• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faal Paru pada Polisi Lalu Lintas di Polres Metropolitan Tangerang Kota dan Determinannya. Pulmonary Function Test of Traffic Policeman in Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Faal Paru pada Polisi Lalu Lintas di Polres Metropolitan Tangerang Kota dan Determinannya. Pulmonary Function Test of Traffic Policeman in Tangerang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi: Rofiman Hermanu

Email: [email protected]; Hp: 08170915615

Faal Paru pada Polisi Lalu Lintas di Polres Metropolitan Tangerang Kota dan Determinannya

Rofiman, Faisal Yunus, Feni Fitriani Taufik

Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUP Persahabatan, Jakarta

Abstrak

Latar belakang: Kemajuan perkembangan Kota Tangerang menyebabkan peningkatan kesibukan lalu lintas di jalan raya. Peningkatan jumlah kendaraan akan meningkatkan pajanan polusi udara seperti debu, asap dan zat polutan lain hasil pembakaran mesin kendaraan.

Hal ini dapat berpengaruh terhadap faal paru orang-orang yang berada di jalanan terutama pada polisi lalu lintas yang sedang bekerja.

Penelitian ini dilakukan untuk menilai pajanan zat polutan, indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan merokok, masa tugas, dan pemakaian masker pelindung terhadap nilai faal paru.

Metode: Dilakukan survei terhadap 112 anggota polisi lalu lintas yang bertugas di lapangan Polres Metropolitan Tangerang pada bulan Oktober sampai dengan November 2012. Nilai faal paru didapatkan dengan spirometri, kadar CO dengan CO meter, juga dilakukan pemeriksaan fisis, foto toraks dan wawancara kuesioner, dan pengukuran indeks pencemaran dengan survei kualitas udara.

Hasil: Penurunan nilai faal paru terjadi pada 19 dari 112 polisi, meliputi restriksi ringan 13% dan obtruksi ringan 4%. Seluruh foto toraks normal. Delapan puluh satu persen polisi mempunyai berat badan lebih atau obese, 60,7% perokok aktif dan 63 % mempunyai kebiasaan penggunaan masker yang buruk.

Kesimpulan: Prevalensi gangguan faal paru pada polisi lalu lintas adalah 17% dan kelompok umur mempunyai hubungan yang bermakna terhadap faal paru polisi lalu lintas. (J Respir Indo. 2017; 37: 1-7)

Kata kunci: Polusi udara, faal paru, polisi lalu lintas

Pulmonary Function Test of Traffic Policeman in Tangerang

Abstract

Background: Tangerang has developed to being big city causing development oftraffic and vehicles volume. The fumes, chemical and particles present in the emission are reported to influence the people especially traffic policemen. This study was taken up to assess the effect of air pollution to the PFT. The measurement were recorded in age, body weight, height, forced vital capacity, forced expiratory volume in first second, gender, smoking habit, body mass index (BMI), year of duty, chest x ray and protection mask.

Methods: We evaluated 112 traffic police personels in Tangerang City between October to November 2012. Subject of this study were interviewed to identify the clinical sign, physical examination, pulmonary function test, chest x ray, measurement CO level by using CO smoker analyzer and air pollutant level were done.

Results: Nineteen from 112 police personel have decrease of PFT. Thirteen (13%) policemen was indicated mild restriction to the lung expansion and 5 (4%) policemen with mild obstruction. Total Suspended Particle (TSP) was 478,8 ug/Nm3 higher than normal limit 230 ug/

Nm3. Weight and height were measure to calculate BMI, we found that most of police personel have overweight and obese. Sixty percent of policemen were active smoker. All of the X ray in normal limit.

