1 SKRIPSI
PELAKSANAAN PROGRAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA
SUNGGUMINASA
MUTFI RAMADHANI Nomor Stambuk : 10561 04116 11
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PELAKSANAAN PROGRAM PEMBINAAN NARAPIDANA WANITA DI LAPAS WANITA KLAS IIA SUNGGUMINASA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan diajukan Oleh:
MUTFI RAMADHANI Nomor Stambuk : 10561 04116 11
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Wanita di Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa Nama Mahasiswa : Mutfi Ramadhani
Nomor Stambuk : 10561 04116 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyetujui :
Menyetujui :
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan menguji ujian skripsi oleh Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : 1611/FSP/ A. 1 – VIII/X37/2015 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S. 1) dalam program Studi Ilmu Administrasi Negara di Makassar pada Hari Rabu, Tanggal 22 Juni 2016.
TIM PENILAI
Ketua, Sekertaris
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si.
Penguji :
1. Dra. Hj. Muhajirah Hasanuddin, M.Si (Ketua) (………)
2. Hj. Andi Nuraeni Aksa, SH, MH (………)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Mutfi Ramadhani Nomor Stambuk : 10561 04116 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 07 Maret 2016 Yang Menyatakan,
Mutfi Ramadhani
ABSTRAK
Mutfi Ramadhani 2016. Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Wanita di Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa (dibimbing oleh Abdul Mahsyar dan Jaelan Usman).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengetahui dan mengenal secara langsung bagaimana pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Sungguminasa. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dengan informan sebanyak 9 (sembilan) orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Data tersebut di analisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, memilah data, menyajikan data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program pembinaan narapidana wanita di Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa dilaksanakan melalui pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian, meliputi: 1) Pembinaan Kesadaran Beragama. Pembinaan ini diberikan dengan tujuan agar para narapidana dapat meningkatkan kesadaran terhadap agama yang mereka anut. Seperti kita ketahui bahwa agama merupakan pedoman hidup yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia dengan tujuan supaya manusia dalam hidupnya dapat mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.2) Pembinaan karakter adalah pembinaan yang diberikan kepada narapidana untuk bagaimana cara berkomunikasi kepada orang lain, tentang bagaimana melatih mental dan cara bersikap. Pembinaan kemandirian, meliputi: 1) pembinaan keterampilan yang bertujuan agar narapidana bisa mandiri dengan mewujudkan ketrampilan-ketrampilan mereka dengan bakat minat yang mereka miliki sehingga bisa menghasilkan karya-karya yang mereka buat dan diaharapkan ilmu dari pendidikan keterampilan yang mereka dapat bisa dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan bermanfaat setelah mereka bebas nanti. 2) upaya pemasyarakatan yang bertujuan pokok agar bekas narapidana dapat mudah diterima kembali oleh lingkungan masyarakatnya.
Kata kunci: pelaksanaan, pembinaan, narapidana, wanita, lapas
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Wanita di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa.”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara, pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih Kepada Kedua Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan menasihati penulis dari awal kuliah sampai pada saat mengerjakan skripsi baik itu berupa moril dan materil. Terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M. Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Jaelan Usman, selaku Pembimbing II dan yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. H. Irwan Akib, M. Pd.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Dr. H. Muhlis Madani, M.Si
3. Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Burhanuddin, S. Sos, M.Si yang telah membina jurusan ilmu administrasi Negara
4. Dosen Fisipol, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan di kampus ini.
5. Bapak/Ibu Kepala Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa dan Segenap Staf yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data terbaik untuk penulis.
6. Kepada sahabat saya Hastuty dan Muh. Aslan yang selalu memberikan support dan menyemangati penulis.
7. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberi saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 25 oktober 2016
Mutfi Ramadhani
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep dan Teori Manajemen ... 9
1. Definisi Manajemen ... 9
2. Peran Manajemen ... 11
B. Pengertian Lembaga Permasyarakatan ... 13
C. Pengertian Pembinaan Narapidana ... 14
1. Metode Pembinaan Warga Binaan ... 21
2. Tahap Pembinaan menurut PP Nomor 31 Tahun 1999 ... 23
D. Kerangka Pikir ... 27
E. Bagan Kerangka Pikir ... 29
F. Fokus Penelitian ... 29
G. Deskripsi Fokus Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32
1. Waktu Penelitian ... 32
2. Lokasi Penelitian ... 32
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 32
1. Jenis Penelitian ... 32
2. Tipe Penelitian ... 33
C. Sumber Data ... 33
1. Data Primer ... 33
2. Data Sekunder ... 33
D. Informan Penelitian ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
F. Teknik Analisis Data ... 35
G. Pengabsahan Data ... 35
1. Tringulasi Sumber ... 36
2. Tringulasi Teknik ... 36
3. Triangulasi Waktu ... 36
BAB IV HAISL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Objek Penelitian ... 37
B. Letak Geografis Objek Penelitian ... 37
1. Visi Lapas Wanita Klass IIA Sungguminasa ... 38
2. Misi Lapas Wanita Klass IIA Sungguminasa ... 38
C. Bidang Kerja dan Peran Masing-masing Bidang ... 38
D. Proses Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Wanita di Lapas Klas IIA Sungguminasa ... 41
a. Pembinaan Kepribadian ... 44
1. Pembinaan Keagamaan ... 44
2. Pembinaan Karakter ... 47
b. Pembinaan Kemandirian ... 52
1. Pembinaan Keterampilan ... 53
2. Upaya Pemasyarakatan ... 58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Hukum merupakan salah satu pranata yang dibutuhkan untuk mengantisipasi perkembangan yang pesat dalam kehidupan manusia. Selain itu hukum juga diperlukan untuk mengantisipasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Salah satu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat misalnya munculnya suatu tindak pidana yang menyebabkan terganggunya kenyamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya segala macam tindak pidana kebanyakan dampaknya merugikan masyarakat luas. Dalam memberantas tindak pidana yang muncul dalam kehidupan masyarakat dibutuhkan suatu produk hukum yang dapat menegakkan keadilan dan dapat menjadi sarana pengayoman masyarakat.
Untuk menangani hal tersebut, Negara Indonesia berpedoman pada hukum Pidana. Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Hukum Pidana juga dapat menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan dan menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut (Moeljatno,1993:1).
Tujuan hukum pidana ialah mencegah masyarakat melakukan suatu tindak pidana sehingga tercipta suatu penegakan hukum, sebagai sarana pengayoman masyarakat (tujuan preventif) serta menyadarkan si pelaku tindak pidana agar tidak melakukan atau mengulangi tindak pidana (tujuan represif). Selain itu, diperlukan pula para penegak hukum yang berperan sebagai pelaksana Peraturan Perundang-Undangan dalam rangka penegakan hukum, baik penegak hukum yang terkait langsung seperti Polisi, Jaksa, Hakim maupun penegak hukum yang tidak terkait secara langsung seperti misalnya Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga ini meskipun tidak terkait langsung dalam penegakan hukum, tetapi berperan besar dalam menciptakan ketertiban masyarakat dalam kehidupan hukum.
