• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA PELAYANAN PUBLIK DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KINERJA PELAYANAN PUBLIK DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA MEDAN"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PELAYANAN PUBLIK DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DI DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA MEDAN

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Pada Program Sarjana Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ADELINA PERMATA SARI RITONGA 140903007

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : Adelina Permata Sari Ritonga

NIM : 140903007

Departemen : Ilmu Administrasi Publik

Judul : Kinerja Pelayanan Publik dalam Penerbitan SIUP di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Medan, 04 Juni 2018

Dosen Pembimbing Ketua Departemen,

Ilmu Administrasi Publik

Dr. Tunggul Sihombing, MA Dr. Tunggul Sihombing, MA NIP. 196203011986031027 NIP.196203011986031027

Wakil Dekan I FISIP USU MEDAN

Husni Thamrin, S.Sos, M.Si NIP. 197203082005011001

(3)

ABSTRAK

KINERJA PELAYANAN PUBLIK DALAM PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DI DINAS PENANAMAN

MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA MEDAN

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Setiap organisasi publik memiliki tanggungjawab yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.

Kinerja organisasi publik ini akan senantiasa diperhatikan oleh masyarakat luas, sehingga pegawai dari setiap organisasi publik yang ada perlu untuk memperhatikan kualitas pelayanan yang mereka berikan untuk masyarakat. Organisasi publik harus memiliki kinerja layanan publik yang mumpuni agar memiliki kepercayaan publik.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan indikator-indikator yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto seperti Produktivitas, Kualitas Pelayanan, Responsivitas, Responsibilitas dan juga akuntabilitas sebagai indikator untuk mengukur sejauhmana hasil kinerja pegawai telah terlaksana.

Kinerja pelayanan publik dalam penerbitan SIUP di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Medan, bisa dikatakan telah memenuhi dimensi atau pun tolak ukur atas teori yang penulis gunakan. Meskipun pelaksanaannya belum maksimal, seperti pada kinerja pelayanan publik dalam penerbitan SIUP yang terkadang waktu penerbitannya tidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, yang mana penyebabnya justru datang dari pihak pemohon dan tim teknis dari SKPD terkait.

Kata Kunci : Kinerja, Pelayanan Publik, Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan

(4)

ABSTRACT

PUBLIC SERVICE PERFORMANCE IN THE ISSUANCE OF TRADING LICENSES (SIUP) IN THE DEPARTMENT OF INVESTMENT AND

INTEGRATED SERVICE ONE DOOR IN MEDAN CITY

Performance is a description of the level of achievement of the implementation of an activity / program / policy in realizing the goals, objectives, mission and vision of the organization contained in the strategic planning (strategic planning) of an organization. Every public organization has a responsibility reserved for the general public. The performance of these public organizations will always be addressed by the public at large, so that employees of any existing public organization need to pay attention to the quality of service they provide to the public. Public organizations must have the performance of a qualified public service in order to have public trust.

The method used in this study is descriptive qualitative, using indicators presented by Agus Dwiyanto such as Productivity, Service Quality, Responsiveness, Responsibility and also accountability as an indicator to measure how far the results of employee performance has been done.

Performance of public services in the issuance of SIUP in the Department of Investment and Integrated Services One Door city of Medan, can be said to have met the dimensions or any benchmark on the theory that the author uses. Although the implementation has not been maximal, as in the performance of public services in the issuance of SIUP which sometimes the time of issuance is not in accordance with the SOP that has been set, which is the cause it comes from the applicant and technical team from SKPD related.

Keywords: Performance, Public Service, Issuance of Trading Business License

(5)

KATAPENGANTAR

Pujidan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmatdan hidayah-Nya sehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsiyang berjudul

“Kinerja Pelayanan Publik dalam Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan Kurikulum Sarjana Strata-1 (S1) pada Departemen Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dukungan serta doa dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yaitu Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yaitu Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA.

3. Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yaitu Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, MA, P.hD.

4. Seluruh jajaran dosen atau staf pengajar Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staff administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Terima kasih kepada kak Dian dan Kak Ema yang telah banyak membantu penulis mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini.

(6)

7. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan Ir. Hj. PURNAMA DEWI, M.M

8. Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan Drs. Ahmad Basaruddin M.Si

9. Kepala Seksi Pelayanan Izin UsahaDPMPTSP Kota MedanBayu Sogara Siregar SE, MM, Kepala Seksi Pemberdayaan UsahaDPMPTSP Kota MedanKhairil Amri Pulungan, SP, Kepala Seksi Pelayanan dan Tanda Daftar DPMPTSP Kota MedanEdi Saputra S.E

10. Staf Perencanaan DPMPTSP Kota Medan Siti Fatni Gajah, SE, Staf Pemberdayaan Usaha DPMPTSP Kota Medan Roy Sulaiman Batubara S.E, Staf Pengolahan Data dan Informasi DPMPTSP Kota Medan Ahmad Syukri A.md

11. Kepala Seksi Dinas Perdaganagn Kota Medan Zulfikar S.H

12. Teristimewa untuk ayahanda tercinta (alm) Syafruddin Ritonga dan ibunda tercinta Nur Asyiah Nasution terimakasih atas semua kasih sayang, doa, semangat, serta dukungan baik moril dan materil.

13. Terimakasih kepada abangda Mhd Ridwan Ritonga SH, kakak saya Diah Intan Riani Ritongan SE, serta Adik saya Mhd Sofyan Sauri Ritonga dan Mhd Naufal Munawir Ritonga yang telah banyak memberikan dukungan, nasihat dan doa kepada Penulis.

14. Terimakasih untuk Sahabat Kos Berkah 15 Kak Aisyah, Kak Tika, Kak Nuril, Kak Lingga, Bulan yang selalu memotivasi dan mendukung penulis.

