• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

209 TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 209—223 KARAKTERISTIK DAN DISTRIBUSI FONEM BAHASA WOIRATA DI

KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

(Language Characteristics and Distribution of Woirata Phonems in the District of Maluku Barat Daya)

Erniati

Kantor Bahasa Maluku

Kompleks Perkantoran LPMP Provinsi Maluku, Wa1ilela, Ambon Pos-el: [email protected]

Diterima: 23 Agustus 2020; Direvisi: 14 September 2020; Disetujui: 23 November 2020 doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.246

Abstract

Woirata language is the only regional language in Maluku Province which belongs to the non- Austronesian family. It is spoken only in two villages, named Oirata Barat and Oirata Timur on Kisar Island.

This study aimed to describe the phoneme distribution of the Woirata language. The research problem describe the Woirata language phonemes into words. The method used in this research was qualitative . The results of the research proved the Woirata language has 19 segmental phonemes consisting of 14 consonant phonemes and five vocal phonemes. The vowel phonemes are / i /, / u /, / e /, / o /, and / a /. All of the five vowel phonemes were completely distributed. They infested all positions in words, either at the beginning, middle, and end of the word. Meanwhile, the consonant phonemes of Woirata were 14. The phonemes, named: / p /, / t /, / d /, / k /, / m /, / n /, / s /, / r /, / h /, / l /, / w /, / y /, / G /, and /? /. The distribution of the fourteen consonant phonemes varied.

Complete distribution of consonant phonemes infested all positions in words, either at the beginning, middle and end of the word, named / p /, / t /, / k /, / m /, / n /, / s /, / r /, / h /, / l /, / w /, and / y /. Consonant phonemes infested the initial and middle positions of words, named / d /, and / l /. while the consonant phonemes only infested the middle and back positions of words, named /G /, and /? /.

Keywords: Oirata language, Distribution, phoneme, vocal, consonant

Abstrak

Bahasa Woirata merupakan satu-satunya bahasa daerah di Provinsi Maluku yang termasuk rumpun non Austronesia. Dituturkan hanya di dua desa yaitu Desa Oirata Barat dan Oirata Timur di Pulau Kisar. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah bagaimana deskripsi fonem bahasa Woirata ke dalam kata.

Tujuannya adalah mendeskripsikan fonem bahasa Woirata dan mendistribusikan fonem tersebut ke dalam kata.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa bahasa Woirata memiliki 19 buah fonem segmental yang terdiri atas 14 fonem konsonan dan lima buah fonem vocal.

Fonem vokal tersebut, yaitu u /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/. Kelima fonem vokal tersebut, semuanya berdistribusi lengkap, yaitu menempati semua posisi dalam kata, baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Fonem konsonan bahasa Woirata berjumlah 14 buah. Fonem-fonem tersebut, yaitu: /p/, /t/, /d/, /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, /y/, /G/, dan /?/. Distirbusi keempat belas fonem konsonan tersebut bervariasi. Fonem konsonan yang berdistribusi lengkap yang menempati semua posisi dalam kata, baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, yaitu /p/, /t/, /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, dan /y/. Fonem konsonan yang menempati posisi awal dan tengah kata, yaitu /d/, dan /l/. Fonem konsonan yang hanya menempati posisi tengah dan belakang kata, yaitu G/, dan /?/.

Kata-kata kunci: Bahasa Oirata, Distribusi, fonem, vokal, konsonan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat kaya dengan bahasa daerah. Grimes (dalam Alisyahbana, 1988,

hlm. 34) menyebutkan bahwa sebanyak 672 jumlah bahasa daerah di Indonesia, beberapa di antaranya sudah punah. Jumlah bahasa daerah tersebut tersebar di seluruh pulau di

(2)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 209—223

210

Indonesia, baik pulau besar maupun pulau kecil. Indonesia menempati uruan kedua jumlah bahasa daerah terbanyak setelah Papua New Guinea. Menurut Summer Institut of Lingusitics (SIL, 2005, hlm. 15) mencatat bahwa bahasa di Maluku berjumlah lebih dari 130. Sedangkan tim Pemetaan Kantor Bahasa Maluku dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan Bahasa, 2019) mengidentifikasi jumlah bahasa daerah di Provinsi Maluku sebanyak 61 bahasa daerah.

Sebagai provinsi yang memilki jumlah bahasa daerah yang banyak, tentu memerlukan penanganan yang harus serius dari berbagai pihak yang terkait agar bahasa daerah tetap lestari di tengah gempuran teknologi yang menggunakan bahasa asing.

Bahasa daerah perlu dijaga agar tetap lestari karena bahasa adalah lambang identitas suatu bangsa. Bahasa menunjukkan etnis dan kesukuan seseorang. Bahasa adalah media komunikasi yang digunakan oleh komunitas masyarakat dalam berbagai interaksi kehidupan (Sihura, Agusinus, 2019, hlm.

32).

Bahasa daerah merupakan salah satu unsur atau piranti kebudayaan yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat tiap etnis. Bahasa daerah menjadi simbol identitas mutlak setiap masyarakat tutur. Oleh karena itu, peran bahasa daerah sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam berinteraksi.

Selain itu, bahasa daerah mempunyai fungsi sebagai pengembang kebudayaan daerah.

Oleh karena itu bahasa daerah di seluruh etnis wajib dipertahankan dan dilestarikan penggunaannya.

Sebagai kekayaan budaya bangsa, bahasa daerah sangat potensial menjadi penghubung antarmasyarakat tiap-tiap penutur. Selain itu, bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan antardaerah atau antarmasyarakat di samping bahasa Indonesia. Bahasa daerah juga digunakan

sebagai sarana pendukung karya sastra masyarakat etnik di seluruh wilayah Republik Indonesia. Bahasa daerah adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup dan masih digunakan oleh penuturnya.

