• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN

PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh KASRIYO

Usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus terampil dalam mengajar dan juga menguasai materi pembelajaran. Proses pembelajaran diperlukan adanya kemampuan

mengajar yang baik karena pembelajaran pendidikan jasmani sangat membutuhkan keterampilan gerak dalam pelaksanaan belajar mengajar.

Seorang guru dalam proses belajar mengajar perlu menciptakan kondisi yang dapat

mendorong siswa agar lebih giat dan aktif dalam belajar. Proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik apabila guru menyampaikan materi dan menggunakan sarana mengajar dengan baik.

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dengan tiga siklus, setiap siklus memiliki kegiatan yang beda. Siklus pertama melakukan latihan mandiri menggunakan raket dan shuttlecock bulutangkis yang telah di modifikasi, siklus yang ke dua melakukan gerak dasar forehand bulutangkis secara berpasangan dengan menggunakan raket dan shuttlecock yang telah di modifikasi, siklus yang ketiga melakukan gerak dasar forehand bulutangkis secara berpasangan dengan menggunakan raket,shuttlecock, net dan lapangan yang telah di modifikasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1

Sukoharum Pringsewu sebanyak 38 anak.

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orangdi dalam kehidupanya,

demikian pulah dengan pendidikan jasmani yang di ajarkan di sekolah-sekolah.

Pendidikan jasmani berusaha mencapai tujuan pendidikan melalui aktifitas jasmani dan

pembinaan hidup sehat, baik sehat jasmani maupun rohaninya. Selain itu pendidikan

jasmani mempunyai fungsi, salah satunya adalah untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan pada anak.Menurut Arma dan Agus (1994: 15-16), pertumbuhan dan

perkembangan yang di harapkan oleh anak meliputi beberapa ranah antara lain ranah

efektif, ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah jasmani.

Pendidikan jasmani pada dasarnya adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan

proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, maka pendidikan jasmani

dapat di lakukan di sekolah dan juga luar sekolah. Dalam kurikulum pendidikan jasmani

tahun 2004, di jelaskan tujuan pendidikan jasmani yaitu meningkatkan kebugaran anak

didik sekolah dengan ketentuan yang berbasis kopetensi untuk tingkat satuan pendidikan.

Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang di laksanakan sesuai

dengan tujuan dari pendidikan nasional. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 20 Tahun 2003 terdapat tujuan dari pendidikan nasional yaitu sebagai berikut :

pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi wargan Negara demokratis serta

(3)

Dalam Undang-Undang System Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003 diterangkan

bahwa system Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

pendidikan, meningkatkan mutu, relavansi dan efisiensi dan pengelolaan manajemen

pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan local,

nasional dan global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara terencana,

terarah dan berkesinambungan. Sedangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara

(GBHN) 2004 diamanatkan, antara lain ;1) pengupayaan perluasan dan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia

menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi dengan meningkatkan

anggaran pendidikan secara berarti,2) peningkatan mutu lembaga pendidikan yang di

selenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah utuk menetapkan system

pendidikan yang efektif dan efesien dalam menhadapi perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, olahraga, dan seni.

Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2005 tentang

system keolahragaan nasional, dijelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai dengan standard an kebutuhan

pemerintah dan pemerintah daerah serta badan usaha yang bergerak dalam bidang

pembangunan perumahan dan permukimanberkewajiban menyediakan prasarana olahraga

sebagai fasilitas umum dengan standar dan kebutuhan yang ditetapkan oleh pemerintah

yang lelanjutnya di serahkan kepada pemerintah daerah sebagai asset/milik pemeritah

daerah setempat. Hal itu untuk menjamin terlaksananya pendidikan keolahragaan yang

merata dan bermutu bagi setiap warga masyarakat.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah bagian integral dari pendidikan secara

(4)

gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

tindakan modal, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui

aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis

dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pembangunan nasional.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong

pertumbuhan fisik,perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan

penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),

serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan

perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Salah satu materi pembelajaran dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan

kesehatan adalah permainan bulutangkis. Permainan bulutangkis merupakan cabang

olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di

Indonesia. Prestasi Indonesia dalam cabang olahraga bulutangkis ini terbilang cukup

menggembirakan. Ini terlihat dari perjuangan para atlet bulutangkis di Japan super series.,

Indonesia super series dan Malaysia super series yang baru beberapa waktu lalu

berlangsung.

Olahraga bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan

dapat dilakukan didalam maupun di luar ruangan. Dari waktu ke waktu perkembangan

bulutangkis ini makin pesat, halini disebabkan makin tingginya kemampuan penguasaan

teknik dari para pemainya. Dengan kemampuan teknik bermain yang cukup tinggi yang

dimiliki oleh rata-rata pemain, maka akan dapat memberikan suatu permainan yang

bermutu. Untuk mendapat suatu penguasaan permainan yang baik, maka dari sejak dini

para pemain harus sudah di berikan pelajaran teknik dasar, sehingga dengan teknik dasar

(5)

yang akan datang. Untuk menjadi pembulutangkis yang handal perlu berbagai macam

persyaratan, salah satunya adalah penguasaan teknik dasar forehand bulutangkis.

Forehand adalah teknik dasar bulutangkis yang perlu dikuasai secara benar oleh setiap calon pebulutangkis oleh karena itu cara dan teknik pegangan raket yang benar

merupakan modal penting untuk dapat menguasai gerak dasar forehand bulutangkis

dengan baik, apabila teknik pemeegangan raket salah sejak awal maka sulit meningkatkan

kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis.

Bagi siwa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum Pringsewu, menguasai teknik pegangan raket

yang benar menjadi suatu kendala. Hal ini dikarenakan ukuran raket dan tinggi badan

siswa yang tidak proposional. Siswa yang memainkan raket yang panjang (raket dengan

ukuran normal) sulit melakukan pukulan dengan benar karena tinggi tubuh siswa tidak

sesuai dengan panjang raket tersebut. Akhirnya siswa menunggu luncuran shuttlecock

(kok) agar lebih dekat, padahal jika menunggu luncuran kok menjadi lebih dekat, tangan

pada bagian sikunya menjadi menekuk dan ini merupakan awal teknik pukulan yang

salah. Semua kesalaha-kesalahan teknik tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan

gerak dasar forehand siswa.

Selain itu juga tidak memadainya sarana dan prasarana bulutangkis di SD Negeri 1

Sukoharum, Pringsewu antara lain Lapangan yang besar membuat permainan kurang

menarik bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum, Pringsewu, karena jangkauan

untuk mencapai kok terlalu jauh, untuk memukulnya dari ujung ke ujung juga terlalu

jauh, membuat siswa jadi memaksakan diri. Selain itu belum tentu semua siswa bisa

memukul sejauh itu. Akibatnya, siswa memukul dengan seluruh kekuatan tubuhnya,

seluruh tanganya dan seluruh ayunan. Padahal kunci, kekuatan pukul dalam bulutangkis

(6)

Kendala raket yang lebih panjang, lapangan yang terlalu luas dan net yang terlalu tinggi

secara tidak langsung mengakibatkan rendahnya kemampuangerak dasar forehand siswa.

Oleh karena itu penulis melakukan upanya meningkatkan kemampuan gerak dasar

forehand permainan bulutangkis siswa SD melalui alat modifikasi permainan

bulutangkis.dengan alat modifikasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa SD

diharapkan memberikan kontribusi yang cukup tinggi untuk dapat meningkatkan

kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum,

Pringsewu dan memperbaiki teknik dasar permainan bulutangkis sejak dini.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah ditemukan di astas dapat di identifikasi masalah

yang di hadapi antara lain :

1. Rendahnya keterampilan gerak dasar forehand pada siswa kelas VI SD Negeri 1

Sukoharum Pringsewu.

