• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menumbuhkan Kepedulian Lingkungan melalui Literasi Sains: Penggunaan Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Efektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Menumbuhkan Kepedulian Lingkungan melalui Literasi Sains: Penggunaan Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Efektif"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

95 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN JURUSAN TARBIYAH FTIK

IAIN PALANGKA RAYA

Menumbuhkan Kepedulian Lingkungan melalui Literasi Sains:

Penggunaan Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Efektif

Enggal Mursalin1, Aria Bayu Setiaji2

1,2 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon enggal.mursalin@iainambon.ac.id

Abstract Keywords:

scientific literacy;

environmental care character;

learning approaches and models

Ambon City as one of the most populous cities in Maluku Province has problems related to the attitude of environmental awareness of its citizens which is still very low. Activities such as throwing garbage in rivers and seas, excessive use of plastics, burning garbage, and other similar activities further exacerbate environmental conditions in this city. This study aims to reveal the implementation of scientific literacy in learning activities in an effort to grow students' environmental awareness. The results of the study reveal that scientific literacy can be implemented in learning activities through Contextual Teaching and Learning (CTL) and Science-Environment-Technology-Society (SETS) approaches with Problem Based Learning (PBL) and Inquiry learning models. Good scientific literacy skills will help improve students' environmental care character, so it is hoped that students will be able to become individuals who care about environmental sustainability in their place of residence. The school needs to synergize with teachers in preparing curriculum, learning tools, learning methods and models, as well as supporting facilities and infrastructure in an effort to improve students' scientific literacy, so that efforts to grow student environmental awareness can be achieved optimally.

Abstrak Kata Kunci:

literasi sains;

karakter peduli lingkungan;

pendekatan dan model

pembelajaran

Kota ambon sebagai salah satu kota terpadat di Provinsi Maluku memiliki permasalahan terkait sikap kepedulian lingkungan warga masyarakatnya yang masih sangat rendah. Aktivitas seperti membuang sampah di aliran sungai dan laut, penggunaan plastik yang berlebihan, membakar sampah, serta aktivitas serupa lainnya semakin memperparah kondisi lingkungan di kota ini. Penelitian ini bertujuan mengungkap implementasi literasi sains pada kegiatan pembelajaran dalam upaya menumbuhkan kepedulian lingkungan siswa. Hasil penelitian mengungkap bahwa literasi sains dapat diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Science-Environment-Technology- Society (SETS) dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Inkuiri. Kemampuan literasi sains yang baik akan turut meningkatkan karakter peduli lingkungan siswa, sehingga diharapkan siswa mampu menjadi individu yang peduli akan kelestarian lingkungan di tempat tinggalnya. Pihak sekolah perlu bersinergi dengan guru dalam menyusun kurikulum, perangkat pembelajaran, metode dan model pembelajaran, serta sarana dan prasarana yang mendukung dalam upaya meningkatkan literasi sains siswa, sehingga upaya menumbuhkan kepedulian lingkungan siswa dapat tercapai dengan optimal.

I. PENDAHULUAN

Permasalahan terkait buruknya pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia telah menjadi isu dalam kajian dan diskusi di beberapa tahun terakhir. Buruknya

(2)

96 penataan kota yang menyebabkan menjamurnya kawasan kumuh (Dahlan, 2018), deforestasi hutan lindung akibat perubahan iklim (Anggraini & Trisakti, 2011; Pattilouw, Mardiatmoko, & Puturuhu, 2019), pengalihfungsian lahan hijau menjadi permukiman (Laka, Sideng, & Amal, 2017; Pesulima, Kunu, & Siregar, 2018; Metekohy, Mononimbar, & Tarore, 2016), aktivitas membuang sampah di sepanjang aliran sungai dan laut (Fattah & Suhirman, 2019; Mesfer & Fataruba, 2021), pencemaran lingkungan oleh limbah industri dan rumah tangga (Notanubun, 2018), dan aktivitas serupa lainnya semakin memperparah kondisi lingkungan di banyak kota besar di Indonesia. Tak terkecuali di Kota Ambon, dimana permasalahan terkait isu lingkungan hidup turut menyebabkan beberapa bencana alam tahunan yang kerap melanda Kota ini.

