• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (STUDI PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA) JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (STUDI PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA) JURNAL"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (STUDI PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA)

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

FITRIA LONGGOM SIAGIAN NIM : 150200010

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

CURRICULUM VITAE A. Data Pribadi

Nama Lengkap Fitria Longgom Siagian Jenis Kelamin Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir

Medan, 22 Juni 1997

Kewarganegaraan Indonesia

Status Belum Menikah

Identitas NIK KTP. 1271186106970002

Agama Islam

Alamat Jalan Pelita VI No. 16 Medan No. Telp 081932395821

Email filosgn@gmail.com

B. Pendidikan Formal

Tahun Institusi Pendidikan Jurusan IPK 2003-2009 SD Muhammadiyah 18 Medan -

2009-2012 SMP Muhammadiyah 07 Medan -

2012-2015 SMA Negeri 3 Medan IPA -

2015-2019 Universitas Sumatera Utara Ilmu Hukum 3,94 C. Data Orang Tua

Nama Ayah / Ibu : Dr. Abdul Hakim Siagian, S.H., M.Hum / Mainilini Butar-Butar, S.H.

Pekerjaan : Pengacara / Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Pelita VI No. 16 Medan

(3)

ABSTRAK

PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (STUDI PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA) Fitria Longgom Siagian *)

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.**) Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.***)

Akses terhadap air merupakan bagian dari hak asasi manusia. Oleh karena itu, negara wajib menghormati, melindungi, dan memenuhinya. Dalam praktiknya, pengelolaan sumber daya air mutlak diselenggarakan oleh negara melalui BUMN/BUMD sebagai perusahaan prioritas yang diberi amanat untuk melakukan pengusahaan atas air oleh negara. Mengingat urgensi air sebagai hak asasi manusia, maka untuk melaksanakan fungsi pelayanan publik terhadap air, Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara sebagai Badan Usaha Milik Daerah harus dikelola dengan mengutamakan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik sebagaimana termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah.

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara studi kepustakaan dan wawancara.

Data-data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa secara kualitatif untuk mendapatkan hasil penulisan yang bersifat deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketentuan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan Usaha Miik Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah dimana pelayanan publik di lingkungan Badan Usaha Milik Daerah dilaksanakan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Selain itu, Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara telah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang tercermin dalam kebijakan perusahaan. Saat ini Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara telah membentuk Tim Khusus untuk memuat Panduan Good Corporate Governance, Pedoman Aturan Perilaku (code of conduct), mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMD yang bersangkutan, serta dokumen blueprint IT/MIS PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang akan menjadi acuan dalam menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

Kata Kunci : Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Badan Usaha Milik Daerah

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF GOOD CORPOATE GOVERNANCE (STUDY AT REGIONAL OWNED ENTERPRISE THE REGIONAL WATER COMPANY OF

TIRTANADI NORTH SUMATRA PROVINCE) Fitria Longgom Siagian *)

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.**) Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.***)

Access to water is recognized as human rights. Therefore, the state must respect, protect and fulfill it. Practically, the management of water resources is absolutely fulfilled by the state through BUMN / BUMD as priority companies that are given the mandate to undertake water exploitation by the state. Realizing the urgency of water as a human right, then to accomplish the function of public service for water, the Regional Water Company of Tirtanadi North Sumatra Province (PDAM Tirtanadi) as a Regional Owned Enterprise must be managed by prioritizing the principles of good corporate governance as stipulated in Government Regulation Number 54 Year 2017 concerning Regional Owned Enterprises.

The method used is normative legal research and is descriptive. The type of data used is primary data and secondary data consisting of primary, secondary and tertiary legal materials. Data were gathered by library research and interviews. The data that has been obtained is then analyzed qualitatively to get the results of descriptive writing.

The results of this study indicate that the provisions of good corporate governance in Regional Owned Enterprises are regulated in Government Regulation Number 54 of 2017 concerning Regional Owned Enterprises where public services within the Regional Owned Enterprises are carried out based on the provisions of Law Number 23 Year 2014 concerning Local government. The Regional Water Company of Tirtanadi, North Sumatra Province has applied the principles of good corporate governance reflected in the company's policies.

Currently, the Tirtanadi Regional Water Company in North Sumatra Province has formed a Special Team to load the Good Corporate Governance Guidelines, Code of conduct, reporting mechanisms for alleged irregularities on the relevant Regional Owned Enterprises, and IT / MIS blueprint documents for PDAM Tirtanadi, Sumatra Province North which will become a reference in implementing good corporate governance.

Keywords: Good Corporate Governance, Regional Owned Enterprises

* Student of Faculty of Law at University of Sumatera Utara

** 1st advisor of Faculty of Law at University of Sumatera Utara

*** 2nd advisor of Faculty of Law at University of Sumatera Utara

(5)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akses terhadap air merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hal ini diperkuat oleh pandangan masyarakat internasional yang tercermin dalam penerimaan Komite PBB untuk hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya terhadap Komentar Umum (General Comment) mengenai hak atas kesehatan sebagaimana dicantumkan dalam Article 12 (1) ICESCR yang menyatakan, “The States Parties to the present Covenant recognize the right of everyone to the enjoyment of the highest attainable standard of physical mental health.”1 Oleh karena itu, sebagai bagian dari hak asasi maka negara wajib menghormati, melindungi, dan memenuhinya.

Dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umunya, daerah dapat membentuk Perusahaan Daerah untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah merupakan langkah awal terbentuknya Badan Usaha Milik Daerah (Regional Owned Enterprise/Sub-National State Owned Enterprise) (selanjutnya disebut BUMD). Sejak diberlakukannya undang- undang otonomi daerah yang terakhir adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pelaksanaan otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan peran pemerintah daerah secara efektif dan efesian dalam pengelolaan sumber daya air yang dilaksanakan oleh BUMD.

1 International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights dalam Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2200A (XXI) pada 16 Desember 1966.

