• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH 1. Definisi Kepemimpinan

Dalam kehidupan modern ini, betapa pentingnya organisasi bagi manusia. Manusia lahir, hidup dan bekerja tak dapat terlepas dari organisasi. Pandangan modern tentang organisasi tentu saja memberikan pengaruh terhadap keberadaan pemimpin. Pandangan ini pula mengemukakan kualitas kepemimpinan untuk memenuhi tantangan organisasi yang kompleks.

Kepemimpinan muncul bersamaan dengan adanya peradaban manusia, yaitu sejak zaman nenek moyang manusia. Mereka berkumpul bersama, lalu bekerja bersama-sama untuk mempertahankan hidupnya menantang kebuasan binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah terlahir unsur Kepemimpinan melalui adanya kerja sama antar manusia (Kartini kartono, 1992:32).

Pembahasan mengenai kepemimpinan dilihat dari berbagai pendapat ahli yaitu, menurut Kartini kartono (1998:10) dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan mengatakan, “Kepemimpinan merupakan inti dari organisasi dan inti dari manajemen. Kepemimpinan berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian tujuan tertentu.

Menurut Ngalim Purwanto (2008:26) dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, gembiraan serta tidak ada keterpaksaan.

Menurut Rahman dan kawan-kawan (104:2005) dalam bukunya Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan menyatakan bahwa Kepemimpinan merupakan kegiatan mempengaruhi

(2)

aktivitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

Pengertian umum kepemimpinan menurut Surarto (1998:25) dalam buku dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi adalah rangkaian kegiatan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Wahdjo Sumidjo (2001:104) dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah menyatakan bahwa Kepemimpinan merupakan satu kekuatan penting dalam rangka kepengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manager yang efektif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka pembahasan mengenai kepemimpinan ini telah menyimpulkan bahwa kepemimpinan ini berfungsi dalam menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah titetapkan bersama-sama.

2. Gaya atau Tipe Kepemimpinan

Ada sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami suksesnya kepemimpinan, salah satunya yaitu dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan seorang pemimpin. Istilah gaya atau tipe kepemimpinan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bentuk organisasi formal maupun informal. Ada banyak pendapat dari beberapa ahli tentang gaya atau tipe kepemimpinan.

Adapun menurut Ngalim Purwanto (2008:48) dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan menyebutkan ada tiga gaya pokok kepemimpinan, yaitu :

a. Kepemimpinan Otokratis

Kepemimpinan yang otokratis pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya memimpin

(3)

adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Penafsirannya sebagai pemimpin adalah menunjukkan dan memberi perintah dan kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran.

Pemimpin tipe ini tidak menghendaki rapat atau musyawarah.

Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat diganggu gugat.

Supervise bagi pemimpin yang otokratis hanyalah mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan itu ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.

b. Kepemimpinan Laissez Faire

Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol terhadap pekerjaan anggotanya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan kepada anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggungjawab simpang siur, berserakan diantara anggota kelompok.

Tipe kepemimpinan ini biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

c. Kepemimpinan Demokratis

Pemimpin yang bertipe ini menafsirkan kepemimpinan bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin yang demokratis selalu menstimulasi anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima saran dan kritik dari anggotanya.

Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Disamping itu, ia juga member kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggungjawabnya.

(4)

Dari ketiga tipe yang telah dikemukakan bahwa dalam prakteknya ketiga tipe tersebut dapat saling mengisi atau saling melengkapi. Dengan kata lain, kepemimpinan dalam lembaga pendidikan seperti sekolah masih memerlukan tipe kepemimpin yang otoriter walaupun sifatnya lebih lunak. Sifat otoriter itu diperlukan sebagai perwujudan suatu perintah atau tugas supaya tidak membingungkan para guru sebagai bawahnnya.

Sementara itu, tipe kepemimpinan demokratis pun sangat diperlukan, karena tipe ini memungkinkan setiap anggotanya berpartisipasi secara aktif dalam menyampaikan saran dan pendapat serta kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas- tugasnya dalam mencapai tujuan.

