• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

17 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Hilgard dan Bower dalam Jogiyanto HM (2006:

12) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran terjadi ketika ada suatu perubahan karena suatu kejadian dan perubahan yang terjadi bukan karena suatu perubahan secara alami atau karena menjadi dewasa yang dapat terjadi karena sendirinya atau karena perubahannya sementara saja, tetapi lebih karena situasi yang dihadapi.

Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris instruction, yang brarti proses membuat orang belajar. Tujuanya ialah membantu orang belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang belajar. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Strategi pembelajaran adalah suatu rancangan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan peserta didik dengan mendayungkan seluruh sumber belajar yang ada guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Secara singkat strategi pembelajaran adalah pola umum kegiatan guru-peserta didik di dalam perwujudan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. (Mulyono, 2012: 36)

(2)

Pembelajaran sebagaimana dicantumkan dalam Udang-Undang No. 20 Tahun 2003, adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik, bahwa pengajaran atau pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks, dimana di dalamnya terjadi interaksi antara mengajar dan belajar. Di dalam proses ini kita akan dapat melihat berbagai aspek atau faktor, yakni guru, siswa, tujuan, metode, penilaian, dan sebagainya. (Didie Supriadie dan Deni Darmawan, 2012: 12 )

Proses terjadinya suatu interaksi adalah adanya hubungan timbal balik antara pengajar yang dalam hal ini adalah guru dengan peserta didik, seorang pengajar tidak serta merta dalam menyampaikan materi pembelajaran tetapi harus memperhatikan kiranya mana yang lebih tepat (efektif) untuk membelajarkan peserta didik, sebab pembelajaran seperti yang diuraikan diatas adalah kegiatan yang harus jelas tujuannya, jelas sifat materinya, jelas metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan, bagaimana mengelolanya dan bagaimana menilainya.

Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran , diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) simposium, dan sebagainya.

Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Strategi pengorganisasian (organizational strategy) 2. Strategi penyampaian (delivery strategy)

3. Strategi pengelolaan (management strategy)

Organizational strategy adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada

(3)

suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan lainnya yang setingkat dengan itu.

Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari siswa. Media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini.

Management strategy adalah metode untuk menata interaksi antara si belajr dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

a. Strategi pengorganisasian pembelajaran

Strategi pengorganisaian, lebih lanjut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro.

Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada suatu konsep, atau prosedur, atau prinsip sedangkan, strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep, atau prosedur atau prinsip.

Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran (apakah itu konsep, prosedur, atau prinsip) yang saling berkaitan. Pemilihan isi, berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin di capai, mengacu kepada penetapan konsep, atau prosedur atau prinsip apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Penataan urutan isi mengacu kepada keputusan untuk menata dengan urutan tertentu konsep atau prosedur atau prinsip yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara menunjukkan keterkaitan diantara konsep prosedur atau prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu kepada keputusan tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsep, prosedur atau prinsip, serta kaitan yang sudah diajarkan.

(4)

b. Strategi penyampaian pembelajaran

Strategi pengelolaan isi pembelajaran merupakan komponen variable metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sekurang-kurangnya ada 2 (dua) fungsi dari metode ini, yaitu (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).

Paling tidak, ada 5 (lima) cara dalam mengklasifikasikan media untuk mempreskripsikan strategi penyampaian:

1. Tingkat kecermatan dalam menggambarkan sesuatu.

2. Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya.

3. Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya.

4. Tingkat motivasi yang dapat ditimbulkannya.

5. Tingkat biaya yang diperlukan.

c. Strategi pengelolaan pembelajaran

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variable metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara peserta didik dengan variable metode pembelajran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting variable strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi. ( Hamzah B, 2012: 17-19)

Strategi adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Persoalan yang muncul adalah jenis strategi apa dan bagaimana urutan sistematis yang dapat dikembangkan agar pembelajaran menjadi efektif. Jika dikategorikan pada jenisnya, paling

(5)

tidak terdapat dua jenis strategi pembelajaran, yaitu: (1) Strategi Ekspositorik dan (2) Strategi Heuristik.

