 2 Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek 79 5. Hasil Tes siklus 3 Keterampilan Gerak Dasar Servis Backhand Pendek 80 6. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus 1... . 81
7. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 1 Ke Nilai Tes Siklus 2... 82
8. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 2 Ke Nilai Tes Siklus 3... 83
9. Format Lembar Penilaian... 84
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 86
11. Foto-foto... 93
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar
Servis Backhand Pendek Bulutangkis ... ... 52 2. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes
awal gerak dasar servis backhand ... ... 58 3. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes
akhir gerak dasarservis backhand siklus 1 ... ... 60 4. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes
akhir gerak dasar servis backhand siklus 2 ... ... 61 5. Rekapitulasi refleksi jumlah siswa yang mendapat nilai 1-3 pada tes
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Posisi sikap berdiri siap dasar dalam bulutangkis ... 17
2. Cara memegang raket backhand ... 23
3. Servis backhand ... 24
4. Lapangan bulutangkis ... 26
5. Raket bulutangkis ... 27
6. Shuttlecock ... 27
7. Net bulutangkis ... 28
8. Raket modifikasi ... 32
9. Shuttlecock modifikasi ... 33
10. Arah dan dormasi dalam variasi melakukan servis pendek adopsi Icuk Sugiarto ... 35
11. Arah dan dormasi dalam variasi melakukan servis pendek adopsi Tony Grice ... 36
vii
MOTTO
Hari Mu adalah Hari ini.
Anggaplah sekan-akan kita dilahirkan hari ini dan akan mati
hari ini juga.
Maka, Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari ini.
Persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari ini.
Dan Nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan
kebahagian.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirohim
Ku persembahkan karya kecilku ini kepada:
Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tidak pernah putus dan dukungan serta do’a dalam setiap sujudnya demi keberhasilanku. Banyak pelajaran hidup yang
telah diberikan, dalam menghadapi kerasnya kehidupan ini. Terimakasih atas semua cinta dan pengorbanan serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu yang telah kau berikan kepadaku.
Do’a dan restumu sangat berarti bagi keberhasilanku kelak, maka janganlah berhenti untuk mendukungku dalam kebaikan.
Adikku, alfi nur baiti dan muzakir nu akrabi, terima kasih atas do’a dan perhatianmu selama ini. Kalian penjadi pendorong bagiku untuk menjadi contoh yang baik bagimu.
Teman-temanku, Kost-kostan Omesh FC, tape, bagong, cecep, jarma, udin, ady, aank, lary, diah dan Penjas khususnya angkatan 2007 Rizky, Bela, Yopi, Ani, Rio, Sony, Lasti, selvy, Redie dan
semua yang tidak bisa ku sebut satu persatu terimakasih telah menjadi tempat keluh kesahku selama ini dan terimakasih atas dukungan yang telah diberikan sehingga membuat aku semakin
dewasa.
v
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Drs. Herman Tarigan, M.Pd ...
Sekretaris
: Drs. Usman Adam, M.Pd ...
Penguji
Bukan Pembimbing
: Drs. Surisman, M.Pd
...
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.
NIP. 196003151985031003vi
PERNYATAAN
Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Pintoko Suprayogo
Npm : 0713051047
Tempat tanggal lahir : Padang Ratu, 9 September 1989
Alamat : Karangsari, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand Pendek Melalui Modifikasi Alat Dalam Permainan Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII D Di SMP Negeri 1 Natar Tahun Ajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yag dilaksanakan pada tanggal 17 oktober 2011 sampai dengan 28 november 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak ataupu hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.
Bandar lampung, Agustus 2012 Penulis,
iv
Judul Skripsi : EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVIS BACKHAND PENDEK MELALUI MODIFIKASI ALAT DALAM PERMAINAN
BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP NEGERI 1 NATAR TAHUN AJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : PINTOKO SUPRAYOGO
Nomor Pokok Mahasiswa : 0713051047
Program Studi : Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan
Rekreasi
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1.
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Herman Tarigan, M.Pd
Drs. Usman Adam, M.Pd
NIP. 1960123 1988031018 NIP. 1952022919831004
2.
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangratu Kabupaten Lampung Tengah
Provinsi Lampung, pada tanggal 9 September 1989. Anak pertama
dari tiga bersaudara pasangan Bapak Maryana, M.Pd dan Neti
Sundari.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Taman Kana-kanak di TK
IKI PTPN VII Padang Ratu lulus pada tahun 1995, melanjutkan Sekolah Dasar di
SDN 1 Karang Sari Padang Ratu tamat tahun 2001, kemudian menempuh pendidikan
Menengah Pertama di SMPN 1 Kalirejo Lampung Tengah tamat pada tahun 2004
dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 1 Kalirejo
Lampung Tengah tamat tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan
x
SANWACANA
Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.
Skripsi dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand Pendek Melalui Modifikasi Alat Dalam Permainan Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII D Di SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak. Drs. Herman Tarigan, M.Pd. selaku Pembimbing pertama sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis
4. Bapak Drs. Usman Adam, M.Pd. selaku Pembimbing kedua yang juga telah
memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis 5. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd selaku Pembahas atau penguji utama.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.
7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah
memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.
8. Kepala SMP Negeri 1 Natar yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
xi
9. Bapak Kusyoto selaku guru Penjaskes di SMPN 1 Natar yang telah memberikan
bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VIII D SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, ayo selesaikan program S1 secepatnya. Semangat.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Agustus 2012
Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya adalah dengan mengadakan pembaharuan kurikulum pendidikan
nasional sesuai dengan perkembangan jaman. Dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum tersebut, sehingga
diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi pada
masing-masing mata pelajaran dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai.
Agar tercapai tujuan tersebut guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam
kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media maupun dalam strategi
dan pendekatan pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran meliputi
aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran, strategi pembelajaran
merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar (Agus Suyatna,
2009). Dengan strategi dan metode pembelajaran yang tepat, guru akan dapat
menciptakan suasana belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
Belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa bila siswa
mengalami apa yang dipelajarinya. Agar siswa dapat mengalami apa yang
2
Pada saat ini telah dikembangkan suatu pendekatan dimana guru dituntut
untuk dapat lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Salah
satunya yaitu melalui modifikasi alat pembelajaran, dengan memodifikasi alat
diharapkan siswa dapat mengurangi ketegangan dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Pendekatan melalui modifikasi alat bantu ini sangat cocok
diterapkan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Jasmani.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler,
perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan
nasional.
