• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak lepas dari penelitian-penelitian terdahulu.

Penelitian-penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan kajian, serta sebagai bahan perbandingan yang nantinya akan digunakan untuk melihat kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Berikut adalah Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan Pemberdayaan Desaku menanti, dengan harapan dapat menjadi gambaran peneliti dalam melakukan penelitian yang serupa.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Raphael Ersa

Manusakerti (2020)

INOVASI GERAKAN MEMBANGUN DESA DALAM PERSPEKTIF UU NO.6 TAHUN 2014 (Studi Kasus

Implementasi Program Desaku Menanti di Kampung 1000 Topeng Dusun Baran Tlogowaru

Kedungkandang Kota Malang)

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa peneliti ingin memfokuskan penelitian tentang inovasi gerakan membangun desa yang melalui 5 indikator

pemberdayaan yaitu meliputi

kesejahteraan, akses, kesadaran, partisipasi dan kontrol.

Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Ersa Manusakerti membahas tentang inovasi yang dilakukan untuk membangun desa wisata menurut perspektif UU No. 6 tahun 2014, sedangkan penelitian ini berorientasi pada problematika implementasi proses pemberdayaan kampung topeng Desaku

(2)

12

Menanti, dimana dalam penelitian ini fokus pembahasannya adalah problematika atau masalah-masalah dalam implementasi program pemberdayaan kampung 1000 Topeng Desaku Menanti. Perbedaan yang kedua adalah dalam penelitian yang dilakukan oleh Ersa Manusakerti tolak ukur keberhasilan program pemberdayaan Desaku Menanti dinilai atau dilihat dari perspektif UU No.6 tahun 2014, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan dianalisi menggunakan konsep pemberdayaan Chambers 1995,

Persamaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ersa Manusakerti terdapat persamaan dalam penelitian yang peneliti lakukan persamaan yang pertama adalah, dalam penelitian tersebut membahas tentang faktor penghambat implementasi, yang disebabkan oleh sumberdaya manusia yang rendah. Meskipun tidak dijelaskan secara detail, namun secara singkat telah dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan Ersa Manusakerti, sementara dalam peneliti yang saya lakukan, juga membahas tentang hal yang menjadi faktor tidak berjalannya program pemberdayaan dengan baik. Namun dalam penelitian yang saya lakukan faktor faktor problematika implementasi saya jelaskan dengan lebih detail. Persamaan yang kedua adalah sama- sama melakukan penelitian jenis Deskriptif, dimana penelitian yang kami lakukan berdasarkan observasi dan temuan di lapangan.

Kunti Fadaliyah (2020)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PROGRAM DESAKU MENANTI (Studi Pemberdayaan Ekonomi dan Sosial oleh Dinas Sosial di Kampung Wisata Topeng Lokasi Dusun Baran Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang)

Dari Hasil Penelitian tersebut, peneliti ingin memfokuskan pada program

pemberdayaannya apa saja yang dilakukan di Kampung Topeng Desaku Menanti.

Program desaku menanti di dusun Baran Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang ini dirasa efektif untuk mengetaskan kemiskinan karena

(3)

13

mereka (eks gelandangan dan pengemis yang tinggal di lokasi tersenut) sudah memiliki pekerajaan dan pengahasilan tetap.

Walaupun masih ada hambatan hambatan yang terjadi dimana faktor utamanya adalah mindset.

Perbedaan Penelitian Kunti Fadaliyah berorientasi pada program apa saja yang dilaksanakan di Kampung Topeng Desaku Menanti, sementara itu penelitian yang peneliti lakukan berorientasi pada problematika sehingga implementasinya tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kunti Fadaliyah program pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial melalui kampung Topeng dirasa efektif dalam mengetaskan masalah gelandangan dan pengemis di Kota Malang. Sedangkan oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pemberdayaan yang dilakukan melalui Kampung 1000 Topeng Desaku Menanti kurang efektif dalam mengetaskan masalah gelandangan dan pengemis di Kota Malang.

