• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tentang wacana persuasi, penelitian ini sejalan dengan pernyataan Keraf, yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tentang wacana persuasi, penelitian ini sejalan dengan pernyataan Keraf, yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berbeda dengan wacana persuasi lainnya, wacana promosi wisata ini disusun tanpa unsur paksaan. Mengingat banyak peneliti yang mempunyai teori tentang wacana persuasi, penelitian ini sejalan dengan pernyataan Keraf, yang menyatakan bahwa persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi namun sebaiknya dilakukan secara alami sehingga penerima persuasi dapat mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Sejalan dengan hal tersebut, upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bukti-bukti dalam bentuk serangkaian komponen-komponen informasi yang disajikan sebagai perwujudan ajakan.

Kajian struktur wacana ini dilihat dari segi isi wacana yang difungsikan sebagai perwujudan ajakan kepada pembaca untuk mengunjungi wisata yang dipromosikan. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa ada 8 jenis wacana promosi wisata pada wacana promosi wisata yang disajikan melalui Travel Guide Yogyakarta. Jenis-jenis wacana tersebut adalah wacana promosi wisata cagar budaya, wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata pendidikan, wisata museum, wisata budaya, dan wisata petualangan.

Dari analisis yang telah dilakukan, terdapat generalisasi komponen-komponen informasi penyusun wacana promosi wisata, yaitu: informasi deskripsi wisata, informasi letak geografis wisata, informasi fasilitas, informasi amenitas (produk dan atraksi wisata), informasi transportasi, dan informasi harga.

(2)

Selanjutnya untuk melihat struktur wacana promosi wisata secara umum, maka perlu diketahui bahwa masing-masing jenis wacana memiliki komponen informasi yang berbeda. Komponen informasi ini merupakan gambaran jelas mengenai apa yang ditawarkan dari sebuah wisata sehingga memang layak untuk dikunjungi oleh para wisatawan. Dalam wacana promosi wisata cagar budaya, komposisi-komposisi informasi yang ditampilkan adalah berupa informasi letak tempat wisata, deskripsi bangunan cagar budaya, sejarah situs cagar budaya. Pada wacana promosi wisata alam yang ditampilkan adalah berupa deskripsi lokasi dan panorama wisata, deskripsi letak lokasi wisata, dan keunikan dan kegiatan menarik yang terdapat pada obyek wisata. Selanjutnya, komponen yang terdapat dalam wacana promosi wisata kuliner adalah deskripsi umum makanan, deskripsi lokasi yang dapat dijangkau untuk mendapatkan makanan yang dipromosikan, dan transportasi yang dapat digunakan untuk menuju lokasi yang menjual makanan yang dipromosikan. Dalam wacana promosi wisata, terdapat 2 komponen yang ada, yaitu deskripsi umum lokasi wisata belanja dan informasi mengenai wisata lain yang terdekat dari tempat wisata belanja. Pada wacana promosi wisata pendidikan, komponen informasi yang harus ada adalah mengenai deskripsi mengenai latar belakang tempat wisata tersebut dijadikan sebagi wisata pendidikan, deskripsi letak wisata, dan informasi mengenai fasilitas yang ditawarkan. Selanjutnya pada wacana promosi wisata museum, komponen yang terdapat dalam wacana ini adalah mengenai deskripsi isi museum, deskripsi letak lokasi wisata, dan deskripsi umum museum. Pada wacana promosi wisata budaya, komponen-komponen informasi yang ada adalah mengenai deskripsi umum

(3)

wisata dan pemaparan mengnai informasi fasilitas pada tempat wisata. Dan yang terakhir adalah komponen-komponen informasi dalam wacana promosi wisata petualangan, yaitu deskripsi letak wisata, deskripsi fasilitas yang ditawarkan, dan informasi mengenai biaya.

Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur wacana promosi wisata dipengaruhi oleh komponen-komponen informasi yang menyusun tiap jenis wacana promosi wisata. Komponen-komponen tersebut membentuk bagian-bagian yang menyusun struktur dari wacana promosi wisata. Ditemukan bahwa, secara umum struktur wacana promosi wisata pada Travel Guide Yogyakarta terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian awal, wacana promosi wisata didominasi oleh deskripsi dan penjelasan mengenai letak lokasi wisata. Deskripsi ini meliputi informasi mengenai alamat lokasi, jarak antar tempat wisata, dan jarak antara tempat wisata dengan tempat umum. Terdapat sekurang-kurangnya 19 wacana yang menggunakan informasi dari deskripsi letak lokasi wisata sebagai bagian awal dari wacana. Adapun ada wacana yang tidak menggunakan hal ini sebagai bagian awal dari wacana karena dalam wacana tersebut bukan tempat wisata yang akan dipromosikan melainkan kegiatannya. Selain deskripsi letak lokasi wisata, pada bagian awal wacana promosi wisata terdapat deskripsi kegiatan yang terletak pada 2 wacana serta deskripsi umum sebanyak 8 wacana. Pada bagian tengah, terdapat sekurang-kurangnya 17 wacana yang mengandung deskripsi wisata, 16 wacana yang menyatakan deskripsi kegiatan, dan 14 wacana yang menyatakan deskripsi letak lokasi wisata. Pada bagian akhir wacana promosi

