PERMAINAN BULUTANGKIS
(PTK Pada Siswa Kelas V SDN 2 Gegesik Kulon Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon)
Oleh :
MISTA
0905387
PROGRAM S1 PGSD PENDIDIKAN JASMANI
KAMPUS SUMEDANG
LEMBAR PENGESAHAN
MENINGKATKAN GERAK DASAR LOB SERVICE FOREHAND
MELALUI MODIFIKASI ALAT PEMUKUL PADA
PERMAINAN BULUTANGKIS
Oleh
MISTA 0905387
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Drs. Respaty Mulyanto, M.Pd. NIP. 19590520 198803 1 002
Pembimbing II
Indra Safari, M.Pd. NIP. 19770902 200801 1 016
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penjas Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Sumedang
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Meningkatkan
Gerak Dasar Lob Service Forehand Melalui Modifikasi Alat Pemukul Pada
Permainan Bulutangkis” kelas V SDN 2 Gegesik Kulon Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon,
ini beserta isinya adalah benar-benar karya sendiri, saya tidak melakukan penjiplakan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko /sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila ditemukan adanya pelangaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Cirebon, Mei 2013
Mista
ix
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 12
1. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 12
a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 12
b. Tujuan Pendidikan Jasmani ……….. ... 15
3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani... 27
4. Modivikasi ... 30
5. Pembelajaran Lob service forehand Melalui Modifikasi Alat pemukul pada Permainan Bulutangkis ... 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 33
x
F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 52
1. Teknik Pengumpulan Data ... 52
2. Analisis Data ... 53
G. Validasi Data ... . 54
xi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 111 B.Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA
xii
Tabel 4.12 Hasil Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus I ... 73
Tabel 4.13 Refleksi Siklus I ... 74
Tabel 4.21 Hasil Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus II ... 87
xiii
Tabel 4.30 Hasil Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus III... 101
Tabel 4.31 Data Hasil Pengamatan Perencanaan Guru ... 106
Tabel 4.32 Data Hasil Pengamatan Pelaksanaan Guru ... 107
Tabel 4.33 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 108
xiv
Diagram 4.1 Peningkatan Perencanaan Kinerja Guru... 106
Diagram 4.2 Peningkatan Pelaksanaan Kinerja Guru ... 107
Diagram 4.3 Peningkatan Aktivitas Siswa ... 108
Diagram 4.4 Peningkatan Kelulusan Siswa ... 109
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Raket Bulu Tangkis ... 21
Gambar 2.2 Cara Memegang Raket Forehand ... 23
Gambar 3.1 Denah sekolah ... 37
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 117
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 123
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 129
Lampiran 4 Lembar Hasil Perencanaan Siklus I ... 135
Lampiran 5 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 136
Lampiran 6 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ... 137
Lampiran 7 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil belajar Siswa Siklus I ... 138
Lampiran 8 Lembar Hasil Perencanaan Siklus II ... 139
Lampiran 9 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 140
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ... 141
Lampiran 11 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil belajar Siswa Siklus II ... 142
Lampiran 12 Lembar Hasil Perencanaan Siklus III ... 143
Lampiran 13 Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus III ... 144
Lampiran 14 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus III ... 145
Lampiran 15 Rekapitulasi Nilai Tes Hasil belajar Siswa Siklus III ... 146
Lampiran 16 Hasil Wawancara dengan Guru ... 147
Lampiran 17 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 149
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Titik perhatian dalam
pembelajaran pendidikan jasmani adalah peningkatan gerak manusia. Dalam
mengikuti pendidikan jasmani bukan hanya suatu konsep yang didapatkan, tetapi juga
gerak tubuh dan pikiran. Hal ini berarti mengikuti pembelajaran jasmani akan
mempengaruhi ketiga ranah pendidikan yakni psikomotor, kognitif, dan afektif.
Menurut Depdiknas (26 : 12). Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP)
Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar tahun 2006 tentang standar untuk satuan
Pendidikan Dasar dijelaskan bahwa :
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Semua itu mengandung arti bahwa pendidikan jasmani (Penjas) adalah salah
satu mata pelajaran yang berkepentingan dalam proses menumbuh kembangkan
seluruh aspek dan potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajarannya
dalam usulan penelitian ini adalah cabang olahraga bulutangkis. Pembelajaran
bulutangkis merupakan suatu kegiatan yang memerlukan biaya lebih mahal
dibandingkan dengan pembelajaran yang lain seperti sepak bola, bola voli dan
lain-lain.
Sistem pendidikan yang diselenggarakan secara semesta, menyeluruh dan
terpadu, diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa yang berkualitas dan
2
bangsa secara global. Lembaga pendidikan mempunyai fungsi untuk meletakan dasar
pengembangan aspek-aspek afektif dan psikomotor, di samping aspek kognitif
sebagai unsur yang menuju kepada pembinaan akan menjadi pribadi-pribadi yang
utuh, sehat dan segar baik jasmani, rohani, dan sosialnya.
Tujuan pengajaran adalah merupakan perubahan tingkah laku siswa yang
mencakup domain kognitif, afektif maupun psikomotor yang terjadi setelah proses
pembelajaran berlangsung.
Guru yang mengemban tugas mengajar wajib berusaha membimbing aktivitas
siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Dalam pembelajaran yang
perlu diperhatikan adalah yang belajar yaitu siswa, jadi siswalah yang harus aktif
melakukan kegiatan yang diajarkan. Mengajar merupakan satu usaha yang sengaja
dan terencana, guna menata lingkungan sehingga terjadi proses dalam mendidik
siswa. Mengajar dianggap berhasil bila siswa secara sukarela ingin belajar. Guru
sebagai pengelola lingkungan belajar siswa, harus bisa berperan sebagai pemberi
kemudahan bagi siswa dalam mengembang potensi–potensi perilakunya ke arah
tujuan pendidikan.
Dengan demikian, pendidikan jasmani memiliki kedudukan, peran dan fungsi
yang sama dengan mata pelajaran lainnya dalam memanfaatkan potensi subyek didik.