Bencana alam tahunan seperti banjir dan tanah longsor kerap terjadi di beberapa lokasi di kota Ambon (Kesaulya, Poli, & Takumansang, 2016;

Pattipeilohy, Pattiselanno, & Mardiatmoko, 2019; Nurjanah & Mursalin, 2022).

Namun demikian, pemerintah Kota Ambon maupun Provinsi Maluku belum melakukan upaya pencegahan (preventif) yang baik. Selama ini hanya mengerjakan upaya penanganan dan pemulihan dampak saja (Roos, 2021).

Padahal permasalahan rendahnya kepedulian lingkungan masyarakat harus diselesaikan melalui bentuk pencegahan, atau dengan kata lain melalui upaya edukasi yang berkelanjutan. Maka dari itu, melalui pendidikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran, permasalahan rendahnya kepedulian lingkungan ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama (Simsekli, 2015).

Penyelesaian terhadap permasalahan buruknya lingkungan hidup memerlukan sebuah pengetahuan, sikap, dan perilaku yang bijak dan bertanggung jawab setiap individu masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan hidupnya dengan baik, sehingga lingkungan tersebut mampu menopang segala aktivitas kehidupan masyarakatnya (Martini, Rosdiana, Subekti, & Setiawan, 2018). Karena memang tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan lingkungan muncul disebabkan oleh sikap perilaku individu dalam aktivitas kehidupan sehari-harinya (Rizal & Meidawaty, 2020).

Salah satu upaya solutif atas permasalahan tersebut yakni melalui literasi sains. Menurut Programme for International Student Assessment (PISA) literasi

(3)

97 sains dimaknai sebagai kemampuan individu warganegara dalam menghubungkan isu atau fenomena yang berkaitan dengan sains dan gagasan sains (OECD, 2004). Selanjutnya, (Choerunnisa, Wardani, & Sumarti, 2017) menambahkan bahwa setiap individu masyarakat dituntut untuk memiliki wawasan saintifik dan literasi sains dalam upaya memecahkan masalah di kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks akibat kemajuan IPTEK termasuk di dalamnya permasalahan terkait lingkungan hidup.

Namun demikian, berdasarkan rangkuman data yang dikeluarkan oleh PISA, disebutkan bahwa kemampuan literasi sains siswa di Indonesia masih di bawah rata-rata skor internasional (Toharudin, Hendrawati, & Rustaman, 2011).

Diperkuat oleh pendapat (Narut & Supardi, 2019) yang mendeskripsikan peringkat literasi sains siswa di Indonesia yang cenderung menurun berdasarkan penilaian PISA dari rentang tahun 2000 hingga 2018. Hasil tersebut mencerminkan bahwa sistem pendidikan Indonesia belum mampu memfasilitasi pemberdayaan literasi sains siswa. Rendahnya kemampuan literasi sains siswa di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, penerapan kurikulum dan sistem pendidikan yang kurang mendukung, pemilihan metode dan model pembelajaran oleh guru yang kurang variatif, sarana dan fasilitas belajar yang belum maksimal, dan penggunaan sumber belajar yang kurang menarik (Kurnia, Zulherman, & Fathurohman, 2014; Ashri & Hasanah, 2015).

Pun demikian yang terjadi di beberapa sekolah dasar (SD)/sederajat di Kota Ambon. Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap beberapa guru kelas yang mengajar mata pelajaran IPA, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas dilakukan dengan tanpa memperhatikan peningkatan kemampuan literasi sains siswa. Hal ini ditandai dengan proses pembelajaran yang, 1) hanya sekadar transfer informasi dari guru kepada siswa, 2) metode pembelajaran yang kurang interaktif dan kooperatif (hanya menggunakan metode ceramah), 3) kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA, 4) siswa hanya terpaku pada pengertian teori dan konsep saja, 5) tidak ada kegiatan praktikum/kegiatan outdoor berkaitan dengan pemahaman konsep sains, 6) siswa tidak mampu mengaitkan konsep sains dengan aplikasi di kehidupan sehari-hari, dan 7) kurangnya kreativitas guru dalam menggunakan sumber belajar berupa bahan ajar, media, dan alat peraga sains.

(4)

98 Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa perlu diadakan kajian terkait upaya meningkatkan literasi sains siswa, dengan harapan pada akhirnya dapat menumbuhkan karakter kepedulian lingkungan siswa di Indonesia. Sehingga diharapkan permasalahan terkait lingkungan hidup dapat segera teratasi melalui upaya preventif (pencegahan) yang dilakukan di dalam proses pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar.

II. METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode literature review (studi literatur), yakni dengan mengkaji sumber data berupa literatur buku dan artikel terkait dengan tema literasi sains. Penelitian studi literatur dipahami sebagai penelitian yang didasarkan pada hasil rangkuman tertulis dari beberapa sumber literatur seperti artikel, buku, dan dokumen lain yang terkait dengan tema yang sedang diamati (Creswell & Poth, 2016). Hal ini sesuai dengan tujuan utama dalam penelitian ini yakni mendeskripsikan penerapan metode dan model pembelajaran dalam upaya meningkatkan literasi sains siswa. Dimana peningkatan literasi sains tersebut pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian lingkungan siswa yang ditandai dengan beberapa indikator, diantaranya 1) membuang sampah pada tempatnya, 2) membersihkan lingkungan sekolah, 3) menjaga kebersihan ruangan kelas, 4) memelihara tanaman, dan 5) memperindah lingkungan sekolah (Mukminin, 2014).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara holistik, sains dipandang sebagai cara berpikir (a way of thinking) dalam upaya memeroleh pemahaman tentang semesta alam berikut sifat-sifatnya.

Kemudian sains juga dimaknai sebagai cara menyelidiki (a way of investigating) dalam mendeskripsikan fenomena-fenomena alam tersebut sekaligus sebagai batang tubuh pengetahuan (a body of knowledge) yang diperoleh dari rasa keingintahuan (inquiry) manusia (Chiappetta, Fillman, & Sethna, 1991).

Diperkuat oleh pendapat (Carin, 1993) yang mendeskripsikan bahwa pembelajaran sains adalah proses pembelajaran yang didasari pada Produk, Proses, dan Sikap. Sains dipahami sebagai produk, yakni rangkaian fakta, konsep, prinsip dan hukum-hukum terkait. Selanjutnya sains sebagai proses dipahami sebagai rangkaian kegiatan ilmiah seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menduga, dan menyimpulkan atau yang

(5)

99 dikenal dengan metode ilmiah. Kemudian sains sebagai sikap dimaknai sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin keingintahuan yang tinggi, bersikap kooperatif, mau menerima perbedaan, dan mampu menerima sebuah kegagalan.

Rustaman & Lufri (2016) menambahkan bahwa pembelajaran sains utamanya bertujuan untuk melatih siswa terbiasa berpikir, bersikap dan bertindak berdasarkan pemahaman tentang konsep dan prinsip sains, atau dengan kata lain pembelajaran sains diharapkan mampu menumbuhkan literasi sains. Selanjutnya, dalma kajian ini lebh difokuskan kepada kemampuan literasi dalam upaya menumbuhkan kepedulian lingkungan siswa.

Literasi Sains untuk Menumbuhkan Kepedulian Lingkungan

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) literasi sains (scientific literacy) didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan di alam yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2015). Kemampuan literasi sains sangat penting untuk dikuasai setiap individu dalam upaya memahami lingkungan hidup (Kurnia et al., 2014). Pada akhirnya, kemampuan literasi sains diharapkan mampu menuntun setiap individu menjadi manusia yang lebih bijak dalam bertanggungjawab atas keputusan yang ia ambil dalam kaitannya penyelesaian masalah yang dihadapi (termasuk permasalahan lingkungan).

Upaya penginternalisasian literasi sains pada pendidikan di Indonesia dimulai pada tahun 1993 dan diakomodasi oleh pemerintah dalam melalui penerapan kurikulum 2006 (KTSP) dan semakin diseriusi dalam kurikulum 2013 dalam bentuk model pembelajaran inkuiri dan pendekatan ilmiah (scientific approach) (Choerunnisa et al., 2017). Sedangkan sikap peduli lingkungan dipahami sebagai sikap memperhatikan terhadap segala hal yang terdapat di lingkungan berupa komponen biotik maupun abiotik dan dengan penuh tanggungjawab untuk selalu menjaga kelestarian dan keseimbangannya dengan berusaha untuk tidak berbuat kerusakan terhadapnya (Rizal & Meidawaty, 2020).

Dalam kaitannya dengan sikap peduli lingkungan, indikator yang dapat diamati pada siswa SD/sederajat yakni perilaku terkait, 1) membuang sampah pada tempatnya, 2) membersihkan lingkungan sekolah, 3) menjaga kebersihan

(6)

100 ruangan kelas, 4) memelihara tanaman, dan 5) memperindah lingkungan sekolah (Mukminin, 2014).

Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Efektif

Menumbuhkan sikap kepedulian lingkungan siswa dapat diupayakan melalui proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun kegiatan luar kelas (outdoor). Pengembangan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dapat dilakukan dengan mengintegrasikan materi lingkungan, melaksanakan praktik di lapangan maupun pembelajaran berbantuan alam sekitar (Kristyowati & Purwanto, 2019). Selanjutnya, pembelajaran dalam upaya meningkatkan literasi sains siswa juga diperlukan sarana dan prasarana yang memadai (Choerunnisa et al., 2017)

Hosnan (2014) menguraikan bahwa pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran dimana guru berupaya menghadirkan realita di kehidupan sehari-hari ke dalam kelas dan membimbing siswa dalam menghubungkaitkan antara konstruksi pengetahuan atau teori yang ia peroleh tersebut dengan penerapannya dalam memecahkan permasalahan di kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya Nurdin (2009) mengemukakan bahwa contextual mengandung arti:

yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks;

yang membawa maksud, makna, dan kepentingan (Choerunnisa et al., 2017).

Depdiknas (2003) menguatkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) selalu melibatkan komponen utama yaitu, konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya (Masfufah & Ellianawati, 2020). Ketujuh komponen tersebut dapat dimaknai juga sebagai proses inkuiri, dimana inkuiri diartikan sebagai suatu proses pencarian kebenaran terhadap informasi atau pengetahuan.

Model pembelajaran inkuiri mengharuskan siswa mengolah terhadap isi pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai, bukan hanya sebatas materi yang dicatat saja kemudian dihafal (Choerunnisa et al., 2017).

Selanjutnya dalam upaya menumbuhkan kepedulian lingkungan siswa, dapat pula diaplikasikan pendekatan pembelajaran SETS (Science Environment Technology Society), dimana SETS merupakan salah satu konsep belajar bermakna, karena siswa diajak langsung untuk mempelajari IPA dari dampak teknologi yang ada di lingkungan sekitar (Mursalin, 2015; Ristina, Linuwih, &

Nuswowati, 2019).

(7)

101 Tujuan utama pendekatan pembelajaran SETS yakni membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk pemikiran kritis serta logis dengan mempertimbangkan penjelasan alternatif. Melalui cara ini siswa dapat aktif mengembangkan pemahaman IPA mereka dengan mengkombinasikan pengetahuan mereka dengan keterampilan bernalar dan berpikirnya (Acesta, 2017)

Dalam kaitannya dengan upaya menumbuhkan kepedulian lingkungan, sudah seharusnya proses pembelajaran berorientasi kepada cara siswa belajar dari lingkungan sekitarnya melalui proses melihat peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan dan mengaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki. Salah satu upayanya yakni dengan penerapan model pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini lebih menekankan pada proses menciptakan sesuatu yang baru bagi siswa atau dengan kata lain siswa mendapatkan kecakapan lebih banyak dari pada pengetahuan yang dihafal.

Kecakapan tersebut meliputi memecahkan masalah, berpikir kritis, bekerja dalam kelompok, serta interpersonal dan komunikasi (Haryadi, Priyono, & Retnoningsih, 2015). Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepedulian lingkungan siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, dipahami bahwa peningkatan kemampuan literasi sains siswa dalam upaya menumbuhkan kepedulian lingkungan dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dan SETS, serta didukung dengan model pembelajaran inkuiri dan PBL. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pendekatan dan model pembelajaran lainnya pun dapat diimplementasikan dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.

IV. KESIMPULAN

Merujuk pada uraian hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi sains dimaknai sebagai kapasitas individu dalam mengimplementasikan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan- pertanyaan hingga pada kemampuan untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam memahami alam semesta. Kemampuan literasi sains penting sekali untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana

(8)

102 siswa dapat memahami permasalahan terkait lingkungan. Kemampuan literasi sains yang baik berjalan beriringan dengan sikap peduli lingkungan yang baik pula. Dalam upaya untuk meningkatkan literasi sains tersebut, diketahui ada beberapa pendekatan dan model pembelajaran yang dapat diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran yakni, pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Science-Environment-Technology-Society (SETS) serta didukung oleh penggunaan model pembelajaran yang aktif dalam mengembangkan penalaran logis seperti penerapan model pembelajaran inkuiri dan problem based learning (PBL). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai efektivitas dan pengaruh penerapan pendekatan dan model pembelajaran yang telah disebutkan terhadap kemampuan literasi sains dan kepedulian lingkungan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Acesta, A. (2017). Upaya Mengembangkan Literasi Sains Menggunakan Model Sets (Science Environment Technology Sosiety) dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 4(1).

Anggraini, N., & Trisakti, B. (2011). Kajian dampak perubahan iklim terhadap kebakaran hutan dan deforestasi di provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Penginderaan Jauh Dan Pengolahan Data Citra Digital, 8.

Ashri, N., & Hasanah, L. (2015). Pengembangan bahan ajar IPA terpadu pada tema energi dan lingkungan. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan Pembelajaran Sains, 469–472.

Carin, A. A. (1993). Teaching modern science. Simon & Schuster Books For Young Readers.

Chiappetta, E. L., Fillman, D. A., & Sethna, G. H. (1991). A method to quantify major themes of scientific literacy in science textbooks. Journal of Research in Science Teaching, 28(8), 713–725.

Choerunnisa, R., Wardani, S., & Sumarti, S. S. (2017). Keefektifan pendekatan contextual teaching learning dengan model pembelajaran inkuiri terhadap literasi sains. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 11(2), 1945–1956.

Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2016). Qualitative inquiry and research design:

Choosing among five approaches. Sage publications.

Dahlan, E. D. U. (2018). Strategi dan Tantangan Penanganan Kawasan Kumuh di Kota Ambon. FIKRATUNA: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 8(2).

Fattah, A., & Suhirman, S. (2019). Pengaruh Literasi Sains, Pemahaman Quran Hadis, Dan Kecerdasan Naturalis Terhadap Sikap Peduli Lingkungan Siswa.

(9)

103 TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam, 14(2), 227–246.

Haryadi, E. F., Priyono, A., & Retnoningsih, A. (2015). DESAIN PEMBELAJARAN LITERASI SAINS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING DALAM MEMBENTUK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. Journal of Innovative Science Education, 4(2), 1–7. Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise/article/view/9898

Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21: Kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Ghalia Indonesia.

Kesaulya, H. M., Poli, H., & Takumansang, E. D. (2016). Perencanaan mitigasi bencana longsor di Kota Ambon. Spasial, 3(3), 228–235.

Kristyowati, R., & Purwanto, A. (2019). Pembelajaran literasi sains melalui pemanfaatan lingkungan. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 9(2), 183–191.

Kurnia, F., Zulherman, Z., & Fathurohman, A. (2014). Analysis of Physics Teaching Material for Grade XI in the district of north Indralaya based on scientific literacy themes. Faculty of Teacher Training and Education, Sriwijaya University.

Laka, B. M., Sideng, U., & Amal, A. (2017). Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Jurnal Geocelebes, 1(2), 43–52.

Martini, M., Rosdiana, L., Subekti, H., & Setiawan, B. (2018). Strengthening students’ characters and ecopreneurship through science, environment, technology, and society course. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 7(2), 162–

171.

Masfufah, F. H., & Ellianawati, E. (2020). Peningkatan Literasi Sains Siswa Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Bermuatan Etnosains. UPEJ Unnes Physics Education Journal, 9(2), 129–138.

Mesfer, A. F., & Fataruba, S. (2021). Akibat Hukum Terhadap Limbah Sampah Plastik Di Teluk Ambon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. TATOHI: Jurnal Ilmu Hukum, 1(6), 554–563.

Metekohy, E. F., Mononimbar, W., & Tarore, R. C. (2016). PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN PADA PUSAT KOTA AMBON. SPASIAL, 3(1), 106–112.

Mukminin, A. (2014). Strategi pembentukan karakter peduli lingkungan di sekolah adiwiyata mandiri. Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 19(02), 227–252.

Mursalin, E. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Bervisi SETS (Science, Environment, Technology And Society) dan Berbasis Kewirausahaan Kimia (Chemoentrepreneurship) Kompetensi Terkait Hidrokarbon Dan Minyak Bumi. Majalah Ilmiah Pawiyatan, 22(2), 113–127.

Narut, Y. F., & Supardi, K. (2019). Literasi sains peserta didik dalam pembelajaran ipa di indonesia. JIPD (Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar), 3(1),

(10)

104 61–69.

Notanubun, S. G. (2018). Kajian Kerusakan Lingkungan Perairan Sungai Wae Tomu Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Kota Ambon. Universitas Gadjah Mada.

Nurjanah, S., & Mursalin, E. (2022). Pentingya Mitigasi Bencana Alam Longsor Lahan: Studi Persepsi Mahasiswa. Jurnal Basicedu, 6(1), 521–530.

OECD. (2004). PISA Learning for Tomorrow’s World: First Results from PISA 2003 (Vol. 659). Simon and Schuster.

OECD. (2015). Draft science framework. 2014-07-17]. Http://Www. Oecd.

Org/Pisa/Pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. Pdf. Paris.

Pattilouw, I. R., Mardiatmoko, G., & Puturuhu, F. (2019). ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN DI IUPHHK-HA PT. GEMA HUTAN LESTARI KABUPATEN BURU PROVINSI MALUKU. JURNAL HUTAN PULAU-PULAU KECIL, 3(2), 127–135.

Pattipeilohy, D., Pattiselanno, A. E., & Mardiatmoko, G. (2019). Resiliensi Masyarakat Terhadap Banjir (Studi Kasus Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon). Agrilan: Jurnal Agribisnis Kepulauan, 7(1), 88–105.

Pesulima, Y. M., Kunu, P., & Siregar, A. (2018). Analisis Bahan Pencemar Dominan Di Muara Way Tomu Dan Muara Way Lela Wilayah Pesisir Kota Ambon. Jurnal Budidaya Pertanian, 14(2), 55–65.

Ristina, H., Linuwih, S., & Nuswowati, M. (2019). Sets learning efficacy to improve students science literacy skills. Journal of Innovative Science Education, 8(2), 183–189.

Rizal, S., & Meidawaty, S. (2020). Membangun Kepedulian Lingkungan Peserta Didik MI melalui Literasi Sains. PANDAWA, 2(2), 378–387.

Roos, D. O. (2021). David. O. Roos, Sampah dan Masalah Sosial Kemasyarakatan Di Ahuru Air Besar Kota Ambon. HIPOTESA-Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 15(1), 57–69.

Rustaman, N., & Lufri, M. S. (2016). Pembelajaran Masa Depan Melalui Stem Education. Seminar Nasional Biologi Edukasi, 1.

Simsekli, Y. (2015). An implementation to raise environmental awareness of elementary education students. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 191, 222–226.

Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun literasi sains peserta didik. In Bandung: Humaniora.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan desain pembelajaran hanya melaksanakan langkah 1 sampai 5 saja, mulai dari pengumpulan informasi dan penelitian pendahuluan (studi

Sumber: Gambar 1 diambil dari Buku Maria Ullfah Subadio Pembela Kaumnya karya Gadis Rasid, 1982, Jakarta: Bulan Bintang.. Gambar 2 diambil dari Majalah Historia, Nomor 1,

Kadar etanol yang diperoleh dari hasil fermentasi terdiri dari campuran etanol-air maupun senyawa pengotor sehingga perlu dilakukan pemurnian untuk meningkatkan kadar

Persoalan Kalam Allah termasuk masalah terbesar. Polemik mengenainya berkepanjangan antara golongan Ahlus Sunnah wal Jama'ah di satu pihak dengan sejumlah golongan

Mengklasifikasikan daun jahe menurut ukuran kemudian menghitungnya Assalamualaikum wr,wb ayah dan bunda, pada hari senin ini, Ananda akan melakukan pembelajaran dari rumah,

Menurut Fatah (2008: 73-75) kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang dapat dilihat dari indikator

Adapun kriteria diagnostik insomnia menurut PPDGJ III atau ICD10, yaitu adanya keluhan sulit masuk tidur, mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk; gangguan

c) The product and services of the organization. Produk dan pelayanan dari organisasi. The organization shall apply all the requirements of this International Standard if they