Lembaga pemasyarakatan adalah salah satu pranata hukum yang tidak dapat dipisahkan dalam kerangka besar bangunan hukum di Indonesia, khususnya dalam kerangka Hukum Pidana. Sumbangan yang diberikan salah satunya dalam hal pembinaan terhadap narapidana selama menjalani masa- masa hukumannya dipenjara. Bahkan pembinaan serta pengawasan ini diberikan pula pada narapidana bebas untuk periode-periode waktu tertentu.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai bagian dari Sistem Peradilan Pidana bertujuan merealisasikan salah satu tujuan Sistem Peradilan Pidana, yaitu meresosialisasi dan merehabilitasi pelanggar hukum. Tujuan pembinaan pelanggar hukum tidak semata-mata membalas tetapi juga perbaikan dimana falsafah
pemidanaan di Indonesia pada intinya mengalami perubahan seperti apa yang terkandung dalam sistem pemasyarakatan yang memandang warga binaan sebagai orang yang tersesat dan mempunyai waktu bertobat. Lembaga pemasyarakatan adalah instansi terakhir dalam proses peradilan pidana sebagai wadah bagi pelaku tindak pidana yang sudah mendapat keputusan dari hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap untuk menjalani pemidanaan, di samping itu juga diberikan pembinaan dan pembimbingan agar kembali menjadi orang baik.
Pembinaan warga binaan selalu diarahkan pada resosialisasi (dimasyarakatkan kembali) dengan sistem pemasyarakatan berdasar Pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Setelah di rubahnya Sistem Kepenjaraan menjadi Sistem Pembinaan di Lembaga Permasyarakatan, dapat dilihat bahwa ada hal-hal yang menjadi suatu permasalahan yang bersifat umum apabila dilihat dari visi dan misi serta tujuan dari Lembaga Permasyarakatan tersebut, sehingga yang terjadi apabila narapidana setelah selesai menjalani pembinaan, apakah mereka akan dapat berubah menjadi lebih baik ataukah akan mengulang tindak kejahatannya kembali. Di sisi inilah yang menjadi akar permasalahannya, jika dalam hal kecil dalam pembinaan tersebut terabaikan maka akan timbul akibat yang akan meluas di masyarakat. Sebagai contoh sederhana, dalam pembinaan rohani, dalam Lapas narapidana diwajibkan menjalankan aktivitas mereka sebagai umat beragama, tetapi yang terjadi narapidana melanggar tata tertib tersebut dan diabaikan begitu saja tanpa adanya evaluasi serta penegasan dari pihak-pihak terkait seperti Petugas Pemasyarakatan, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Pemerintah Daerah dan Pusat serta tanpa keikutsertaan lapisan masyarakat, akibat yang muncul
mungkin tidak seberapa besar, tetapi itu hanya di awalnya saja. Jika tetap dibiarkan seperti ini, bukan berarti tidak terjadi masalah yang besar setelah narapidana keluar dari Lapas dan kembali di lingkungan masyarakat. Hal sekecil inilah yang sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku narapidana di masa mendatang.
Program pembinaan bagi Narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan tidak terlepas dari sebuah dinamika, yang bertujuan untuk lebih banyak memberikan bekal bagi Narapidana dalam menyongsong kehidupan setelah selesai menjalani masa hukuman (bebas). Seperti halnya yang terjadi jauh sebelumnya, peristilahan Penjara pun telah mengalami perubahan menjadi pemasyarakatan. Tentang lahirnya istilah Lembaga Pemasyarakatan dipilih sesuai dengan visi dan misi lembaga itu untuk menyiapkan para narapidana kembali ke masyarakat. Istilah ini dicetuskan pertama kali oleh Sahardjo yang menjabat Menteri Kehakiman RI saat itu. Pemasyarakatan dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan antara Narapidana dengan masyarakat. Di samping menjadi arah dan tujuan pidana penjara, sekaligus berfungsi sebagai treatment of prisoners , karena mendidik Narapidana bukan sebagai alat pembalasan serta pelampiasan dendam.
Pembinaan berdimensi pendidikan mengandung makna bahwa penjatuhan pidana itu dapat memberdayakan kehidupan sosial Narapidana sehingga dapat reintegrasi sosial secara sehat.
Lembaga permasyarakatan berdasar Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.
12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik permasyarakatan. Selain itu dijelaskan bahwa Lapas sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman merupakan tempat mencapai tujuan pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan integrasi. Hal tersebut sejalan dengan amanat dan tujuan system permasyarakatan yang terdapat di dalam UU No. 12 tahun 1995 tentang permasyarakatan pasal 2 Bab I ketentuan umum yang berbunyi “Sistem permasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan Permasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa, sebagai salah unit pelaksanaan pemasyarakatan, merupakan lembaga yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana.
Masalah pembinaan warga binaan wanita tentu memerlukan perhatian yang serius baik fisik maupun non-fisik. Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan mereka diharapkan dapat menunaikan tugas dan kewajibannya seperti sediakala. Karena dalam lembaga pemasyarakatan itu mereka telah mendapatkan pembinaan, keterampilan, hal ini sesuai dengan salah satu tujuan lembaga pemasyarakatan yaitu memulihkan kembali kesatuan hubungan antara warga binaan dengan masyarakat. Warga binaan dalam menjalani pemidanaan berhak mendapat perlakuan secara manusiawi. Di Lembaga Pemasyarakatan,
warga binaan memperoleh bimbingan dan pembinaan. Menumbuhkan motivasi dan kesadaran pada diri narapidana terhadap program pembinaan dan bimbingan.
Pembinaan yang pada dasarnya merupakan landasan dalam pemasyarakatan, tidaklah dapat dilakukan sepenuhnya, karena selain harus disesuaikan dengan hukum yang ada di masyarakat, pembinaan tersebut harus terpola dan dapat ditanamkan dalam diri warga Narapidana Pemasyarakatan tersebut agar merubah dirinya menjadi lebih baik sehingga dapat kembali diterima di masyarakat.
Mengingat bahwa seseorang yang dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan suatu putusan pengadilan yang sudah berkekuatan tetap, ternyata tidak berorientasi untuk menimbulkan efek jera seorang terpidana atas perbuatannya, tetapi lebih berorientasi untuk pembinaan agar memiliki perilaku yang baik dan kembali ke tengah-tengah masyarakat sebagai warga yang patuh hukum, dan tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar hukum di kehidupan berikutnya. Lalu kemudian apakah narapidana setelah selesai menjalani pembinaan mereka akan dapat berubah menjadi lebih baik ataukah akan mengulang tindak kejahatannya kembali?. Melihat pentingnya pembinaan Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa terhadap narapidana, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang :
“Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Khusus Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah yaitu:
1. Bagaimana Pelaksanaan Program Pembinaan Kepribadian narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa?
2. Bagaimana Pelaksanaan Program Pembinaan Kemandirian narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan dari program pembinaan kepribadian narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Sungguminasa
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan dari program pembinaan kemandirian narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Sungguminasa
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan acuan untuk digunakan sebagai berikut:
1. Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai program pembinaan narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa dan dapat dijadikan referensi selanjutnya yang lebih baik dan lengkap.