Menurut Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata
pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam
proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan
hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani,
mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang.
Dalam pendidikan jasmani terdapat banyak materi olahraga permainan yang
diajarkan. Salah satunya yaitu permainan bulutangkis. Permainan bulutangkis
identik dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak kompleks.
Dalam permainan bulutangkis terdapat pula teknik dasar di antaranya servis,
footwork, smash, pukulan lop, pukulan backhand dan lain sebagainya. Di
harus dikuasai untuk memulai atau menciptakan suatu permainan dan
mendapatkan poin atau nilai dalam permainan bulutangkis.
Gerak dasar servis juga terbagi dalam beberapa teknik yaitu servis pendek
backhand, servis flick, servis panjang forehand dan salah satu yang harus
dikuasai adalah servis pendek backhand karena saat ini baik dalam permainan
bulutangkis ganda atau tunggal banyak yang mempergunakan teknik dasar
servis backhand pendek. Servis banckhand ini merupakan gerak dasar yang
sedikit lebih sulit dibandingkan servis forehand panjang karena dalam
pelaksanaanya servis backhand ini membutuhkan gerakan yang tepat untuk
mengarahkan shuttlecock menyeberang tipis di atas net dan jatuh tipis masuk
dekat garis servis lawan. Oleh karena itu jenis servis backhand pendek ini
perlu untuk dikuasai dan dipelajari.
Dilihat dari hasil pengamatan pada saat mengajar sebagai guru PPL di SMP
Negeri 1 Natar, salah satu masalah yang dihadapi para siswa SMP Negeri 1
Natar Lampung Selatan dalam belajar pendidikan jasmani dan kesehatan
khususnya pada permainan bulutangkis adalah rendahnya hasil belajar servis
backhand pendek. Dari hasil tes awal yang dilakukan di kelas VIII SMP
Negeri 1 Natar, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kelas VIII D adalah
kelas yang memiliki hasil belajar bulutangkis paling rendah khususnya pada
materi belajar servis backhand pendek, karena hanya 8 siswa atau 26,67 %
yang dapat melakukan servis backhand pendek dengan benar dari 30 siswa.
Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kurangnya sarana
4
kegagalan pelaksanaan servis backhand pendek bulutangkis di SMP Negeri 1
Natar. Berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud mangadakan
penelitian tentang “Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Servis Backhand
Pendek Bulutangkis Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas VIII D di
SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani khususnya permainan bulutangkis yang dapat
diidentifikasikan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar servis backhand pendek bulutangkis pada
siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan tahun
pelajaran 2011/2012.
2. Masih banyak siswa SMP Negeri 1 Natar terutama pada kelas VIII D
dalam bermain bulutangkis permainan ganda tidak menggunakan
servis backhand pendek.
3. Masih kurangnya model pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan
jasmani pada materi bulutangkis khususnya pembelajaran servis
backhand pendek di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah efektifitas pembelajaran gerak
dasar servis backhand pendek bulutangkis melalui modifikasi alat pada siswa
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah
a. Apakah melalui modifikasi net yang direndahkan dan lapangan yang
diperkecil efektifitas pembelajaran keterampilan gerak dasar servis
backhand pendek bulutangkis di kelas VIII D SMP Negeri 1 Natar tahun
pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan?
b. Apakah melalui modifikasi raket yang terbuat dari papan dan shuttlecock
yang terbuat dari kertas yang terbungkus plastik dan busa yang berekor
bulu ayam efektifitas pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek
bulutangkis di kelas VIII D SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran
2011/2012 dapat ditingkatkan.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan gerak dasar servis backhand pendek setelah
diberikan modifikasi alat pada proses pembelajaran bulutangkis pada
siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengatasi kendala yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan
pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis yang
6
kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2011/2012.
3. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan modifikasi alat dalam
pembelajaran gerak dasar servis backhand pendek dalam permainan
bulutangkis pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri 1 Natar Lampung
Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian diatas dapat dicapai, maka hasil yang diharapkan dapat
bermanfaat:
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan gerak dasar servis bulutangkis.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap tingkat
pemahaman dan penguasaan keterampilan servis backhand pendek dalam
bermain bulutangkis.
3. Bagi Guru Pendidikan Jasmani
Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatakan pembelajaran
bermaian bulutangkis di sekolah dan untuk memperbaiki metode
pembelajaran pendidikan jasmani yang terdahulu yang belum
memanfaatkan modifikasi pembelajaran, khususnya di SMP Negeri 1
4. Bagi SMP Negeri 1 Natar
Memberikan masukan bagi pengembangan pembelajaran Pendidikan
Jasmani di sekolah khususnya tingkat Sekolah Menengah Pertama.
G. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Natar Lampung Selatan.
2. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII D di
SMP Negeri 1 Natar Lampung selatan tahun pelajaran 2011/2012 yang
berjumlah 30 siswa.
3. Pelaksanaan Penelitian
Lama waktu yang dilakukan dalam penelitian enam minggu dan terdapat
tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 minggu dan setiap
38
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Dalam memecahkan masalah sangatlah diperlukan suatu cara atau metode,
karena metode merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam
hal ini peneliti akan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Berkolaborasi Faktori.
Khusus untuk penelitian tindakan kelas pada saat ini mendapat prioritas di
kalangan pendidikan. Karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem
pembelajaran sehingga semua guru perlu mendalami dan berprilaku kritis
terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah untuk perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar
supaya tujuan belajar mengajar dapat dicapai. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai
persoalan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu PTK ini berfokus pada
tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan, diuji cobakan, dievaluasi,
sehingga tindakan-tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan pembelajaran yang dihadapi. Dengan bercirikan
1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja
2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah
dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik
3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral.
Gambar 12. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. Hopkins (1993) dalam Arikunto (1991 : 105)
Keterangan gambar di atas :
a. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
b. Tindakan
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
40
d. Refleksi
Adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan.
B. Rencana Penelitian
Pada penelitian ini merencanakan penelitian sampai tiga siklus dan setiap
siklus mempunyai kegiatan yang berbeda. Dalam pelaksanaaanya setiap siklus
proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya.
Untuk penelitian tindakan kelas (PTK) ada beberapa siklus penelitian dalam
pelaksanaanya.
C. Variabel Penelitian
Setiap penelitian mempunyai obyek yang dijadikan sasaran dalam penelitian
obyek tersebut sering disebut sebagai gejala, sedangkan gejala-gejala yang
menunjukkan variasi baik dari jenisnya maupun tingkatnya disebut variabel.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Adapun
variabel bebas dalam penelitian ini yaitu : penggunaan modifikasi alat.
b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah gerak dasar servis
D. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Service Backhand Pendek Bulutangkis
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran adalah 2x45 menit dan setiap
siklusnya dilakukan sebanyak tiga kali pembelajaran, jumlah petugas
observasi sebanyak 3 orang.
1. Siklus I
Melakukan gerak dasar servis backhand pendek bulutangkis dengan
memodifikasi raket, tinggi net, ukuran lapangan, dan memberikan ruang
servis di atas net.
Rencana :
a. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,
yaitu lapangan terbuka, net dari pita, raket papan 10 buah, sutle kok
modifikasi 10 buah, tali pita sepanjang net guna penambahan ruang
di atas net, serta kapur tulis untuk memodifikasi ukuran lapangan
bulutangkis.
b. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil
gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,
peraga, dan petugas observasi.
c. Menyiapkan deskriptor keterampilan gerak dasar servis backhand
pendek di antaranya sikap awal, tahap pelaksanaan, gerak lanjutan
berupa format penilaian untuk mengevaluasi dan mengobservasi
42
d. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjaskes
bermain bulutangkis.
1) Membariskan siswa menjadi empat ber-sab
2) Berdoa
3) Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa
memiliki bentuk motivasi untuk mengikuti pembelajaran.
4) Pemanasan secara umum.
Tindakan :
Waktu yang digunakan adalah 60 menit
a. Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang
digunakan pada siklus pertama.
b. Pada siklus pertama mengenalkan model pembelajaran
menggunakan modifikasi. Setiap lapangan digunakan oleh 10
siswa dan lapangan dibagi menjadi dua sisi, sehingga setiap sisi
lapangan digunakan oleh lima siswa berhadapan dengan siswa di
sisi lainnya, memodifikasi raket menjadi raket yang terbuat dari
kayu/papan, shuttlecock modifikasi terbuat dari plastik yang
berbentuk menyerupai shuttlecock sebenarnya, memodifikasi dan
mengurangi tinggi net menjadi 130 cm dari ukuran yang
sebenarnya 155 cm, mengurangi ukuran garis servis menjadi 175
dari ukuran yang sebenarnya 198 cm, serta menambahkan ruang di
c. Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan
menggunakan modifikasi alat.
d. Setelah memperhatikan gerakan servis backhand pendek dengan
menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar servis
backhand pendek yang sama menggunakan modifikasi alat secara
bergantian dengan menggunakan dua sisi lapangan yang berbeda.
Setiap sisi lapangan digunakan lima siswa, siswa melakukan
gerakan servis backhand pendek ke arah sisi lapangan di depannya
secara berulang-ulang hingga batas waktu yang ditentukan.
e. Jika waktu yang digunakan adalah 60 menit, satu sisi lapangan
digunakan oleh 15 siswa dengan menggunakan 5 raket dan 5
shuttlecock secara bergantian, maka masing-masing siswa
memiliki waktu kurang lebih 20 menit untuk melakukan
pengulangan servis. Setiap servis satu anak akan membutuhkan
waktu kurang lebih 30 detik, maka setiap anak akan melakukan
pengulangan sebanyak 40 kali. Siswa yang telah melakukan servis
pindah ke baris belakang.
Observasi :
Waktu yang digunakan adalah 20 menit
Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase keberhasilan
44
Refleksi :
a. Hasil observasi disimpulkan
b. Merencanakan tindakan untuk siklus ke II
2. Siklus II
Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan dari
siklus I
Rencana :
Waktu yang digunakan adalah 10 menit
a. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,
yaitu lapangan terbuka, net dari pita, raket papan 10 buah,
suttlecock modifikasi 10 buah, tali pita sepanjang net guna
penambahan ruang di atas net, serta kapur tulis untuk memodifikasi
ukuran lapangan bulutangkis.
b. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil
gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,
peraga, dan petugas observasi.
c. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjaskes
bermain bulutangkis.
1) Membariskan siswa menjadi empat ber-sab
3) Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa
memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.
4) Pemanasan secara umum.
Tindakan :
Waktu yang digunakan adalah 60 menit
a. Memberikan penjelasan, tentang model pembelajaran yang
digunakan pada siklus kedua.
b. Penambahan kesulitan yaitu menambah tinggi net menjadi 140 cm
dari ukuran siklus I yaitu 130 cm, menambah ukuran garis servis
dari ukuarn garis servis siklus I yaitu 185 dari ukuran yang
sebenarnya 175 cm, serta menambahkan ruang di atas net dengan
pembatas tali pita setinggi 40 cm.
c. Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan
menggunakan modifikasi alat.
d. Pembelajaran menggunakan dua sisi lapangan bulutangkis, setiap
sisi lapangan ditempati lima siswa secara berhadapan dengan lima
siswa di sisi lapangan yang satunya. Dan siswa melakukan gerakan
servis backhand secara bersamaan ke arah sisi lapangan di
depannya begitupun seterusya hingga waktu yang ditentukan lalu
bergantian dengan 10 siswa berikutnya yang menempati ke dua sisi
46
Observasi :
Waktu yang digunakan adalah 20 menit
Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase keberhasilan
sehingga dapat disimpulkan hasil siklus II.
Refleksi :
a. Hasil observasi disimpulkan
b. Merencanakan tindakan untuk siklus ke III
3. Siklus III
Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan
mendekati ukuran lapangan dan tinggi net yang sebenarnya.