3. Teori Kepemimpinan

Menurut Kartini Kartono (1991:61-68) terdapat 3 teori kepemimpinan, yaitu :

a. Teori Sifat

Teori ini berasal dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.

Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin adalah :

1) pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.

2) sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang

(5)

antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integrative.

3) kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai- nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

b. Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku :

1) konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

2) Berorientasi kepada bawahan dan produksi

Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan,

(6)

perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

c. Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.

Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut :

1) Model kontinuum Otokratik-Demokratik

Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk

(7)

berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

2) Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”

Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.

Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila : a) Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik.

b) Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi.

c) Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

3) Model Situasional

Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan.

Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah :

a) Memberitahukan.

b) Menjual.

c) Mengajak bawahan berperan serta.

d) Melakukan pendelegasian.

4) Model “Jalan- Tujuan”

Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat

(8)

ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.

5) Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan”

Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya.

4. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Burhanuddin (1994:64) dalam bukunya Analisis Administrasi Manajemen dan kepemimpinan Pendidikan, Kepemimpinan pendidikan adalah kesiapan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran, agar segenap kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan efesien, yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Sangat disesalkan kepemimpinan seolah-olah dituntut untuk menghadapi berbagai macam faktor seperti : tatanan atau struktur, kekuasaan dan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya kepemimpinan dapat dengan mudah menjadi satu alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan-persoalan apa saja yang sering menimpa satu organisasi.

Dalam hal ini kepemimpinan dapat berperan didalam melindungi isu pengaturan organisasi yang tidak tepat, seperti : kekurangan berbagai

(9)

macam sumber, prosedur yang dianggap buruk dan lain sebagainya yang merupakan masalah-masalah yang bersifat mendasar.

Esensi kepemimpinan menurut wahdjo Sumidjo (2001:104) dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah menyatakan bahwa esensi kepemimpinan adalah kepengikutan, kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin. Dengan kata lain pemimpin tidak berbentuk apabila tidak ada bawahan. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu :

a. Mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.

b. Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri didepan demi kemajuan dan memberikan inspirasi madrasah dalam mencapai tujuan.

Dengan demikian seorang kepala sekolah harus dapat memotivasi, mengarahkan serta membimbing guru, staf dan siswa untuk melaksanakan tugasnya masing-masing demi kemajuan sekolah dan demi tercapainya tujuan bersama.

Selain itu Wahdjosumidjo (2001:105) juga mengatakan apabila seorang kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf dan para siswa berperilaku dalam mencapai tujuan sekolah kepala sekolah harus :

1) Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa.

2) Sebaliknya kepala sekolah harus mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan penuh semangat dan percaya diri terhadap guru, staf dan siswa, dengan cara :

(10)

a) Meyakinkan (persuade), berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang dilakukan adalah benar.

b) Membujuk (Induce), berusaha meyakinkan para guru, staf dan siswa bahwa apa yang dikerjakan adalah benar.

Dalam sistem kehidupan nyata, pemimpin sekolah dalam konteks pemberdayaan mutu pendidikan memiliki kecenderungan berperilaku dinamis, mengadakan perubahan, perkembangan dan inovasi dalam memajukan pendidikan dalam kondisi kurikulum terus berubah sesuai tuntunan masyarakat dan perkembangan ilmu. Dalam perubahan gaya kepemimpinan sering ditemukan tantangan, apalagi dunia pendidikan semakin hari semakin bersaing.

Menurut Rahman dan kawan-kawan (2005:106), kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala sekolah). Ia adalah pejabat yang bertugas mengelola sekolah agar menjadi sekolah yang bermutu dan efektif. Tugas tersebut tidak akan terlepas dari peran dinamika kepala sekolahnya.

Menurut Rahman dan kawan-kawan ( 2005:106) juga mengatakan kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang berhasil menyelenggarakan empat daya, yakni :

1)) Kekuasaan (Power)

Kepala sekolah yang efektif bekerja untuk mendefinisikan kekuatan melalui organisasi sekolah, mensosialisasikan, dan meningkatkan komitmen kepada arah pembaharuan. Dengan demikian sekolah mempunyai kelompok kerja vertikal dan horizontal yang melibatkan hampir semua guru di sekolah dan seringkali orang tua dan anggota masyarakat. Kelompok ini dibentuk oleh kepala sekolah atau komite sekolah.

2)) Pengetahuan dan Pelatihan Keahlian

Ada tiga jenis pengetahuan dan keahlian yang penting bagi kepala sekolah yang efektif, yaitu :

(11)

a)) Jika para Stakeholder dapat mengontribusikan pengetahuan pada keputusan mengenai perbaikan sekolah, kemudian mereka perlu mendapat pelatihan untuk memperluas pengetahuannya mengajar, belajar, dan kurikulum persekolahan.

b)) Semua personal sekolah perlu diarahkan untuk mengembangkan keahlian mereka untuk turut serta berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, serta bagaimana konsensusnya, dan kepala sekolah harus senantiasa mengontrol dari hasil pelatihan tersebut.

c)) Guru dan masyarakat diharapkan dapat ikut terlibat dalam anggaran belanja sekolah dan kepala sekolah harus aktif dalam pengembangan professional.

3)) Informasi

Peran kepala sekolah dalam berbagai informasi adalah mendistribusikan informasi secara bebas dan Sharing. Strategi berfokus pada informasi yang terbagi di dalam sekolah, dan kepala sekolah harus dapat menginformasikan segala sesuatu rencana sekolah kepada guru dan masyarakat (Stakeholder).

4)) Ganjaran atau hadiah

Kepala sekolah yang efektif memperhatikan aktivitas guru dan kinerja guru. Kepala sekolah berusaha memberikan hadiah kepada guru yang dianggap ikut serta dalam upaya mengembangkan sekolah. Sebaliknya kepala sekolah memberikan ganjaran kepada guru yang dianggap tidak ikut serta atau bahkan menghambat dalam upaya mengembangkan sekolah. Ganjaran tersebut bias berupa teguran atau dan lain sebagainya.

Keempat poin tersebut di atas dapat dijadikan tolak ukur sebagai standar apakah seorang kepala sekolah dapat dikatakan sebagai kepala sekolah yang efektif atau tidak. Jika di suatu sekolah sudah terselenggara

(12)

dengan baik keempat poin tersebut, maka kepala sekolahnya sudah bisa dikatakan efektif dan begitupun sebaliknya.

5. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah a. Tugas Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berat. Sesuai dengan pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1990, bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas terselenggarakannya kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.

Menurut Sulaiman ( 36-37:2011 ) dalam bukunya Administrasi Pendidikan Kepala sekolah mempunyai tugas pokok mengelola penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Secara lebih operasional tugas pokok kepala sekolah mencakup kegiatan menggali dan mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah secara terpadu dalam kerangka pencapaian tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

Menurut M Daryanto ( 82-83:2010 ) dalam bukunya Administrasi pendidikan menyebutkan lima tugas kepala sekolah, yaitu :

1) Perencanaan (planning)

Kegiatan-kegiatan sekolah harus direncanakan oleh kepala sekolah, hasilnya berupa rencana tahunan sekolah yang akan berlaku pada tahun ajaran berikutnya. Rencana tahunan tersebut kemudian dijabarkan kedalam program tahunan sekolah yang biasanya dibagi kedalam dua program semester.

2) Pengorganisasian (organizing)

Kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatan-kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Kepala sekolah perlu mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guru-guru yang menjadi bawahannya. Pembagian kerja yang baik, pelimpahan wewenang

(13)

dan tanggungjawab yang tepat kiranya kegiatan sekolah akan berjalan lancer dan tujuan sekolah pun dapat tercapai.

3) Pengarahan (directing)

Pengarahan adalah kegiatan membimbing bawahannya dengan jalan member perintah, member petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.

4) Pengkoordinasian (coordinating)

Pengkoordinasian adalah kegiatan menghubungkan orang- orang dan tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan dan keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari timbulnya pertentangan, kekacauan dan kekosongan tindakan.

5) Pengawasan (controlling)

Pengawasan adalah tindakan atau kegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja sesuai dengan rencana, perintah atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan.

b. Fungsi Kepala sekolah

Menurut Sulaiman (2011: 36-37) dalam bukunya Administrasi Pendidikan menyebutkan fungsi Kepala sekolah adalah :

1) Pendidik (educator)

Sebagai pendidik, kepala sekolah melaksanakan kegiatan perencanaan, pengelolaan dan evaluasi pembelajaran. Kegiatan perencanaan menuntut kapabilitas dalam menyusun perangkat pembelajaran. Kegiatan pengelolaan mengharuskan kemampuan memilik dan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan mengevaluasi mencerminkan kapabilitas dalam memilih metode evaluasi yang tepat. Sebagai pendidik, kepala

(14)

sekolah juga berfungsi membimbing siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Menurut Drs. Moh. Masnun, M. Pd.ditengah pelaksanaan sidang mengatakan, “kepala sekolah adalah pendidik yang mendapat tugas tambahan memimpin sekolah dalam kurun waktu tertentu, sehingga kepala sekolah tetap mempunyai kewajiban mengajar 6 jam per minggu.

2) Pemimpin (leader)

Sebagai pemimpin kepala sekolah berfungsi menggerakkan semua potensi sekolah, khususnya tenaga guru dan tenaga kependidikan bagi pencapaian tujuan sekolah. Dalam upaya menggerakkan potensi tersebut, kepala sekolah dituntut menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang sesuai dengan mengedepankan keteladanan, pemotivasian dan pemberdayaan staf.

3) Pengelola (manajer)

Sebagai pengelola, kepala sekolah secara operasional melakukan pengelolaan kurikulum, peserta didik, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah-masyarakat, dan ketatausahaan sekolah.

Semua kegiatan tersebut dilakukan melalui seperangkat prosedur kerja berikut : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

4) Administrator

Dalam pengertian yang luas, kepala sekolah merupakan pengambil kebijakan tertinggi di sekolah. Sebagai pengambil kebijakan, kepala sekolah melakukan analisis lingkungansecara cermat dan menyusun strategi dalam melakukan perubahan dan perbaikan sekolah.

5) Wirausahawan

(15)

Kepala sekolah berfungsi sebagai inspirator bagi munculnya ide-ide kreatif dan inovatif dalam mengelola sekolah. Ide-ide kreatif diperlukan terutama karena sekolah memiliki keterbatasan sumber daya keuangan.

6) Pencipta Iklim Kerja

Kepala sekolah berfungsi sebagai katalisator bagi meningkatnya semangat kerja guru. Kepala sekolah perlu mendorong guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam bekerja di bawah atmosfer kerja yang sehat. Atmosfer kerja yang sehat memberikan dorongan bagi semua staf untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan sekolah.

7) Supervisor

Kepala sekolah berfungsi melakukan pembinaan professional kepada guru dan tenaga kependidikan. Untuk ini kepala sekolah melakukan kegiatan pemantauan atau observasi kelas, melakukan pertemuan guna memberikan pengarhan teknis kepada guru dan staf memberikan solusi bagi permasalahan pembelajaran yang dialami guru.

Dari uraian di atas diketahui bahwa untuk menjadi kepala sekolah itu bukan hal yang mudah, karena kepala sekolah bukanlah jabatan yang hanya duduk dan bersantai mengawasi kinerja bawahannya. Namun ada tugas dan fungsi yang berat yang harus dilakukannya serta tanggungjawab yang diembannya.

Kepala sekolah itu alangkah lebih baiknya tidak dijabat oleh seseorang yang lemah, terutama dalam mengambil keputusan dan menentukan kebijakan.

Menurut Hick dikutip oleh wahdjosumidjo (2001:106-109) mengemukakan dalam bukunya Leadership Functions menyebutkan delapan fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah, yaitu :

a) Bersikap Adil (arbritrating)

(16)

Seorang kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi. Sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan diantara guru, staf dan para siswa.

b) Sugesti atau saran (Suggesting)

Sugesti atau saran dari kepala sekolah sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staf dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapatkan saran, anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan dalam melaksanakan tugas maisng-masing.

c) Mendukung tercapainya tujuan (supply ing objectives)

Kepala sekolah bertanggungjawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staf dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang mendukung. Tanpa adanya dukungan yang disediakan oleh kepala sekolah, sumber daya manusia yang ada tidak mungkin melaksanakan tugasnya dengan baik.

d) Kepala sekolah sebagai katalisator, ini berarti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

e) Memberikan Rasa Aman

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah, sehingga para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran serta mempertahankan jaminan keamanan dari kepala sekolah.

f) Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala

(17)

sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah dimana, dan dalam kesempatan apapun. Oleh karena itu, penampilan kepala sekolah harus selalu dijaga integritasnya, selalu terpercaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatan.

g) Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara tanggungjawab kearah tercapainya tujuan sekolah.

h) Kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apapun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi tanggungjawabnya.

Sebagai pemimpin sekolah, kepala sekolah itu seharusnya dapat menyadari bahwa keberhasilannya bergantung pada orang lain, seperti guru dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh karena itu, cara dan gaya seorang kepala sekolah dalam memainkan perannya itu merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalannya.

d. KINERJA GURU

1. Definisi Kinerja Guru

Guru merupakan pekerjaan profesi. Dalam melaksanakan tugasnya membutuhkan kemampuan teknis yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan, berupa perbuatan yang rasional dan memiliki spesifikasi tertentu dalam pelaksanaan tugasnya.

Faktanya tidak semua pekerja selalu giat bekerja dan mencapai kinerja yang diharapkan. Artinya, selalu ada kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ditunjukan oleh pekerja. Kesulitan untuk

(18)

mencapai kinerja yang baik memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Sedangkan menurut Sianipar (1990 : 12) kinerja adalah hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode tertentu.

Bernandin dan Russel yang dikutip oleh Sianipar (1999:4) yang menyatakan bahwa kinerja adalah hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan yang sinergis dan akan terlihat dari produktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil akhir atau kemampuan kerja seseorang atau kelompok orang atas suhu pekerjaan pada waktu tertentu. Bentuk kinerja itu dapat berupa akhir atau produk barang dan jasa, bentuk perilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan sebagainya.

Selanjutnya Rochman Natawijaya (1999:22) menjelaskan definisi kinerja guru adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada siswa. Kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana dia mempersiapkannya.

2. Indikator Kinerja

Kinerja personel dapat dinilai dengan indikator-indikator kinerja, untuk itu dikemukakan pendapat oleh Pramutadi (1995) dalam buku Panduan Penyelenggaraan Evaluasi Guru di Perguruan tinggi,

“indikator kinerja adalah pernyataan yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif yang menunjukkan kualitas atau mutu pencapaian tujuan.”

Kinerja guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang dikenal dengan istilah Kompetensi Guru.

(19)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan personal, yang mencakup :

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki guru.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi siswanya.

b. Kemampuan Profesional, yang mencakup : 1) Penguasan materi pelajaran

2) Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan 3) Penguasaan proses pendidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

c. Kemampuan sosial, yang mencakup :

1) Komunikasi secara efektif dengan peserta didik

2) Komunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Komunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Ketiga kemampuan ini sesungguhnya adalah modal dasar bagi para calon guru, dimulai dari diri sendiri (personal) yaitu segala sesuatu yang ada pada diri pribadi tersebut. Karna apapun yang diucapkan,dilakukan dan dikenakan seorang guru akan dianut bahkan diikuti oleh para siswa. Kemampuan personal yang pokok pada pembahasan ini adalah tentang kedisiplinan.

Sementara kompetensi profesional ini jelas harus ada bahkan menjadi dasar seseorang untuk menjadi seorang guru. Karena guru itu bukanlah suatu profesi yang bisa asal dilakukan, tetapi profesi yang menuntut keahlian dan keterampilan khusus di bidang pendidikan.

Kompetensi yang ketiga yaitu sosial, dengan kata lain bahwa seorang

(20)

guru harus mampu berkomunikasi dengan orang-orang yang berada dalam lingkungan kerjanya dalam hal ini yaitu : peserta didik, sesama guru dan staf serta orang tua murid dan masyarakat sekitar.

Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi sepuluh kemampuan dasar, yakni :

(a) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep dasar keilmuan.

(b) Pengelolaan program belajar mengajar.

(c) Pengelolaan kelas.

(d) Menggunaan media dan sumber pembelajaran.

(e) Penguasaan landasan pendidikan.

(f) Pengelolaan interaksi belajar mengajar.

(g) Penilaian prestasi siswa.

(h) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.

(i) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah.

(j) Pemahaman prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Kesepuluh kemampuan dasar yang dirumuskan Depdikbud diatas sebenarnya baru merupakan rincian kemampuan professional sedangkan kemampuan sosial dan personal belum dirinci lebih jauh.

Selain ketiga kemampuan dasar yang dirumuskan oleh Depdikbud di atas, ada kemampuan dasar yang harus dimiliki guru yaitu kemampuan pedagogik. Dalam UU Guru dan dosen No. 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa yang dimaksud kemampuan pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Hadiwiratama (1989:8) dalam bukunya Pengembangan Mutu Kejuruan di Indonesia menyatakan bahwa kinerja guru dapat ditingkatkan melalui lima aktifitas utama, yaitu :

(1) Setiap guru harus mendapat porsi waktu memadai dalam perencanaan mengajar.

(2) Persiapan guru untuk mengajar harus benar-benar dikontrol agar benar-benar memiliki kesiapan untuk tampil di kelas.

(21)

(3) Kepala sekolah harus melakukan pengawasan secara teratur untuk memahami apa yang terjadi dan memberikan pembinaan yang dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar di kelas.

(4) Kepala sekolah harus selalu meningkatkan pengawasan untuk mendorong guru-guru agar terbiasa bekerja dalam disiplin yang tinggi, hadir di sekolah dan kelas tepat waktu, dan terbiasa melakukan hal-hal yang baru untuk mengembangkan proses belajar mengajar di kelas.

(5) Kepala sekolah tidak segan memberikan hukuman bagi guru yang kurang disiplin atau melalaikan tugasnya, sebaliknya kepala sekolah seharusnya memberikan penghargaan atau pujian untuk lebih mendorong dan memotivasi guru yang bersangkutan agar berbuat lebih baik lagi.

Kinerja guru dapat diperbaiki dan ditingkatkan, untuk itu harus ada pemahaman mengenai apa yang harus dicapai dengan menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa dalam upaya peningkatan kinerja seorang guru tidak lepas dari pengawasan dan pembinaan kepala sekolah.

Menurut Rahman dan kawan-kawan (73-74:2005) dalam bukunya Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan kriteria guru dapat dinilai dari aspek-aspek berikut :

a) Menguasai bahan atau materi pembelajaran, yang pada dasarnya berupa bahan bidang studi kurikulum sekolah dan bahan penunjangn bidang studi.

b) Mengelola program belajar mengajar, dengan cara merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran, menggunakan proses instruksional dengan tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remedial.

(22)

c) Mengelola kelas, dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.

d) Menggunakan media/sumber, dengan mampu mengenal, memilih, dan menggunakan pendukung pembelajaran, berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi computer, atau laboratorium secara baik sesuai dengan kebutuhan.

e) Menguasai landasan kependidikan sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif di setiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.

f) Mengelola interaksi belajar mengajar

g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk mengenali potensi siswa sebagai umpan balik bagi setiap siswa.

h) Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan.

i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil peneletian guru keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan proses belajar mengajar.

Indikator atau alat ukuran kinerja seorang gutu yang menjadi fokus utama pada pembahasan kali ini adalah 4 kompetensi dasar, yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional dan kompetensi sosial serta kompetensi pedagogik.

Keempat kompetensi ini yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa kriteria menjadi indikator penilaian kinerja guru.

3. Faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru

Kinerja guru yang efektif dan efisien akan menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh, yaitu lulusan yang berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena

(23)

itu, Kinerja guru dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang ada menjadi lebih baik, yang berdasarkan kemampuan bukan kepada asal-usul keturunan atau warisan, juga menjunjung tinggi kualitas, inisiatif dan kreativitas, kerja keras dan produktivitas.

Selanjutnya A. Tabrani Rusyan dkk (2000:17) menyatakan bahwa untuk mendukung keberhasilan Kinerja guru, maka perlu berbagai faktor yang mendukung, diantaranya :

a. Motivasi Kinerja Guru

Dorongan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik bagi guru sebaiknya muncul dari dalam diri sendiri, tetapi upaya motivasi dari luar juga dapat juga memberikan semangat kerja guru, misalnya dorongan yang diberikan dari kepala sekolah kepada guru.

b. Etos Kinerja Guru

Guru memiliki etos kerja yang lebih besar untuk berhasil dalam melaksanakan proses belajar mengajar dibandingkan dengan guru yang tidak ditunjang oleh etos Kinerja.dalam melaksanakan tugasnya guru memiliki etos yang berbeda-beda. Etos kerja perlu dikembangkan oleh guru, karena :

1) pergeseran waktu yang mengakibatkan segala sesuatu dalam kehidupan manusia berubah dan berkembang.

2) Kondisi yang terbuka untuk menerima dan menyalurkan kreativitas.

3) Perubahan lingkungan terutama bidang teknologi.

c. Lingkungan Kinerja guru

Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru melaksanakan tugas secara efektif dan efisien, meliputi :

1) Lingkungan social-psikologis, yaitu lingkungan serasi dan harmonis antar guru, guru dengan kepala sekolah, dan guru, kepala sekolah, dengan staf TU dapat menunjang berhasilnya Kinerja guru.

(24)

2) Lingkungan fisik, ruang Kinerja guru hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a) Ruangan harus bersih

b) Ada ruangan khusus untuk kerja c) Peralatan dan perabotan tertata baik d) Mempunyai penerangan yang baik e) Tersedia meja kerja yang cukup f) Sirkulasi udara yang baik, dan g) Jauh dari kebisingan.

d. Tugas dan tanggung jawab guru 1) Tanggung jawab moral

Guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila.

2) Tanggung jawab dan proses pembelajaran di sekolah

Yaitu setiap guru harus menguasai cara pembelajaran yang efektif, mampu membuat persiapan mengajar dan memahami kurikulum dengan baik.

3) Tanggung jawab guru di bidang kemasyarakatan, yaitu turut mensukseskan pembangunan masyarakat, untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi, dan melayani masyarakat.

4) Tanggung jawab guru di bidang keilmuan, yaitu guru turut serta memajukan ilmu dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

4. Faktor Penyebab Kinerja tidak Efektif

Fattah (2000:20) menyatakan dalam bukunya Landasan Manajemen Pendidikan, dikemukakan beberapa sumber utama yang menyebabkan kinerja tidak efektif. Sumber-sumber tersebut adalah : a. Faktor individu itu sendiri

1) Kelemahan intelektual.

2) Kelemahan psikologis.

(25)

3) Kelemahan fisiologis.

4) Demotivasi.

5) Faktor personalitas.

6) Keusangan/ketakutan.

7) Preparasi posisi.

8) Orientasi nilai.

b. Faktor dari organiosasi 1) System organisasi.

2) Peranan organisasi.

3) Kelompok-kelompok dalam organisasi.

4) Perilaku yang berhubungan dengan pengawasan.

5) Iklim organisasi.

c. Faktor dari lingkungan eksternal 1) Keluarga.

2) Kondisi ekonomi.

3) Kondisi politik.

4) Kondisi hokum.

5) Nilai-nilai sosial.

6) Pasaran kerja.

7) Perubahan teknologi.

8) Perkumpulan-perkumpulan.

Faktor-faktor tersebut diatas dapat menjadi penyebab ketidakefektifan kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. Faktor tersebut dapat muncul dari individu itu sendiri, faktor organisasi itu sendiri dan faktor eksternal atau lingkungan.