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan, wawasan, serta informasi mengenai program pembinaan narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep dan Teori Manajemen
1. Defenisi Manajemen
Manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang lain (2012:260). Manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Ada empat peranan manajemen yang harus dilaksanakan oleh manajer jika organisasi yang dipimpinnya bisa berjalan secara efektif. Empat peranan, menurut Ichak Adizes ialah: memproduksi, melaksanakan, melakukan informasi, dan memadukan.
G.R. Terry dalam bukunya Principle of Management (2013:168) menyatakan beberapa defenisi orang lain, sebagai berikut:
a. Manajemen adalah kekuasaan yang mengatur suatu usaha, dan bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan.
b. Manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber daya manusia.
c. Secara sederhana, manajemen adalah melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain.
Manajemen juga dapat disebut pula sebagai pengendalian suatu usaha, yaitu merupakan proses pendelegasian/pelimpahan wewenang kepada beberapa penanggung jawab dengan tugas-tugas kepemimpinan, dan proses penggerakan serta bimbingan-pengendalian semua sumber daya manusia dan sumber materiil
dalam kegiatan mencapai sasaran organisasi. Dengan demikian manajemen memungkinkan terjadinya perpaduan semua usaha dan kegiatan mengarah pada tujuan organisasi. Juga menciptakan kerja sama yang baik demi kelancaran dan efektivitas kerja, untuk mempertinggi daya guna semua sumber dan mempertinggi hasil guna. Pada umumnya, pengertian manajemen itu lebih diperjelas dengan bermacam-macam fungsi manajemen.
Henry Fayol mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan lima fungsi yaitu, merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan (2009:09). Namun, fungsi-fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat fungsi dasar dan yang paling penting yaitu:
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan atau planning adalah yang mencakup proses perumusan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran tersebut, dan mengembangkan rencana guna memadukan dan mengoordinasikan sejumlah aktifitas.
b. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah pengurusan semua sumber dan tenaga yang ada dengan landasan konsepsi yang tepat, dan penentuan masing-masing fungsi (persyaratan tugas, tata kerja, tanggung jawab, dan antarrelasi dari fungsi-fungsi), sehingga merupakan suatu totalitas system, di mana bagian yang satu menunjang dan bergantung (saling bergantung) pada bagia lainnya. Jadi, pengorganisasian menjalin relasi di antara semua aktifitas kerja, penggunaan tenaga manusia, dan pemanfaatan semua unsur fisik
melalui struktur formal, dengan tugas-tugas dan otoritas sendiri-sendiri.
Hal lain yang penting sekali dalam pengorganisasian ialah fungsi staffing.
Fungsi staffing diartikan sebagai alokasi jembatan-jembatan dalam mana pribadi-pribadi tertentu ditugaskan menduduki jabatan-jabatan kepemimpinan, sehingga tersusun hierarki kerja yamg diinginkan.
c. Actuating (penggerakan, aktualisasi)
Aktualisasi/pengarahan nyata merupakan kegiatan penggerakan- pengendalian semua sumber dalam usaha pencapaian sasaran. Merupakan penyatuan semua usaha dan penciptaan kerja sama, sehingga tujuan dapat dicapai dengan lancar dan lebih efisien.
d. Control (pengawasan)
Pengawasan/supervisi perlu dilaksanakan agar para pengikut dapat bekerja sama dengan baik kea rah pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan umum.
Pengawasan dilakukan untuk mengukur hasil oekerjaan, dan menghindari penyimpangan-penyimpangan jika perlu segera melakukan tindakan- tindakan korektif terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Fungsi manajemen lainnya yang tidak kalah pentingnya ialah evaluasi atau penilaian. Penilaian adalah peninjauan kembali dan pengontrolan tugas, agar semua tugas berlangsung dengan tepat sesuai dengan norma dan standar yang sudah digariskan dalam perencanaan.
2. Peran Manajemen
Henry Mintzberg, mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh para manajer dapat dijelaskan dengan sangat baik dengan melihat peran yang mereka
mainkan di tempat kerja. Menurut Henry Mintzberg peran manajemen (2009:10) dikelopokkan atas:
a. Peran antarpribadi. Peran antarpribadi adalah peran yang melibatkan orang (bawahan dan orang di luar organisasi) dan kewajiban lain yang bersifat seremonial dan simbolis. Tiga peran antar pribadi itu meliputi menjadi seorang tokoh pemimpin (figurehead) yaitu kepala simbolis yang diperlukan sejumlah kewajiban rutin yang bersifat legal dan social.
pemimpin (leader) yaitu bertanggung jawab untuk motivasi bawahan, bertanggung jawab untuk mengisi staf, melatih dan tugas-tugas yang terkait. Penghubung (liaison), yaitu menyelenggarakan jaringan kontak dan pemberi informasi luar yang berkembang sendiri yang memberikan dukungan dan informasi.
b. Peran informasional. Meliputi menerima, mengumpulkan dan menyebarkan informasi. Tiga peran informasional meliputi pemantau (monitor), yaitu mencari dan menerima beraneka ragam informasi internal dan eksternaluntuk mengembangkan pemahaman yang menyeluruh terhadap organisasi dan lingkungannya. Penyebar (disseminator), yaitu meneruskan informasi yang diterima dari orang luar atau dari bawahan kepada para anggota organisasi. Juru bicara (spokesperson) yaitu meneruskan informasi kepada orang luar mengenai rencana, kebijakan, tindakan, dan hasil organisasi.
c. Peran pengambil keputusan. Yaitu yang berkisar seputar membuat pilihan.
Peranan pengambilan keputusan itu meliputi wirausahawan
(entrepreneur), yaitu mencari di dalam organisasi dan ingkungannya peluang dan inisiatif proyek-proyek perbaikan untuk melakukan perubahan. Penyelesai gangguan (disturbance handler) yaitu bertanggung jawab atas tindakan korektif bila organisasi menghadapi gangguan mendadak dan penting. Pembagi sumber daya (resource allocator) yaitu bertanggung jawab terhadap alokasi segala sumber daya organisasi, membuat atau menyetujui semua keputusan organisasi yang berarti.
Perunding yaitu bertanggung jawab mewakili organisasi pada perundingan-perundingan besar.
B. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan selanjutnya disingkat Lapas adalah unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana. Lembaga ini sebagai salah satu lembaga hukum pelaksanaan pidana merupakan tempat pelaksanaan putusan pengadilan yang berupa pidana penjara.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan asas pengayoman yang merupakan tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi. Tugas memberikan binaan ini dilaksanakan oleh Petugas Pemasyarakatan sebagai Pejabat Fungsional Penegak hukum.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 580) bahwa Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat orang-orang menjalani hukuman pidana. Lebih lanjut pengertian Lembaga Pemasyarakatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat orang-orang menjalani hukuman pidana.
2. Lembaga Pemasyarakatan adalah penjara.
Penjara menurut Sahardjo (dalam Andi Hamzah, (1985: 96) bahwa tujuan penjara itu ada dua, yaitu mengayomi masyaraat dari perbuatan jahat dan membimbing terpidana sehingga kembali menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Soedjono Dirdjosisworo (1984: 20), Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai tempat dimana terpidana mengalami proses pembinaan dalam menjalankan pidananya berdasarkan putusan Hakim. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Lembaga Pemasyarakatan merupakan unit pelaksana teknis pemasyarakatan yang menampung, merawat, dan membina narapidana atau orang-orang yang menjalani hukuman pidana berdasarkan putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan.
C. Pengertian Pembinaan Narapidana
Pembinaan narapidana adalah penyampaian materi atau kegiatan yang efektif dan efesien yang diterima oleh narapidana yang dapat menghasilkan perubahan dari diri narapidana ke arah yang lebih baik dalam perubahan berfikir, bertindak atau dalam bertingkah laku. Pengertian pembinaan menurut Djudju Sudjana (1992: 157) dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian professional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur yang disebut terakhir itu berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efisien. Secara umum narapidana adalah manusia
biasa, seperti kita semua, tetapi tidak dapat menyamakan begitu saja, karena menurut hukum ada karakteristik tertentu yang menyebabkan seseorang disebut narapidana. Maka dalam membina narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang atau antara narapidana yang satu dengan yang lain.
Pembinaan narapidana bertujuan agar narapidana dapat menjadi manusia seutuhnya, melalui pemantapan iman (ketahanan mental) dan membina narapidana agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam kehidupan selama berada dalam Lapas dan kehidupan yang lebih luas (masyarakat) setelah menjalani pidananya. Secara khusus pembinaan narapidana ditujukan agar selama masa pembinaan dan sesudah selesai menjalankan masa pidananya:
1. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya.
2. Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan untuk bekal hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.
3. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada sikap dan perilakunya yang tertib disiplin serta mampu menggalang rasa kesetidakawanan sosial.
4. Berhasil memiiki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan Negara.
Pembinaan yang sekarang dilakukan pada awalnya berangkat dari kenyataan bahwa tujuan pemidanaan tidak sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan hakekat yang tumbuh di masyarakat. Bagaimanapun juga narapidana adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan kearah yang positif,
yang mampu merubah seseorang untuk menjadi lebih produktif, lebih baik dari sebelum seseorang menjalani pidana. Tujuan perlakuan terhadap narapidana di Indonesia mulai nampak sejak tahun 1964, setelah Dr. Sahardjo mengemukakan dalam konferensi Kepenjaraan di Lembang, Bandung bahwa tujuan pemidanaan adalah pemasyarakatan. Jadi mereka yang menjadi narapidana bukan lagi dibuat jera, tetapi dibina untuk dimasyarakatkan. Ide Pemasyarakatan bagi terpidana, dikemukakan oleh Dr. Sahardjo yang dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam dunia kepenjaraan.
Pokok dasar memperlakukan narapidana menurut kepribadian kita adalah:
1. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia 2. Tiap orang adalah mahluk kemasyarakatan, tidak ada orang diluar
masyarakat
3. Narapidana hanya dijatuhi hukuman kehilangan kemerdekaan bergerak.
Sahardjo dalam Harsono (1995: 2) juga mengemukakan sepuluh prinsip yang harus diperhatikan dalam membina dan membimbing narapidana yaitu:
1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga Negara yang baik dan berguna dalam masyarakat.
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam dari pemerintah
3. Rasa tobat bukanlah dapat dicapai dengan menyiksa melainkan dengan bimbingan.
4. Negara tidak berhak membuat seorang narapidana lebih buruk atau jahat daripada sebelum ia masuk Lembaga
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu atau hanya di peruntukkan bagi kepentingan Lembaga atau Negara saja,
7. pekerjaan yang diberikan harus ditujukan kepada pembangunan Negara Bimbingan dan didikkan harus berdasarkan Pancasila
8. Tiap orang adalah manusia yang harus diperlakukan sebagai manusia meskipun ia telah tersesat, tidak boleh dijatuhkan kepada narapidana bahwa ia itu penjahat
9. Narapidana itu hanya dijatuhkan pidana hilang kemerdekaan
10. Sarana fisik lembaga dewasa ini merupakan salah satu hambatan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.
Sepuluh prinsip pembinaan dan bimbingan bagi narapidana itu sangat berkait dengan pelaksanaan pembinaan narapidana karena sepuluh (10) prinsip pembinaan dan bimbingan serta sistem pembinaan narapidana merupakan dasar pemikiran dan patokan bagi petugas dalam hal pola pembinaan terhadap narapidana khususnya narapidana wanita.
Pembinaan itu sendiri adalah suatu proses di mana, narapidan wanita itu pada waktu masuk di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita sudah dalam kondisi tidak harmonis pada masyarakat sekitarnya. Adapun penyebabya adalah karena narapidana tersebut telah melakukan tindak pidana yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan masyarakat.
Pembinaan narapidana harus menggunakan empat komponen prinsip- prinsip pembinaan narapidana, (Harsono, 1995: 51) yaitu sebagai berikut:
1. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri. Narapidana sendiri yang harus melakukan proses pembinaan bagi diri sendiri, agar mampu untuk merubah diri kearah perubahan yang positif
2. Keluarga, yaitu keluarga harus aktif dalam membina narapidana. Biasanya keluarga yang harmonis berperan aktif dalam pembinaan narapidana dan sebaliknya narapidana yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis kurang berhasil dalam pembinaan.
3. Masyarakat, yaitu selain dukungan dari narapidana sendiri dan keluarga, masyarakat dimana narapidana tinggal mempunyai peran dalam membina narapidana. Masyarakat tidak mengasingkan bekas narapidana dalam kehidupan sehari-hari
4. Petugas pemerintah dan kelompok masyarakat, yaitu komponen keempat yang ikut serta dalam membina narapidana sangat dominan sekali dalam menentukan keberhasilan pembinaan narapidana.