Persamaan Penelitian oleh Kunti Fadaliyah membahas tentang program apa saja yang terdapat di kampung Topeng Desaku Menanti, dalam penelitian yang saya bahas juga terdapat pembahasan mengenai program-program yang dilakukan untuk Pemberdayaan di Kampung 1000 Topeng Desaku Menanti. Kedua peneliti tersebut sama-sama menggunakan jenis penelitian Deskriptif dimana hasil yang di dapatkan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Tateki Yoga Tursilarini (2018)

DESAKU MENANTI : MENGUATKAN SELVES ES TEEM GELANDANGAN DAN PENGEMIS

Program Desaku Menanti mampu menumbuhkan dan memperkuat rasa berharga / selfes esteem gelandangan dan pemngemis

(4)

14

sehingga rasa percaya diri gepeng akan kuat untuk berfungsi sosial di masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa eksistensi

gelandangan dan pengemis di desa Prodo mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar sehingga menjadi modal agar gepeng merubah sikap dan perilaku.

Perbedaan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tateki, penelitian lebih berorientasi terhadap keefektifan program Desaku Menanti terhadap penguatan selves estheem, memperkuat rasa berharga terhadap diri sendiri sehingga dapat mampu membentuk rasa percaya diri terhadap gelandangan dan pengemis. Dalam penelitian ini dilakukan di Desa Prodo Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan, sementara penelitiam yang dilakukan oleh peneliti bertempat di Desa Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.

Persamaan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tateki Yoga Tursilarini, penelitian tersebut jenisnya adalah Deskriptif sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

Soetji Andari (2018) Harapan Baru Gelandangan dan Pengemis Melalui Program Desaku Menanti di Kota Padang

Dalam penelitian yang dilakukan oleh

peneliti didapatkan data bahwa

implementasi program rehabilitasi Desaku Menanti di Kota Padang, warga binaan sosial yang

menempati kawasan tersebut

masyarakatnya mampu mengubah

(5)

15

cara berfikir gelandangan dan pengemis serta mereka dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja di kawasan tersebut, mereka juga dapat

mengembangkan ketrampilan, serta mengubah perilaku yang tadinya negatif menjadi positif. Eks Gelandangan dan pengemis berharap mereka dapat bekerja dengan baik sehingga dapat selalu

memenuhi kebutuhan dasarnya.

Perbedaan Dalam penelitian yang dilakukan Soetji Andari berfokus pada harapan baru para gelandangan dan pengemis setelah mereka menempati tempat Rehabilitasi Desaku Menanti di Kota Padang, sementara penelitian yang saya lakukan adalah untuk mengetahui problematika implementasi Program Pemberdayaan dan Rehabilitasi Sosial Desaku Menanti di Kota Malang.

Persamaan Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Soetji Andari adalah, penelitian tersebut dilakukan untuk meneliti tentang implementasi program Pemberdyaan Desaku Menanti, meskipun dalam daerah yang berbeda.

Persamaan yang kedua adalah penelitian tersebut berjrnis deskriptif naratif sehingga penelitian dilakukan sesuai dengan penemuan di lapangan.

Subadyo T (2018) Pengembangan Dusun Baran Desa Tlogowaru Kedungkandang sebagai Kampung Wisata Topeng di Kota Malang

Hasil dari penelitian tersebut adalah

Pengembangan Desain dalam lokasi kampung topeng di rencanakan untuk mengembangan kelestarian budaya malangan yaitu kesenian topeng

(6)

16

malangan, dengan zona-zona pendukung wisata budaya

tersebut.

Perbedaan Perbedaan yang peling menonjol terhadap penelitian yang di lakukan oleh Subadyo adalah, penelitian subadyo membahas tentang pembangunan Kampung Topeng beserta sarana prasarana serta potensi wilayah di kampung tersebut. Sedangkan penelitian yang saya lakukan tidak membahas tentang sarana dan pembangunan Kampung Topeng. Kemudian perbedaan yang lain adalah dari subjek penelitian, subjek penelitian yang dilakukan oleh Subadyo adalah Pihak Dinas Sosial, sedangkan subjek penelitian yang saya lakukan adalah warga binaan sosial.