(6)

2 Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, secara khusus mengatur BUMD pada BAB XII. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 telah memberikan pengertian BUMD secara tegas, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 40 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 memberi pengertian bahwa BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Berdasarkan Pasal 331 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, daerah dapat mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Pendirian BUMD bertujuan untuk: (a) memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya; (b) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan (c) memperoleh laba dan/atau keuntungan.2 BUMD didirikan untuk mencapai public purpose yang ditetapkan, bersifat multi dimensi yang secara konsekuen ada dalam sistem public accountability. Pendirian BUMD adalah dalam rangjuga bertujuanka menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi serta untuk menghasilkan penerimaan bagi penduduk.3

Berkaitan dengan tujuan penting pendirian BUMD, maka pada tanggal 28 Desember 2017, diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah. Peraturan Pemerintah ini mengatur antara lain kewenangan kepala Daerah pada BUMD, pendirian, modal, organ dan kepegawaian, satuan pengawas intern, komite audit dan komite lainnya, perencanaan, operasional dan pelaporan, Tata Kelola Perusahaan yang Baik,

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 331 ayat (4).

3 Edi Siswadi, Reeingineering BUMD, (Bandung: Mutiara Press, 2012), hlm. 15.

(7)

3 pengadaan barang dan jasa, kerjasama, pinjaman, penggunaan laba, anak perusahaan, penugasan pemerintah kepada BUMD, evaluasi, restrukturisasi, perubahan bentuk hukum, dan privatisasi, penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pembubaran BUMD, kepailitan, pembinaan dan pengawasan, serta ketentuan lain-lain seperti pengaturan mengenai asosiasi BUMD.

Penyediaan sebagian besar kebutuhan air bersih di Indonesia dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pelayanan air minum Kota Medan secara khusus, dan beberapa daerah di Provinsi Sumatera Utara dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara adalah untuk mengelola dan menyelenggarakan pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan dan untuk mengembangkan perekonomian Daerah, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta meningkatkan kualitas lingkungan dengan memberikan pelayanan pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui sistem perpipaan dan non perpipaan dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

PDAM memiliki peran strategis di daerah, namun seringkali tidak diikuti dengan pengelolaan yang optimal. Berdasarkan Laporan Kinerja PDAM tahun 2017, memperlihatkan bahwa dari 18 PDAM di Provinsi Sumatera Utara, hanya terdapat 8 PDAM dalam kategori kinerja sehat, sedangkan 5 PDAM dengan kinerja kurang sehat, dan 5 PDAM dengan kinerja sakit. PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara Tirtanadi berada di urutan 116 dari 378 PDAM.4 Permasalahan yang sering terjadi adalah kinerja keuangan yang rendah sehingga fungsinya

4 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, Buku Kinerja PDAM 2017, diakses dari http://sim.ciptakarya.pu.go.id/bppspam/assets/assets/upload/BUKU_Lap_Kinerja_PDAM_

2017_FA.pdf, pada 16 Desember 2018.

(8)

4 sebagai salah satu sumber pendapatan daerah tidak tercapai karena bagi hasil atau laba yang diberikan ke Pemerintah Provinsi sangat kecil dan bahkan banyak yang merugi. Hal ini berkaitan dengan kinerja buruk PDAM Tirtanadi Sumut, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat selaku konsumen. Sekretaris Lembaga Adokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) Sumut, Padian Adi Siregar mengungkapkan dengan kenaikan tarif air, ternyata bukan menambah kinerja PDAM Tirtanadi Sumut lebih baik. Namun, semakin buruk.5

Dalam rangka peningkatan pelayan yang bermutu dan profesional guna menjamin hak rakyat atas air minum, akses terhadap pelayanan air minum, dan terpenuhinya kebutuhan pokok air minum sehari-hari bagi masyarakat, maka dalam hal ini prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) menjadi suatu keharusan untuk dilaksanakan dalam penyelenggaraan, pengelolaan dan pembinaan terhadap PDAM. Pasal 343 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pengelolaan BUMD salah satunya harus memenuhi unsur Tata Kelola Perusahaan yang Baik. BUMD yang berbentuk perumda, pengelolaannya harus tunduk pada Peraturan Daerah tempat BUMD tersebut berada. Pengawasan dan pembinaan dari BUMD bentuk ini dilakukan oleh Kepala Daerah selaku wakil daerah sebagai pemilik modal, direksi, dan dewan pengawas. Kepala Daerah bisa melakukan intervensi terhadap kebijakan atau strategi yang diambil oleh BUMD untuk kepentingan daerahnya. Jadi, keseriusan dalam penerapan GCG untuk BUMD bentuk ini sangat bergantung pada komitmen dari Pemerintah Daerah tempat BUMD tersebut bernaung.6

5 Diakses dari https://sumutpos.co/2017/10/30/bawas-lindungi-dirut-pdam- Tirtanadi/, pada 18 Desember 2018.

6 M. Tasya Renaldo KM, Wajibkah Menerapkan Good Corporate GovernancePada BUMD?, diakses dari https://tatakelola.co/manajemen-risiko/wajibkah- menerapkan-good-corporate-covernance-pada-bumd/, pada 15 Desember 2018.

(9)

5 Dalam rangka penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) sebagaimana dimaksud, Pasal 92 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah menyatakan bahwa pengurusan BUMD dilaksanakan sesuai dengan Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Tata Kelola Perusahaan yang Baik terdiri atas prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran.

Tata Kelola Perusahaan yang Baik ini ditetapkan oleh Direksi. Dalam penjelasan Pasal 92 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, manual Tata Kelola Perusahaan yang Baik diantaranya dapat memuat board manual, manajemen risiko manual, sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern, mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMN yang bersangkutan, tata kelola teknologi informasi, dan pedoman perilaku etika (code of conduct). Inilah yang menjadi landasan penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di lingkungan BUMD.

Prinsip tata kelola perusahaan yang baik diterapkan dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik yang dilakukan oleh BUMD PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan Good Corporate Governance pada umumnya di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu :

1. Bagaimana ketentuan tata kelola perusahaan yang baik pada Badan Usaha Milik Daerah?

(10)

6 2. Bagaimana pelaksanaan fungsi pelayanan publik di lingkungan

Badan Usaha Milik Daerah berdasarkan hukum di Indonesia?

3. Bagaimana penerapan tata kelola perusahaan yang terkait fungsi pelayanan publik di Badan Usaha Milik Daerah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara?

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Badan Usaha Milik Daerah 1. Tinjauan Hukum Mengenai Badan Usaha Milik Daerah

Istilah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mengemuka selama ini tidak terlepas dari kehadiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. dinyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-undang.

Pada perkembangannya istilah BUMD muncul sejak dikeluarkannya Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1990 tentang Perubahan Bentuk Badan Usaha Milik Daerah ke dalam Dua Bentuk Perumda dan Perseroda.

