ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh KASRIYO
Usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus terampil dalam mengajar dan juga menguasai materi pembelajaran. Proses pembelajaran diperlukan adanya kemampuan
mengajar yang baik karena pembelajaran pendidikan jasmani sangat membutuhkan keterampilan gerak dalam pelaksanaan belajar mengajar.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar perlu menciptakan kondisi yang dapat
mendorong siswa agar lebih giat dan aktif dalam belajar. Proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik apabila guru menyampaikan materi dan menggunakan sarana mengajar dengan baik.
Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan tiga siklus, setiap siklus memiliki kegiatan yang beda. Siklus pertama melakukan latihan mandiri menggunakan raket dan shuttlecock bulutangkis yang telah di modifikasi, siklus yang ke dua melakukan gerak dasar forehand bulutangkis secara berpasangan dengan menggunakan raket dan shuttlecock yang telah di modifikasi, siklus yang ketiga melakukan gerak dasar forehand bulutangkis secara berpasangan dengan menggunakan raket,shuttlecock, net dan lapangan yang telah di modifikasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1
Sukoharum Pringsewu sebanyak 38 anak.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orangdi dalam kehidupanya,
demikian pulah dengan pendidikan jasmani yang di ajarkan di sekolah-sekolah.
Pendidikan jasmani berusaha mencapai tujuan pendidikan melalui aktifitas jasmani dan
pembinaan hidup sehat, baik sehat jasmani maupun rohaninya. Selain itu pendidikan
jasmani mempunyai fungsi, salah satunya adalah untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.Menurut Arma dan Agus (1994: 15-16), pertumbuhan dan
perkembangan yang di harapkan oleh anak meliputi beberapa ranah antara lain ranah
efektif, ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah jasmani.
Pendidikan jasmani pada dasarnya adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan
proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, maka pendidikan jasmani
dapat di lakukan di sekolah dan juga luar sekolah. Dalam kurikulum pendidikan jasmani
tahun 2004, di jelaskan tujuan pendidikan jasmani yaitu meningkatkan kebugaran anak
didik sekolah dengan ketentuan yang berbasis kopetensi untuk tingkat satuan pendidikan.
Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang di laksanakan sesuai
dengan tujuan dari pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 Tahun 2003 terdapat tujuan dari pendidikan nasional yaitu sebagai berikut :
pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi wargan Negara demokratis serta
Dalam Undang-Undang System Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003 diterangkan
bahwa system Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, meningkatkan mutu, relavansi dan efisiensi dan pengelolaan manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan local,
nasional dan global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah dan berkesinambungan. Sedangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) 2004 diamanatkan, antara lain ;1) pengupayaan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia
menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dengan meningkatkan
anggaran pendidikan secara berarti,2) peningkatan mutu lembaga pendidikan yang di
selenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah utuk menetapkan system
pendidikan yang efektif dan efesien dalam menhadapi perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, olahraga, dan seni.
Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2005 tentang
system keolahragaan nasional, dijelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai dengan standard an kebutuhan
pemerintah dan pemerintah daerah serta badan usaha yang bergerak dalam bidang
pembangunan perumahan dan permukimanberkewajiban menyediakan prasarana olahraga
sebagai fasilitas umum dengan standar dan kebutuhan yang ditetapkan oleh pemerintah
yang lelanjutnya di serahkan kepada pemerintah daerah sebagai asset/milik pemeritah
daerah setempat. Hal itu untuk menjamin terlaksananya pendidikan keolahragaan yang
merata dan bermutu bagi setiap warga masyarakat.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah bagian integral dari pendidikan secara
gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,
tindakan modal, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pembangunan nasional.
Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong
pertumbuhan fisik,perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),
serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Salah satu materi pembelajaran dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan adalah permainan bulutangkis. Permainan bulutangkis merupakan cabang
olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di
Indonesia. Prestasi Indonesia dalam cabang olahraga bulutangkis ini terbilang cukup
menggembirakan. Ini terlihat dari perjuangan para atlet bulutangkis di Japan super series.,
Indonesia super series dan Malaysia super series yang baru beberapa waktu lalu
berlangsung.
Olahraga bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan
dapat dilakukan didalam maupun di luar ruangan. Dari waktu ke waktu perkembangan
bulutangkis ini makin pesat, halini disebabkan makin tingginya kemampuan penguasaan
teknik dari para pemainya. Dengan kemampuan teknik bermain yang cukup tinggi yang
dimiliki oleh rata-rata pemain, maka akan dapat memberikan suatu permainan yang
bermutu. Untuk mendapat suatu penguasaan permainan yang baik, maka dari sejak dini
para pemain harus sudah di berikan pelajaran teknik dasar, sehingga dengan teknik dasar
yang akan datang. Untuk menjadi pembulutangkis yang handal perlu berbagai macam
persyaratan, salah satunya adalah penguasaan teknik dasar forehand bulutangkis.
Forehand adalah teknik dasar bulutangkis yang perlu dikuasai secara benar oleh setiap calon pebulutangkis oleh karena itu cara dan teknik pegangan raket yang benar
merupakan modal penting untuk dapat menguasai gerak dasar forehand bulutangkis
dengan baik, apabila teknik pemeegangan raket salah sejak awal maka sulit meningkatkan
kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis.
Bagi siwa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum Pringsewu, menguasai teknik pegangan raket
yang benar menjadi suatu kendala. Hal ini dikarenakan ukuran raket dan tinggi badan
siswa yang tidak proposional. Siswa yang memainkan raket yang panjang (raket dengan
ukuran normal) sulit melakukan pukulan dengan benar karena tinggi tubuh siswa tidak
sesuai dengan panjang raket tersebut. Akhirnya siswa menunggu luncuran shuttlecock
(kok) agar lebih dekat, padahal jika menunggu luncuran kok menjadi lebih dekat, tangan
pada bagian sikunya menjadi menekuk dan ini merupakan awal teknik pukulan yang
salah. Semua kesalaha-kesalahan teknik tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan
gerak dasar forehand siswa.
Selain itu juga tidak memadainya sarana dan prasarana bulutangkis di SD Negeri 1
Sukoharum, Pringsewu antara lain Lapangan yang besar membuat permainan kurang
menarik bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum, Pringsewu, karena jangkauan
untuk mencapai kok terlalu jauh, untuk memukulnya dari ujung ke ujung juga terlalu
jauh, membuat siswa jadi memaksakan diri. Selain itu belum tentu semua siswa bisa
memukul sejauh itu. Akibatnya, siswa memukul dengan seluruh kekuatan tubuhnya,
seluruh tanganya dan seluruh ayunan. Padahal kunci, kekuatan pukul dalam bulutangkis
Kendala raket yang lebih panjang, lapangan yang terlalu luas dan net yang terlalu tinggi
secara tidak langsung mengakibatkan rendahnya kemampuangerak dasar forehand siswa.