1. Strategi ekspositorik

Strategi ini menyiasati semua unsure system pembelajara yang mengarah pada tersampaikannya informasi (materi pembelajaran) kepada siswa secara langsung. Strategi ini memosisikan siswa untuk tidak mencari dan menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip yang dipelajari, karena ssemua itu disajikan oleh guru. Selain itu strategi ini memosisikan sisa menjadi pasif. Namun dalam perjalanan lebih lanjut, strategi ini di kembangkan menjadi 2 model yakni ekspositorik model guru dan ekspositorik model siswa.

a. Ekspositorik model guru

Strategi model ini cenderung menyiasati pembelajaran berbentuk

”lecture” dan secara konseptual dituturkan di atas, sehingga mengajar cenderung hanya mengggunakan metode ceramah, sebab yang mengekspos adalah guru dan siswa berperan sebagai objek saja. Namun demikian strategi ini tidak lantas menjadi “buruk”

manakala guru itu berfikir lebih sistematik dan sistematis, dalam arti guru telah melakukan analisis dan pertimbangan bahwa sifat materi dan tujuan yang di capai itu tepat ketika diputuskan untk menggunakan model ini.

b. Ekspositorik model siswa

Ekspositorik model siswa merupakan kebalikan dari yang pertama, artinya model ini menyiasati agar siswa yang melakukan ekspos dan guru berperan sebagai fasilitator. Model ini secara konseptual cenderung lebih “romantik” dan dinamis karena cenderung dapat dikembangkan menjadi diskusi ataupun curah pendapat.

(6)

2. Strategi Heuristik

Strategi ini menyiasati agar unsur-unsur sistem pembelajaran mengarah pada pemberdayaan anak menjadi aktif dalam mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan, sedangkan peran guru menjadi pembimbing dan atau organisator/

fasilitator. Strategi ini pun dikategorikan ke dalam tiga model, yakni sebagai berikut: (1) pure model, (2) guided model, dan (3) modified model.

a. Pure Model

Heuristik model ini menyiasati agar unsur-unsur sistem pembelajaran mengarah pada pemberdayaan siswa menjadi aktif mencari dan menemukan fakta, konsep, prinsip yang mereka butuhkan secara “murni” dilakukan oleh siswa, sedangkan guru memberi arah awal, menerima laporan, dan memeri feed back.

b. Guided Model

Heuristik model ini menyiasati agar unsur-unsur sistem pembelajaran mengarah pada pemberdayaan siswa menjadi aktif mencari dan menemukan fakta, konsep, prinsip yang mereka butuhkan melalui bimbingan guru.

c. Modified Model

Model ini menyiasati unsur-unsur pembelajaran yang mengarah pada pemberdayaan siswa menjadi aktif mencari dan menemukan fakta, konsep, prinsip yang mereka butuhkan dengan cara memadukan dua model sebelumnya. (Didie Supriadie dan Deni Darmawan, 2012: 127-129 ).

Kedua jenis strategi pembelajaran diatas memberikan implikasi terhadap pola atau teknik penyajian (presentasi) yang akan dikembangkan oleh guru dalam upaya menyampaikan materi pembelajaran kepada

(7)

peserta didik agar tercipta suasana pembelajaran yang efektif. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut bukan karena pengaruh obat-obatan atau zat kimia lainnya dan cenderung bersifat permanen. Istilah “pembelajaran” (instruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat formal dan hanya ada di dalam konteks guru dengan peserta didik

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menepati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai “raw material”(bahan mentah). (Desmita, 2012 : 39).

2. Pengertian Aqidah Akhlak a. Pengertian Aqidah

Aqidah dalam bahasa Arab berasal dari kata “aqada, ya’qidu, aqiidatan” artinya ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan seluruh ajaran Islam.