Persamaan Dalam penelitian yang dilakukan subadyo memang tidak terdapat persamaan yang begitu signifikan namun seperti sebelumnya persamaan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang saya lakukan adalah terletak pada objek penelitian yang kami lakukan sama sama meneliti tentang kampung topeng Desaku Menanti, persamaan yang lain adalah jenis penelitian yang saya lakukan adalah Deskriptif dengan melakukan penelitian dan hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Faisal Kurniawan (2018)

Sosiopreneurship Masyarakat Gusuran dalam Membangun Konsep Kampung Wisata Tematik Topeng Malangan

hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa,

sosiopreneurship masyarakat Kampung wisata terus

berkembang

dikarenakan adanya kemauan yang keras dari masing-masing individu yang ada di masyarakat. Dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa pihak dari Dinas Sosial dirasa efektif dalam memberikan pelatihan dan

(7)

17

penyuluhan, namun masih diperlukan bimbingan dan bantuan dari Dinas Sosial sebagai pemangku kebijakan Perbedaan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Faisal

kurniawan penelitih lebih fokus untuk melihat sisi sociopreneurship terhadap masyarakat kampung topeng. Yang dimaksud disini adalah yang menekankan pada unsur isu sosial daripada keuntungan semata. Sociopreneurship tetap menghasilkan profit, namun profit tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk membuat aksi positif daripada keuntungan. Sementara penelitian yang dilakukan oleh saya adalah berfokus terhadap masalah dalam imlementasi proses pemberdayaan di Kampung Topeng.

Persamaan Persamaan yang paling menonjol adalah objek penelitian yang peneliti lakukan sama dengan penelitian yang saya lakukan, subjek penelitiannyapun juga sama.

Sumber : Diolah dari Peneliti (2022)

(8)

18 1.2 Kerangka Teoritik

1.2.1 Definisi Problematika

Problematika berasal dari bahasa inggris “Problematic” yang berarti masalah atau persoalan. Problematika berasal dari kata problem yang dapat di artikan permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang di harapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal. Menurut Syukir dalam jurnal yang berjudul “Problematika Guru dalam Mengajarkan Pembelajaran Sejarah” oleh Mursida Amin mengatakan problematika adalah suatu kesenjangan yang mana antara harapan dan kenyataan yang di harapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan. Terdapat juga di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesian kata problematika berarti masih menimbulkan masalah, hal-hal yang masih menimbulkan suatu masalah yang masih belum dapat dipecahkan. Jadi, yang di maksud dengan problematika adalah kendala atau permasalahan yang masih belum dapat dipecahkan sehingga untuk mencapai suatu tujuan menjadi terhambat dan tidak maksimal.(Amin, 2018)

Menurut Suharso, dkk (2007:896) dalam penelitian Pupi Eko, problematika adalah sesuatu yang mengandung masalah, dapat juga di artikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu masalah di definisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gab antara kebutuhan yang di inginkan dan kebutuhan yang ada. Problematika dalam sastra adalah masalah dalam diri satu tokoh, permasalahan antara dua tokoh,

(9)

19

dan permasalahan bisa saja terjadi karena dorongan dasar diri sendiri, dapat juga dari lingkungan keluarga ataupun masyarakat dan sebagainya. (RETNANI, 2018)

1.2.2 Pengertian Implementasi Program

Menurut Oemar hamalik penulis buku yang berjudul Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, dalam jurnal Syamsul Bahri mengatakan bahwa

“Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap”. Dengan demikian implementasi adalah suatu kegiatan penerapan ide maupun gagasan dalam bentuk tindakan ataupun kegiatan, sehingga memberikan perubahan baik, dari segi afektif, kognitif dan psikomotorik bagi pelaksana kegiatan tersebut. Senada denga hal tersebut, dalam oxford advance learner’s dictionary sebagai yang dicatat oleh Oemar Hamalik penulis buku yang berjudul Dasar -dasar Pengembangan Kurikulum, bahwa “implementasi adalah “put something into effect” atau penerapan sesuatu yang memberikan efek”. Secara umum implementasi diartikan sebagai penerapan suatu kegiatan yang berdampak baik bagi pelaksananya. (Bahri, 2017)

Menurut Joan L. Herman sebagaimana dikutip oleh Farida Yusuf Tayipnapis penulis buku yang berjudul Evaluasi Program, bahwa “Program ialah segala sesuatu yang di coba lakukan seseorang dengan harapanakan mendatangkan hasil atau pengaruh”. Program merupakan kegiatan yang direncanakan, maka tentu saja perencanaan itu diarahkan pada pencapaian tujuan. Dengan demikian maka program itu bertujuan dan keberhasilannya dapat diukur.

