15 BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Tempat Produksi
Pelaksanaan produksi pembuatan minuman herbal jahe, serai, dan lemon bertempat di Sangkrah RT 02/RW 12, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah. Tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan minuman herbal ini yaitu penentuan formulasi, persiapan alat dan bahan, proses produksi, pengemasan, pemberian label, dan pemasaran produk. Pemilihan lokasi produksi di rumah sendiri dikarenakan lebih efektif dalam proses pembuatan minuman herbal jahe, serai, dan lemon serta memudahkan dalam mempersiapkan alat dan bahan.
Tempat produksi minuman adalah suatu tempat dimana minuman diolah, dapur menjadi tempat yang dipakai dalam pengolahan produk minuman herbal ini. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan ataupun minuman, karena itu kebersihan dapur, alat dapur, dan lingkungan sekitarnya harus terjaga dan diperhatikan dengan menerapkan higiene dan sanitasi. Menurut Depkes RI (2004), higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan, subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, serta membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi adalah supaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan.
B. Bahan Baku dan Alat Produksi 1. Kriteria bahan baku
Bahan baku merupakan sumber utama dalam kegiatan usaha apapun, maka dari itu bahan baku tersebut harus diperhatikan dengan baik agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh usaha yang dijalankan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai harapan tidak boleh sembarangan dalam memilih bahan baku yang akan digunakan. Dalam hal ini pelaku usaha harus menggunakan bahan baku yang dapat memaksimalkan proses produksi usaha yang dijalankan. Hal- hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan baku yaitu bahan baku dengan kualitas baik, harganya murah, dan bahan baku sesuai dengan yang dibutuhkan, ketersediaanya untuk berkelanjutan.
2. Spesifikasi Bahan
a. Jahe (Zingiber officinale)
Jahe (Zingiber officinale) merupakan bahan baku utama untuk pembuatan minuman herbal Jasmon, jahe juga termasuk salah satu jenis tanaman obat dan dapat berfungsi juga sebagai rempah, yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Jahe merupakan tanaman herbal yang secara luas digunakan sebagai penambah rasa pada masakan, jamu, serta minuman penyegar. Ada tiga jenis tanaman jahe yaitu jahe emprit, jahe gajah, dan jahe merah. Jahe yang digunakan dalam minuman herbal Jasmon ini adalah jahe emprit atau yang sering disebut sebagai jahe putih, merupakan jahe yang paling sering dijumpai di pasaran. Bentuk dari jahe emprit ini kecil dan sedikit pipih dengan serat yang lembut. Bagian dagingnya berwarna putih.
Meskipun aroma dari jahe emprit ini kurang tajam, tapi rasanya pedas. Takaran yang digunakan digunakan untuk 10 botol atau dalam satu kali produksi yaitu 450 gram.
b. Serai (Cymbopogon citratus
Serai (Cymbopogon citratus) secara umum serai dibagi menjadi 2 jenis, yaitu serai dapur (lemongrass) dan serai wangi (sitronella). Serai dapur dan serai wangi memiliki aroma yang berbeda. Serai dapur (Cymbopogon citratus) digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan minuman herbal Jasmon. Serai dapur adalah tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan makanan. Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon. Menurut Murdjiati dan Gardjito (2013), serai sering dimanfaatkan untuk memberi bau harum pada beberapa minuman panas seperti serbat, bajigur, dan bandrek. Minyak serai yang di kenal oleh masyarakat Indonesia merupakan minyak serai wangi (citronella oil) yang biasanya terdapat dalam komposisi minyak tawon dan minyak gandapura. Takaran sereh yang digunakan untuk 10 botol dalam satu kali produksi yaitu 180 gram.
c. Lemon (Citrus limon)
Lemon (Citrus limon) memiliki potensi untuk dikembangkan, permintaan yang cukup tinggi di masyarakat setiap tahunya, mempunyai buah yang kaya akan manfaat bagi tubuh, dan berkasiat untuk kesehatan dan kecantikan, sering dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pengobatan tradisional, minuman seperti infus water dan bahan kosmetik. Lemon lebih populer dalam industri kuliner karena memiliki aroma citrus yang segar dan bagian yang digunakan air perasan dan kulitnya. Infused water atau spa water adalah air yang ditambah dengan potongan buah-buahan dan didiamkan selama beberapa jam sampai sari buahnya keluar, lalu siap dikonsumsi, sehingga memberi cita rasa dan manfaat untuk kesehatan. Menurut Trisnawati dan Wikanastri (2019), Air yang diberi potongan buah ini akan terasa segar dan beraroma khas, tidak terasa manis seperti jus atau sari buah karena tanpa tambahan zat aditif. Dibalik rasanya yang asam jeruk lemon (Citrus limon) merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi kesehatan maupun untuk kecantikan. Takaran lemon yang digunakan untuk 10 botol dalam satu kali produksi yaitu 150 gram.