Menurut Rahman dan kawan-kawan (2005:77) mengatakan efektivitas kinerja dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, diantaranya adalah :

(a) Individu, yang berkaitan dengan kemampuan intelektual, psikologi dan orientasi nilai yang berkaitan dengan motivasi.

(26)

(b) Organisasi, yang meliputi sistem, iklim, kepemimpinan, dan sumber daya yang dimiliki.

(c) Lingkungan eksternal, berkenaan dengan kondisi ekonomi, poloitik, hokum, nilai, sosial, perubahan teknologi, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab ketidakefektifan tersebut perlu diperhatikan, karena dapat menggurangi hal-hal yang dapat menghambat kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Jadi, jika keempat faktor tersebut dalam kondisi baik dan berjalan dengan lancar, maka tingkat keefektifannya pun baik. Dengan kata lain dapat dengan mudah meningkatkan efektifitas kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.

e. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan ini, namun hanya tiga judul penelitian yang penulis sebutkan di sini. penelitian yang dimaksud antara lain :

1. Peran Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar di MTs Salafiyah Kanggraksan Kota Cirebon. Penelitian ini disusun oleh Paojan, mahasiswa program study Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Pembahasan skripsi ini mencakup peran, tugas dan fungsi kepala sekolah MTs Salafiyah Kanggraksan Kota Cirebon dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Penelitian ini menitik beratkan tujuan penelitian untuk peningkatan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar melalui peranan kepala sekolah di MTs Salafiyah Kanggraksan Kota Cirebon.

2. Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Guru di MI PUI Desa Wirakanan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Penelitian ini disusun oleh Nur Afifah, mahasiswi

(27)

program study Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Pembahasan skripsi ini mencakup peran, tugas dan fungsi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kedisiplinan guru MI PUI Desa Wirakanan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu.

Penelitian ini menitik beratkan tujuan pada peningkatan kedisiplinan guru, baik dalam hal administrasi, kehadiran dan pengelolaan kelas melalui peranan Kepala Sekolah di MI PUI Desa Wirakanan Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu.

3. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran di MIN Kroya Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon, yang disusun oleh Qoriatun mahasiswi program study Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Pembahasan skripsi ini mencakup korelasi antara tipe dan pola kepemimpinan kepala sekolah di MIN Kroya Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon dengan kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas, baik perencanaaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

Adapun letak perbedaan antara ketiga skripsi di atas dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang dilakukan penulis terfokus pada seberapa besar prosentase pengaruh gaya atau tipe kepemimpinan kepala sekolah MI Hidayatul Muta’allimin Sindangjawa Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon terhadap kinerja guru. Indikator kinerja guru dalam hal ini yaitu mencakup empat kompetensi guru yaitu Kompetensi profesional, Kompetensi personal, Kompetensi pedagogik dan Kompetensi sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif antara: 1) Perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua,

Dengan menuliskan kata-kata kunci yang ditemukan dalam tiap paragraf bacaan yang dibagikan melalui grup WhatsApp / Telegram / Zoom / Google Meet , siswa mampu

(Prawiyogi, Purwanugraha, Fakhry, & Firmansyah, 2020) Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah pembelajaran dengan menggunakan suatu media sehingga terjadi interaksi

Berdasarkan catatan-catatan hasil pelaksanaan program dan kegiatan di atas, serta kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan Industri dan perdagangan

JADWAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) MAGISTER ILMU KOMPUTER GANJIL 2017/2018 FAKULTAS ILMU KOMPUTER.. - -

Pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana Sistem Pengolahan Koleksi di Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Al- Gazali

Langkah- langkah yang dilakukan dalam teknik analisis data adalah mendeskripsikan penentuan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan, mendeskipsikan penentua n harga jual

Jadwal Penyelenggaraan pemilihan Gubemur dan wak Gubernur, Bupati dan wakil Bupati, dan/atau walikota dan wakil walikota Tahun 2017 menyebutkan bahwa tanggal 22 NIet