• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN DISIPLIN BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN DISIPLIN BELAJAR SISWA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

11

A. Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya adalah mengajar dan memberikan ilmu kepada peserta didik, memiliki karakterisitik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.

Kepribadian yang baik dari seorang pendidik akan memberikan teladan yang baik kepada peserta didik maupun masyarakatnya sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patutu ditaati dan dicontoh.

Seorang guru dapat menjadi guru yang baik adalah ketika dia mempunyai kompetensi yang baik. Kompetensi merupakan kemampuan yang digunakan sebagai standar kinerja seseorang yang diharapkan dapat bekontribusi positif terhadap kinerja organisasi. Kompetensi mempunyai arti yang sangat luas dan variatif, dan dalam implementasinya disesuaikan dalam kebutuhan organisasi dan individu yang bersangkutan. Inti pokok dari definisi kompetensi adalah penjelasan mengenai tugas-tugas pekerjaan yang dilakukan oleh individu dan penjelasan mengenai perilaku individu yang berhubungan dengan bagaimana individu itu mengerjakan pekerjaannya.

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (E.

Mulyasa, 2006: 37).

Kepribadian adalah suatu masalah yang abstrak (sukar untuk di lihat atau di ketahui secara nyata) hanya dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Adapun kepribadian

(2)

menurut Jalaludin adalah kualitas diri seluruh tingkah laku seseorang, Jalaludin (2005:174).

Pengertian lain menjelaskan bahwa kepribadian sering di maknai sebagai personality is your effect upon other people yakni pengaruh seseorang kepada orang lain. Berdasarkan pengertian ini, orang yang besar pengaruhnya disebut orang yang berkepribadian. Pengaruh tersebut dapat di latar belakangi oleh ilmu pengetahuannya, kekuasannya, kedudukannya atau karena popularitasnya.

Kepribadian mengandung pengertian yang kompleks, ia terdiri dari macam- macam aspek, baik dari aspek fisik maupun psikis. Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap (Syah, 2008:225).

Menurut ahli psikologi memberikan penekanan bahwa yang dipelajari oleh psikologi bukanlah jiwa, tetapi tingkah laku manusia, baik berupa perilaku yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Tingkah laku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi (Abu Ahmadi, 2005:169), yaitu:

a. Aspek kognitif, yaitu pemikiran, ingatan, hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengandalikan tingkah laku.

b. Aspek afektif, yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek psiko- motorik (kecenderungan) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif.

c. Aspek motoric, yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

Menurut Purwanto (2000:157-158), ada enam aspek kepribadian yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu:

a. Sifat kepribadian

b. Intelegensi atau kecerdasan

(3)

c. Pernyataan diri dari cara menerima kesan-kesan d. Kesehatan

e. Bentuk tubuh

f. Sikap terhadap orang lain

Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat disimpulan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang harus di miliki seseorang baik berupa kemampuan dari segi pengetahuan, keterampilan maupun perilaku yang menjadi ciri khas atau karakteristik seseorang sehingga berbeda dengan orang lain yang dapat mempengaruhi orang lain.

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru yang harus memiliki nilai-nilai luhur sehingg terpancar dalam perilaku sehari-hari Moh. Roqib dan Nurfuadi (2009:122). Guru yang berkelakuan baik sering di katakana memiliki kepribadian yang baik, atau di sebut juga berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yag penting dalam membentuk kepribadian peserta didik, guna menyiapkan dan mengambangkan sumber daya manusia, serta menyejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya.Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat di jadikan idola. Seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna, karena kepribadian guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan khusunya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk kepribadian siswa. Sehubungan dengan hal di atas, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang palin penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukkan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.

Guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi pemberi teladan nilai-nilai moral yang tercermin dalam sikap, perilaku, dan cara hidupnya. K arakter inilah yang menyebabkan guru dianggap sebagai sebuah tugas yang istimewa dan mulia di mata masyarakat. Bertindak sesuai

(4)

norma agama, norma hukum dan norma sosial serta kebudayaan Nasional Indonesia mengharuskan guru untuk satu dalam kata dan perbuatan. Apa yang diajarkannya kepada para murid haruslah menjadi sikap dan cara hidupnya yang selalu diterapkan secara konsisten. Guru harus memiliki kepribadian sebagai insan kamil, yang secara konkret dapat dijadikan acuan oleh para siswa dalam menemukan contoh pribadi yang memiliki religiusitas, moral dan etik. Tentu saja sang guru pun harus memiliki kepribadian yang diteladani. Sebaik-baik teladan bagi muslim yaitu Muhammad Rasulullah SAW.

Sesuai dengan beberapa pengertian mengenai kompetensi kepribadian guru di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian guru adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru baik berupa kemampuan dari segi pengetahuan, keterampilan sekaligus memiliki religiusitas, moral dan etika yang baik yang tercermin dalam kehidupan sehar-hari dan menjadi ciri khas atau karakter seorang guru yang akan berdampak dan dapat dijadikan role model oleh peserta didiknya. Kompetensi kepribadian harus dimiliki oleh semua guru, baik guru PAI maupun guru yang mengampu pelajaran lain, karena guru merupakan sosok yang diteladani oleh siswa-siswinya.

2. Kompetensi Kepribadian Guru Menurut PERMENDIKNAS No.16 Tahun 2007

Kompetensi yang haru dimiliki oleh seorang guru menurut PERMENDIKNAS No. 16 Tahun 2007, peraturan menteri Indonesia (tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru) adalah sebagai berikut:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaaan nasioanal Indonseia.

Indikator:

1) Seorang guru harus menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.

(5)

2) Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat , serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Indikator

1) Seorang guru harus berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

2) Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

Indikator:

1) Seorang guru harus menampillkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawan yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

Indikator:

1) Seorang guru harus menunjukkan etos kerja yang dan tanggungjawab yang tinggi

2) Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri 3) Bekerja mandiri secara professional

e. Menjungjung tinggi kode etik dan profesi guru Indikator:

1) Seorang guru haruslah memahami kode etik guru 2) Menerapkan kode etik profesi guru

3) Berperilaku sesuai kode etik guru

3. Indikator Kompetensi Kepribadian Guru

(6)

Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Adapun kompetensi kepribadian meliputi “kemampuan-kemampuan dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri dan menghargai diri” (Kunandar, 2011:55).

Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas, Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pada pasal 10 ayat 1, dikemukakan bahwa:

seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap, disiplin, jujur dan adil, mantap, stabil, dewasa, arif, penyabar, dan berwibawa serta guru bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya dan juga berakhlak mulia.