d. Gula Merah
Gula merah merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pemanis dan penambah rasa gurih. Menurut Heri dan Lukman (2007), gula merah memberikan rasa manis dan gurih pada makanan atau minuman, yang tidak dimiliki oleh gula yang terbuat dari bahan baku tebu sehingga memiliki ciri khusus baik rasa, aroma, dan bentuknya yang sangat berbeda dengan gula putih, sehingga memiliki ciri yang khusus. Gula merah memiliki fungsi sebagai pemanis alternatif sebagai pengganti gula putih, karena gula merah memiliki angka indeks glikemik yang rendah dan nutrisinya lebih banyak dibanding gula putih. Gula merah juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Takaran gula merah yang digunakan untuk 10 botol dalam satu kali produksi yaitu 300 gram.
3. Alat Produksi
Alat produksi merupakan sarana yang digunakan untuk menghasilkan produk. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan minuman herbal Jasmon ready to drink yaitu antara lain :
a. Timbangan, digunakan untuk menimbang bahan baku supaya sesuai pada saat dilakukan formulasi bahan baku.
b. Telenan, digunakan untuk alas pada saat memotong bahan baku.
c. Baskom, digunakan untuk wadah pada saat proses pencucian bahan baku.
d. Saringan besar, digunakan untuk menyaring atau memisahkan antara ampas bahan dengan sari bahan.
e. Saringan kecil, digunakan untuk menyaring minuman yang sudah jadi sebelum dimasukkan pada botol kemasan.
f. Panci, digunakan untuk merebus semua bahan baku menjadi minuman Jasmon ready to drink.
g. Pisau, digunakan untuk memotong pada bahan baku.
h. Sendok sayur, digunakan untuk mengaduk dan mencampurkan semua bahan juga untuk memindahkan minuman yang sudah jadi dari panci ke gelas ukur.
i. Gelas ukur, digunakan untuk menakar volume air minuman yang sudah jadi sebelum dimasukkan kedalam botol kemasan agar takarannya tidak lebih dan tidak kurang.
j. Kemasan botol, digunakan sebagai kemasan primer dan sebagai tempat untuk melekatkan label sticker.
k. Kompor gas, digunakan untuk memasak dan memanaskan bahan.
l. Label sticker, digunakan untuk mengasih label pada kemasan botol minuman.
m. Gunting, untuk menggunting label sticker sebelum ditempelkan pada kemasan botol minuman.
n. Kulkas, digunakan sebagai tempat penyimpanan kemasan botol yang sudah berisi minuman jadi supaya kondisinya tetap dingin dan terjaga.
C. Proses Produksi Minuman Herbal Jasmon Ready To drink 1. Proses Pembuatan Minuman Herbal Ready To Drink
Persiapan alat dan bahan
Penimbangan jahe
Pencucian serai
Pencucian jahe Pencucian lemon
Perajangan jahe
Penimbangan serai Penimbangan lemon
Perajangan serai Perajangan lemon
Memasukan bahan jahe, dan serai dalam panci
Gambar 4.1 Diagram alir proses produksi minuman herbal Jasmon ready to drink
a. Persiapan Alat dan Bahan
Langkah pertama yang harus dilakukan pada proses pembuatan minuman herbal Jasmon ready to drink adalah mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi. Alat-alat yang digunakan antara lain yaitu pisau, gunting, timbangan, gelas ukur, kompor gas, telenan, sendok sayur, panci besar, baskom, saringan kecil, saringan besar, botol kemasan 250ml, lemari es. Bahan- bahan yang diperlukan untuk proses produksi herbal minuman Jasmon ready to drink antara lain yaitu jahe, serai, lemon, gula jawa, dan air.
Gambar 4.2 Mempersiapkan alat Gambar 4.3 Mempersiapkan bahan
b. Pencucian
Perebusan bahan jahe, dan serai
Pengemasan dan Pemberian label
Penambahan gula merah
Penyimpanan
Pengujian
Penambahan bahan lemon
Proses pencucian bahan baku jahe. serai, dan lemon yang telah ditimbang kemudian dicuci dengan menggunakan air bersih yang mengalir. Pencucian dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan bahwa bahan baku benar-benar dalam keadaan sudah bersih dari kotoran, sehingga bahan baku tetap terjaga kualitasnya untuk menghasilkan produk yang maksimal.
Gambar 4.4 Pencucian jahe Gambar 4.5 Pencucian serai
Gambar 4.6 Pencucian lemon c. Penimbangan
Proses penimbangan dilakukan sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan dari awal. Untuk satu kali produksi, akan memproduksi sebanyak 10 botol minuman herbal Jasmon ready to drink dengan kemasan botol 250ml. Total dari bahan baku yang diperlukan untuk satu kali produksi yaitu bahan jahe 450 gram, batang serai 180 gram, lemon 150 gram, dan gula merah sebanyak 300 gram.