Rencana :
Waktu yang digunakan adalah 10 menit
a. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,
yaitu lapangan terbuka, net dari pita, raket papan 10 buah, sutle
kok modifikasi 10 buah, tali pita sepanjang net guna penambahan
ruang di atas net, serta kapur tulis untuk memodifikasi ukuran
lapangan bulutangkis.
b. Menambah tinggi net menjadi 150 cm dari ukuran yang digunakan
pada siklus II yaitu 140 cm, menambah ukuran garis servis menjadi
menambahkan ruang di atas net dengan pembatas tali pita setinggi
30 cm.
c. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil
gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,
peraga, dan petugas observasi.
d. Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran Penjaskes
bermain bulutangkis.
1) Membariskan siswa menjadi empat ber-sab
2) Berdoa
3) Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa
memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.
4) Pemanasan secara umum.
Tindakan :
Waktu yang digunakan adalah 60 menit
a. Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang
digunakan pada siklus ketiga.
b. Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan
menggunakan modifikasi alat.
c. Setelah memperhatikan gerakan servis backhand pendek dengan
menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar servis
backhand pendek yang sama dengan cara pada siklus I dan II yaitu
menggunakan modifikasi alat secara bergantian dengan
48
d. Pada siklus ke tiga, tinggi net dan jarak garis servis telah
mendekati ukuran yang sebenarnya. Saat pelaksanaan
pembelajaran masih menggunakan kedua sisi lapangan seperti
halnya servis bulutangkis. Dan setiap sisi lapangan ditempati lima
siswa dan berhadapan dengan lima siswa di sisi lapangan yang
lain. Siswa melakukan gerakan servis secara bersamaan hingga
waktu yang ditentukan.
Observasi :
Waktu yang digunakan adalah 20 menit
Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase keberhasilan
sehingga dapat disimpulkan hasil siklus III.
Refleksi :
Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar servis backhand
pendek dihitung berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006:112) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Keberhasilan suatu
penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang
tersebut. Instrument dalam penelitian ini adalah tes untuk mengetahui
kemampuan subjek dalam variabel yang hendak diukur yaitu menggunakan
format lembar penilaian keterampilan gerak dasar servis backhand pendek
bulutangkis. Berikut contoh instrument yang digunakan dalam penelitian ini
terdapat pada lampiran 9 halaman 93.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dari tindakan setiap siklus, selanjutnya data dianalisis
melalui tabulasi, persentase dan normative. Untuk melihat kwalitas hasil
tindakan setiap siklus digunakan rumus sebagai berikut :
P =
100 %
Subagio (1991:107) dalam Surisman (1997)
Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan
f : Jumlah yang melakukan benar
n : Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sedangkan untuk melihat tingkat efektivitas tindakan yang dilakukan
dapat menggunakan rumus :
100%
50
Keterangan :
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan
X n : Rerata nilai akhir siklus ketiga
X i : Rerata temuan awal
G. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan dari tindakan ini akan dapat dilihat dari hasil tes keterampilan
keseluruhan siswa, bila peningkatan keberhasilan nilai tes siswa pada siklus III
mencapai 50 % dari nilai tes awal maka efektivitas pembelajaran melalui
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
1. Hakekat Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk
jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk
jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir
dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan
pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa
tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan
pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani
yang berupa gerak jasmani atau olahraga.
Aktivitas jasmani harus dikelola secara sistematis, dipilih sesuai
karakteristik peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
9
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup
sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar
diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan
afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa
untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara
melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif.
2. Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk
bergerak. Kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak bisa dipenuhi
karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak
menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Pendidikanpun lebih
mengutamakan prestasi akademis. Faktor kehidupan di rumah dan
lingkungan luar sekolah ikut memberikan pengaruh pada anak. Kebiasaan
yang buruk seperti anak kurang bergerak karena asyik menonton TV atau
video game membuat kebugaran anak semakin menurun. Sejalan dengan
itu semakin diperparah oleh pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk
sehingga beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif).
Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, Pendidikan Jasmani
menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba
kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui
Pendidikan Jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk
agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak,
menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang
perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental,
emosi, sosial, dan moral.
B. Pengertian Pembelajaran
Menurut Hamalik (1995) belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi
lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Sedangkan
pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Dari pendapat di atas belajar adalah suatu tingkah laku dalam diri seseorang
berkat pengalaman dan latihan secara sadar, sehingga menimbulkan
kecakapan baru dalam diri seseorang untuk menuju kearah perbaikan.
Sedangkan tingkat kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dapat
dilihat dari hasil belajarnya. Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar
menurut Hamalik (1995) adalah (1) Motivasi siswa (2) Bahan ajar (3) Alat
bantu belajar (4) Suasana belajar (5) Kondisi subjek belajar.
Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan
pengetahuan yang kita miliki. Dalam hal ini terjadi penyesuaian dari
11
lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan
yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita
sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses
perubahan manusia. Proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah
khusus dengan beberapa perubahan yang ditimbulkan hingga tercapai tujuan
tertentu. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan
sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan
tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari
pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar
adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi
melalui tahapan-tahapan tertentu.
Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban
manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga
memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat
manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu maju karena belajar.
Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan
untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar di samping
membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada
penting yaitu dengan belajar seseorang dapat mempertahankan dirinya untuk
tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik yang datang dari
dalam dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.
Sedangkan pengertian mengajar menurut Hamalik (2003) adalah kegiatan
membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila
terjadi kegiatan belajar siswa. Menurut Husdarta dan Saputra (2002)
mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha
agar siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka
guru terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada
siswa.
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian
seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “
penambahan pengetahuan “.
C. Permainan Bulutangkis
Permianan ini berasal dari india yang terkenal dengan nama Poona, namun
permainan ini tidak berkembang di India dan para perwira perang Inggris
membawa bulutangkis ini ke Inggris dan untuk pertama kalinya dimainkan
13
tahun 1934 didirikan IBF (Internasional Badminton Federation). Ketika itu
yang menjadi anggota hanya beberapa negara yakni inggris, denmark,
perancis, irlandia, netherland, selandia baru, dan wales. Sedangkan ketua IBF
yang terpilih adalah Sir George Thomas dari Inggris.
Tahun 1949 diadakan pertandingan beregu putera untuk memperebutkan piala
dari Sir George Thomas yang kemudian terkenal dengan nama Thomas Cup.