(10)

20 1.2.3 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009). Pada Pemberdayaan pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang memanusiakan manusia.

Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk mobilisasi. Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahap tahap berikutnya (Soetomo, 2006).

Pengembangan masyarakat tidak hanya sebatas teori tentang bagaimana mengembangkan daerah pedesaan tetapi memiliki arti yang kemungkinan perkembangan di tingkat masyarakat. Pembangunan masyarakat seharusnya mencerminkan tindakan masyarakat dan kesadaran atas identitas diri. Oleh karena itu, komitmen untuk pengembangan masyarakat harus mengenali keterkaitan antara individu dan masyarakat dimana mereka berada. Masyarakat adalah sebuah fenomena struktural dan bahwa sifat struktural dari kelompok atau masyarakat memiliki efek pada Cara orang bertindak, merasa dan berpikir. Tapi ketika kita

(11)

21

melihat struktur tersebut, mereka jelas tidak seperti kualitas fisik dari dunia luar.

Mereka bergantung pada keteraturan reproduksi sosial, masyarakat yang hanya memiliki efek pada orang-orang sejauh struktur diproduksi dan direproduksi dalam apa yang orang lakukan. Oleh karena itu pengembangan masyarakat memiliki epistemologis logis dan yang dasar dalam kewajiban sosial yang individu memiliki terhadap masyarakat yang mengembangkan bakat mereka. (Jimmu, 2008).

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered, participatory, dan suistanable.

Konsep pemberdayaan lebih luas dari sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau sekedar mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan lebih lanjut.

(Chambers : 1995). Menurut Chambers dalam jurnal yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat” oleh Munawar Noor mengatakan bahwa konsep pembangunan dengan pemberdayaan masyarakat tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic need) masyarakat, tetapi lebih sebagai upaya mencari alternatif pertumbuhan

ekonomi lokal. Gerakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah secara essensial harus dibarengi dengan menggerakkan paerisipasi masyarakat yang lebih besar untuk kegiatan yang dilakukannya sendiri. dengan deminikian menjadi tugas yang sangat penting bagi menegement pembangunan untuk menggerakkan, membimbing, menciptakan iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang dilakukan masyarakat. Upaya-upaya ini dilakukan melalui kebijaksanaan, peraturan dan kegiatan pembangunan pemerintah yang diarahkan untuk menunjang, merangsang dan membuka jalan bagi kegiatan pembangunan masyarakat. (Noor, 2011)

(12)

22

Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan partisipasi aktif dari anggota masyarakat dalam pengembangan masyarakat. Dia juga mengungkapkan bahwa ketika kelompok masyarakat yang terlibat dalam strategi komunikasi, membantu mereka mengambil kepemilikan inisiatif pembangunan masyarakat dari pada melihat diri mereka sebagai penerima manfaat pembangunan. Berdasarkan temuan tersebut, direkomendasikan bahwa para pemimpin masyarakat serta agen pengembangan masyarakat harus terlibat dalam komunikasi yang jelas sehingga dapat meminta partisipasi anggota masyarakat dalam isu-isu pembangunannya.

(Adedokun et all.., 2010).