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan khusunya dalam pembelajaran dan dalam pembentukan kepribadian peserta didiknya. Guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik adalah guru yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pribadi yang mantap dan stabil

Indikator dari kepribadian yang mantap dan stabil yaitu bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial, bangga sebagai guru professional, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma yang berlaku dalam kehidupan. Mantap berarti tetap; kukuh; kuat. Pribadi mantap berarti orang tersebut memiliki suatu kepribadian yang tidak tergoyahkan (tetap, teguh dan kuat) agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, professional dan dapat dipertanggung jawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap.

Kepribadian yang mantap dan berkeyakinan ini menekankan pada tiga hal yang merupakan landasan gaya kepribadiannya: kebenaran, tanggungjawab dan kehormatan. Pribadi yang mantap berarti seorang guru memiliki kepribadian yang tidak tergoyahkan (tetap teguh dan kuat pendiriannya). Kata stabil dan kokoh tidak bisa dipisahkan, stabil berarti mantap; kokoh; tidak goyah. Jadi, ketika seseorang mempunyai kepribadian yang mantap maka secara tidak langsung seseorang tersebut mempunyai kepribadian yang stabil.

Kepribadian yang mantap dan stabil ini menekankan pada tiga hal yang menjadi landasan kepribadiannya, yaitu: kebenaran, tanggungjawab dan kehormatan sehingga dalam segala tindakan guru harus memperhatikan tiga hal

(7)

tersebut. Dalam mengahadapi permasalahan seorang guru harus mampu meredam emosi dan dapat menyelesaikan dengan tenang sehingga dapat menjaga kehormatannya sebagai guru. Apabila seorang guru tidak dapat mengendalikan emosi dan mudah marah, maka akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan itu mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan membelokkan konsentrasi peserta didik (E.

Mulyasa, 2007:121).

b. Pribadi yang dewasa

Secara bahasa dewasa berarti sampai umur; akil baligh. Maksudnya ialah orang dewasa adalah orang yang mandiri dan dapat mengatur dirinya sendiri karena bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Indikator dari kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian bertindak sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing dituntut untuk memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta kesehatan jasmani dan rohani (E.

Mulyasa, 2007:123). Menurut Syaodih (2009:254) minimal ada tiga ciri kedewasaan yaitu:

1. Orang yang telah dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup (philosophy of life), yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Seorang yang telah dewasa yang tidak mudah terombang-ambing karena telah mempunyai pegangan yang jelas, kemana akan pergi dan dengan cara mana ia mencapainya

2. Orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala sesuatu secara pbyektif. Mampu melihat dirinya dan orang lain secara obyektif, melihat kelebihan dan kekurangan dirinya dan juga orang lain. Lebih dari itu ia mampu bertindak sesuai dengan cara mana ia mencapainya.

3. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan dan kebebasan.

Akan tetapi, di sisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab. Ia bebas menentukan arah hidupnya, perbuatannya, tetapi setelah berbuat ia dituntut untuk bertanggung jawab. Guru harus mempunyai rasa tanggung jawab atas segala perbuatannya.

(8)

Melalui kedewasaan yang dimiliki oleh seoran guru, maka siswa akan merasa terlindungi oleh sosok pengayom dan pembimbingnya dalam proses belajar mengajar, dan minat belajar siswapun meningkat, yang nantinya akan berdampak pada kedisiplinan belajarnya.

c. Pribadi yang disiplin

Disiplin dalam bahasa Indonesia mempunyai arti ketaatan kepada peraturan atau tata tertib dan ketentuan lainnya. Istilah ketertiban mwempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau di sebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya, isitilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri seseorang (Tu’u, 2004:31).

Disiplin adalah kunci kesuksesan seseorang termasuk guru. Seorang guru yang menghendaki kesuksesan dalam melaksanakan tugas prosfesinya maka harus memiliki disiplin tinggi. Secara konseptual, kedisiplinan adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya padaa saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Guru yang memiliki sikap disiplin biasanya akan datang tepat waktu. Ia akan mengajar dengan penuh rasa tanggung jawab, menataati ketentuan yang berlaku di sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan, disiplin merupakan sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga hingga berlanjut dalam pendidikan sekolah sebagai tempat yang penting bagi pengambangan disiplin seseorang. Jadi, Bentuk perwujudan seorang guru dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, guru harus mampu menjadi pembimbing, contoh, teladan, pengawas, dan pengedali seluruh perilaku peserta didik.

d. Pribadi yang memilik rasa percaya diri

(9)

Percaya diri atau optimis adalah keadaan seseorang yang mampu mengendalikan serta menjaga keyakinan (Rahman, 2016:76-77). Seorang guru yang mempunyai rasa percaya diri akan sangat mempengaruhi gairah dan semangat para siswa dalam belajar. Suasana kelas akan terasa menyenangkan dan kondusif untuk belajar apabila gurunya memiliki rasa percaya diri untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi di dalam kelas.

John Fereira, seorang konsultan dari Deloitte and Touche Consulting sebagaimana dikutip oleh Ginanjar (2001) mangatakan bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan mampu mengendalikan diri serta menjaga keyakinan diri dan mampu membuat perubahan pada lingkungannya. Untuk menumbuhkan sikap percaya diri, guru harus memiliki mental yang baik, kebugaran tubuh, menguasai materi pembelajaran, serta memiliki kemampuan didaktik dan metodik. Selain itu, guru harusberpandangan positif terhadap diri dan siswanya, memahami tujuan pembelajaran dan mempunyai harapan yang baik tentang masa depan siswanya.

Sikap optimis guru sangat penting dimiliki, sebab sikap ini akan menular kepada siswanya. Bila seorang guru tampil dengan sangat optimis ketika dalam proses pembelajaran, maka siswapun akan bersemangat dan optimis dalam belajar.

e. Pribadi yang arif dan penyabar

Arif dapat di artikan bijaksana, cerdik, pandai; berilmu; juga berarti tahu;

mengetahui. Indikator kepribadian yang arif yaitu: menampilkan tindakan yang di dasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. Banyak perilaku peserta didik yang menyimpang bahkan bertentangan dengan norma yang berlaku di sekolah seperti merokok di lingkungan sekolah, menyemir rambut, tidak mengerjakan PR, berkelahi, dan sebagainya. Tugas guru dalam pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi.

f. Pribadi yang berwibawa

(10)

Undang-undang Tahun 2003 No. 20, tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional (Rahhman, 2016:74). Sebagai pendidik, tentu ia menginginkan dirinya berwibawa di depan anak didiknya.

Wibawa adalah sikap dan penampilaan yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat. Indikator kepribadian yang berwibawa yaitu memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku yang disegani. Maksud dari kewibawaan disini berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk dipatuhi dan ditaati (Suyanto, 2013:42).

Berkaitan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial dan intelektual dalam pribadinya. Guru juga harus memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang yang dikembangkannya. Guru hendaknya juga mampu mengambil kepustusan secara independen terutama dalam kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus bisa mengambil keputusan secara cepat dan tepat sasaran.