Conclusion: There was decrease in PFT in 17% of police personels. These indicated by mild restriction and mild obstruction. There are significant correlation between age and PFT. (J Respir Indo. 2017; 37: 1-7)

Keywords: Air pollution, pulmonary function test, traffic policeman

(2)

PENDAHULUAN

Transportasi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan suatu kota. Perkembangan kota seperti Kota Tangerang menyebabkan laju pertambahan ken­

daraan bermotor meningkat dengan pesat. Sema kin banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang digunakan per satuan waktu pada wilayah tertentu menye babkan semakin tingginya polusi udara di suatu wilayah.1

Chattopadhyaya5 melaporkan bahwa gangguan fungsi paru yang bersifat obstruktif, restriktif atau campuran berkaitan secara langsung dengan konsen­

trasi debu dan lamanya pajanan. Lagorio S. dkk4 mela­

porkan bahwa polusi udara menyebabkan penu runan faal paru pada kelompok individu yang sebelumnya telah mempunyai riwayat penyakit paru.4,5 Penelitian ini merupakan survei kesehatan kesehatan respirasi para anggota polisi lalu lintas, mengingat profesi tersebut mempunyai risiko yang sangat besar terpajan zat­zat polutan udara yang berbahaya.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain uji potong lintang deskiptif atau dengan sampel seluruh polisi lalu lintas yang bertugas di lapangan di Polres Metropolitan Tangerang Kota pada bulan Oktober sampai dengan November 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu laki­laki, dapat melakukan pemeriksaan uji faal paru secara baik, bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed consent, berusia 20­

58 tahun. Sedangkan kriteria eksklusinya sedang menderita penyakit paru yang luas yang mem­

pengaruhi hasil pemeriksaan spirometri dan tidak datang saat pemeriksaan atau hanya mengikuti sebagian pemeriksaan atau hasil pemeriksaan tidak dapat diterima. Subjek penelitian dikumpulkan bebe­

rapa hari sebelumnya dan diinformasikan tentang rencana penelitian dan apa yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada hari yang telah ditentukan subjek penelitian yang telah bersedia diteliti, dilakukan wawancara, pemeriksaan fisis, pemeriksaan spiro­

metri, CO, dan foto toraks.

HASIL

Karakteristik subjek penelitian yang meliputi umur, status gizi, riwayat merokok, pemakaian masker, indeks Brinkman, dan masa tugas. Usia subjek yang terdiri dari kelompok usia < 31 tahun sebanyak 17 orang (15,2%), kelompok usia 31­

40 tahun sebanyak 52 orang (46,4%), kelompok usia 41­50 tahun sebanyak 31 orang (27,7%) dan kelompok usia 51­60 tahun sebanyak 12 orang (10,7%). Semua subjek penelitian berjenis kelamin laki­laki. Status gizi anggota polisi lalu lintas terdiri dari kelompok normoweight sebanyak 21 orang (18,8%), selanjutnya kelompok overweight sebanyak 66 orang (58,9%) dan kelompok obese sebanyak 25 anggota (22,3%). Riwayat merokok terdiri dari kelompok bukan perokok sebanyak 44 orang (39,3%) dan perokok 68 orang (60,7%). Kelompok perokok terbagi menjadi perokok ringan sebanyak 29 orang (25,8%), kelompok perokok sedang sebanyak 33 orang (29,5%) dan kelompok perokok berat sebanyak 6 orang (5,4%). Kebiasaan pemakaian masker terdiri dari baik sebanyak 26 orang (23,2%), sedang sebanyak 15 orang (13,4 %) dan buruk sebanyak 71 orang (63,4%). Masa tugas anggota polisi lalu lintas Polres Metro Tangerang Kota terdiri dari kurang dari 6 tahun sebanyak 5 orang (4,5%), enam sampai 10 tahun sebanyak 22 orang (19,6%) dan lebih dari 10 tahun 85 orang (75,9%). Karakteristik subjek penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Nilai rerata dan median variabel pengukuran Karakteristik subjek yang terukur meliputi kelom pok usia, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh (IMT), masa tugas, dan kadar CO.