(7)

15. Terimakasih kepada sahabat saya dari kecil hingga sekarang Futri Masnisyah (Partner Shoping) yang telah mengikuti jejak saya dari SD hingga Kuliah,

16. Terimakasih kepada anggota Lestari bang atas pengalaman yang luar biasa selama 7 tahun terakhir ini

17. Terimakasih kepada sahabat-sahabat PKL Seimangke Novita Sari (sahabat sukaduka), Shafira Maulida, Wenny Anggreini, Riski Nurul Afni, Dina Puspita yang telah banyak membantu, menghibur serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

18. Terimakasih kepada Reza Anggreini, Ony Noviantari, Ardina Viralista yang telah memberi dukungan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

19. Terimakasih kepada Para sahabat dan seluruh teman seperjuangan Departemen Ilmu Administrasi Publik angkatan 2014.

20. Dan, seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini kedepannya. Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, 04 Juni 2018

Adelina Permata Sari Ritonga

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja ... 10

2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja... 10

2.1.2 Indikator-indikator Kinerja Birokrasi Publik ... 11

2.1.3 Penilaian Kinerja Pada Birokrasi Publik ... 12

2.2 New Public Service (NPS) ... 14

2.3 Pelayanan Publik ... 19

2.3.1 Asas Pelayanan Publik ... 20

2.3.2 Standar Pelayanan Publik ... 21

2.3.3 Kualitas Pelayanan Publik ... 23

2.4 Pelayana Perijinan ... 24

2.5 Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu ... 25

2.6 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) ... 28

2.7 Hipotesis Kerja ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 34

3.2 Lokasi Penelitian ... 35

3.3 Informan Penelitian ... 35

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Tehnik Analisi Data ... 40

(9)

3.6 Pengujian Keabsahan Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan ... 44

4.3 Kinerja Pelayanan Publik dalam Penerbitan SIUP di Dinas Penanaman Modan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan ... 50

4.3.1 Indikator Produktivitas ... 50

4.3.2 Indikator Kualitas Pelayanan ... 60

4.3.2.1 Reliablity (Kehandalan) ... 61

4.3.2.2 Assurance (Jaminan) ... 63

4.3.2.3 Empathy (Empati) ... 68

4.3.2.4 Tangibles (Terjamah) ... 70

4.3.3 Indikator Responsivitas ... 77

4.3.4 Indikator Responsibiltas ... 82

4.3.5 Indikator Akuntabilitas ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan ... 49

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Loket Informasi pada Bagian Front Office ... 80

Gambar 4.2. Kotak Saran pada Bagian Front Office ... 81

Gambar 4.3.Tampilan indeks kepuasan masyarakat dan form pengaduan pada website DPMPTSP kota Medan ... 81

Gambar 4.4. SOP DPMPTSP kota Meda pada bagian front office ... 95

Gambar 4.5. Tampilan Website bagi Pemohon ... 95

Gambar 4.6 Tampilan Touch Screen di Ruang Tunggu ... 96

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Ijin yang Diterbitkan DPMPTSP Kota Medan dari Tahun 2013

S/D 2017 ... 5

Tabel 2.1. Perbandingan OPA, NPM dan NPS ... 17

Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian ... 35

Tabel 4.1. Jumlah Jabatan ... 47

Tabel 4.2. Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan dan JenisKelamin ... 47

Tabel 4.3. Jumlah Pegawai berdasar Tingkat Pendidikan... 48

Tabel 4.4 Standar Waktu dan Biaya Proses Perijinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan ... 52

Tabel 4.5 Target Dan Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2016 S/D 2018 ... 62

Tabel 4.6 Jumlah Pegawai berdasar Tingkat Pendidikan... 65

Tabel 4.7Jumlah Sarana dan Prasarana ... 73

Tabel 4.8 Pencapaian Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Medan Tahun 2017-2021 ... 89

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 1 Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 4 Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 5 Lampiran 4. Transkrip Wawancara, Transkrip Observasi dan Transkrip

Dokumentasi ... 6

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pelayanan publik menjadi ramai diperbincangkan, karena pelayanan publik merupakan salah satu variabel yang menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah.

Apabila pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah baik ataupun berkualitas, maka pelaksanaan otonomi daerah dapat dikatakan berhasil. Karena salah satu tujuan yang diinginkan melalui kebijakan otonomi daerah adalah terjadinya peningkatan kinerja penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Kinerja pelayanan publik (Mahsun: 2006) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan pelayanan publik dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi yang tertuang dalam perencanaan strategis (strategic planning).

Disamping sudah menjadi keharusan bagi pemerintah untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan berbagai pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, isu tentang kualitas pelayanan publik ini juga dipicu adanya pengaruh perubahan paradigma ilmu administrasi publik. New Public Service (NPS) sebagai paradigma terbaru dari administrasi publik meletakkan pelayanan publik sebagai kegiatan utama para administrator publik. Salah satu intisari dari prinsip NPS adalah bagaimana administrator publik memperlakukan warga Negara sebagai citizen bukan

(15)

pelanggan atau klien dan berorientasi kepada kepentingan pelayanan publik.

Pemerintah sebagai lembaga penyedia pelayanan publik hendaknya mengoptimalkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena pelayanan publik merupakan suatu tolok ukur kinerja pemerintah yang paling kasat mata. Masyarakat dapat menilai langsung kinerja pemerintah berdasarkan pelayanan yang diterimanya. Penilaian kinerja pemerintah sangat diperlukan guna mengetahui seberapa jauh pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, apakah sudah sesuai dengan harapan masyarakat selaku pengguna jasa pelayanan atau belum. Selain itu penilaian kinerja dalam instansi publik juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur apakah masyarakat sudah puas dengan kinerja pelayanan pemerintah.

Dengan adanya informasi tentang penilaian kinerja tersebut dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki kinerja agar lebih sistematis dan tepat arah sehingga tujuan ataupun misi organisasi bisa tercapai dan pelayanan publik yang diberikan bisa lebih berkualitas.

Kinerja pelayanan publik yang ideal pada dasarnya harus mampu memberikan pelayanan yang cepat, murah, mudah, berkeadilan, berkepastian hukum, terbuka, dan dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat. Namun demikian, kenyataannya masyarakat masih menghadapi kinerja dan pengelolaan pelayanan publik yang masih jauh dari optimal.Sehingga pelayanan publik pada umumnya lebih banyak menjadi sasaran kritik dan ketidakpuasan masyarakat penerima layanan.

(16)

Pelayanan perijinan merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang banyak mendapat kritik dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena rendahnya kinerja layanan dalam birokrasi perijinan. Kecenderungan oknum birokrat kita untuk dilayani, bukan melayani. Serta kondisi pelayanan perijinan yang selama ini rumit, prosedur yang panjang, waktu yang lama, ketidakjelasan biaya, dan banyaknya praktik pungutan liar belum lagi perilaku aparat penyedia layanan yang tidak ekspresif dan tidak mencerminkan jiwa pelayanan yang baik adalah potret buram dari buruknya pelayanan publik.