Pemasyarakatan itu sendiri mempunyai 2 (dua) tujuan utama yaitu sebagai berikut:
1. Memasukkan bekas narapidana ke dalam masyarakat sebagai warga yang baik.
2. Melindungi masyarakat dari kambuhnya kejahatan bekas narapidana dalam masyarakat karena tidak mendapat pekerjaan.
Perubahan pandangan dalam memperlakukan narapidana di Indonesia tentunya didasarkan pada suatu evaluasi kemanusiaan yang merupakan wujud manisfestasi Pancasila, sebagai dasar pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengakui hak-hak asasi narapidana. Dr. Sahardjo adalah tokoh yang pertama kali melontarkan perlunya perbaikan pelakuan bagi narapidana yang hidup dibalik tembok penjara. Ide pemikirannya mempengaruhi para staf Dinas kepenjaraan sehingga menghasilkan sistem pemasyarakatan. Sistem ini merupakan satu- satunya metode pembinaan yang secara resmi berlaku diseluruh LembagaPemasyarakatan di Indonesia. Dengan dipakainya system pemasyarakatan sebagai metode pembinaan narapidana, jelas terjadi perubahan fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang tadinya sebagai tempat pembalasan berganti sebagai tempat pembinaan.
Bentuk pembinaan bagi narapidana menurut Pola Pembinaan Narapidana/tahanan meliputi:
1. Pembinaan berupa interaksi langsung sifatnya kekeluargaan antara pembina dengan yang dibina.
2. Pembinaan yang bersifat persuasif yaitu berusaha merubah tingkah laku melalui keteladanan.
3. Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematis. Pembinaan keperibadian yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa dan berNegara, intelektual, kecerdasan, kasadaran hukum, ketrampilan, mental spiritual.
Sehubungan dengan pengertian pembinaan Sahardjo yang dikutip oleh Petrus dan Pandapotan (1995: 50) melontarkan pendapatnya bahwa Narapidana bukan orang hukuman melainkan orang tersesat yangmempunyai waktu dan kesempatan untuk bertobat. Tobat tidak dapat dicapaidengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan.
Sistem Pemasyarakatan (narapidana) itu sendiri dilaksanakan berdasarkan asas:
1. Pengayoman
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan 3. Pendidikan
4. Pembimbingan
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang- orang tertentu.
Petrus dan Pandapotan (1995: 38) Pembinaan narapidana menurut sistem pemasyarakatan terdiri dari pembinaan didalam lembaga, yang meliputi pendidikan agama, pendidikan umum, kursus ketrampilan, rekreasi, olah raga, kesenian, kepramukaan, latihan kerja asimilasi, sedangkan pembinaan diluarembaga antara lain bimbinganselama terpidana, mendapat bebas bersyarat, cuti menjekang bebas. Lebih lanjut didalam sistem pemasyarakatan terdapat proses pemasyarakatan yang diartikan sebagai suatu proses sejak seorang
narapidana masuk ke Lembaga Pemasyarakatan sampai lepas kembali ketengah- tengah masyarakat.
Pasal 2 UU No 12 Tahun 1995 tujuan pembinaan warga binaan adalah membentuk warga binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Selain itu dalam pribadi warga binaan diharapkan mampu mendekatkan diri pada Tuhan sehingga dapat memperoleh keselamatan baik didunia maupun akhirat. Pembinaan warga binaan dilakukan secara terus menerus sejak warga binaan masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan. Sistem pemasyarakata.merupakan suatu proses pembinaan warga binaan sebagai makhluk Tuhan, individu dan sebagai masyarakat. Dalam pembinaan warga binaan dikembangkan keadaan jasmani, rohani serta kemasyarakatannya dan dibutuhkan pula elemen-elemen yang berkaitan untuk mendukung keberhasilan dalam pembinaan. Elemen-elemen tersebut adalah lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pengembangan semua segi kehidupan warga binaan dan tenaga-tenaga Pembina yang cukup cakap dan penuh dengan rasa pengabdian (Dwidja Priyatno, 2006: 105-106). Tujuan akhir dari sistem pemasyarakatan adalah bersatunya kembali Warga Binaan Pemasyarakatan dengan masyarakat, sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab, sehingga keberadaan mantan Warga Binaan di masyarakat nantinya diharapkan mau dan mampu untuk ikut
membangun masyarakat dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat dalam pembangunan.
1. Metode Pembinaan Warga Binaan
Metode pembinaan merupakan cara dalam penyampaian materi pembinaan, agar secara efektif dan efisien dapat diterima oleh narapidana dan dapat memberikan perubahan dalam diri Warga Binaan, baik itu perubahan dalam pola pikir, tingkah laku maupun dalam tindakan. Penyampaian materi tidak saja berdasar pada kesiapan si pemberi materi saja, tetapi juga harus diperhatikan kesiapan dari Warga Binaan sendiri dalam menerimanya.
Beberapa hal dari metode pembinaan, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Metode Pembinaan Berdasarkan Situasi.
Pembinaan ini, terdiri dari dua pendekatan yaitu pendekatan dari atas ke bawah (top down approach) dan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up approach). Pendekatan dari atas ke bawah adalah pembinaan yang berasal
dari Pembina, atau paket pembinaan dari Warga Binaan telah disediakan dari atas. Warga Binaan tidak berkesempatan untuk menentukan jenis pembinaan yang akan dijalaninya sehingga harus menjalani paket pembinaan tertentu yang telah disediakan. Pembinaan dari bawah ke atas adalah paket pembinaan yang memperhatikan kepentingan dan kebutuhan belajar bagi Warga Binaan. Kunci dari keberhasilan Warga Binaan adalah pandai-pandainya seorang Pembina mengenalkan Warga Binaan pada dirinya sendiri.
b. Pembinaan Perorangan (individual treatment)
Pembinaan ini diberikan kepada Warga Binaan secara perorangan oleh Pembina. Pembinaan perorangan tidak harus terpisah secara sendiri-sendiri tetapi dapat dilakukan secara berkelompok tetapi penanganannya sendiri- sendiri. Pembinaan ini dilakukan karena setiap Warga Binaan memiliki kematangan tingkat emosi, intelektual, logika yang berbeda-beda.
Pendekatan ini akan sangat bermanfaat jika Warga Binaan punya kemauan untuk mengenal dirinya sendiri.
c. Pembinaan Secara Kelompok (classical treatment)
Pembinaan yang dilakukan secara kelompok disesuaikan dengan kebutuhan pembinaan yang ditentukan oleh Pembina atau pembinaan sesuai dengan kebutuhan pembinaan yang dirasakan oleh Warga Binaan.
Pembinaan ini dapat dilakukan dengan Tanya jawab, simulasi, permainan peran atau pembentukan tim.
d. Auto sugesti
Auto sugesti adalah sebuah sarana atau alat yang digunakan untuk mempengaruhi bawah sadar manusia dengan cara memasukkan suatu tindakan, sesuai saran/perintah untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan saran yang diberikan, melalui alam sadar untuk mempengaruhi alam bawah sadar. Pembinaan ini diperuntukkan bagi Warga Binaan yang sudah dapat mengenal dirinya, yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan sudah mempunyai kemauan kuat untuk berubah. Setiap metode pembinaan mempunyai kelemahan sendiri. Apabila metode digunakan sebaik-baiknya maka kelemahan-kelemahan tersebut dapat dikurangi.