Pendekatan bottom-up untuk pembangunan pedesaan (‘didorong dari dalam’, atau kadang-kadang disebut endogen) berdasarkan pada asumsi bahwa sumber daya spesifik daerah alam, manusia dan budaya memegang kunci untuk perkembangannya. Sedangkan pembangunan pedesaan top-down melihat tantangan utamanya sebagai mengatasi perbedaan pedesaan dan kekhasan melalui promosi keterampilan teknis universal dan modernisasi infrastruktur fisik, bawah ke atas Pengembangan melihat tantangan utama sebagai memanfaatkan selisih melalui memelihara khas lokal kapasitas manusia dan lingkungan itu. Model bottom-up terutama menyangkut mobilisasi sumber daya lokal dan aset. Artinya, masyarakat pembangunan harus dianggap bukan sebagai teori pembangunan, tetapi praktek pembangunan yang menekankan emansipasi dari lembaga yang tidak pantas dan setiap melemahkan situasi yang mengarah pada perias partisipasi, pengembangan masyarakat harus menjadi mekanisme untuk menarik kekuatan kolektif anggota masyarakat tertentu – yang terdiri dari laki-laki dan perempuan,

(13)

23

kaya dan miskin, mampu dan cacat, dll – untuk mengubah di wilayah mereka.

(Shucksmith, 2013).

Berdasarkan dengan konsep-konsep pemberdayaan yang telah disebutkan diatas, peneliti menggunakan konsep Pemberdayaan milik Chambers (1995) karena konsep pemberdayaan tersebut lebih sesuai dengan kondisi yang dirujuk dilapangan, sehingga dapat memudahkan penulis dalam menganalisa program pemberdayaan Kampung 1000 Topeng Desaku Menanti.

2.3 Program Desaku Menanti

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pasal 18 tentang kewenangan desa menyebutkan bahwa kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat hak asal-usul dan addat istiadat desa. Makna pembangunan desa adalah partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Partisipasi itu diartikan tidak saja sebagai keikutsertaan dalam pembangunan yang direncanakan akan tetapi lebih dari sekedar itu. Dalam partisipasi yang terpenting adalah bagaimana pembangunan desa itu berjalan atas inisiatif dan prakarsa dari warga setempat (lokal) sehingga dalam pelaksanaannya dapat menggunakan kekuatan sumber daya dan pengetahuan yang mereka miliki. Sejalan dengan itu, segala potensi lokal betapapun kecilnya tidak dapat diabaikan, karena dia menjadi sumber dari sebuah pembangunan. Program Desaku Menanti merupakan program penanggulangan kemiskinan yang berfokus pada Gelandangan dan Pengemis dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Program Desaku Menanti bermula dari

(14)

24

keinginan Dinas Sosial untuk memberdayakan gelandangan dan pengemis agar kehidupan mereka lebih baik lagi dimana sebelumnya gelandangan dan pengemis ini tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni dan tidak memiliki pedapatan yang tetap. Tujuan dari program inni meninngkatkan kesejahteraa masyarakat dengan harapan program ini dapat mengentaskan kemiskinan dan memenuhi kebutuhan dasar dengan konsep pemberdayaan masyarakat berbasis desa.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kepada peruntukan Seksyen 74 dan 77 bagi Ordinan Kerajaan Tempatan, 1961, para pembayar cukai adalah dengan ini diberi notis pemberitahuan bahawa Majlis Daerah

Dari uraian di atas, faktor usia, pengaturan waktu pada saat menghafal, serta tempat menghafal juga berpengaruh pada saat proses menghafal. Apabila hal-hal itu

Ketika tombol Add di klik maka tombol Save dan tombol Cancel akan aktif, kemudian muncul pesan “Silahkan pilih akses level”, lalu pilih hak akses maka kode petugas

Seorang penyanyi yang tampil sebagai da capo aria (ulang dari awal), misalnya, akan menyanyikan melodi yang relatif tanpa ornamen untuk pertama kalinya, tetapi menghiasnya

Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa Kalurahan atau prakarsa masyarakat Kalurahan sesuai

Pada penelitian ini terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan teknik Effleurage dan Abdominal Lifting pada 27 responden yang mengalami

Hasil penelitian sebagai jawaban atas permasalahan diatas adalah, pertama pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang dapat dikenakan

Dari pengertian menurut kedua ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah sistem merupakan kumpulan dari beberapa komponen atau elemen yang berkaitan satu sama lain