Perbaikan kualitas kinerja pelayanan merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayan perijinan. Karena Pelayanan perijinan merupakan wujud pelayanan publik yang sangat menonjol dalam tata pemerintahan. Dimana dalam hal ini kepentingan pemerintah terhadap pelayanan perijinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi Daerah. Salah satu langkah strategis pemerintah untuk mendorong upaya perbaikan kualitas pelayanan perijinan kepada masyarakat adalah dengan penerapan sistem Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). Program Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu(PPTSP) merupakan kegiatan penyelenggaraan perijinan yang pola pelayanannya diselenggarakan pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu, sistem pelayanan cepat, memiliki kepastian waktu dan biaya, kejelasan informasi atau prosedur dan terbebas dari pungutan liar (pungli) jika berhubungan dengan pemerintah.

(17)

Sasaran penyelenggaraan pelayanan perijinan terpadu satu pintu ditandai dengan didirikannya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan. Melalui dinas ini diharapkan kinerja pelayanan perijinan dilaksanakan sesuai dengan asas transparan, akuntabel, partisipatif, kesamaan hak, efektif, efisien, keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan profesional. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibentuk dengan harapan dapat menciptakan iklim yang mendorong kearah terciptanya keseragaman pola dalam kinerja pelayanan oleh aparatur pemerintah serta adanya keterpaduan koordinasi dalam proses pemberian dokumen perijinan kepada masyarakat. Sehingga penyelenggaraan perijinan terpadu dapat memberikan pelayanan dengan prosedur, waktu maupun biaya yang sederhana sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengurus perijinan.

Surat izin usaha perdagangan yang selanjutnya disebut SIUPmerupakan salah satu jenis izin yang dilayani oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan. SIUP adalah Surat Izin yang digunakan dan wajib dimiliki seseorang atau suatu badan usaha untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Surat izin usaha perdagangan merupakan Surat izin yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintah yang berwenang kepada pengusaha untuk melaksanakan kegiatan bisnis atau usaha dibidang perdagangan.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan sebagai salah satu lembaga pemerintah Kota Medan yang

(18)

menerapkan model PTSP mulai melakukan perbaikan kualitas pelayanan perijinan terutama dalam penerbitan SIUP. Hal ini dilihat dari pelaksanaan kebijakan penyederhanaan perijinan di DPMPTSP Kota Medan baik dari segi waktu, proses, prosedur yang harus dilengkapi, dan juga meminimalisir biaya pengurusan perizinanseperti yang telah ditetapkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) DPMPTSP kota Medan.Pada kepastian biaya/retribusi sudah diberlakukannya penggratisan dalam penerbitan SIUP. Masa berlakunya SIUP yang tadinya hanya berlaku selama tiga tahun, dan pengusaha harus daftar ulang. Saat ini, SIUP bisa berlaku selama perusahaan beroperasi dan tidak perlu daftar ulang lagi.

Sedangkan dalam hal kepastian waktu juga sudah sangat jelas dan pasti, Dalam pengurusan SIUP waktu pemrosesan/penerbitan izin selambat- lambatnya 5 hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan diterima.

Adapun Jumlah Ijin Yang Diterbitkan oleh DPMPTSP Kota Medan dari Tahun 2013 S/D 2017 dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Jumlah Ijin yang Diterbitkan DPMPTSP Kota Medan dari

Tahun 2013 S/D 2017

No JENIS IJIN JUMLAH TOTAL

2013 2014 2015 2016 2017 1. Ijin Gangguan Bukan

Perusahaan Industri

7725 7143 7308 7144 3933 33253 2. Ijin Gangguan

Perusahaan Industri

982 1070 1094 1038 541 4725 3. Ijin Usaha Perdagangan 7181 6534 5055 4607 3679 27056 4. Ijin Usaha Industri

Khusus Perusahaan Industri Kecil dan Menengah

508 434 325 286 261 1814

5. Tanda Daftar Perusahaan

6242 5896 6086 6241 5283 29748 6. Ijin Usaha Jasa

Konstruksi

749 808 1042 1030 823 4434

(19)

7. Ijin Pengelolaan, Pengeboran, Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah

73 66 80 0 0 219

8. Ijin Optik 9 5 10 4 6 34

9. Ijin Kerja Petugas Kesehatan

597 2090 5540 3491 1938 13656 10. Ijin Pelataran Parkir 20 13 28 20 30 111

11. Ijin Reklame 372 309 295 258 173 1407

TOTAL 24458 24368 26863 24119 1795

1

117759 Sumber: DPMPTSP Kota Medan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan secara perlahan pada jumlah penerbitan SIUP di DPMPTSP Kota Medan.

Dikarenakan dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kinerja Pelayanan yang diberikan dinas ini tidak berjalan mulus sesuai dengan yang diharapkan. Setelah penulis melakukan pengamatan dilapangan, penulis menemukan beberapa masalah mengenai kinerja pelayanan dalam penerbitan SIUP di DPMPTSP Kota Medan seperti dalam hal kepastian waktu. Masih ditemukannya penerbitan SIUP yang waktu penyelesaiannya tidak sesuai dengan SOP karena berbagai alasan, diantaranya karena lambatnya pendelegasian ijin dari SKPD terkait sehingga menyebabkan DPMPTSP Kota Medan mengalami keterlambatan dalam melakukan proses lanjutan pengolahan data permohonan ijin.

Hal ini tentu saja menghambat kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam perbaikan kualitas pelayanan, dimana salah satu tujuan yang hendak dicapai adalahterselesaikannya penerbitan ijin dalam waktu yang singkat.

Berdasarkan uraian latarbelakang di atas maka peneliti tertarik mengkaji mengenai kinerja (performance) pelayanan publik dengan

(20)

menerapkan indikator-indikator yang terkait. Karena dari pemaparan ini akan diketahui bagaimana menilai kinerja birokrasi publik terutama dalam penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan, untuk dijadikan sebagai suatu feedback dalam perbaikan kinerja yang akan datang. Yang penulis tuangkan dalam bentuk judul “Kinerja Pelayanan Publik dalam Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Medan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: Bagaimana Kinerja Pelayanan Publik dalam Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap jenis penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Suatu riset khusus tentang pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran ilmu pengetahuan itu sendiri, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana produktivitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota medan

(21)

b. Untuk mengetahui kualitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan SIUP di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan

c. Untuk mengetahui bagaimana daya tanggap pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Medan dalam merespon setiap keluhan dan kebutuhan masyarakat

d. Untuk mengetahui kesesuaian antara kinerja pelayanan publik dalam penerbitan SIUP di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Medan dengan SOP yang telah ditetapkan

e. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pegawai terhadap kinerja pelayanan publik dalam penerbitan SIUP di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota medan

1.4 Manfaat Penelitian

a. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkankemampuan berpikir ilmiah, sistematis, dan kemampuan untukmenuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teoridan aplikasi yang diperoleh dari Program Studi Ilmu Administrasi Publik,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

b. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukanatau sumbangan pemikiran terkait dengan Kinerja Pelayanan Publik dalam Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan. Dan dapat juga dijadikan acuan untuk memperbaiki kinerja

(22)

agar lebih sistematis dan tepat arah sehingga tercipta pelayanan publik yang efektif dan efisien.