Dalam perubahan regulasi, nomenklatur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dikenal sejak terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) (selanjutnya disebut Permendagri Nomor 3 Tahun 1998). Hadirnya Permendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah, istilah perusahaan daerah telah dimasukkan dalam istilah BUMD. Hal ini dapat dicermati dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

(11)

7 Badan Usaha Milik Daerah, yang menyatakan bahwa bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah dapat berupa Perusahaan Daerah (PD) atau Perseroan Terbatas (PT).

Pada tanggal 2 Oktober 2014, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disahkan dengan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang selama ini menjadi payung hukum pengaturan BUMD selama ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.7 Definisi BUMD secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 angka 40 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yaitu BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah.

Bentuk BUMD dibedakan atas perusahaan umum daerah dan perusahaan perseroan daerah.8 Perusahaan umum daerah adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu daerah dan tidak terbagi atas saham.9 Sedangkan perusahaan perseroan daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu daerah.10 BUMD di satu sisi bersifat komersial (commercial corporation) dan di sisi lain bersifat sosial (social service corporation).11 Perusahaan umum adalah perusahaan yang menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan

7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 409.

8 Ibid., Pasal 331 ayat (3).

9 Ibid., Pasal 334 ayat (1).

10 Ibid., Pasal 339 ayat (1).

11 M. Natzir Said, Perusahaan-Perusahaan Pemerintah di Indonesia, (Bandung:

Alumni, 1985), hlm. 293.

(12)

8 umum berupa penyedia barang dan jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.12 Jika ditelaah dari tujuan perusahaan umum adalah bergerak dalam bidang-bidang jasa vital atau public utilites.13

BUMD adalah entitas publik dan privat. Selain BUMD tunduk kepada hukum publik (dalam hal pendirian, sumber modal, penyertaan modal daerah, dan pengelolaan BUMD) juga tunduk pada hukum privat seperti ketentuan administratif dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), bagi BUMD yang berbentuk badan hukum PT sebagaimana diatur dalam Pasal 339 ayat (2) UU Pemda jo. Pasal 4 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD.14

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah secara khusus mengatur BUMD pada BAB XII yang terdiri dari 12 Pasal, mulai dari Pasal 331 sampai dengan Pasal 343 serta tersebar di beberapa pasal, seperti Pasal 1 angka 40, Pasal 134 ayat (1) huruf c, 188 ayat (1) huruf c, 298 ayat (5) huruf c, 304 ayat (1) dan (2), 320 ayat (2) huruf g, 402 ayat (2), 405 dan Pasal 409. Jika mencermati pasal-pasal pada BAB XII, memberikan penegasan- penegasan diantaranya terdapat dalam Pasal 331 yang menyatakan bahwa:

(1) Daerah dapat mendirikan BUMD;

(2) Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Perda;

(3) BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perusahaan umum Daerah dan perusahaan perseroan Daerah;

(4) Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk:

12 Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia.

(Bogor :Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 177.

13 Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum dalam Ekonomi). (Jakarta: Pradnya Paramita, 2005), hlm. 57-58.

14 Baren Sipayung, Penyesuaian Bentuk Hukum BUMD Pasca Pemberlakuan PP Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, (Samarinda: Subbgaian Hukum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2018), hlm. 11, diakses dari https://www.academia.edu/37722921/Penyesuaian_Bentuk_Hukum_BUMD_Pasca_Pem berlakuan_PP_Nomor_54_Tahun_2017_tentang_BUMD?auto=download, pada 9 Februari 2019.

(13)

9 a. memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah

pada umumnya;

b. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan c. memperoleh laba dan/atau keuntungan.

(5) Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada:

a. kebutuhan Daerah; dan

b. kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah mengamanatkan penyusunan Peraturan Pemerintah tentang BUMD. Selain dari pada itu, dengan telah dicabutnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah setelah terbitnya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat kekosongan hukum terkait pengaturan mengenai BUMD. Maka diperlukan landasan hukum yang tangguh yang dapat menjadi pijakan atau pedoman agar BUMD berperan sebagai lembaga bisnis yang profesional, mandiri dan dapat berkiprah serta memenuhi tuntutan bisnis domestik dan global.15

Kemudian pada tanggal 28 Desember 2017, diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 331 ayat (6), Pasal 335 ayat (2), Pasal 336 ayat (5), Pasal 337 ayat (2), Pasal 338 ayat (4), Pasal 340 ayat (2), Pasal 342 ayat (3) dan Pasal 343 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah ini mengatur antara lain kewenangan kepala Daerah pada BUMD, pendirian, modal, organ dan kepegawaian, satuan pengawas intern, komite audit dan komite lainnya, perencanaan, operasional dan pelaporan, Tata Kelola Perusahaan yang Baik,

15 M. Rasyad Anwar, Prospek ‘Ekonomi Indonesia dan Sumber Pembiayaan Pembangunan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 50.

(14)

10 pengadaan barang dan jasa, kerjasama, pinjaman, penggunaan laba, anak perusahaan, penugasan pemerintah kepada BUMD, evaluasi, Restrukturisasi, perubahan bentuk hukum, dan Privatisasi, penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pembubaran BUMD, kepailitan, pembinaan dan pengawasan, serta ketentuan lain-lain seperti pengaturan mengenai asosiasi BUMD.

Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah menyatakan:

(1) Karakteristik BUMD meliputi:

a. badan usaha didirikan oleh Pemerintah Daerah;

b. badan usaha dimiliki oleh:

1) 1 (satu) Pemerintah Daerah;

2) lebih dari 1 (satu) Pemerintah Daerah;

3) 1 (satu) Pemerintah Daerah dengan bukan Daerah; atau 4) lebih dari 1 (satu) Pemerintah Daerah dengan bukan Daerah.

c. seluruh atau sebagian besar modalnya merupakan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan;

d. bukan merupakan organisasi perangkat Daerah; dan

e. dikelola dengan menggunakan kelaziman dalam dunia usaha.

(2) Dalam hal BUMD yang dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b angka 2) dan angka 4), kepemilikan saham harus dimiliki oleh salah satu Daerah lebih dari 50% (lima puluh satu persen).

BUMD adalah perusahaan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah, baik tingkat provinsi atau tingkat kabupaten/kota, didirikan dengan Peraturan Daerah.