Dan pada tahun 1957 diadakan pertandingan beregu putri untuk
memperebutkan piala yang diberikan dari Ny. Betty Uber yang terkenal
dengan nama Uber Cup. Thomas cup dan Uber cup dilaksanakan 3 tahun
sekali. Di Indonesia permainan bulu tangkis ini baru dibentuk pada tangal 5
Mei 1951 dengan terbentuknya PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia). dan pada tahun 1968 Indonesia untuk pertama kalinya menjadi
juara dunia tunggal putra melalui Rudi Hartono.
Permianan bulutangkis merupakan permainan yang menggunakan sebuah
raket dan shuttlecocks yang dipukul melewati net. Permainan bulu tangkis
dapat dimainkan oleh putra dan putri, dengan bentuk permainan: tunggal
putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Setiap partai terdiri dari 3 set tetapi bila pemain menang dua set langsung,
maka set yang ketiga tidak dilanjutkan.
1. Kemampuan Dasar Bulutangkis
Dalam memainkan permainan bulutangkis pemain bulutangkis diharuskan
dapat menunjang kemampuan bermain bulutangkis. Berikut beberapa
kemampuan dasar dalam permainan bulutangkis.
a. Cara Memegang Raket (Grip)
Bulutangkis dikenal sebagai permainan yang banyak menggunakan
pergelangan tangan. Karena itu, benar tidaknya cara memegang raket
akan sangat menentukan kualitas pukulan seseorang. Salah satu gerak
dasar bulutangkis yang sangat penting dikuasai secara benar adalah
pegangan raket. Menguasai cara pegangan raket yang betul,
merupakan modal penting untuk dapat bermain bulutangkis dengan
baik pula. Oleh karena itu, apabila cara pegangan raket salah dari sejak
awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket
yang benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan
semua jenis pukulan dalam permainan bulutangkis. Cara pegangan
raket yang benar adalah raket harus dipegang dengan menggunakan
jari-jari tangan (ruas jari tangan) dengan luwes, rileks, namun harus
tetap bertenaga pada saat memukul shutlecock. Hindari memegang
raket dengan cara menggunakan telapak tangan (seperti memegang
15
b. Jenis Pegangan Raket
Pada dasarnya, dikenal beberapa cara pegangan raket. Menurut Marta
Dinata (2006:2) hanya dua bentuk pegangan yang sering digunakan dalam
praktek, yaitu cara memegang raket forehand dan backhand. Semua jenis
pukulan dalam bulutangkis dilakukan dengan kedua jenis pegangan ini.
Dua macam cara memegang raket di atas, pada kenyataannya digunakan
secara bergantian sesuai situasi dan kondisi permainan. Untuk tahap awal
para pemula biasanya diajarkan cara memegang forehand terlebih dahulu,
kemudian baru backhand. Pegangan raket yang benar, dan memanfaatkan
tenaga pergelangan tangan pada saat memukul shuttlecock, dapat
meningkatkan mutu pukulan dan mempercepat laju jalannya shutlecock.
1. Pegangan Raket Forehand
a) Pegang raket dengan tangan kiri, kepala raket menyamping.
Pegang raket dengan cara seperti "jabat tangan". Bentuk "V"
tangan diletakkan pada bagian gagang raket.
b) Tiga jari, yaitu jari tengan, manis dan kelingking menggenggam
raket, sedangkan jari telunjuk agak terpisah.
c) Letakkan ibu jari diantara tiga jari dan telunjuk.
2. Pegangan Raket Backhand
Untuk backhand grip, geser "V" tangan ke arah dalam. Letaknya di
samping dalam. Bantalan jempol berada pada pegangan raket yang
c. Sikap Berdiri dan Gerakan Kaki
1) Sikap Berdiri
Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa, sehingga
dengan sikap yang baik dan sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke
segala penjuru lapangan permainan.
Adapun gambaran posisi sikap dasar siap dapat diperjelas sebagai berikut :
a) Kedua kaki dibuka dengan jarak yang tidak terlalu lebar dan juga
tidak terlalu rapat, cukup apabila kedua kaki telah dirasakan mampu
menopang tubuh secara kokoh dan mampu bergerak kesegala arah.
Berdasarkan mekanika gerak bahwa gerak yang paling cepat didapat
dari posisi dimana seluruh telapak kaki berinjak diatas lantai denga
lutut agak dibengkokkan.
b) Badan sedikit agak dibungkukkan, juga pada pinggang dan lutut
sambil kedua mata terarah pada shuttlecock, sikap ini diusahakan
sedemikian rupa sehingga menimbulkan sikap siap menerkam
kemanapun shuttlecock berada.
c) Posisi raket hendaknya tepat di depan dada dalam keadaan ke atas
atau sedikit miring ke kiri. Menjulurkan raket ke bawah dalam posisi
ini hanya akan memperlambat reaksi gerakan.
d) Pandangan kedua mata selalu tertuju ke arah shuttlecock yang berada
17
e) Gambar berikut akan memperjelas posisi dan sikap dasar siap yang
telah diuraikan di atas.
Gambar 1.
Posisi Sikap Berdiri Siap Dasar dalam Bulutangkis Adopsi Tisnowati Tamat dan Moekarto Morwan(2003 : 7.154)
2) Gerakan Kaki (Footwork)
Sikap dan langkah kaki yang benar dalam permainan bulutangkis, sangat
penting dikuasai secara benar oleh setiap pemain. Ini sebagai syarat untuk
meningkatkan kualitas ketrampilan memukul shutlecock.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
a) Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang tepat di atas
b) Lakukan gerak Iangkah ke depan, ke belakang, ke samping kanan
dan kiri pada saat memukul shutlecock, sambil tetap
memperhatikan keseimbangan tubuh.
c) Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya
untuk memukul shutlecock.
d) Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat
menunggu datangnya shutlecock, atau pada saat bergerak untuk
memukul shutlecock.
d. Jenis-Jenis Pukulan
1) Servis
Menurut James Pole (2007:21) pukulan servis merupakan pukulan pertama
yang mengawali suatu permainan bulutangkis. Pukulan ini boleh
dilakukan baik dengan forehand maupun dengan backhand. Pukulan servis
dengan forehand banyak digunakan dalam permainan tunggal, sedangkan
pukulan servis backhand umumnya digunakan dalam permainan ganda.