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik langsung maupun secara tidak langsung bagi kepustakaan Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

Menurut Mahsun (2006:25) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Selanjutnya menurut Mangkunegara (2009:67) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, mengemukakan pengertian kinerja yaitu sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam pelaksanaan kegiatan program/kebijakan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mewujudkan target, sasaran, visi dan misi maupun tujuan organisasi.

211. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Ruky (dalam Hessel Nogi 2005:180) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakanoleh organisasi untuk menghasilkan produk atau jasa.

Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

b. Kualitas sarana dan prasarana yang digunakan oleh organisasi Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan

c. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan

(24)

d. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar tujuan organisasi e. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek

kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lain.

212. Indikator-indikator Kinerja

Menurut Mahsun (2006: 71) indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.

Sementara menurut Lohman (dalam Mahsun, 2006: 71) indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target- target dan tujuan organisasi.

Menurut Agus Dwiyanto (2006: 50-51) ada beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan kinerja birokrasi publik yaitu sebagai berikut:

a. Produktivitas.

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

b. Kualitas pelayanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayaan publik.

Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali

(25)

tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik, akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan.

Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiiki kinerja yang jelek pula.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas Publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep dasar akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.

213. Penilaian Kinerja

Arti pentingnya penilaian kinerja menurut Agus Dwiyanto (2006:47) yakni: “penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang

(26)

sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Begitu juga dengan penilaian kerja dalam organisasi pelayanan publik, penilaian kerja dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai sudah sejauh mana kinerja pelayanan publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan apakah pelayanan yang diberikan tersebut sudah sesuai dengan harapan dan memuaskan masyarakat sebagai pengguna jasa tersebut.

Konsep penilaian kinerja pada birokrasi publik bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial (dalam Guritno 2005:63). Penilaian kinerja sektor publik dilakukan untuk memperbaiki kinerja pemerintah, pengalokasian sumberdaya dan pembuatan keputusan, mewujudkan pertanggungjawaban publik serta memperbaiki komunikai kepada masyarakat. Penilaian kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud (dalam Mardiasmo 2000:248-265) yaitu:

a. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik.

b. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumberdaya dan pembuatan keputusan.

c. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kepada masyarakat.

(27)

Kumorotomo (dalam Hessel, 2006: 52) menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi sektor publik, antara lain adalah berikut ini :

1. Efisiensi.

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.

2. Efektivitas.

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

3. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan.

Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi.

4. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat.

Penilaian kinerja merupakan bagian penting bagi proses pengendalian manajemen bagi sektor publik, menurut Mahmudi (dalam Rivai 2007:28) terdapat 6 tujuan dalam penilaian kinerja sektor publik, yaitu:

a. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

c. Memperbaiki kinerja pada periode berikutnya

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan reward dan punishment

e. Memotivasi pegawai

f. Menciptakan akuntabilitas public 2.2 New Public Service (Pelayanan Publik Baru)

(28)

Paradigma Pelayanan Publik Baru atau yang dikenal dengan NPS (New Public Service) dianggap sebagai sebuah jawaban atas kurangnya dimensi kultural dalam kegiatan administrasi publik dengan menawarkan versi administrasi publik yang lebih manusiawai dan demokratis.

Paradigma New Public Service berkembang di tengah masyarakat setelah Kanet V. Denhart dan Robert D. Denhart mengeluarkan buku popular yang berjudul “The new Public Service: Serving, not Steering”

pada tahun 2003 (Lukman, 2013) yang bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, judul buku tersebut bermakna “Pelayanan Publik Baru:

Melayani, bukan Mengemudikan”. Dalam buku tersebut, mereka mengkritik konsep paradigma sebelumnya, yakniNew Public Management yang dianggap telah melupakan siapa pemilik kapal (who owns the boat).

Menurut mereka administrator publik harusnya berfokus pada pelayanan dan pemberdayaan masyarakat dan warga kelas menengah yang seharusnya berada di barisan terdepan. Penekanan administrasi seharusnya tidak diletakkan pada steering atau rowingsaja, melainkan pembangunan institusi publik yang ditandai oleh integritas dan responsivitas.

Teori New Public Service memandang bahwa birokrasi adalah alat rakyat dan harus tunduk kepada apapun suara rakyat, sepanjang itu rasional dan legitimate secara normative dan konstitusional. Seorang pimpinan dalam birokrasi bukanlah semata-mata makhluk ekonomi seperti yang diungkapkan dalam teori New Public Management, melainkan juga makhluk yang berdimensi sosial, politik dan menjalankan tugas sebagai pelayanan publik.

(29)

Didalam paradigma ini semua ikut terlibat dan tidak ada lagi yang hanya menjadi penonton. Gagasan Denhardt & Denhardt tentang Pelayanan Publik Baru (PPB) menegaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak dijalankan seperti layaknya sebuah perusahaan tetapi melayani masyarakat secara demokratis, adil, merata, tidak diskriminatif, jujur dan akuntabel. Disini pemerintah harus menjamin hak-hak warga masyarakat, dan memenuhi tanggungjawabnya kepada masyarakat dengan mengutamakan kepentingan warga masyarakat. “Citizens First” harus menjadi pegangan atau semboyan pemerintah (Denhardt & Gray 1998).