Kelemahan-kelemahan dapat ditutup dengan menggunakan metode lain dan hasil secara maksimal dapat diperoleh (C.I Harsono, 1995: 342-385).
2. Tahap Pembinaan menurut PP Nomor 31 Tahun 1999
Pelaksanaaan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, pemerintah membuat dan menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Tujuan dari Peraturan Pemerintah tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Program pembinaan diperuntukkan bagi narapidana, anak didik sedangkan program pembimbingan diperuntukkan bagi klien. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan menyatakan bahwa program pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbingan kepribadian serta kemandirian yang meliputi hal-hal yang berkaitan dengan:
a. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Kesadaran berbangsa dan bernegara c. Intelektual
d. Sikap dan perilaku
e. Kesehatan jasmani dan rohani f. Kesadaran hukum
g. Reintregasi sehat dengan masyarakat h. Ketrampilan kerja
i. Latihan kerja dan produksi
Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan bahwa sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas, serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Bertitik tolak dari pemahaman sistem pemasyarakatan dan penyelenggaraannya, program pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di LAPAS dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan oleh BAPAS ditekankan pada kegiatan pembinaan kepribadian dan kegiatan pembinaan kemandirian. Agar terdapat keterpaduan dari pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagaimana ditentukan dalam pasal-pasal Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang meliputi:
1) Pasal 7 ayat (2) yang mengatur ketentuan mengenai pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di LAPAS dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan oleh BAPAS;
2) Pasal 15 ayat (2), Pasal 23 ayat (2), Pasal 30 ayat (2), Pasal 37 ayat (2) dan Pasal 44 yang mengatur ketentuan mengenai program pembinaan
Narapidana, Anak Pidana, Anak Negara, dan Anak Sipil serta pembimbingan Klien;
3) Pasal 16 ayat (2), Pasal 24 ayat (2), Pasal 31 ayat (2) dan Pasal 38 ayat (2) yang mengatur ketentuan mengenai syarat-syarat dan tata cara pemindahan bagi Narapidana, Anak Pidana, Anak Negara dan Anak Sipil; yang pelaksanaannya perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah, maka pengaturan tersebut diatur dalam satu Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi beberapa ketentuan umum yang berlaku di semua bidang pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, antara lain yang menyangkut program-program, kegiatan-kegiatan, dan pelaksanaan pembinaan dan pembimbingan. Selanjutnya diatur mengenai tahap pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, pemindahan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan, dan berakhirnya pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Pembinaan narapidana adalah semua usaha yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan akhlak (budi pekerti) para narapidana dan anak didik yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan/Rutan (intramuraltreatment). Melalui pembinaan narapidana bertujuan agar narapidana dapat menjadi manusia seutuhnya, melalui pemantapan iman (ketahanan mental) dan membina narapidana agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam kehidupan selama berada dalam Lapas dan kehidupan yang lebih luas (masyarakat) setelah menjalani pidananya.
Fungsi dan tugas pembinaan pemasyarakatan terhadap warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan secara terpadu dengan tujuan agar narapidana setelah selesai menjalani pidananya, pembinaannya dan bimbingannya dapat menjadi warga masyarakat yang baik. Sebagai abdiNegara dan abdi masyarakat wajib menghayati serta mengamalkan tugas -tugas pembinaan pemasyarakatan yang berdaya guna, tepat guna dan berhasil guna, petugas harus memiliki kemampuan profesional dan integritas moral, pada dasamya arahan pelayanan, pembinaan dan bimbingan yang perlu dilakukan oleh petugas ialah memperbaiki tingkah laku warga binaan pemasyarakatan agar tujuan pembinaan dapat dicapai.
Pemasyarakatan dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan antara Narapidana dengan masyarakat. Disamping menjadi arah dan tujuan pidana penjara, sekaligus berfungsi sebagai treatment of prisoners, karena mendidik Narapidana bukan sebagai alat pembalasan serta pelampiasan dendam. Pembinaan berdimensi pendidikan mengandung makna bahwa penjatuhan pidana itu dapat memberdayakan kehidupan sosial Narapidana sehingga dapat reintegrasi sosial secara sehat. Pembinaan yang pada dasarnya merupakan landasan dalam pemasyarakatan, tidaklah dapat dilakukan sepenuhnya, karena selain harus disesuaikan dengan hukum yang ada di masyarakat, pembinaan tersebut harus terpola dan dapat ditanamkan dalam diri warga Narapidana Pemasyarakatan tersebut agar merubah dirinya menjadi lebih baik sehingga dapat kembali diterima di masyarakat. Peraturan Pemerintah yang dijadikan dasar dalam Pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor. 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, berisi tentang pembinaan dan pembimbingan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik.
D. Kerangka Fikir
Lembaga permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa adalah unit pelaksana sistem hukuman penjara yang bertugas membina para narapidana wanita. Dalam pembinaan warga binaan dikembangkan keadaan jasmani, rohani serta kemasyarakatannya dan dibutuhkan pula elemen-elemen yang berkaitan untuk mendukung keberhasilan dalam pembinaan. Elemen-elemen tersebut adalah lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pengembangan semua segi kehidupan warga binaan dan tenaga-tenaga Pembina yang cukup cakap dan penuh dengan rasa pengabdian (Dwidja Priyatno, 2006: 105-106).
Lembaga permasyarakatan Wanita Klas II-A Sungguminasa merupakan Lapas khusus karena hanya membina narapidana wanita saja. Untuk mencapai pembinaan yang optimal maka harus memperhatikan fungsi Management (Henry Fayol) terhadap pembinaan narapidana. Sedangkan dalam pelaksanaan program pembinaan, Lembaga Permasyarakatan mengacuh pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan warga binaan permasyarakatan pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “Program pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbing kepribadian dan kemandirian”. Sejalan dengan peran Lembaga Pemasyarakatan, maka tepatlah
apabila Petugas Pemasyarakatan yang melaksanakan tugas pembinaan dan pengamanan Warga Binaan Pemasyarakatan dalam Undang-undang ini ditetapkan sebagai Pejabat Fungsional Penegak Hukum. Lembaga Pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, maka diharapkan para narapidana yang keluar dari Lembaga Permasyarakatan akan menjadi warga yang baik dan sadar akan kesalahan dan tidak mengulanginya lagi.
Bagan Kerangka Pikir
Program Pembinaan Narapidana Wanita
Pembinaan Kepribadian a. Pembinaan keagamaan b. Pembinaan karakter
Pembinaan Kemandirian a. Pelatihan keterampillan b. Upaya permasyarakatan
Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Wanita
E. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa.