Oleh karena itu penulis melakukan upanya meningkatkan kemampuan gerak dasar
forehand permainan bulutangkis siswa SD melalui alat modifikasi permainan
bulutangkis.dengan alat modifikasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa SD
diharapkan memberikan kontribusi yang cukup tinggi untuk dapat meningkatkan
kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum,
Pringsewu dan memperbaiki teknik dasar permainan bulutangkis sejak dini.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah ditemukan di astas dapat di identifikasi masalah
yang di hadapi antara lain :
1. Rendahnya keterampilan gerak dasar forehand pada siswa kelas VI SD Negeri 1
Sukoharum Pringsewu.
2. Sulitnya menguasai teknik pegangan raket yang benar bagi siswa kelas VI SD Negeri
1 Sukoharum Pringsewu.
3. Tidak sesuainya sarana dan prasarana bulutangkis ( raket, kok, net dan lapangan
bulutangkis ukuran normal) menyebabkan rendahnya kemampuan gerak dasar
forehand bulutangkis siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum Pringsewu. C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalampenelitian ini
adalah :
1. Bagaimana cara mengatasi ketidak sesuaian alat yang di gunakan dalam pembelajaran
2. bagaimana proses pembelajaran forehand bulutangkis menggunakan alat modifikasi?”
3. mengapa pembelajaran bulutangkis menggunakan modifikasi prasarana dan sarana?”
4. apakah alat modifikasi permainan bulutangkis dapat meningkatkan kemampuan gerak
dasar forehand siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum, Pringsewu?”
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan gerak dasar forehand bulutangkis siswa kelas VI SD Negeri 1
Sukoharum Pringsewu dengan menggunakan alat modifikasi permainan bulutangkis
yaitu raket, kok, net dan lapangan bulutangkis.
2. Melalui pembelajaran dengan menggunakan alat modifikasi memperoleh gambaran
yang jelas tentang keterampilan gerak dasar forehand siswa kelas VI SD Negeri 1
Sukoharum Pringsewu.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi wawasan dan masukan bagi
1. Bagi Peneliti
dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian dalam mengajarkan pembelajaran gerak
dasar forehand bulutangkis.
2. Bagi Guru dan Pelatih
Bahan masukan bagi para guru dan pelatih bulutangkis untuk memperbaiki proses
pembelajaran olahraga bulutangkis serta meningkatkan proses pembelajaran agar
lebih bermakna.
Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar forehand
bulutangkis khususnya pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum Pringsewu.
4. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan informasi yang
bermanfaat dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran penjaskes khususnya
gerak dasar forehand bulutangkis pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum
Pringsewu.
5. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNILA.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi seluruh
mahasiswa program studi penjaskes sebagai bahan acuan untuk melaksanakan
penelitian selanjutnya dan kontribusi yang mengembangkan proses pembelajaran
gerak dasar forehand dalam bulutangkis.
F. Batasan Istilah
1. Bulutangkis adalah merupakan olahraga yang dimainkan dengan menggunakan raket,
kok, net dan lapangan bulutangkis dengan teknik pukulan yang bervariasi mulai dari
yang relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan” Grice
(2007).
2. Forehand yaitu pemain yang memegan raket pada tangan kanan (bukan kidal), pada sisi kanan tubuhnya atau setiap pukulan yang dilakukan disisi kanan tubuh” Poole
(2007)
3. Modifikasi diartikan menganalisis sekaligus mengembangkan materipelajaran dengan
cara meruntunkanya dalam bentuk aktivitas belajar yang profesioal sehingga dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya” Samsudin (2006:71)
4. Pengertian gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi di tinjau
memikirkan gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditentukan jarak dan
arah dari titik pangkalnya” Soedarminto (1993). Jadi pengertian gerak pemindahan
tempat keempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.
5. Gerak dasar adalah gerak yang berkembannya sejalan dengan pertumbuhan dan
tingkat kematangan. Kemampuan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Pembelajaran
Pandangan mengenai konsem pengajaran terus-menerus mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu teknologi pendidikan. Aspek-aspek
pembelajaran yang meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah
pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang system yang terarah pada
kenyataan, sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat
konseptual.
Menurut Omar Hamalik (2008: 126) Ciri-ciri pendekatan pembalajaran ada dua cirri
utama pendekatan system pembelajaran, yakni (1). Pendekatan system sebagai suatu
pandangan tentu mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar
megajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi
siswa untuk belajar secara efektif;(2). Penggunaan metodologi untuk merancang system
pembelajaran, yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan
penilaian keseluruhan proses pembelajaran, yang tertuju ke pencapaian tujuan
pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, keterampilan, sikap dan nilai, kreativitas).
Dengan metodologi ini akan dihasilak suatu system pembelajaran yang memanfaatkan
sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi secara efisien dan efektif.
Menurut Roestiyah N.K (1998:8) belajar adalah suatu proses aktivitas yang dapat
membawa perubahan pada individu, sedangkan mengajar adalah menciptakan system
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. System lingkungan ini terdiri
ingin dicapai, materi yang di ajarkan guru, siswa, jenis kegiatan yang di lakukan, serta
sarana dan prasarana.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran sangat
dibutuhkan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan usaha mencapai
tujuan dapat tercapai. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan
pembelajaran dapat dikatakan terjadi proses perubahan prilaku pada diri siswa sebagai
hasil dari suatu pengalaman.
Dari penjabaran konsep pembelajaran tersebut, maka dapat di identifikasikan dua aspek
penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek kedua adalah aspek belajar yakni
sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:136) tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran disekolah secara oprasional adalah membelajarkan siswa agar mampu
memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.
Kegiatan pengajaran seringkali di dasarkan pada dua premis yang terkadang tidak di
ungkapkan secara jelas, yaitu :
1. Siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan
baginya, tetapi siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan
bila ia tidak belajar. Berdasarkan premis ini, timbul tindakan yang mengondisikan
adanya ancaman tidak naik kelas, nilai rendah, hukuman dan yang lain, agar siswa
2. Guru merupakan motor penggerak yang membuat siswa terus-menerus belajar, dari
pihak siswa tiada kegiatan belajar spontan. Siswa seringkali dipandang sebagai
gentong kosong yang harus diisi oleh guru dengan air pengetahuan.
Dengan adanya dua premis seperti yang di ungkapkan tersebut mengakibatkan kegiatan
pembelajaran cenderung menjadi kegiatan “penjajahan” atau “penjinakan” dari pada
sebagai kegiatan pembelajaran dan pemanusiaan. Terjadinya penjajahan atau penjinakan,
karena siswa benar-benar di jadikan objek kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan beberapa pendekatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran tidak
hanya sebatas kegiatan penjajahan atau penjinakan. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2006:158-170) pendekatan pembelajaran antara lain : 1. Pengorganisasian siswa 2.
Pembelajaran secara kelompok 3. Pembelajaran secara klasikal.