Pemerintah juga perlu mengubah pendekatan kepada masyarakat dari suka memberi perintah dan mengajari masyarakat menjadi mau mendengarkan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat, bahkan dari yang suka mengarahkan dan memaksa masyarakat menjadi mau merespon dan melayani apa yang menjadi kepentingan dan harapan masyarakat karena dalam paradigma The New Public Service dengan menggunakan teori demokrasi ini beranggapan bahwa tugas-tugas pemerintah untuk memberdayakan rakyat dan mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada rakyat pula. Hal ini dimaksudkan bahwa para penyelenggara Negara harus mendengar kebutuhan dan kemauan warga Negara (Citizens). Pelayanan publik yang di praktekkan dengan situasi yang kreatif, dimana warga Negara dan pejabat publik dapat bekerja sama mempertimbangkan tentang penentuan dan implementasi dari birokrasi publik, yang berorientasi pada “aktivitas administrasi dan aktivitas warga Negara”.

(30)

Adapun perbandingan perspektif antara paradigma Old Public Service Administration (OPA), New Public Management (NPM) dan New Public Service (NPS) (dalam Hardiyansyah: 2011) antara lain:

Tabel 2.1 Perbandingan OPA, NPM dan NPS Aspek Old Public

Administration

Mew Public Management

New Public Service Dasar teoritis

dan fondasi epistimologi

Teori politik Teori ekonomi Teori demokrasi

Konsep kepentingan public

Kepentingan publik secara politis dijelaskan dan

diekspresikan dalam aturan hukum

Kepentigan publik mewakili agregasi

kepentingan individu

Kepentingan publik adalah hasil dialog berbagai nilai

Responsivitas birokrasi public

Clients and constituent

Customer Citizens

Peran pemerintah

Rowing Steering Serving

Akuntabilitas Hierarki administratif dengan jenjang yang tegas

Bekerja sesuai dengan

kehendak pasar (keinginan pelanggan)

Multiaspek;

akuntabilitas hukum, nilai- nilai, komunitas, norma politik, standar professional Struktur

organisasi

Birokratik yang ditandai dengan otoritas top- down

Desentralisasi organisasi dengan kontrol utama berada pada para agen

Struktur kolaboratif dengan kepemilikan yang berbagi secara internal dan eksternal Asumsi

terhadap motivasi

Gaji dan keuntngan proteksi

Semangat entrepreneur

Pelayanan publik dengan

keinginan

(31)

pegawai dan administrator

melayani masyarakat

Terdapat tujuh prinsip dasar New Public Service menurut Denhart dan Denhart (dalam Lukman: 2013), yakni:

a. Melayani warga Negara

Melayani warga negara, bukan pelanggan. Paradigma Old Public Administration menganggap warga Negara sebagai client, yakni warga negaralah yang membutuhkan pelayanan dari penyedia layanan (organisasi publik). Sementara itu, Paradigma New Public Managementmenekankan warga negara sebagai customer. Penekanan konsumen pada pendekatan NPM membawa arti bahwa penyedia layanan publik harus mengedepankan kepentingan-kepentingan konsumen. Sebaliknya, pada pendekatan New Public Service memandang publik sebagai citizen yang mempunyai hak dan kewajiban yangsama, yang berarti publik juga harus tunduk pada peraturan yang ditetapkan oleh organisasi publik, begitu juga dengan organisasi publik haruslah memenuhi hak-hak publik yang membangun kepercayaan dan kolaborasi di antara warga Negara.

b. Memenuhi kepentingan publik

Administrator publik haruslah berkontribusi pada pembangunan ide-ide kolektif kepentingan publik dan berusaha memfasilitasi kepentingan- kepentingan publik. Pada implementasinya, pemberi pelayanan atau organisasi publik haruslah bersikap proaktif dalam setiap kegiatan pelayanan kepada publik.

c. Kewarganegaraan di atas kewirausahaan

Administrator publik harus mengedepankan kepentingan publik agar memberikan kontribusi yang lebih berarti daripada hanya sekedar mewirausahakan administrator publik. Kegiatan adminitrasi publik haruslah berorientasi pada kualitas pemberian pelayanan, bukan pada keuntungan pihak pemberi pelayanan.

d. Berpikir strategis dan bertindak demokratis

Kebijakan dan program yang memenuhi keinginan masyarakat bisa dicapai secara efektif melalui usaha yang kolektif dan proses kolabortif.

Artinya, diperlukan adanya inovasi-inovasi dalam memformulasikan program guna memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga dapat tercapainya kepuasan dan hasil yang tepat sasaran. Selain itu, diperlukan juga adanya bentuk-bentuk kerjasama dalam pelaksanaan program administrasi publik untuk memberikan pemberian pelayanan yang maksimal.

e. Menyadari bahwa akuntabilitas bukanlah suatu yang sederhana

Administrator publik seharusnya tidak hanya mementingkan kepentingan pasar melainkan harus juga tunduk pada konstitusi hukum, norma politik standar profesional dan kepentingan warga Negara. Organisasi publik haruslah mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, selain itu

(32)

juga dalam pelaksanaannya harus berlandaskan pada hukum atau peraturan pemerintah yang secara resmi diakui oleh Negara.

f. Melayani daripada mengarahkan

Administrator publik haruslah bisa melayani dengan didasari kepada kepemimpinan yang dilatarbelakangi oleh nilai dalam membantu warga Negara, mengaktualisasikan dan memenuhi kepentingan mereka daripada hanya mencoba mengontrol atau mengarahkan. Hampir sama dengan poin yang disebutkan sebelumnya, bahwa administrator publik haruslah bersikap proaktif, artinya ikut berpartisipasi secara aktif pada pemberian pelayanan kepada warga Negara. Kehadiran administrator publik secara aktif pada kegiatan adminstrasi publik pada akhirnya akan memberikan dampak yang positif kepada warga Negara. Administrator publik nantinya tidak hanya dianggap sebagai penyedia fasilitas, namun juga sebagai faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan warga Negara.

g. Menghargai manusia bukan produktivitas

Organisasi publik hanya bisa sukses jika beroperasi secara kolaboratif dan menghargai semua umat manusia. Lahirnya Paradigma New Public Service diharapkan mampu memberikan administrasi publik yang lebih humanis dan demokratis. Artinya, setiap warga Negara diperlakukan sama tanpa melihat latar belakang pendidikan, ekonomi, status sosial dan lain sebagainya.

2.3 Pelayanan Publik

Menurut Sampara Lukman (dalam Lijan Sinambela 2006: 5), pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasaan pelanggan. Pelayanan dititikberatkan kepada proses interaksi karena hasil dari interaksi tersebut akan menentukan sejauh mana kepuasan pelanggan dapat dipenuhi oleh pemberi layanan.

Dalam arti sempit pelayanan publik menurut Muwafik Saleh (2010:23) adalah suatu tindakan pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta dan masyarakat, berdasarkan jenis dan insensitas kebutuhan masyarakat, kemampuan masyarakat dan pasar.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 (dalam Ratminto dan Atik 2005:4), Pelayanan Publik adalah Segalabentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(33)

Menurut Kurniawan, (dalam Lijan Sinambela 2006: 5) Pelayanan publik diartikan pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok atau tata cara yang ditetapkan. Proses pemberian layanan kepada masyarakat didasari atas aturan atau tata cara yang ditetapkan sebagai jaminan penyelenggaraan layanan. Peraturan penyelenggaraan layanan telah ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka melindungi hak masyarakat terhadap layanan yang diterima.

2.3.1 Asas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas- asas pelayanan berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 (dalam Ratminto dan Atik 2005) sebagai berikut:

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan public harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

(34)

2.3.2 Standar Pelayanan Publik

Adapun yang dimaksud dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Lembaga Administrasi Negara (dalam Atep, 2004 : 14) adalah Suatu tolok ukur yang dipergunakan untuk acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari pihak penyedia pelayanan kepada pelanggan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar perlayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan public yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima layanan. Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, standar pelayanan, sekurang-kurangnya meliputi:

a. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

b. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

c. Biaya Pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian layanan.

d. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yangtelah ditetapkan.

e. Sarana dan Prasarana

Penyediaan saranan dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan public.

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

(35)

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya standar pelayanan (Atep, 2004: 14) yaitu :

1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan, memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat, menjadialat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan, menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.

2. Melakukan perbaikan kinerja pelayanan public

Perbaikan kinerja pelayanan publik mutlak harus dilakukan, dikarenakan dalam kehidupan bernegara pelayanan publik menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Hal ini disebabkan tugas dan fungsi utama pemerintah adalah memberikan dan memfasilitasi berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat.

3. Meningkatkan mutu pelayanan

Adanya mutu pelayanan dapat membantu unit-unit penyedia jasa pelayanan untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Dalam mutu pelayanan ini dapat terlihat dengan jelas dasar hukum, persyaratan pelayanan, prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya serta proses pengaduan, sehingga petugas pelayanan memahami apa yang seharusnya mereka lakukan dalam memberikan pelayanan.

Masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat mengetahui dengan pasti hak dan kewajiban apa yang harus mereka dapatkan dan lakukan untuk mendapatkan suatu jasa pelayanan.

Standar pelayanan membantu meningkatkantransparansi dan akuntabilitas kinerja suatu unit pelayanan. Dengan demikian, masyarakat dapat terbantu dalam membuat suatu pengaduan ataupun tuntutan apabila tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka standar pelayanan menjadi faktor kunci dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. Upaya penyediaan pelayanan yang

(36)

berkualitas antara lain dapat dilakukan dengan memperhatikan ukuran-ukuran apa saja yang menjadi kriteria kinerja pelayanan.

2.3.3 Kualitas Pelayanan Publik

Menurut Zeithaml dkk (dalam Sampara, 2004 : 28), Kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat persepsi mereka.

Wyckof (dalam M.Nur, 2004: 31) memberikan pengertian kualitas layanan sebagai tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. Inti dari penjelasan Wyckof ini adalah bahwa konsep kualitas pelayanan umum terkait dengan upaya untuk memenuhi atau bahkan melebihi harapan yang dituntut atau yang diinginkan oleh pelanggan.

Sedangkan Lebouf (dalam M.Nur, 2004: 32) menyatakan bahwa Kualitas layanan merupakan kemampuan suatu layanan yang diberikan oleh pemberi layanan dalam memenuhi keinginan penerima layanan tersebut.

Kualitas Pelayanan menurut Parasuraman (dalam Fandy Tjiptono, 1997:27), memiliki lima dimensi yang meliputi :

1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan organisasi dalam menunjang eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang,dsb), Perlengkapan, peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya.

2. Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.

Kehandalan berarti ketepatan waktu pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.

3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu kemampuan membantu dan memberi pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat.

(37)

Membiarkan masyarakat yang meminta pelayanan tanpa adanya alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan pegawai perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetisi (competence) dan sopan santun (courtesy).

5. Empathy yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

2.4 Pelayanan Perijinan

Konsep pelayanan perijinan dikemukakan oleh Ratminto (2015:243), yakni pelayanan perijinan merupakan segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang bersifat legalitas atau yang melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan dan kegiatan individu atau organisasi.

Faktor utama dalam pelayanan perijinan terletak pada sumberdaya manusianya. Dalam hal ini pemerintah atau birokrat yang berperan sebagai pemberi layanan (Ratminto 2015:42). Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan merupakan salah satu aspek penting. Pemerintah perlu memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarakat dengan memperhatikan beberapa asas penting dalam pelaksanaannya (Ratminto, 2015:245) asas tersebut meliputi:

a. Empati terhadap masyarakat

Pegawai yang melayani urusan perizinan dari instansi penyelenggara jasa perizinan harus berempati dengan masyarakat pengguna jasa pelayanan

b. Pembatasan prosedur

Prosedur harus dirancang sependek mungkin, dengan demikian konsep one stop service benar-benar diterapkan.

c. Kejelasan tatacara pelayanan

Tatacara pelayanan harus didesain sesederhana mungkin dan dikomunikasikan kepada masyarakat penggunga jasa pelayanan.

(38)

d. Minimalisasi persyaratan pelayanan

Persyaratan dalam mengurus pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benar-benar diperlukan.

e. Kejelasan kewenangan

Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguna jasa pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas dan distribusi kewenangan.

f. Transparansi biaya

Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan setransparan mungkin

g. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan

Jadwal dan durasi pelayanan juga harus pasti, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas dan tidak resah

h. Minimalisasi formulir.

Formulir-formulir harus dirancang secara efisien, sehingga akandihasilkan formulir komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan)

i. Maksimalkan masa berlakunya izin

Untuk menghindarkan terlalu seringnya masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus ditetapkan selama mungkin.

j. Kejelasan hak dan kewajiban

Hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik bagi pegawai maupun bagi masyarakat harus dirumuskan secara jelas dan dilengkapi dengan sanksi serta ketentuan ganti rugi.

k. Efektivitas penanganan keluhan

Pelayanan yang baik sedapat mungkin harus menghindarkan terjadinya keluhan

2.5 Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu

Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan penyelenggaraan jasa perijinan, yang proses pengelolaannya di mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan ijin dokumen diselenggarakan pada satu tempat meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu. Dengan konsep ini, pemohon cukup datang ke satu tempat dan bertemu dengan petugas front office saja. Hal ini dapat meminimalisasikan interaksi antara pemohon dengan petugas perizinan dan menghindari pungutan- pungutan tidak resmi yang seringkali terjadi dalam proses pelayanan.

(39)

Pembentukan Penyelenggaraan PPTSP pada dasarnya ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi pelayanan perijinan dalam bentuk :

a. Mempercepat waktu pelayanan dengan mengurangi tahapan- tahapan dalam pelayanan yang kurang penting. Koordinasi yang lebih baik juga akan sangat berpengaruh terhadap percepatan layanan perijinan.

b. Menekan biaya pelayanan ijin usaha, selain pengurangan tahapan, pengurangan biaya juga dapat dilakukan dengan membuat prosedur pelayanan serta biaya resmi menjadi lebih transparan.

c. Menyederhanakan persyaratan ijin usaha, dengan mengembangkan sistem pelayanan paralel dan akan ditemukan persyaratan-persyaratan yang tumpang tindih, sehingga dapat dilakukan penyederhanaan persyaratan. Hal ini juga berdampak langsung terhadap pengurangan biaya dan waktu.

Pelayanan perijinan dengan sistem terpadu satu pintu (one stop service) ini membuat waktu pembuatan izin menjadi lebih singkat.

Pasalnya, dengan pengurusan administrasi berbasis teknologi informasi, input data cukup dilakukan sekali. Dengan adanya kelembagaan PPTSP,seluruh perizinan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dapat terlayanidalam satu lembaga.Harapan yang ingin dicapai adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usahamikro, kecil, dan menengah.Tujuannya adalah meningkatkan kualitas layanan publik.

Olehkarena itu, diharapkan terwujud pelayanan publik yang cepat murah,

(40)

mudah, transparan, pasti dan terjangkau, di samping untuk meningkatkan hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik.

Adapun yang menjadi Prinsip-prinsip dasar Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang dikemukakan oleh Wiriya Alrahman (2014) yaitu sebagai berikut:

1. Hanya ada satu tempat yang dituju oleh masyarakat ketika memerlukan pelayanan perizinan

2. Pengelolaan perizinan dari tahap penerimaan permohonan sampai dengan penandatanganan serta pendokumentasian ada dalam satu instansi (PPTSP)

3. Dalam menjalankan kegiatannya PPTSP berkoordinasi dengan SKPD teknis melalui pembentukan tim teknis

4. Masyarakat/pemohon hanya datang 2 kali dan hanya berhubungan dengan petugas front officer

5. Ada kejelasan prosedur, persyaratan, biaya dan tersedia mekanisme pengaduan

6. Berorientasi kepada pelayanan prima

7. PPTSP menjadi fasilitator dalam pelaksanaan perizinan

Dalam penyelenggaraannya, bupati/walikota wajib melakukan penyederhanaan layanan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui PERMENDAGRI Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu, yang meliputi :

a. Pelayanan atas permohonan perijinan dilakukan oleh Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu.

b. Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah.

c. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah.

d. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perijinan dan non perijinan sesuai dengan urutan prosedurnya.

e. Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perijinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan perijinan

f. Pembebasan biaya perijinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku.

g. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan Lingkup tugas

(41)

pelayanan perijinan terpadu meliputi pemberian pelayanan atas semua bentuk pelayanan perijinan dan non perijinan yang menjadi kewenangan Kabupaten / Kota.

Menurut Wiriya Alrahman (2014) Manfaat keberadaan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu sebagai berikut :

A. Bagi masyarakat

1. Dengan PPTSP masyarakat dapat memperoleh pelayanan publik yang lebih baik, serta mendapat kepastian dan jaminan hukum dari formalitas yang dimiliki

2. PPTSP diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam perijinan usaha yang akan meningkatkan minat pelaku usaha untuk melakukan investasi dan mengembangkan usaha

3. Selain itu dunia usaha juga diharapkan memperoleh manfaat dalam bentuk pengurangan waktu dan biaya, membuat pelaku usaha dapat mengalokasikan lebih banyak waktu dan biaya pada kegiatan-kegiatan produktif

B. Bagi pemerintah

1. Mengurangi beban administratif karena pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Berbagai data menyangkut aktifitas masyarakat di wilayah tersebut dapat dipadukan dalam satu kumpulan data (data base), sehingga mengurangi beban pendapatan di SKPD lain, serta menghindari adanya duplikasi kegiatan pendapatan yang perlu. Selain itu juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) karena masyarakat akan semakin percaya dengan pelayanan publik pemerintah dan akan bersedia untuk mengurus izin yang diperlukannya.

2. Meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah. Dengan semakin mudahnya pelayanan perizinan, maka dunia usaha akan bergairah dan selanjutnya berdampak pada pendapatan daerah dari pajak akibat semakin banyaknya badan usaha yang menjadi objek pajak

3. Terbangunnya citra baik yang memungkinkan pemerintah mendapatkan manfaat dari partisipasi masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan

4. Mencegah sejak dini terjadinya KKN dan pungutan liar dalam proses pengurusan perizinan.

2.6 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

(42)

Izin adalah dokumen yang diterbitkan berdasarkan peraturan daerah dan/atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas menyatakan sah atau diperbolehkannya orang/perseorangan atau badan hukum untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan perizinan adalah pemberian legalitas dalam bentuk izin kepada orang/perseorangan atau badan hukum untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.

Perusahaan Perdagangan menurut Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan pasal 1 ayat 2 ialah setiap bentuk usaha yang menjalankan kegiatan usaha di sektor perdaganagn yang bersifat tetap, berkelanjutan, didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Menurut Siswosoediro (2008: 40) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah izin yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan, baik yang berbadan hukum resmi maupun perorangan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan. Tujuan dari kepemilikan SIUP ini adalah agar usaha perdagangan kita dilegalisasi oleh pemerintah, sehingga tidak mendapatkan masalah pada kemudian hari.

Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat ijin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Menurut Departemen Perdagangan R.I Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan salah satu alat bagi Pemerintah untuk melakukan pembinaan kepada dunia usaha khususnya di bidang perdagangan barang maupun jasa. Pembinaan tersebut dimaksudkan antara lain untuk melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap aktifitas dunia usaha yang dapat menunjang kelancaran arus

(43)

barang dan jasa. Selain itu, SIUP juga dimaksudkan sebagai legalitas usaha bagi setiap pelaku usaha dan yang dapat memberikan jaminan kepastian usaha.

Surat Izin Usaha Perdagangan di keluarkan oleh pemerintah daerah dan dibutuhkan oleh pelaku usaha perseorangan maupun pelaku usaha yang telah berbadan hukum. Surat Izin Usaha Perdagangan tidak hanya di butuhkan oleh usaha berskala besar saja melainkan juga usaha kecil dan menengah agar usaha yang dilakukan mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari pihak pemerintah. Hal ini untuk menghindari terjadi masalah yang dapat mengganggu perkembangan usaha di kemudian hari.

Dalam rangka penyelenggaraan dan pelaksanaan penerbitan SIUP, diperlukan petunjuk teknis yang lengkap dan mudah dimengerti, sehingga Pejabat Penerbit SIUP beserta aparat aparat pembantunya di daerah dengan aparat pusat memiliki kesamaan dalam penanganan penyelenggaraan penerbitan SIUP yang ditetapkan secara nasional, dengan berlandaskan pada jiwa otonomi daerah serta peraturan perundang- undangan yang berlaku, tanpa mengesampingkan kepentingan nasional.

Hal ini, karena secara keseluruhan tujuan, fungsi, dan peranan SIUP dari penyelenggaraan penerbitan SIUP tersebut sangat penting bagi dunia usaha, masyarakat dan pemerintah.

Menurut Departemen Perdagangan R.I Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Secara rinci tujuan, fungsi, dan peranan SIUP dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan

(44)

Bagi pemerintah, penerbitan SIUP bertujuan untuk melakukan mekanisme pengaturan dan pengawasan administratif terhadap kegiatan usaha dan perusahaan khususnya pelaku usaha dibidang perdagangan.

2. Fungsi

a. SIUP mempunyai kedudukan sebagai lisensi/izin teknis atau izin pokok/izin induk untuk dapat melakukan kegiatan usaha perdagangan.

b. SIUP sebagai alat yang efektif untuk melakukan pembinaan untuk memelihara komunikasi antara pemerintah dengan dunia usaha.

3. Peranan

a. Dalam kegiatan perbankan, SIUP sebagai salah satu prasyarat untuk dapat memanfaatkan fasilitas perkreditan atau menjadi sarana (akses) untuk dapat memasuki pasar uang modal.

b. SIUP digunakan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan melaksanakan tender pengadaan barang dan/atau jasa dan barang kebutuhan pemerintah atau lembaga administrasi pemerintah lain termasuk BUMN/BUMD.

c. SIUP merupakan persyaratan dokumen ekspor impor yang banyak diminta oleh mitra dagang diluar negeri seperti Certificate of Origin.

Menurut Siswosoediro (2008: 41) perusahaan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar. Dalam perusahaan wajib memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 46/MDAG/PER/9/2009 dengan Pasal 2 Ayat (1) menyatakan setiap Perusahaan Perdagangan wajib memiliki SIUP.

Adapun jenis Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) , yaitu : a. SIUP Kecil

SIUP Kecil wajib dimiliki oleh perusahaan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya sampai dengan Rp.

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. SIUP Menengah

SIUP Menengah wajib dimiliki olah perusahaan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

c. SIUP Besar

(45)

SIUP Besar wajib dimiliki oleh perusahaan dengan modal dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya si atas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

d. SIUP Perseroan Terbuka (Tbk)

SIUP ini wajib dimiliki oleh perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berstatus Perseroan Terbuka dan telah menjual saham perusahaan paling banyak 49% dari seluruh jumlah saham perusahaan kepada badan usaha dan/atau perorangan asing melalui penawaran secara umum dan terbuka.

Berdasarkan uraian di atas, klasifikasi SIUP didasarkan pada Kekayaan Bersih yang dimiliki oleh Perusahaan Perdagangan. Kekayaan Bersih usaha yang dimaksud diatas adalah hasil dari pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Kewajiban memiliki SIUP sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.09/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan, Perusahaan yang wajib SIUP anatar lain :

1. Perusahaan yang diwajibkan memiliki SIUP adalah kantor Pusat/Induk dari setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan baik perdagangan barang maupun perdagangan jasa, berkedudukan dan menjalankan kegiatan usahanya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan demikian kantor Cabang atau kantor perwakilan tidak diwajibkan memiliki SIUP tersendiri.

2. Bentuk Usaha Perusahaan Perdagangan meliputi : a. Perseroan Terbatas (PT)

b. Koperasi

c. Persekutuan Komanditer (CV) d. Persekutuan Firma (Fa) e. Perongan

Kemudian berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.09/M-DAG/PER/3/2006, kewajiban memiliki SIUP dikecualikan terhadap:

1. Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di luar sektor perdagangan

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan OPA, NPM dan NPS  Aspek  Old Public
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa hingga tahun 2018 pegawai  terbanyak adalah Golongan III/b, kemudian disusul Golongan III/d
Tabel 4.5 Target dan Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2016 s/d  2018
Tabel 4.6 Jumlah Pegawai berdasar Tingkat Pendidikan  No.  Jabatan  Laki-laki  Perempuan   Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena adanya kemungkinan kesalahan saat distilasi (kadar etanol yang dianalisa menjadi lebih kecil dari yang seharusnya), maka kadar etanol hasil analisa

Dari perhitungan dengan menggunakan tarif dasar pelayanan kesehatan Pemerintah yang berlaku sekarang ini, untuk peserta lebih dari )*** ##, atau (***.. orang,

Pada penelitian ini peneliti membandingkan dua metode yaitu metode C4.5 dan Metode Naïve Bayes untuk dipresentasikan dalam kelulusan Mahasiswa.Data yang diambil dari 2

Sejalan dengan hipotesis penelitian yang menganggap pertumbuhan kota-kota Indonesia berperilaku secara power law, maka upaya untuk menganalisisnya adalah dengan

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk menentukan parameter yang perlu digunakan dalam penggolongan Uang Kuliah Tunggal

[r]

Sangat sedikit penelitian sebelumnya yang dapat menunjukkan gambaran perbedaan luaran pasien dengan perdarahan intraserebral atau perdarahan intraventrikuler yang

Bagi Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menangani masalah kriminalitas agar dapat memanfaatkan informasi dan mempelajari bagaimana rasa optimis