2. Pelaksanaan program pembinaan kemandirian narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Pembinaan kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga dan masyarakat yang meliputi:
1. Pendidikan Keagamaan, adalah pendidikan keTuhanan sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing narapidana, agar lebih taat dalam beribadah.
2. Pendidikan karakter, adalah pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan keseluruhan kepribadian narapidana dalam kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Sembinaan kemandirian diarahkan padapembinaan bakat dan keterampilan agar Warga Binaan Pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Pembinaan kemandirian, adalah suatu program pembinaan yang dilakukan oleh lembaga permasyarakatan atau rumah tahanan, dimana seorang narapidana akan diberikan pelatihan keterampilan berdasarkan minat dan bakatnya, meliputi:
1. Keterampilan, adalah mengarahkan para narapidana untuk dapat memproduksi suatu barang atau jasa yang mempunyai nilai ekonomis dan
nilai jual, dan bagi narapidana yang mampu berproduksi akan diberikan upah/premi/insentif sebagaimana diatur menurut Undang-Undang.
Contohnya bisa seperti membuat hasil karya dari koran bekas yaitu bingkai foto, lampu tidur, asbak, dan lain-lain.
2. Upaya Lembaga Pemasyarakatan memegang peranan yang strategis dalam merealisasikan tujuan akhir dari Sistem Peradilan Pidana (SPP), yaitu rehabilitasi dan resosialisasi pelanggar hukum, bahkan sampai pada penanggulangan kejahatan (supresion of crime).
Melalui pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana wanita seperti yang digambarkan pada bagan kerangka fikir di atas, maka akan dilihat apakah pelaksaan kedua program tersebut efetif dalam mewujudkan tujuan dari dilaksanakannya program pembinaan narapidana wanita tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan setelah ujian proposal yaitu mulai tanggal 02 maret 2016 sampai dengan tanggal 02 April 2016.
2. Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Wanita Klas IIA Sungguminasa tepatnya di Jalan Lembaga, Desa Timbuseng, Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa .
Pertimbangan penulis sehingga tertarik melakukan penelitian tentang pelaksanaan program pembinaan narapidana wanita di Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa adalah adanya rasa keingintahuan penulis mengenai apakah pembianaan di Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa ini dapat menjamin perubahan sikap narapadina wanita dari yang buruk menjadi lebih baik dan tidak mengulangi tingdak kejahatan kembali?, hal inilah yang mendasari perlunya dilakukan penelitian mengenai program pembinaan narpidana wanita di Lapas Klas IIA Sungguminasa.
B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu menggambarkan secara jelas dan rinci pelaksanaan program pembinaan narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Sungguminasa. .
2. Tipe Penelitian
Tipe deskriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan menemukan data yang berkaitan dengan pelaksanaan program pembinaan narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Sungguminasa.
C. Sumber Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang sumbernya diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara langsung terhadap informan sebagai narasumber.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kajian atau penelaahan berbagai sumber kepustakaan, dokumen, laporan-laporan, dan termasuk data yang bersumber dari Lembaga Permasyarakatan Wanita Klas IIA Sungguminasa yang berkaitan dengan kebutuhan data dalam penelitian.
D. Informan Penelitian
Penentuan informan penelitian di Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa terdahulu diidentifikasi agar mendapat data yang akurat. Adapun informan yang terpilih adalah sebagai berikut.
Tabel Informan Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di gunakan oleh penulis dalam penelitian ini meliputi :
1. Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan langsung yang secara sistematis terhadap obyek penelitian di Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa
2. Wawancara digunakan oleh peneliti adalah wawancara bebas terpimpin,artinya peneliti mengadakan pertemuan langsung dengan pegawai Lapas, dan wawancara bebas artinya peneliti bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
No Nama Inisial Jabatan ket
1 A.Annisya Ikhsania, A.Md.
IP, SH
A.A Kasubsi Bimaswat 1
2 Muhajir, SH MH Bidang Pembinaan 1
3 Aditya Endah Wulandari AE Jabatan Fungsional Umum (JFU) Bimaswat
1
4 dr. Muhlis Imany P. MI Jabatan Fungsional Khusus (JFK) Bimaswat
1
5 Irma Hariani IH
Warga Binaan 1
6 Hasniah Bin. Dullah HB
Warga Binaan 1
7 Wiwik Anggreini WA
Warga Binaan 1
8 Eka Yumasri EY
Warga Binaan 1
9 Sumiyati Bin Sabbara SB Warga Binaan 1
Jumlah 9
3. Studi kepustakaan (Dokumentasi) Teknik yang digunakan peneliti untuk mengetahui secara konseptual tentang permasalahan-permasalahan yang sedang diteliti dengan membaca literature khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan program pembinaan narapidana wanita.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman ( 1984 ) dalam Sugiyono (2012:246) penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reducation, data display, dan conclusion drawing/verification, setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data, setelah data direduksi maka
langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data dengan penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, Flowchart, dan sejenisnya. Setelah itu adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten mengenai pelaksanaan program pembinaan narapidana wanita di Lapas pada saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data.
G. Keabsahan Data
Kredibilitas data sangat mendukung hasil penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari
sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dengan mengacu William Wiersma, (1986) dalam sugiono, (2012:273) maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian yaitu:
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Objek Penelitian
Suatu hal yang sangat penting tentang keadaan lokasi penelitian, karena untuk mengetahui pengaruh terhadap sesuatu permasalahan maka terkadang sangat ditentukan oleh beberapa hal yakni geografis dan karakteristik masyarakat itu sendiri. Oleh karena sangat penting itulah sehingga kami uraian sedikit gambaran umum tentang objek penelitian. Lapas Wanita Sungguminasa adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Permasyarakatan di Wilayah kerja Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan
B. Letak Georgafis Objek Penelitian
Lapas Wanita Klas IIA Sungguminasa berlokasi di Jalan Lembaga, Bollangi, Desa Timbuseng , Kecamatan Pattalassang, Kabupaten Gowa yang menempati lahan seluas ± 15.000 𝑚2 dengan Luas bangunan secara keseluruhan ± 14.000 𝑚2. Lapas Wanita Sungguminasa mulai dibangun pada tahun 2004 dan mulai dioperasikan sejak 5 september 2007 serta diresmikan pada tanggal 26 juli 2011 oleh Bapak Patrialis Akbar, S.H., Menteri Hukum dan HAM R.I. Jumlah Narapidana dan tahanan sampai tanggal 2 Maret 2016 yaitu sebanyak 169 orang.
Lapas Wanita Sungguminasa adalah unit pelaksana teknis dibidang permasyarakatan khusus narapidana wanita yang berfungsi untuk melakukan pembinaan dan perawatan khusus bagi warga binaan permasyarakatan untuk narapidana wanita. Dalam melaksanakan tugasnya Lapas Wanita Sungguminasa Klas IIA ini mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pembinaan / anak didik wanita
2. Memberikan bimbingan sosial / kerohanian pada narapidana atau anak didik wanita
3. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban 4. Melakukan tata usaha dan urusan rumah tangga.