Untuk membangun kewibawaan, seorang guru hendaknya memperhatikan beberapa hal beriku (Rahman, 2016:76):

1) Kesesuaian kata dengan perbuatan 2) Menjadi orang yang pertama melakukan 3) Menjadikan kata sebagai ikatan

4) Berpegang pada nilai hakiki g. Pribadi yang jujur dan adil

Berdasarkan Hasan Alwi, (2002:591), jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus, ikhlas. Kejujuran adaalah kualitas suara hati yang hanya akan menetap pada pribadi yang kuat. Kejujuran adalah kesetiaan kepada kebaikan. Kejujuran adalah ketulusan hati, sifat (keadaan) jujur. Maka, sebagai pribadi yang jujur, berpikirlah secara jujur, rasakanlah dengan jujur, dan bertindak jujur. Kejujuran adalah ketepatan. Dengannya, orang yang jujur hidup dalam ketepatan (Rahman, 2016:45).

Guru dituntut untuk bersikap jujur kepada siswanya, berani mengatakan tidak tahu ketika benar-benar belum tahu. Hal inilah yang dipesankan oleh Al-

(11)

Ghazali, bahwa guru harus mau mengatakan tidak tahu jika ia memang belum tahu. Bersikap jujur baik dalam perbuatan maupun perkataan. Sikap jujur yang ditunjukkan guru akan membentuk kepribadiannya dan akan berpengaruh pada pembentukan kepribadian peserta didiknya.

Adil maknanya tidak berat sebelah, tidak berpihak, atau berpegang pada kebenaran, dan tidak sewenang-wenang Hasan Alwi, (2002:10).Guru yang memiliki kepribadian akan memperlakukan siswa dengan seadil-adilnya, tidak memilah dan memilih dalam memperlakukan siswa. Ia tidak memandang apakah siswanya itu pintar atau bodoh, ia tetap memperlakukan siswa dengan sebaik- baiknya.

Guru yang adil akan memperlakukan siswanya secara adil. Adil ukan berarti sama rata, karena sama rata tidak sama dengan adil. Adil adalah menempatkan sesuatu sesui dengan tempatnya. Begitupun dengan guru yang adil, ia akan memperlakukan peserta didiknya sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya.

h. Pribadi yang berakhlak mulia

Akhlak mulia adalah perilaku yang di dasarkan pada ajaran-ajaran agama, norma-norma sosial dan tidak bertentangan dengan adat-istiadat masyarakaat setempat. Akhalak mulia ini bersumber dari kitab suci agama. Oleh karena itu, akhlak mulia bersifat universal karena dapat diterima oleh siapapun dan dimanapun (Rahman, 2016:47).Akhlak secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khuluq yang artinya perangai, tabiat, pekerti. Sedangkan secara terminology akhlak adalah kemampuan atau kondisi jiwa yang merupakan sumber dari segala kegiatan manusia yang dilakukan secara spontan tanpa pemikiran. Akhlak terbentuk dari latihan dan praktek berulang (pembiasaan). Sehingga jika sudah menjadi akhlak maka tidak akan mudah dihapus.

Akhlak adalah budi pekerti; kelakuan, E. Muyasa (2007:47). Mulia berarti tinggi (tentang kedudukan, pangkat, martabat), tertinggi, terhormat, juga berarti luhur, baik budi pekerti maupun hati.

Indikator dari kepribadian akhlak mulia dan dapat menjadi teladan yaitu bertindak sesuai norma agama, iman dan takwa, jujur, ikhlas, dan memiliki

(12)

perilaku yang pantas untuk diteladani siswa. Guru yang baik harus memiliki akhlak yang mulia. Oleh karena itu, guru harus mempunyai akhlak karena guru merupakan seorang penasihat bagi peserta didiknya.

Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan perjuangan dan pembiasaan.

Dalam hal ini, setiap guru hendaknya harus menempatkan dan meluruskan kembali niatnya bahwa menjadi seorang guru bukan untuk mememnuhi kebutuhan duniawi, akan tetapi semata-mata untuk mengabdi dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengamalkan ilmu yang dimiliki. Melalui guru yang telah dijelaskan di atas, penulis berharap semoga menjadi ajang pembentukkan karakter bangsa yang berakhlak mulia.

i. Pribadi yang dapat menjadi teladan

Keteladanan dalam diri seseorang akan berpengaruh pada lingkungannya.

Disadari atau tidak, keteladanan yang diberikan oleh tokoh masyarakat akan memberikan warna yang cukup besar kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan, keteladanan mampu mengubah perilaku masyarakat. Dengan keteladanan yang ditunjukkan seorang tokoh dengan mudah akan mempengaruhi banyak orang untuk mewujudkan suatu tujuan. Demikian pula keteladanan yang dicontohkan oleh seorang guru.

Adanya pameo yang mengatakan bahwa guru adalah sosok yang digugu dan ditiru memang bukan sekedar isapan jempol semata. Keberadaannnya sebagai pendidik kerapkali menjadi panutan dan contoh bagi anak didik dan masyarakat (Rahman, Gunawan, 2016:50).

Keteladanan seorang guru dapat dicontoh dari keteladanan nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam Tafsir Al-Misbah (2002:243) yang menjelaskan tentang kepribadian nabi yang patut dijadikan role model yaitu sebagai berikut:

َم ْوَيْلا َو َهَّللا وُج ْرَي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌة َوْسُأ ِهَّللا ِلوُسَر يِف ْمُكَل َناَك ْدَقَل َو َر ِخ ْلْا

َرَكَذَ

اًريِثَك َهَّللا

(13)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. “(al-Ahzab ayat 21, Shihab 2002:243).

Pertama, Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (2002) Surat al-Ahzab ayat 21 ini turun khusus ketika peritiwa perang khandaq yang sangat memberatkan kaum muslimin saat itu. Nabi dan para sahabat saat itu benar-benar dalam keadaan susah dan lapar, sampai-sampai para sahabat mengganjal perut dengan batu demi menahan perihnya rasa lapar. Mereka berkeluh kesah kepada Nabi. Adapun Nabi, benar-benar beliau adalah suri tauladan dalam hal kesabaran ketika itu. Nabi bahkan mengganjal perutnya dengan dua buah batu , namun justru paling gigih dan sabar. Kesabaran Nabi dan perjuangannya tanpa sedikitpun berkeluh kesah dalam kisah perang khandaq.

Orang-orang beriman, memuji sikap mereka yang meneladani Nabi SAW. Ayat di atas menyatakan: Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah yakni Nabi Muhammad SAW. Suri tauladan yang baik bagi kamu yakni bagi orang yang senantiasa mengharap rahmat kasih sayang Allah dan kebahagiaan di Hari Kiamat, serta teladan bagi mereka yang berzikir mengingat kepada Allah dan menyebut-menyebut nama-Nya dengan banyak baik dalam suasana susah maupun senang.