B. Prinsip-Prinsip Pengembangan Pengalaman Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang di temukan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya belajarnya maupun bagi guru dalam mengajar. Prinsip-prinsip itu berkaitan
dengan perhatian dan motifasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peran yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
mungkin terjadi belajar, menurut Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono
(2006:42). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhanya. Disamping perhatian, motivasi mempunyai
peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan aktivitas seseorang motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam
pembelajaran. Sebagai tujuan, motvasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar. Sedangkan sebagai alat, motivasi merupakan salah satu factor seperti
halnya inlelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
2. Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini mengenggap bahwa anak adalah makhluk
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemampuan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
bila anak aktif mengalami sendiri.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Edgar Dale dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:45), dalam penggolongan
pengalaman belajar yang di tuangkan dalam kerucut pengalamanya mengemukakan
bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamatisecara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4. Pengulangan
Prinsip pengulangan dalam belajar sangat penting walaupun dengan tujuan yang
kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respon yang benar dan
membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa
belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan di atas, karena tidak dapat di
pakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih
relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih tetap di perlukan
latihan/pengulangan.
5. Tantangan
Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dalam belajar
dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi
dalam belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
6. Balikan dan penguatan
Format sajian pembelajaran yang berupa Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah
belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong
untuk belajar lebih giat dan semangat.
7. Perbedaan individual
Perbedaan individual sangat berpengaruh dapa cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar-mengajar guru dihadapkan pada siswa, guru berusaha
menyampaikan suatu hal yang disebut pesan. Para pakar teori belajar masing-masing
mengembangkan strategi pembelajaran berdasarkan beberapa sudut pandang yaitu :
1. Pembelajaran penerimaan (reception lerning)
Pendekatan ini bisa disebut juga dengan proses informasi yang mencangkup
penerimaan terhadap prinsip-prinsip umum,aturan-aturan serta ilustrasi khusus.
Pengujian dilakukan dengan tes yang menuntut pernyataan ulangmengenai
prinsip-prinsip dan contoh yang telah diberikan.
2. Pembelajaran Penemuan ( discovery learning)
Belajar penemuan dapat juga disebut juga proses pengalaman, siswa melakukan
tindakan dan mengamati pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh tersebut mungkin
sebagai ajaran atau hukuman atau mungkin memberikan keterangan mengenai
hubungan sebab akibat, siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum
berdasarkan pemahaman terhadap pembelajaran.
3. Pembelajaran penguasaan (mastery learning)
Belajar tuntas adalah strategi pembelajaran yang di individualisasikan dengan
menggunakan kedekatan kelompok. Pendekatan ini memungkinkan para siswa
belajar bersama-sama dengan memperhatikan bakat dan ketekunan siswa,
pemberian waktu yang cukup, dan bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan.
4. Pembelajaran Terpadu (unit learning)
Pendekatan pembelajaran terpadu berpangkal dari teori psikologi Gestalt.
Pembelajaran terpadu adalah suatu system pembelajaran yang bertitik tolak dari
suatu masalah atau proyek, yang dipelajari atau dipecahkan oleh siswa baik secara
individual maupun secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan
D. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang di gunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
upanya mencapai tijuan kurikulum. Satu metode mengandung pengertian terlaksananya
kegiatan guru dan kegiatan siswadalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan
melalui prosedur tertentu. Dewasa ini, keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama
dibandingkan dengan keaktifan siswa yang bertindak sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi siswa. Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada
kegiatan guru,selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada kegiatan siswa.
Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum,
karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru.dalam hubungan
ini, ada tiga alternative pendekatan yang dapat digunakan, yakni :
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi pembelajaran
terutama sumber dari mata pelajaran. Penyampaianya dilakukan melalui
komunikasi antar guru dan siswa. Guru sebagai penyampaian pesan atau
komunikator, siswa sebagai penerima pesan.
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran di laksanakan berdasarkan
kebutuhan, niat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak
digunakan metode dalam rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar
mandiri, belajar modular, paket belajar dan sebagainya.
3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan
mengintegrasikan sekolah dan masyarakat untuk memperbaiki kehidupan
sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari :
karyawisata, nara sumber, kerja pengalaman, survai, proyek pengabdian/pelayanan
masyarakat, berkemah dan unit.
E. Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani
yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan individu secara organic, neuromaskular, perceptual, kognitif dan
emosional, dalam rangka system pendidikan nasional. Departemen Pendidikan Nasional
(2004:1) pendidikan jasmani adalah satu proses pendidikan seorang baik sebagai
perorangan ataupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh
peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan
pembentukan watak. Abdul Ghofur yang dikutip oleh Arma dan Agus (1994:5).
Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani
guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui
pendidikan jasmani siswa di sosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk
keterampilan berolahraga.
Suparman (2000:7) mengatakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata
pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses
pembelajaranya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju
pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang
Pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani merupakan bagian dari upaya
peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kemampuan
dan keterampilan jasmani, serta mencapai pertumbuhan fisik dan mental. Hal ini sesuai
pendapat Syarifuddin (1990:2), yang mengartikan pendidikan jasmani adalah suatu
susunan kegiatan manusia yang direncanakan untuk merancang dan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan dan perkembangan, kecerdasan
dan pembentukan watak serta nilai dan sikap bagi warga Negara sebagai kelengkapan
dari pendidikan.
Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana,terarah dan terimbang,
diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan
bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Liputan tujuan itu terdiri dari
pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial dan moral
spiritual.
Lutan (1999-2000:1) mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses
pendidikan.karena itu pula, tujuanpun bersifat mendidik. Dalam pelaksanaanya aktifitas
jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, dan melalui pengalaman
itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan kata lain, pendidikan jasmani adalah proses ajar melalui aktivitas jasmani, dan
sekaligus pula sebagai proses ajar untuk menguasai keterampilan jasmani.dari
penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan
melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat
seutuhnya. Pendidikan jasmani mengemban misi pendidikan, sebab tujuan yang ingin
di capai selaras dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Karena itu, pelaksanaanya
pengalaman belajar berupa aktivitas jasmani yang terpilih, baik berupa bermain
maupun kegiatan olahraga, upaya itu dilaksanakan secara terencana dan teratur untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan selalu berorientasi untuk menyongsong masa depan. Karena dikenal tujuan
jangka panjang yang akan tercapai selama masa yang cukup panjang (20-25 tahun), dan
tujuan jangka menengah (5-10 tahun) sebagai sasaran antara mencapai tujuan jangka
panjang tersebut.
Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung secara terencana dan berulang-ulang,
terjadi suasana saling mempengaruhi, dengan catatan pihak guru pendidikan jasmani
bertugas untuk mengelola tiga hal : (1) perilaku peserta didik, (2) tugas ajar, dan (3)
menciptakan atmosfir belajar.
Pendidikan jasmani dan kesehatan mempunyai peran penting dalam pembinaan dan
pengembangan individu maupun kelompok dalam memantapkan pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang selaras dan sebanding.
Dalam Suparman (2000:7).
Bucher dalam Samsudin (2006) mengemukakan tujuan pendidikan jasmani sekolah
dasar yaitu :
1. Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, mental emosional
dan sosial yang berbeda.
2. Keterampilan gerak dan kognitif harus mendapat penekanan.
3. Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kelenturan, kemampuan dan
koordinasi serta harus belajar bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran
4. Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus harus menjadi bagian penting dari semua
program.
Fokus program pendidikan jasmani sekolah dasar :
1. Program penjas harus memberikan kesempatan untuk memperoleh kesenangan,
belajar keterampilan baru dan belajar sebagai cabang olahraga.
2. Anak juga membutuhkan latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
3. Pada tingkat usia ini hamper pasti bahwa pendidikan jasmani dipanang sebagai tempat
untuk membentuk persahabatan yang baru.
4. Anak juga menekankan bahwa program pendidikan jasmani memberikan kesempatan
untuk beraksi (show off) dan juga mampu menghilangkan ketegangan.
F. Belajar Mengajar
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiranya tentang
belajar”. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi secara terus menerus
yang hasilnya dapat dilihat secara menetap. Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, diantaranya adalah factor internal dan factor eksternal.
Factor internal berasal dari dalam diri siswa diantaranya niat, motifasi, kecerdasan,
kondisi, pancaindra. Factor eksternal diantaranya adalah lingkungan, sarana belajar,
guru dan kurikulum, dalam Syaiful Bahri Djaramah (2002).
Mengajar memerlukan suatu ilmu. Oleh karena itu bagi seorang pendidik atau guru yang
akan mendidik dan mengajar diperlukan ilmu tersebut, yang dinamakan ditaktik.
Diktaktik adalah suatu istilah dari bahasa yunani : Didascein yang berarti “saya mengajar” atau ilmu mengajar atau ilmu yang mempelajari dan member syarat-syarat
orang lain. Jadi ditaktik memberikan petunjuk-petunjuk umum untuk mengajar, dan
berlaku untuk segala pelajaran dalam mata pelajaran apapun, dalam mengajar ada 3
faktor yang harus diperhatikan Roestiyah N.K (1998:1) :
1. Pengajar – yang mengajar, yang memberikan bahan, yang memotivasi.
2. Pelajar – yang menerima, yang menyerap dan menggunakanya.
3. Bahan pelajaranya.
Nasution (1994:114) mengatakan bahwa mengajar adalah pekerjaan transformatif yang
dilakukan oleh seorang guru atau oleh suatu tim dalam rangka mengoptimalisasikan
pencapaian tingkat kematangan dan tujuan belajar anak didik.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses membimbing
siswa/anak didik dalam kegiatan belajar baik formal maupun non formal yang
dilakukan secara berkesinambungan dan terstruktur.
G. Belajar Gerak
Pengertian belajar gerak tidak lepas dari pengertian belajar pada umumnya. Belajar
gerak merupakan bagian dari belajar. Belajar yang menekankan pada aktivitas gerak
tubuh disebut belajar gerak.
Soedarminto (1993-197) mengatakan bahwa gerak merupakan kegiatan atau proses
perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang tertentu, sekali hal ini sudah
dilakukan maka gerak itu, tanpa memikirkan gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan
itu dapat ditemukan jarak dan arah dari titik pangkalnya. Jadi pengertian gerak
perpindahan tempat ketempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.
Lutan (1998) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, (1)
gerak lokomotor adalah” gerak yang digunakan untuk mempermudah tubuh dari suatu
tempat ketempat lain atau memproyeksikan tubuh keatas misalnya : jalan, lompat dan
berguling”. Gerak non lokomotor” adalah keterampilan yang dilakukan tanpa
memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan,
mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan
suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun tangan atau bagian tubuh yang
lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata kaki, mata tangan, misalnya
melempar, menangkap dan menendang.
Toho Cholik Mutohir Cholik (2004:1) mengatakan bahwa belajar keterampilan dan
kemampuan motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai
dengan tingkat perkembanganya. Perilaku motorik adalah tanggapan atau reaksi anak
yang berwujud dalam gerakan (sikap) badan, dalah Toho Cholik Mutohir Cholik
(2004:25). Ahli lain berpendapat bahwa perilaku adalah fungsi seluruh syaraf yang
dilakukan oleh stuktur subkortikal yang terletak di daerah basal otak.
Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peran yang sangat pokok.
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik mampu melakukan suatu rangkaian
gerak jasmani dalam urutan tertentu, dalam mengadakan koordinasi antar gerak-gerik
berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam itu disebut “motorik”
karena otot, urat dan persendian terlibat secara langsung sehingga keterampilan
sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian, dalam Nasution (1994:18).
Dalam proses belajar keterampilan motorik tidak hanya perubahan yang bersifat
psikomotorik yang dicapai, tetapi juga bersifat kognitif dan efektif. Seperti yang di
adalah seperangkat proses yang berlainan dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku terampil.
H. Bermain Bulutangkis
Bulutangkis adalah sebuah cabang olshrsgs ysng memukul dan menangkis bola yang
terbuat dari bulu. Permainan ini dilakukan oleh dua orang (tunggal) atau empat orang
(ganda).
Permainan ini menggunakan rangkaian bulu yang ditata dalam sepotong gabus sebagai
bolanya dan raket sebagai alat pemukulnya, di atas sebidang lapangan. Inti permainan
ini adalah memasukan kok dilapangan lawan melalui net setinggi 1,55 meter dari lantai.
Jarring ini membatasi kedua bagian lapangan dimana para pemain berdiri dan
melakukan gerakan-gerakan tipuan (Pendidikan Jasmani SMK Jilid 3 Tingkat III).
Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan keseluruhan, di
samping menunjukkan cirri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan
anaerobic, jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan pukulan satu persatu. Namun
rangkaian gerakan secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam satu permainan,
menunjukkan sifat sebagai cabang olahraga anaerobic-anaerobik dominan. Cirri ini
disimpulkan dari sifat cabang olahraga bulutangkis berdasarkan tuntunan kondisi fisik.
Tidak dipungkiri bahwa cabang ini memerlukan kecepatan dan mobilitas pergerakan di
kombinasikan dengan agilitas yang biasanya dimanfaatkan untuk menutup lapangan
atau untuk mengejar kok kesegala arah. Pergerakanya cepat dan disusul dengan
Seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber dari tiga keterampilan dasar,
yaitu keterampilan lokomotor, keterampilan non lokomotor, dan keterampilan
manipulatif. Subarjah (2000:17). Dalam rumpun gerak lokomotor meliputi gerakan
menggeser,melangkah, berlari, memutar badan dan melompat. Dan gerak non lokomotor
meliputi dari sikap berdiri (stance) saat servis atau menerima servis, gerak melenting, menjangkau, atau merubah berbagai posisi badan. Sedangkan dalam rumpun gerak
manipulatif terwakili oleh adanya gerakan memukul kok dengan raket dari berbagai
posisi.
Berkaitan dengan kecakapan bermain bulutangkis ini Subarjah (2000:21)
mengemukakan bahwa “untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, kita lebih dahulu
menguasai beberapa teknik atau keterampilan dasar permainan ini (bulutangkis)”. Dan
Poole (2002:11) mengatakan bahwa “dengan keterampilan dasar seseorang sudah dapat
memainkan pertandingan bulutangkis”. Hal yang sama juga dikatakan oleh Arma
(1994:186) bahwa “dengan menguasai keterampilan dasar saja seorang telah dapat
bermain bulutangkis seseorang akan terwujud bila telah menguasai beberapa teknik atau
keterampilan dasar permainan bulutangkis.
I. Teknik Dasar Bulutangkis
1. Pegangan Raket (grip)
Bulutangkis dikenal sebagai olahraga yang banyak menggunakan pergelangan tangan.
Karena itu, benar tidaknya cara memegang raket akan sangan menentukan kualitas
pukulan seseorang. Salah satu teknik dasar bulu tangkis yang sangat penting dikuasai
secara benar oleh setiap calon pebulutangkis adalah pegangan raket. Cara dan teknik
pemegangan raket yang betul, merupakan modal penting untuk dapat bermain
dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket yang
benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan
dan permainan bulutangkis dimana raket harus di pegang dengan menggunakan
jari-jari tangan (ruas jari-jari tangan ) dengan luwes, rileks, namun harus tetap bertenaga pada
saat memukul kok. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan telapak
tangan (seperti memegang golok).
Teknik memegang raket yang di anggap baik adalah teknik memegang yang dapat
digunakan untuk menerima atau mengembalikan kok dengan mudah. Bagian
pegangan raket dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah.
Memegang raket pada bagian atas biasanya dilakukan pada waktu melakukan pukulan
yang cepat atau pada saat bertahan. Sedangkan pegangan bawah banyak dilakukan
pemain pada waktu melakukan serangan terutama pada waktu melakukan smesh.
Memegang raket pada umumnya dapat dilakukan dengan cara forehand .
Untuk tahap awal para pemula biasanya diajarkan cara memegang raket forehand.
Pegangan raket yang benar dengan memanfaatnkan tenaga pergelangan tangan pada
saat memukul kok, dapat meningkatkan mutu pukulan dan mempercepat laju jalanya
kok, dalam Icuk Sugiarto, (2004).
Cara memegang raket forehand
- Pegang raket dengan tangan kanan, kepala raket menyamping, pegang raket
dengan cara seperti “jabat tangan”. Bentuk V tangan diletakan pada bagian
gagang raket.
- Tiga jari, yaitu jari tengah, manis, dan kelingking memegang raket, sedangkan
jari telunjuk agak terpisah.
2. Sikap dan Posisi Tubuh Gerak Dasar Forehad Bulutangkis
Bulutangkis
1. Sikap posisi dan berdiri di lapangan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah :
a) Harus berdiri sedemikian rupa, sehingga berat badan tetap berada pada kedua
kaki dan tetap menjaga keseimbangan tubuh.
b) Tekuk kedua lutut,berdiri pada ujung kaki, sehingga posisi pinggang tetap
tegak dan rileks. Kedua kaki terbuka sejajaratau salah satu kaki diletakkan di
depan kaki lainya.
c) Kedua lengan dengan siku bengok pada posisi disamping badan, sehingga
lengan bagian atas yang memegang raket tetap bebas bergerak.
d) Raket harus dipegang sedemikian rupa, sehingga kepala (daunya) raket berada
lebih tinggi dari kepala.
e) Senantiasa waspada dan perhatikan jalanya kok selama permainan
berlangsung.
2. Sikap dan tahap kerja langkah kaki
Beberapa faktor yang harus diperhatikan
adalah :
a) Senantiasa berdiri dengan sikap posisi yang tepat diatas lapangan.
b) Lakukan gerakan langkah kedepan, kebelakang kesamping kanan dan kiri pada
saat memukul kok, sambil tetap memperhatikan keseimbangan tubuh.
c) Gerak langkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk
d) Hindari berdiri dengan telapak kaki dilantai (bertelapak) pada saat menunggu
datangnya kok, atau pada saat bergerak untuk memukul kok.
J. Pengertian Sarana Dan Prasarana
Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam
pembelajaran penjaskes. Termasuk didalamnya peralatan (apparatus), yaitu segala
sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan siswa untuk melakukan kegiatan
diatasnya, didalamnya atau diantaranya atau dibawahnya contohnya raket, dan shuttle
coock. Sedangkan perlengkapan (device) yaitu sesuatu yang melengkapi kebutuhan
prasarana. Contohnya : net, bendera, garis batas, dll. Jadi sarana olahraga dapat di
definisikan sebagai peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga
Samsudin (2006).
Prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu
proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai
sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relative
permanen. Salah satu sifat tersebut adalah ‘susah dipindahkan’. Prasarana olahraga juga
dapat didefinisikan sebagai tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan
untuk kegiatan olahraga dan atau penyelenggaraan keolahragaan. Undang-Undang
Republik Indonesia NO 3 (2005)
K. Hakikat Modifikasi
Minimnya sarana dan prasarana yang tidak sesuai dalam melakukan pembelajaran, akan
lebih kreatif. Guru harus bisa memodifikasi alat pemanfaatan prasarana dan sarana
seadanya. Pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan peralatan sederhana
dilapangan atau alat bantu buatan guru sendiri dinamakan pembelajaran dengan
modifikasi.
Secara harfiah modifikasi berarti perubahan., dan bila dikaitkan dengan gerakan maka
dapat diartikan adanya perubahan cara melakukan gerak dasar forehand dan alat yang
digunakan. “Modifikasi diartikan menganalisis sekaligus mengembangkan materi
pembelajaran dengan cara meruntunkanya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial
sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya Samsudin (2006:71). Pengertian
tersebut mengandung makna bahwa dalam belajar keterampilan gerak dasar forehand
bulutangkis pada peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
pengalaman gerak, dan fasilitas dan peralatan yang tersedia.
Samsudin (2006:72) mengemukakan tujuan modifikasi sebagai berikut :
1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpatisipasi.
3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
1. Modifikasi Raket Bulutangkis
Modifikasi raket dilakukan untuk meminimalisir kesulitan siswa dalam melakukan
gerak dasar forehand bulutangkis sekaligus untuk merangsang kemampuan siswa
tersebut. Panjang raket asli tidak seimbang dengan tinggi badan siswa SD sehingga
membuat siswa sering melakukan kesalahan dalam melakukan gerak dasar forehand
bulutangkis. Oleh karena itu raket dimodifikasi dengan menggunakan bahan dasar
papan/triplek yang dibentuk menyerupai raket asli dengan panjang pegang dirubah
2. Modifikasi Shuttlecock
Shuttlecock yang biasanya juga disebut kok, biasanya terbuat dari bulu angsa buatan
pabrik, umumnya sudah memiliki standar yang di tentukan IBF. Berat kok sekitar
5,67 gram. Bulu angsa yang menancap digabus yang dibungkus kulit berwarna putih
berjumlah antara 14-16 buah, dan di ikat dua tali agar tidak mudah lepas. Modifikasi
shuttle kok dilakukan untuk menyesuaikan dengan modifikasi yang dilakukan pada
raket. Modifikasi raket yang dibuat dari bahan papan/triplek mengharuskan
menggunakan kok yang terbuat dari bahan karet yang diberi rumbai-rumbai plastic
atau bulu-bulu ayam yang di tancap-tancapkan, sehingga hasil pantulanya lebih
sempurna.
3. Modifikasi Net
Modifikasi net dilakukan untuk menyesuaikan dengan postur tubuh siswa SD dan
sekaligus untuk merangsang siswa agar lebih aktif dan kreatif. Net dibuat lebih rendah
agar hasil pukulan siswa mampu mencapai tinggi net. Tinggi net asli pada lapangan
bulutangkis yang biasanya dihitung dari lantai hingga ke ujung tiang 1,55 meter, maka
dikurangi hingga menjadi sekitar 130 cm, net yang biasanya dibuat dari nilon atau
buatan pabrik diubah menjadi bahan tali raffia ridangkai menyeruapai net asli.
4. Modifikasi Lapangan
Ukuran lapangan dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kemampuan jangkauan
13,40 meter dan lebah 6,10 meter, serta untuk tunggal berukuran panjang 13,40 meter
dan lebar 5,18 meter, diubah menjadi lebah 4 meter dan panjang 8 meter.
L. Hipotesis
Hipotesis adalah alat yang sangat besar keguanaanya dalam penyelidikan ilmiah karena
dapat menjadi penuntun kearah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang
harus di cari pemecahnya. Semua istilah hipotesis dari bahasa yunani berasal dari dua
penggalan kata yaitu “hupo” (sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori) karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenaranya, maka perlu
diuji kebenaranya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah suatu jawaban
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul, dalam Arikunto (2002). Berdasarkan keterangan fikir telah disampaikan,
maka diajukan hipotesis yaitu :
Ha
: “ Jika menggunakan alat
modifikasi meningkatkan kemampuan
gerak dasar forehand bulutangkis siswa SD”.
Ha.1
:” Jika menggunakan raket dank ok modifikasi serta latihan memukul
mandiri kedinding meningkatkan kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis
siswa SD.
Ha.2 :” Jika menggunakan raket dank ok modifikasi serta latihan memukul
secara berpasangan meningkatkan kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis siswa SD.
latihan memukul secara berpasangan dilapangan bulutangkis, meningkatkan
I. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penelitian ini dilakukan dengan
metode kaji tindak dengan menggunakan pedoman yaitu penelitian tindakan kelas
(PTK) atau disebut juga dengan Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan
kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelas. Focus penelitian tindakan kelas (PTK) adalah pada
siswa atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, dalam Aqib (2006).
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaborafif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai
guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas (PTK)
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Masalah berawal dari guru.
2. Tujuanya memperbaiki pembelajaran.
3. Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian.
4. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Sedangkan tujuan utama dari penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk perbaikan
dan peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambungan serta untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan
Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitiansampai tiga siklus dan setiap
siklus memiliki tindakan yang berbeda. Dalam pelaksanaanya setiap proses penelitian
merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya. Penelitian tindakan ini
dilakukan melalui putaran atau spiral yang setiap siklusnya terdiri dari rencana,
tindakan, observasi dan refleksi. Seperti yang di gambarkan di bawah
Gambar 5. Siklus Tindakan Kelas Depdikbud (1999)
Keterangan gambar :
A = Merencanakan (rencana) : tindakan apa yang dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap yang di inginkan.
B = Melaksanakan (tindakan) : apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang di inginkan.
C = Observasi : mengamati atas hasil yang dilaksanakan tes.
D = Refleksi : peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
dari berbagai kriteria.
B. Rancangan Penelitian dDdD
dDdC
dDdB dDdD dDdC
dDdB dDdD dDdC
dDdB
dDdI dDdII dDdIII
Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai tiga siklus (emanbelas kali
pertemuan) dan setiap siklus memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan.
Dalam pelaksanaanya, setiap proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus
penelitian sebelumnya.
Siklus I
1. Pertemuan pertama adalah tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa dalam bermain bulutangkis.
2. Pertemuan yang selanjutnya adalah pemberian materi bagaimana cara memegang
raket forehand serta memukul bola mandiri dengan menggunakan alat-alat yang telah
dimodifikasi, diakhir pembelajaran dilakukan tes akhir dari siklus pertama namun
awal dari siklus kedua, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah
diberi materi pegangan raket forehand.
Siklus II
1. Siklus kedua diberikan materi bagaimana cara melakukan gerakan langkah kai,
teknik dasar forehand bulutangkis serta memukul bola secara berpasangan dengan
menggunakan alat-alat (raket dank kok) yang telah dimodifikasi.
2. Diakhir pembelajaran dilakukan tes akhir dari siklus kedua namun awal dari siklus
ketiga, tujuanya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah diberikan
materi gerakan langkah kaki, teknik dasar forehand bulutangkis serta memukul bola
secara berpasangan.
Siklus III
1. Siklus kedua diberikan materi bagaimana cara melakukan gerak dasar forehand
keterampilan gerak dasar forehand bulutangkis menggunakan alat-alat (raket, kok,
net dan lapangan).
2. Diakhir pembelajaran dilakukan tes yang terakhir dari seluruh siklus yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah diberikan materi gerak
dasar forehand bulutangkis secara keseluruhan mulai dari pegangan raket forehand,
gerakan langkah kaki, latihan memukul bola mandiri, dari memukul bola secara
berpasangan.
C. Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Bulutangkis
Siklus I
1. Rencana
a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatanyang
dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan penutup.
b. Menyiapkan instrument penelitian berupa Indikator-indikator gerak dasar
forehand bulutangkis yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan
akhir.
c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handicame atau kamera)
d. Menyiapkan alat-alat bulutangkis untuk memproses pembelajaran.
e. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bulutangkis khususnya
gerak dasar forehand.
a. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya raket dan siswa terbagi dengan merata
setiap barisnya.
b. Menjelaskan pentingnya gerakan kaki, tangan, perkenaan bola, gerakan badan dan
mempraktekan gerak dasar forehand bulutangkis dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan gerakan lanjutan.
c. Melakukan gerak dasar forehand bulutangkis kedinding dengan menggunakan
raket dank ok yang telah dimodifikasi.
d. Setiap siswa melakukan sebanyak 5x gerakan secara bergantian.
e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengoreksi kesalahan gerakan yang
dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang masih salah.
3. Observasi
a. Darihasil observasi, diamati apakah suasana dengan melakukan gerak dasar
forehand bulutangkis kedinding menggunakan raket dank ok yang telah
dimodifikasi dapat berjalan dengan baik.
b. Setelah tindakan dilakukan,diamati, dan dikoreksi memberikan waktu
pengulangan, dievaluasi dari hasil tindakan pada siklus pertama. Posisi tahap
persiapan, pelaksanaan dan gerak akhir.
4. Refleksi
a. Dari data hasil observasi disimpulkan dan di diskusikan.
b. Di diskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.
Siklus II
1. Rencana
a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang
b. Menyiapkan instrument penilaian berupa Indikator-indikator gerak dasar forehand
bulutangkis yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan akhir.
c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handicame atau kamera).
d. Menyiapkan alat-alat bulutangkis untuk proses pembelajaran.
e. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bulutangkis khususnya
gerak dasar forehand.
2. Tindakan
a. Langkah-langkah dalam tindakan siklus kedua adalah siswadibariskan
sesuaidenganbanyaknya raket dan siswa terbagi dengan merata setiap barisnya.
b. Menjelaskan pentingnya proses kaki, tangan, perkenaan bola, gerakan badan dan
mempraktekan gerak dasar forehand bulutangkis dari tahap persiapan,
pelaksanaan gerakan dan gerakan lanjutan secara berurutan.
c. Melakukan gerakan forehand bulutangkis berpasangan dengan menggunakan
raket dank ok yang telah dimodifikasi.
d. Setiap siswa melakukan sebanyak 5x gerakan secara bergantian.
e. Diberikan pengulangan gerak dasar forehand bulutangkis secara berurutan.
3. Observasi
a. Dari hasil observasi, diamati apakah suasana dalam proses pembelajaran dalam
melakukan gerak dasar forehand bulutangkis berpasangan menggunakan raket
dank kok yang telah dimodifikasi.
b. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi diberikan waktu pengulangan
dari nilai atau dievaluasi dari hasil pada siklus kedua.
4. Refleksi
a. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.
Siklus III
1. Rencana
a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan
meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.
b. Menyiapkan instrument penelitian berupa Indikator-indikator gerak dasar
forehand bulutangkis yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan
akhir.
c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handicame atau kamera).
d. Menyiapkan alat-alat bulutangkis untuk proses pembelajaran.
e. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bulutangkis khususnya
gerak dasar forehand.
2. Tindakan
a. Langkah-langkah dalam tindakan siklus kadua adalah siswa dibariskan sesuai
dengan banyaknya raket dan siswa tebagi dengan merata setiap barisnya.
b. Menjelaskan pentingnya gerakan kaki, tangan, perkenaan bola, gerakan badan dan
mempraktekan gerak dasar forehand bulutangkis dari tahap persiapan,
pelaksanaan dan gerakan lanjutan secara berurutan.
c. Melakukan gerak dasar forehand bulutangkis berpasangan dengan menggunakan
raket, kok, net dan lapangan yang telah dimodifikasi.
d. Setiap siswa melakukan sebanyak 5x gerakan secara bergantian.
e. Diberiakan peluang gerak dasar forehand bulutangkis secara berurutan.
a. Dari hasil observasi, diamati apakan suasana dalam proses pembelajaran dengan
melakukan gerak dasar forehand bulutangkis berpasangan menggunakan raket,
kok, net dan lapangan yang telah dimodifikasi dapat berjalan dengan baik.
b. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi diberi waktu pengulangan dan
dinilai maka dapat diketahui prosentase keberhasilan sehingga dapat disimpulkan.
4. Refleksi
Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.
D. Tempat dan Waktu
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Sukuharum, Pringsewu.
2. Pelaksanaan penelitian
Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian ini dari 16x pertemuan adalah dua
bulan.
E. Instrumen Penelitian
Instrument adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di setiap
siklusnya. Alat itu berupa indikator-indikator dari penilaian gerak dasar forehand dalam
bulutangkis menurut Feir and cuning ham dalam Muhajir (1997:58). Jika siswa
memenuhi setiap aspek pada pelaksanaan pembelajaran diatas maka siswa mendapat
nilai 1-5. Sedang aspek-aspek dari tahap gerakan tersebut meliputi : format penilaian
gerak dasar forehand bulutangkis terlampir.
Setelah data terkumpul dari tindakan setiap siklus, selanjutnya data dianalisis melalui
tabulasi, persentase dan normative. Untuk melihat kualitas hasil tindakan setiap siklus
digunakan rumus (Subagio 1991:107 dan Surisman 1997) sebagai berikut :
=
100%
Keterangan :
P : prosentase keberhasilan
F : jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar
I. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkananalisisdanpembahasanhasilpenelitianmakadapatdisimpulkansebagaiberikut
:
1. Pembelajarandenganmenggunakanalatmodifikasidapat member
peningkatanketarampilangerakdasarforehandbulutangkispadasiswakelas VI SD
Negeri 1 Sukoharum, PringsewuTahunPelajaran 2011/2012.
2. Pembelajarandenganmenggunakanalatmodifikasiefektifuntukmenungkatkanpembel
ajaranforehandbulutangkissiswakelas VI SD Negeri 1
SukoharumPringsewuTahunPelajarn 2011/2012.
B. Saran
Berdasarkanhasilpenelitianini, selanjutnyadianjurkanbeberapa saran sebagaiberikut :
1. Kepadasiswakelas VI SD Negeri 1 Sukoharum, Pringsewu agar
selaluberupayameningkatkangerakdasarforehand bulutangkis.
2. Kepadarekan guru
pendidikanjasmanibaikpadajenjangpendidikantingkatdasarmaupuntingkatmenengah
agar
dapatmemanfaatkanpendekatanpembelajarandenganalatmodifikasiuntukmengajarpe
mbelajaranbulutangkis.
3. Kepadapembacasupayapenelitianiniditindaklanjutikearah yang lebihluaslagi,
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADA SISWA
KELAS VI
SD NEGERI 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
KASRIYO
Skripsi
Sebagaisalahsatusyaratuntukmencapaigelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program studiPendidikanJasmanidanKesehatan Jurusanilmupendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. ModifikasiRaketBulutangkis 2. Modifikasi Shuttlecock 3. Modifikasi Net
DAFTAR ISI A. PendekatanPembelajaran ... 10
B. Prinsip-prinsipPengembanganPengalamanBelajar ... 13
C. StrategiPembelajaran ... 16
D. MetodePembelajaran ... 17
E. PendidikanJasmaniSekolahdasar ... 18
F. Belajarmengajar ... 22
G. BelajarGerak ... 24
H. BermainBulutangkis ... 26
I. TeknikDasarBulutangkis ... 27
J. PengertiansaranadanPrasarana ... 30
K. HakikatModifikasi ... 32
L. Hipotesis ... 34
III. METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian ... 36
B. RancanganPenelitian ... 38
C. ProsesKeterampilanGerakDasarBulutangkis ... 40
D. TempatdanWaktu ... 44
E. Instrument Penelitian ... 44
F. TeknikAnalisis Data ... 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 46
1. RefleksiHasilPenelitianPeningkatanKeterampilan
GerakDasar Forehand Bulutangkis ... 51
a. Siklus I ... 54
b. Siklus II ... 55
c. Siklus III... 56
2. HasilAnalisisKeterampilanGerakDasar Forehand danBulutangkis 57
3. DeskripsidanEfektifitasPembelajaranSetiapSiklus ... 58
C. UjiHipotesis ... 59
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
VI. DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, 2006.penelitian tindakan kelas. Yrama Widya
Arma Abdullah dan Agus Munadji,1994. Dasar-dasar pendidikan jasmani,
Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.
Cholik Toho Motohir dan Gusril. 2004. Perkembangan motorik pada masa anak- anak. Proyek pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga, direktorat jendral olahraga depdiknas, Jakarta.
Departemen pendidikan nasional 2004. Kurikulum penjaskes, Jakarta.
Depdikbud. 1999. Penelitian tindakan kelas. Depdikbud, direktorat jendral pendidikan menengah umum. IKIP, Yogyakarta.
Depdiknas. 2003. Undang-undang republic Indonesia No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Depdiknas, Jakarta.
Depdiknas. 2005. Undang-undang republic Indonesia No 3 tahun 2005 tentang system keolahragaan nasional. Depdiknas.Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran. Rineka cipta, Jakarta.
Grice Tony, 2007.bulutangkis petunjuk praktis untuk pemula dan lanjut. PT. raja grafindo persada, Jakarta.
Hamalik Oemar, 2008. Kurikulum pembelajaran. Bumi aksara, Jakarta.
Lutan, Rusli, 1998. Belajar keterampilan motorik, pengantar teori dan metode.
Drijen dikti, PPLPTK, Jakarta.
Lutan, Rusli dan Suherman, Adang.1999/2000. Pengukuran dan evaluasi
penjaskes. Buku teks setara D-III. Depdikbud jendral pendidikan dasar dan menengah, Jakarta.
Muhajir, 1997. Pendidikan jasmani dan kesehatan untuk SMK 2. Erlangga, Bandung.
Nasution, Noehi 1994. Psikologi pendidikan. Universitas terbuka depdikbud, Jakarta.
PB PBSI, 2005. Pedoman praktis bermain bulutangkis. Jakarta.
Poole james,2002. Belajar bulutangkis.CV. pionir jaya, Bandung.
Roestiyah N.K.1998. diktatik metodik. bumi aksara, Jakarta.
Samsudin,2006. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SD/MI. prenada media group, Jakarta.
Soeparman Soerdarminto.1993.kinesiologi. PPD02241/3 SKS. Jakarta.
Subarjah Herman,(2000). Pendekatan keterampilan taktis dalam pembelajaran
bulutangkis : konsep dan metode DEPDIKNAS direktoray jendral pendidikan dasar dan menengah, penerbit direktorat jendral olahraga, Jakarta.
Sugiarto, Icuk 2004.Total badminton. Setyaki eka anugerah, Solo.
Suparman, Eddy.Dkk.2000pendidikan jasmani dan kesehatan. Angkasa, bandung.
Surisman, laporan penelitian tindakan kelas (1997), upaya meningkatkan
kreatifitas siswa melalui alat peraga dalam proses belajar mengajar matematika SD 2 segalamider Bandar lampung.
Syaiful Bahri Djamarah,2002. Psikologi belajar, PT rineka cipta, Jakarta.
DAFTAR TABEL
Halaman
1. RekapitulasiRefleksiJumlahSiswa yang mendapatnilai 1-5
setiapsiklusgerakdasar Forehand Bulutangkis ... ... 47
2. Deskripsihasil PTK pembelajaranketerampilangerakdasar
Forehand Bulutangkis ... 49
3. Rekapitulasianalisishasilpembelajaranketerampilangerak
dasar Forehand Bulutangkissiklus I ... 50
4. Rekapitulasianalisishasilpembelajaranketerampilangerak
dasar Forehand Bulutangkissiklus II ... 50
5. Rekapitulasianalisishasilpembelajaranketerampilangerak
dasar Forehand Bulutangkis ... 51
6. Hasilketuntasanlatihanketerampilangerakdasar Forehand Bulutangkismeningkatsecaranyatapadasikluskedua
JudulSkripsi
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUK
BULUTANGKIS
PADASISWA KELAS VI SDN 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN2011/2012
PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADASISWA KELAS VI SDN 1 SUKOHARUM
PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN2011/2012
GERAK DASAR SERVIS FOREHAND MELALUI MODEL BERPASANGAN PADASISWA KELAS VI SDN 1 SUKOHARUM
PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN2011/2012
Pembimbing I
Drs. Herman Tarigan, M.Pd NIP. 196012311988031018
1. Tim Penguji
Ketua
Sekretaris
Drs. Herman Tarigan, M.Pd NIP. 196012311988031018
Pembimbing II
Drs. Ade Jubaedi, M.Pd NIP.
2. Ketua Program Studi
Drs. Wiyono, M.Pd NIP.
PENGESAHAN
:
:
Penguji
BukanPembimbing
:
MOTTO
Janganmaujadipengecuthidupsekaliharusberarti
Ada yang berubah, ada yang bertahan
Karenajamantakbisadilawan
Yang pasti
Kepercayaanharusdiperjuangkan.
Janganlahhendaknyakamukuatirtentangapaunjuga, tetapi
Nyatakanlahdalamsegalahhalkeinginanmukepada Allah dalamdo’a
Dan pemahamandenganucapansyukur.
Sebelumberbuat, lihatlahterlebihdahuludariberbagaisegidan
Pertanggungjawabkanperbuatanmudenganapa yang kamuperbuat
RIWAYAT HIDUP
PenulisbernamaKasriyodilahirkan di Enggalrejo 20 Agustus 1967. Dari
pasanganBapakMitroWiyonodanIbuRubinah, danmerupakananakke 5 (lima)
darisembilanbersaudara.
Pendidikan yang pertamaditempuhadalahSekolahDasar (SD) Negeri1 Enggalrejopadatahun
1981 tamat. SekolahMenengahPertama (SMP) Swasta di Adiluwihtahun 1983 tamat. Sekolah
Guru Olahraga (SGO) diselesaikanpadatahun 1987. Padatahun 1999 penulismelanjutkan di
Pendidikan UT Bandar Lampung. Selesaipadatahun 2001.
Demikianriwayathiduppenulissampaikandanmudah-mudahanpenulisdapatmenjadi orang yang
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puju syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini meskipun jauh dari kesempurnaan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi SI penjaskes pada jurusan
Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Pukulan Gerak
Dasar Servis Forehand Bulutangkis Melalui Model Berpasangan Pada Siswa Kelas VI SD N
1 Sukoharum Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012 ”. Penulis banyak memperoleh bantuan
dari berbagai pihak terutama kepada bapak Drs. Herman Tarigan, M. Pd. Selaku pembimbing
utama, dan bapak Drs. Ade Jubaedi, M. Pd. Selaku pembimbing Akademik dan sekaligus
pembimbing kedua. Atas bibmbingan yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini penulis
mengucapkan terimakasih.
Di samping itu pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih yang tak