2. Sulitnya menguasai teknik pegangan raket yang benar bagi siswa kelas VI SD Negeri

1 Sukoharum Pringsewu.

3. Tidak sesuainya sarana dan prasarana bulutangkis ( raket, kok, net dan lapangan

bulutangkis ukuran normal) menyebabkan rendahnya kemampuan gerak dasar

forehand bulutangkis siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum Pringsewu. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalampenelitian ini

adalah :

1. Bagaimana cara mengatasi ketidak sesuaian alat yang di gunakan dalam pembelajaran

(7)

2. bagaimana proses pembelajaran forehand bulutangkis menggunakan alat modifikasi?”

3. mengapa pembelajaran bulutangkis menggunakan modifikasi prasarana dan sarana?”

4. apakah alat modifikasi permainan bulutangkis dapat meningkatkan kemampuan gerak

dasar forehand siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum, Pringsewu?”

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan gerak dasar forehand bulutangkis siswa kelas VI SD Negeri 1

Sukoharum Pringsewu dengan menggunakan alat modifikasi permainan bulutangkis

yaitu raket, kok, net dan lapangan bulutangkis.

2. Melalui pembelajaran dengan menggunakan alat modifikasi memperoleh gambaran

yang jelas tentang keterampilan gerak dasar forehand siswa kelas VI SD Negeri 1

Sukoharum Pringsewu.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi wawasan dan masukan bagi

1. Bagi Peneliti

dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian dalam mengajarkan pembelajaran gerak

dasar forehand bulutangkis.

2. Bagi Guru dan Pelatih

Bahan masukan bagi para guru dan pelatih bulutangkis untuk memperbaiki proses

pembelajaran olahraga bulutangkis serta meningkatkan proses pembelajaran agar

lebih bermakna.

(8)

Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar forehand

bulutangkis khususnya pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum Pringsewu.

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan informasi yang

bermanfaat dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran penjaskes khususnya

gerak dasar forehand bulutangkis pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sukoharum

Pringsewu.

5. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNILA.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi seluruh

mahasiswa program studi penjaskes sebagai bahan acuan untuk melaksanakan

penelitian selanjutnya dan kontribusi yang mengembangkan proses pembelajaran

gerak dasar forehand dalam bulutangkis.

F. Batasan Istilah

1. Bulutangkis adalah merupakan olahraga yang dimainkan dengan menggunakan raket,

kok, net dan lapangan bulutangkis dengan teknik pukulan yang bervariasi mulai dari

yang relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan” Grice

(2007).

2. Forehand yaitu pemain yang memegan raket pada tangan kanan (bukan kidal), pada sisi kanan tubuhnya atau setiap pukulan yang dilakukan disisi kanan tubuh” Poole

(2007)

3. Modifikasi diartikan menganalisis sekaligus mengembangkan materipelajaran dengan

cara meruntunkanya dalam bentuk aktivitas belajar yang profesioal sehingga dapat

memperlancar siswa dalam belajarnya” Samsudin (2006:71)

4. Pengertian gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi di tinjau

(9)

memikirkan gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditentukan jarak dan

arah dari titik pangkalnya” Soedarminto (1993). Jadi pengertian gerak pemindahan

tempat keempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.

5. Gerak dasar adalah gerak yang berkembannya sejalan dengan pertumbuhan dan

tingkat kematangan. Kemampuan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi

(10)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Pembelajaran

Pandangan mengenai konsem pengajaran terus-menerus mengalami perubahan dan

perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu teknologi pendidikan. Aspek-aspek

pembelajaran yang meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah

pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang system yang terarah pada

kenyataan, sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat

konseptual.

Menurut Omar Hamalik (2008: 126) Ciri-ciri pendekatan pembalajaran ada dua cirri

utama pendekatan system pembelajaran, yakni (1). Pendekatan system sebagai suatu

pandangan tentu mengenai proses pembelajaran dimana berlangsung kegiatan belajar

megajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi

siswa untuk belajar secara efektif;(2). Penggunaan metodologi untuk merancang system

pembelajaran, yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan

penilaian keseluruhan proses pembelajaran, yang tertuju ke pencapaian tujuan

pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, keterampilan, sikap dan nilai, kreativitas).

Dengan metodologi ini akan dihasilak suatu system pembelajaran yang memanfaatkan

sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi secara efisien dan efektif.

Menurut Roestiyah N.K (1998:8) belajar adalah suatu proses aktivitas yang dapat

membawa perubahan pada individu, sedangkan mengajar adalah menciptakan system

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. System lingkungan ini terdiri

(11)

ingin dicapai, materi yang di ajarkan guru, siswa, jenis kegiatan yang di lakukan, serta

sarana dan prasarana.

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, menyusun rencana pembelajaran sangat

dibutuhkan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan usaha mencapai

tujuan dapat tercapai. Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang

memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan

pembelajaran dapat dikatakan terjadi proses perubahan prilaku pada diri siswa sebagai

hasil dari suatu pengalaman.

Dari penjabaran konsep pembelajaran tersebut, maka dapat di identifikasikan dua aspek

penting yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Aspek pertama adalah aspek hasil belajar yakni perubahan perilaku pada diri siswa. Aspek kedua adalah aspek belajar yakni

sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:136) tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran disekolah secara oprasional adalah membelajarkan siswa agar mampu

memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.

Kegiatan pengajaran seringkali di dasarkan pada dua premis yang terkadang tidak di

ungkapkan secara jelas, yaitu :

1. Siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan

baginya, tetapi siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan

bila ia tidak belajar. Berdasarkan premis ini, timbul tindakan yang mengondisikan

adanya ancaman tidak naik kelas, nilai rendah, hukuman dan yang lain, agar siswa

(12)

2. Guru merupakan motor penggerak yang membuat siswa terus-menerus belajar, dari

pihak siswa tiada kegiatan belajar spontan. Siswa seringkali dipandang sebagai

gentong kosong yang harus diisi oleh guru dengan air pengetahuan.

Dengan adanya dua premis seperti yang di ungkapkan tersebut mengakibatkan kegiatan

pembelajaran cenderung menjadi kegiatan “penjajahan” atau “penjinakan” dari pada

sebagai kegiatan pembelajaran dan pemanusiaan. Terjadinya penjajahan atau penjinakan,

karena siswa benar-benar di jadikan objek kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, perlu

dikembangkan beberapa pendekatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran tidak

hanya sebatas kegiatan penjajahan atau penjinakan. Menurut Dimyati dan Mudjiono

(2006:158-170) pendekatan pembelajaran antara lain : 1. Pengorganisasian siswa 2.

Pembelajaran secara kelompok 3. Pembelajaran secara klasikal.

B. Prinsip-Prinsip Pengembangan Pengalaman Belajar

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang di temukan oleh para ahli yang satu

dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar

tersebut terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai

sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan

upaya belajarnya maupun bagi guru dalam mengajar. Prinsip-prinsip itu berkaitan

dengan perhatian dan motifasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,

pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual.

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peran yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori

(13)

mungkin terjadi belajar, menurut Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono

(2006:42). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan

pelajaran sesuai dengan kebutuhanya. Disamping perhatian, motivasi mempunyai

peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang

menggerakkan aktivitas seseorang motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam

pembelajaran. Sebagai tujuan, motvasi merupakan salah satu tujuan dalam

mengajar. Sedangkan sebagai alat, motivasi merupakan salah satu factor seperti

halnya inlelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan

keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.