(4)

wisata, terdapat 3 bentuk deskripsi yang saling mendukung untuk mewujudkan konteks. Bentuk-bentuk tersebut adalah berupa informasi mengenai biaya sekurang-kurangnya ada 6, informasi letak lokasi wisata sekurang-kurangnya ada 11, dan informasi tambahan sekurang-kurangnya ada 24. Pada bagian akhir ini merupakan bagian penutup yang saling berhubungan untuk membuat kesimpulan dari masing-masing wacana. Kesimpulan tersebut bersifat merangkum informasi-informasi terkait dengan wisata yang dipromosikan sebagai perwujudan bukti-bukti akan ajakan. Bagian ini bersifat eye catching yang ditujukan untuk mudah diingat oleh para pembaca. Adapun, ketiga bagian tersebut menjadi kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk konteks dan topik pada wacana yang tentunya berkaitan dengan bagian-bagian dari struktur wacana lainnya seperti bagian awal, tengah, dan akhir.

Berbeda dengan penelitian-penelitian pada wacana persuasi sebelumnya, efek persuasi yang digunakan dalam wacana promosi wisata ini dihasilkan oleh penggunaan kata-kata positif yang berupa kata sifat dan kata sifat superlatif. Kata-kata yang cenderung bermakna psoitif ini memberikan efek yang baik terhadap jenis wisata yang dipromosikan dalam wacana. Selaras dengan hal tersebut, kata sifat bermakna positif yang sekurang-kurangnya berjumlah 85 ini difungsikan untuk membuat skemata positif terhadap obyek yang dijelaskan dalam wacana. Hal ini digunakan untuk membentuk imajinasi yang positif terhadap wisata yang dipromosikan dalam Travel Guide Yogyakarta. Selanjutnya, untuk memunculkan efek yang positif lainnya, wacana promosi wisata ini menggunakan kata sifat perbandingan. Kata sifat perbandingan terdiri atas penggunaan superlatif dan

(5)

comparatif yang seolah-olah membuat wisata yang dipromosikan menjadi lebih dan paling diantara yang lainnya. Terdapat sekurang-kurangnya penggunaan 12 kata yang menyatakan bentuk superlatif dan komparatif dalam wacana promosi wisata.

Dalam pembentukan efek persuasi, penggunaan gaya bahasa, yaitu bahasa figuratif terdapat dalam wacana promosi wisata. Penelitian ini menemukan bahwa bahasa figuratif yang digunakan dalam wacana promosi ini adalah dalam bentuk personifikasi dan metafora. Terdapat 19 penggunaan personifikasi dalam wacana ini yang disampaikan dalam bentuk kata kerja. Penggunaan personifikasi ini adalah untuk pembentukan asosiasi dari wisata yang sifatnya masih abstrak yang kemudian digambarkan dalam bentuk yang lebih nyata dengan penggunaan personifikasi dan gambar. Sejalan dengan itu, penggunaan metafora dalam wacana promosi wisata ini juga penting adanya utnuk membuat asosiasi perbandingan atas satu hal dengan hal lainnya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa metafora terbagi atas 3 bentuk yaitu bentuk metafora dalam deskripsi wisata, bentuk metafora dalam informasi letak lokasi wisata, dan bentuk metafora dalam penjelasan fasilitas yang didapat oleh wisatawan di tempat wisata. Berdasarkan hasil dan pembahasan dari kajian ini, ditemukan bahwa penggunaan perbandingan pada metafora ini lebih kepada perbandingan informasi yang dimetaforakan dengan hal-hal yang dekat dengan lingkungan pembaca dan dapat dipahami dengan baik. Contoh dari perbandingan-perbandingan tersebut misalnya mendeskripsikan alamat lokasi wisata candi dengan menyebutkan bahwa lokasi candi terletak dekat dengan bandara internasional atau candi lainnya. Hal ini

(6)

mendorong imajinasi pembaca mengenai lokasi wisata yang berdekatan dengan fasilitas umum dan wisata lainnya sehingga akan timbul kesan dekat.