Gambar 4.7 Penimbangan jahe Gambar 4.8 Penimbangan serai
Gambar 4.9 Penimbangan lemon Gambar 4.10 Penimbangan gula merah d. Perajangan
Perajangan yaitu proses pengecilan ukuran bahan baku. Proses perajangan dilakukan pada bahan baku jahe, serai, lemon, dan gula jawa. Jahe dirajang dengan tujuan untuk memudahkan pada saat perebusan kedalam panci dan tujuan perajangan pada jahe untuk mendapatkan dari sari tersebut. Perangan juga dilakukan pada bahan baku serai untuk mendapatkan rasa khas sereh pada saat perebusan. Perajangan pada bahan baku lemon tujuannya untuk mendapatkan rasa khas pada lemon. Gula merah yang dibeli dari pasar masih dalam bentuk balok, tujuannya perajangan pada bahan baku gula jawa ini untuk memudahkan pelarutan gula merah pada saat proses perubusan dalam panci, maka dilakukan proses pengecilan ukuran gula merah dengan cara perajangan dengan menggunakan pisau.
Gambar 4.11 Perajangan jahe Gambar 4.12 Perajangan serai
Gambar 4.13 Perajangan lemon Gambar 4.14 Perajangan gula merah
e. Memasukkan Jahe dan Serai Kedalam Panci
Setelah bahan jahe, dan serai memalui proses dari penimbangan sampai proses perajangan, kemudian proses selanjutnya yaitu memasukkan bahan jahe sebanyak 450 gram, dan serai sebanyak 180 gram dimasukkan kedalam panci yang sudah diisi air yang sudah mendidih sesuai dengan takaran sebanyak 2.500ml.
Gambar 4.15 Memasukkan jahe ke panci
Gambar 4.16 Memasukkan serai ke panci
f. Perebusan Jahe dan Serai
Proses selanjutnya yaitu setelah bahan baku jahe, dan serai dimasukkan kedalam panci, kemudian dilakukan perebusan di atas kompor menggunakan api yang sedang dengan suhu ± 60˚C. Menurut Wisnu dan Kawiji (2015), mengatakan bahwa proses pemanasan untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan melalui pemanasan pada suhu 60˚C yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir serta menginaktivasi enzim yang terdapat dalam bahan pangan itu sendiri dengan masih mempertimbangkan mutunya. Saat perebusan perlu diaduk secara berkala agar bahan tercampur merata. Air rebusan yang telah mendidih kemudian didiamkan dengan suhu api yang kecil selama 10 menit.
Gambar 4.17 Perebusan jahe dan serai
g. Penambahan Gula Merah
Untuk memberikan rasa manis pada minuman herbal Jasmon ready to drink perlu ditambahkan gula. Gula merah berfungsi sebagai pemanis dan penambah rasa gurih pada minuman. Gula merah yang ditambahkan yaitu sebanyak 300 gram. Gula merah yang sudah masuk ke proses perajangan kemudian dimasukkan kedalam campuran sari jahe dan serai yang direbus, kemudian semuanya diaduk perlahan secara berkala hingga semua gula merah larut. Setelah minuman mendidih, kemudian kompor dimatikan.
Gambar 4.18 Menambahkan gula merah kedalam panci h. Penambahan Lemon
Proses selanjutnya yaitu memasukkan bahan lemon sebanyak 150 gram yang sudah dirajang tanpa memeras sarinya, kemudian dimasukkan kedalam air rebusan jahe, serai, serta gula jawa yang telah mendidih. Lemon kemudian didiamkan kurang lebih selama 8 menit tujuannya untuk membantu mendapatkan semua nutrisi yang ada pada lemon. Efek dari ramuan super ini meningkatkan manfaat kuat dari air lemon. Menurut Priambodo (2015), lemon memiliki kandungan yang paling dominan adalah minyak atsiri. Minyak atsiri pada lemon dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan penambah cita rasa pada makanan. Kulit lemon juga mengandung minyak atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti tapen, sesquiten, aldehida, ester, limonen dan sterol. Kandungan lemon yang begitu banyak sehingga dapat digunakan sebagai rasa terhadap produk minuman, dan kosmetika.
Gambar 4.19 Menambahkan lemon kedalam panci i. Pengemasan dan Pemberian Label
Proses selanjutnya yaitu setelah minuman jadi yang sudah dingin setelah didiamkan, kemudian disaring dan dimasukkan kedalam botol yang digunakan sebagai kemasan primer dan selanjutnya ditutup dengan tutup kemasan botol. Botol yang digunakan adalah botol plastik PET dapat menampung air dengan ukuran 250 ml. Pada luar kemasan botol ditempelkan stiker yang berfungsi sebagai label kemasan. Stiker berisi informasi mengenai produk yaitu seperti nama produk, komposisi, netto, cara penyimpanan, nama produsen, dan tanggal kadaluarsa.
Bahasa yang digunakan pada stiker menggunakan bahasa Indonesia agar mempermudah konsumen untuk memahami pada produk tersebut, juga sebagai salah satu daya tarik produk untuk menarik minat dari para konsumen terutama kalangan anak muda yang memiliki rasa keingintahuan yang lebih untuk kemudian mencari tahu lebih banyak mengeni produk ini dan kemudian akan tertarik untuk membeli.
Gambar 4.20 Menempelkan label sticker
Gambar 4.21 Pengemasan pada botol 250ml
j. Penyimpanan
Proses selanjutnya yaitu penyimpanan produk Jasmon ready to drink ke dalam lemari es. Produk yang sudah dikemas dalam botol dan ditempel stiker, kemudian disimpan didalam lemari es untuk menjaga produk dari pengaruh lingkungan luar. Pada proses penyimpanan ini juga bertujuan untuk menjaga agar
produk minuman tetap segar, perlu dilakukan penyimpanan sebelum didistribusikan ke konsumen. Penyimpanan sebaiknya didalam lemai es, karena untuk menjaga kesegaran dari minumannya. Karena produk Jasmon ready to drink tidak menggunakan bahan pengawet dapat bertahan hingga 4-5 hari di dalam lemari es.
Gambar 4.22 Penyimpanan produk didalam lemari es k. Penentuan Umur Simpan Produk
Penentuan umur simpan dari suatu produk pangan atau yang sering disebut sebagai Shelf Life, merupakan rentang waktu dari proses produksi, distribusi hingga konsumsi dimana produk masih dalam keadaan layak sesuai dengan mutu yang dijanjikan. Rentang waktu tersebut merupakan tanggung jawab produsen karena merupakan janji atau komitmen terhadap konsumen. Umur simpan produk harus ditetapkan untuk memastikan masa pakai produk cukup untuk rantai distribusi, perputaran retail hingga berada di tangan konsumen. Umur simpan wajib dicantumkan pada label kemasan sebagai tanggal kadaluarsa produk, dimana hal ini merupakan salah satu syarat dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 terkait label dan kemasan pangan serta peraturan Kepala BPOM No.
HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang pendaftaran pangan olahan.
Penentuan umur simpan sederhana yaitu dilakukan dengan cara menyimpan sampel dari produk hasil akhir dan dikondisikan penyimpanan didalam lemari es dan diluar lemari es. Dari percobaan umur simpan dapat disimpulkan bahwa, minuman herbal Jasmon ready to drink yang disimpan didalam lemari es dapat bertahan hingga jangka waktu empat sampai lima hari, pada hari keenam minuman herbal Jasmon ready to drink menunjukkan perubahan pada aroma yang tidak sedap, serta pada rasa berubah dari manis menjadi asam, akan tetapi warna tetap sama tidak mengalami perubahan. Jasmon ready to drink yang disimpan diluar lemari es dapat bertahan hingga jangka waktu tiga hari, pada hari keempat mengalami perubahan pada rasa menjadi asam, aromanya tidak sedap, tetapi warna tetap sama. Jadi umur simpan
yang baik untuk minuman herbal Jasmon ready to drink di dalam lemari es adalah empat sampai lima hari, sedangkan diluar lemari es bertahan selama tiga hari.
Tabel 4.1 Penentuan Umur Simpan Produk
Hari/Jam Didalam Lemari Es Diluar Lemari Es Selasa/23.40 WIB Melakukan penyimpanan dalam lemari es dan
luar lemari es Rabu/23.40 WIB Belum mengalami
perubahan pada rasa, aroma, maupun warna dari minuman Jasmon
Belum mengalami perubahan pada rasa, aroma, maupun warna dari minuman Jasmon Kamis/23.40 WIB Belum mengalami
perubahan pada rasa, aroma, maupun warna dari minuman Jasmon
Belum mengalami perubahan pada rasa, aroma, maupun warna dari minuman Jasmon Jumat/23.40WIB Belum mengalami
perubahan pada rasa, aroma, maupun warna dari minuman Jasmon
Mengalami perubahan pada aroma menjadi tidak sedap, rasa berubah menjadi asam, warna tidak berubah Sabtu/23.40WIB Belum mengalami
perubahan pada rasa, aroma, maupun warna dari minuman Jasmon
Mengalami perubahan pada aroma menjadi tidak sedap, rasa berubah menjadi asam, warna tidak berubah Minggu/23.40
WIB
Mengalami perubahan pada aroma menjadi tidak sedap, rasa berubah menjadi asam, warna tidak berubah
Mengalami perubahan pada aroma menjadi tidak sedap, rasa berubah menjadi asam, warna tidak berubah Sumber : Hasil Percobaan
k. Pengujian
Pengujian yang dilakukan pada produk minuman herbal Jasmon ready to drink adalah uji organoleptis dan uji kesukaan.
1) Uji Organoleptis
Tabel 4.2 Hasil rekap uji organoleptik terhadap minuman herbal Jasmon ready to drink
Sampel Warna Aroma Rasa Tekstur
Minuman Herbal Jasmon
Coklat Muda
Perpaduan antara aroma
jahe dan sereh
Rasa pedas, manis, dan
gurih dari perpaduan bahan lemon
Sedikit endapan
pada bagian bawah botol
Sumber : Data Rekapan
Menurut Pudiastutiningtyas (2015), mengatakan bahwa uji organoleptik merupakan uji menggunakan indra manusia dimana pada penelitian ini uji organoleptik yang digunakan adalah warna, bau, rasa dan kenampakan.
Berdasarkan Uji Organoleptik yang dilakukan terhadap produk minuman herbal Jasmon ready to drink, diketahui bahwa produk memiliki warna coklat muda, bau (aroma) perpaduan antara aroma jahe dan sereh serta memiliki rasa pedas, manis, dan gurih dari perpaduan bahan lemon. Kenampakan pada botol kemasan produk minuman herbal Jasmon ready to drink yang terlihat terdapat sedikit endapan pada bagian bawah botol sehingga harus dikocok terlebih dahulu sebelum diminum.
2) Uji Kesukaan
Uji kesukaan dilakukan dengan cara pengisian pada kuisioner tingkat kesukaan terhadap produk minuman herbal Jasmon ready to drink oleh 24 orang yang sudah merasakan produk minuman herbal Jasmon ready to drink. Kuisioner dari 24 orang yang telah mengisi secara online dengan aroma, warna, rasa, kemasan, dan harga dari minuman herbal Jasmon ready to drink, dilakukan rekap hasil untuk mengetahui bagaimana respon kesukaan dari orang yang sudah merasakan minuman herbal Jasmon ready to drink. Berikut adalah tabel rekap hasil uji kesukaan produk minuman herbal Jasmon ready to drink :
Tabel 4.3 Hasil rekap uji kesukaan terhadap minuman herbal Jasmon ready to drink
Parameter Sangat
Suka Suka Kurang
Suka
Tidak Suka
Aroma 13 11 - -
Warna 17 6 1 -
Rasa 17 7 - -
Kemasan 12 11 1 -
Harga 12 11 1 -
Sumber : Data Rekapan
Keterangan : Angka menunjukkan jumlah orang yang memilih
Bedasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa hasil uji kesukaan terhadap 24 orang menunjukkan bahwa indikator yang paling disukai adalah dari indikator warna, dan rasa dengan jumlah orang yang menunjukkan hasil sangat suka adalah 17 orang dari 24 orang, kemudian untuk indikator kemasan, dan harga masih perlu perbaikan karena menunjukkan jumlah orang yang sangat suka masih
sedikit perbandingannya dengan indikator warna, dan rasa.
Gambar 4.23 Kuisioner google form D. Pemasaran
Pasigai (2009), menyatakan bahwa pemasaran diartikan sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran (marketing) perhatiannya tertuju pada bagaimana dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan dari para konsumen melalui berbagai saluran distribusi tertentu dengan produk-produk yang dapat ditawarkan kepada mereka, sehingga pemasaran lebih ditekankan pada orientasi konsumen (Consumers Oriented). Dengan demikian maka pemasaran selalu berorientasi pada bagaimana menciptakan barang-barang dan jasa-jasa yang dapat memberikan nilai kepuasan supaya konsumen mau membeli produk yang ditawarkan di pasar.
1. Produk
Menurut Pasigai (2009), mengatakan bahwa produk dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk yang dibuat pada kegiatan tugas akhir ini yaitu Minuman herbal Jasmon ready to drink. Minuman herbal Jasmon ready to drink ini terbuat dari bahan alami berupa jahe, serai, dan lemon. Produk minuman herbal Jasmon ready to drink tidak mengandung bahan pengawet yang biasa digunakan dalam minuman kemasan pada umumnya.
Kandungan zat aktif pada jahe berupa gingerol dan kandungan zat aktif pada serai berupa fenol memiliki kegunaan yang sama yaitu sebagai antioksidan alami.
Kandungan fenol pada jahe yang memberi rasa pedas khas jahe memiliki manfaat untuk meningkatkan nafsu makan. Lemon juga mempunyai kandungan vitamin C.
Kandungan vitamin C bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Produk minuman herbal Jasmon ready to drink ini aman untuk dikonsumsi karena menggunakan bahan alami.
Gambar 4.24 Produk minuman herbal Jasmon ready to drink 1) Nama Produk : Jasmon ready to drink
2) Komposisi : Jahe, Serai, Lemon, dan Gula Jawa 3) Manfaat : Meningkatkan daya tahan tubuh
Membantu mengatasi peradangan Membantu mengatasi mual 4) Cara Konsumsi : Kocok dahulu sebelum diminum 5) Cara Penyimpanan : Simpan dilemari es
6) Netto : 250 ml
7) Exp. Date : 4-5 hari setelah produksi
8) Diproduksi oleh : Mutaz Kalviano DIII Agribisnis Agrofarmaka 2016 UNS
9) Alamat Produksi : Solo, Indonesia 2. Merek
Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, lambang, desain, atau kombinasi diantaranya, dan menunjukkan identitas pembuat atau penjual produk (Kottler et. al, 2008). Merek merupakan salah satu identitas yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menggunakan suatu produk. Keberadaan merek dianggap sebagai pilar dan nilai tambah bagi pelaku bisnis. Fungsi merek bagi produsen juga memudahkan penjual untuk memproses pembelian, sebagai hal yang menarik minat calon konsumen, membangun citra produk dan berfungsi sebagai ciri khas (tanda pengenal) dari produk.
Merek yang digunakan pada produk minuman herbal ini adalah Jasmon ready to drink yang merupakan gabungan dari kata jahe, serai dan lemon. Sedangkan tulisan
ready to drink merujuk pada penyajiannya yang dapat diminum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, bisa langsung dikonsumsi. Gambar jahe, serai, dan lemon yang terdapat pada kemasan sebagai penambah informasi bahwa minuman ini terbuat dari bahan jahe, serai, dan lemon. Gambar dibuat dengan menggunakan desain gambar vector, tidak menggunakan foto asli dari bahan yang digunakan dalam pembuatan produk tersebut, tujuannya agar lebih mempercantik pada kemasan produk.
3. Kemasan
Menurut Mukhtar dan Nurif (2015), mengatakan bahwa kemasan atau packaging adalah suatu wadah yang menempati suatu barang agar aman, menarik, mempunyai daya pikat dari seorang yang ingin membeli suatu produk. Kemasan juga dapat menjadi media komunikasi antara produsen dengan calon konsumen, sehingga didalam desain kemasan tercantum informasi-informasi yang harus diketahui oleh calon konsumen, agar calon konsumen merasa tidak asing dengan produk yang di kemas. Semakin lengkap informasi yang tertera dikemasan, maka persepsi dari calon pembeli semakin tau dan meyakinkan terhadap produk yang di jual yang akan dibelinya.
Gambar 4.25 Botol kemasan produk Jasmon ready to drink
Kemasan yang digunakan pada produk Jasmon ready to drink adalah kemasan botol berukuran 250 ml, kemasan ini dipilih karena bentuknya yang sederhana namun menarik serta ukurannya yang mungil yang menarik perhatian konsumen. Botol plastik tersebut terbuat dari plastik PET (Polyethylene terephthalate). Menurut Marwati (2010), mengatakan bahwa botol plastik PET (Polyethylene terephthalate) memiliki ciri berwarna jernih/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol ini dianjurkan untuk penggunaan sekali pakai, dikarenakan apabila dipakai berkali-kali akan melelehkan lapisan polimer yang mengandung zat karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh. Botol plastik ini menjadi
kemasan primer dari produk Jasmon ready to drink. Tutup pada botol plastik ini cukup mudah dibuka, sehingga mempermudah untuk dikonsumsi secara langsung.
4. Labelling
Label adalah salah satu bagian dari produk berupa keterangan baik gambar maupun kata-kata yang berfungsi sebagai sumber informasi antara produk dan penjual. Menurut Mukhtar dan Nurif (2015), mengatakan bahwa label dapat bervariasi mulai dari tanda pengenal produk yang sederhana hingga grafik rumit yang merupakan bagian dari kemasan. Label pada umumnya berisi informasi berupa nama atau merek produk, netto, diproduksi oleh siapa, bahan baku, bahan tambahan komposisi, tanggal kedaluwarsa, isi produk dan keterangan legalitas. Ketentuan mengenai pemberian label pada produk diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, dan tulisan. Kombinasi antara keduanya gambar, dan tulisan atau dalam bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam atau ditempelkan pada suatu kemasan, itu juga merupakan bagian dari kemasan.
Gambar 4.26 Label produk Jasmon ready to drink
Label yang digunakan pada produk minuman herbal Jasmon ready to drink ini ada 2 jenis desain berbentuk stiker dengan ukuran 4 x 8 cm untuk label depan, sedangkan label belakang menggunakan ukuran 3 x 5 cm.
Warna dasar sebagai latar belakang dari label yaitu menggunakan warna pastel orange. Pemilihan warna pada desain label kemasan ini bertujuan untuk memadukan antara warna produk dengan label kemasan produk, selain itu juga menyesuaikan
dengan warna tutup botol yang berwarna hitam. Terdapat pula warna penunjang lain seperti warna hijau pada logo jamu dan warna putih yang digunakan untuk kombinasi warna dasar pastel orange agar tetap terlihat mencolok tulisan yang ada pada label stiker.
Tulisan label stiker berwarna putih untuk membuat tulisan terlihat dengan jelas. Pemilihan tulisan berbahasa Indonesia pada label tersebut bertujuan untuk mempermudah konsumen untuk memahami tentang informasi produk minuman ini.
Label bagian depan juga terdapat gambar jahe, serai, dan lemon yang dapat menunjukkan bahwa produk ini terbuat dari bahan alami yaitu jahe, serai, dan lemon.
Desain pada label bagian depan dibuat dengan menggunakan desain gambar vector, tidak menggunakan foto asli dari bahan yang digunakan dalam pembuatan produk minuman herbal Jasmon, tujuannya untuk mengikuti perkembangan zaman dibidang desain grafis pada era sekarang ini, agar lebih mempercantik pada kemasan produk, selain itu juga menciptakan kesan penasaran pada konsumen terhadap produk ini, sehingga calon konsumen menjadi tertarik dan ingin membelinya.
5. Harga
Menurut Hasan (2008) mengatakan bahwa harga itu adalah segala bentuk biaya moneter yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk. Perusahaan harus menetapkan harga jual untuk yang pertama kalinya, terutama pada saat mengembangkan produk baru. Penetapan harga jual berpotensi menjadi suatu masalah karena keputusan penetapan harga jual cukup kompleks dan harus memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhinya.
6. Promosi
Menurut Ahidin (2013), mengatakan bahwa promosi merupakan strategi dalam mengkomunikasikan tawaran perusahaan baik barang maupun jasa serta mempengaruhi konsumen supaya membeli dan mengkonsumsi produk atau jasa perusahaan. Aktifitas promosi mempunyai pengaruh penting atas penjualan produk dicapai oleh suatu usaha. Pengelolaan yang efektif atas sumber daya yang mahal tersebut adalah potensial untuk mencapai hasil imbalan optimal dari pengeluaran promosi.
Gambar 4.27 Promosi melalui facebook
Gambar 4.28 Promosi melalui instagram
Gambar 4.29 Promosi melalui whastapp
Promosi produk minuman herbal Jasmon ready to drink dengan cara tidak langsung. Promosi tidak langsung yaitu menggunakan media sosial sebagai promosi secara online, produk minuman herbal Jasmon ready to drink dengan mengunggah produk di sosial media seperti instagram, facebook, dan whatsapp. Terlebih di masa pandemi covid-19, jual beli secara online menjadi cara yang cukup efektif untuk dapat meningkatkan penjualan. Pemilihan sosial media karena banyak anak muda yang setiap hari selalu menggunakan media ini untuk berbagi informasi dan saling berinteraksi sehingga cocok untuk media promosi secara online dari produk minuman herbal Jasmon ready to drink. Promosi secara online juga memiliki kelebihan antara
lain produk dapat diketahui oleh masyarakat luas dengan cepat sehingga pasar sasaran menjadi meluas.
7. Saluran Distribusi
Saluran distribusi adalah suatu jalur yang harus dilalui oleh arus barang dari produsen ke agen atau perantara atau pedagang besar terhadap pemakai, dalam hal ini konsumen. Saluran distribusi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan. Ahidin (2013), mengatakan bahwa program penjualan dan distribusi adalah program yang terdiri atas berbagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.
Karena hal ini akan mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer perusahaan.
Gambar 4.30 Transaksi COD area gladag
Gambar 4.31 Transaksi COD area loji wetan
Pendistribusian produk minuman herbal Jasmon ready to drink ini masih dari produsen ke konsumen langsung tanpa perantara agen atau pedagang, hal ini dikarenakan produsen masih merintis usahanya. Pendistribusiannya produk ini yaitu produsen bertemu langsung dengan konsumen yang sebelumnya sudah memesan secara (pre order), kemudian bertemu sesuai dengan tempat yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak (Cash Of Delivery). Manfaat dari COD (Cash Of Delivery) untuk meningkatkan penjualan secara online. Sistem dari COD (Cash Of Delivery) yaitu konsumen akan membayar biaya terkait transaksi jual beli ketika produk dari produsen yang diinginkan konsumen sampai dilokasi, sehingga pembayarannya dilakukan secara cash atau tunai.
8. Testimoni dari Pembeli
Menurut Andre (2011), mengatakan bahwa testimoni adalah cara untuk
membangun kredibilitas, informasi yang dipublikasikan di media harus memihak kepada orang banyak dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Testimoni atau dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah testimonium pada dasarnya adalah pengakuan atau dukungan terhadap suatu bisnis dari konsumen yang puas. Testimoni membantu konsumen dalam membuat keputusan untuk menggunakan produk atau jasa karena mendapatkan rekomendasi dari pihak ketiga dan akan lebih meyakinkan jika ada seorang pelanggan yang sudah menggunakan produk/jasa berbagi pengalamannya.
Gambar 4.32 Testimoni pembeli melalui instagram
Gambar 4.33 Testimoni pembeli melalui whatsapp
Setelah melakukan proses penjualan produk minuman herbal Jasmon ready to drink, produsen sebagai pelaku bisnis meminta testimoni kepada konsumen terkait produk yang sudah dibeli untuk memberikan komentar dan pesan pribadi yang membuat kepuasan terhadap produk seperti rasa, tampilan produk, atau perasaan konsumen setelah meminum produk minuman herbal Jasmon ready to drink.
Komentar dan pesan yang positif dari konsumen akan meningkatkan kepercayaan konsumen lain untuk membeli produk minuman herbal Jasmon ready to drink, sehingga testimoni yang positif cocok untuk dijadikan bahan promosi atau iklan untuk menarik pelanggan.
9. Segmentasi Pasar
Menurut Ahidin (2013), mengatakan bahwa segmentasi merupakan tindakan
membagi-bagi sebuah pasar ke dalam
kelompok-kelompok konsumen yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk- produk atau bauran pemasaran tersendiri. Tujuan dari segmentasi pasar adalah untuk
mengindentifikasi peluang-peluang pemasaran. Program penjualan dan distribusi adalah program yang terdiri atas berbagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.
Gambar 4.34 Pembeli dari kalangan anak muda
Gambar 4.35 Pembeli dari kalangan orang dewasa
Adapun pasar sasaran yang dituju dari produk minuman herbal Jasmon ready to drink yaitu semua usia mulai dari anak muda hingga orang dewasa, yang membutuhkan minuman menyegarkan serta dapat bermanfaat sebagai daya tahan tubuh, membantu mengatasi peradangan serta membantu mengatasi rasa mual. Produk minuman herbal Jasmon ready to drink ini ditujukan untuk semua jenis pekerjaan baik pelajar, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, pekerja bangunan dan lain sebagainya yang sehari-hari beraktivitas dan membutuhkan minuman yang praktis, dan mudah dibawa kemana-mana sehingga tidak perlu repot untuk mengolah kembali. Tujuan dari produk ini adalah untuk masyarakat yang membutuhkan minuman herbal menyegarkan yang praktis dan siap untuk dikonsumsi secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Untuk itulah, diharapkan produk minuman herbal Jasmon ready to drink ini mampu bersaing dengan produk lain serta dapat menembus dan memperluas pasar sasaran yang dituju dan meningkatkan penjualan produk ini.
E. Analisis Usaha
Analisis usaha dilakukan dengan tujuan agar pengusaha dapat mengetahui seberapa besar prospek bisnis yang akan dijalani dan berapa keuntungan yang dapat diraih. Analisis usaha dihitung selama periode waktu 1 bulan atau 4 kali waktu produksi, karena dalam waktu 1 bulan dilakukan proses produksi sebanyak 4 kali. Hasil produksi yang diperoleh selama 4 kali produksi menghasilkan sebanyak 40 botol minuman herbal Jasmon ready to drink.
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Menurut Yunita (2017), mengatakan bahwa biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatatn tertentu, yang terdiri dari beberapa faktor tergantung dari jenis kegiatan usahanya. Faktor–faktor yang menjadi biaya tetap pada masing-masing usaha yaitu antara lain biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan, dan biaya lain-lain. Berikut adalah biaya tetap yang dikeluarkan untuk produksi minuman herbal Jasmon ready to drink sebanyak 40 botol dengan isi 250 ml.
Tabel 4.4 Biaya Tetap Produksi Minuman Jasmon ready to drink.
No Nama Alat
Harga Satuan
(Rp)
Jum lah
Umur Ekonom
is (Tahun)
Nilai Awal (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
Penyusu tan/Bula
n 1. Timbanag
n
45.000 1 5 45.000 4.500 675
2. Gelas ukur
8.000 1 5 8.000 800 120
3. Kompor gas
250.000 1 10 250.000 25.000 1.875
4. Pisau 5.000 1 3 5.000 500 125
5. Telenan 5.000 1 5 5.000 500 75
6. Sendok sayur
5.000 1 3 5.000 500 125
7. Panci kecil
18.000 1 5 18.000 1.800 270
8. Panci besar
25.000 1 5 25.000 2.500 375
9. Baskom 7.000 1 3 7.000 700 175
10. Sendok makan
2.000 1 2 2.000 200 75
11. Saringan kecil
2.000 1 2 2.000 200 75
12. Saringan besar
4.000 1 3 4.000 400 100
13. Lemari es 1.500.000 1 15 1.500.000 150.000 7.500
Total Biaya Tetap 11.565
Sumber : Data Primer Keterangan :
Penyusutan = Nilai Awal−Nilai Sisa Umur Ekonomis
Bedasarkan tabel 4.3 biaya tetap dari produksi minuman Jasmon ready to drink menunjukkan bahwa jumlah biaya tetap yang dikeluarkan dalam produksi minuman herbal Jasmon ready to drink sebesar Rp. 11.565. Biaya tetap merupakan biaya
penyusutan peralatan dari produksi minuman herbal Jasmon ready to drink. Besarnya biayapenyusustan tergantung pada umur ekonomis barang. Penyusutan peralatan yang digunakan, dihitung bedasarkan umur ekonomis masing-masing peralatan.
2. