• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pemberian Daun Sirih Merah dalam Mengatasi Keputihan pada Wanita Usia Subur di SMA Santo Thomas 1 Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pemberian Daun Sirih Merah dalam Mengatasi Keputihan pada Wanita Usia Subur di SMA Santo Thomas 1 Medan Chapter III VI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

29

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

(2)
(3)

31

3.2. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada pengaruh pemberian daun sirih merah terhadap keputihan patologis pada wanita usia subur di Santo Thomas 1 Medan.

3.3. Defenisi Operasional

(4)
(5)

33

patologis infeksi bakteri, jamur dimana cairan yang keluar banyak dan terus-menerus dari vagina serta warna cairan tidak jernih atau putih atau kuning atau kehijauan.

tidak mengalami keputihan patologis lagi (sembuh) melainkan keputihan fisiologis (13-18) : keputihan ringan (19-24): keputihan sedang (25-26): keputihan berat

(6)

34

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain quasy eksperiment dengan jenis rancangan Non Equivalent Control Group yang

melibatkan dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Bagan 4.1 Desain Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test

Kelompok Intervensi I1 I I2

Kelompok Kontrol O1 O O2

Keterangan :

I1 : kelompok intervensi sebelum diberikan daun sirih merah I2 : kelompok intervensi sesudah diberikan daun sirih merah O1 : kelompok kontrol sebelum menggunakan air kran O2 : kelompok kontrol setelah menggunakan air kran

I : intervensi dengan daun sirih merah O : tidak dilakukan intervensi

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

(7)

35

2004 dalam Hidayat, 2013: 60).Populasi tidak hanya terbatas pada orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki objek/subjek tersebut (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat. 2013: 60). Populasi pada penelitian ini adalah siswi SMA Santo Thomas 1 Medan yang mengalami keputihan yaitu sebanyak 897 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2013: 60). Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling yaitu 46 orang siswi (23 kelompok eksperimen dan 23 kelompok kontrol).

Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi sampel yang diambil yaitu kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang menjadi responden yaitu :

a. batas umur siswi 15-19 tahun

b. mengalami keputihan yang patologis (tidak normal) bukan keputihan fisiologis (normal)

c. tidak mengonsumsi obat farmakologis untuk keputihan pada saat penelitian dilakukan.

(8)

36

Penelitian dilaksanakan di SMA Santo Thomas 1 Medan. Sekolah tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena siswi-siswi di sekolah tersebut mengalami keputihan patologis (abnormal) serta keputihan yang dialami mengganggu kegiatan mereka selama di sekolah maupun di luar sekolah. Dan belum pernah dilakukan penelitian tentang efektivitas pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan patologis pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan.

4.3.2. Waktu

Penelitian ini dimulai dari bulan September 2016 – Juli 2017 yang meliputi pengajuan judul, penelusuran pustaka, bimbingan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, analisis data hingga sidang hasil penelitian.

4.4. Pertimbangan Etik

Peneliti memperhatikan syarat-syarat kelayakan penelitian dengan mempertimbangkan kaedah etik penelitian dan kelengkapan izin institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin, kemudian peneliti mengirimkan surat permohonan melakukan penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Santo Thomas 1 Medan. Etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

4.4.1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

(9)

37

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian,

dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.

4.4.2. Tanpa nama (anonimity)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4.4.3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Etika penelitian ini bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk menolak penelitian dan diajukan pernyataan persetujuan (informed consent) mengikuti penelitian seperti terlampir.

(10)

38

responden di masing-masing kelas dan memberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang diperoleh.

Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan termasuk keuntungan dan kerugianmenjadi subjek peneliti. Siswi diberikan lembar persetujuan dan diminta menandatanganinya. Jika siswi tidak bersedia menjadi responden penelitian maka siswi tersebut berhak mengundurkan diri dari penelitian. Selanjutnya, pada kelompok kontrol akan diberikan daun sirih merah setelah post-test, hal ini dilakukan agar kelompok kontrol tidak merasa dibedakan dengan kelompok intervensi. 4.5. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar pre-test dan post-test. Bagian pertama pengumpulan data penelitian ini berupa data

(11)

39

Instrumen penelitianmenggunakan skalathrustone dengan pilihan jawaban (a), (b), (c), (d). Untuk pilihan jawaban (a) diberi skor 1, pilihan (b) diberi skor 2, pilihan (c) diberi skor 3, pilihan (d) diberi skor 4. Sehingga peneliti akan mendapatkan nilai tertinggi 26 dan nilai terendah 7. Semakin tinggi skor yang didapat semakin menunjukkan kecenderungan terhadap terjadinya keputihan.

Berdasarkan rumus Sudjana (1992) :

Panjang kelas = ������� �����

������ ����� =

26 4 = 6

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan nilai 7-12siswi tidak mengalami keputihan patologis lagi (sembuh) melainkan mengalami keputihan yang fisiologis, nilai 13-18 keputihan yang dialami siswi berkurang, 19-24 keputihan yang dialami siswi tetap, 25-26 keputihan yang dialami siswi bertambah. Dalam hal ini, peneliti juga menggunakan panduan intervensi daun sirih merah yang dimodifikasi dari penelitian Yanti (2014). Dimana panduan intervensi daun sirih merah berisikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menggunakan daun sirih merah.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Uji yang digunakan peneliti untuk mengetahui validitas kuesioner data demografi dan lembar pre-test dan post-test pemberian daun sirih merah adalah dengan menggunakan tehnik content

validity(>0.7), yang membuktikan bahwa instrument lebih valid. Uji validitas ini

(12)

40

mengajukan kuesioner data demografi dan lembar pre-test dan post-test pemberian daun sirih merahkepada penguji validitas kemudian dikoreksi dengan hasil content validityindex (CVI) 0.978 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dan lembar

pre-test serta lembar post-testdalam penelitian ini sudah valid.

Reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi,2013). Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang mahasiswi semester 2 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dimana bukan sample yang diteliti. Uji reliabilitas dilakukan pada bulan April 2017. Pada proses penelitian ini kuesioner data demografi dan lembar pre-test dan post-test pemberian daun sirih merah menggunakan komputerisasi dengan analisis Cronbachalpha dimana koefisiennya harus > 0.7 agar dianggap reliable maka kuesioner ini layak digunakan (Hidayat, 2013: 107). Hasil uji reliabilitas diperoleh 0.833 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini sudah reliabel.

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

(13)

41

penelitian. Kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan (informed consent)sebagai bukti bahwa siswi tersebut bersedia berpartisipasi menjadi sampel

penelitian.

Pada awal pertemuan, peneliti menjelaskan proses selama penelitian berlangsung. Peneliti memberi lembar pre-test untuk mengetahui keputihan yang dialami siswi dimana lembar pre-test berisi tentang tanda dang gejala keputihan. Setelah itu, peneliti memberi air rebusan daun sirih merah kepada siswi kelompok intervensi dengan frekuensi pemberian 1 kali dalam satu hari selama 7 hari (1 minggu) secara teratur dan cara penggunaannya adalah dengan merendam organ kewanitaan selama 10-15 menit, dimana peneliti yang merebus daun sirih merah tersebut setiap hari selama penelitian. Sedangkan pada siswi kelompok kontrol, siswi tersebut menggunakan air kran. Kemudian, peneliti memberikan lembar post-test yang mempunyai pertanyaan yang sama di lembar pre-post-test untuk mengetahui keefektivitasan daun sirih merah dalam mengatasi keputihan.

4.8. Analisis Data

(14)

42

untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.Ketiga sortirmerupakan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Keempat entrydata, data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. Kelima cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer. Keenammengeluarkan informasi, hasil yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan memperoleh kesimpulan.

Analisa data dilakukan dengan 2 tahap yaitu : 4.8.1. Analisa univariat

(15)

43

4.8.2. Analisa bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menguji efektivitas daun sirih merah dalam mengatasi keputihan. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik t-independent komparatif. Uji ini digunakan untuk membandingkan kejadian keputihan

pada kelompok intervensi dan kontrol. Uji statistik t-dependen kelompok intervensi dan kelompok kontrol yakni membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan daun sirih merah pada kelompok intervensi serta membandingkan data sebelum dan sesudah tanpa pemberian intervensi pada kelompok kontrol sehingga diperoleh nilai mean perbedaan pre-testdan post-test.

(16)

44

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai efektivitas pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan patologis pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan dengan jumlah siswi sebanyak 46 orang.

5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini memaparkan analisa univariat dan juga analisa bivariat, dimana analisa univariat terdiri dari karakteristik demografi siswi, keputihan pre dan postpada kelompok intervensi, keputihan pre dan post padakelompok kontrol. Untuk analisa bivariat terdiri dari perbedaan keputihan pre danpost pada kelompok intervensi, perbedaan keputihan pre dan post pada kelompok kontrol, dan perbedaan keputihanantara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

5.1.1. Analisa univariat

5.1.1.1.Karakteristik demografi siswi

Pada penelitian ini karakteristik demografi siswi meliputi usia, kelas, usia menarche, frekuensi mengganti pembalut ketika menstruasi, penggunaan

(17)

45

(18)

46

Siswi pada penelitian ini seluruhnya berada pada rentang usia 16-17 tahun, dimana mayoritas usia siswi pada kelompok eksperimen adalah 16 tahun sebanyak 12 orang dan mayoritas usia siswi pada kelompok kontrol adalah 16 tahun sebanyak 14 orang.

Siswi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol seluruhnya berada pada kelas 2 SMA, dimana pada kelompok intervensi sebanyak 15 siswi berada pada kelas 2 SMA IPA dan pada kelompok kontrol sebanyak 12 siswi berada pada kelas 2 SMA IPS. Usia menarchesiswi dalam penelitian ini pada kelompok eksperimen mayoritas pada usia 12 tahun sebanyak 8 orang sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas usia menarche adalah 12 tahun sebanyak 8 orang. Sebanyak 10 orang dari 23 orang siswi pada kelompok eksperimen mengganti pembalut sebanyak 2 kali jika sedang mengalami menstruasi, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 10 orang dari 23 orang siswi mengganti pembalut sebanyak 3 kali.

(19)

47

sebanyak 9 orang dari 23 orang siswi mengeringkan daerah kewanitaannya ketika lembab.

5.1.1.2. Keputihan pre dan post pada kelompok intervensi Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu memberikan lembar pre-test pada siswi untuk menilai gejala keputihan yang dialami, dimana gejala keputihan yang dialami siswi sebelum diberikan daun sirih merah adalah cairan keputihan yang keluar banyak, warna cairan keputihan yaitu kekuningan bahkan sampai ada yang kuning kehijauan, cairan keputihan yang keluar kental bahkan sampai menggumpal seperti kepala susu, baunya tidak terlalu menyengat, adanya rasa gatal pada kemaluan dan lipatan pada sekitar bahkan terasa panas pada bibir vagina dan adanya nyeri ketika buang air kecil, rasa gatal tersebut muncul terus menerus serta adanya rasa nyeri di perut bagian bawah dan di panggul bagian belakang. Semua gejala keputihan di atas merupakan tanda dan gejala dari keputihan patologis, sebelum diberikan daun sirih merah siswi pada penelitian ini sebagian besar mengalami keputihan sedang atau dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2Data Keputihan Siswi Sebelum Diberikan Air Rebusan Daun Sirih Merah Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase

No.Keputihan Patologis Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Keputihan sembuh 0 0 2. Keputihan ringan 9 39 3. Keputihan sedang 14 60.8 4. Keputihan berat 0 0 Total 23 orang

(20)

48

yang dialami sembuh dan 1 orang (4.3%) menyatakan bahwa gejala keputihan yang dialami menjadi ringan atau dapat disajikan dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3Data Keputihan Siswi Setelah Diberikan Air Rebusan Daun Sirih Merah Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase

No. Keputihan Patologis Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Keputihan sembuh 22 95.6

2. Keputihan ringan 1 4.3 3. Keputihan sedang 0 0 4. Keputihan berat0 0

Total 23 orang

5.1.1.3. Keputihan pre dan post pada pada kelompok kontrol Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu memberikan lembar

pre-test pada siswi untuk menilai gejala keputihan yang dialami, dimana gejala

(21)

49

Tabel 5.4Data Keputihan Siswi Pada Saat Pre-test Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase

No. Keputihan Patologis Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Keputihan sembuh 0 0

2. Keputihan ringan 2 8.7 3. Keputihan sedang 21 91.2 4. Keputihanberat 0 0

Total 23 orang Setelah 7 hari penelitian, kelompok kontrol yang menggunakan air kran seluruhnya mengalami keputihan sedang. Dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5Data Keputihan Siswi Pada Saat Post-test Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase No. Keputihan Patologis Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Keputihan sembuh 0 0

2. Keputihan ringan 0 0

3. Keputihan sedang 23 100

4. Keputihan berat0 0 Total 23 orang

5.1.2. Analisa Bivariat

5.1.2.1. Perbedaan keputihan pre dan post pada kelompok intervensi

Dalam hasil penelitian ini, peneliti menggunakan uji wilcoxon untuk membandingkan data sebelum dan data sesudah pemberian daun sirih merah karena hasil uji normalitas dengan menggunakan shapiro wilk pada pre-test kelompok intervensi adalah 0.024 (p < 0.05) sedangkan pada post-test yaitu 0.000 (p < 0.05) sehingga data tidak terdistribusi normal, dimana syarat data normal jika p > α (0.05). Dimana sebelumnya pada proposal penelitian,

(22)

50

Tabel 5.6 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Merah

No. Variabel Shapiro-wilk N p

1. Data sebelum 0.024 2. Data sesudah 0.000

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa terdapat penurunan gejala keputihan pada siswi kelompok intervensi setelah diberikan daun sirih merah atau dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Perbedaan gejala keputihan pre dan post pada kelompok intervensi No. Variabel positive negative T Z p value ranks ranks

1. Keputihan pre danpost 0.00 12.00 0.00- 4.2110.000

Penurunan gejala keputihan ini diperoleh dari lembar pre dan post pemberian daun sirih merah dengan menggunakan uji wilcoxon (non parametric)dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05). Dari hasil analisa diperoleh positive

ranks 0.000, negative ranks 12.00. Oleh karena jumlah rangking positif lebih kecil dibandingkan dengan rangking negatif maka nilai T yang digunakan adalah rangking positif (0.00). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan pvalue = 0.000, dimana hasil ini menunjukkan bahwa nilai p < α (0.000<0.05) dan skor Z sebesar -4.211 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna. Maka hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian daun sirih merah terhadap keputihan patologis pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan atau hipotesa alternatif (Ha) diterima.

(23)

51

5.1.2.2. Perbedaan keputihan pre dan post pada kelompok kontrol

Dalam hasil penelitian ini, peneliti menggunakan uji wilcoxon (non-parametric test) untuk membandingkan data sebelum dan data sesudah

karena hasil uji normalitas dengan menggunakan shapiro wilk pada pre-test kelompok kontrol adalah 0.001 (p < 0.05) sedangkan pada post-test yaitu 0.000 (p < 0.05) sehingga data tidak terdistribusi normal, dimana syarat data normal jika p > α (0.05). Dimana sebelumnya pada proposal penelitian,

peneliti akan menggunakan uji t-dependent jika data terdistribusi normal. Uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah

No. Variabel Shapiro-wilk N p 1. Data sebelum 0.001

2. Data sesudah 0.000

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa tidak ada penurunan (menetap) gejala keputihan pada siswi kelompok kontrol atau dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Perbedaan gejala keputihan pre dan post pada kelompok kontrol Variabel positive negative T Z p value ranks ranks

Keputihan pre dan post2.00 0.00 0.00 -1.604 0.109

Menetapnya gejala keputihan ini diperoleh dari lembar pre dan postpemberian daun sirih merah dengan menggunakan uji wilcoxon (non parametric). Dari hasil analisa diperoleh positive ranks 2.00, negative ranks

(24)

52

rangking positif maka nilai T yang digunakan adalah rangking negatif (0.00). Nilai p = 0.109, dimana hasil ini menunjukkan bahwa nilai 0.109 > 0.05 (p > α) dan skor Z sebesar -1.604 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan/bermakna. Maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat penurunan gejala keputihan antara sebelum dan sesudah tanpa pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan patologis pada kelompok kontrol.

5.1.2.3. Perbedaan keputihanantara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol

Untuk membandingkan data sesudah pemberian daun sirih merah pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, peneliti menggunakan uji mann-whitney(non-parametric test) karena hasil uji normalitas dengan

menggunakan shapiro wilk pada kelompok intervensi adalah 0.000 (p < 0.05) sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 0.000 (p < 0.05) sehingga data tidak terdistribusi normal, dimana syarat data normal jika p > α (p >0.05).

Dimana sebelumnya pada proposal penelitian, peneliti akan menggunakan uji t-independent comparative jika data terdistribusi normal. Uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Uji Normalitas pada Kelompok Intervensi dengan Kelompok Kontrol

No. Variabel Shapiro-wilk N p 1. Data sebelum 0.000

(25)

53

Tabel 5.11 Perbedaan keputihanpada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Variabel z p value

Keputihan kelompok intervensi dan kelompok kontrol - 5.9570.000

Pada hasil uji mann-whitney(tabel 5.11)nilai p = 0.000, dimana hasil ini menunjukkan bahwa nilai 0.000 < 0.05 (p < α) dan skor Z sebesar -5.957 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna antara keputihan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Keputihan pada wanita usia subur

Semua wanita mengalami keputihan pada masa-masa tertentu, baik karena sedang hamil, menjelang haid, sehabis haid, masa nifas (sehabis melahirkan), sedang subur (kurang dari 2 minggu sebelum haid yang akan datang), dan sehabis bersenggama (Irianto, 2015: 321). Hal ini merupakan keputihan yang normal.Keputihan dikatakan tidak normal jika cairan yang keluar banyak dan terus menerus dari vagina. Warna cairan tidak jernih, berwarna putih, kuning sampai kehijauan, terasa gatal, berbau tidak enak sehingga menganggu aktivitas sehari-hari (Irianto,2015 :320).

(26)

54

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor gizi dimana semakin baik gizi seseorang maka semakin cepat pula seorang wanita mengalami menarche (Ellya, 2010 dalam Badaryati, 2012). Peneliti belum menemukan adanya hubungan usia menarche dengan keputihan.

Pada karakteristik demografi siswi juga dapat ditemukan bahwa 20 orang dari 46 orang siswi mengganti pembalut hanya 2 kali pada saat menstruasi. Selain itu juga, 24 orang (52.17 %) dari 46 siswi tidak mengeringkan daerah kewanitaannya ketika lembab.Hal ini menunjukkan bahwa perilaku hygiene siswi kurang baik, hal ini mungkin terjadi karena pengetahuan siswi masih kurang dalam menjaga organ reproduksi. Oleh karena itu, peran ibu sangat penting dalam memberikan edukasi kepada putrinya tentang menjaga organ reproduksi dengan baik dan bagaimana cara perilaku hygiene yang tepat. Perilaku hygiene yang tepat sangat diperlukan dalam upaya menjaga kesehatan reproduksi terutama bagi wanita.Perilaku hygiene yang buruk adalah salah satu faktor timbulnya keputihan patologis atau keputihan tidak normal.Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2012) menunjukkan bahwa adanya hubungan perilaku hygiene dengan kejadian keputihan patologis.Kejadian keputihan patologis lebih banyak terjadi pada wanita yang mempunyai perilaku hygiene yang buruk.

(27)

55

menggunakan celana dalam yang menyerap keringat, mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari, dan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang abnormal dari bagian reproduksi seperti keputihan dengan warna kuning kehijauan dan adanya rasa panas pada bibir vagina (Irianto, 2015: 18-19). Selain itu, pada karakteristik demografi siswi juga ditemukan bahwa hampir seluruh siswi tidak menggunakan cairan pembersih untuk daerah kewanitaan. Hal ini merupakan keadaan yang baik, karena cairan pembersih atau sabun pembersih khusus untuk daerah kewanitaan merupakan salah satu penyebab munculnya keputihan tidak normal (Mohanis, 2013).

5.2.2. Efektivitas pemberian daun sirih merah dalam mengatasi keputihan patologis pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (tabel 5.7) yang berarti ada pengaruh daun sirih merah dalam mengatasi keputihan. Dengan kata lain, daun sirih merah efektif dalam mengatasi keputihan pada wanita usia subur. Penelitian Sadewo (2002 dalam Mohanis, 2013) juga menunjukkan bahwa khasiat daun sirih merah ini digunakan untuk mengurangi keputihan dan menjaga organ kewanitaan, karena salah satu khasiat daun sirih merah adalah sebagai antiseptik. Penelitian Saraswati (2016) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memiliki kemampuan antibakteri terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negative khususnya Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

(28)

56

daun sirih merah karena adanya kandungan kimia dari daun sirih merah yang mempunyai daya antiseptik yang sangat kuat sehingga dapat mengatasi keputihan.Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yaitu minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin, dan flavonoid dimana kandungan kimia tersebut diduga berpotensi sebagai daya antimikroba (Ebadi, 2012 dalam Candrasari, 2012).Flavonoid bekerja dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membrane sel bakteri. Begitu juga dengan alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Saraswati,2016).

(29)

57

terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna (Saraswati, 2016).

Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allyprokatekol, karvakrol, eugenol,

pcymene, cineolo, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propada

(Sulistiyani, 2007 dalam Nisa, 2014).Kandungan minyak atsiri yang terdapat di daun sirih merah adalah golongan monoterpen (p-cymene), golongan seskueterpen(caryoefelen,kadimen estragol), phenylpropane (hidroksikavicol, eugenol, kavicol, kavibetol), phenol (karvakrol), allylprokatekol dan

terpenena.Senyawa aktif eugenol, kavikol, dan karvakrol inilah yang dikenal

memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan Candida albicans(salah satu penyebab keputihan).Dimana karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehinggga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan.Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sifat kimiawi daun sirih merah adalah rasa hangat dan pedas.Karena kelengkapan kandungan zat atau senyawa kimia bermanfaat inilah, daun sirih merah memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat herbal (Maharani, 2013 dalam Yanti, 2014).

(30)

58

5.2.3. Keputihan pada kelompok kontrol

Pada tabel 5.9 nilai p = 0.109 (p > 0.05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara keputihan pre dan post pada kelompok kontrol. Dimana pada kelompok kontrol tidak diberikan daun sirih merah, melainkan hanya menggunakan air kran untuk mengatasi keputihan. Hasilnya adalah keputihan yang dialami pada kelompok ini tidak berubah yang berarti bahwa air kran tidak efektif dalam mengatasi keputihan patologis.

(31)

59

5.3. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan tersebut antara lain :

5.3.1. Peneliti kurang mampu mengontrol faktor-faktor dari luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

5.3.2. Perlakuan untuk kelompok kontrol seharusnya menggunakan air yang dimasak ataupun air steril bukan air kran

(32)

60

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan daun sirih merah dalam mengatasi keputihan pada wanita usia subur di SMA Santo Thomas 1 Medan. Proses pemgumpulan data dilakukan selama 1 minggu 3 hari pada bulan April-Mei 2017. Pengumpulan data diawali dengan memberikan lembar pre-test pada kedua kelompok untuk menilai gejala keputihan kemudian pada kelompok intervensi diberikan daun sirih merah sedangkan pada kelompok kontrol hanya menggunakan air biasa saja.Setelah itu, diberikan lembar post-test untuk menilai kembali gejala keputihan yang dialami setelah pemberian daun sirih merah pada kelompok intervensi dan penggunaan air biasa saja tanpa diberikan daun sirih merah pada kelompok kontrol.Pengolahan data dengan menggunakan program komputer dengan uji wilcoxon dan uji mann-whitney.

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Kejadian keputihan pada kelompok intervensi pada saat pre-test yaitu keputihan ringan sebanyak 9 orang dan keputihan sedang sebanyak 14 orang, sedangkan setelah post-testsiswi yang mengalami keputihan sembuh sebanyak 22 orang dan keputihan ringan sebanyak 1 orang.

(33)

61

6.1.4. Perbedaan kejadian keputihan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji mann-whitney dengan p value = 0.000, dimanahasil ini menunjukkan bahwa nilai p <0.05 yang berarti bahwa terdapaperbedaan yang signifikan/bermakna antara gejala keputihan padakelompok intervensi dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitianini dapat disimpulkan bahwa “Pemberian daun sirih merah efektif dalammengatasi keputihan patologis pada wanita usia subur di SMA SantoThomas 1 Medan”.

6.2. Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada pendidikan, praktek dan penelitian keperawatan. Adapun saran yang peneliti tawarkan adalah sebagai berikut :

6.2.1. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat efektivitas daun sirih merah dalam mengatasi keputihan patologis pada wanita usia subur. Oleh karena itu, daun sirih merah dapat dijadikan sebagai bahan praktikum bagi mahasiswa untuk pencegahan dan pengobatan non-farmakologis keputihan. Daun sirih merah juga dapat dijadikan topik pembahasan salah satu cara penatalaksanaan keputihan patologis pada acara seminar tentang kesehatan reproduksi.

6.2.2. Praktek keperawatan

(34)

62

ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh intervensi mandiri perawat dalam penatalaksanaan keputihan patologis untuk mengatasi keputihan pada wanita.

6.2.3. Penelitian keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti waktu pelaksanaan yang singkat yaitu hanya dalam kurun waktu seminggu dan kurang ketatnya pengontrolan faktor-faktor dari luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Sehingga peneliti mengharapkan untuk penelitian yang akan datang waktu pelaksanaan penelitian lebih lama yaitu minimal 2 minggu dan faktor-faktor dari luar dapat lebih dikontrol sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian.

Gambar

Tabel 5.2Data Keputihan Siswi Sebelum Diberikan Air Rebusan Daun Sirih Merah Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase
Tabel 5.3Data Keputihan Siswi Setelah Diberikan Air Rebusan Daun Sirih Merah Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase
Tabel 5.4Data Keputihan Siswi Pada Saat Pre-test Berdasarkan Distribusi Frekuensi dan Persentase
Tabel 5.6 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Pemberian Air Rebusan  Daun Sirih Merah
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Learn to recognize the things that don’t really have much impact in your life. and allow yourself to let

kuas untuk menambahkan bentuk-bentuk warna yang kita inginkan. Karena pada saat pertama kali melakukan sapuan kuas, kita tidak tahu persis secara detail, apa

Dari uraian di atas dapat peneliti paparkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang dilakukan dengan cara pemberian tugas rumah kemudian tanpa

Hasil defleksi tersebut menunjukkan rancangan struktur masih memenuhi syarat keamanan, Karena beban defleksi yang terbesar yang diterima pada rel dudukan kamera adalah 0.05443

Cedera tulang belakang dengan kelumpuhan, akan menimbulkan gangguan pada sistem-sistem tubuh yang lain, sehingga tidak jarang sebaik apapun yang saya lakukan untuk stabilisasi tulang

Education pada materi pecahan dalam matematika di kelas IV SDN Trompoasri sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa hal ini dapat dilihat dapat

Berangkat dari hal- hal tersebut diatas maka berkaitan dengan kebijakan, efektifitas dan efisiensi serta prospek dan tantangan kehumasan dalam Pemerintahan diwaktun waktu

Siswa dibagikan lembar kerja siswa , setelah itu guru menjelaskan tujuan dari kegiatan diskusi dari kegiatan diskusi ini siswa melalui gambar dapat mengelompokkan