1. Visi Lapas Wanita Kelas IIA Sungguminasa
“Terwujudnya Lembaga Permasyarakatan yang unggul dalam pembinaan, PRIMA dalam pelayanan dan tangguh dalam pengamanan.
2. Misi Lapas Wanita Kelas IIA Sungguminasa”.
“Melaksanakan perawatan, pembinaan dan pembimbingan WBP dalam kerangka penegakkan hokum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia”.
C. Bidang-bidang Kerja dan Peran Masing-masing Bidang 1. Bidang Kegiatan Kerja
Bidang kegiatan kerja merupakan salah satu bidang yang tercakup dalam struktur organisasi lembaga permasyarakatan. Bidang kegiatan kerja membawa tiga seksi kegiatan kerja yaitu:
a. Seksi Bimbingan Kerja (BIMKER)
Tugas dari seksi bimbingan kerja adalah memberikan bimbingan kerja berupa kegiatan keterampilan, kerajinan tangan kepada para warga binaan LAPAS sebagai bekal bagi mereka agar para warga binaan memiliki keahlian khusus (skill). Tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalah
agar para warga binaan dapat hidup mandiri dan memiliki manfaat dengan keahliannya masing-masing setelah masa tahanannya selesai.
b. Seksi Saran Kerja
Tugas dari seksi sarana kerja adalah menyiapkan segala macam bahan dan alat yang dibutuhkan dalam mengerjakan berbagai kegiatan kerja.
c. Seksi Pengelolaan Hasil Kerja
Tugas dari seksi pengelolaan hasil kerja adalah memasarkan produk yang dihasilkan dari kegiatan kerja. Produk kegiatan kerja merupakan hasil dari kreativitas para warga binaan.
2. Bidang Pembinaan
Mengkoordinasikan pembinaan narapidana dalam lingkungan LP dengan melaksanakan, registrasi, membuat statistic serta dokumentasi sidik jari, memberikan bimbingan kemasyarakatan, mengurus kesehatan dan perawat sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar para napi siap dikembalikan ke masyarakat.
Bidang pembinaan terbagi atas tiga seksi yaitu:
a. Seksi Bidang Pembinaan Masyarakat
Menyelenggarakan bimbingan dan pembinaan di bidang fisik, mental dan rohani serta meningkatkan pengetahuan asimilasi wargabinaan atau anak didik sesuai peraturan maupun petunjuk yang berlaku dalam rangka pelaksanaan sebahagian tugas permasyarakatan.
b. Seksi Bidang Registrasi
Melaksanakan pencatatan dan membuat statistic serta dokumentasi narapidana dan anak didik sesuai dengan data dalam rangka pelaksanaan tugas permasyarakatan.
c. Seksi Bidang Perawatan
Melaksanakan pengurusan kesehatan bagi napi dan anak didik serta memberikan perawatan dengan menyediakan fasilitas pengobatan, komsumsi makanan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan narapidana dan anak didik.
3. Bidang Administrasi, Keamanan dan Tata tertib
Bidang administrasi, keamanan dan tata tertib (KAMTIB) merupakan salah satu bidang yang trcakup dalam suatu struktur organisasi lembaga permasyarakatan. Bidang keamanan dan tata tertib terdiri dari dua kasie yaitu:
a. Kasie Pelaporan
Tugas dari kasie pelaporan adalah melaksanakan tugas pelaporan keamanan dan tata tertib secara berskala. Berdasarkan laporan harian berita acara yang dibuat oleh Satuan Pengamanan yang bertugas sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam rangka menegakkan keamanan dan ketertiban.
b. Kasie Keamanan
Tugas dari kasie keamanan adalah menyelenggarakan tugas pengamanan dan ketertiban dengan mengatur atau membuat jadwal tugas penggunaan perlengkapan pengamanan dan penempatan petugas juga sesuai aturan dan
petunjuk yang berlaku agar tercipta suasana aman dan tertib lingkungan LAPAS.
4. Bidang Tata Usaha
Bidang tata usaha merupakan salah satu bidang yang tercakup dalam suatu struktur organisasi lembaga permasyarakatan. Bagian ini memiliki tugas untuk melakukan urusan kepegawaian, keuangan dan umum. Oleh karena itu segala urusan kepegawaian, keuangan dan umum dilakukan di bagian ini. Dalam pelaksanaan tugasnya bidang tata usaha dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Bagian Umum
Bagian umum bertugan mengiventarisasi (penataan dan pengawasan pealatan Kantor), pemeliharaan inventaris dan pembuatan laporan inventaris.
b. Bagian Kepegawaian
Bagian kepegawaian bertugas menganalisa data kepegawaian dan usulan- usulan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan pegawai.
c. Bagian Keuangan
Bagian keuangan bertugas untuk membuat daftar gaji pegawai, membuat laporan BAP keuangan, membuat SK kenaikan gaji berkala, membuat SKPP pegawai.
D. Proses Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Wanita di Lapas Klas IIA Sungguminasa
Narapidana merupakan manusia ciptaan Tuhan memiliki kedudukan tertinggi yang mempunyai akal dan pikiran. Narapidana menerima pembinaan dan
bimbingan agar dia dapat menyesali segala perbuatan yang dilakukan sehingga bisa merubah diri dan dapat diterima kembali dalam masyarakat. Untuk itu petugas LP harus mengadakan program pembinaan yang benar-benar tepat terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. Ketidaktepatan pembinaan yang dilakukan kepada narapidana mengakibatkan ketidakefektifan dalam proses pembinaan dan bimbingan.
Akibat-akibat yang timbul apabila salah dalam menerapkan strategi pembinaan mengakibatkan narapidana mengalami gangguan jiwa atau depresi, sikap atau perilaku narapidana yang menjadi lebih buruk dari sebelumnya sehingga dapat mengakibatkan adanya pengulangan tindak pidana (recidive), narapidana tidak dapat berintegrasi dengan masyarakat luar dan sebagainya.Merupakan tugas yang berat, bagi petugas Lembaga Pemasyarakatan yang berinteraksi langsung dengan para narapidana dan masyarakat pada umumnya, untuk merubah seorang narapidana menjadi manusia yang bisa menyadari kesalahannya sendiri dan mau merubah dirinya sendiri menjadi lebih baik.
Khususnya untuk Lembaga Pemasyarakatan yang merupakan tempat membina para narapidana, diperlukan suatu bentuk pembinaan yang tepat agar bisa merubah para narapidana menjadi lebih baik atas kesadarannya sendiri.
Begitu pula dengan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wanita Sungguminasa, yang dalam hal ini merupakan Lembaga Pemasyarakatan khusus karena hanya membina para narapidana wanita, harus mempunyai metode maupun bentuk pembinaan yang tepat bagi narapidana yang menghuninya.