2. Keaktifan

Kecenderungan psikologi dewasa ini mengenggap bahwa anak adalah makhluk

yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai

kemampuan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain

dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi

bila anak aktif mengalami sendiri.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman

Edgar Dale dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:45), dalam penggolongan

pengalaman belajar yang di tuangkan dalam kerucut pengalamanya mengemukakan

bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam

belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamatisecara

langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan

bertanggung jawab terhadap hasilnya.

4. Pengulangan

Prinsip pengulangan dalam belajar sangat penting walaupun dengan tujuan yang

(14)

kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respon yang benar dan

membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa

belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan di atas, karena tidak dapat di

pakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih

relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih tetap di perlukan

latihan/pengulangan.

5. Tantangan

Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dalam belajar

dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi

dalam belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.

6. Balikan dan penguatan

Format sajian pembelajaran yang berupa Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode

penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan

terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah

belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong

untuk belajar lebih giat dan semangat.

7. Perbedaan individual

Perbedaan individual sangat berpengaruh dapa cara dan hasil belajar siswa.

Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya

pembelajaran.

(15)

Dalam kegiatan belajar-mengajar guru dihadapkan pada siswa, guru berusaha

menyampaikan suatu hal yang disebut pesan. Para pakar teori belajar masing-masing

mengembangkan strategi pembelajaran berdasarkan beberapa sudut pandang yaitu :

1. Pembelajaran penerimaan (reception lerning)

Pendekatan ini bisa disebut juga dengan proses informasi yang mencangkup

penerimaan terhadap prinsip-prinsip umum,aturan-aturan serta ilustrasi khusus.

Pengujian dilakukan dengan tes yang menuntut pernyataan ulangmengenai

prinsip-prinsip dan contoh yang telah diberikan.

2. Pembelajaran Penemuan ( discovery learning)

Belajar penemuan dapat juga disebut juga proses pengalaman, siswa melakukan

tindakan dan mengamati pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh tersebut mungkin

sebagai ajaran atau hukuman atau mungkin memberikan keterangan mengenai

hubungan sebab akibat, siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum

berdasarkan pemahaman terhadap pembelajaran.

3. Pembelajaran penguasaan (mastery learning)

Belajar tuntas adalah strategi pembelajaran yang di individualisasikan dengan

menggunakan kedekatan kelompok. Pendekatan ini memungkinkan para siswa

belajar bersama-sama dengan memperhatikan bakat dan ketekunan siswa,

pemberian waktu yang cukup, dan bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan.

4. Pembelajaran Terpadu (unit learning)

Pendekatan pembelajaran terpadu berpangkal dari teori psikologi Gestalt.

Pembelajaran terpadu adalah suatu system pembelajaran yang bertitik tolak dari

suatu masalah atau proyek, yang dipelajari atau dipecahkan oleh siswa baik secara

individual maupun secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan

(16)

D. Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang di gunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam

upanya mencapai tijuan kurikulum. Satu metode mengandung pengertian terlaksananya

kegiatan guru dan kegiatan siswadalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan

melalui prosedur tertentu. Dewasa ini, keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama

dibandingkan dengan keaktifan siswa yang bertindak sebagai fasilitator dan

pembimbing bagi siswa. Karena itu, istilah metode yang lebih menekankan pada

kegiatan guru,selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran yang menekankan

kepada kegiatan siswa.

Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum,

karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru.dalam hubungan

ini, ada tiga alternative pendekatan yang dapat digunakan, yakni :

1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi pembelajaran

terutama sumber dari mata pelajaran. Penyampaianya dilakukan melalui

komunikasi antar guru dan siswa. Guru sebagai penyampaian pesan atau

komunikator, siswa sebagai penerima pesan.

2. Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran di laksanakan berdasarkan

kebutuhan, niat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak

digunakan metode dalam rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar

mandiri, belajar modular, paket belajar dan sebagainya.

3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan

mengintegrasikan sekolah dan masyarakat untuk memperbaiki kehidupan

(17)

sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari :

karyawisata, nara sumber, kerja pengalaman, survai, proyek pengabdian/pelayanan

masyarakat, berkemah dan unit.

E. Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani

yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan

meningkatkan individu secara organic, neuromaskular, perceptual, kognitif dan

emosional, dalam rangka system pendidikan nasional. Departemen Pendidikan Nasional

(2004:1) pendidikan jasmani adalah satu proses pendidikan seorang baik sebagai

perorangan ataupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan

sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh

peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

pembentukan watak. Abdul Ghofur yang dikutip oleh Arma dan Agus (1994:5).

Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani

guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui

pendidikan jasmani siswa di sosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk

keterampilan berolahraga.

Suparman (2000:7) mengatakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata

pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam proses

pembelajaranya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju

pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang

(18)

Pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani merupakan bagian dari upaya

peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kemampuan

dan keterampilan jasmani, serta mencapai pertumbuhan fisik dan mental. Hal ini sesuai

pendapat Syarifuddin (1990:2), yang mengartikan pendidikan jasmani adalah suatu

susunan kegiatan manusia yang direncanakan untuk merancang dan meningkatkan

kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan dan perkembangan, kecerdasan

dan pembentukan watak serta nilai dan sikap bagi warga Negara sebagai kelengkapan

dari pendidikan.

Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana,terarah dan terimbang,

diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan

bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Liputan tujuan itu terdiri dari

pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial dan moral

spiritual.

Lutan (1999-2000:1) mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses

pendidikan.karena itu pula, tujuanpun bersifat mendidik. Dalam pelaksanaanya aktifitas

jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, dan melalui pengalaman

itulah peserta didik tumbuh dan berkembang untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dengan kata lain, pendidikan jasmani adalah proses ajar melalui aktivitas jasmani, dan

sekaligus pula sebagai proses ajar untuk menguasai keterampilan jasmani.dari

penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan

melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat

seutuhnya. Pendidikan jasmani mengemban misi pendidikan, sebab tujuan yang ingin

di capai selaras dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Karena itu, pelaksanaanya

(19)

pengalaman belajar berupa aktivitas jasmani yang terpilih, baik berupa bermain

maupun kegiatan olahraga, upaya itu dilaksanakan secara terencana dan teratur untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

Pendidikan selalu berorientasi untuk menyongsong masa depan. Karena dikenal tujuan

jangka panjang yang akan tercapai selama masa yang cukup panjang (20-25 tahun), dan

tujuan jangka menengah (5-10 tahun) sebagai sasaran antara mencapai tujuan jangka

panjang tersebut.

Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung secara terencana dan berulang-ulang,

terjadi suasana saling mempengaruhi, dengan catatan pihak guru pendidikan jasmani

bertugas untuk mengelola tiga hal : (1) perilaku peserta didik, (2) tugas ajar, dan (3)

menciptakan atmosfir belajar.

Pendidikan jasmani dan kesehatan mempunyai peran penting dalam pembinaan dan

pengembangan individu maupun kelompok dalam memantapkan pertumbuhan dan

perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang selaras dan sebanding.

Dalam Suparman (2000:7).

Bucher dalam Samsudin (2006) mengemukakan tujuan pendidikan jasmani sekolah

dasar yaitu :

1. Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, mental emosional

dan sosial yang berbeda.

2. Keterampilan gerak dan kognitif harus mendapat penekanan.

3. Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kelenturan, kemampuan dan

koordinasi serta harus belajar bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran

(20)

4. Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus harus menjadi bagian penting dari semua

program.

Fokus program pendidikan jasmani sekolah dasar :

1. Program penjas harus memberikan kesempatan untuk memperoleh kesenangan,

belajar keterampilan baru dan belajar sebagai cabang olahraga.

2. Anak juga membutuhkan latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

3. Pada tingkat usia ini hamper pasti bahwa pendidikan jasmani dipanang sebagai tempat

untuk membentuk persahabatan yang baru.

4. Anak juga menekankan bahwa program pendidikan jasmani memberikan kesempatan

untuk beraksi (show off) dan juga mampu menghilangkan ketegangan.

F. Belajar Mengajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiranya tentang

belajar”. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi secara terus menerus

yang hasilnya dapat dilihat secara menetap. Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, diantaranya adalah factor internal dan factor eksternal.

Factor internal berasal dari dalam diri siswa diantaranya niat, motifasi, kecerdasan,

kondisi, pancaindra. Factor eksternal diantaranya adalah lingkungan, sarana belajar,

guru dan kurikulum, dalam Syaiful Bahri Djaramah (2002).

Mengajar memerlukan suatu ilmu. Oleh karena itu bagi seorang pendidik atau guru yang

akan mendidik dan mengajar diperlukan ilmu tersebut, yang dinamakan ditaktik.

Diktaktik adalah suatu istilah dari bahasa yunani : Didascein yang berarti “saya mengajar” atau ilmu mengajar atau ilmu yang mempelajari dan member syarat-syarat

(21)

orang lain. Jadi ditaktik memberikan petunjuk-petunjuk umum untuk mengajar, dan

berlaku untuk segala pelajaran dalam mata pelajaran apapun, dalam mengajar ada 3

faktor yang harus diperhatikan Roestiyah N.K (1998:1) :

1. Pengajar – yang mengajar, yang memberikan bahan, yang memotivasi.

2. Pelajar – yang menerima, yang menyerap dan menggunakanya.

3. Bahan pelajaranya.

Nasution (1994:114) mengatakan bahwa mengajar adalah pekerjaan transformatif yang

dilakukan oleh seorang guru atau oleh suatu tim dalam rangka mengoptimalisasikan

pencapaian tingkat kematangan dan tujuan belajar anak didik.

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses membimbing

siswa/anak didik dalam kegiatan belajar baik formal maupun non formal yang

dilakukan secara berkesinambungan dan terstruktur.

G. Belajar Gerak

Pengertian belajar gerak tidak lepas dari pengertian belajar pada umumnya. Belajar

gerak merupakan bagian dari belajar. Belajar yang menekankan pada aktivitas gerak

tubuh disebut belajar gerak.

Soedarminto (1993-197) mengatakan bahwa gerak merupakan kegiatan atau proses

perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang tertentu, sekali hal ini sudah

dilakukan maka gerak itu, tanpa memikirkan gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan

itu dapat ditemukan jarak dan arah dari titik pangkalnya. Jadi pengertian gerak

perpindahan tempat ketempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.

Lutan (1998) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, (1)

(22)

gerak lokomotor adalah” gerak yang digunakan untuk mempermudah tubuh dari suatu

tempat ketempat lain atau memproyeksikan tubuh keatas misalnya : jalan, lompat dan

berguling”. Gerak non lokomotor” adalah keterampilan yang dilakukan tanpa

memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan,

mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan

suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun tangan atau bagian tubuh yang

lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata kaki, mata tangan, misalnya

melempar, menangkap dan menendang.

Toho Cholik Mutohir Cholik (2004:1) mengatakan bahwa belajar keterampilan dan

kemampuan motorik merupakan sesuatu yang berkembang secara terus menerus sesuai

dengan tingkat perkembanganya. Perilaku motorik adalah tanggapan atau reaksi anak

yang berwujud dalam gerakan (sikap) badan, dalah Toho Cholik Mutohir Cholik

(2004:25). Ahli lain berpendapat bahwa perilaku adalah fungsi seluruh syaraf yang

dilakukan oleh stuktur subkortikal yang terletak di daerah basal otak.

Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peran yang sangat pokok.

Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik mampu melakukan suatu rangkaian

gerak jasmani dalam urutan tertentu, dalam mengadakan koordinasi antar gerak-gerik

berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam itu disebut “motorik”

karena otot, urat dan persendian terlibat secara langsung sehingga keterampilan

sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian, dalam Nasution (1994:18).

Dalam proses belajar keterampilan motorik tidak hanya perubahan yang bersifat

psikomotorik yang dicapai, tetapi juga bersifat kognitif dan efektif. Seperti yang di

(23)

adalah seperangkat proses yang berlainan dengan latihan atau pengalaman yang

mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku terampil.

H. Bermain Bulutangkis

Bulutangkis adalah sebuah cabang olshrsgs ysng memukul dan menangkis bola yang

terbuat dari bulu. Permainan ini dilakukan oleh dua orang (tunggal) atau empat orang

(ganda).

Permainan ini menggunakan rangkaian bulu yang ditata dalam sepotong gabus sebagai

bolanya dan raket sebagai alat pemukulnya, di atas sebidang lapangan. Inti permainan

ini adalah memasukan kok dilapangan lawan melalui net setinggi 1,55 meter dari lantai.

Jarring ini membatasi kedua bagian lapangan dimana para pemain berdiri dan

melakukan gerakan-gerakan tipuan (Pendidikan Jasmani SMK Jilid 3 Tingkat III).

Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan keseluruhan, di

samping menunjukkan cirri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan

anaerobic, jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan pukulan satu persatu. Namun

rangkaian gerakan secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam satu permainan,

menunjukkan sifat sebagai cabang olahraga anaerobic-anaerobik dominan. Cirri ini

disimpulkan dari sifat cabang olahraga bulutangkis berdasarkan tuntunan kondisi fisik.

Tidak dipungkiri bahwa cabang ini memerlukan kecepatan dan mobilitas pergerakan di

kombinasikan dengan agilitas yang biasanya dimanfaatkan untuk menutup lapangan

atau untuk mengejar kok kesegala arah. Pergerakanya cepat dan disusul dengan

(24)

Seluruh gerakan yang ada dalam bulutangkis bersumber dari tiga keterampilan dasar,

yaitu keterampilan lokomotor, keterampilan non lokomotor, dan keterampilan

manipulatif. Subarjah (2000:17). Dalam rumpun gerak lokomotor meliputi gerakan

menggeser,melangkah, berlari, memutar badan dan melompat. Dan gerak non lokomotor

meliputi dari sikap berdiri (stance) saat servis atau menerima servis, gerak melenting, menjangkau, atau merubah berbagai posisi badan. Sedangkan dalam rumpun gerak

manipulatif terwakili oleh adanya gerakan memukul kok dengan raket dari berbagai

posisi.

Berkaitan dengan kecakapan bermain bulutangkis ini Subarjah (2000:21)

mengemukakan bahwa “untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, kita lebih dahulu

menguasai beberapa teknik atau keterampilan dasar permainan ini (bulutangkis)”. Dan

Poole (2002:11) mengatakan bahwa “dengan keterampilan dasar seseorang sudah dapat

memainkan pertandingan bulutangkis”. Hal yang sama juga dikatakan oleh Arma

(1994:186) bahwa “dengan menguasai keterampilan dasar saja seorang telah dapat

bermain bulutangkis seseorang akan terwujud bila telah menguasai beberapa teknik atau

keterampilan dasar permainan bulutangkis.