Secara tehnis adalah iman atau keyakinan. Aqidah Islam (Aqidah Islamiyah), karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental, karena, seperti telah disebutkan di atas, menjadi asas dan sekaligus sangkutan dan gantungan segala sesuatu dalam islam, juga memiliki titik tolak kegiatan seorang muslim. Akidah islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujud-Nya itu disebut Tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam.

(8)

Menurut Daud Ali (dalam Aminudin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq : 2006: 52). Kedudukn akidah dalam seluruh ajaran islam adalah sebagai berikut: kalau orang telah menerima tauhid sebgai prima causa yakni asal yang pertama, asal dari segala-galanya dalam keyakinan islam, maka rukun iman yang lain hanyalah akibat logis (massuk akal) saja penerimaan tauhuid tersebut. Kalau orang yakin bahwa (1) Allah mempunyai kehendak, sebagian dari sifat-Nya, maka orang yakin pula adanya (para) (2) Malaikat yanb diciptakan Allah (melalui perbuatan-Nya) untuk melaksanakan dan menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh Malaikat Jibril kepada para Rosul-nya, yang kini dihimpun dalam (3) Kitab-kitab Suci, Namun, perlu segera dicatat bahwa kitab suci yang masih murni dan asli memuatkehendak Allah, hanyalah Al Qur’an.

Sedangkan akidah secara etimilogis berarti yang terikat. Setelah terbentuk menjadi kata, akidah berarti perjajian yang teguh dan kuat, terpatri dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Secara terminologis berarti credo, creed, keyakinan hidup iman dalam ati khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, menenteramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan.

(Muhammad Alim: 2006: 124).

Akidah adalah gudang ahklak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai ahklak yang luhur. Ahklak mendapat perhatian istimewa dalam akidah Islam. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

(9)

b. Pengertian Akhlak

Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang berarti prangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar Khulqun). Adapun pengertian secara terminologis, para ulama telah banyak mendefinisikan, diantaranya Ibn Maskawih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendodorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Al-Ghazali dalam kitabnya Iya’ Ulum al-din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. (Muhammad Alim: 2006: 151).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan, atau kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

Dari definisi tersebut perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah enjadi kepribadiannya dan perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengn mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila.

Menurut Dr. H. Rosihon : 2014 : 205, Disebutkan Kata “Akhlak”

mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti

(10)

pencipta, dan makhluq yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluq dan antara makhluq dengan makhluq.

Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercantum dalam Al-Quran:

ٍنْيِظَع ٍقُلُخ ىلَعَل َكَّوِاَو (

نلقلا : )

4

Artinya:“Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang agung”. (Q.S. Al-Qalam 68: 4).

Demikian juga hadis Nabi SAW.,

ٍقَل ْخَلِْا َنّمَت ّ ِلِ ُتْثِعُب (

دمحأ يور )

Artinya:“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti) yang mulia”. (H.R. Ahmad).

Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 21:

اًريِثَك َ َّاللَّ َرَكَذَو َرِخ ْلْا َمْوَيْلاَو َ َّاللَّ وُجْرَي َناَك هَمِّل ٌةَىَسَح ٌةَوْسُأ ِ َّاللَّ ِلوُسَر يِف ْنُكَل َناَك ْدَقَل

Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab:

21)

Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikanya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlak semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai

(11)

penyempurna ajaran-ajaranya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan prilaku. Ahklak mencerminkan sisi perilaku tersebut.

(Rosihon Anwar, 2008: 201-202).

Keimanan kepada allah dengan segala sifat-Nya, harus tercerminkan dalam setiap aspek kehidupan seorang mukmin. Seorang mukmin yang mengakui bahwa Allah itu maha Esa, ia hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah ketika menghadapi kesulitan dan ancaman. Ia tidak meminta pertolongan kepada kekuatan lain selain Allah, baik berupa manusia, binatang, kuburan, gunung, batu, dan benda-benda yang dianggap keramat. (Rosihon Anwar, 2008: 203).

3. Tujuan Akidah Akhlak

a. Meluruskan dan mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah SWT.

Karena Dia adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, tujuan dari ibadah hanya diperuntukkan kepada-Nya.

b. Ketenangan jiwa dan pikiran. Akidah akan menghubungkan seorang hamba dengan penciptanya, dan memahami bahwa Allah SWT Maha Pengatur. Sehingga hatinya rela menerima takdir dan tidak mencari pengganti yang lain.

c. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah SWT. Dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul dan mengikuti jalan mereka yang lurus.

d. Bersungguh-sungguh dalam beramal baik dengan mengharapkan balasan hanya dari Allah SWT. Serta menjauhi perbuatan dosa karena rasa takut dan balasannya.

e. Meraih kebahagiaan dunia dan Akhirat dengan beramal saleh dengan meraih pahala dan kemuliaan. (Junaidi Hidayat, 2009: 11-12)

f. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul cemas dalam jiwa dam tidak goncangan dan pikiran. Karena akidah ini akan

(12)

menghubungkan orang mukmin dan penciptanya, sehingga dai menerima-Nya sebagai Tuhan yang mengatur hidupnya. Oleh karena itu, hatinya menerima takdir, lapang dada untuk menyerahkan diri kepada-Nya, dan tidak berpaling kepada Tuhan yang lain.

g. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.

h. Membimbing kearah jalan yang yang benar dan sekaligus pendorong mengerjakan ibadah dengan penuh keihlasan.

i. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan serta mengantarkan ummat manusia kepada kesempurnaan lahir dan bathin. (Aminudin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq : 2006: 57).

Pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujan akidah akhlak adalah untuk lebih memperkuat dan mempertebal keyakinan atas kebenaran ajaran Islam sebagai pedoman hidup, sehingga terhindar dari 4. Fungsi Akidah Akhlak

Fungsi dan peranan akidah akhlak dalam kehidupan umat manusia antara sebagai berikut:

a. Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir. Manusia sejak lahir telah mamiliki potensi keberagaman (fitrah), sehingga sepanjang hidupnya membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan terhadap Tuhan.

b. Memberikan ketentraman dan ketenangan jiwa, Agama sebagai kebutuhan fitrah kan senantiasa menuntut dan mendorong manusia untuk terus mencarinya. Akidah memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan ruhaninya dapat terpenuhi.

c. Memberikan pedoman hidup yang pasti, keyakinan terhadap tuhan memberikan arahan dan pedoman yang pasti sebab akidah meunjukan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya. Akidah memberikan

(13)

pengetahuann asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih bemakna. (Muhammad Alim: 2006: 130).

d. Kemajuan Rohaniah, tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan dibidang rohaniah (mental spiritual). Orang yang berilmu tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu, praktis memiliki keutamaan dengan derajat yang lebih tinggi. Dengan pengetahuan ilmu akhlak dapat mengantarkan seseorang kepada jenjang kemuliaan akhlak. Karena dengan ilmu akhlak, seseorang akan dapa menyadari mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang jahat.

e. Penuntun kebaikan, ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama manusia. (Muhammad Alim: 2006: 159).

5. Ruang Lingkup Akidah Akhlak

a. Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.

b. Pola hubungan manusia dengan dirinya sendiri, seperti: menjaga kesucian diri, mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang hak, menyampaikan kebenaran, dan memberantas kedzaliman, mengembangkan kebijaksanaan dengan memberantas kebodohan, bersabar tatkala mendapat musibah dan dalam kesulitan, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, rendah hati atau tawadhu dan tidak sombong, menahan diri dari melakukan larangan-larangan Allah.

Menahan diri dari marah, memaafkan orang, jujur atau amanah, dan merasa cukup dengan apa-apa yang diperoleh dengan susah payah atau qana’ah.

(14)

c. Akhlak terhadap sesama manusia, banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia, petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negativ seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. (Muhammad Alim:

2006: 155).

B. Pengertian Perilaku Sopan Santun

Kata sopan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai banyak arti antara lain baik budi pekerti, tingkah laku dan tutur kata yang baik, berlaku baik kepada orang yang lebih tua serta tertib menurut adat yang baik.

Sedangkan kata santun berarti halus budi pekerti dan suka menolong. Jika kedua kata ini digabungkan menjadi sopan santun yaitu budi pekerti yang baik dan tata krama menuut adat yang baik. Sopan santun sangat erat sekali hubungannya dengan akhlak karena seseorang yang mempunyai sopan santun sudah pasti mempunyai akhlak yang baik.

Pendidikan akhlak merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu rububiyah (ketuhanan) dan meredam/ menghilangkan nafsu-nafsu syaithaniyah. Pada materi ini peserta didik dikenalkan atau di latih mengenai:

1) Perilaku/akhlak yang mulia (akhlakul karimah/Mahmudah) seperti jujur, rendah hati, sabar, sopan-santun, dan sebagainya.

2) Peilaku/akhlak yang tercela (akhlakul madzmudah) seperti dusta, takabur, khianat, dan sebagainya.

Setelah materi-materi tersebut disampaikan kepada peserta didik diharapkan memliki perilaku-perilaku akhlak yang mulia dan menjauhi atau meninggalkan perilaku akhlak yang tercela (Heri Jauhari Muchtar: 2005: 16).

(15)

Bersikap lemah lembut dan sopan santun sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa satu sifat utama bagi seorang muslim dan mu’min adalah bersifat tegas kepada orang kafir dan berkasih sayang kepada sesamanya (sesama muslim/mu’min). dengan demikian dilarang sesama muslim untuk saling mengejek, mencemarkan nama baik dan memfitnahnya. Jangankan kepada sesama muslim, kepada yang beragama luar Islam pun dilarang berbuat seperti itu. (Heri Jauhari Muchtar: 2005: 38).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan perilaku sopan santun adalah aktivitas seseorang yang dapat diamati oleh orang lain atau instrumen penelitian terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi yang berkaitan dengan hubungan kemasyarakatan, meliputi menghormati guru atau orang yang lebih tua dari kita, tolong menolong, huznudon dan mengghargai orang lain, perilaku sopan santun merupakan cerminan dari akhlak mahmudah (akhlak yang baik).

Seorang anak haruslah memiliki akhlak yang baik sejak usia kecilnya, agar ia hidup dicintai pada waktu besarnya, diridhai Tuhannya, dicintai keluarganya dan semua orang. Seorang anak juga harus memiliki sopan santun dimanapun dia berada baik di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.

1. Sopan santun di dalam Rumah

Setiap anak wajib memperhatikan sopan santun di dalam rumahnya dengan menghormati kedua orang tuanya, saudara laki-lakinya, saudara perempuannya serta setiap orang di dalam rumah. Seorang anak tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat marah salah seorang dari mereka dan tidak boleh melawan kepada saudaranya yang lebih tua dan tidak boleh bertengkar dengan saudaranya yang lebih kecil serta tidak boleh mengganggu pelayan rumah. Apabila bermain, maka ia pun bermain dengan teratur tanpa berteriak dan bertingkah yang tidak pantas baginya, terutama bilamana di dalam rumah ada salah seorang yang sedang tidur atau sakit.

(16)

2. Sopan santun Anak terhadap Ibunya

Ibu adalah seseorang yang dengan jerih payanhnya membesarkan anaknya dengan penuh kecintaan maka kewajiban seorang anak adalah mengamalkan sopan santun ini:

a. Hendaklah engkau mematuhi perintah-perintahnya disertai kecintaan dan penghormatan. Engkau kerjakan segala sesuatu yang menggembirakan hatinya. Engkau selalu tersenyum dihadapannya dan menjabat tangannya setiap hari serta mendoakannya panjang umur dalam keadaan sehat walafiat.

b. Hendaklah engkau waspada terhadap segala sesuatu yang menyakitkan hatinya. Janganlah berwajah cemberut bila ia menyuruhmu melakukan sesuatu atau marah kepadamu. Jangan berdusta kepadanya atau memakinya atau berbicara dengan perkataan yang buruk di hadapannya, atau melihat kepadanya dengan pandangan yang tajam dan janganlah mengeraskan suaramu melabihi suaranya.

3. Sopan santun Anak terhadap Ayahnya

Sopan santun anak terhadap ayahnya sama seperti halnya seorang anak bersikap sopan santun kepada ibunya, mematuhi perintah-perintahnya dan mendengarkan nasihat-nasihatnya, karena seorang ayah tidak akan menyuruh kecuali dengan sesuatu yang berguna untuk seorang anaknya, dan tidak akan melarang kecuali dari sesuatu yang merugikan anaknya. Hendaklah senantiasa meminta keridhaan dengan menjaga kitab-kitab dan pakaian-pakaian serta semua peralatan belajar.

4. Sopan santun Murid terhadap Gurunya

Hormatilah seorang gurumu sebagaimana engkau menghormati kedua orang tuamu, dengan duduk sopan di depannya dan berbicara kepadanya dengan penuh hormat. Apabila ia berbicara, maka janganlah memutuskan pembicaraannya, tetapi tunggulah hingga seorang guru selesai berbicara, dengarkanlah pelajaran-pelajaran yang di berikan oleh guru. Jika engkau tidak

(17)

memahami sesuatu dari pelajaran-pelajaran yang telah disampaikan, maka bertanyalah kepadanya dengan lemah lembut dan hormat, dengan mengangkat jari terlebih dahulu sehingga seorang guru mengizinkan untuk bertanya, apabila ia bertanya kepadamu tentang sesuatu maka berdirilah dan jawablah pertanyaan dengan jawaban yang baik.

Apabila ingin dicintai guru, maka laksanakanlah kewajiban-kewajibanmu, yaitu dengan hadir setiap hari dalam waktu yang sudah ditentukan. Maka janganlah absen atau datang terlambat kecuali bila ada halangan yang benar, hendaklah masuk ke dalam kelas sesudah istirahat, jika gurumu menegurmu maka janganlah engkau memberikan alasan dengan alasan-alasan yang tidak benar. Walaupun seorang guru menghukum muridnya, seorang guru tetap mencintai dan berharap agar hukuman itu berguna bagi muridnya, oleh karena itu berterimakasihlah kepada guru atas keikhlasannya yang telah mendidikmu dan janganlah melupakan kebaikannya. (Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja dalam Abu Musthafa Alhalabi 1992: 13).

Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya. Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya. (terjemahan kitab tailim muta’lim karya Syekh Az-Zarnuji: 2005: 20-21).

Menghormati guru sangatlah penting karena guru adalah yang mengajarkan kita banyak ilmu dan ilmu yang diajarkan oleh guru tidak hanya

(18)

untuk bekal di dunia melainkan juga di akhirat, Berdasarkan wasiat-wasiat Nabi SAW ada beberapa poin hak kepada guru sebagai berikut:

a). Hendaknya seorang siswa bersikap tawaduk kepada gurunya,tidak menyelisihi pendapat dan arahannya. Ia selalu patuh sebagaimana orang yang sakit patuh sebagaimana orang yang sakit patuh terhadap saran dokter. Ia hendaknya bermusyawarah atas apa yang diinginkan dan mencari ridhanya. Para pendidik hendaknya mengajarkan kepada anak bahwa patuh dan tunduk kepada guru merupakan kebanggaan dan kemuliaan yang agung.

b). Hendaknya seorang murid melihat gurunya dengan hormat dan menyakini bahwa gurunya mempunyai kedudukan yang sempurna, karena, hal itu memudahkan baginya dalam mengambil manfaat dari gurunya.

c). Seorang murid harus mengetahui kewajibannya terhadap guru dan tidak melupakan jasanya, syu’bah berkata: “apabila saya menimba hadits dari seseorang maka saya akan menjadi budaknya seumur hidupku” ia juga berkata “tidaklah aku mendengar sesuatu (ilmu) dari seseorang, kecuali aku akan melayaninya dengan lebih banyak ilmu yang saya dengar darinya”.

d). Bersikap sabar kepada gurunya yang bersikap keras dan kasar. Murid seharusnya tidak menjadikan perangai keras tersebut sebagai penghalang dalam mengambil manfaat darinya. Apabila guru bersikap keras dan marah kepadanya, hendaknya ia memaafkan dan menganggap sebab kemarahan tersebut datang dari dirinya sendiri. Karena, hal ini akan melanggengkan cintanya kepada guru, menjaga hatinya, dan lebih bermanfaat baginya di dunia maupun akhirat.

e). Seorang murid tidak boleh masuk ke ruang khusus bagi gurunya kecuali dengan ijinnya, baik gurunya sedang sendirian maupun bersama orang

(19)

lain. Apabila ia sudah meminta izin, tapi tidak diizinkan hendaknya ia pergi dan tidak mengulangi permintaan izinnya. Jika merasa ragu, apakah gurunya tahu atau tidak, maka hendaknya tidak mengulangi perizinan lebih dari tiga kali, ketika hendak mengetuk pintu, hendaknya ia mengetuk pintu dengan halus atau memencet bel dengan pelan saja.

Apabila guru jauh dari pintu maka tidak mengapa ia mengetuk pintu dengan sedikit keras sampai terdengar.

f). Hendaknya seorang murid duduk sopan di depan guru dengan bersikap tenang, tawaduk, dan penuh penghormatan. Ia hendaknya melihat dan memperhatikan seluruh kalimatnya tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri yang tidak diperlukan.

g). Apabila seorang murid mendengarkan gurunya menyebutkan dalil sebuah hukum, suatu hal yang bermanfaat, menceritakan sebuah kisah atau mendendangkan sebuah syair hafalannya, dengarkanlah dengan penuh perhatian, merasa butuh dan gembira seakan-akan dia belum pernah mendengarkannya sama sekali. (Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Al- Aulad fi al-Islam,2013: 310-312).

Itulah beberapa adab yang harus diajarkan para pendidik kepada anak didiknya. Adab-adab tersebut merupakan pembelajaran yang mulia dan hak bermasyarakat yang baik, ketika anak sudah terdidik dengan adab dan hak-hak tersebut sejak dini, mereka akan melaksanakan kewajiban yang harus ditunaikan kepada orang-orang yang harus ditunaikan kepada orang yang telah memberi ilmu dan membimbing mereka dalam membentuk kepribadian yang mulia, para guru dan pendidik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembentukan akhlak anak didik oleh par pendidik lebih diutamakan bila dibandingkan dengan pembentukan ilmu dan budaya

C. Urgensi Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Perilaku Sopan santun Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah

(20)

lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari belajar itu bukan sekedar proses pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.Proses belajar itu berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses dimana tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dari petumbuhan dan perkembangan struktur serta fungsi-fungsi jasmani. Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar.Meskipun tidak seorang pun yang mengajar seseorang, namun orang itu dapat belajar. Guru atau orang lain dapat mengarahkan belajar, dapat menunjukan sumber belajar, menyajikan bahan belajar, dan dapat mendorong seseorang untuk belajar.

Pembelajaran akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan, penghayatan, perilaku, keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani oleh orang Islam, sehingga dalam kehidupan sehari-hari para peserta didik bersikap dan bertingkah-laku berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.

Pembelajaran akidah akhlak diharapkan dapat Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada siswa agar mau menghayati dan mengamalkan ajaran Islam tentang akhlak, baik yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya, dan manusia dengan alam lingkungannya.

Perilaku siswa baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat harus berdasarkan pengetahuan yang di dapatkan di sekolahnya. Hal ini menjadi indikator penting dalam ketercapaian tujuan siswa dalam mata pelajaran aqidah akhlak. Seperti halnya perilaku siswa di sekolah dan di masyarakat, aturan- atauran yang berkembang di sekolah dan masyarakat harus di pahami betul oleh siswa agar siswa dapat berperilaku dengan baik di sekolah dan di masyarakat . Di tengah-tengah masyarakat, kita tidak hanya berhubungan dengan anggota keluarga saja, akan tetapi lebih dari itu.

(21)

Sesungguhnya perhatian terhadap tingkah laku pesrta didik kita dari awal perkembangan mereka, adalah merupakan suatu hal yang penting sekali dan tidak boleh sampai terlengahkan, karena hal itu merupakan kunci kebahagiaan bagi mereka dimasa depan. Sebaliknya, bila mereka kita biarkan hingga terbiasa dengan tingkah laku yang buruk, mka masa depan mereka pun akan menjadi buruk pula, sulit untuk dididk kembali, atau tidak mungkin dididk lagi selama- lamanya. Tugas utama guru di sekolah adalah benar-benar memperhatikan pendidikan dengan sebaik-baiknya, dengan mengawasi dan memeperhatikan tingkah laku siswa yang sudah menjadi tanggung jawab kita, menanamkan tingkah laku dan budi pekerti yang luhur dilibuk hati siswa, dan menjauhkan siswa dari perilaku yang tercela, agar siswa menjadi orang-orang yang terdidik dan beradab serta memiliki sopan santun, berguna bagi diri sendiri dan bangsa mereka.

Kita sebagai orang yang beriman harus berusaha berhubungan baik dengan sesama manusia, tentunya dengan akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam kehidupan masyarakat di antaranya: husnuzan, tawaduk, tasamuh dan ta’awun. (Junaidi Hidayat, dkk, 2009: 76). Hal itu bisa terwujud dengan mengembangkan akhlak terpuji dan menghindari ahklak tercela dalam kehidupan bermasyarakat. (Junaidi Hidayat, dkk, 2009: 93).

Menurut Abdullah Dirroz dalam Humaidi Tatapangsara (1990: 225) mengemukakan definisi akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak berkombinasi dengan membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak buruk). Perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai perwujudan dari akhlaknya, jika dipenuhi dua syarat:

1). Jika perbuatan itu dilakukan berulang kali sehingga menjaddi kebiasaan 2). Jika perbuatan itu dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan

karena addanya tekanan-tekanan yang dating dari luar seperti paksaan dari

(22)

orang lain sehingga menimbulkan katakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah dan sebagainya.

Oleh karena itu pembelajaran Aqidah Akhlak sangatlah penting bagi remaja dalam berpreilaku di masyarakat, pembelajaran Aqidah Akhlak mengharapkan remaja memiliki pengetahuan, sopan santun dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah SWT, diri sendiri, dan lingungan sekolah serta lingkungan tempat dimana dia tinggal.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Jawaban saudara saksi “Atas informasi yang saya terima dari saudara Margo Santoso, kemudian saya memanggil saudara Budi Harsono, yang selanjutnya setelah saya bertemu dengan

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah

rolfsii secara in vitro dengan menggunakan sel secara langsung, dan merupakan calon agen pengendali hayati terhadap penyakit tanaman yang disebabkan oleh

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Dalam setiap kemasan produk hasil produksi Auditee yang akan dipasarkan untuk ekspor telah dibubuhi Tand V Legal dengan

Karakteristik lingkungan adalah ciri khas dari kondisi wilayah di sekitar contoh yang turut mempengaruhi perilaku contoh dalam mengonsumsi makanan organik dan penggunaan

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya kebutuhan akan modul pembelajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa keperawatan tingkat II khususnya di Akademi Keperawatan Panca