Kata uswah atau iswah berarti teladan. Pakar tafsir al-Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat di atas, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasulullah. Prertama, dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua, dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama. ‘Abbas Mahmud al-‘Aqqad dalam bukunya

“Abqariyat Muhammad menjelaskan: Ada empat tipe manusia, yaitu pemikir, pekerja, seniman, dan yang jiwanya larut dalam ibadah. Jarang ditemukan satu pribadi yang berkumpul dalam dirinya dan dalam tingkat yang tinggi dua dari keempat tipe tersebut, dan mustahil keempatnya berkumpul pada diri seseorang.

Namun yang mempelajari pribadi Rasul akan menemukan bahwa keempatnya bergabung dalam peringkatnya yang tertinggi pada kepribadian beliau.

(14)

Berkumpulnya keempat tipe dalam kepribadian Rasul ini, dimaksudkan agar seluruh manusia dapat meneladani sifat-sifat terpuji Rasul.

Kedua, tafsir al-Qurthubi (2009:387-390) menjelaskan bahwa ayat diatas merupakan sindiran terhadap orang-orang yang absen dari peperangan.

Maksudnya adalah, mengapa kalian tidak ikut berperang padahal kalian telah diberikan contoh yang baik dari Nabi SAW, dimana beliau telah berusaha dengan keras untuk memperjuangkan agama Allah dengan cara ikut berperang khandak.

Sedang menurut Aqabah bin Hassan Al-Hijri teladan yang dimaksud pada ayat ini adalah kelaparan yang dirasakan oleh Nabi SAW.

Ketiga, menurut al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi (1992:277) menjelaskan bahwa maksud dari surat al-Ahzab ayat 21 ini menunjukkan bahwa sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah dihadapan kalian menghendakinya kalian mencontoh Rasulullah SAW. Sosok Nabi Muhammad SAW dan kepribadian beliau merupakan teladan bagi umat Islam.

Keteladan Rasulullah tercermin dari semua tindakan, ketentuan, atau perkatannya senantiasa selaras dengan al-Qur’an dan benar-benar merupakan mempraktekan apa yang terkandung di dalam al-Qur’an. Semua perintah dilaksanakan, semua larangan dijauhi, dan semua isi al-Qur’an dilaksanakan dalam kehidupan sehari- hari.

Berdasarkan beberapa tafsir mengenai surat al-Ahzab ayat 21 di atas, dapat disimpulkan bahwa nabi merupakan suri tauladan yang baik bagi umatnya. Allah menurunkan ayat ini bertujuan untuk mengingatkan hamba-Nya bahwa Nabi Muhammad adalah manusia sempurna; berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, berwibawa, jujur dan adil, sabar, merupakan nabi, rasul dan sekaligus manusia yang patut dijadikan contoh dalam berkehidupan. Begitupun dengan seorang guru, meskipun guru bukanlah manusia yang sempurna tetapi guru merupakan salah satu khalifah yang bertugas untuk mengajar dan mendidik murid-muridnya.

Oleh karena itu, diharapkan seorang guru dapat mencontoh dan memiliki akhlak dan kepribadian yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat memberikan efek yang baik terhadap murid-muridnya dan mengikuti kepribadian baik yang dimiliki oleh guru PAI nya.

(15)

4. Cara Mengembangkan Kompetensi Kepribadian Guru

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, megajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Menristek Nomor 55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru bahwa untuk menjamin terselenggaranya pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan guru sebagai pendidik professional sesuai dengan perkembangan zaman perlu disisun standar nasional. Oleh karaena itu, untuk menoptimalkan kompetensi kepribadian guru harus dilakukan dengan upaya sebagai berikut:

a. Mengevaluasi Kinerja Sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalama mengajar merupakan modal besar untuk meningkatkan kualitas pengajaran di dalam kelas. Pengalam di kelas memberikan wawasan bagi guru untuk memahami karakter anak-anak, dan bagaimaa cara terbaik untuk menghadapi keragaman tersebut. Guru jadi tahu metode apa yang cocok bagi suatu mata pelajaran, karena ia pernah mencobanya berkal-kali.

Tujuan evaluasi kinerja diri adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran di masa mendatang. Umar bin Utbah berkata kepada guru anaknya: “hal pertama yang harus anda lakukan dalam mendidik anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri, karena matayamelihatmu.Kebaikan bagimu adalah apa yang kau lakukan, dan keburukan adalah apa yang kau tingggalkan,” (Musfah,2001:48)

b. Menjadi Pembelajar Mandiri

Diantara sifat yang harus dimiliki ialah pembelajar yang baikatau pembelajar mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut ilmu. Sebagai contoh kecil yaitu kegemarannya membaca dan berlatih keterampilan yang dapat menunjang profesinya sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisiten sebagai pembelajar mandiri,

(16)

yang cerdas memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada di sekolah dan lingkungannya (Musfah,2001:49).

c. Memiliki Religuitas

Religuitas erat kaitannya dengan kompetensi kepribadian karena masih berhubungan dengan akhlak mulia dan kepribadian seorang muslim. Akhlak mulia timbul karena seseorang percaya pada Allah sebagai pencipta yang memiliki nama-nama baik dan sifat terpuji. Budi pekerti yang tumbuh subur dalam pribadiyang khusyuk menjalankan ibadah vertical dan horizontal.

Pribadi yang selalu menghayati ritual ibadah dan mengingat Allah akan melahirkan sikap terpuji (Musfah,2001:49-50).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Kepribadian Guru Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi kompetensi kepribadian guru, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dan eksternal itu bisa mempengaruhi kepribadian seseorang. Seseorang yang dari lahirnya atau keturunan dari orang tuanya baik bisa berubah menjadi tidak baik karena faktor lingkungannya tidak baik. Sebaliknya jika Seseorang yang dari lahirnya atau keturunan dari orang tuanya tidak baik tetapi berada dilingkungan yang baik maka kepribadiannya bisa berubah menjadi baik. Jadi kedua faktor itu harus saling mendukung jika ingin memiliki kepribadian yang baik.

Sejak dahulu memang sudah disepakati bahwa pribadi tiap orang tumbuh atas dua kekuatan yaitu kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar, dan faktor dari luar, faktor lingkungan, atau yang oleh K.H Dewantara dalam buku Yusuf & Juntika (2011: 21) disebut faktor ajar. Kepribadian dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu : faktor dari dalam dirinya dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri biasanya sudah ada sejak lahir atau faktor turunan, dan faktor dari luar yaitu faktor yang lingkungan sekitarnya.

a. Faktor Internal (Genetika atau Pembawaan)

(17)

Faktor dari dalam diri biasanya sudah ada sejak lahir atau faktor turunan.

Secara tidak langsung gen tidak berpengaruh terhadap kepribadian guru, karena yang di pengaruhi gen secara langsung adalah; kualitas system syaraf, keseimbangan biokimia tubuh, dan struktur tubuh. Fungsi dari genetik dalam kaitannya dengan kepribadian guru adalah sebagai sumber bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi, tempramen dan membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi gen) dan mempengaruhi keunikan kepribadian. Cattel kk, mengemukakan bahwa

“kemampuan belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu sendiri”. Misalnya kapasitas fisik (perawatan, energi, kekuatan dan kemenarikannya), dan kapasitas intelektual (cerdas, normal, terbelakang). Meskipun begitu, batas-batas perkembangan kepribadian, bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, kebudayaan dan sekolah.

1) Faktor Keluarga

Keluarga di pandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian guru. Alasannya adalah :

a) Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi guru

b) Guru banyak menghabiskan waktunya dilingkungan keluarga dan

c) Para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian guru. Keluarga juga dipandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insan, terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik dari orang tua, guru dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-biologis, maupun kebutuhan sosip-psikologisnya. Apabila guru dapat

(18)

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka dia cenderung berkmbang menjadi seorang pribadi yang sehat. (Mustofa, 2005:198).

2) Faktor Kebudayaan

Menurut Kluckhon bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari.

Kebudayaan mempengaruhi kita untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat oleh orang lain untuk kita. Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras atau suku) memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang khas, kebudayaan masyarakat tempat guru tersebut tinggal memberikan pengaruh terhadap dirinya, baik yang menyangkut cara berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, atau cara berperilaku. (Munawar Khalil, 2010: 42).

3) Faktor Sekolah

Lingkungan sekolah dapat memengaruhi kepribadian diri. Menurut Sidik Tono dkk (1998: 106) faktor-faktor yang di pandang berpengaruh itu diantaranya sebagai berikut :

a) Iklim emosional kelas

b) Sikap dan perilaku guru senior c) Disiplin (tata tertib)

d) Prestasi guru

Tidak jauh berbeda dengan penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi kepribadian guru diatas, Ngalim Purwanto (2004:160- 163) berpendapat bahwa ada bebarapa faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi kepribadian guru yaitu:

1) Faktor Biologis

Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetic, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, dan lain sebagainya. Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir. Keadaan ini menunjukkan bahwa sifat- sifat jasmani ang ada pada setiap oran ada yang diperoleh dari keturunan dan

(19)

adapula yang merupakan pembawaan seseorang. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.

2) Faktor Sosial

Faktor sosial yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah masyarakat, yakni manusia-manusia lain disekitar individu., termasuk juga didalamnya yang masih merupakan faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan, bahsa, dan hal lain yang masih berlaku dimasyarakat. Seseorang memulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya yaitu dengan keluarga. Dalam perkembangan seseorang , peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya . Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan seseorang. Pengaruh keluarga sejak kecil merupakan pengaruh yang sangat besar dan mendalam yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini disebabkan karena pengaruh keluarga merupakan pengaruh yang diterima oleh seseorang dengan intensitas sangat tinggi dan berlangsung secara terus-menerus, berkaitan dengan keadaan emosianal seseorang. Jadi dapat dikatakan bahwa faktor sosial merupakan faktor yang berpengaruh dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian seseorang.

3) Faktor Kebudayaan

Pembentukan dan perkembangan kepribadian pada diri seseorang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat sekitarnya. Beberpa aspek kebudayaan yang dapat mempengaruhi Pembentukan dan perkembangan kepribadian pada diri seseorang adalah :

a. Nilai-nilai (Values) b. Adat dan istiadat

c. Pengetahuan dan keterampilan d. Bahasa

e. Milik kebendaan

Kompetensi kepribadian merupakan hal yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak bisaberdiri sendiri, karena segala sesuatunya merupakan sebab- akibat. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa kompetensi kepribadian dapat

(20)

dipengaruhi dari faktor eksternal yang didalamnya meliputi faktor pembawaan dan keturunan, kemudian faktor internal yang dapat mempengaruhi kompetensi kepribadian yaitu faktor keluarga, masyarakat sekitar, lingkungan budaya dan sekolah

B. Disiplin Belajar Siswa

1. Pengertian dan Macam-macam Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Belajar

Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin yaitu “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris yaitu “Disciple” yang artinya mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan- peraturan yang dibuat oleh pemimpin. (Tu’u, 2004:30). Sejalan dengan pendapat tersebut, Mulyasa (2006:191) berpendapat bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu system tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati.

Istilah disiplin dalam bahasa Indonesia, terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena dorongan atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya, istilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari luar diri seseorang. Menurut Tu’u (2004-44) terdapat disiplin yang bersifat memaksa yang lebih dikenal dengan istilah disiplin otoritarian. Disiplin otoritarian bersifat memaksa kehendak orang lain tanpa mempertimbangkan dampaknya. Dalam disiplin ini, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin diminta untuk mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku. Apabila ada yang melanggar disiplin tersebut, maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman berat. Tapi, apabila berhasil mematuhi peraturan yang telah ditentukan tersebut, kurang

(21)

mendapatkan penghargaan karena disiplin otoritarian sudah dianggap sebagai kewajiban.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku seseorang.

Belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang (Rifa’i dan Anni, 2011:82). Sementara Hamalik dalam Susanto (2013:4) menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan, sikap, dan keterampilan.

Menurut Slavin (dalam Rifai dan Anni, 20011:82) menjelaskan bahwa belajar merupakan individu yang disebabkan oleh interaksi antar individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010:2) , belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannaya.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakaian proses yang dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan, baik perubahan pengetahuan, pengalaman maupun perilakunya. Jika dikaitkan dengan pendidikan, dengan belajar siswa diharapkan dapat merubah dan meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik kearah yang lebih baik.

Pengertian disiplin dan belajar yang telah diuraikan, dapat peneliti simpulkan bahwa disiplin belajar merupakan serangkaian sikap, tingkah laku, perilaku siswa yang menunjukkan pada kepatuhan peraturan, norma, atau tata tertib yang berada di sekolah maupun di rumah, baik karena kesadaran dirinya sendiri ataupun paksaan dari pihak lain yang telah ditetapkan bersama antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan orang tuanya.

Gie (1988:59) menjelaskan bahwa disiplin belajar akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik dan pembentukkan watak yang baik. Sedangkan menurut Tu’u (2004:41)

(22)

menjelaskan bahwa disiplin belajar dapat terbentuk melalui dua cara yaitu dengan kesadaran diri dan pemaksaan . Disiplin yang terbentuk melalui dorongan kesadaran diri akan lebih baik., kuat dan tidak mudah hilang.

Sebaliknya, disiplin yang terbentuk karena pemaksaan, akan cepat pudar.