Secara keseluruhan pembahasan-pembahasan tersebut memberikan manfaat yang signifikan dari wacana promosi wisata ini sebagai wujud alat persuasi dan seumber informasi. Dapat dikatakan demikian karena, melalui penelitian ini, wacana promosi wisata ini diciptakan sebagai sumber informasi sejarah yang ada di Yogyakarta. Hal ini didukung karena adanya informasi-informasi sejarah yang terdapat dalam wacana promosi wisata cagar budaya dan wisata museum yang menjelaskan mengenai sejarah-sejarah yang ada di Yogyakarta. Selanjutnya, yang dimaksud sebagai wujud alat persuasi adalah bahwa wacana ini dibuat agar pembaca atau wisatawan dapat betul memahami mengenai wisata-wisata yang ada di Yogyakarta beserta informasi-informasi pendukungnya sebagai penjelasan tambahan sehingga selain dapat mengunjungi wisata yang dipromosikan juga dapat menceritakannya kepada kerabat atau teman yang lainnya setiba mereka di daerah atau negara asal mereka.

5.2 Saran

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak aspek yang dapat diteliti dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk mengembangkan penelitian dalam kajian wacana promosi wisata berbahasa Inggris terutama yang berhubungan dengan struktur wacana dan aspek kebahasaan yang terdapat dalam wacana maka disarankan bagi para peneliti lainnya dapat melihat wacana promosi wisata ini dalam konteks yang lebih luas dan pandangan lainnya. Penelitian ini hanya membahas mengenai wacana dan strukturnya yang dikaji dari segi komponen

(7)

informasi yang menyusunnya sehingga diharapkan penelitian selanjutnya juga dapat mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan pembentukan komponen-komponen informasi yang berbeda antara satu jenis wacana promosi wisata dengan yang lainnya.

Dalam wacana promosi wisata dalam Travel Guide Yogyakarta yang merupakan wacana promosi wisata berbahasa Inggris, ditemukan bahwa terdapat kesalahan secara gramatikal dan pemilihan diksi yang kurang tepat. Hal ini dikarenakan adanya interferensi bahasa ibu yaitu Bahasa Indonesia yang dimiliki oleh tim penyusun dari Travel Guide (panduan berwisata). Adanya kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam wacana promosi wisata berbahasa Inggris ini tidak mengurangi tingkat pemahaman dari pembaca dalam memahami penjelasan mengenai promosi wisata yang disampaikan dalam wacana ini. Perwujudan pemahaman oleh pembaca wacana ini dilatarbelakangi karena dalam penyampaian promosi wisata menggunakan bukti-bukti berupa informasi mengenai wisata yang. Bukti-bukti tersebut disampaikan secara deskriptif dan informatif melalui keutuhan komponen-komponen informasi yang didasarkan pada topikalisasi wacana. Oleh karena itu, penelitian lanjutan dapat juga dilakukan dengan analisis keselahan yang terdapat dalam wacana promosi pada Travel Guide Yogyakarta. Hal ini karena terdapat kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa dari segi pola dan pemilihan diksi yang kurang tepat dalam penulisan wacana promosi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah studi tahun 2007 pada pria yang berusia lebih dari 40 tahun menghubungkan konsumsi kopi jangka panjang dengan rendahnya risiko encok, kondisi peradangan yang disebabkan

kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pemantapan Kawasan Perkotaan Gianyar sebagai perkotaan di sekitar kawasan perkotaan inti dari PKN Kawasan Perkotaan

Sunat dahulukan solat Zohor diikuti dengan Asar, begitu juga solat Maghrib dengan Isyak kecuali waktunya sempit tidak mencukupi dua solat fardu maka wajiblah

50:1:27 ¶Hanya biarlah cara hidupmu menja- di seperti memantas injil Kristus: supaya apa- kah aku datang dan melihat kamu, atau apa- kah aku tidak hadir, aku dapat mendengar tentang

Sehubungan dengan itu, perekaan bentuk format pentaksiran baharu Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) dilaksanakan oleh LP sebaik sahaja Kementerian Pendidikan Malaysia

Menurut Yusuf al-Qaradhawi di antara cara-cara yang baik untuk memahami hadis Nabi adalah dengan memperhatikan sebab- sebab khusus yang melatarbelakangi

Penyu adalah salah satu satwa yang terancam kepunahan, kini penyu populasinya semakin turun didunia. Jika penyu punah maka tidak ada keseimbangan ekosistem dilaut maupun di

Berdasarkan beberapa tesis tersebut terdapat perbedaan dengan penulisan hukum atau tesis ini, yaitu terletak pada tahun dilakukannya penulisan hukum, rumusan