Rerata kelompok usia adalah 39,5 tahun dan median kelompok usia 38,5 tahun. Tinggi badan mempunyai rerata 167,5 cm dan nilai median 167,0 cm. Berat badan mempunyai nilai rerata 78,7 kg dan median 78,0 kg. Rerata IMT adalah 28,0 dan median 27,6. Rerata masa tugas adalah 17,3 tahun dengan nilai median 16 tahun. Rerata kadar CO 12,9 ppm dan nilai median 9,5 ppm. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

(3)

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik Jumlah Persentase (%)

Usia< 31 tahun 17 15,2

31 – 40 tahun 52 46,4

41 – 50 tahun 31 27,7

51 – 60 tahun 12 10,7

Status gizi (n=112)

Normoweight 21 18,8

Overweight 66 58,9

Obese 25 22,3

Riwayat merokok

Bukan perokok 44 39,3

Bekas perokok ­ 0

Perokok aktif 68 60,7

Indeks Brinkman

Bukan perokok 44 39,3

Perokok ringan 29 25,8

Perokok sedang 33 29,5

Perokok berat 6 5,4

Pemakaian masker

Baik 26 23,2

Sedang 15 13,4

Buruk 71 63,4

Masa tugas

< 6 tahun 5 4,5

6 – 10 tahun 22 19,6

> 10 tahun 85 75,9

Tabel 2. Nilai rerata dan median variabel subjek (n=112)

Variabel Rerata Standar Deviasi Minimum MaksimumRange Median Umur

(tahun) 39,5 8,0 26,0 57,0 38,5

Tinggi (cm) 167,5 4,3 155,0 183,0 167,0

Berat (kg) 78,7 11,1 57,0 120,0 78,0

IMT 28,0 3,4 20,6 37,2 27,6

Masa tugas

(tahun) 17,3 8,1 3,0 37,0 16,0

Co (ppm) 12,9 9,5 3,0 54,0 9,0

Nilai faal paru

Pengukuran nilai faal paru anggota polisi lalu lintas didapatkan nilai rerata kapasitas vital paksa (KVP) 3,4 L dan nilai median 3,5 L. Rerata volume ekspirasi paksa detik pertama adalah 3,0 L dan mediannya 3,0 L. Rerata arus pucak ekspirasi (APE) 7,9 L/det dan nilai median 7,9 L/det. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Nilai faal paru dan pemeriksaan foto toraks Pengukuran nilai faal paru anggota polisi lalu lintas didapatkan hasil spirometri normal sebanyak 93 orang (83%), restriksi ringan sebanyak 14 orang (13%) dan obstruksi ringan sebanyak 5 orang (4%). Hasil pemeriksaan foto toraks mendapatkan 112 anggota memiliki foto toraks normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Pengukuran faal paru (n=112) Faal Rerata Standar

Deviasi Range Median

Minimum Maksimum

KVP (L) 3,4 0,6 2,1 4,9 3,5

VEP1 (L) 3,0 0,5 2,1 4,3 3,0

APE (L/det) 7,9 1,4 3,9 12,9 7,9

KVP% 93,8 14,0 61,0 128,0 95,0

Ratio 86,0 7,2 72,0 100,0 85,0

Tabel 4. Sebaran subjek berdasarkan hasil spirometri dan foto toraks (n=112)

Kondisi paru Jumlah Persentase (%) Hasil spirometri

Normal 93 83

Restriksi ringan 14 13

Obstruksi ringan 5 4

Foto toraks

Normal 112 100

Kelainan 0 0

Keluhan pernapasan

Hasil wawancara dan pengukuran spirometri anggota polisi lalu lintas didapatkan hasil sebanyak 79 orang (69%) tanpa keluhan hasil spirometri normal, 10 orang (9%) dengan keluhan batuk dan hasil spirometri normal, 1 orang (0,9%) dengan keluhan sesak dan hasil spirometri normal, 1 orang (0,9%) dengan keluhan riak dan hasil spirometri normal, 3 orang (2,6%) dengan keluhan/gejala mengi dan hasil spirometri normal, 12 orang (11,2%) tanpa keluhan/

gejala dan hasil spirometri restriksi ringan, 5 orang (4,5%) tanpa keluhan/gejala dan hasil spirometri obstruksi ringan, 2 orang (1,8%) dengan keluhan/

gejala batuk dan nilai spirometri restriksi ringan.

Kualitas udara

Pengukuran kualitas udara yang dilakukan di jalan protokol di Kota Tangerang, lama pengambilan sampel udara dilakukan selama 24 jam. Hasil pengu kuran didapatkan kadar SO2 sebesar 3,1 μg/

Nm3 dengan nilai ambang batas 900 μg/Nm3. Kadar total suspended particulates (TSP) sebesar 478 μg/

Nm3 dengan nilai ambang batas 230μg/Nm3. Kadar NO2 sebesar 30 μg/Nm3 dengan nilai ambang batas 230μg/Nm3. Hasil pengukuran didapatkan kadar O3 sebesar 131,3μg/Nm3 dengan nilai ambang batas 200 μg/Nm3. Kadar CO sebesar 2054,0 μg/Nm3

(4)

Fagerstorm

Kuesioner Fagerstrom berguna untuk menge­

tahui apakah merokok hanya sebagai kebiasaan atau ber hubungan dengan ketergantungan terhadap nikotin.

Kuisioner berisi 6 pertanyaan kemudian dilakukan penilaian dari hasil jawaban yang diberikan responden.

Dalam penelitian ini didapatkan res ponden dengan skor 0­2 (ketergantungan sangat rendah) sebanyak 28 orang (48,3%), skor 3­4 (ketergantungan rendah) sebanyak 21 orang (36,2%), skor 5 (ketergantungan sedang) sebanyak 5 orang (8,6%), skor 6­7 (keter­

gantungan tinggi) sebanyak 4 orang (6,9%) dan tidak ditemukan skor lebih dari 7 (ketergantungan sangat tinggi).

Analisis statistik hubungan antara karakteristik subjek dan hasil pemeriksaan spirometri.

Berdasarkan analisis perbedaan nilai rata­

rata variabel dengan hasil pemeriksaan spirometri yang dilakukan antara variabel­variabel numerik, ditemukan hubungan bermakna antara umur dengan hasil pemeriksaan spirometri (p<0,05) seperti ter­

lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan nilai rata­rata menurut hasil spirometri

Variabel

Hasil pemeriksaan spirometri Tidak normal P

(n=19)

Normal (n=93)

Mean SD Mean SD

Umur subjek 43,5 8,5 38,5 7,6 0,005

IMT 28,9 3,3 27,8 3,5 0,356

Masa tugas *) 20,7 9,8 16,5 7,4 0,051

Kadar CO *) 14,4 11,2 12,5 9,0 0,798

*Uji Mann Whitney rank

PEMBAHASAN

Penelitian ini mendapatkan 112 anggota polisi lalu lintas yang memenuhi syarat untuk diikutkan dalam penelitian. Karakteristik subjek yang meliputi kelompok usia, tinggi badan, berat badan, IMT, masa tugas, dan kadar CO. Pada kelompok usia didapatkan terbanyak pada kelompok 31­40 tahun 46,4% lalu kelompok usia 41­50 tahun 27,7%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Emilda S6 dan Abdullah H7 yang

menyatakan bahwa kelompok usia terbanyak ada pada usia 31 – 40 tahun.6,7 Hasil wawancara dengan pimpinan mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena rotasi penugasan seorang polisi yang baru bertugas adalah di satuan Sabhara atau pengendali masa (Dalmas) setelah melalui masa penugasan pertama/

masa bintara remaja baru dijuruskan ke satuan fungsi masing­masing seperti intelijen keamanan, reserse kriminil, lalulintas, bina mitra, telematika, bagian operasional dan staf pimpinan. Bila seorang anggota polisi sudah mendekati masa pensiun maka anggota tersebut akan menjalani penugasan sebagai anggota bintara pembina keamanan, ketertiban masyarakat (Babinkamtibmas) sehingga pada kelompok usia 51­

60 tahun jumlahnya akan mengecil lagi.8

Sebagian besar anggota polisi lalu lintas merupakan kelompok overweight 58,9% dan obese 22,3%. Hasil ini sesuai dengan penelitian sejenis oleh Ariwijaya A9 dan Abdullah H7 yang mengatakan bahwa sebagian besar polisi lalu lintas berada dalam kelompok overweight.7,9 Menurut hasil wawancara jadwal kegiatan para polisi lalu lintas dimulai dengan apel pagi jam 5.15 WIB dan berlangsung sampai sore hari sekitar pukul 16.00 WIB bagi yang bertugas giliran pagi. Jadwal olahraga bersama hanya 1 kali dalam seminggu.

Kebiasaan merokok juga terjadi pada polisi lalu lintas, sebagian besar anggota polisi adalah perokok yaitu sebanyak 60,7% Penelitian ini sejalan dengan penelitian Widorini10 (84,6%) dan Riantra11 (100%).

Kebiasaan memakai masker dikalangan polisi lalu lintas masih buruk yaitu sebanyak 63,4%. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil kuesioner bahwa sampai saat ini belum ada peraturan yang mewajibkan pemakaian masker. Pal dkk12 menyimpulkan bahwa pemakaian masker diperlukan untuk melindungi paru dari pajanan lama polutan di jalan raya.

Hubungan antara karakteristik subjek dan nilai faal paru Tidak didapatkan hubungan antara kelainan usia dan kelompok B dengan Pengukuran nilai faal

(5)

paru anggota polisi lalu lintas tidak didapatkan hubungan yang bermakna kelompok usia dengan nilai faal paru.

Pengukuran pada berdasarkan kelompok berat badan tidak ditemukan hubungan bermakna antara kelompok berat badan dengan nilai faal paru. Hal ini berbeda dengan Ora J dkk13 menunjukan bahwa obesitas mempengaruhi faal paru pada saat istirahat dan latihan.

Penelitian Deesomchok A dkk14 menunjukan pada pasien­pasien obese terjadi penurunan VEP1 dan KVP dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan yang normal. Schikowski dkk15 menyimpulkan bahwa nilai faal paru orang yang gemuk akan lebih rendah walaupun pajanan polutan udara PM10 menurun.

Penelitian ini menunjukan bahwa dengan bertambahnya umur maka akan timbul kecenderungan seseorang semakin menjadi gemuk. Orang yang mengalami kege­

mukan akan cenderung mengalami penurunan nilai faal paru.13,15 Hasil penelitian oleh Pinzon16 menun­

jukan bahwa semakin gemuk seseorang maka akan terjadi penurunan dari nilai KVP.16 Penelitian Kim dkk17 menunjukan bahwa orang dengan IMT yang tinggi akan mempunyai nilai KVP lebih rendah dibandingkan dengan orang yang mempunyai IMT normal, hal ini disebabkan karena pada orang yang gemuk atau berat badan lebih akan lebih banyak lemak di bagian perut, lemak tersebut secara mekanis akan menghambat pergerakan diafragma.17

Pengukuran nilai faal paru juga tidak berbeda pada kelompok perokok/bukan perokok, kelompok polisi dengan indeks Brinkman ringan, sedang dan berat tidak menujukan hasil yang bermakna secara statistik. Hasil ini berbeda dengan Pal dkk12 mengatakan bahwa terdapat penurunan faal VEP1, KVP, dan APE yang lebih besar pada kelompok polisi lalu lintas yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.

Hal ini membuktikan bahwa bila pajanan polusi udara digabungkan dengan kebiasaan buruk merokok akan menimbulkan penurunan faal paru yang lebih besar.

Faktor pemakaian masker/APD dan masa tugas/

kerja juga tidak menujukan hubungan yang bermakna dengan penurunan nilai faal paru. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Ariwijaya A9, Emilda S6, Abdullah H7 yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakana

Hubungan kadar CO ekshalasi dan faal paru Pengukuran nilai faal paru anggota polisi lalu lintas didapatkan kelainan restriksi ringan sebanyak 13 % dan obstruksi ringan sebanyak 4%. Bila hasil ini dihubungkan dengan kadar CO ekshalasi polisi lalu lintas maka didapatkan bahwa rerata kadar CO ekshalasi pada polisi lalu lintas yang mempunyai spirometri normal adalah 12,5 ppm sedangkan pada polisi lalu lintas yang terdapat kelainan 14,4 ppm. Tetapi setelah dilakukan analisis statistik maka hasil perbedaan kadar CO tersebut tidak bermakna (p>0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Abdullah H7, Emilda S6 dan Sunarto18 dikarenakan kadar CO ekshalasi tidak secara langsung mempengaruhi nilai faal paru karena ketika CO masuk kedalam paru akan langsung berikatan dengan hemoglobin, membuat ikatan karboksihemoglobin (COHb).6­9,18 Hubungan pajanan polutan dan faal paru

Pengukuran kualitas udara Kota Tangerang, didapatkan kadar TSP di Kota Tangerang yang melewati ambang batas ternyata juga tidak berpengaruh terhadap nilai faal paru anggota lalu lintas. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Fahimi dkk19 yang mengatakan semakin buruk kualitas udara maka semakin rendah nilai faal paru. Trenga dkk20 meneliti pajanan TSP pada orang dewasa dan anak­

anak menyimpulkan bahwa terdapat penurunan nilai faal paru pada orang­orang yang sebelumya sudah mempunyai penyakit seperti astma dan PPOK.

Hapsari dkk21 mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pajanan polutan dan nilai faal paru. Nilai faal paru anggota polisi lalu lintas di Kota Tangerang ini tidak terpengaruh karena mereka sebelumya sudah tes melewati kesehatan saat akan menjadi anggota polisi, sehingga anggota polisi lalu lintas ini tidak mempunyai penyakit dasar yang dapat mempengaruhi nilai faal paru dikemudian hari.

Hubungan gejala klinis dengan faal paru

Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar anggota polisi lalu lintas tidak menunjukan gejala klinis dan nilai faal paru dalam batas normal, hanya

(6)

dan kadar CO ekshalasi serta gejala klinis dengan faal paru. Kadar TSP Kota Tangerang melebihi nilai ambang yaitu 478,8 ug/Nm3 (NAB=230 ug/Nm3), sementara kadar zat polutan lain masih dalam batas normal. Namun demikian, terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan usia dengan nilai faal paru anggota polisi lalu lintas, serta keluhan pernapasan klinis yang paling sering ditemukan pada polisi lalu lintas adalah batuk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eryus AK. Tanggung jawab kerugian ekonomis akibat emisi gas buang kendaraan bermotor.

Jurnal Manajemen Transportasi. 2001;1:36­45.

2. Gaikindo. Penjualan kendaraan 2010 mencapai 763.751. [online]. 2010. [cited 2011 April 2]. Available from: http:// Otomotif.kompas.com. 2011/penjualan kendaraan 2010.

3. Rosita H. Dampak pencemaran udara. Kementrian Lingkungan Hidup. [online]. 2009. [cited 2010 April 2. Available from: http://www.new.menlh.

go.id/2009/11/12/ dampak pencemaran udara.

4. Lagorio S, Forastiere F, Pistelli R, Iavarone I, Michelozzi P, Fano V et al. Air pollution and lung function among susceptible adult subjects: a panel study. Environmental Health: A Global Access Science Source. 2006;5:1­12.

5. Chattopadhayaya BP, Dipali S, Satipati C. Pul­

monary function test and the jute mill workers.

Indian J Occup Health. 1994;37:1­10.

6. Emilda S. Gambaran faal paru pada polisi lalu lintas di polres Jakarta Selatan. Tesis Program studi pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi FKUI.

Jakarta; 2013.

7. Abdullah H. Gambaran faal paru pada polisi lalu lintas di polres Bogor. Tesis Program studi pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi FKUI. Jakarta; 2013.

8. Karuk M. Profil wilayah jajaran Polres Metro Tangerang Kota. [online]. 2010. [cited 2012 Okt 10].

Available from: : htttp://www.metro.polri.go.id/profil­

wilayah­jajaran­pmj/restro­tangerang.

9. Ariwijaya A. Gambaran faal paru pada polisi lalu lintas di polres Jakarta Utara. Tesis Program studi pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi FKUI.

Jakarta; 2013.

Apabila gejala klinis tersebut dihubungkan dengan hasil spirometri, ditemukan hubungan yang tidak bermakna (p>0,05). Hasil yang berbeda dengan penelitian Widorini10 yang meyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara gejala dengan faal paru.10 Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan efek pajanan polutan bersifat kumulatif dan dalam jangka waktu yang lama. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia yang bersifat lama ini dapat meyebabkan munculnya bronkitis, asma, emfisema dan kemungkinan kanker paru. Efek yang ditimbulkannya mungkin terjadi setelah anggota polisi lalu lintas tersebut tidak bertugas lagi sebagai polisi lalu lintas.22

Desain penelitian potong lintang dipilih atas dasar pertimbangan waktu, tenaga, sarana dan dana yang tersedia. Kelemahan penelitian jenis ini merupakan rancangan paling lemah dalam melihat hubungan sebab akibat, karena pengambilan data faktor risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan, sehingga tidak bisa diketahui mana yang terjadi lebih dahulu, faktor risiko ataukah efeknya. Desain penelitian yang sebaiknya dipilih adalah desain kohort.

Penelitian ini membutuhkan kesesuaian waktu antara pengambilan sampel dengan kegiatan anggota polres dan jam dinas anggota yang akan diperiksa sehingga tidak semua personel dapat mengikuti pemeriksaan pada hari yang telah ditentukan. Peneliti melakukan pengambilan sampel dalam 2 tahap pada minggu yang berbeda untuk dapat meningkatkan jumlah anggota yang dapat diperiksa. Pemanggilan anggota melalui radio di kantor traffic management center (TMC) juga dilakukan agar anggota dapat melakukan pemeriksaan faal paru ditempat yang telah ditentukan.

KESIMPULAN

Prevalens kelainan faal paru pada polisi lalu lintas Polres Metropolitan Tangerang Kota pada tahun 2012 adalah 17%. Kelainan faal paru yang didapatkan adalah obstruksi ringan sebanyak 4% dan restriksi ringan yakni sebanyak 13%. Rerata kadar CO ekshalasi polisi lalu lintas adalah 12,9 ppm. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna antara masa kerja, lama pajanan, pemakaian masker/

alat pelindung diri, kebiasaan merokok, kualitas udara,

(7)

10. Widorini MD. Hubungan kualiti udara dan faktor­

faktor lain terhadap bronchitis kronik dan gangguan fungsi paru obstruktif pada polisi yang bertugas dijalan. Survei di tiga wilayah kerja polsek Jakarta barat tahun 2008. Tesis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta;2008.

11. Riantra DA. Faktor­faktor yang berhubungan dengan gangguan faal paru polisi lalu lintas resort depok tahun 2011. Tesis Program Studi Sarjana Kedokteran UPN Veteran. Jakarta; 2011.