Menurut Arikunto (1990:24), disiplin belajar ditunjukkan dengan empat perilaku, yaitu:

1. Perilaku disiplin di dalam kelas 2. Perilaku disiplin di luar kelas

3. Perilaku disiplin di lingkungan sekolah dan 4. Perilaku disiplin dirumah.

b. Macam-macam Disiplin

Tu’u (2004:46) membagi disiplin dalam beberapa macam, yaitu:

1. Disiplin Otoritorian

Disiplin otoritorian dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta untuk mematuhi dan menaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, maka akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebalikya, bila berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap sebagai kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapat penghargaan.

Disiplin otoritorian selalu berarti pengendalian tingkah laku berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang. Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan. Tidak diberi kesempatan bertanya mengapa disiplin itu harus dilakukan dan apa tujuannya. Disini dapat terjadi orang patuh dan taat pada aturan yang berlaku, tetapi merasa tidak bahagia, tertekan dan tidak aman karena walaupun terlihat baik tetapi dibaliknya ada keidakpuasan, pemberontakan dan kegelisahan.

(23)

2. Disiplin Permisif

Disiplin permisif disini berarti seseorang dibiarkan bertindak menurut keinginannya, kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat sesuatu, dan ternyata melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak permisif ini berupa kebingungan dan kebimbangan. Penyebabnya karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mana yang dilarang, atau bahkan menjadi takut, cemas, dan juga dapat menjadi agresif serta liar tanpa kendali.

3. Disiplin Demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelsan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Disiplin ini menakankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan, menoreksi dan mendidik.

Disiplin demokratis berusaha mengambangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri sehingga siswa memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Oleh karena itu, bagi yang berhasil mematuhi dan menaati disiplin, kepadanya diberikan pujian dan penghargaan. Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung jawab dapat berkemban’lg. Siswa patuh dan taat karena di dasari kesadaran dirinya. Mengikuti peraturan-peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan atas kesadaran dan tanggung jawab.

Tu’u (2004:46) menjelaskan bahwa selain macam-macam disiplin yang telah dijelaskan di atas. ada juga disiplin individu dan sosial. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut:

a) Disiplin individu

Disiplin individu yang dikembangkan dan dimiliki seseorang.

Disiplin ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan kemauan mengendalikan diri. Disiplin ini lahir dari dalam dirinya karena adanya kesadaran diri untuk mengikuti dan menaati aturan yang berlaku.

(24)

b) Disiplin sosial

Disiplin sosial merupakan perwujudan adanya disiplin pribadi yang berkembang melalui kewajiban pribadi dalam individu dan karakter.

2. Indikator Disiplin Belajar

Prijodarminto (2004: 86) mengemukakan bahwa siswa yang mempunyai disiplin belajar memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki nilai-nilai ketaatan yang berarti individu memiliki kepatuhan terhadap peraturan yang ada di lingkungannya,

b. Memiliki nilai-nilai ketaraturan yang berarti individu mempunyai kebiasaan melakukan kegiatan dengan teratur dan tersusun rapi.

c. Memiliki pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma kriteria dan standar yang berlaku di masyarakat.

Menurut Arikunto dan Setyaningrum (2011: 12-13) dalam penelitiannya mengenai kedisiplinan dibagi menjadi 3 macam aspek kedisiplinan, yaitu:

a. Perilaku disiplin di dalam kelas,

b. Perilaku disiplin di luar kelas ( lingkungan sekolah) c. Perilaku disiplin di rumah

Sedangkan Tu’u (2004: 91) dalam penelitiannya, berpendapat bahwa disiplin sekolah menemukan indikator yang menunjukkan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah.

Indikatornya meliputi:

a. dapat mengatur waktu belajara di dalam rumah b. rajin dan teratur dalam belajar

c. perhatian yang baik saat belajar dikelas, dan d. ketertiban diri saat belajar

Berdasarkan beberapa indikator yang telah disebutkan di atas mengenai disiplin belajar, maka peneliti menggunakan indikator yang dikemukakakan oleh Arikunto dan Setyaningrum.

(25)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar

Kedisiplinan siswa terbentuk dan terbina melalui berbagai cara, disiplin tidak terbentuk begitu saja namun perlu latihan dan pembinaan serta kemauan diri siswa. Menurut Tu’u (2004: 48-50) disiplin dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, hukuman, teladan, lingkungan yang berdisiplin, dan latihan berdisiplin. Ketujuh faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang berdisiplin baik dilingkungan sekolah ataupun lingkungan keluarga.

a. Faktor kesadaran diri

Kesadaran diri adalah saat siswa memahaami dan mengerti pentingnya disiplin bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Ketika seorang siswa menyadari disiplin penting maka siswa akan selalu senantiasa berdisiplin sehingga hasil belajar di sekolah menjadi lebih baik.

b. Faktor pengikutan dan ketaatan

Faktor pengikutan dan ketaatan merupakan kelanjutan dari kesadaran diri.

Setelah siswa memiliki kesadaran diri bahwa disiplin penting maka siswa akan melakukan sikap atau perilaku taat akan aturan. Hal ini merupakan pengikutan atau ketaatan, artinya siswa mengikuti atau menaati peraturan-peraturan yang berlaku.

c. Alat pendidikan

Alat pendidikan merupakan faktor selanjutnya yang mempengaruhi, mrngubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan . Dengan alat pendidikan, disiplin siswa dapat dibentuk dan dilatih sehingga siswa mempunyai kedisiplinan yang baik biasanya diikuti dengan hukuman yang digunakan sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan hal salah sehingga siswa kembali pada perilaku yang diharapkan.

d. Faktor keteladanan

Faktor teladan berupa contoh akan lebih bermakna dibandigkan kata-kata, nasehat, peringatan atau perintah. Teladan yang dilakukan oleh orang tua, guru

(26)

dan semua pihak yang berada di lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan bermain akan mempengaruhi siswa secara tidak langsung

e. Lingkungan berdisiplin

Lingkungan berdisiplin merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh , karena lingkungan tersebut merupaka tempat siswa bergaul dan berinteraksi.

Ketika lingkungan tidak disiplin maka siswa akan ikut menjadi tidak disiplin, begitupun sebaliknya.

f. Latihan berdisiplin

Disiplin dapat dicapai dengan cara membentuk melalui latihan dan kebiasaan yang dilakukan secara berulang, dalam praktik disiplin sehari-hari. Sehingga siswa terbiasa, dan akhirnya siswa menjadi diri sendiri sehingga terbentuk disiplin dari dalam diri.