I. Teknik Dasar Bulutangkis

1. Pegangan Raket (grip)

Bulutangkis dikenal sebagai olahraga yang banyak menggunakan pergelangan tangan.

Karena itu, benar tidaknya cara memegang raket akan sangan menentukan kualitas

pukulan seseorang. Salah satu teknik dasar bulu tangkis yang sangat penting dikuasai

secara benar oleh setiap calon pebulutangkis adalah pegangan raket. Cara dan teknik

pemegangan raket yang betul, merupakan modal penting untuk dapat bermain

(25)

dari sejak awal, sulit sekali meningkatkan kualitas permainan. Pegangan raket yang

benar adalah dasar untuk mengembangkan dan meningkatkan semua jenis pukulan

dan permainan bulutangkis dimana raket harus di pegang dengan menggunakan

jari-jari tangan (ruas jari-jari tangan ) dengan luwes, rileks, namun harus tetap bertenaga pada

saat memukul kok. Hindari memegang raket dengan cara menggunakan telapak

tangan (seperti memegang golok).

Teknik memegang raket yang di anggap baik adalah teknik memegang yang dapat

digunakan untuk menerima atau mengembalikan kok dengan mudah. Bagian

pegangan raket dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah.

Memegang raket pada bagian atas biasanya dilakukan pada waktu melakukan pukulan

yang cepat atau pada saat bertahan. Sedangkan pegangan bawah banyak dilakukan

pemain pada waktu melakukan serangan terutama pada waktu melakukan smesh.

Memegang raket pada umumnya dapat dilakukan dengan cara forehand .

Untuk tahap awal para pemula biasanya diajarkan cara memegang raket forehand.

Pegangan raket yang benar dengan memanfaatnkan tenaga pergelangan tangan pada

saat memukul kok, dapat meningkatkan mutu pukulan dan mempercepat laju jalanya

kok, dalam Icuk Sugiarto, (2004).

Cara memegang raket forehand

- Pegang raket dengan tangan kanan, kepala raket menyamping, pegang raket

dengan cara seperti “jabat tangan”. Bentuk V tangan diletakan pada bagian

gagang raket.

- Tiga jari, yaitu jari tengah, manis, dan kelingking memegang raket, sedangkan

jari telunjuk agak terpisah.

(26)

2. Sikap dan Posisi Tubuh Gerak Dasar Forehad Bulutangkis

Bulutangkis

1. Sikap posisi dan berdiri di lapangan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah :

a) Harus berdiri sedemikian rupa, sehingga berat badan tetap berada pada kedua

kaki dan tetap menjaga keseimbangan tubuh.

b) Tekuk kedua lutut,berdiri pada ujung kaki, sehingga posisi pinggang tetap

tegak dan rileks. Kedua kaki terbuka sejajaratau salah satu kaki diletakkan di

depan kaki lainya.

c) Kedua lengan dengan siku bengok pada posisi disamping badan, sehingga

lengan bagian atas yang memegang raket tetap bebas bergerak.

d) Raket harus dipegang sedemikian rupa, sehingga kepala (daunya) raket berada

lebih tinggi dari kepala.

e) Senantiasa waspada dan perhatikan jalanya kok selama permainan

berlangsung.

2. Sikap dan tahap kerja langkah kaki

Beberapa faktor yang harus diperhatikan

adalah :

a) Senantiasa berdiri dengan sikap posisi yang tepat diatas lapangan.

b) Lakukan gerakan langkah kedepan, kebelakang kesamping kanan dan kiri pada

saat memukul kok, sambil tetap memperhatikan keseimbangan tubuh.

c) Gerak langkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk

(27)

d) Hindari berdiri dengan telapak kaki dilantai (bertelapak) pada saat menunggu

datangnya kok, atau pada saat bergerak untuk memukul kok.

J. Pengertian Sarana Dan Prasarana

Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam

pembelajaran penjaskes. Termasuk didalamnya peralatan (apparatus), yaitu segala

sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan siswa untuk melakukan kegiatan

diatasnya, didalamnya atau diantaranya atau dibawahnya contohnya raket, dan shuttle

coock. Sedangkan perlengkapan (device) yaitu sesuatu yang melengkapi kebutuhan

prasarana. Contohnya : net, bendera, garis batas, dll. Jadi sarana olahraga dapat di

definisikan sebagai peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga

Samsudin (2006).

Prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu

proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai

sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relative

permanen. Salah satu sifat tersebut adalah ‘susah dipindahkan’. Prasarana olahraga juga

dapat didefinisikan sebagai tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan

untuk kegiatan olahraga dan atau penyelenggaraan keolahragaan. Undang-Undang

Republik Indonesia NO 3 (2005)

K. Hakikat Modifikasi

Minimnya sarana dan prasarana yang tidak sesuai dalam melakukan pembelajaran, akan

(28)

lebih kreatif. Guru harus bisa memodifikasi alat pemanfaatan prasarana dan sarana

seadanya. Pemberian materi pembelajaran dengan menggunakan peralatan sederhana

dilapangan atau alat bantu buatan guru sendiri dinamakan pembelajaran dengan

modifikasi.

Secara harfiah modifikasi berarti perubahan., dan bila dikaitkan dengan gerakan maka

dapat diartikan adanya perubahan cara melakukan gerak dasar forehand dan alat yang

digunakan. “Modifikasi diartikan menganalisis sekaligus mengembangkan materi

pembelajaran dengan cara meruntunkanya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial

sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya Samsudin (2006:71). Pengertian

tersebut mengandung makna bahwa dalam belajar keterampilan gerak dasar forehand

bulutangkis pada peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan

pengalaman gerak, dan fasilitas dan peralatan yang tersedia.

Samsudin (2006:72) mengemukakan tujuan modifikasi sebagai berikut :

1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.

2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpatisipasi.

3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

1. Modifikasi Raket Bulutangkis

Modifikasi raket dilakukan untuk meminimalisir kesulitan siswa dalam melakukan

gerak dasar forehand bulutangkis sekaligus untuk merangsang kemampuan siswa

tersebut. Panjang raket asli tidak seimbang dengan tinggi badan siswa SD sehingga

membuat siswa sering melakukan kesalahan dalam melakukan gerak dasar forehand

bulutangkis. Oleh karena itu raket dimodifikasi dengan menggunakan bahan dasar

papan/triplek yang dibentuk menyerupai raket asli dengan panjang pegang dirubah

(29)

2. Modifikasi Shuttlecock

Shuttlecock yang biasanya juga disebut kok, biasanya terbuat dari bulu angsa buatan

pabrik, umumnya sudah memiliki standar yang di tentukan IBF. Berat kok sekitar

5,67 gram. Bulu angsa yang menancap digabus yang dibungkus kulit berwarna putih

berjumlah antara 14-16 buah, dan di ikat dua tali agar tidak mudah lepas. Modifikasi

shuttle kok dilakukan untuk menyesuaikan dengan modifikasi yang dilakukan pada

raket. Modifikasi raket yang dibuat dari bahan papan/triplek mengharuskan

menggunakan kok yang terbuat dari bahan karet yang diberi rumbai-rumbai plastic

atau bulu-bulu ayam yang di tancap-tancapkan, sehingga hasil pantulanya lebih

sempurna.