12. Pal P, Robert JA, Dutta TK, Pal GK. Pulmonary function test in traffic police personel in pondicherry.

Indian J Physiol Pharmacol. 2010;54:329­36.

13. Ora J, Laveneziana P, Ofir D, Deesomchok A, Webb KA, O’Donnel DE. Combined effect of obesity and chronic obstructive pulmonary disease on dyspnea and exercise tolerance. Am J Respir Crit Care Med.2009;180:964­71.

14. Deseemchok A, Fisher T, Webb KA, Ora J, O’Donnel DE. Effect of obesity on perceptual and mechanical responses to bronchoconstriction in asthma. Am J Respir Crit Care Med. 2010;181:125­33.

15. Scikowski T, Schaffner E, Phuleria H, Vierkoetter A, Schindler C, Zemp E et al. The effect of body mass index on the relationship between reduced air pollution and lung decline. Am J Respir Crit Care Med. 2011;183:120­8.

16. Pinzon R. Hubungan Indeks massa tubuh dengan kapasita vital paru­paru golongan usia muda. Buletin Penelit Kesehat. 1999; 26:15­9.

17. Kim SK, Hur KY, Choi YH, Kim SW, Chu JH, MinYK et al. The relationship between lung function and metabolic syndrome in obese and non obese Korean adult males. Korean Diabetes J. 2010;34:253­60.

18. Sunarto. Pengaruh karbonmonoksida (CO) udara terhadap status kesehatan polisi yang bertugas di jalan raya Yogyakarta. BioSmart. 2002;4:40­5.

19. Fahimi M, Dharma­Shanti B, Fetarayani D, Baskoro A, Soegiarto G, Effendi C. Asosiasi antara polusi udara dengan IgE total serum dan tes faal paru pada polisi lalu lintas. J Peny Dalam. 2012;13:1­9.

20. Trenga C, Sullivan JH, Schllcrout JS, Sheperd KP, Shapiro GG, Kaufman JD et al. Effect of particulate air polution on lung function in adult and pediatric subjects in a Seattle panel study.

Chest. 2006;129:1614­22.

21. Hapsari MI, Hubungan kualitas udara ambient dengan kejadian gangguan fungsi paru pada polisi lalu lintas di Polres Semarang Timur. Tesis Magister lingkungan UNDIP. Semarang; 2008.

22. Waldbott GL. Pollutants and their sources. In:

Waldbolt GL, editors. Health effects of enviroment pollutant. 2nd edition. Philadelphia: The C.V.

Mosby Company; 1978.p.13­27.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan pengembangan kelompok tani Asgita untuk adopsi penerapan inovasi teknologi Strawberry Asgita Red Ripe di desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung

Kata samâ' (langit) pada ayat tersebut dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang ada di atas dan menaungi. Maka, segala sesuatu yang ada di sekitar benda-benda langit

Dalam penelitian ini dapat di- simpulkan bahwa faktor struktural, kultural serta proses reproduksi sosial menyebabkan kesenjangan sosial dan tingkat prasejahte- ra warga Desa

Menurut Qodri Azizy, selama ini telah terjadi anggapan negatif terhadap pelaksanaan pendidikan agama (Islam) di lembaga pendidikan. Anggapan yang kurang menyenangkan itu

1 Tahun 1974, bahwa seorang Suami yang akan beristeri lebih dari seorang harus mendapatkan izin dari Pengadilan, Kemudian pengadilan dapat memberi izin kepada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan karakter eksekutif sebagai variabel

Wonosobo, Banjarnegara, Jepara, Grobogan, Pati, Tegal, Sragen, Semarang, Boyolali, dan kota Yogyakarta, yang telah mengikuti pelatihan in service learning I oleh PPPPTK

Pada penelitian yang berlangsung selama bulan April 2013 di kedua lokasi tersebut, ditemukan perilaku pengemudi kendaraan bermotor yang melanggar aturan lalu lintas dan