Menurut Darmadi (2017: 322-323) banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap disiplin siswa ddalam belajar atau disiplin belajar, yaitu:

a. Keteladanan

Keteladanan orang tua sangat mempengaruhi dikap disiplin anak, sebab sikap dan tindak tanduk atau lingkah laku orang tua sangat mempengaruhi sikap dan akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua bukanlah hanya sebagai pemberi kebutuhan anak secara materi tapi orang tua juga adalah sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk menjadi suri tauladan bagi anaknya.

b. Kewibawaan

Orang tua yang berwibawa dapat memberi pengaruh yang positif bagi anak, kewibawaan adalah pancaran kepribadian yang menimbulkan pengaruh positif sehingga orang lain mematuhi perintah dan larangannya. Orang yang berwibawa menampakkan sikap dan nilai yang lebih unggul untuk diteladani.

Kewibawaan yang dimiliki oleh orang tua sangat menentukan kepada pembentukan kepribadian anak. Anak yang terbiasa melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk orang tua, maka dalam dirinya itu sudah tertanam sikap disiplin, dan sebaliknya apabila orang tua sudah tidak memiliki kewibawaan, akan sulit bagi orang tua tersebut untuk mengarahkan dan

(27)

membimbing anak dan yang akan terjadi adalah tindakan-tindakan indisipliner, dengan demikian kewibawaan sangat mempengaruhi perilaku anak.

c. Kesadaran

Agar disiplin di lingkungan keluarga dapat berjalan dengan baik, maka sangat diharapkan kerjasama antar semua yang ada di rumah tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sangat diharapkan adanya kesadaran anak itu sendiri dalam membina kedisiplinan. Anak harus menyadari kedudukannya sebagai anak yang memerlukan orang tua.

d. Hukuman dan Ganjaran

Hukuman dan ganjaran merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi perilaku. Apabila anak melakukan suatu pelanggaran atau suatu perbuatan yang tidak terpuji dan tidak mendapat terguran dari orang tua maka akan timbul dalam diri anak tersebut suatu kebiasaan yang kurang baik.

e. Lingkungan

Lingkungan tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi disiplin.

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Pada umumnya apabila lingkungan baik, maka akan berpengaruh terhadap perbuatan yang positif dan begitupun sebaliknya. Agar dapat terlaksana sikap disiplin belajar siswa yang diharapkan, maka ketiga lingkungan tersebut harus saling membantu, saling menolong, kerjasama, karena masalah pendidikan itu sudah sewajarnya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, dalam hal ini guru/sekolah, orang tua/keluarga dan begitu juga masyarakat yang berada di lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa sikap disiplin tidak serta-merta terbentuk secara tiba-iba. Akan tetapi, ada banyak faktor yang mempengaruhi sikap disiplin belajar pada seseorang seperti faktor lingkungan, kesadaran dari dalam diri, keteladanan dan kewibawaan dari orang lain, hukuman dan hadiah, dan latihan agar seseorang mempunyai sikap disiplin.Selain itu, disiplin merupakan salah satu cara bagi siswa untuk meraih cita-citanya, karena

(28)

dengan disiplin apalagi disiplin dalam belajar, keuletannya dalam belajar maka siswa akan mudah untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.

4. Urgensi dan Fungsi Disiplin Belajar

Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang mempunyai keunggulan. Disiplin sangat diperlukan bagi siswa agar ia memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik akan dimiliki siswa dengan dengan jalan latihan berdisiplin. Disamping itu, Tu’u (2004: 37) berpendapat bahwa disiplin itu penting karena alas an sebagai berikut:

a. Disiplin yang muncul karena kesadaraan diri, siswa berhasil dalam belajarnya.

Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusi bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma- norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.

d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan keaatan merupakan prsyarat kesuksesan seseorang.

Maman Rachman dalam Tu’u (2004: 35) menjelaskan pentingnya disiplin bagi para siswa yakni sebagai berikut:

a. Memberi dukungan bagi terbentuknnya perilaku yang tidak menyimpang.

b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya.

c. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu datu dengan individu lainnya.

d. Disiplin menjauhi siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.

(29)

e. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.

Kedisiplinan diperlukan dalam lingkungan sekolah, terutama bagi siswa.

Dengan adanya kedisiplinan, dapat mengarahkan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disiplin juga dapat menjadi sarana dalam mendidik anak agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, sehingga anak sadar bahwa dengan kedisiplinan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

Sikap disiplin akan membuat seseorang (siswa) memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Selain itu, menurut Gie (1997:51) disiplin juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik pula. Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa, disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seorang siswa sukses dan belajar dan kelak ketika bekerja. Tu’u ( 2004: 38-42) menjelaskan fungsi disiplin sebagai berikut:

a. Menata kehidupan bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepetuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. Jadi, fungsi disiplin yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau masyarakat.

b. Membangun kepribadian

Kepribadian merupakan keseluruhan sifat, tingkah laku dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan sehari- hari. Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, pergaulan, masyarakat dan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Disiplin membuat seseorang terbiasa mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang berlaku. Kebiasan itu lama- kelamaan masuk ke dalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi milik

(30)

kepribadiannya. Jadi, lingkungan yang disiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

c. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu singkat. Semua itu terbentuk melalui proses panjang yang disebut latihan. Demikian pula, kepribadian yang tertib, teratur, taat, patuh, perlu dibiasakan dan dilatih. Latihan yang berulang-ulang diperlukan agar kepribadian berdisiplin yang sudah terbentuk tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik.

d. Pemaksaan

Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab . Disiplin dapat terjadi karena dua hal. Pertama, disiplin terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Kedua, disiplin terjadi karena adanya pemaksaan dan memberi pengaruh kurang baik bagi anak. Namun, disiplin berfungsi untuk memaksa seseorang agar mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungannya.

Walaupun disiplin yang terbentuk karena paksan tersebut tidak tahan lama, akan tetapi dengan pendampingan guru di sekolah dan orang tua di rumah secara rutin melalui pembiasaan dan latihan disiplin dapat menyadarkan anak bahwa disiplin itu penting baginya.

e. Hukuman

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi tersebut diharapkan mempunyai nilai pendidikan, tidak hanya bersifat menakut-nakuti siswa saja. Tata tertib yang sudah disusun dan disosialisasikan seharusnya diikuti dengan penerapan secara konsisten dan konsekuen. Siswa yang melanggar peraturan harus diberi perbuatan yang salah akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya.

(31)

f. Menciptakan lingkungan kondusif

Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan. Dalam proses pendidikan terdapat proses mendidik., mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut yaitu kondisi aman, tenteram, teratur, saling menghargai dan hubungan pergaulan yag baik. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan.

5. Cara Membentuk dan Menumbuhkan Disiplin Belajar

Disiplin tidak terbentuk secara spontanitas, akan tetapi dapat dibentuk melalui latihan berdisiplin. Dalam hal ini Tu’u (20014: 48-50) menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi dan membentuk disiplin, antara lain:

a. Kesadaran diri

Kesadaran diri sebagai pemahaman bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif yang sangat kuat terwujudnya disiplin. Karena melalui kesadaran diri, seseorang dapat memahami bahwa pentingnya sikap disiplin untuk diterapkan dalam kehidupan sehari dalam berbagai aktivitas kehidupan

b. Pengikutan dan ketaatan

Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan yang mengatur perilaku individu. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri.

c. Alat pendidika

Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

d. Hukuman

Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.