Meskipun demikian, mengingat semakin berkembangnya permainan
menyerang dengan smash-smash tajam yang bahkan dapat dilakukan
dengan sempurna dari daerah belakang oleh beberapa pemain handal, saat
ini banyak pula pemain tunggal yang melancarkan pukulan servis dengan
backhand yang rendah dan pendek.
Menurut peraturan, ketika pukulan servis dilakukan, shuttlecock tidak
19
itu, bidang kepala raket juga tidak boleh lebih tinggi dari tangan yang
memegang raket.
2) Pengembalian Servis
Cara pengembalian servis, sangat penting dikuasai dengan benar oleh
setiap pemain bulutangkis. Arahkan shuttlecock ke daerah sisi kanan dan
kiri lapangan lawan atau ke sudut depan atau belakang lapangan lawan.
Prinsipnya, dengan penempatan shuttlecock yang tepat, lawan akan
bergerak untuk memukul shuttlecock itu, sehingga ia terpaksa
meninggalkan posisi strategisnya di titik tengah lapangannya.
3) Underhand (pukulan dari bawah)
Umumnya, cara berdiri pada semua pukulan underhand (dengan
pengecualian pada pengembalian pukulan smash) ialah dengan kaki kanan
di depan. Hal ini memungkinkan untuk dapat menjangkau lebih jauh
apabila diperlukan. Selain itu, cara berdiri seperti itu juga memberikan
fleksibilitas yang tinggi dalam membuat pukulan menyeberangi lapangan
(secara diagonal). Bidang raket harus sejajar lantai dengan pergelangan
tangan teracung, dan shuttlecock dipukul setelah ia mencapai ketinggian
sama dengan jaring atau net (James Pole, 2007:42).
4) Overhead clear/lob
Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan overhead lob ini,
dan dropshort. Pukulan overhead lob adalah shuttlecock yang dipukul dari
atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan
keatas pada bagian belakang lapangan.
5) Smash
Yaitu pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah dan dilakukan
dengan tenaga penuh. Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang.
Karena itu tujuan utamanya untuk mematikan lawan. Pukulan smash
adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam permainan
bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah keras, laju jalannya
shuttlecock cepat menuju lantai lapangan, sehingga pukulan ini
membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas
pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.
6) Dropshot
Adalah pukulan yang dilakukan seperti smash. Perbedaannya pada posisi
raket saat perkenaan dengan shuttlecock. Bola dipukul dengan dorongan
dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan potong) yang baik adalah
apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda.
Karakteristik pukulan potong ini adalah shuttlecock sentiasa jatuh dekat
jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu harus mampu melakukan
pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari
21
cepat, posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis
pada saat memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini.
Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda dengan pukulan
smes. Dalam pelaksanaan pukulan potong ini adalah menempatkan
shuttlecock pada sudut-sudut lapangan lawan sedekat mungkin dengan net,
dengan variasi gerak tipu badan dan raket sebelum perkenaan raket dan
shuttlecock, yang menyebabkan lawan terlambat mengatisipasi dan
bereaksi atas datangnya shuttlecock secara mendadak.
7) Netting
Adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat mungkin ke
net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang
baik yaitu apabila bolanya dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali
dengan net.
8) Drive
Pukulan drive merupakan pukulan menyamping yang keras dan datar,
yang dianggap sebagai pukulan menyerang. Pukulan drive dapat
dimainkan baik pada posisi backhand ataupun forehand dan lebih sering
dipakai dalam permainan ganda daripada permainan tunggal. Titik
persentuhan raket dengan shuttlecock umumnya berada pada ketinggian
antara bahu dan pinggang, tetapi selalu dilakukan pada posisi shuttlecock
setinggi mungkin. Bila dilakukan dengan tepat, maka arah layang
Shuttlecock dipukul dari arah sisi tubuh pemain dengan arah layang raket
datar. Tangan terentang lurus dan bidang raket mengarah ke jaring.
Gunakan cara pukulan forehand untuk pukulan forehand drive dan cara
pegangan backhand untuk pukulan backhand drive (James Pole, 2007:55).
2. Gerak Dasar Servis Backhand Pendek
Menurut Sutono (2008:23) persiapan untuk melakukan servis pendek sama
dengan servis panjang. Salah satunya pengecualian adalah seorang pemain
harus berdiri lebih dekat ke garis servis pendek, kira-kira dalam jarak 6
inci (15 cm atau kurang). Tangan yang memegang raket harus berada
dalam posisi backhand, dengan tangan dan pergelangan tangan yang
menekuk. Saat pemain melepaskan shuttlecock, pindahkan berat badan
dari kaki belakang ke kaki depan dan tarik tangan ke bawah untuk
melakukan kontak dengan shuttleock di bawah ketinggian pinggang.
Namun, saat tangan yang memegang raket maju ke arah depan, gerakan
pergelangan tangan hanya sedikit atau bahkan tidak bergerak sama sekali
karena shuttlecock didorong melewati net bukannya dipukul, gerakan
akhirnya pendek dengan raket mengarah ke atas dan lurus dengan servis.
Jenis servis ini pada umumnya, arah dan jatuhnya shuttlecock sedekat
mungkin dengan garis serang pemain lawan. Dan shuttlecock sedapat
mungkin melayang retatif dekat di atas jaring (net). Oleh karena itu, jenis
servis ini kerap digunakan oleh pemain ganda. Selain jenis servis, saat
melakukan servis harus memperhatikan cara pegangan raket karena
23
kualitas pukulan-pukulan dalam permainan bulutangkis termasuk pukulan
servis.
Gambar 2.
Cara Memegang Raket Backhand
Adopsi Marta Dinata dan Tarigan Herman (2005:2)
a. Pegang raket dengan tangan kiri, kepala raket menyamping. Pegang
grip raket dengan tangan kanan dengan cara seperti "jabat tangan".
Bentuk "V" tangan diletakkan pada bagian gagang raket agak ke
dalam.
b. Tiga jari, yaitu jari tengan, manis dan kelingking menggenggam raket,
sedangkan jari telunjuk agak terpisah.
c. Letakkan ibu jari pada pegangan raket yang lebar.
Pembelajaran servis backhand diawali dengan pegangan raket karena
pegangan raket juga mempengaruhi kualitas pukulan pada saat bermain
Gambar. 3 Servis Backhand
Adopsi Marta Dinata dan Tarigan Herman (2005:10)
a. Sikap berdiri adalah kaki kanan di depan kaki kiri, dengan ujung kaki
kanan mengarah ke sasaran yang diinginkan. Kedua kaki terbuka
selebar pinggul, lutut dibengkokkan, sehingga dengan sikap seperti ini,
titik berat badan berada di antara kedua kaki. Jangan lupa, sikap badan
tetap rileks dan penuh konsentrasi.
b. Ayunan raket relatif pendek, sehingga shuttlecock hanya didorong
dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki depan,
dengan irama gerak kontinu dan harmonis. Hindari menggunakan
tenaga pergelangan tangan yang berlebihan, karena akan
mempengaruhi arah dan akurasi pukulan
c. Sebelum melakukan servis, perhatikan posisi dan sikap berdiri lawan,
sehingga dapat mengarahkan shuttlecock ke sasaran yang tepat dan
25
d. Biasakan berlatih dengan jumlah shuttlecock yang banyak dan
berulang-ulang tanpa mengenal rasa bosan, sampai dapat menguasai
gerakan dan ketrampilan servis ini dengan utuh dan baik/sempurna.
Selain itu, perlu diperhatikan adanya peraturan dalam melakukan servis
bulutangkis. Berikut aturan bagaimana melakukan servis yang salah dan
benar.
1). Servis yang Salah :
a) Pada saat memukul shuttlecock, kepala (daun) raket lebih tinggi
atau sejajar dengan grip raket.
b) Titik perkenaan shuttlecock, kepala (daun) raket lebih tinggi dari
pinggang.
c) Posisi kaki menginjak garis tengah atau depan.
d) Kaki kiri melakukan langkah.
e) Kaki kanan melangkah sebelum shuttlecock dipukul.
f) Rangkaian mengayun raket dan memukul shuttlecock tidak boleh
terputus.
2). Servis yang Benar :
a) Pada saat memukul shuttlecock, tigngi kepala (daun) raket harus
berada di bawah pegangan raket.
b) Perkanaan shuttlecock harus berada di bawah pinggang.
c) Kaki kiri statis.
e) Rangkaian mengayun raket, harus dalam satu rangkaian.
3. Kunci Keberhasilan Servis Pendek Backhand
Fese persiapan Fase pelaksanaan Fase follow-through
a. Grip handshake atau pastol
b. Pasisi berdiri lurus c. Bola dipegang
1. Pindahkan berat badan pada bagian depan telapak kaki atau pada ujung jari-jari kaki 2. Gunakan sedikit
gerakan pergelangan tangan atau tidak sama sekali
3. Lakukan kontak pada ketinggian paha 4. Shuttlecock didorong 5. Shuttlecock bergerak
rendah di atas net
1. Akhiri gerakan 2. Silangkan raket
diatas bagian depan kedua tangan di atas
Adopsi Tony Grace(2007:28)
4. Peralatan Permainan Bulutangkis
a) Lapangan
27
Lapangan bulutangkis memiliki panjang 13,41m, dan lebar 6,10m. Untuk
permainan bulutangkis single atau permainan tunggang lapangan yang
dipakai hanya bagian yang memiliki lebar 5,18m dan panjang 13,41m
seperti tampak pada gambar diatas.
b) Raket
Gambar 5. Raket Bulutangkis Adopsi Sutono (2008 : 12)
Dalam peraturan permainan bulutangkis memang tidak disebutkan adanya
persyaratan khusus tentang panjang dan berat raket. Akan tetapi umumnya
panjang raket 66,04 cm, sedangkan berat raket antara 106,31 sampai
dengan 155,92 gram.
c) Shutlecock
Bola atau shuttlecock umumnya terbuat dari bulu angsa, shuttlecock
mempunyai berat antara 4,73 sampai dengan 5,50 gram, dan mempunyai
14 sampai dengan 16 buah bulu yang ditancapkan ke dalam gabus yang
bergaris tengan 25 sampai dengan 28 mm.
d) Net
Gambar 7. Net Bulutangkis
Jarring atau net terbuat dari tali halus atau serat buatan yang berwarna
gelap, besar lobang jaring dengan jarak 15 sampai 20 mm, jarring harus
direntangkan dengan kokoh antara tiang satu dengan tiang lainya yang
berada membelah ditengah lapangan. Lebar net adalah 75 cm, dan
memiliki tinggi 155 cm. Jaring harus diberi pinggiran kain atau pita
selebar 75 mm.
5. Modifikasi
a) Pengertian modifikasi
Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah”pengubahan”dan
berasal dari kata “ubah” yang berarti “lain atau beda” mengubah dapat
diartikan dengan “menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari
29
mengubah dapat juga diartikan pembaruan, tidak mengherankan bahwa
pada mulanya dalam pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan
karena mengajar itu penting melainkan mengajar itu bermaksud
menimbulkan efek belajar pada siswa yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh para guru
agar pembelajaran mencerminkan Development Appropriativ Practice
(DAP) artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan
kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut.
Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa yang sedang berkembang.
Midifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran
dengan cara mengikut sertakan dalam bentuk aktifitas belajar yang
potensial dapat memperlancar siswa dalam belajar. Cara ini dimaksudkan
untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa dari yang
tadinya tidak biasa menjadi biasa, dari tingkat yang tadinya rendah
menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi.
Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:1) “modifikasi adalah
menganalisa sekaligus mengembangkan meteri pelajaran dalam bentuk
aktivitas belajar yang potensial dalam memperlancar siswa dalam
belajarnya”. Sedangkan Soepraptono (2000:38) menyatakan bahwa “
kondisi kelas yang menekankan kepada kegembiraan dan pengayaan
pembendaharaan gerak agar sukses dalam mengembangkan keterampilan”.
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan
pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran itu dapat
diklasifikasikan berupa perlatan. Guru dapat mengurangi atau menambah
tingkat kompleksitas atau kesulitan dengan cara memodifikasi peralatan
yang digunakan misalnya berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-
rendahnya, panjang- pendeknya peralatan yang digunakan. Modifikasi
diartikan perubahan dari lama menjadi baru. Perubahan ini dapat berupa
bentuk, isi, fungsi, cara penggunaan, dan manfaat tanpa sepenuhnya
menghilangkan kreatifitas aslinya.
Dalam pendidikan jasmani dan kesehatan pembelajaran sama sekali tidak
sepenuhnya merupakan isi kurikulum yang telah ditetapkan, justru dengan
,menerapkan modifikasi alat proses pembelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan dapat diterapkan secara efektif, dan dapat menimbulkan suasana
senang dan gembira selama siswa melakukan proses pembelajaran
pendidikan jasmani.
Ada beberapa nilai dari tujuan modifikasi dan bermain :
1) Dapat memudahkan untuk mempelajari suatu keterampilan tertentu
2) Membantu kecakapan bermain
3) Mengurangi ketegangan sehingga siswa merasa senang dan
31
4) Menjamin memasukan aspek yang dipraktikkan dalam bagian awal
pengajaran
5) Mendorong lebih banyak melakukan aktivitas
6) Memberikan lebih banyak kesempatan untuk berhasil dalam
prilaku tertentu
7) Meberikan suasana bermain yang baik
8) Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan untuk
memecahkan masalah dalam bermain dan menggunakan alat (Rusli
Lutan, (2000:16)
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan dengan dimodifikasinya alat
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah bila efektivitas dapat
berjalan dengan baik maka hasil yang diharapkan juga akan lebih baik.
b) Modifikasi Alat Pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dapat diketahui dengan materi yang dipelajari.
Modifikasi materi menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman
(2000:4-6) dapat diklasifikasikan ke dalam klasifikasi, yaitu :
1) Komponen Keterampilan (skill)
Materi pembelajaran dalam kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan dipelajari oleh siswa tersebut dengancara mengurangi atau menambah tingkat komplektifitas dan kesulitannya. Misalnya dengan cara menganalisa dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen, kemudian melatih per komponen sebelum melakukan latihan keseluruhan. 2) Klasifikasi Materi
Guru dapat memodifikasi materi pembelajaran dengan cara
3) Jumlah Skill
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengkombinasikan gerakan atau keterampilan. Cara ini lebih nampak dalam situasi permainan, misalnya dalam permainan bola basket, siswa hanya diperbolehkan lari, lompat, drible, shooting.
4) Perluasan jumlah perbedaan respon
Cara seperti itu dimaksudkan untuk mendorong terjadinya transfer on learning. Perluasan aktivitas belajarnya berkisar di antara aktivitas yang bertujuan untuk membantu siswa mendefinisikan konsep sampai pada macam-macam aktivitas yang memiliki konsep dasar yang sama. 5) Modifikasi lingkungan pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dapai dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya. Menurut Yoyo dan Anang Suherman ( 2000 : 7-8 ) modifikasi, yaitu :
a) Peralatan
Guru dapat mmemberikan alternative alat yang di pergunakan untuk dapat meningkatkan keterampilaan siswa, dengan cara pemberian mulai dari alat yang sederhana sampai dengan penggunaan alat yang sebenarnya.
b) Metode
Guru dapat memberikan metode alternative yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa, dengan penyesuaian kondisi buku yang seharusnya kepada kondisi yang dapat memungkinkan siswa melaksanakkannya dengan baik.
Dalam penelitian ini modifikasi alat yang digunakan antara lain :
a. Raket : Raket terbuat dari papan kayu yang memiliki bentuk dan
ukuran menyerupai raket sebenarnya, namun berat raket modifikasi ini
lebih berat dibandingkan raket sebenarnya.
33
b. Net : Net terbuat dari tali pita dan diberi kertas pada tali
sehingga nampak batas tinggi net yang dimodifikasi.
c. Shuttlecock : Shuttlecock terbuat dari plastik yang berbentuk seperti
menyerupai shuttlecock sebenarnya. Nampak seperti dalam gambar.
Gambar 9. Shuttlecock modifikasi
d. Lapangan : Dalam penelitian ini ukuran lapangan juga dimodifikasi
yaitu ukuran garis servis bulutangkis yang lebih pendek dari ukuran
sebenarnya yaitu 1,98 m, dalam setiap siklus ukuran garis servis
berbeda-beda.
c) Tujuan Modifikasi
Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman ( 2000 ) “ Modifikasi
pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan yang paling rendah sampai
dengan tujuan yang paling tinggi”. Modifikasi tujuan materi ini dapat
dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen,
1) Tujuan Perluasan
Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa
memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas. Misalnya : siswa
mengetahui dan dapat memberikan contoh servis dalam bulutangkis.
Dalam contoh, ini tujuan lebih banyak menekankan agar siswa
mengetahui esensi servis bulutangkis melalui peragaan. Dalam kasus
ini, peragaan tidak terlalu mempermasalahkan apakah servis itu sudah
dilakukan secara efektif, efisien atau belum.
2) Tujuan penghalusan
Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada pengetahuan dan kemampuan melakukan efisiensi
gerak atau keterampilan yang dipelajarinya.
3) Tujuan penerapan
Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
efektifitas gerak atau keterampilan yang dipelajarinya.
6. Arah dan formasi dalam variasi melakukan servis pendek
Terdapat dua pendapat tentang arah dan formasi dalam melakukan servis
35
Pelaksanaan servis backhand pendek menurut Icuk Sugiarto (2004) :
a. Berdirilah kira-kira 10 cm dari garis servis pendek.
b. Letak kaki kanan di depan sedangkan titik berat badan ditempatkan
pada kaki kanan tersebut.
c. Shuttlecock dipegang dengan tangan kiri (tidak kidal) sejajar dengan
pusar.
d. Kepala raket ditempatkan di bawah tangan kiri di belakang bola.
e. Pandangan diarahkan pada shuttlecock, daerah sasaran dan melirik
posisi lawan.
f. Lakukan pukulan dengan penuh keyakinan.
Gambar 10.
Adopsi Icuk Sugiarto (2004:34)
Pedoman keberhasilan melakukan servis backhand pendek menurut Tony
Grace (2007) :
a. Kaki direnggangkan sejajar.