3. Modifikasi Net

Modifikasi net dilakukan untuk menyesuaikan dengan postur tubuh siswa SD dan

sekaligus untuk merangsang siswa agar lebih aktif dan kreatif. Net dibuat lebih rendah

agar hasil pukulan siswa mampu mencapai tinggi net. Tinggi net asli pada lapangan

bulutangkis yang biasanya dihitung dari lantai hingga ke ujung tiang 1,55 meter, maka

dikurangi hingga menjadi sekitar 130 cm, net yang biasanya dibuat dari nilon atau

buatan pabrik diubah menjadi bahan tali raffia ridangkai menyeruapai net asli.

4. Modifikasi Lapangan

Ukuran lapangan dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kemampuan jangkauan

(30)

13,40 meter dan lebah 6,10 meter, serta untuk tunggal berukuran panjang 13,40 meter

dan lebar 5,18 meter, diubah menjadi lebah 4 meter dan panjang 8 meter.

L. Hipotesis

Hipotesis adalah alat yang sangat besar keguanaanya dalam penyelidikan ilmiah karena

dapat menjadi penuntun kearah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang

harus di cari pemecahnya. Semua istilah hipotesis dari bahasa yunani berasal dari dua

penggalan kata yaitu “hupo” (sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori) karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenaranya, maka perlu

diuji kebenaranya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah suatu jawaban

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul, dalam Arikunto (2002). Berdasarkan keterangan fikir telah disampaikan,

maka diajukan hipotesis yaitu :

Ha

: “ Jika menggunakan alat

modifikasi meningkatkan kemampuan

gerak dasar forehand bulutangkis siswa SD”.

Ha.1

:” Jika menggunakan raket dank ok modifikasi serta latihan memukul

mandiri kedinding meningkatkan kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis

siswa SD.

Ha.2 :” Jika menggunakan raket dank ok modifikasi serta latihan memukul

secara berpasangan meningkatkan kemampuan gerak dasar forehand bulutangkis siswa SD.

(31)

latihan memukul secara berpasangan dilapangan bulutangkis, meningkatkan

(32)

I. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penelitian ini dilakukan dengan

metode kaji tindak dengan menggunakan pedoman yaitu penelitian tindakan kelas

(PTK) atau disebut juga dengan Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan

kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

mutu praktik pembelajaran di kelas. Focus penelitian tindakan kelas (PTK) adalah pada

siswa atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, dalam Aqib (2006).

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di

kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan

secara kolaborafif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai

guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas (PTK)

memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Masalah berawal dari guru.

2. Tujuanya memperbaiki pembelajaran.

3. Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian.

4. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.

5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.

Sedangkan tujuan utama dari penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk perbaikan

dan peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambungan serta untuk

mengembangkan kemampuan dan keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan

(33)

Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitiansampai tiga siklus dan setiap

siklus memiliki tindakan yang berbeda. Dalam pelaksanaanya setiap proses penelitian

merupakan tindak lanjut dari siklus penelitian sebelumnya. Penelitian tindakan ini

dilakukan melalui putaran atau spiral yang setiap siklusnya terdiri dari rencana,

tindakan, observasi dan refleksi. Seperti yang di gambarkan di bawah

Gambar 5. Siklus Tindakan Kelas Depdikbud (1999)

Keterangan gambar :

A = Merencanakan (rencana) : tindakan apa yang dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap yang di inginkan.

B = Melaksanakan (tindakan) : apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya

perbaikan, peningkatan atau perubahan yang di inginkan.

C = Observasi : mengamati atas hasil yang dilaksanakan tes.

D = Refleksi : peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil

dari berbagai kriteria.

B. Rancangan Penelitian dDdD

dDdC

dDdB dDdD dDdC

dDdB dDdD dDdC

dDdB

dDdI dDdII dDdIII

(34)

Pada penelitian ini penulis melaksanakan penelitian sampai tiga siklus (emanbelas kali

pertemuan) dan setiap siklus memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan.

Dalam pelaksanaanya, setiap proses penelitian merupakan tindak lanjut dari siklus

penelitian sebelumnya.

Siklus I

1. Pertemuan pertama adalah tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

siswa dalam bermain bulutangkis.

2. Pertemuan yang selanjutnya adalah pemberian materi bagaimana cara memegang

raket forehand serta memukul bola mandiri dengan menggunakan alat-alat yang telah

dimodifikasi, diakhir pembelajaran dilakukan tes akhir dari siklus pertama namun

awal dari siklus kedua, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah

diberi materi pegangan raket forehand.

Siklus II

1. Siklus kedua diberikan materi bagaimana cara melakukan gerakan langkah kai,

teknik dasar forehand bulutangkis serta memukul bola secara berpasangan dengan

menggunakan alat-alat (raket dank kok) yang telah dimodifikasi.

2. Diakhir pembelajaran dilakukan tes akhir dari siklus kedua namun awal dari siklus

ketiga, tujuanya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah diberikan

materi gerakan langkah kaki, teknik dasar forehand bulutangkis serta memukul bola

secara berpasangan.

Siklus III

1. Siklus kedua diberikan materi bagaimana cara melakukan gerak dasar forehand

(35)

keterampilan gerak dasar forehand bulutangkis menggunakan alat-alat (raket, kok,

net dan lapangan).

2. Diakhir pembelajaran dilakukan tes yang terakhir dari seluruh siklus yang bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah diberikan materi gerak

dasar forehand bulutangkis secara keseluruhan mulai dari pegangan raket forehand,

gerakan langkah kaki, latihan memukul bola mandiri, dari memukul bola secara

berpasangan.

C. Proses Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Bulutangkis

Siklus I

1. Rencana

a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatanyang

dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan penutup.

b. Menyiapkan instrument penelitian berupa Indikator-indikator gerak dasar

forehand bulutangkis yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan

akhir.

c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handicame atau kamera)

d. Menyiapkan alat-alat bulutangkis untuk memproses pembelajaran.

e. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bulutangkis khususnya

gerak dasar forehand.

(36)

a. Siswa dibariskan sesuai dengan banyaknya raket dan siswa terbagi dengan merata

setiap barisnya.

b. Menjelaskan pentingnya gerakan kaki, tangan, perkenaan bola, gerakan badan dan

mempraktekan gerak dasar forehand bulutangkis dari tahap persiapan,

pelaksanaan dan gerakan lanjutan.

c. Melakukan gerak dasar forehand bulutangkis kedinding dengan menggunakan

raket dank ok yang telah dimodifikasi.

d. Setiap siswa melakukan sebanyak 5x gerakan secara bergantian.

e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengoreksi kesalahan gerakan yang

dilakukan dan memperbaiki gerakan-gerakan yang masih salah.

3. Observasi

a. Darihasil observasi, diamati apakah suasana dengan melakukan gerak dasar

forehand bulutangkis kedinding menggunakan raket dank ok yang telah

dimodifikasi dapat berjalan dengan baik.

b. Setelah tindakan dilakukan,diamati, dan dikoreksi memberikan waktu

pengulangan, dievaluasi dari hasil tindakan pada siklus pertama. Posisi tahap

persiapan, pelaksanaan dan gerak akhir.

4. Refleksi

a. Dari data hasil observasi disimpulkan dan di diskusikan.

b. Di diskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.

Siklus II

1. Rencana

a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang

(37)

b. Menyiapkan instrument penilaian berupa Indikator-indikator gerak dasar forehand

bulutangkis yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan akhir.

c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handicame atau kamera).

d. Menyiapkan alat-alat bulutangkis untuk proses pembelajaran.

e. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bulutangkis khususnya

gerak dasar forehand.

2. Tindakan

a. Langkah-langkah dalam tindakan siklus kedua adalah siswadibariskan

sesuaidenganbanyaknya raket dan siswa terbagi dengan merata setiap barisnya.

b. Menjelaskan pentingnya proses kaki, tangan, perkenaan bola, gerakan badan dan

mempraktekan gerak dasar forehand bulutangkis dari tahap persiapan,

pelaksanaan gerakan dan gerakan lanjutan secara berurutan.

c. Melakukan gerakan forehand bulutangkis berpasangan dengan menggunakan

raket dank ok yang telah dimodifikasi.

d. Setiap siswa melakukan sebanyak 5x gerakan secara bergantian.

e. Diberikan pengulangan gerak dasar forehand bulutangkis secara berurutan.

3. Observasi

a. Dari hasil observasi, diamati apakah suasana dalam proses pembelajaran dalam

melakukan gerak dasar forehand bulutangkis berpasangan menggunakan raket

dank kok yang telah dimodifikasi.

b. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi diberikan waktu pengulangan

dari nilai atau dievaluasi dari hasil pada siklus kedua.

4. Refleksi

a. Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.

(38)

Siklus III

1. Rencana

a. Menyiapkan scenario pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang dilakukan

meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

b. Menyiapkan instrument penelitian berupa Indikator-indikator gerak dasar

forehand bulutangkis yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan gerakan

akhir.

c. Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handicame atau kamera).

d. Menyiapkan alat-alat bulutangkis untuk proses pembelajaran.

e. Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran bulutangkis khususnya

gerak dasar forehand.

2. Tindakan

a. Langkah-langkah dalam tindakan siklus kadua adalah siswa dibariskan sesuai

dengan banyaknya raket dan siswa tebagi dengan merata setiap barisnya.

b. Menjelaskan pentingnya gerakan kaki, tangan, perkenaan bola, gerakan badan dan

mempraktekan gerak dasar forehand bulutangkis dari tahap persiapan,

pelaksanaan dan gerakan lanjutan secara berurutan.

c. Melakukan gerak dasar forehand bulutangkis berpasangan dengan menggunakan

raket, kok, net dan lapangan yang telah dimodifikasi.

d. Setiap siswa melakukan sebanyak 5x gerakan secara bergantian.

e. Diberiakan peluang gerak dasar forehand bulutangkis secara berurutan.

(39)

a. Dari hasil observasi, diamati apakan suasana dalam proses pembelajaran dengan

melakukan gerak dasar forehand bulutangkis berpasangan menggunakan raket,

kok, net dan lapangan yang telah dimodifikasi dapat berjalan dengan baik.

b. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi diberi waktu pengulangan dan

dinilai maka dapat diketahui prosentase keberhasilan sehingga dapat disimpulkan.

4. Refleksi

Hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan.

D. Tempat dan Waktu

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Sukuharum, Pringsewu.

2. Pelaksanaan penelitian

Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian ini dari 16x pertemuan adalah dua

bulan.

E. Instrumen Penelitian

Instrument adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK di setiap

siklusnya. Alat itu berupa indikator-indikator dari penilaian gerak dasar forehand dalam

bulutangkis menurut Feir and cuning ham dalam Muhajir (1997:58). Jika siswa

memenuhi setiap aspek pada pelaksanaan pembelajaran diatas maka siswa mendapat

nilai 1-5. Sedang aspek-aspek dari tahap gerakan tersebut meliputi : format penilaian

gerak dasar forehand bulutangkis terlampir.

(40)

Setelah data terkumpul dari tindakan setiap siklus, selanjutnya data dianalisis melalui

tabulasi, persentase dan normative. Untuk melihat kualitas hasil tindakan setiap siklus

digunakan rumus (Subagio 1991:107 dan Surisman 1997) sebagai berikut :

=

100%

Keterangan :

P : prosentase keberhasilan

F : jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar

(41)

I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkananalisisdanpembahasanhasilpenelitianmakadapatdisimpulkansebagaiberikut

:

1. Pembelajarandenganmenggunakanalatmodifikasidapat member

peningkatanketarampilangerakdasarforehandbulutangkispadasiswakelas VI SD

Negeri 1 Sukoharum, PringsewuTahunPelajaran 2011/2012.

2. Pembelajarandenganmenggunakanalatmodifikasiefektifuntukmenungkatkanpembel

ajaranforehandbulutangkissiswakelas VI SD Negeri 1

SukoharumPringsewuTahunPelajarn 2011/2012.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitianini, selanjutnyadianjurkanbeberapa saran sebagaiberikut :

1. Kepadasiswakelas VI SD Negeri 1 Sukoharum, Pringsewu agar

selaluberupayameningkatkangerakdasarforehand bulutangkis.

2. Kepadarekan guru

pendidikanjasmanibaikpadajenjangpendidikantingkatdasarmaupuntingkatmenengah

agar

dapatmemanfaatkanpendekatanpembelajarandenganalatmodifikasiuntukmengajarpe

mbelajaranbulutangkis.

3. Kepadapembacasupayapenelitianiniditindaklanjutikearah yang lebihluaslagi,

(42)
(43)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADA SISWA

KELAS VI

SD NEGERI 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

KASRIYO

Skripsi

Sebagaisalahsatusyaratuntukmencapaigelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program studiPendidikanJasmanidanKesehatan Jurusanilmupendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(44)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(45)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. ModifikasiRaketBulutangkis 2. Modifikasi Shuttlecock 3. Modifikasi Net

(46)

DAFTAR ISI A. PendekatanPembelajaran ... 10

B. Prinsip-prinsipPengembanganPengalamanBelajar ... 13

C. StrategiPembelajaran ... 16

D. MetodePembelajaran ... 17

E. PendidikanJasmaniSekolahdasar ... 18

F. Belajarmengajar ... 22

G. BelajarGerak ... 24

H. BermainBulutangkis ... 26

I. TeknikDasarBulutangkis ... 27

J. PengertiansaranadanPrasarana ... 30

K. HakikatModifikasi ... 32

L. Hipotesis ... 34

III. METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian ... 36

B. RancanganPenelitian ... 38

C. ProsesKeterampilanGerakDasarBulutangkis ... 40

D. TempatdanWaktu ... 44

E. Instrument Penelitian ... 44

F. TeknikAnalisis Data ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 46

(47)

1. RefleksiHasilPenelitianPeningkatanKeterampilan

GerakDasar Forehand Bulutangkis ... 51

a. Siklus I ... 54

b. Siklus II ... 55

c. Siklus III... 56

2. HasilAnalisisKeterampilanGerakDasar Forehand danBulutangkis 57

3. DeskripsidanEfektifitasPembelajaranSetiapSiklus ... 58

C. UjiHipotesis ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 63

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, 2006.penelitian tindakan kelas. Yrama Widya

Arma Abdullah dan Agus Munadji,1994. Dasar-dasar pendidikan jasmani,

Depdikbud Dirjen Dikti, Jakarta.

Cholik Toho Motohir dan Gusril. 2004. Perkembangan motorik pada masa anak- anak. Proyek pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga, direktorat jendral olahraga depdiknas, Jakarta.

Departemen pendidikan nasional 2004. Kurikulum penjaskes, Jakarta.

Depdikbud. 1999. Penelitian tindakan kelas. Depdikbud, direktorat jendral pendidikan menengah umum. IKIP, Yogyakarta.

Depdiknas. 2003. Undang-undang republic Indonesia No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional. Depdiknas, Jakarta.

Depdiknas. 2005. Undang-undang republic Indonesia No 3 tahun 2005 tentang system keolahragaan nasional. Depdiknas.Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran. Rineka cipta, Jakarta.

Grice Tony, 2007.bulutangkis petunjuk praktis untuk pemula dan lanjut. PT. raja grafindo persada, Jakarta.

Hamalik Oemar, 2008. Kurikulum pembelajaran. Bumi aksara, Jakarta.

Lutan, Rusli, 1998. Belajar keterampilan motorik, pengantar teori dan metode.

Drijen dikti, PPLPTK, Jakarta.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang.1999/2000. Pengukuran dan evaluasi

penjaskes. Buku teks setara D-III. Depdikbud jendral pendidikan dasar dan menengah, Jakarta.

Muhajir, 1997. Pendidikan jasmani dan kesehatan untuk SMK 2. Erlangga, Bandung.

Nasution, Noehi 1994. Psikologi pendidikan. Universitas terbuka depdikbud, Jakarta.

PB PBSI, 2005. Pedoman praktis bermain bulutangkis. Jakarta.

Poole james,2002. Belajar bulutangkis.CV. pionir jaya, Bandung.

(49)

Roestiyah N.K.1998. diktatik metodik. bumi aksara, Jakarta.

Samsudin,2006. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SD/MI. prenada media group, Jakarta.

Soeparman Soerdarminto.1993.kinesiologi. PPD02241/3 SKS. Jakarta.

Subarjah Herman,(2000). Pendekatan keterampilan taktis dalam pembelajaran

bulutangkis : konsep dan metode DEPDIKNAS direktoray jendral pendidikan dasar dan menengah, penerbit direktorat jendral olahraga, Jakarta.

Sugiarto, Icuk 2004.Total badminton. Setyaki eka anugerah, Solo.

Suparman, Eddy.Dkk.2000pendidikan jasmani dan kesehatan. Angkasa, bandung.

Surisman, laporan penelitian tindakan kelas (1997), upaya meningkatkan

kreatifitas siswa melalui alat peraga dalam proses belajar mengajar matematika SD 2 segalamider Bandar lampung.

Syaiful Bahri Djamarah,2002. Psikologi belajar, PT rineka cipta, Jakarta.

(50)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. RekapitulasiRefleksiJumlahSiswa yang mendapatnilai 1-5

setiapsiklusgerakdasar Forehand Bulutangkis ... ... 47

2. Deskripsihasil PTK pembelajaranketerampilangerakdasar

Forehand Bulutangkis ... 49

3. Rekapitulasianalisishasilpembelajaranketerampilangerak

dasar Forehand Bulutangkissiklus I ... 50

4. Rekapitulasianalisishasilpembelajaranketerampilangerak

dasar Forehand Bulutangkissiklus II ... 50

5. Rekapitulasianalisishasilpembelajaranketerampilangerak

dasar Forehand Bulutangkis ... 51

6. Hasilketuntasanlatihanketerampilangerakdasar Forehand Bulutangkismeningkatsecaranyatapadasikluskedua

(51)

JudulSkripsi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PUK

BULUTANGKIS

PADASISWA KELAS VI SDN 1 SUKOHARUM PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN2011/2012

PUKULAN GERAK DASAR SERVIS FOREHAND BULUTANGKIS MELALUI MODEL BERPASANGAN PADASISWA KELAS VI SDN 1 SUKOHARUM

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN2011/2012

GERAK DASAR SERVIS FOREHAND MELALUI MODEL BERPASANGAN PADASISWA KELAS VI SDN 1 SUKOHARUM

PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN2011/2012

(52)

Pembimbing I

Drs. Herman Tarigan, M.Pd NIP. 196012311988031018

1. Tim Penguji

Ketua

Sekretaris

Drs. Herman Tarigan, M.Pd NIP. 196012311988031018

Pembimbing II

Drs. Ade Jubaedi, M.Pd NIP.

2. Ketua Program Studi

Drs. Wiyono, M.Pd NIP.

PENGESAHAN

:

(53)

:

Penguji

BukanPembimbing

:

(54)

MOTTO

Janganmaujadipengecuthidupsekaliharusberarti

Ada yang berubah, ada yang bertahan

Karenajamantakbisadilawan

Yang pasti

Kepercayaanharusdiperjuangkan.

Janganlahhendaknyakamukuatirtentangapaunjuga, tetapi

Nyatakanlahdalamsegalahhalkeinginanmukepada Allah dalamdo’a

Dan pemahamandenganucapansyukur.

Sebelumberbuat, lihatlahterlebihdahuludariberbagaisegidan

Pertanggungjawabkanperbuatanmudenganapa yang kamuperbuat

(55)

RIWAYAT HIDUP

PenulisbernamaKasriyodilahirkan di Enggalrejo 20 Agustus 1967. Dari

pasanganBapakMitroWiyonodanIbuRubinah, danmerupakananakke 5 (lima)

darisembilanbersaudara.

Pendidikan yang pertamaditempuhadalahSekolahDasar (SD) Negeri1 Enggalrejopadatahun

1981 tamat. SekolahMenengahPertama (SMP) Swasta di Adiluwihtahun 1983 tamat. Sekolah

Guru Olahraga (SGO) diselesaikanpadatahun 1987. Padatahun 1999 penulismelanjutkan di

Pendidikan UT Bandar Lampung. Selesaipadatahun 2001.

Demikianriwayathiduppenulissampaikandanmudah-mudahanpenulisdapatmenjadi orang yang

(56)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puju syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha

Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini meskipun jauh dari kesempurnaan. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi SI penjaskes pada jurusan

Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Dalam penulisan skripsi ini berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Pukulan Gerak

Dasar Servis Forehand Bulutangkis Melalui Model Berpasangan Pada Siswa Kelas VI SD N

1 Sukoharum Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012 ”. Penulis banyak memperoleh bantuan

dari berbagai pihak terutama kepada bapak Drs. Herman Tarigan, M. Pd. Selaku pembimbing

utama, dan bapak Drs. Ade Jubaedi, M. Pd. Selaku pembimbing Akademik dan sekaligus

pembimbing kedua. Atas bibmbingan yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini penulis

mengucapkan terimakasih.

Di samping itu pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih yang tak

Gambar

Gambar 5. Siklus Tindakan Kelas Depdikbud (1999)

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan siklus yang pertama adalah siswa melakukan latihan menggiring bola dengan bola plastik dengan menggiring bola berbentuk angka delapan, tindakan siklus

menggunakan instrumen penelitian tes gerak dasar tolak peluru gaya menyamping Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama dengan penggunaan alat bantu bola yang

Jika modifikasi alat pada siklus pertama yaitu dengan menggunakan modifikasi bola yang dibuat dari kertas dan net yang dibuat dengan ketinggian 125 cm maka dapat

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar forehand dalam tenis meja pada siswa kelas VA SD Negeri 2 Merak Batin, Kecamatan

Skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Backhand Dalam Bulutangkis Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V Di SD N 2 Sukamaju Kec.Pugung

1. Dengan menggunakan modifikasi alat pembelajaran berupa bola plastik dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan gerak dasar servis bawah dalam bermain bola voli pada siswa kelas

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FOREHAND PUSH DALAM PEMBELAJARAN TENIS MEJA DENGAN PENERAPAN LATIHAN.. MULTIBALL PADA SISWA KELAS VI

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki hasil belajar Forehand service dalam permainan bulutangkis dengan gaya mengajar resiprokal pada siswa kelas X MA Taman Pendidikan