Pendirian BUMD didasarkan pada kebutuhan daerah dan kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk. Kebutuhan daerah dikaji melalui studi yang mencakup aspek pelayanan umum dan kebutuhan masyarakat di antaranya air minum, pasar, transportasi. Sedangkan kelayakan bidang usaha BUMD dikaji melalui analisis terhadap kelayakan ekonomi, analisis pasar dan pemasaran dan

(15)

11 analisis kelayakan keuangan serta analisis aspek lainnya.16 Perusahaan umum daerah adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh satu daerah dan tidak terbagi atas saham. Dalam hal perusahaan umum daerah akan dimiliki oleh lebih dari satu daerah, perusahaan umum daerah tersebut harus merubah bentuk hukum menjadi perusahaan perseroan daerah. Perusahaan umum daerah juga dapat membentuk anak perusahaan dan/atau memiliki saham pada perusahaan lain.

2. Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)

Isu corporate governance muncul sejak diperkenalkannya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Namun istilah corporate governance itu sendiri secara eksplisit muncul pertama kali pada tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Tricker.17 Sedangkan Good Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Committee on the Financial Aspects of Corporate Governance atau Cadbury Committee pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan yang dikenal dengan Cadbury Report. Cadbury memformulasikan GCG sebagai:18

“system by which companies are directed and controlled. Boards of directors are responsible for the governance of their companies. The shareholders’ role in governance is to appoint the directors and the auditors and to satisfy themselves that an appropriate governance structure is in place. The responsibilities of the board include setting the company’s strategic aims, providing the leadership to put them into effect, supervising the management of the business and reporting to shareholders on their stewardship. The board’s actions are subject to laws, regulations and the shareholders in general meeting.” (terjemahan:

Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penjelasan Pasal 331 ayat (5).

17 Tricker, Robert I, Corporate Governance – Practices, Procedures, and Power in British Companies and Their Board of Directors, (UK: Gower, 1984) dalam G.

Suprayitno, Komitmen Menegakkan Good Corporate Governance: Praktik Terbaik Penerapan GCG Perusahaan di Indonesia, ( Jakarta: The Institute for Corporate Governance (IICG), 2004).

18 Cadbury, A., The Financial Aspects of Corporate Governance (Cadbury Report), (London, UK: The Committee on the Financial Aspect of Corporate Governance (The Cadbury Committee) and Gee and Co, Ltd, 1992), pp. introduction.

(16)

12 keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Istilah tersebut dipandang sebagai titik balik (turning point) yang sangat menentukan praktik Good Corporate Governance di seluruh dunia.

Adapun Center of European Policy Study (CEPS) memformulasikan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan.

Dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan dan mengintroduksir konsep Good Corporate Governance sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat.

Perusahaan-perusahaan yang menjalankan GCG secara baik dan berkelanjutan memiliki nilai lebih bila dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum menjalankan GCG.19

Pada tanggal 31 Juli 2002, dikeluarkan Keputusan Menteri BUMN Republik Indonesia Nomor: KEP-117M-MBU/2002 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Good Corporate Governance wajib diterapkan oleh BUMN secara konsisten dan atau menjadikan Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dimaksud dalam Keputusan ini meliputi:

a. transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;

b. kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

19 I Nyoman Tjager, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governancepada BUMN, dalam Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep dan Implementasi, diedit oleh Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat, (Jakarta: Kompas, 2004), hlm. 43.

(17)

13 peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

c. akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;

d. pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

e. kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak- hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) Terhadap Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Pengaturan GCG dalam pengelolaan BUMD terdapat dalam Pasal 343 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa pengelolaan BUMD paling sedikit harus memenuhi unsur yang salah satunya adalah tata kelola perusahaan yang baik. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah mengamanatkan penyusunan Peraturan Pemerintah tentang BUMD. Pengelolaan BUMD dalam rangka mewujudkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu komitmen yang disepakati bersama oleh para pemangku kepentingan BUMD yang diimplementasikan oleh Direksi selaku pengelola melalui kebijakan- kebijakan perusahaan yang idelanya dituangkan melalui peraturan perusahaan.

Pengelolaan BUMD tunduk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang

(18)

14 BUMD. Secara khusus, pengelolaan BUMD yang berbentuk Perseroan Daerah tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pengelolaan BUMD yang berbentuk perseroan tunduk pada UU PT.

Penerapan Good Corporate Governance bagi Perseroan Terbatas (PT) dapat dilihat dalam Pasal 4 UU PT yang menyatakan bahwa berlakunya Undang- Undang ini, anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan peraturan perundangundangan lain, tidak mengurangi kewajiban setiap Perseroan untuk menaati asas itikad baik, asas kepantasan, asas kepatutan, dan prinsip tata kelola Perseroan yang baik (Good Corporate Governance) dalam menjalankan Perseroan.

Pada tanggal 28 Desember 2017, diundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah untuk mengisi kekosongan hukum terkait pengaturan mengenai BUMD. Pasal 92 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tersebut menyatakan bahwa pengurusan BUMD dilaksanakan sesuai dengan Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Tata Kelola Perusahaan yang Baik tersebut terdiri atas prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian dan kewajaran.

Berdasarkan Pasal 92 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah, penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik pada BUMD bertujuan untuk:

a. mencapai tujuan BUMD;

b. mengoptimalkan nilai BUMD agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional;

c. mendorong pengelolaan BUMD secara profesional, elisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ BUMD;

(19)

15 d. mendorong agar organ BUMD dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran tanggung jawab sosial BUMD terhadap pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMD;

e. meningkatkan kontribusi BUMD dalam perekonomian nasional; dan f. meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan

investasi nasional.

Berkaitan dengan Prinsip Good Corporate Governance yang diterapkan dalam Perusahaan Umum Daerah (Perumda) meliputi prinsip transaparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran sebagaimana dalam Pasal 92 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD.

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik ditetapkan oleh Direksi. Manual Tata Kelola Perusahaan Yang Baik diantaranya memuat manual pengurus (board manual), manual manajemen risiko, sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern, mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMD yang bersangkutan, tata kelola teknologi informasi, dan pedoman perilaku etika (code of conduct).

Prinsip Good Corporate Governance yang diterapkan dalam Perusahaan Umum Daerah (Perumda) meliputi prinsip transaparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran. Penguasaan Perumda oleh pemerintah daerah memposisikan perumda untuk mempresentasikan tujuan dan kepentingan pemerintah daerah untuk menyediakan barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak berdasarkan potensi dan karekteristik daerah. Penekanan pendirian Perumda berdasarkan ciri dan karakteristiknya lebih pada pemenuhan unsur kemanfaatan umum berkaitan dengan penyediaan barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak dibandingkan

(20)

16 dengan pemenuhan aspek pengembangan perekonomian daerah maupun aspek mencari keuntungan. Tugas dan wewenang Direksi Perumda dalam pengelolaan BUMD dalam rangka mewujudkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Prisnip transparansi (transparancy)

Wujud transparansi dapat dilihat dalam pengelolaan perusahaan secara terbuka dan pengungkapan fakta yang akurat serta tepat waktu pada stakeholders.20 Prinsip transparansi direfleksikan dan diadopsi oleh kebijakan bidang pengawasan keuangan dan audit.21 Perwujudan pelaksanaan prinsip transparansi berkaitan dengan keterbukaan dan pengungkapan fakta maupun informasi yang akurat dan tepat kepada stakeholder berkaitan dengan pengelolaan BUMD. Pengelolaan perusahaan berkaitan dengan laporan keunagan dan laporan manajemen, pengangkatan direksi, rapat direksi, proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan pihak manajemen kepada stakeholder.

Adapun perwujudan prinsip transparansi berkaitan dengan tata kelola perusahaan yang baik pada pendirian BUMD yaitu Perda pendirian perusahaan umum Daerah paling sedikit memuat nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan, kegiatan usaha, jangka waktu berdiri, besarnya modal dasar dan modal disetor, tugas dan wewenang Dewan Pengawas dan Direksi dan penggunaan laba.22 Sedangkan pada Perda pendirian perusahaan perseroan Daerah memuat

20 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka GCG, Program Pascasarjana FH UI, 2001, hlm. 63.

21 Bismar Nasution, Prinsip Transparansi Mutlak dalam Good Governance, Opini, Harian Jurnal Nasional tanggal 6 Maret 20017, diakses dari https://bismarnasution.com/prinsip-transparansi-mutlak-dalam-good-governance/ pada 15 Februari 2019.

22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, Pasal 11 ayat (1).

(21)

17 nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan, kegiatan usaha, jangka waktu berdiri, besarnya modal dasar.23

Proses dan prosedur pemilihan anggota Direksi dalam rangka mewujudkan prinsip transparansi dilakukan memalui seleksi yang sekurang- kurangnya meliputi tahapan uji kelayakan dan kepatutan yang dilakukan oleh tim atau lembaga profesional.24 Berkaitan dengan rencana bisnis BUMD, Direksi wajib menyiapkan rencana bisnis yang hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.25 Rencana bisnis ini paling sedikit memuat evaluasi hasil rencana bisnis sebelumnya, konsisi BUMD saat ini, asumsi yang dipakai dalam penyusunan rencana bisnis, dan penetapan visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan, dan program kerja.

Implementasi prinsip transparansi berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab direksi dan dewan pengawas atau komisaris adalah adanya laporan tahunan. Laporan tahunan bagi Perumda paling sedikit memuat laporan keuangan, laporan mengenai kegiatan Perumda, laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usahan Perumda, laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh dewan pengawas selama tahun buku yang baru lampau, nama anggota direksi dan anggota dewan pengawas, dan penghasilan anggota direksi dan anggota dewan pengawas untuk tahun yang baru lampau. Sedangkan laporan tahunan bagi Perseroda dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perseroan terbatas. Selain itu, anggota Dewan Pengawas atau anggota Komisaris wajib menyampaikan laporan pengawasan tugas akhir masa jabatan

23 Ibid., Pasal 11 ayat (2).

24 Ibid., Pasal 58.

25 Ibid., Pasal 88 ayat (1)

(22)

18 paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa jabatannya.26 Sedangkan untuk anggota Direksi wajib menyampaikan laporan pengurusan tugas akhir masa jabatan.27

2) Prinsip akuntabilitas (accountability)

Perwujudan prinsip akunntabilitas yang berkaitan dengan pengelolaan BUMD yaitu Direksi yang merupakan organ yang bertanggung jawab melakukan pengurusan terhadap BUMD sesuai Pasal 55 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD. Selain itu diatur juga dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berkaitan dengan komitmen Direksi dalam mewujudkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dapat diwujudkan dalam code of conduct secara tertulis yang dijadikan pedoman pihak manajemen (direksi, manajer, karyawan, dan lain-lain), baik dalam menjalankan kegiatan perusahaan sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban Direksi. Dalam penjelasan Pasal 92 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, pedoman perilaku etika (code of conduct) merupakan salah satu manual tata kelola perusahaan yang baik.

Prinsip akuntabilitas berkaitan pula dengan kewajiban menyampaian dan melaporkan segala kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Pada prinsip akuntabilitas terkandung kewajiban untuk pelaporan segala tindakan perusahaan terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Pelaporan seluruh kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan keuangan dimulai dari prosedur atau pembuatan laporan, mekanisme pertanggungjawaban laporan keuangan, dan media yang digunakan

26 Ibid., Pasal 45.

27 Ibid., Pasal 46 ayat (1).

(23)

19 sangat menentukan kualitas pelaporan keuangan perusahaan.28 Dalam Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD dijelaskan tentang pelaporan Direksi BUMD yaitu bahwa Direksi menyampaikan laporan bulanan dan laporan triwulan yang terdiri atas laporan kegiatan operasional dan laporan keuangan yang disampaiakan kepada Dewan Pengawas atau Komisaris.

Sedangkan laporan tahunan terdiri atas laporan keuangan yang telah diaudit dan laporan manajemen yang ditandatangani bersama Direksi dan Dewan Pengawas atau Komisaris. Laporan triwulan dan laporan tahunan disampaikan kepada KPM atau RUPS. Kemudian Direksi mempublikasikan laporan tahunan kepada masyarakat paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah disahkan KPM atau RUPS.

3) Prinsip Pertanggungjawaban (responsibility)

Prinsip pertanggungjawaban berkaitan dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari masyarakat. Dalam Pasal 106 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD dinyatakan bahwa BUMD melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan cara menyisihkan sebagian laba bersih. Dalam ayat (2) dijelaskan bahwa penggunaan laba untuk tanggung jawab sosial dan lingkungan diprioritaskan untuk keperluan pembinaan usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi. Pemenuhan aspek tanggung jawab direksi Perumda dalam hal ekonomi berkaitan dengan upaya Direksi dan pihak manajemen dalam meningkatkan nilai (value) perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dengan adanya laporan neraca atau laporan rugi laba. Wujud nyata tanggung jawab direksi adalah mencegah terjadinya kerugian atau kemerosotan nilai ataupun hal-hal yang dapat mengakibatkan inefesiensi perusahaan.

28 Yudho Taruno Muryanto, Tanggung Jawab Pengelolaan BUMD: Kajian Empirik Mengenai Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pengelolaan BUMD, (Malang: Setara Press, 2018), hlm. 40-41.

(24)

20 Pertanggungjawaban mencerminkan kinerja pengelolaan perusahaan yang baik yang mengakui kepentingan pemegang kepentingan dan mendorong kerja sama aktif antar perusahaan dengan pemangku kepentingan untuk menciptakan kemakmuran. Perwujudan hukum dibentuknya komite yang secara khusus bertugas memastikan semua elemen atau pemangku kepentingan yang berada di level direksi mematuhi segala peraturan yang direktur kepatuhan.

Kerjasama perusahaan dengan pemangku kepentingan sangat membantu kinerja perusahaan dan tindakan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial. Implementasi prinsip pertanggungjawaban direksi terhadap tanggung jawab sosial perusahaan diwujudkan dalam berbagai bidang baik sosial kemasyarakatan budaya lingkungan kesehatan dan pendidikan.

4) Prinsip Kemandirian (fairness)

Pada dasarnya prinsip kemandirian mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan atau intervensi dari pihak manapun. Pasal 68 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD menyatakan bahwa anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha BUMD. Komitmen ini harus dimiliki oleh seorang direksi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar tidak mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis. Pada praktiknya banyak direktur yang tidak menjalankan fiduciary duty yang diembannya dengan optimal.

Kondisi ini karena ketidakmampuan atau ketidakmandirian seorang Direksi atau karena direktur merupakan bagian dari pemegang saham mayoritas ataupun afiliasi dari pemegang saham mayoritas atau komisaris.

Idealnya sebuah perusahaan dalam hal ini BUMD khususnya perumda dipimpin oleh seorang direktur yang independen artinya tidak memiliki hubungan terhadap pemegang saham atau ada hubungan afiliasi dengan partai politik

(25)

21 pendukung Kepala Daerah salah satu partai politik.29 Berdasarkan Pasal 57 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD dinyatakan bahwa salah satu syarat untuk dapat diangkat sebagai anggota direksi yaitu tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon kepala daerah atau calon wakil kepala daerah, dan/atau calon anggota legislatif. Selain itu, dalam Pasal 67 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD dinyatakan bahwa anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai: (a) anggota Direksi pada BUMD lain, BUMN, dan badan usaha milik swasta; (b) jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan/atau (c) jabatan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan. Demikian pula syarat untuk dapat diangkat sebagai anggota Dewan Pengawas atau anggota Komisaris sebagaimana terdapat dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD.

Independensi Direksi dalam pengelolaan mutlak diperlukan BUMD merupakan perusahaan milik pemerintah daerah pemegang saham utamanya adalah pemerintah daerah yang direpresentasikan oleh kepala daerah kepala daerah merupakan jabatan politik termasuk didalamnya partai pengusung kepala daerah maupun koalisi partai di lembaga legislatif (DPRD) sehingga berpotensi mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh direksi. Berkaitan dengan pengelolaan perumda maka kemandirian dan independensi seorang direksi mutlak diperlukan untuk menjaga setiap kebijakan yang diambil merupakan kebijakan atau keputusan bisnis semata.30 Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 58 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD yang menyatakan bahwa proses pemilihan anggota Direksi dilakukan melalui seleksi yang sekurang-kurangnya meliputi tahapan uji kelayakan dan

29 Ibid., hlm. 38.

30 Ibid.

(26)

22 kepatutan yang dilakukan oleh tim atau lembaga profesional. Lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2018 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Pengawas Atau Anggota Komisaris dan Anggota Direksi Badan Usaha Milik Daerah. Dalam Pasal 33 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2018 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Pengawas Atau Anggota Komisaris dan Anggota Direksi Badan Usaha Milik Daerah, dinyatakan bahwa proses pemilihan anggota Direksi dilakukan melalui seleksi yang terdiri dari seleksi administrasi, uji kelayakan dan kepatutan (UKK), dan wawancara akhir. Indikator penilaian UKK paling sedikit meliputi pengalaman mengelola perusahaan, keahlian, integritas dan etika, kepemimpinan, pemahaman atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan memiliki kemauan yang kuat dan dedikasi tinggi.31

5) Prinsip Kewajaran

Prinsip kewajaran berkaitan dengan prinsip keadilan yang menjadi kewajiban pengelola perusahaan untuk melindungi hak-hak pemegang saham serta perlakuan yang sama terhadap semua pemegang saham. Makna perlakuan yang sama terhadap pemegang saham dijabarkan lebih pada perlakuan yang adil terhadap semua pihak pemangku kepentingan pemangku kepentingan primer maupun sekunder. Implementasi prinsip kewajaran dapat diwujudkan dalam pemberian reward dan punishment kepada karyawan perusahaan.

Penghargaan dapat diberikan pada karyawan atau pegawai yang berprestasi sedangkan hukuman dapat diberikan pada pegawai atau karyawan yang melanggar ketentuan.32 Dalam Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD dinyatakan bahwa pegawai BUMD memperoleh

31 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2018 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Pengawas Atau Anggota Komisaris dan Anggota Direksi Badan Usaha Milik Daerah, Pasal 41.

32 Yudho Taruno Muryanto, Op. Cit., hlm. 48-49.

(27)

23 penghasilan yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan, tanggung jawab, dan kinerja.