Hal ini sejalan dengan pendapat Cholik Muthohir yang dikutif Hairi (2002:21)
bahwa:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidian yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan, kesegaran jasmani, kemampuan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Mencermati kutipan di atas, penulis memilih alternatif lain supaya siswa mau
membuat alat bantu pembelajaran sederhana melalui modifikasi alat pemukul, dan
bantu yang dibuatnya sebagai sarana untuk bermain bulutangkis atau mensiasati
proses belajar yang salah satunya menggunakan media atau alat bantu pelajaran yang
digunakan sebagai sarana bermain. Bukti empiris di lapangan ternyata jauh dengan
harapan yang ada, sebab sebagian besar mata pecaharian orangtua siswa adalah buruh
tani dan buruh bangunan, karena secara geografis berada di daerah pegunungan yang
sulit dari jangkauan kendaraan, walaupun berada di catatan daerah Kabupaten
Cirebon. Dilihat dari perekonomian masyarakat yang sebagian besar kaum buruh,
perhatian terhadap pendidikan pun kurang, indikatornya adalah :
1). Banyak anak-anak yang belum punya pakaian olahraga.
2). Seragam merah putih pun yang dipakai anak-anak sebagian sudah lusuh.
3). Apabila ada kegiatan-kegiatan yang memerlukan pembiayaan, anak-anak kurang
berminat.
4). Bila mengadakan les dan menggunakan uang pribadi siswa untuk mempotocopy
tugas/buku, membeli alat peraga keperluan pribadi siswa oleh guru kelas
anak-anak tidak semuanya yang mengikuti kegiatan tersebut.
Inilah kendala-kendala yang dihadapi dalam peningkatan hasil pembelajaran
di SDN 2 Gegesik Kulon. Dengan kondisi pembelajaran seperti itu, dapat
disimpulkan bahwa daya simak siswa terhadap contoh yang diberikan guru sangat
kurang. Mungkin untuk siswa yang berada di depan, akan mudah menyimak langsung
contoh yang diberikan gurunya, namun sebaliknya untuk siswa yang berada di
belakang akan sulit menyimak contoh yang telah dipraktekan gurunya. Pada
akhirnya, tujuan utama pembelajaran tidak tercapai dan tidak sesuai dengan
4
Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa
No. Nama Siswa
Aspek yang Dinilai
Jml.
Skor Nilai
KKM = 65 Sikap Tangan Sikap Perkenaan Sikap Lanjutan
T TT atas dada dengan posisi badan tegak disertai kedua kaki kaku
2= Tangan pemegang raket berada di bawah pinggang, Tangan pemegang kok di atas dada dengan posisi badan miring disertai kedua kaki kaku
Sikap Perkenaan
1= Tangan raket memukul kok, kok melewati net tetapi tidak sampai daerah servis lawan
2= Tangan raket memukul kok, kok melewati net sampai di daerah servis lawan, tetapi tidak melambung.
3= Ayunan raket dari bawah menuju kok yang dilepas dari tangan pemegang kok, kok melambung ke atas melewati net.
Sikap Lanjutan
1= Tangan pemegang raket mengayun ke samping
2= Tangan pemegang raket mengayun dari atas ke bawah terus ke atas lagi. 3= Tangan pemegang raket mengayun ke atas depan lurus, dengan kok
melambung ke atas depan menuju daerah servis lawan
Melihat kondisi lapangan, pembelajaran pendidikan jasmani khususnya dalam
pembelajaran mengenai lob service forehand bulutangkis, hal yang terjadi adalah
sebagian besar guru membiarkan siswa bermain sendiri tanpa pengawasan dari
gurunya. Atau terkadang juga terjadi proses yang monoton, pada saat pembelajaran
lob service forehand bulutangkis guru meminta siswa untuk berbaris satu banjar,
setelah itu guru mencontohkan dan siswa diberi kesempatan untuk menirukan secara
individu. Dengan kondisi pembelajaran seperti itu, dapat disimpulkan bahwa daya
simak siswa terhadap contoh yang diberikan guru sangat kurang. Mungkin untuk
siswa yang berada di depan, akan mudah menyimak langsung contoh yang diberikan
gurunya, namun sebaliknya untuk siswa yang berada di belakang akan sulit
menyimak contoh yang telah dipraktekan gurunya. Pada akhirnya, tujuan utama
pembelajaran tidak tercapai dan tidak sesuai dengan hakikatnya. Melihat kondisi
tersebut peneliti akhirnya terinspirasi untuk menghadirkan media pembelajaran yang
dimodifikasi untuk tetap dapat melangsungkan proses kegiatan belajar mengajar,
khususnya dalam materi permainan bulutangkis yang diberikan di kelas V. Meskipun
idealnya alat atau media merupakan prasyarat penting, namun bukan berarti materi
gerak menjadi mutlak untuk tidak dapat dilakukan bila terdapat keterbatasan sarana
6
modern tetapi dapat menggunakan alat-alat bantu pembelajaran sederhana yang dapat
dengan mudah ditemui di sekitar kita.
Pemberdayaan lingkungan sekolah, dan alat bantu pembelajaran yang
sederhana, relevan untuk disajikan dalam penjas sehingga siswa mendapat pendidikan
gerak yang lebih banyak dalam bentuk permainan. Dengan pemodifikasian
diharapkan materi gerak dapat dilakukan oleh penyaji gerak agar pembelajaran
mencerminkan perubahan, kemampuan anak dan dapat membantu mendorong
perubahan ketingkat perkembangan anak didik ke arah yang lebih dengan selalu
memperhatikan perbedaan karakteristik setiap anak didik yang erat hubungannya
dengan karakteristik alat yang digunakan agar teknik dasar dalam permainan
bulutangkis tetap nampak.
Perkembangan prestasi olahraga di Indonesia kini makin pesat, salah satunya
cabang olahraga bulutangkis. Saat ini bulutangkis sangat popular di masyarakat. Perlu
ada generasi baru agar prestasi olahraga ini tetap dapat dipertahankan dan
ditingkatkan. Maka dari itu bulutangkis harus tetap disosialisasikan agar muncul
peminat baru yang akhirnya menciptakan atlet berprestasi yang baru. Di Indonesia
bulutangkis telah masuk pada kurikulum sekolah, mulai dari SD, SMP dan SMA.
Oleh karena itu, ini merupakan salah satu jalan dan kesempatan untuk mengenalkan
bulutangkis pada masyarakat khususnya anak SD.
Dikemukakan oleh Subardjah (2000 : 13):
Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul dank ok sebagai objek pukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dengan permainan lawan.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994 :222):
bulu ayam, itik, angsa berkepala karet, dan jala dipasang di dua tiang, nama asalnya badminton.
Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, setiap pemain harus dapat
menguasai berbagai teknik dasar dengan baik. Secara umum teknik dasar permainan
bulutangkis meliputi: teknik pegangan raket, teknik melangkahkan kaki, teknik
memukul shuttlecock dan pemusatan pikiran (konsentrasi). Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Tohar (1991 :60) bahwa, “Penguasaan teknik dasar ini mencakup cara memegang raket, gerakan pergelangan tangan, gerakan melangkahkan kaki, pemusatan pikiran atau konsentrasi.” Selanjutnya Djide (1993 :21) mengemukakan tentang teknik dasar permainan bulutangkis sebagai berikut:
Untuk menjadi pemain yang handal, setiap pemain harus dapat menguasai berbagai teknik dasar yang akan mendukung penampilannya dalam suatu pertandingan. Teknik yang paling mendasar adalah teknik memukul shuttlecock dengan berbagai bentuk dan variasinya, yang berujuan untuk mematikan lawan. Adapun teknik dasar pokok terdiri dari: 1.Pukulan servis: a.servis pendek, b.servis panjang. 2.Pukulan lob: a.forehand lob, b.underhand lob. 3.Pukulan
dropshoot, dan 4.Pukulan smash: a.smash tanpa loncatan, b.smash dengan
loncatan (jumping smash).
Melalui memodifikasi alat pemukul sebagian alat bantu pembelajaran permainan
bulutangkis tentu saja penyaji materi gerak harus tetap memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a). Karakteristik anak didik.
b). Tujuan yang hendak dicapai.
c). Jumlah peserta didik.
d). Alokasi waktu.
e). Karakteristik alat yang sebenarnya.
f). Ruang dan tempat.
Di samping harus memperhatikan beberapa karakteristik media di atas,
peneliti mempunyai tujuan dari pemodifikasian alat pembelajaran tersebut yaitu untuk
8
yang terdapat dalam permainan bulutangkis tersebut, sehingga harapan untuk dapat
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam permainan bulutangkis akan
meningkat serta ada perubahan. Dengan demikian untuk menerapkan bagaimana
konsep pembelajaran bulutangkis tetap berlangsung serta mendorong dan
memotiviasi siswa untuk memahami konsep bermain bulutangkis, peneliti merasa
tertarik untuk mengembangkan lebih lanjut dan menuangkannya dalam judul penelitian: “Meningkatkan Gerak Dasar Lob service forehand Melalui Modifikasi
Alat pemukul pada Permainan Bulutangkis”.
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang penulis paparkan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1). Bagaimana merencanakan Gerak Dasar lob service forehand pada permainan
bulutangkis dengan modifikasi alat pemukul ?
2). Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran Gerak Dasar lob service forehand
melalui modifikasi alat pemukul?
3). Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran Gerak Dasar lob service forehand
melalui modifikasi alat pemukul ?
4). Bagaimana peningkatkan Gerak Dasar lob service forehand dalam bermain
bulutangkis melalui modifikasi alat pemukul ?
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan yang muncul, maka penulis mengajukan
pemecahan masalah, penulis memilih alternatif lain supaya siswa mau membuat alat
bantu pembelajaran sederhana dengan serpihan kayu menyerupai alat pemukul, dan
mampu melakukan lob service forehand dengan baik yaitu dengan cara memakai alat
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas masalah yang dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian
tindakan kelas ini sebagai berikut :
1). Untuk mengetahui bagaimana merencanakan pembelajaran gerak dasar lob
service forehand dalam bermain bulutangkis melalui modifikasi alat pemukul
untuk meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis.
2). Untuk mengetahui bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran gerak dasar lob
service forehand melalui modifiksai alat pemukul untuk meningkatkan
keterampilan bermain bulutangkis.
3). Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran gerak dasar
lob service forehand melalui modifiksai alat pemukul untuk meningkatkan
keterampilan bermain bulutangkis.
4). Untuk mengetahui bagaimana hasil pembelajaran gerak dasar lob service
forehand melalui modifikasi alat pemukul untuk meningkatkan keterampilan
bermain bulutangkis.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi siswa
a). Dapat memotivasi minat siswa agar lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran gerak dasar lob service forehand melalui modifikasi alat
pemukul dalam permainan bulutangkis.
b). Dapat meningkatkan gerak dasar lob service forehand melalui modifikasi
alat pemukul.
2. Manfaat bagi guru
a). Meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran gerak dasar lob
service forehand dengan menciptakan model pembelajaran modifikasi alat
pemukul untuk meningkatkan gerak dasar lob service forehand pada
10
b). Dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran di sekolah dasar.
c). Bagi sekolah-sekolah yang kurang lengkap sarana dan prasaran
olahraganya, model pembelajaran ini lebih tepat, sebab perlengkapan yang
digunakan dalam proses pembelajaran lebih mudah didapat dan tidak
memerlukan biaya besar, akan tetapi hasil yang dicapai lebih maksimal.
d). Memudahkan untuk menyampaikan materi pembelajaran.
e). Menambah wawasan tentang berbagai media pembelajaran.
3. Bagi lembaga
a). Hasil–hasil yang didapat dari penelitian ini juga sangat bermanfaat dalam
rangka perbaikan pembelajaran, khususnya bagi program studi penjas
sebagai lembaga yang memproduksi guru.
b). Sebagai bahan bacaan bagi pembaca yang menyelidiki hal-hal yang
relevan dengan masalah penelitian.
c). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam rangka
menunjang KTSP.
d). Bagi kepala sekolah manfaatnya sebagai masukan dalam rangka
mengefektifkan pembinaan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar
dalam pelaksanaan pendidikan.
e). Dapat bermanfaat bagi pengembangan guru pendidikan jasmani di SD se
Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon.
E. Batasan Istilah
Untuk mempermudah dan menghindari salah tafsir terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan definisi dalam judul
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran mengandung arti bagaimana mengajarkan sesuatu kepada anak
didik, tetapi ada juga suatu pengertian bagaimana anak didik mempelajarinya
b. Keterampilan, menurut Poerwadarminta (1984:1088) “Kemampuan melakukan sesuatu dengan baik dan cermat”.
c. Service, menurut Sumarno (1999 : 510).
Pukulan service merupakan pukulan yang mengawali atau sajian bola pertama
sebagai permulaan permainan. Service merupakan pukulan yang sangat
menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan
service yang dapat memperoleh nilai.
d. Bulutangkis, menurut Grice (1999 : 1) ialah “Olahraga yang dimainkan dengan
menggunakan net, alat pemukul dan bola dengan teknik pemukulan yang
bervariasi dari yang relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan”.
e. Modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran
dengan cara meruntunkan dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya (Yoyo Bahagia dan Adang Suherman,
1999/2000 : 1).
f. Modifikasi adalah suatu perubahan bentuk dari yang telah ada sebelumnya
(Badudu Zaib, 1994 : 904). Dalam penelitian yang dimaksud adalah perubahan
atau penyederhanaan dalam memudahkan proses pembelajaran utuk mencapai
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini, dilaksanakan di SD Negeri 2 Gegesik
Kulon Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon.
Gambar 3.1
Denah SD Negeri 2 Gegesik Kulon R. Kelas R. Kelas R.Kepsek R.Guru
Mushola
R. Gugus
R. Kelas
R. Kelas
R. Kelas R. Kelas R. Kelas
GOR PGRI Kecamatan Dukupuntang
wc
wc
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan kepada pertimbangan sebagai berikut :
Pertama, peneliti merupakan salah satu guru SDN 2 Gegesik Kulon sehingga
peneliti telah memahami keadaan sekolah, karakter siswa termasuk proses
pembelajaran yang berlangsung dibandingkan dengan melakukan penelitian di
sekolah dasar yang lain.
Kedua, meskipun penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan intensif
selama penelitian, tetapi relatif tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru,
karena penelitian ini dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip penelitian tindakan kelas, yaitu bahwa “Penelitian tindakan kelas apapun tidak boleh mengganggu tugas mengajar”. (Kasbolah,1997:26).
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran penjas berlangsung yaitu
setiap hari rabu mulai pukul 7.00 sampai dengan selesai. Penelitian ini berlangsung
selama empat bulan yang dimulai pada bulan September 2012 sampai dengan bulan
Desember 2012. Penelitian ini dimulai dengan observasi awal sampai berakhirnya
tindakan sehingga diperoleh hasil dari penelitian tersebut.
B. Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Gegesik Kulon Kecamatan Gegesik
Kabupaten Cirebon pada kelas V dengan jumlah 20 siswa, terdiri dari 10 siswa
laki-laki dan 10 siswa perempuan. Secara umum bila ditinjau dari sosial budaya dan
ekonomi masyarakat peserta didik masih tergolong kurang perhatian terhadap
pendidikan dan ini berakibat terhadap kualitas pendidikan di SDN 2 Gegesik Kulon,
walaupun hal tersebut bukan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan,
karena masih banyak faktor lainnya seperti sarana yang meliputi : alat-alat olahraga,
gambar-gambar penunjang, buku dan sumber belajar,dan prasarana yang meliputi :
ruang kelas, ruang kantor, ruang perpustakaan, tempat olahraga, tempat ibadah, kantin
39
perpustakaan, penjaga sekolah, dan pelaksanaan kurikulum adalah guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Karena permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana mengatasi
kesulitan anak dalam belajar gerak dasar pukulan lob service forehand bulutangkis
melalui modifikasi alat pemukul. Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang
faktual dalam praktek pembelajaran yang dihadapi guru. Beberapa keinginan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran penjas pada pokok bahasan lob
service forehand bulutangkis, penulis mempersiapkan diri tentang apa itu penelitian
tindakan kelas, latar belakang, karakter, dan prosedur yang harus ditempuh.
Menurut Arikunto, (2008:2-3) adalah sebagai berikut :
a. Penelitian ialah suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan ialah menunjukan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c. Kelas ialah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti di atas, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Dan berusaha untuk mencari jalan keluar untuk
memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi anak didik dalam kegiatan
belajar mengajar.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa-siswinya, yaitu satu kesatuan kerja sama dengan perspektif berbeda. Misalnya bagi guru demi mutu profesionalnya dan bagi siswa meningkatkan prestasi belajarnya.
Kaitanya dengan pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand
bulutangkis, metode PTK ini sangat tepat digunakan karena dilaksanakan dalam
lingkungan pembelajaran secara langsung dengan tetap memprioritaskan peran guru
dalam kaitannya dengan refleksi diri terhadap kinerja dan aktivitas mengajarnya.
Dalam hal ini guru memiliki wewenang yang luas (otonom) dalam melaksanakan
kegiatanya selama proses pembelajaran.
2. Desain Penelitian
Menurut Moleong (2004:236) “Rancangan pada dasarnya merencanakan suatu
kegiatan sebelum dilaksanakan”. Rancangan ini adalah rancangan penelitian peneliian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Sebelum peneliti melakukan observasi
tindakan lanjut, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi tindakan kelas yang
hasilnya dituangkan dalan rancangan penelitian.
Dalam perencanaan penelitian menggunakan model spiral Kemmis dan
Taggart (Wiriatmaja, 2005:66). Dengan sistem model spiral refleksi yang dimulai
dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali, merupakan
dasar untuk suatu rancangan pemecahan masalah.
Pada dasarnya desain penelitian terdiri dari empat komponen yaitu perencana
(plan), tindakan (action), pengamatan / observasi dan refleksi (reflection).
41
Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart Wiraatmaja (2006)
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus. Tiap siklus
dilaksanakan dengan perubahan yang ingin di capai, seperti yang sudah didesain.
Untuk melihat kemampuan awal pukulan lob service forehand bulutangkis, siswa
diberikan tes tanpa petunjuk teknis dari guru, hal tersebut sebagai bahan evaluasi.
Sedangkan observasi awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang akan di berikan
dalam rangka meningkatkan kemampuan maksimal siswa dalam melakukan gerak
dasar pukulan lob service forehand bulutangkis.
Dari evaluasi dan observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa
tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan maksimal gerak dasar
pukulan lob service forehand adalah melalui latihan modifikasi alat pemukul terlebih
dahulu. Dari refleksi awal yang digunakan sebagai tolak ukur, maka dilaksanakanlah
PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Adapun penelitian ini adalah berbentuk siklus yang
akan dilaksanakan dalam dua tau tiga siklus (tergantung keberhasilan).
1. Tahap Perencanaan Tindakan (planning)
Perencanaan tindakan ini menjelaskan tentang apa,mengapa, kapan, dimana,
oles siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Perencanaan tindakan
membicarakan tentang pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang akan
disampaikan.
perencanaan tindakan merupakan kegiatan yang disusun sebelum
melaksanakan tindakan. Adapun perencanaan tindakan ini meliputi :
a. Mengajukan permohonan izin kepada kepala sekolah SDN 2 Gegesik Kulon
Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon.
b. Melakukan penelitian awal (observasi dan wawancara) untuk mengetahui
permasalahan yang akan dicarikan pemecahannya.
c. Membuat rencana pelaksanaaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
media pembelajaran.
d. Menyusun rancangan tindakan.
e. Mempersiapan alat peraga dan bahan untuk melakukan pembelajaran.
f. Membuat lembaran pengamatan bagi guru dan siswa dalam melakukan
pembelajaran (kinerja guru dan aktifitas siswa).
g. Menyusun alat penilaian berupa tes penilaian bagi siswa untuk melihat
perubahan peningkatan hasil belajar.
2. Tahap Pelaksanaaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan
yang kemudian akan diikuti dengan kegiatan observasi dan refleksi. Dalam penelitian
ini dilakukan dua siklus dimana bila siklus sebelumnya dirasakan belum berhasil.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Awal :
1. Apersepsi dengan memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan
disampaikan dalam proses pembelajaran.
2. Siswa melakukan pemanasan dengan lari keliling lapangan dan senam
pemanasan.
b. Kegiatan Inti :
43
2. Guru menjelaskan dan memberikan contoh cara melakukan pukulan lob service
forehand bulutangkis melalui modifikasi alat pemukul.
3. Siswa melakukan gerakan pukulan lob service forehand bulutangkis sesuai
dengan pentunjuk guru.
4. Guru memberikan koreksi tentang kesalahan tugas gerak yang dilakukan siswa
secara individu maupun klasikal.
5. Melaksanakan tes pukulan lob service forehand bulutangkis.
c. Kegiatan Akhir :
1. Siswa melakukan penenangan dengan cara duduk-duduk santai sambil
mendengarkan guru mengenai kesimpulan materi pembelajaran.
2. Guru memberikan koreksi secara klasikal tentang kesalahan-kesalahan gerak
yang dilakukan siswa.
3. Guru menyuruh siswa untuk berlatih di rumah sebagai tindak lanjut.
3. Tahap Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses dilaksanakannya tindakan, yaitu saat
tindakan berlangsung. Observasi ini dilakukan untuk mengumpulkan dan memperoleh
data baik kinerja guru maupun aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan menggunakan lembar instrumen
penilaian kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, lembar instrumen kinerja
guru dalam pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, catatan
lapangan, wawancara siswa dengan guru yang kesemuanya dapat memberikan
masukan tentang tindakan yang akan dilakukan di lapangan. Selama melaksanakan
tindakan pembelajaran, guru peneliti dibantu mitra peneliti bertindak sebagai
observer, mencatat segala temuan dalam pelaksanaan pembelajaran.
4. Tahap Analisis dan Refleksi (Reflection)
Guru sebagai peneliti melakukan analisis dan Reflekasi hasil tindakan
pembelajaran. Untuk keperluan analisis, dilakukan dengan memeriksa
lembaran-lembaran pengamatan tentang catatan data temuan di lapangan tentang pukulan lob
service forehand bulutangkis, mengkaji satuan pembelajaran dan mengkaji hasil
perencanaan siklus selanjutnya bila hasil dari kegiatan siklus yang yang telah
dilakukan kurang memuaskan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah :
1. Format Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap
suatu kegiatan baik langsung maupun tidak langsung. Observasi ini bertujuan untuk
mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa juga kinerja guru pada saat
pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand bulutangkis berlangsung.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk mengetahui segala hal
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran gerak dasar lob service
forehand bulutangkis di kelas V SD Negeri 2 Gegesik Kulon. Alat yang digunakan
adalah lembaran observasi tentang aktivitas siswa. Kegiatan observasi dilaksanakan
pada saat kegiatan pembelajaran, untuk memperoleh data tentang pelaksanaan
pembelajaran lob service forehand bulutangkis melalui modifikasi alat pemukul serta
evaluasi hasil pembelajaran. Alat untuk mengumpulkan data yaitu berupa pedoman
observasi yang terdiri dari :
45
Tabel 3.1
Format Instrumen Perencanaan Kinerja Guru (IPKG 1)
No Komponen Rencana Pembelajaran Aspek Yang di Amati Tefsiran
1 2 3 4 K C B
A PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Rumusan tujuan pembelajaran
Kejelasan Rumusan
Kejelasan Cukupan Rumusan
Kesesuaian dengan kompetensi dasar
Persentase
B MENGAMBANGKAN DAN MENGORGANISASIKAN
MATERI MEDIA SUMBER BELAJAR DAN METODE PEMBELAJARAN
Mengembangakan dan mengorganisasikan materi pembelajaran Menentukan dan mengembangkan alat bantu pambelajaran Memilih sumber belajar
Memilih metode pembelajaran
Persentase
C MERENCANAKAN SKENARIO KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Menentukan jenis kegiatan penbelajaran
Menyusun langkah-langkah kegiatan penbelajaran
Menentukan alokasi waktu pembelajaran
Kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
Kesesuaian metode, materi, dan peserta didik Persentase
D MERENCANAKAN PROSEDUR, JENIS DAN MENYIAPKAN
ALAT PENILAIAN
Menentukan proses dan jenis penilaian
Membuat alat penilaian
Menentukan kriteria penilaian
Persentase
E TAMPILAN DOKUMEN RENCANA PEMBELAJARAN
Kebersihan dan kerapian Penggunaan bahasa tulis
Persentase Persentase total Keterangan :
b. Format Observasi Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 3.2
Format Instrumen Pelaksanaan Kinerja Guru (IPKG 2)
No Aspek Yang di Amati Penilaian Tafsiran
1 2 3 4 K C B
A PRA PEMBELAJARAN
1. Kesiapan ruang, alat, dan media pambelajaran
2. Memeriksa kesiapan siswa
Persentase
B MEMBUKA PEMBELAJARAN
1. Melakukan kegiatan apersepsi dan pemanasan
2. Menyiapkan komponen (tujuan) yang akan di capai
dan rencana kegiatan Persentase
C MENGELOLA INTI PEMBELAJARAN
1. Memberikan petunjuk dan contoh gerakan pukulan
lob service forehand
2. Mengenal respon dan pertanyaan siswa
3. Melakukan komunikasi lisan, isyarat, dan gerakan
badan
4. Memicu dan memelihara ketertiban siswa
5. Memantapkan penguasaan keterampilan gerak siswa
dalam pembelajaran lob service forehand bulutangkis Persentase
D MENDEMONSTRASIKAN KEMAMPUAN KHUSUS
DALAM PEMBELAJARAN PENJAS
1. Merangkai gerakan
2. Memberikan kesempatan secara leluasa kepada siswa
melakukan aktifitas gerak
3. Membimbing siswa melakukan gerakan dan
melakukan aktifitas gerak
4. Memberikan pertolongan kepada siswa yang
mengalami kesulitan
5. Penggunaan media dan alat pembelajaran
Persentase
E MELAKSANAKAN EVALUASI PROSES DAN HASIL
BELAJAR
1. Melaksanakan penilaian selama proses dan akhir
pembelajaran
2. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran
Prosentase
F KESAN UMUM KINERJA GURU
1. Keefektifan proses pembelajaran
2. Penampilan guru dalam pembelajaran
Persentase Persentase total
Keterangan :
47
c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.3 Motivasi Disiplin Sportivitas
1 2 3 1 2 3 1 2 3 B C K
d. Lembar Observasi Hasil Belajar
Tabel 3.4
Format Instrumen Hasil Belajar
NO
49
2. Pedoman Wawancara
Wawancara disusun berdasarkan pertanyaan-pertanyaan mengenai pendapat
siswa selama pelaksanaan pembelajaran, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
tentang faktor-foktor kesulitan dan ketertarikan siswa tentang pembelajaran lob
service forehand bulutangkis melalui modifikasi alat pemukul.
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2005:72) bahwa, “ Wawancara adalah merupakan pertemuan dua siswa untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.
Lembar wawancara ditunjukan kepada guru sebagai observer dan kepada
siswa tertentu saja. Untuk lebih jelasnya mengenai lembar wawancara guru dan siswa
adalah melalui tabel dibawah ini :
Tabel 3.5
Pedoman Wawancara Guru
No Pertanyaan Deskripsi/Jawaban
1 Bagaimana pendapat bapak apabila pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand bulutangkis dilakukan dengan modifikasi alat pemukul ?
2 Kesulitan apa yang ditemui jika melaksanakan
pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand bulutangkis dilakukan dengan modifikasi alat pemukul?
3 Kemudahan apa yang didapat jika melaksanakan
pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand bulutangkis dilakukan dengan modifikasi alat pemukul?
4 Menurut pendapat bapak, apakah penggunaan modifikasi alat pemukul dapat mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand ?
5 Menurut pemdapat bapak, hal-hal apa saja yang harus diperbaiki dalam pembelajaran gerak dasar pukulan lob
service forehand bulutangkis dilakukan dengan modifikasi
Tabel 3.6
Pedoman Wawancara Siswa
No Pertanyaan Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana Perasaanmu pada saat pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand tadi ?
Apa yang diajarkan pada pelajaran tadi ?
Apakah kamu menemukan kesulitan pada saat pembelajaran tadi ?
Jika ada kesulitan, pada bagian mana ?
Bagaimana cara kamu untuk mengatasi kesulitan tadi ?
3. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan merupakan alat penting, karena akan membahas dan
berguna sebagai alat perantara, yaitu apa yang dilihat, didengar dan dialami
dengan catatan sebelumnya. Proses pelaksanaan dilakukan setiap selesai
51
Tabel 3.7 Catatan Lapangan
No Kegiatan Temuan dilapangan
1 Pra Pembelajaran. a. Kesiapan sarana b. Kesiapan media
c. Memeriksa kesiapan siswa 2 Kegiatan awal
a. Melaksanakan tahan persiapan belajar, seperti : berbaris, berdoa dan mengabsen sisiwa untuk belajar pendidikan jasmani dan kesehatan. b. Melakukan kegiatan pemanasan berupa senam
dan lari kecil keliling lapangan. c. Melakukan apersepsi.
3 Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan materi keterampilan gerak dasar pukulan lob service forehand
bulutangkis.
b. Guru menjelaskan keterampilan gerak dasar pukulan lob service forehand bulutangkis dengan modifikasi alat pemukul.
c. Guru Memberi tugas kepada siswa untuk berlatih gerak dasar pukulan lob service
forehand bulutangkis dengan memodifikasi
alat pemukul yang diawali dengan gerakan kaki gerakan tangan dan koordinasi gerakan yang diakhiri guru mengontrol kegiatan siswa dalam latihan.
4 Kegiatan Akhir
a. Guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru memberi tes kepada siswa. c. Guru menutup pembelajaran
5 Dll.
4. Tes Hasil Belajar Gerak Dasar Lob service forehand Bulutangkis
Anak diberi 3 kali kesempatan untuk melakukan tes lob service forehand
dengan raket yang dimodifikasi, bila semua kesempatan dapat dilakukan dengan hasil
yang baik itu merupakan salah satu acuan upaya peningkatan keberhasilan
pembelajaran gerak dasar lob service forehand dengan menggunakan modifikasi alat
Tabel 3.8
Lembar Penilaian Hasil Belajar Lob service forehand
No Nama
Aspek yang dinilai
Jml
Skor Nilai
Ket
Gerak kaki Gerak tangan koordinasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 T TT
Keterangan selengkapnya format ini ada pada lampiran 3
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Data dan cara pengambilannya
1) Sumber Data : yang menjadi data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru.
2) Jenis data : jenis data yang didapat adalah data kualitatif yang terdiri dari :
a) Rencana pembelajaran
b) Pelaksanaan pembelajaran
c) Data hasi aktivitas siswa
d) Data hasil belajar siswa
53
1) Data hasil belajar diambil dengan memberikan tes kepada siswa.
2) Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakan tindakan diambil
dengan menggunakan lembaran observasi.
3) Data tentang refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas,
diambil dari observasi, angket, hasil tes dan RPP yang dibuat guru.
4) Data tentang keterkaitan antara perencanaan didapat dari rencana pembelajaran
dan lembar observasi.
2. Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas analisis data dilakukan sejak awal penelitian,
pada saat setiap aspek kegiatan penelitian berlangsung. Penelitian dapat langsung
menganalisa apa yang dicermati, situasi dan suasana kelas/lapangan, hubungan guru
dengan anak didik dengan teman yang lainnya. Analisis menurut Nasution dalam
Sugiyono (2005:88) menyatakan bahwa
melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras, analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap penelitian harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data menggunakan ketentuan
pengamatan. Data yang terjaring lewat observasi kepada guru dan siswa ini dilakukan
setelah selesai pembelajaran. Hal ini selaras dengan pernyataan Moleong (2005:175) yang menyatakan , “Pengecekan data dalam penelitian kualitaif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, misalnya ketentuan pengamatan perpanjangan
keikutsertaan, triangulasi dan pengecekan teman sejawat”.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data dan
penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian menjadi informasi yang bermakna. Paparan
data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
pengambilan intisari dari sajian data yang telah diorganisasikan dalam bentuk
penyetaraan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung arti luas.
G. Validasi Data
Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Triangulasi,
chek, audit trail, dan expert option.
Triangulasi dilakukan dengan mengecek keabsahan data dengan sumber lain.
Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data maksimal. Kegiatan
triangulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui sumber yang ditunjuk kepala
sekolah, rekan sejawat dan siswa. Triangulasi dilakukan ketika peneliti telah
mengambil data dan menganalisisnya
Cheklis dilakukan untuk memberikan kebenaran antara pelaksanaan dan
rencana tindakan sehingga dengan demikian diperoleh informasi tentang seluruh
tindakan yang telah dilaksanakan beserta temuan-temuan selama dalam pelaksanaan
tindakan. Hal ini dilakukan ketika peneliti sedang melakukan pengambilan data
berupa pengamatan langsung di lapangan.
Audit trail yaitu memeriksa hasil penelitian beserta prosedur dan metoda
pengumpulan alatnya dengan mengkonfirmasikan bukti-bukti temuan yang telah
diperiksa dalam tahap checklist dengan sumber-sumber data dan para guru di SD
Negeri 2 Gegesik Kulon.
Expert option yaitu pengecekan terakhir terhadap kesulitan temuan-temuan
peneliti kepada pakar professional dalam bidang ini. Dalam hal ini penulis
mengkonsultasikan temuan penelitian kepada pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yaitu
Bapak Drs. Respaty Mulyanto, M.Pd dan Bapak Indra Safari, M.Pd untuk
memperoleh tanggapan dan arahan serta masukan sehingga validasi temuan penelitian
dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini peneliti selalu mengkonsultasikan
permasalahan-permasalahan bukan hanya pada bidang pembelajaran teknik
bulutangkis, tetapi segala hal yang berhubungan dengan penelitianpun selalu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan
modifikasi raket sebagai upaya untuk meningkatkan latihan gerak dasar pukulan lob
service forehand bulutangkis pada siswa kelas V SDN 2 Gegesik Kulon Kecamatan
Gegesik Kabupaten Cirebon, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan Pembelajaran
Dalam perencanaan pembelajaran, penulis akan menyimpulkan tahap
perencanaan. Yang pertama penulis mempersiapkan materi yang akan disampaikan
dalam pembelajaran gerak dasar lob service forehand, menentukan tujuan
pembelajaran, dampak pengiring, metode pembelajaran, dan penerapan modifikasi
alat pemukul untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar
lob service forehand. Kemudian menentukan langkah-langkah pembelajaran, dan
menentukan teknik pengolahan data yang akan digunakan untuk mengetahui hasil
belajar dengan modifikasi alat pemukul.
Perencanaan pembelajaran pada Siklus III dapat dikatakan sangat baik, hal ini
dapat dibuktikan dengan persentase pencapaian dalam data awal mencapai 50%,
sehingga diperlukan perbaikan. Setelah melakukan perencanaan untuk perbaikan
maka diperoleh data perencaanaan pada Siklus I 72,75%, Siklus II sebesar 77,5 %,
sedangkan Siklus III 100%. Dengan demikian peningkatan persentase dari data awal
sampai dengan siklus III sebesar 50%.
2. Kinerja Guru
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru menyampaikan tujuan penerapan
modifikasi alat pemukul untuk meningkatkan gerak dasar siswa dalam melakukan
gerak dasar lob service forehand. Penilaian pada akhir pembelajaran dengan
menggunakan tes akhir dan penilaian selama proses pembelajaran. Penilaian proses
pembelajaran dilakukan dengan observasi, wawancara, dan aktivitas siswa yang
meliputi aspek motivasi, disiplin dan sportivitas. Sedangkan penilaian hasil belajar
112
Berdasarkan hasil pengamatan observasi pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan format observasi kinerja guru didapat hasil pada kinerja guru dalam
pelaksanaan pembelajaran sangat baik, hal ini dapat dilihat kinerja guru terus
mengalami peningkatan setiap tindakan yang dilakukan oleh guru. Pada data awal
persentasinya hanya mencapai 50%, hal ini disebabkan pada saat pembelajaran
dilaksanakan guru terlihat kurang siap untuk mengajar, guru hanya membuat RPP dan
instrumen penilaian siswa saja. Guru kurang mengkondisikan siswa terlebih dahulu
pada awal pembelajaran, tujuan pembelajaran pun hanya disampaikan secara sekilas
sehingga siswa kurang memahami apa yang disampaikan guru. Oleh karena itu
diperlukan perbaikan untuk meningkatkan kinerja guru. Hasil yang dicapai setelah
dilakukan perbaikan pada Siklus I persentasinya mencapai 67,71%, pada siklus II
mencapai 77,5%, sebagai hasil tindakan yang dilakukan oleh guru dengan
memberikan penjelasan yang menarik dan tentang manfaat modifikasi alat pemukul
dan tahapan lambungan bola agar siswa lebih tertarik lagi dalam pembelajaran,
mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa agar pembelajaran mudah
dipahami. Hasilnya pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 100%. Dengan
demikian peningkatan kinerja guru dari data awal hingga siklus III mencapai 50%.
3. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa terus mengalami peningkatan pada setiap pembelajaran yang
dilaksanakan. Observasi Aktivitas siswa dalam pembelajaran gerak dasar lob service
forehand dengan menggunakan modifikasi alat pemukul yang meliputi, motivasi,
disiplin dan sportivitas. Pada aspek motivasi Siklus I, guru memberikan dorongan
dalam mengikuti pembelajaran dengan memperhatikan kerja keras, keberanian serta
kreativitas. Pada aspek disiplin siklus I, guru memberikan teguran agar siswa dapat
mentaati peraturan, menjaga ketertiban dan bersikap sopan selama pembelajaran. Pada
aspek sportivitas siklus I, adalah dengan mendorong siswa agar mampu menerima
kelebihan orang lain sebagai suatu tantangan agar dapat menjadi lebih baik lagi. Pada
siklus II, ketiga aspek tersebut tampak adanya perubahan yang menujukkan
peningkatan dikarenakan pada proses pembelajaran siklus II dan III, Guru aktif dalam
memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat bekerja sama, sehingga semua
aktivitas siswa dapat meningkat, misalnya dengan memberi pengertian tentang
bergurau akan menyebabkan celaka pada teman. Berdasarkan analisis selama proses
pembelajaran dapat dilihat hampir seluruh siswa menunjukkan aktivitas yang baik.
Pencapaian aktivitas siswa secara keseluruhan terus meningkat, hal ini
dibuktikan dengan persentase yang terus mengalami peningkatan pada setiap kegiatan
tindakan pembelajaran. Pada siklus I, aktivitas siswa hanya mencapai 30%, sehingga
diperlukan perbaikan untuk meningkatkan aktivitas siswa. Hasil perbaikan tindakan
pada siklus III menunjukkan aktivitas siswa yang mencapai 95%. Target penulis
untuk pencapaian aktivitas siswa sebesar 80,00% sudah dapat tercapai, dengan
demikian dapat dikatakan aktivitas siswa dalam pembelajaran gerak dasar lob service
forehand melalui modifikasi alat pemukul dapat dikatakan sangat baik.
4. Peningkatan Hasil Belajar
Pembelajaran gerak dasar yang digunakan dalam pembelajaran lob service
forehand yang dilakukan pada tiap siklus ada empat aspek yaitu sikap awal, gerakan
perkenaan dan sikap akhir. Pada siklus I tampak kelemahan siswa pada aspek sikap
awal dengan ciri posisi pemukul kurang ke atas dan gerakan yang kaku. Oleh karena
itu dalam langkah pembelajaran siklus II, guru memaksimalkan pemanasan yang
berorientasi pada gerakan inti melalui lari keliling lapangan dan peregangan. Pada
siklus II nampak kelemahan pada sikap perkenaan. Oleh karena itu pada siklus III,
guru melakukan perbaikan dengan melalui modivikasi alat pemukul yang bertujuan
meningkatkan kualitas gerakan lob service forehand.
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran,
setiap siklusnya terjadi peningkatan yang baik, setiap aspek yang diamati mengalami
peningkatan setiap siklusnya mulai dari rata-rata nilai siswa, maupun pada persentase
ketuntasan. Pada data awal siswa yang tuntas hanya 25%, pada Siklus I siswa yang
tuntas hanya 60%, dan pada siklus II baru mencapai 70%, namun setelah diadakan
114
Dengan hasil ini maka pembelajaran gerak dasar lob service forehand melalui
modifikasi alat pemukul dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan demikian
maka hipotesis tindakan terbukti atau dapat diterima.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh penulis selama penelitian ini
diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa Sekolah Dasar
a. Setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru, khusunya pembelajaran
pendidikan jasmani semua siswa harus mengikutinya dengan motivasi belajar
yang tinggi, disiplin yang baik dan sportif terhadap apa yang menjadi
kewajibannya sebagai seorang pelajar dalam menuntut ilmu, dalam hal
pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand bulutangkis apabila
semua ini dilakukan maka penguasaan keterampilan gerak apapun dalam
pembelajaran bulutangkis dan pendidikan jasmani akan mudah dicapai.
b. Biasakan banyak melakukan latihan, manfaatkan waktu senggang dengan
aktivitas jasmani sehingga bisa merangsang pertumbuhan dan perkembangan
ke arah yang lebih baik sehingga suatu saat prestasi akan mudah diraih.
2. Bagi Guru
a. Guru disarankan untuk selalu menambah wawasan dengan belajar membaca
dan melakukan penelitian tindaka kelas (PTK) apabila menemui masalah
pembelajaran di kelasnya.
b. Disarankan para guru pendidikan jasmani mencoba berbagai macam metoda
pendekatan yang sesuai dengan karakter materi ajar, agar wawasan metodologi
pembelajaran pendidikan jasmani menjadi berkembang, salah satunya adalah
pembelajaran pukulan lob service forehand bulutangkis melalui modifikasi
alat pemukul.
3. Bagi Sekolah
b. Dapat menerapkan modifikasi raket dalam pembelajaran gerak dasar pukulan
lob service forehand .
c. Untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, maka pihak
sekolah diharapkan berupaya untuk memberikan kontribusi yang maksimal
agar pembelajaran ini berlangsung sesuai dengan tuntutan kurikulum. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran
yang baik untuk siswa maupun guru.
d. Pembinaan dan latihan yang intensif terhadap para guru juga perlu diadakan
oleh pihak sekolah, ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kemampuan
mengajar dalam rangka meningkatkan inovasi pembelajaran pendidikan
jasmani.
4. Bagi Peneliti lain
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bandingan sekaligus landasan
penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penerapan permainan
bulutangkis dalam pembelajaran.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain yang
akan melakukan penelitian khususnya dengan menerapkan permainan
dalam pembelajaran sebagai tindakan.
c. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tindakan kelas hendaknya
menggunakan sumber yang lebih banyak lagi, sehingga temuan-temuan
dalam pelaksanaan pembelajaran gerak dasar pukulan lob service forehand
116
Abin Syamsudin (2003). Pskologi Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Agus Mahendra. (2003). Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdiknas Dirjen Disdakmen bekerja sama dengan Dirjen Olahraga.
Arikunto. (2008: 3). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya.
Ateng, Abdulkadir. (1992). Asas dan landasan pendidikan jasmani. Jakarta :
Depdikbud : Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Bahagia, (2010). Penerapan modifikasi raket. Anisatum Mulia. Universitas Pendidikan Indonesia. Repository.upi.edu.
Cholik M, Toho dan Rusli Lutan, (1996/1997), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti Bagian Proyek pengembangan Pendidikan Guru sekolah Dasar
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Untuk Sekolah Dasar. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Ditjen Dikdasmen.
Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta : Depdikbud.
Lutan. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendas dan Menengah Direktorat Jendral Olahraga.
Moleong, lexy, J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sarumpet, dkk. (1992). Permainan Bola Kecil. Depdikbud : Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Sugiyono, (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung. CV. Alfabeta.
Sukintaka. (2004: 55). Tujuan Pendidikan Jasmani, Jakarta : Depdikbud.
Supandi. (1990) Teori Belajar Gerak. Bandung, FPOK IKIP
Tatang Muhtar,dkk. (2009). Mata Kuliah Pilihan Bulutangkis, Jakarta : Depdikbud.
Tohar. (1992). Olahraga Pilihan Bulutangkis. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Olahraga.
Wahyudin. (1998). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta : Raja Grafindo.