Kehilangan bahasa berarti kehilangan jati diri. Suku bangsa menjadi kabur apabila tidak ada bahasa yang menjadi ciri identitasnya (Suharyanto, 2017, hlm. 85).

Oleh karena itu, adalah penting untuk dilakukan penelitian bahasa daerah.

Penelitian bahasa daerah juga merupakan upaya pendokumentasian bahasa daerah tersebut, sehingga kelak pada masa yang akan datang masih tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang sebelum terjadi kepunahan. Penelitian bahasa daerah juga sangat dibutuhkan untuk memperkuat teori- teori kebahasaan.

Bahasa daerah yang menjadi fokus kajian pada kesempatan ini, yakni bahasa Woirata yang digunakan oleh masyarakat yang bermukim di Desa Oirata Barat dan Desa Oirata Timur, Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya .

Bahasa Woirata adalah salah satu di antara dua bahasa daerah di Pulau Kisar.

Sesuai dengan tuturan yang dipercaya secara turun-temurun oleh masyarakat Suku Oirata bahwa bahasa Woirata merupakan rumpun bahasa daerah Timor-Timur, yaitu bahasa Fataluku yang ada di Negara Limor Leste (Jossep Paulus K, 2016, hlm. 1).

Menurut Summer Institut of Lingusitics (SIL) (2005: 15) bahwa bahasa Woirata dikategorikan sebagai bahasa rumpun kelas Trans-Nugini. Bahasa Woirata merupakan bahasa minoritas di Pulau Kisar, memiliki lingkungan yang sangat menarik sebab bahasa Woirata ternyata merupakan satu-satunya bahasa non-Austronesia di Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara.

Dari 27 bahasa yang ada di wilayah tersebut, hanya bahasa Woirata yang berasal dari rumpun keluarga yang berbeda. Bahasa Woirata hanya dituturkan di dua desa, yakni Desa Oirata Timur dan Oirata Barat.

(3)

Karakteristik dan Distribusi Fonem Bahasa Woirata ….(Erniati)

211 Berdasarkan kajian vitalitas bahasa daerah

yang dilaksanakan oleh Kantor Bahasa Maluku tahun 2018 terhadap bahasa Woirata, menunjukkan bahwa status penggunaan bahasa Woirata mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh semakin intensnya kontak dengan bahasa- bahasa lain dan tidak dilakukannya pewarisan bahasa secara berkesinambungan pada generasi muda (Darman, dkk. 2018, hlm. 85).

Dari segi penelitian bahasa, bahasa Woirata memiliki lingkungan yang sangat menarik karena bahasa Woirata ini ternyata merupakan satu-satunya bahasa non- Austronesia di Maluku Barat Daya dan Maluku Tenggara (Nasaruddin, 2017:

Liputan 6.com). Berdasarkan latar belakang di atas tentang pentingnya pelestarian bahasa daerah termasuk bahasa Woirata, sangat penting mengonservasi bahasa tersebut melalui penelitian. Penelitian yang terkait dengan konservasi bahasa daerah belum pernah ada untuk bahasa Woirata. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian konservasi bahasa daerah khususnya tentang karakteristik dan distribusi fonem bahasa Woirata dalam kata.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran, utamanya muatan lokal pada sekolah-sekolah di Desa Woirata.

Selain itu, penelitian ini sebagai salah satu upaya melestarikan bahasa Woirata sehingga tidak mengalami kepunahan.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana distribusi fonem bahasa Woirata dalam kata. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi fonem bahasa Woirata tersebut dalam kata.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun praktis.

Manfaat teoretis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan dalam kajian kebahasaan, khususnya yang berkaitan fonologi bahasa daerah. Manfaat praktisnya bagi pemerintah daerah diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam merancang dan menyusun

bahan ajar bahasa daerah sebagai penunjang mata pelajaran muatan lokal, mampu memberikan sumbangan serta menambah wawasan tentang bahasa.

LANDASAN TEORI

Deskripsi fonem bahasa Woirata ini yang perlu dijelaskan adalah batasan tentang fonologi. Berbicara tentang kajian fonologi bahasa, tentu saja tidak terlepas dari teori Linguistik struktural. Lyons dalam Verhaar (2012, hlm. 56) mengemukakan bahwa teori struktur memandang setiap bahasa sebagai suatu sistem hubungan, yang unsur-unsurnya adalah bunyi, kata, dan sebagainya. Struktur bahasa inilah yang kemudian menjadi aspek- aspek khusus dalam tinjauan penelitian bahasa. Ilmu tentang bunyi disebut fonologi.

Fonologi adalah bidang dalam tataran linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya (Kridalaksana, 2008, hlm. 57). Ada dua sifat bunyi, yaitu bersifat ujar (parole) dan yang bersifat sistem (langue). Untuk membedakan bunyi itu digunakan istilah yang berbeda, pertama disebut fon atau bunyi, dan kedua disebut fonem (Samsuri, 2001, hlm. 125).

Fonologi adalah suatu sub-disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ‘bunyi bahasa’.

Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik (Lass dalam Verhaar, 2010, hlm.

43). Verhaar dalam Erniati (2019, hlm. 290) menyatakan bahwa fonologi adalah ilmu yang mempelajari perbedaan minimal ujaran-ujaran dan perbedaan itu selalu terdapat dalam kata sebagai "konstituen”.

Analisis fonologi mencakup dua tataran, yaitu fonetik dan fonemik. Satuan bunyi (fon) dibicarakan dalam tataran fonetik, sedangkan satuan fonem dibicarakan dalam tataran fonemik (Lapoliwa, 1988, hlm. 24).

Sementara itu, Pike dalam Marsono (1999, hlm. 25) berpendapat bahwa secara garis besar ada empat prinsip kerangka teori pada aspek fonologi, yakni:

(4)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 209—223

212

1) bunyi-bunyi cenderung dipengaruhi lingkungannya;

2) Sistem bunyi cenderung simetris secara fonetis;

3) Bunyi-bunyi cenderung fluktuasi.

Dalam mengucapkan sesuatu kata dua kali, akan terjadi perbedaan sedikit, tetapi tetap dapat didengar oleh telinga;

4) Urutan-urutan karakteristik dari bunyi- bunyi mempengaruhi kesukaran struktural pada interpretasi fonemis segmen-segmen yang mencurigakan atau urut-urutan segmen yang mencurigakan.

Hal senada juga dikemukakan oleh Samsuri (1987, hlm. 130) yang menyatakan bahwa bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas bunyi atau fonem yang berbeda apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama atau mirip.

Alwi Hasan (2000, hlm. 64) mengemukakakn bahwa dalam kaitannya dengan fonem-fonem yang terdapat dalam suatu bahasa, bahasa-bahasa yang ada di dunia ini semuanya memiliki kaidah tertentu dalam pengurutannya. Itulah sebabnya ada fonem-fonem tertentu yang mungkin berurutan dan ada pula fonem-fonem yang mungkin tidak berurutan. Suku kata berhubungan dengan hentakan kegiatan antara kelompok urat-urat (denyut dada) sehingga pada suatu saat penutur menghasilkan suku kata sebagai getaran- getaran urat yang mandiri. Suku kata oleh Alwi Hasan (2000, hlm. 55) dikatakan adalah bagian kata yang diucapkan dalam suatu hembusan nafas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem. Adapun deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu suku kata yang sama disebut gugus konsonan. Deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam suku kata yang berbeda disebut deret konsonan. Demikian pula dengan fonem vokal, deretan dua vokal yang tergolong dalam satu suku kata yang sama disebut gugus vokal atau diftong.

Sementara itu, deretan dua vokal yang

tergolong dalam suku kata yang berbeda disebut deret vokal.

Transkripsi fonetis adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Huruf fonetik ini dibuat berdasarkan huruf alfabet latin yang dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda diakritik. Pada dasarnya kajian fonetik, satu huruf hanya digunakan satu bunyi; atau satu bunyi dilambangkan satu huruf. Tidak ada penggunaan satu huruf untuk dua bunyi yang berbeda juga tidak ada penggunaan dua huruf yang berbeda untuk satu bunyi (Chaer, 2009, hlm. 14). Transkripsi bunyi yang dijadikan dasar pada penelitian ini adalah dengan menggunakan abjad fonetik yaitu The International Phonetic Alphabett (IPA).

Selain itu, tentu saja disesuaikan dengan fonetik bahasa Indonesia, yang dimulai dengan huruf vokal dan dilanjutkan dengan konsonan yang disusun secara alfabetis.

Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.

Bunyi vokal dapat diklasifikasikan menurut :

1. Tinggi rendahnya posisi lidah, bunyi- bunyi vokal dapat dibedakan atas:

a. Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]

b. Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]

c. Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]

d. Vokal sedang bawah, seperti bunyi [E] dan [O]

e. Vokal sedang tengah, seperti bunyi [|]

f. Vokal rendah, seperti bunyi [a]

2. Maju mundurnya lidah, bunyi vokal dapat dibedakan atas:

a. Vokal depan, seperti bunyi [i], [e],dan [a]

b. Vokal tengah, seperti bunyi [|]

(5)

Karakteristik dan Distribusi Fonem Bahasa Woirata ….(Erniati)

213 c. Vokal belakang, seperti bunyi [u]

dan [o]

3. Struktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit- langit keras (palatum), maka dibedakan menjadi vokal tertutup, vokal semitertutup, vokal semiterbuka, dan vokal terbuka.

4. Berdarkan bentuk mulut, dibedakan menjadi vokal bundar, vokal takbundar, dan vokal netral.

Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari glotis, lalu mendapatkan hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau rongga hidung.

Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) tempat artikulasi, (2) cara artikulasi, (3) bergetar tidaknya pita suara, dan (4) struktur. (Abdul Chaer, 2009, hlm.

48).

Senada yang dikemukakan oleh Hasan Alwi, dkk (2014, hlm. 50), pelafalan konsonan dibedakan atas tiga faktor yang terlibat (1) keadaan pita suara, (2) penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap, dan (3) cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan. Untuk kebanyakan bahasa, pita suara selalu merapat dalam pelafalan vokal. Akan tetapi pada pelafalan konsonan pita suara itu mungkin merapat. Klasifikasi konsonan tersebut akan dijabarkan berikut ini.

1. Berdasarkan daerah artikulasi: konsonan bilabial, labiodental, apikodental, apikoalveolar, palatal, velar, glotal, dan laringal

2. Berdasarkan cara artikulasi: konsonan hambat, frikatif, getar lateral, nasal dan semivokal

3. Berdasarkan keadaan pita suara:

konsonan bersuara dan tidak bersuara 4. Berdasarkan jalan keluarnya udara:

konsonan oral dan konsonan nasal.

Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya. Perbedaan vokal

dengan diftong adalah terletak pada cara hembusan nafasnya.

Diftong dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Diftong /au/, pengucapannya [aw].

Contohnya :

[harimaw] /harimau/

[kerbaw] /kerbau/

2) Diftong /ai/, pengucapannya [ay].

Contohnya : [santay] /santai/

[sungay] /sungai/

3) Diftong /oi/, pengucapannya [oy].

Contohnya : [amboy] /amboi/

[asoy] /asoi/

Gugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada satu suku kata.

1) Gugus konsonan pertama:

/p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/s/ dan /d/.

2) Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.

3) Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.

4) Gugus konsonan keduanya adalah konsonan lateral /l/, misalnya :

a) /pl/ [pleno] /pleno/

b) /bl/ [blaƞko] /blangko/

c) Dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.

5) Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua /t/, /p/, dan /k/ dan yang ketiga adalah /r/

atau /l/, contohnya:

a) /spr/ [sprey] /sprei b) /skr/ [skripsi] /skripsi/

c) /skl/ [sklerosis] /sklerosis/

Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yakni fonem menjadi bunyi bahasa. Realisasi fonem erat kaitannya dengan variasi fonem. Variasi fonem merupakan salah satu wujud pengungkapan dari realisasi fonem. Secara segmental fonem bahasa Indonesia dibedakan atas vokal dan konsonan.

(6)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 209—223

214

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Hasil yang diperoleh berupa perian bahasa yang dapat dikatakan sebagai paparan apa adanya (Sudaryanto, 1986, hlm. 62). Menggambarkan tentang fonem-fonem bahasa bahasa Woirata secara lengkap.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) teknik observasi partisipan, (2) teknik wawancara mendalam. Teknik ini digunakan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan berdasarkan kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti, dan teknik mencatat dan merekam. Selai itu, peneliti juga didukung dengan kajian dokumen tentang bahasa Woirata. Setelah itu, dilanjutkan dengan metode analisis data. Metode analisis data dilakukan dengan beberapa tahap yakni mengumpulkan semua data dan mengklasifikasikan fonem, mengidentifikasi fonem vokal dan fonem konsonan, mengidentifikasi fonem vokal dan konsonan tersebut di dalam bahasa Woirata. Langkah terakhir adalah memaparkan hasil analisis dalam bentuk paparan deskripsi. Selain itu, metode analisis data yang digunakan metode analisis data kualitatif. Ahmad (2018, hlm.

85) mengatakan bahwa proses analisis data kualitatif selalu menyatu dengan aktivitas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian.

Analisis dilakukan dengan sistematis yakni pengelolaan data, pengklasifikasian data setiap fonem dan interprestasi data.

PEMBAHASAN

Untuk menentukan bunyi-bunyi yang yang dianggap meragukan dan merupakan fonem yang sama atau berbeda, maka peneliti mencari pasangan minimal (minimal pairs), lingkungan analogus (analogues environments), dan distribusi komplementer

(complementary distributions) dalam bahasa Woirata.

Setelah dilakukan analisis data dengan mengikuti langkah-langkah yang sistematis, ditemukan hasil analisis bahwa bahasa Woirata mempunyai sembilan belas buah fonem segmental, yang terdiri atas lima buah fonem vokal dan empat belas buah fonem konsonan.

Distribusi setiap fonem konsonan dalam suatu bahasa berbeda-beda. Ada fonem yang dapat berdistribusi lengkap, dalam arti bahwa fonem yang bersangkutan dapat menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata, tetapi ada juga fonem yang distribusinya tidak lengkap. Fonem yang distribusinya tidak lengkap hanya dapat menempati satu, atau dua posisi dalam kata.

Fonem yang demikian, misalnya, hanya menempati posisi awal kata saja, hanya menempati posisi tengah kata saja, hanya menempati posisi akhir kata saja, atau dapat juga fonem tersebut hanya menempati posisi awal dan tengah, awal dan akhir, atau tengah dan akhir kata saja. Selain setiap fonem berbeda distribusinya dalam suatu bahasa, jika kebetulan dua bahasa memiki satu fonem yang sama maka fonem yang sama dalam dua bahasa tersebut juga tidak selalu sama distribusinya. Perbedaan distribusi fonem merupakan salah satu karaktetistik dari tiap-tiap bahasa. Berkaitan dengan penilitian ini, klasifikasi vokal, deskripsi, dan distribusi fonem-fonem bahasa Woirata adalah sebagai berikut.

1. Klasifikasi Vokal

Berdasarkan uraian sebelumnya diketahui bahwa bahasa Woirata memiliki lima fonem vokal. Kelima fonem vokal- vokal tersebut, yaitu fonem vocal /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/. Kelima fonem vokal ini memiliki ciri artikulatoris yang berbeda- beda. Fonem-fonem vokal tersebut memiliki ciri tersendiri dalam titik artikulasi. Untuk membuktikan ciri arikulasi masing-masing vokal tersebut, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(7)

Karakteristik dan Distribusi Fonem Bahasa Woirata ….(Erniati)

215

Tabel 1

Klasifikasi Fonem Vokal Bahasa Woirata

Depan Tengah Belakang

TBL BL TBL BL TBL BL

Tinggi atas

bawah i U

Sedang

atas bawah

e O

Bawah A

Keterangan: TBL= tak bulat BL = bulat

Berdasarkan uraian sebelumnya bahasa Woirata memiliki lima buah fonem vokal. Berdasarkan analisis kajian penelitian, kelima buah fonem vokal dalam bahasa Woirata berdistribusi lengkap dalam kata. Distribusi fonem vokal bahasa Woirata akan dikemukakan berikut ini.

a. Fonem vokal /a/

Fonem vokal /a/ adalah fonem vokal yang menempati posisi di tengah, tidak bulat, rendah dan memilki struktur terbuka.

Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi fonem vokal /a/ pada bahasa Woirata ditemukan yakni di posisi awal, tengah, dan akhir kata. Atau fonem /a/ bahasa Woirata berdistribusi lengkap. Untuk membuktikan distribusi fonem vokal /a/ bahasa Woirata tersebut dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.

Tabel 2

Distribusi Vokal /a/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 Awal Ada

aha ahi ahure aha ailani airete

api ubi jalar ikan kawin ular pohon nakal asam ketupat

aitoto 2 Tengah larine hari liare atare lalare tarte lapai

akar angin balik belah berjalan bilamana besar

3 Akhir ira

adha warna ina isa

air api batu beri bakar

b. Fonem vokal /e/

Fonem vokal /e/ adalah fonem vokal yang menempati posisi di depan, tidak bulat, madya, dan memilki struktur semiterbuka.

Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi fonem vokal /a/ pada bahasa Woirata ditemukan yakni di posisi awal, tengah, dan akhir kata. Atau fonem /e/ bahasa Woirata berdistribusi lengkap. Untuk membuktikan distribusi fonem vokal /e/ bahasa Woirata tersebut dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.

(8)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 209—223

216

Tabel 3

Distribusi Vokal /e/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 Awal ehain epu er erre el

lihat tebak alang-alang gembala ganti 2 Tengah iyete

kenen Amseke leule Mimreke

rebah kanan kotor nyanyi merah 3 Akhir Ee

hakaneiIwaye kadhere kahare

kamu terapung tuntas kursi

c. Fonem vokal /o/

Fonem vokal /o/ adalah fonem vokal yang menempati posisi di belakang, bulat, bawah dan memilki struktur semiterbuka.

Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi fonem vokal /o/ pada bahasa Woirata ditemukan yakni di posisi awal, tengah, dan akhir kata. Atau fonem /o/

bahasa Woirata berdistribusi lengkap.

Untuk membuktikan distribusi fonem vokal /o/ bahasa Woirata tersebut dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.

Tabel 4

Distribusi Vokal /o/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 Awal olo

ou otoware oole oo opo

burung daun ber (ber) dengan mulut tulang

2 Tengah polo

okon holo d.hoid

tumpul otak kemaluan wanita pinggul

3 Akhir holo

noo leyo

kemaluan wanita adik langit-langit

d. Fonem Vokal /u/

Fonem vokal /u/ adalah fonem vokal yang menempati posisi di belakang, bulat, tinggi dan memilki struktur tertutup. Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi fonem vokal /u/ pada bahasa Woirata ditemukan yakni di posisi awal, tengah, dan akhir kata. Atau fonem /u/ bahasa Woirata berdistribusi lengkap. Untuk membuktikan distribusi fonem vokal /u/ bahasa Woirata tersebut dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.

Tabel 5

Distribusi Vokal /u/ dalam Bahasa Woirata N

o

Posis i

Contoh Arti

1 Awal umatau

unanni uenanni unamire ulapuwa

debu di sini pada duduk ekor

2 Tengah Kaure

haule kurne toure

Garuk Bengkak Basah beberapa

3 Akhir Mau

ou uru soru arau

datang dan bulan gosok kuning

e. Fonem Vokal /i/

Fonem vokal /i/ ada1ah fonem vokal yang menempati posisi di depan, tidak bulat, atas, dan memiliki struktur tertutup. Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi fonem vokal /a/ pada bahasa Woirata ditemukan yakni di posisi awal, tengah, dan akhir kata. Atau fonem /a/ bahasa Woirata berdistribusi lengkap. Untuk membuktikan

(9)

Karakteristik dan Distribusi Fonem Bahasa Woirata ….(Erniati)

217 distribusi fonem vokal /a/ bahasa Woirata

tersebut dapat dilihat pada beberapa contoh berikut.

Tabel 6

Distribusi Vokal /i/ dalam Bahasa Woirata

No Posis

i

Contoh Arti

1 Awal Ilhuwa

ira isa ina ilollore

abu air bakar beri baring

2 tengah Liare Naiye Winu Miri Waini

balik berenang benih baru gigi

3 Akhir sesi lori inanni ihi

dorong danau di sini bunga

Kelima vokal tersebut dapat berkonstruksi sesamanya sehingga menghasilkan deret vokal. Deret vokal bahasa Woirata dan realisasi fonetisnya ada yang berkualitas sebagai diftong dan vokal rangkap. Jumlah diftong dan vokal rangkap yang ditemukan dalam bahasa Woirata akan diuraikan sebagai berikut.

1. Deret vokal /ai/

/naiye/ ‘berenang’

/lapai/ ‘besar’

/waini/ ‘gigi’

/urahai/ ‘buka’

2. Deret vokal /ae/

/watae/ ‘lihat’

/maemae/ ‘dungu’

3. Deret vokal /au/

/tau/ ‘asap’

/haule/ ‘bengkak’

/umatau/ ‘debu’

4. Deret vokal /ou/

/amoun/ ‘awan’

5. Deret vokal /ia/

/liare/ ‘balik’

/ia/ ‘kaki’

/tian/ ‘tongkat’

6. Deret vokal /ou/

/toure/ ‘beberapa’

7. Deret vokal /oo/

/oo/ ’dan; dengan;

mulut’

/reiwoo/ ‘karena’

8. Deret vokal /aa/

/taa/ ‘hitung’

/aate/ ‘tajam’

9. Deret vokal /uu/

/uute/ ‘jahit’

10. Deret vokal /eu/

/leule/ ‘nyanyi’

/leura/ ‘daging’

11. Deret vokal /ie/

/mie/ ‘cium’

12. Deret vokal /ei/

/reiwoo/ ‘karena’

/seile/ ‘tarik’

13. Deret vokal /ua/

/ilkua/ ‘ketiak’

14. Deret vokal /ui/

/sui/ ‘ranjau’

15. Deret vokal /ee/

/hee/ ‘sulit’

/wee/ ‘pinggir’

16. Deret vokal /oi/

/yamoi/ ‘naik’

/loire/ ‘simpan’

17. Deret vokal /ou/

/houte/ ‘turun’

18. Deret vokal /iu/

/riun/ ‘ribu’

2. Klasifikasi Fonem Konsonan

Sebagaimana fonem vokal, fonem konsonan bahasa Woirata juga akan yang berhasil dideskripsikan yaitu: /p/, /t/, /d/, /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, /y/, /G/, dan /?/.

Setiap pembuktian fonem konsonan tersebut memilki ciri masing-masing berdasarkan daerah artikulasi, tempat artikulasi, dan cara

(10)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 209—223

218

artikulasi. Berbeda dengan fonem konsonan bahasa Indonesia yang memiliki jumlah delapan belas, bahasa Woirata hanya memilki fonem konsonan empat belas.

Agar lebih jelas, pembuktian fonem konsonan tersebut berikut dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 7

Klasifikasi Fonem Konsonan Bahasa Woirata

2.1 Distribusi Fonem Konsonan Bahasa Woirata

a. Fonem Konsonan /p/

Fonem konsonan /p/ adalah salah satu fonem konsonan bilabial tak bersuara yang temukan dalam bahasa Woirata.

Distribusi fonem konsonan /p/ tidak lengkap, hanya ditemukan pada awal kata dan tengah kata saja. Untuk membuktikan distribusi fonem konsonan /p/ bahasa Woirata disajikan pada contoh-contoh berikut.

Tabel 8

Distribusi Fonem /p/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal Pau

patu pasu parik

kulit masak jinak kuasa 2 tengah Ayalapai

isatapu wainponu tanapatu iyapatu

hujan lebat dada gigi seri lengan paha gusi

wainpu

3 akhir Dhalap Tebing

b. Fonem Konsonan /t/

Fonem konsonan /t/ adalah salah satu fonem konsonan hambat tak bersuara yang temukan dalam bahasa Woirata. Distribusi fonem konsonan /t/ ditemukan lengkap, ditemukan pada awal, tengah kata, dan akhir kata. Untuk membuktikan distribusi fonem konsonan /t/ bahasa Woirata disajikan pada contoh-contoh berikut.

Tabel 9

Distribusi Fonem /t/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal Ta

tahi taile tairepu tahule

yang benar pelan-pelan patah beli

2 tengah Tatare Tartei uwantapul uute natare

dingin kapan jantung jahit diri (ber) Cara artikulasi

Tempat artikulasi Bilabial Labio-

dental

Afiko alveolar

Lamino alveolar

Lamino -palatal

Dorso -velar

laringal Glota l Hambat

(Letup) p d t k ?

Nasal m n G

Paduan

(afrikatif)

Sampingan

(lateral) l

Geseran

(frikatif) S h

Paduan Getar

(trill) r

Semi vokal w y

(11)

Karakteristik dan Distribusi Fonem Bahasa Woirata ….(Erniati)

219

umatau pata otoware

debu empat buruk

3 akhir Wa:t

solat

nyiru teluk

c. Fonem Konsonan /d/

Fonem konsonan /d/ adalah fonem konsonan ingresif glotalik (implosif), letup, apiko-dental, bersuara. Realisasi fonem konsonan /d/ dalam bahasa Woirata ditemukan yang berdistribusi tidak lengkap.

Konsonan ini hanya berdistribusi pada awal dan tengah kata saja. Distribusi konsonan /d/

dalam bahasa Woirata dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

Tabel 10

Distribusi Fonem /d/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal d#holi

d#hore d#horo d#hari

sedikit lapar tombak jaring

2 tengah laid#he ud#huata kod#ho

tua tebal kamar pemalas

3 akhir - -

d. Fonem Konsonan /k/

Fonem konsonan /k/ adalah fonem konsonan hambat, letup, dorsovelar, tak bersuara. Langit-langit lunak tersebut beserta anak tekaknya dinaikkan sehingga hembusan suara dari paru-paru terhambat beberapa saat. Kemudian, tekanan pada langit-langit lunak itu dilepaskan secara tiba- tiba sehingga terjadi letupan dari rongga mulut dan pita suara dalam keadaan terbuka.

Konsonan hambat, letup, dorsovelar, tak bersuara dengan artikulator aktif pangkal lidah dan artikulator pasif langit-langit lunak (velum) terjadi karena pangkal lidah ditekankan rapat pada langit-langit. Langit- langit lunak tersebut beserta anak tekaknya

dinaikkan sehingga hembusan suara dari paru-paru terhambat beberapa saat.

Kemudian, tekanan pada langit-langit lunak itu dilepaskan secara tiba-tiba sehingga terjadi letupan dari rongga mulut dan pita suara dalam keadaan terbuka. Konsonan /k/

ditemukan berdistribusi lengkap. Konsonan ini hanya berdistribusi pada awal, tengah, dan akhir kata. Distribusi konsonan /k/ dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

Tabel 11

Distribusi Fonem /k/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal kurne

kaure kahare kahulai kaka kimese

basah gali rusak bicara kakak hisap

2 tengah hakane walkokoro luku kinkini amseke kikre

apung (me-) cacing berkata kecil kotor takut

3 Akhir arak arak

e. Fonem Konsonan /m/

Fonem konsonan /m/ adalah fonem konsonan hambat, nasal, bialabial, dengan artikulator aktif bibir bawah dan artikulator pasif bibir atas. Konsonan ini terjadi bila bibir bawah menekan rapat pada bibir atas;

langit-langit lunak beserta anak tekak diturunkan, sehingga arus ujaran yang keluar dari paru-paru terhambat dan keluar melalui rongga hidung. Konsonan /m/ ditemukan berdistribusi tidak lengkap. Konsonan ini hanya berdistribusi pada awal dan tengah kata saja. Distribusi konsonan /m/ dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

(12)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 209—223

220

Tabel 12

Distribusi Fonem /m/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal miri

mana mau mina mie mana

baru buah datang gemuk cium buah

2 tengah amseke

amin kimese umu ramasu timne

kotor kutu hisap mati peras panas

3 akhir irim adik ayah/ibu

f. Fonem Konsonan /n/

Fonem konsonan /n/ adalah salah satu jenis konsonan yang ditemukan dalam bahasa Woirata. Berdasarkan analisis data fonem konsonan /n/ ditemukan berdistribusi lengkap. Berdistribusi lengkap karena ditemukan pada awal, tengah, dan akhir kata. Distribusi konsonan /n/ tersebut dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

Tabel 13

Distribusi Fonem /n/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal naiye

nami nanaene nana na?taru

berenang lelaki napas ular

kerongkongan

2 tengah larine inhaini yayani kurne ina winu

akar apa baik basah beri benih

3 akhir kenen

le:n nook-noko

kanan langit jari manis telunjuk

nerenatan takupa walurun wayan

abang/kakak dari istri

g. Fonem Konsonan /s/

Fonem konsonan /s/ adalah jenis fonem konsonan frikatif, alveolar, tak bersuara dan lepas. Konsonan ini juga ditemukan dalam bahasa Woirata sebagaimana konsonan yang terdapat dalam bahasa Indonesia. realisasi fonem konsonan /s/ ditemukan berdistribusi tidak lengkap, yakni di posisi awal dan tengah kata. Untuk membuktikan realisasi distribusi konsonan /s/ dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

Tabel 14

Distribusi Fonem /s/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal sesi

soru sukani seile susu saha-saha

dorong gosok semua tarik tetek paru-paru

2 tengah isa

asa asir ese amseke kausa usa kesin

bakar daun garam hapus kotor ludah rumput pusaka

3 Akhir keles

aklas taus

kuku gelas datar

h. Fonem Konsonan /r/

Salah satu konsonan dalam bahasa Woirata adalah fonem konsonan /r/. Fonem konsonan /r/ adalah fonem konsonan getar, alveolar, bersuara, dan lepas. Realisasi konsonan /r/ ditemukan berdistribusi

(13)

Karakteristik dan Distribusi Fonem Bahasa Woirata ….(Erniati)

221 lengkap, yakni pada posisi awal, tengah, dan

akhir kata. Untuk membuktikan distribusi konsonan /r/ dapat dilihat pada contoh- contoh berikut.

Tabel 15

Distribusi Fonem /r/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal ramasu

rad]

rata raraka rakan rad]e rain ruri

peras

anaknya cucu nenek jaga tungku itik baju kuat

2 tengah wirte lokre ira larini hari liare ilollore miri kurne atare

malu hemat air akar angin balik baring baru basah belah (me)

3 akhir Ihar

teher asir la:r

anjing gunung garam hati

i. Fonem Konsonan /h/

Fonem konsonan /h/ adalah fonem konsonan glotal, geser, bersuara dan lepas.

Fonem konsonan /r/ juga ditemukan dalam bahasa Woirata. Distribusi fonem konsonan /h/ ditemukan tidak lengkap hanya ditemukan berdistribusi pada posisi awal dan tengah kata. Untuk membuktikan distribusi konsonan /h/ dapat dilihat pada contoh- contoh berikut.

Tabel 16

Distribusi Fonem /h/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal hakane apung (me)

ayah

ha hakane haule harawele hoho hale

apung bengkak buruk busuk cuci

2 tengah ilhuwa ihar inhaina ihinaka ihi teher uhuhu

abu anjing apa bintang bunga gunung punggung

3 akhir umah tanah

j. Fonem Konsonan /l/

Fonem konsonan /l/ adalah fonem konsonan lateral, alveolar, bersuara, dan lepas. Fonem konsonan /l/ juga ditemukan dalam bahasa Woirata. Distribusi konsonan /l/ ini hanya ditemukan pada posisi awal dan tengah kata. Untuk membuktikan distribusi fonem konsonan /l/ dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

Tabel 17

Distribusi Fonem /l/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal larine liare lapane lolo lalare lapai leura lori

akar balik banyak benar berjalan besar daging danau

2 tengah olo hale ulapuwa ile keles wele ulu kele

burung cuci ekor ikat kuku kulit pusar tertawa

3 akhir wel kiri

(14)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 209—223

222

il kalkal kowol

jerat beras enau

k. Fonem Konsonan /w/

Fonem konsonan /w/ adalah fonem konsonan semi vokal bilabial. Fonem konsonan /w/ juga ditemukan dalam bahasa Woirata. Fonem konsonan /w/ dalam bahasa Woirata ditemukan berdistribusi tidak lengkap, yakni hanya di posisi awal dan tengah kata. Untuk membuktikan distribusi konsonan /w/ dapat dilihat pada contoh- contoh berikut.

Tabel 18

Distribusi Fonem /w/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal waire

wata winu warna walkokoro wawauni waini wari wele

mereka rambut benih batu cacing dekat gigi dengar kulit

2 tengah tauwe reiwoo murwana tauwe loway uwani

kabut karena hidung kabut panjang satu

3 akhir - -

l. Fonem Konsonan /y/

Fonem konsonan /y/ adalah fonem konsonan semi vokal, lamino-palatal. Fonem konsonan /y/ juga ditemukan dalam bahasa Woirata. Realisasi fonem konsonan semi vokal /y/ ini berdidtribusi lengkap menempati posisi awal, tengah, dan akhir kata. Untuk membuktikan distribusi konsonan /y/ dapat dilihat pada contoh- contoh berikut.

Tabel 19

Distribusi Fonem /y/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal yayani baik

2 tengah yayani

naiye eye?ere ariya aya baye taya

baik berenang dua gigit hujan lepas tidur

3 akhir loway panjang

m. Konsonan /G/

Konsonan /G/ adalah konsonan dorsovelar, nasal. Fonem konsonan /G/ juga ditemukan dalam bahasa Woirata. Realisasi distribusi konsonan /G/ ini ditemukan berdistribusi tidak lengkap, yakni hanya di posisi tengah dan akhir kata. Untuk membuktikan distribusi konsonan /G/ dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.

Tabel 20

Distribusi Fonem /G/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal - -

2 tengah oraGkai kepala desa

3 akhir loroG ketua adat

n. Fonem Konsonan /?/

Fonem konsonan /?/ adalah fonem konsonan hambat, glotal. Konsonan ini /?/

juga ditemukan dalam bahasa Woirata.

Distribusi konsonan /?/ ditemukan tidak lengkap hanya pada posisi tengah dan akhir kata. Untuk membuktikan distribusi konsonan /?/ dapat dilihat pada contoh- contoh berikut.

(15)

Karakteristik dan Distribusi Fonem Bahasa Woirata ….(Erniati)

223

Tabel 21

Distribusi Fonem /?/ dalam Bahasa Woirata

No Posisi Contoh Arti

1 awal - -

2 tengah no?onani kikini

ma?ate se?se ra?i

panggilan untuk anak laki kecil manis

bengek (asma) utara

3 akhir tua? gebang

PENUTUP

Bahasa Woirata memiliki 19 buah fonem segmental yang terdiri atas 14 fonem konsonan dan lima buah fonem vokal.

Fonem vokal tersebut, yaitu yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/. Kelima fonem vokal tersebut, semuanya berdistribusi lengkap, yaitu menempati semua posisi dalam kata, baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata.

Sedangkan fonem konsonan bahasa Woirata berjumlah 14 buah. Fonem-fonem tersebut, yaitu: /p/, /t/, /d/, /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, /y/, /G/, dan /?/. Distribusi keempat belas fonem konsonan tersebut bervariasi. Fonem konsonan yang berdistribusi lengkap yang menempati semua posisi dalam kata, baik pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, yaitu /p/, /t/, /k/, /m/, /n/, /s/, /r/, /h/, /l/, /w/, dan /y/. Fonem konsonan yang menempati posisi awal dan tengah kata, yaitu /d/, dan /l/. Sedangkan fonem konsonan yang hanya menempati posisi tengah dan belakang kata, yaitu /G/, dan /?/.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R. (2018). Analisis Data Kualitatif.

Jurnal Alhad Harad, 17 (33), 81--95.

Alisjahbana, Sutan Takdir. (1988). Sejarah Bahasa Indonesia. Djakarta: Pustaka Rakyat.

Alwi, Hasan dkk. (2000). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Jakarta.

Darman, Faradika, dkk. (2018). Laporan Penelitian: “Vitalitas Bahasa Woirata”. Kantor Bahasa Maluku.

Kamanassa, Joseph Paulus, Lucas Wedilen,

& Otniel Tamindael. (2016). Kamus Bahasa Woirata. Bandung: Alfabeta.

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasaruddin. (2017). “Kolom Bahasa: Ini Uniknya Bahasa Woirata di Pulau Kisar’ Artikel yang dimuat di Liputan 6.com.

Samsuri. (1987) Analisis Bahasa. Jakarta:

Erlangga.

Sihura, Agustinus. (2019). “Distribusi Fonem Bahasa Nias Dia1ek Selatan”. Ml1angun. 16 (1).

Hlm.31—44.

Sudaryanto.(1986). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Lingusitis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Suharyanto. (2016). “Kekerabatan Bahasa- Bahasa di Kawasan Utara Kabupaten Jayapura. Kibas Cenderawasih. 13 (2). Hlm. 187—198.

Summer International Linguistik. (2005).

Bahasa-Bahasa di Indonesia.

Jakarta:SIL Internasional Cabang Jakarta.

Verhaar, J.W.M.(2012). Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Melalui metodei initial assessment ini peserta diajarkan bagaimana menilai kondisi pasien, cara melakukan resusitasi, menjaga kondisi pasien agar berada dalam

Membuat kartu undangan pernikahan menggunakan MS Word 2016 sangatlah mudah karena menyediakan template yang bisa didownload secara cepat dan dengan penampilan

d) Lampiran perjanjian kerjasama berupa penetapan limit akseptasi ditiadakan. Setelah itu dengan mempertimbangkan bahwa BNI telah melakukan perubahan sehingga membuat

Jalur hijau pada segmen I berada pada tingkatan sedang (44,4% kriteria terpenuhi) untuk fungsi pereduksi polusi; tingkatan buruk hingga sedang (35,0-45,0% kriteria terpenuhi)

Berdasarkan pada bentuk bentang alam yang sekaligus juga mencerminkan pola struktur perlapisan batuan, serta bahan penyusun, maka diyakini bahwa di daerah

Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama islam, Pancasila sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama

Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di

Beberapa usaha untuk menghadapi kenakalan anak-anak yaitu dengan cara pendidikan agama harus berawal dari rumah,orangtua harus mengerti dasar-dasar pendidikan dimana