• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Bermakna

Belajar bermakna menurut Ausubel (1963) yang dikutip oleh (Suardi, 2018 152) merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.

Teorinya terkait dengan sifat-sifat makna, dan ia percaya bahwa dunia luar (external world) akan memberikan pembelajaran yang bermakna.

Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi informasi baru pada konsep-konsep relevan Yang terdapat pada struktur kognitif seseorang (Dahar, 2011: 137). Pembelajaran bermakna ialah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses pembelajaran (Fathurrohman, 2017:205). Pembelajaran bermakna akan terjadi jika siswa mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam struktur pengetahuan mereka. Sehingga pelajaran harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa (Susanto, 2014:117)

Pembelajaran bermakna ialah pembelajaran yang menyenangkan yang memiliki keunggulan untuk meraup segenap informasi seara utuh sehingga meningkatkan kemampuan siswa. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep- konsep relevan yang terdapat didalam struktur kognitif seseorang (Rusman, 2017:356).

Agar terjadi pembelajaran bermakna hendaknya guru selalu berusaha mengetahui dan mencari lebih dalam lagi mengenai konsep- konsep yang telah dimiliki siswa dan guru dapat membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Belajar akan lebih bermakna

(2)

jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/

guru menjelaskan.

Suparno dalam Najib (2016: 21) mengungkapkan bahwa belajar bermakna berupaya menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru dengan bahan-bahan lama, lebih dahulu memberikan ide yang paling umum kemudian hal-hal yang lebih terperinci. Menunjukan persamaan dan perbedaan antara bahan baru dan bahan lama

Samani (2007) mengungkapkan bahwa apapun metode pembelajarannya, maka hars bermakna (meaningfull learning) pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Kebermaknaan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh modus kegiatan belajar. Modus kegiatan belajar dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:

a. Belajar reseptif (menerima). Aktivitas belajar yang dominan dalam modus ini adalah: mendengar, memperhatikan mengamati dan mengkaji. Belajar reseptif adalah usaha untuk menerima informasi, mengolah informasi, dan mengkaji informasi

b. Belajar dengan penemuan terpimpin. Belajar dalam pengertian ini terarah pada menemukan konsep atau prosedur atau prinsip di bawah bimbingan guru.

c. Belajar dengan penemuan sendiri. Siswa berusaha menemukan sendiri tanpa bimbingan langsung dari guru. Pada umumnya modus belajar ini merupakan pengembangan dari belajar reseptif dan belajar dengan penemuan terpimpin.

Kebermaknaan kegiatan pembelajaran sangat berhubungan antara metode mengajar guru dan keaktifan siswa.

(3)

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian (Dahar, 1988: 143). Agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsp-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa

Berdasarkan teori Ausabel, dalam membentuk siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi sagat diperlukan, konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan model pembelajaran berbasis masalah, dimana siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Schunk dalam Nai (2017:194) juga menyatakan bahwa kemampuan membuat pengetahuan menjadi bermakna berkaitan erat dengan perhatian dan efikasi diri.

Prasyarat syarat belajar bermakna yaitu yang pertama materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial yang kedua siswa akan belajar harus berpikir melaksanakan belajar bermakna (meaningful learning set)

Adapun indikator pembelajaran bermakna, adalah:

a) Proses pembelajaran haruslah mengaitkan inforrmasi baru dengan informasi yang telah ada pada diri siswa.

b) Dalam proses pembelajaran harus terlihat adanya proses mental (minat dan motivasi) dan aktifitas yang tinggi

c) Materi pembelajaran haruslah sesuatu yang penting bagi siswa d) Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah hasil yang tahan lama e) Hasil belajar tersebut harus bisa ditransfer ke situasi lain.

f) Hasil belajar adalah dalam bentuk pemahaman dan wawasan g) Hasil pembelajaran itu merupakan sesuatu yang berguna dan

bermanfaat bagi siswa

(4)

(http://sudutpendidikan7.blogspot.co.id/2015/10/ciri-ciri- pembelajaran-bermakna.html)

Adapun kelebihan belajar bermkna, adalah:

a) Infomasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat

b) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang sama.

c) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun terjadi lupa

Adapun kekurangan pembelajaran bermakna

a) Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.

b) Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan.

2. Studi Karyawisata

Karya wisata berasal dari kata karya dan wisata, karya yang artinya kerja dan wisata yang artinya pergi. Dengan demikian karyawisata berarti pergi bekerja. Didalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karyawisata ini ialah bahwa murid-murid akan mempelajari suatu objek ditempat mana objek itu terdapat. dapat diamati dalam bentuk aslinya yaitu benda tiga dimensi, warna-warni, dan gerakan-gerakan dapat diamati (Suprijanto 2009 : 132)

Karyawisata juga sering disebut dengan nama metode field trip.

Metode studi tour, metode studi trip. Sebenarnya apapun nama yang diberikan pada metode ini, yang perlu ialah isi pengertian yang diberikan kepada metode dengan nama seperti karyawisata.

Metode karyawisata adalah suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan mengajak anak keluar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan pelajaran. Karyawisata mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karya wisata dalam arti umum. Karyawisata disini artinya kunjungan

(5)

keluar kelas dalam rangka belajar (Majid, 2013: 215 ) jadi, karya wisata itu tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak pada waktu yang lama. Karyawisata yang jauh dan dalam waktu yang lama disebut study tour

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2012:102) menjelaskan bahwa dasar/ alasan penggunaan karyawisata adalah sebagai berikut:

a) Obyeknya terlalu besar;

b) Obyeknya akan mengalami perubahan atau kerusakan jika dipindahkan dari tempatnya;

c) Obyeknya terlampau berat;

d) Obyeknya hanya terdapat disuatu tempat tertentu;

Menurut Zahra Idris (1984: 108) karyawisata dapat berupa perjalanan keliling sekolah atau ketempat lebih jauh. Misalnya pergi kepabrik, kebun binatang, museum, hotel-hotel, sanggar kegiatan belajar dan kepanti asuhan.

Dalam kegiatan karyawisata adalah sebagai berikut:

a) Mempelajari proses sosial, misalnya berpartisipasi dalam masyarakat, ikut serta dalam kehidupan, turut memlihara kesehatan, meenikmatai keindahan dan sebagainya;

b) Mempelajari maslah sosial, misalnya keluarga, hubungan antar kelompok, kesejahteraan orangtua;

c) Menurut Oemar Hamlik (1982: 104) berguna bagi lapangan akademik, misalnya kesenian, ilmu bumi, sejarah, dan sebagainya.

Adapun tujuan karya wisata menurut S. Nasution (2007: 135) adalah sebagai berikut:

a) Mengumpulkan bahan mengenai suatu masalah;

b) Sebagai kegiatan kulmunasi suatu unit Yang akan dilakukan;

c) Membangkitkan minat untuk suatu unit yang akan dilakukan.

Adapun manfaat dari karyawisata menurut Oemar Hamalik (2005: 177) adalah sebagai berikut:

(6)

a) Mendorong belajar dengan mengamati sendiri benda dan memperoleh pengalaman langsung;

b) Mengadakan pemahaman (insight) terhadap lingkungan yang terdekat;

c) Mengadakan integrasi pengajaran di kelas di mana mata pelajaran terlepas dari kehidupan masyarakat;

d) Menciptakan kepribadian yang komplit pada guru dan siswa;

e) Mengadakan seni hidup bersama dengan yang lain, duduk, makan, tidur bersama-sama.

Adapun indikator studi karyawisata

a) Belajar di luar ruang (bisa di alam terbuka dll).

b) Melibatkan seluruh peserta didik.

c) Ada objek yang menjadi kajian.

(http://pendidikanmerahputih.blogspot.co.id/2014/03/strategi- pembelajaran-karya-wisata.html)

Menurut Conny Setiawan (2003: 81), kebaikan karyawisata adalah Adapun kelebihan studi karyawisata

a) Peserta didik dapat mengamati obyek secara langsung;

b) Guru mendapatkan kesempatan baik untuk memadukan beberapa bidang studi;

c) Mengembangkan, menanamkan, serta memupuk rasa cinta pada alam sekitar dan tanah air.

Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2004: 215) karyawisata mempunyai beberapa kelebihan atau kebaikan antara lain:

a) Peserta didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turt serta didalam suatu kegiatan;

b) Peserta didik dapat mengamti kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat;

c) Peserta didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba membuktikan langsung.

(7)

d) Peserta didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau ceramah yang diberikan oleh on the spot;

e) Peserta didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komperhensif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik pemahaman bahwa kelebihan karya wisata yang paling utama adalah mengajak peserta didik mempelajari obyek secara langsung dan nyata dan dapat membuktikannya secara nyata, di samping itu dengan belajar di luar kelas akan menghilangkan kejenuhan-kejenuhan didalam kelas.

Adapun kelemahan karyawisata menurut Armay Arief adalah sebagai berikut:

a) Karyawista akan gagal bilamana menemui obyek yang kurang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan;

b) Waktu yang tersedia tidak mencukupi dan menyita waktu pelajaran;

c) Karyawisata membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang besar sehingga menjadi beban peserta didikdan guru itu sendiri.

3. Pemahaman Belajar Siswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dikatakan bahwa pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui benar.

Pemahaman belajar dari kata paham yang mempunyai arti mengerti, benar, sedangkan pemahaman merupakan proses pemuatan cara memahami (Fajri, 2008:607-608).

Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri di situasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pemahaman yang

(8)

terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam- diam, menemukan dirinya dalam orang lain.

Pemahaman yang diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran.

Karena itu, belajar berarti harus megerti secara mental makna dan filosofinya, maksudnya dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya sehinngga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar, memahami maksudnya menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.

Mengenai pengertian belajar sendiri menurut Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno (2007: 7) mengatakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari suatu informasi atau lebih. Pengertian belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan. Sebagai hasil penngalaman sendiri dalam atraksi dalam lingkungannya. (Slameto, 2003:2)

Dalam konsep pendidikan islam, belajar merupakan proses yang tidak pernah berhenti terhadap pemahaman dan target yang telah ditentukan sebelumnya, jika berpijak terhadap pemahan semata, maka belajar tersebut berhenti dan tidak akan berlanjut ketika pemahaman yang diinginkan telah dicapai. Pada saai itulah ilmu pengetahuan akan mengalami stagnasi, tidak terkembang sebagaimana mestinya dan manusia hanya akan dapat mengatahui beberapa hal dari ilmu pengetahuan yang ia pelajari.

Ketika proses belajar berlangsung, seluruh komponen pendidikan merupakan pelaku-pelaku dari pengajaran tersebut. Akan tetapi guru

(9)

merupakan komponen yang utama dalam mengendalikan pemahaman dari pembelajaran. Guru memiliki peran penentu terhadap pemahaman yang hendak dicapai dalam pengajaran. Guru adalah pemimpin dalam pengajaran dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.

Pemahaman hasil belajar merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori yaitu : (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip. (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

Wina Sanjaya mengtakan bahwa indikator pemahaman itu ada lima yaitu: (1) Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan, (2) Pemahaman bukan sekedar mengingat fakta , akan tetapi berkenaan dengan menjelaskan makna atau suatu konsep, (3) Dapat mendeskripsikan, mampu menerjemahkan, (4) Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara variabel,(5)Pemahaman eksplorasi, mampu membuat estimasi.

Untuk mencapai pemahaman belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasinya, faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terjadi dari luar siswa (faktor estern).

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis

(10)

sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya

a) Faktor Intern

Faktor intrn adalah faktor yang timbul dari dalam indivdu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor intern yaitu kecerdasan/ intelegensi, bakat, minat, dan motivasi

1) Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangant di tentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi, yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Adakalanya perkembanghan ini ditandai dengan kemajuan- kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya, sehingga seorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dengan kwan sebayanya 2) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Menurut Syah Muhibin (1999:136) mengatakan bahwa “ bakat diartikan sebagai kemampuan indiviu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung kepada upaya pendidikan dan latihan.”

Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangant ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubung dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya pemahaman belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting mencapai suatu pemahaman akan prestasi yang baik.

3) Minat

(11)

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan mengenai beberapa keinginan.kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai rasa sayang. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat bertambah kegiatan belajar. Untuk ,menambah minat seseorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan mengembangkan mimat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap Sesutu hal maka akan terus berusaha melakukan sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

4) Motivasi

Motivasi dalam belajar merupakan hal yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan yang mengenai motivasi dalam belajar bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian juga dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

b) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor- fkator yang dapat mempengaruhi yang sifatnya dari luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman- pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya.

1) Keadaan keluarga

Keluarga adalah lingkungan kecil dari masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana dijelaskan oleh slameto bahwa, “keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat dan besar artinya

(12)

untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, Negara dan dunia.”

2) Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong belajar yang lebih rajin dan aktif.

3) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap pemahaman belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak lebih banyak bergaul dengan lingkungan diaman anak itu berada.

4. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pemgertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37, dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang antara lain mencakupn ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bahan kajian merupakan subject matter yang dapat dikemas menjadi satu atau beberapa mata pelajaran atau diintegrasikan dengan bahan kajian lain sesuai dengan kebutuhan pendidikan. IPS merupakan integrasi disiplin ilmu-ilmu sosial (Sumantri 2001: 73).

Trianto (2014: 171) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial,

(13)

seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya).

IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial:

sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah- wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nila-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih, ilmu politk dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas- aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.

b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Trianto (2014: 174) menyatakan mata pelajaran IPS di SMP/MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

(14)

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kedapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan kemanan.

c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Trianto (2014: 176) menyatakan tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepeduliaan terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai- nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial

(15)

yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat nalisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya.

9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

10) Di samping itu, juga bertujuan bagaimana sikap siswa terhadap pelajaran berupa: penerimaan, jawaban atau sambutan, penghargaan, pengorganisasian karakteristik nilai, dan menceritakan.

B. Kajian Yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah kajian penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kajian penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu:

1. Picka Dewi Supriani (2013) meneliti tentang Hubungan Antara Peningkatan Pembelajaran Bermakna dengan Karya Wisata Pada

(16)

Pelajaran Sejarah di SMP N Jatiwangi Majalengka, hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah

a. Peningkatan pembelajaran bermakna di sekolah SMP 1 Jatiwangi sebesar 52,1 %

b. Studi karya wisata sebesar 61.8%.

c. Berdasarkan perhitungan korelasi product moment diperoleh angka 0,208.

Hal ini menunjukan hubungan yang rendah atau lemah antara peningkaatan pembelajaran bermakna dengan studi karya wisata.

Dari penelitian di atas, terdapat perbedaan antara lain:

a. Terdapat perbedaan judul peneliti terdahulu hanya meneliti hubungan peningkatan pembelajaran bermakna dengan studi karya wisata saja, sedangkan penulis akan meneliti tentang hubungan peningkatan pembelajaran bermakna melalui studi karya wisata dengan peningkatan pemahaman belajar siswa.

b. Terdapat perbedaan pada variabelnya dalam penelitian terdahulu variabel Y yaitu studi karya wisata sedangkan penulis meneliti peningkatan pemahaman belajar siswa.

Dari penelitian di atas, terdapat persamaan antara lain:

a. Terdapat persamaan dari variabel X nya yaitu penelitian peningkatan pembelajaran bermakna.

b. Terdapat kesamaan pada sama-sama meneliti tentang hubungan Kelebihan penelitian dari peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Picka Dewi Supriani yaitu terdapat kejelasan variabel X yaitu tingkat pemahaman belajar siswa, jadi jelas sebab dan akibat dari penelitiannya

2. Muchsin (2013) meneliti Pengaruh Penggunaan Metode Karya Wisata Terhadap Prestasi Belajar Kognitif IPS Kelas IV Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan prestasi belajar kognitif IPS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan t-

(17)

test skor peningkatan prestasi belajar pada taraf signifikansi 5%

(tingkat kepercayaan 95%) diperoleh t hitung = 3,734. Nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel. Nilai t hitung = 3,734

> t tabel = 1,687, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang ada adalah signifikan karena t hitung > t tabel. Kelompok eksperimen memperoleh skor peningkatan prestasi belajar kognitif lebih baik dibandingkan kelompok kontrol yaitu rata-rata skor peningkatan prestasi belajar kelompok eksperimen 18,00 dan kelompok kontrol 6,50. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode karyawisata membuat siswa aktif, dan senang dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi belajar kognitif IPS siswa dapat tercapai dengan optimal.

Dari penelitian di atas, terdapat perbedaan antara lain:

a. Terdapat perbedaan judul, peneliti terdahulu hanya meneliti metode karya wisata sedangkan peneliti meneliti tentang peningkatan pembelajaran bermakna berupa studi karya wisata b. Terdapat perbedaan pada variabel Y yaitu, peneliti terdahulu

meneliti tentang prestasi siswa sedangkan peneliti meneliti tingkat pemahamannya

c. Terdapat perbedaan penelitiannya peneliti mengukur derajat keeratan (korelasi) antara dua variabel sedangkan peneliti terdahulu meneliti pola kausalitas atau fungsi sebab akibat dari sebuah variabel

Terdapat kesamaan pada variabel X yaitu sama sama meneliti tentang studi karya wisata.

Kelebihan penelitian dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh muchsin yaitu terletak pada penelitiannya dimana penelitian sebelumnya hanya meneliti tentang studi katrya wisata saja sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan meneliti pembelajaran bermakna juga.

(18)

3. Rani Fatimah (2015) meneliti tentang pengaruh metode karya wisata terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Geografi di MAN 19 Jakarta Selatan. Temuan hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan metode karya wisata terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi. Hal ini ditunjukkan dari pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung> ttabel yaitu 9,7139>

2,02 dengan taraf signifikan 5% selain itu dilihat dari hasil perhitungan nilai rata-rata posttest lebih tinggi (83,23) dibandingkan dengan nilai rata-rata pretest (69,7) dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode karya wisata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

Dari penelitian di atas, terdapat perbedaan antara lain:

a. Terdapat perbedaan judul, peneliti terdahulu hanya meneliti metode karya wisata sedangkan peneliti meneliti tentang peningkatan pembelajaran bermakna berupa studi karya wisata.

b. Terdapat perbedaan pada variabel Y yaitu, penelitii terdahulu meneliti tentang hasil sedangkan peneliti meneliti tingkat pemahamannya.

c. Terdapat perbedaan penelitiannya peneliti mengukur derajat keeratan (korelasi) antara dua variabel sedangkan peneliti terdahulu meneliti pola kausalitas atau fungsi sebab akibat dari sebuah variabel

Terdapat kesamaan pada variabel X yaitu sama sama meneliti tentang studi karya wisata.

Kelebihan penelitian dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh muchsin yaitu terletak pada penelitiannya dimana penelitian sebelumnya hanya meneliti tentang studi karya wisata saja sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan meneliti pembelajaran bermakna juga.

(19)

C. Kerangka Berpikir

Pemahaman Karyawisata sering kali disalah artikan ataupun tidak pahamnya tujuan karyawisata seringkali di rasakan siswa, yang ada dibenak para siswa ketika sekolah mengadakan karyawisata hanyalah acara pelepas penat ketika belajar, karyawisata disini artikan dengan berkunjung keluar kelas dalam rangka belajar (Trianto, 2011:94)

Belajar memiliki ciri masing-masing dan salah satunya adalah belajar mencari makna, makna diciptakan murid dari apa yang telah mereka lihat, mereka dengar dan mereka rasakan serta alami. Salah satu cara agar pembelajaran menjadi bermakna yaitu dengan karya wisata dimana karya wisata adalah kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar agar pemahaman siswa di pembelajaran ilmu pengetahuan sosial meningkat (Majid, 2013: 215).

Pembelajaran IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja, keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam pendidikan IPS. Hal tersebut sama halnya dengan karyawista sebab dengan karyawisata anak didik dapat mempelajari proses sosial, berpartisipasi dalam masyarakat, ikut serta dalam kehidupan, turut dalam memelihara kesehatan dan menikmati keindahan alam. Karena dengan karyawisata siswa dapat memahami kehidupan secara rill besereta dengan maslahnya.(Anwar, 2018:147)

Persepsi siswa terhadap materi sangat berpengaruh terhadap bagaimana siswa mampu memahami dan menguasai materi pembelajaran yang diterima maka tentu tujuan pembelajaran dapat tercapai. Terkait dengan persepsi salmeto (2010:102) mengungkapkan bahwa makin baik suatu objek, orang, peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik pula objek, orang, peristuiwa atau hubungan tersebut untuk dapat diingat siswa

(20)

Gambar 2.1. Alur Pikir Penelitian

D. Hipotesa Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah (Sugiyono, 2017: 63). Adapun hipotesis atau jawaban sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : ada hubungan positif yang signifikan antara variabel X (pembelajaran bermakna melalui studi karyawisata) terhadap variabel Y (pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran IPS) di MTs Al-Washliyah Talun Kabupaten Cirebon.

Ho : tidak ada hubungan positif yang signifikan antara variabel X (pembelajaran bermakna melalui studi karyawisata) terhadap variabel Y (pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran IPS) di MTs Al-Washliyah Talun Kabupaten Cirebon

Kurangnya Pemahaman Tujuan Karya Wisata

Pembelajaran Bermakna Berupa Studi Karya Wisata

Ilmu Pengetahuan Sosial

Pemahaman Belajar Siswa Meningkat

Referensi

Dokumen terkait

Kesempatan yang diberikan kepada praktikan untuk menimba ilmu dari SMP Negeri 2 Semarang merupakan suatu kehormatan bagi Mahasiswa praktikan PPL mengingat

(5)Pada Credit Union (CU) Muare Pesisir Kantor Pelayanan (KP) Siantan, dalam hubungan intern CU pernah terjadi adanya anggota yang tidak memenuhi syarat untuk

Penggunaan media pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) hendaknya berdasarkan pada tujuan dan aspek perkembangan anak yang sesuai dengan materi pembelajaran, serta

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru), hal.129.. Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan meliputi kegiatan awal,

Implikasi psikologi dalam parktek pendidikan berupa landasan psikologis pendidikan yaitu konsep-konsep psikologis tentang individu yang menjadi dasar pelaksanaan

Stepien & Baernstein (2006), Mercer & Reynolds (2002), Brehm & Kassim (1993) menyatakan bahwa empati dalam pelayanan merupakan suatu konsep multidimensional yang

Dari penjelasan tabel, cara untuk menentukan hasil pengukuran usability suatu situs adalah dengan merumuskan kriteria-kriteria tertentu untuk setiap data yang

d. Instruktur memberi tugas untuk merumuskan permasalahan yang berhubungan dengan penyusunan model pembelajaran dalam pembelajaran PPKn SMP. Bila sudah merumuskan sejumlah