Selain itu, prinsip ini dapat diwujudkan dengan membuat peraturan perusahaan yang melindungi kepentingan minoritas, pedoman perilaku perusahaan, kebijakan-kebijakan yang melindungi perusahaan dari perbuatan buruk orang dalam, self-dealing, dan konflik kepentingan, kemudian menetapkan bagaiamana peran dan tanggung jawab organ perusahaan mulai dari Komisaris atau Dewan Pengawas, Direksi, dan komite sebagainya. Dengan adanya aturan main yang jelas, maka pengelolaan perusahaan dapat dilakukan dengan baik.33

B. Pelaksanaan Fungsi Pelayanan Publik di Lingkungan Badan Usaha Milik Daerah Berdasarkan Hukum di Indonesia

1. Landasan Hukum Pelaksanaan Fungsi Pelayanan Publik oleh Badan Usaha Milik Daerah

Secara filosofis, Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945 secara konstitusional menyatakan pemerintah daerah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat. Berdasarkan Pasal 344 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah wajib menjamin terselenggaranya pelayanan publik berdasarkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

Khusus dalam hubungannya dengan pelayanan umum (publik service), ketentuan Pasal 18A ayat (2) tersebut, secara yuridis norrmatif pada tanggal 18 Juli 2009 dibentuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Dengan adanya Undang-Undang ini, dimaksudkan untuk memberikan

33 Muhammad Shidqon Prabowo, Dasar-Dasar Good Corporate Governance, (Yogyakarta: UII Press, 2018), hlm. 22.

(28)

24 kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik.

Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mendefinisikan pelayanan publik sebagai:

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Landasan hukum pendirian BUMD oleh pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik terdapat pada Pasal 331 ayat (1) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang berisi tentang daerah dapat mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).34 Lebih lanjut dalam ayat (4) dinyatakan bahwa pendirian BUMD ini salah satunya bertujuan untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik.

2. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Fungsi Pelayanan Publik yang Dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah

Pengawasan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan merupakan unsur penting dalam upaya menciptakan pemerintahan yang baik, bersih, dan efisien serta sekaligus merupakan implementasi prinsip demokrasi yang perlu ditumbuhkembangkan dan

34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 331 ayat (1).

(29)

25 diaplikasikan guna mencegah dan menghapuskan penyalahgunaan wewenang oleh aparatur penyeleggara negara dan pemerintahan.

Konsep pengelolaan BUMD non persero (Perusahaan Daerah/Perusahaan Umum Daerah) dimungkinkan dengan model pengelolaan BUMD dengan sistem ”swakelola mandiri”. Konsep pengelolaan ini menggunakan sistem pengawasan ataupun pembinaan secara bertanggungjawab dan intensif. Pengelolaan BUMD dilakukan dengan pengawasan dan pembinaan secara langsung oleh pemangku kebijakan yang dilakukan oleh kepala daerah selaku pemegang otoritas tertinggi di pemerintah daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa dalam pengelolaan BUMD salah satunya harus mengandung unsur tata kelola perusahaan yang baik. Namun demikian, peraturan pemerintah maupun peraturan lain yang mengatur lebih lanjut ketentuan mengenai tata kelola perusahaan yang baik dalam pengelolaan BUMD tersebut belum dikeluarkan. Sementara konsep pengelolaan BUMD persero (Perseroan Terbatas/Perusahan Perseroan Daerah), berdasarkan Permendagri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Badan Hukum BUMD, menyatakan bahwa BUMD berbentuk perseroan terbatas tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya.35

Pengawasan terhadap BUMD yang menyelenggarakan fungsi pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Pada Pasal 24 ayat (4) Undang-Undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan kepada perusahaan daerah. Dengan dasar

35 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Reviu Literatur Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah, diakses dari http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/2291/14.125-Reviu-Literatur-Pengelolaan- Badan-Usaha-Milik-Daerah, pada 1 Maret 2019.

(30)

26 tersebut Gubernur mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap BUMD dengan harapan agar BUMD dalam melakukan aktivitasnya sesuai dengan ketentuan perundangan.

Menurut Pasal 134 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, pengawasan terhadap BUMD dilakukan untuk menegakkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik. Pengawasan dilakukan oleh pengawasan internal dan eksternal.36 Pengawasan internal dilakukan oleh satuan pengawas intern, komite audit, dan/atau komite lainnya.37 Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh pemerintah daerah, menteri untuk pengawasan umum, dan menteri teknis atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian untuk pengawasan teknis.38

Pengawasan BUMD yang berbentuk perusahaam umum daerah (Perumda) dilakukan oleh Dewan Pengawas. Dewan Pengawas adalah organ perusahaan umum Daerah yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan perusahaan umum Daerah. Adapun tugas dan wewenang dewan pengawas Perumda dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tidak diatur seara khusus. Tugas dan wewenang dewan pengawas Perumda diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD. Berdasarkan Pasal 43 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, dewan pengawas bertugas:

a. Melakukan pengawasan terhadap perusahaan umum Daerah; dan b. Mengawasi dan memberi nasihat kepada Direksi dalam menjalankan

pengurusan perusahaan umum Daerah.

36 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, Pasal 134 ayat (2).

37 Ibid., Pasal 134 ayat (3)

38 Ibid., Pasal 134 ayat (4).

(31)

27 C. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Badan Usaha Milik

Daerah Perusahaan Daerah Air Minum Sumatera Utara

1. Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik di BUMD PDAM Sumatera Utara

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi adalah suatu perusahaan milik Pemerintah Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara. Dahulunya perusahaan ini bernama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang merupakan milik pemerintah Hindia Belanda yang didirikan di Amsterdam pada tanggal 8 September 1905. Pada tanggal 14 Desember 1957 terjadi pengambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia termasuk NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih. yang menjadi PDAM Tirtanadi. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, maka Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menjadi Perusahaan Daerah Sumatera Pengaliran Air Minum Tirtanadi.

Berdasarkan Perda Sumatera Utara Nomor 11 Tahun 1979, status perusahaan diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara di singkat dengan PDAM Tirtanadi yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan. Sejak tahun 1991 PDAM Tirtanadi ditunjuk sebagai operator sistem pengelolaan air limbah Kota Medan. Kemudian pada tahun 1985 Peraturan Daerah ini disempurnakan dengan Peraturan Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara Nomor 25 Tahun 1985 tentang PDAM TIRTANADI Propinsi Daerah tingkat 1 Sumatera Utara.

Selanjutnya pada tahun 1991, diadakan perubahan pertama Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 1985 dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1991.

Dalam peraturan ini, PDAM Tirtanadi disamping menangani air bersih juga mengelola air limbah. Kemudian pada tahun 1999, dikeluarkan Peraturan Daerah

(32)

28 Air Minum Tirtanadi Propinsi Tingkat 1 Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 1999 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara.

Pada tanggal 10 September 2009, telah ditandatangani Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi yang menyatakan bahwa tujuan pokok PDAM Tirtanadi adalah untuk mengelola dan menyelenggarakan pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan dan untuk mengembangkan perekonomian daerah, meningkatkan pendapatan daerah, serta meningkatkan kualitas lingkungan dengan memberikan pelayanan pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui sistem perpipaan dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya.39

Sehubungan dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan, perkembangan penduduk, sustainable development goal, business plan, kinerja dan renstra sanitasi perkotaan serta perkembangan perusahaan, Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, dicabut. Pada 23 April 2018 diundangkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2018 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara.

Lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD membawa mendasar yaitu perubahan bentuk badan hukum dalam rangka mencapai tujuan BUMD dan restrukturisasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD ini, BUMD diberi pilihan apakah mau berbentuk Perumda atau Perseroda yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berbentuk

39 Diakses dari http://pdamtirtanadi.co.id/visi-dan-misi-perusahaan/, pada 4 Maret 2019.

(33)

29 Perumda apabila kepemilikan hanya satu daerah. Berbentuk Perseroda apabila dimiliki oleh dua atau lebih pemegang saham.

Permasalahan berkaitan hal tersebut, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara sampai saat ini masih berstatus hukum Perusahaan Daerah. Dalam masa transisi ini, perubahan status badan hukum PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara sedang diusahakan agar menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD. Maka perlu dilakukan penyempurnaan peraturan daerah terkait yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD. Revisi perda ini diperlukan disertai naskah akademik yang mengacu pada Pasal 56 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yaitu naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap masalah status bentuk hukum ini yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut peraturan daerah tersebut. Nantinya rancangan peraturan daerah ini juga disesuaikan dengan business plan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara sehingga efektif dijalankan. Sehingga nantinya kebijakan perusahaan harus disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD. PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara meminimalkan mengambil langkah-langkah strategis terkait pengelolaan perusahaan sebelum selesainya status badan hukum.40

Berkaitan dengan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, sebelum adanya Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara telah mengadopsi prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang baik sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini tercermin dalam setiap tindakan dan/atau

40 Hasil Wawancara dengan Dr. Abdul Hakim Siagian, S.H., M.Hum., Penasehat Hukum PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 6 Maret 2019 pukul 10.00 WIB.

(34)

30 kebijakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Prinsip-prinsip ini berperan penting dalam menentukan arah dan kebijakan perusahaan. PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara selalu berusaha untuk memberi pelayanan terbaik mulai dari segi kuantitas maupun kualitas.41

Dalam rangka penerapan prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang baik sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 92 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara membentuk Tim Khusus untuk membuat draft Panduan Good Corporate Governance PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yang merupakan kristalisasi dari kaidah-kaidah Good Corporate Governance peraturan perundang-undangan yang berlaku nilai-nilai budaya perusahaan yang dianut selama ini visi dan misi perusahaan serta praktek-praktek terbaik Good Corporate Governance.

Panduan Good Corporate Governance ini merupakan salah satu acuan kerja bagi dewan pengawas direksi dan pegawai perusahaan sehingga diharapkan akan tercapai standar kerja yang tinggi selaras dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Di samping Panduan Good Corporate Governance, disusun pula Pedoman Aturan Perilaku (Code of Conduct) yang dimaksudkan sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan etika berbisnis dan tatanan perilaku bagi insan perusahaan dalam melaksanakan pekerjaannya.

Peraturan dan ketentuan dalam etika usaha dan tata perilaku ini merupakan komitmen dari semua insan perusahaan yang bersifat absolut, tidak dapat ditawar-tawar dan harus dijunjung tinggi oleh semua insan perusahaan.42

Untuk menjamin diterapkannya prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang baik, diperlukan pelatihan dan sosialisasi untuk memberi pemahaman kepada

41 Hasil wawancara dengan Syawal Hutasuhut, S.H. M.Si., Kepala Bidang Hukum PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 4 Maret 2019.pukul 09.00 WIB.

42 Ibid.

(35)

31 pegawai dan masing-masing divisi bahwa prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang baik harus diterapkan karena membantu perusahaan mewujudkan visi dan misinya. Oleh karena itu, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara mengadakan in house training dan pelatihan eksternal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) PDAM Sumut. Pelatihan IT juga sangat diperlukan agar pelayanan yang dilakukan semakin efektif dan efesien. Komitmen manajemen harus dipersiapkan baik mental spiritual pegawai untuk menerapkan prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang baik.

2. Peranan Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam Pengelolaan Air di BUMD PDAM Sumatera Utara

Pada dasarnya, prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik penting untuk mencapai peningkatan kinerja perusahaan melalui prosedur pengambilan keputusan yang lebih baik, kegiatan operasi yang lebih efesien dan pemberian layanan yang lebih baik.43 Dalam pengelolaan bisnis perusahaan, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara mengutamakan pengelolaan bisnis yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Hal ini berarti pengelolaan bisnis perusahaan bukan hanya untuk mengejar keuntungan perusahaan saja, namun dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik.

Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik tidak terlepas dari penerapan sistem manajemen perusahaan yang merupakan rangkaian hasil dari pelaksaaan fungsi-fungsi manajemen, (planning, organizing, actuating, dan controlling) yang dilaksanakan secara profesional dan konsisten. Penerapan sistem manajemen tersebut mampu menghasilkan kemitraan yang positif antara

43 Muhammad Shidqon Prabowo, Op. Cit., hlm. 31.

Referensi

Dokumen terkait

Data-data yang diperoleh dari proses crawling tersebut akan disimpan di database yang kemudian dapat digunakan oleh user untuk melakukan kombinasi spesifikasi komputer sesuai

Analisa Data Menggunakan Metode Simple Additive Weighting ( SAW ): Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode Simple Additive Weighting ( SAW ). Penelitian

he irst hypothesis is “there is positive and signiicant inluence of school policy, curriculum implementation, school culture and school infrastructure management collectively

Saya pernah menggunakan jasa doorsmeer ditempat lain.,menurut saya perbedaannya dengan doorsmeer lain terletak diruang tunggu Sabena yang luas dan juga

Salah satunya penananaman karakter sejak dini melalui program TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an) karena program tersebut terdiri dari anak usia dini sampai remaja untuk

Puji Syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis

• Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa mengamati gambar pada buku tema 6 Subtema 4 Pembelajaran 2, atau kalau guru, mempunyai tayangan video tentang sikap pemborosan

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arum dan Prabandani (2011) mengatakan bahwa semakin kurang pengetahuan tentang IVA seseorang semakin rendah juga minatnya,