(32)

Dalam membentuk kedisiplinan siswa harus komperhensif kegiatan yang dilakukan siswa baik dirumah, dikelas dan di sekolah. Tidak mudah memang, namun kedisiplinan dapat terbentuk dengan bantuan sikap dan perilaku yang menunjang kedisiplinan dapat terbentuk dengan bantuan sikap dan perilaku yang menunjang kedisiplinan belajar, seperti sebagai berikut:

a. Menaati tata tertib sekolah

b. Perilaku kedisiplinan di dalam kelas c. Disiplin dalam menepati jadwal belajar d. Belajar secara teratur

Disiplin belajar merupakan usaha untuk menanamkan kesadaran pada setiap personal tentang tugas dan tanggungjawabnya agar menjadi orang yang bersedia dan mampu memikul tanggungjawab atas semua pekerjaannya (Nawawi:

1984:128). Jadi dalam menanamkan pendidikan pada anak perlu menanamkan pendidikan kedisiplinan, artinya menumbuhkan dan mengembangkan pengertian- pengertian yang berasal dari luar yang merupakan proses untuk melatih dan mengajarkan anak bersikap dan bertingkah laku sesuai harapan.

penjelasan diatas telah menunjukkan bahwa disiplin belajar itu sangat penting karena alasan berikut:

a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah atau rumah, pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembalajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah, anak-anak dibiasakan dengan norma- norma nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.

d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa anak sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.

(33)

Menurut Darmadi (2017 : 329-230) untuk menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar, maka siswa harus membiasakan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengikuti pedoman umum untuk belajar b. Keteraturan dalam belajar

Keteraturan merupakan unsur pokok dalam pelaksanaan disiplin belajar, karena dengan belajar yang teratur siswa akan menemukan sendiri cara belajar yang baik dan tentunya akan berpengaruh terhadap efektivitas belajar siswa. Hal ini sebagaimana pendapat The Liang Gie, bahwa keteraturan dalam belajara merupakan salah satu unsur disiplin yang ikut menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

c. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap sesuatu dengan mengesampingkan semua masalah yang tidak berhubungan .

d. Tertib dalam belajar

Tertib dalam belajar adalah apabila seorang siswa menyusun tata tertib dalam belajar sehingga siswa dapat belajar dengan tertib, kontinue, dan konsisten sesuai dengan tata tertib yang telah dibuatnya.

e. Tertib dalam menggunakan perpustakaan

Tidak ada kegiatan belajar yang dapat dilakukan tanpa membaca dan sumber bacan adalah buku.

f. Mengatur waktu

Pengelompokkan waktu. Salah satu yang dihadapi anak adalah penggunaan waktu dalam belajar. Banyak anak yang mengeluh kekurangan waktu untuk belajar, tetapi sebenarnya anak kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Penjatahan waktu. Untuk belajar secara teratur setiap hari harus mempunyai rencana kegiatan. Banyak anak yang membuang waktu untuk memikirkan mata pelajaran, karena kebingungan apa yang sebaiknya dipelajari sehingga hal ini akan membuang waktu secara sia-sia.

(34)

C. Hubungan Antara Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam dengan Disiplin Belajar Siswa

Disiplin merupakan proses pembinaan yang cukup panjang berawal dari dalam lingkungan keluarga hingga berlanjut ke pendidikan di sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi perkembangan disiplin siswa. Oleh karena itu, dikatakan bahwa disiplin belajar menunujukkan sikap moral yang terbentuk bukan secara otomatis sejak manusia baru dilahirkan, melainkan terbentuk karena beberapa faktor diantaranya kepribadian guru.

Guru merupakan orang tua kita di sekolah, oleh karena itu kompetensi kerpibadian guru seperti keteladanan guru sangat mempengaruhi sikap disiplin siswanya, sebab sikap dan tindak tanduk atau lingkah laku orang tua sangat mempengaruhi sikap dan akan ditiru oleh anak. Kemudian faktor kewibawaan dapat berhubungan langsung dengan disiplin belajar anak. Orang yang berwibawa menampakkan sikap dan nilai yang lebih unggul untuk diteladani. Kewibawaan yang dimiliki oleh orang tua sangat menentukan kepada pembentukan kepribadian anak.

Anak yang terbiasa melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk orang tua, maka dalam dirinya itu sudah tertanam sikap disiplin, dan sebaliknya apabila orang tua sudah tidak memiliki kewibawaan, akan sulit bagi orang tua tersebut untuk mengarahkan dan membimbing anak dan yang akan terjadi adalah tindakan- tindakan indisipliner, dengan demikian kewibawaan sangat mempengaruhi perilaku anak. Oleh karena itu, orang tua bukanlah hanya sebagai pemberi kebutuhan anak secara materi tapi orang tua juga adalah sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan dituntut untuk menjadi suri tauladan bagi anaknya.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Soegeng Prijodarminto, dalam buku Disiplin, Kiat Menuju Sukses, memberi arti bahwa “Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan ata ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah mejadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman ” (Tu’u, 2004:31). Siswa yang memiliki sikap disiplin akan senantiasa menaati segala

(35)

peraturan yang berlaku, taat kepada gurunya, mengerjakan tugas tepat waktu, aktif masuk sekolah, dan selalu disiplin dalam belajar baik di sekolah maupun dirumah.

Referensi

Dokumen terkait

Membangun lembaga keuangan syariah yang unggul dan berkesinambungan dengan penekanan pada semangat kewirausahaan berdasarkan prinsip kehati-hatian, keunggulan sumber daya

Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah Sistem Pemesanan Roti Berly Bakery dibangun menggunakan metode web service sehingga memungkinkan aplikasi

Pengujian dilakukan dengan menggunakan turbin aliran silang dengan busur sudu 74 o dan jumlah sudu 20 yang dibuat dari pipa dibelah, roda jalan yang digunakan ini adalah roda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) kemampuan proses keilmuan melalui metode inkuiri; (2) perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dengan

In the NGA Feature Catalog GML Application Schema the gml:CodeType is used for values that are names specified by a naming authority, but this naming authority is provided in

Matlamat Kurikulum Standard Sekolah Rendah bagi mata pelajaran Matematik adalah untuk membina pemahaman murid tentang konsep nombor, kemahiran asas dalam pengiraan,

122 اهتباجإو ." يو اذه ثحبلا مدختست ةثحابلا ةقيرطلا ةيطابتراا ةفرعم نع دوجو ةقاعلا نب نيرغتما اهمدعو ( ،يميسراحوس 00 : .) فدهيو ثحبلا يطابتراا إ عافترا

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa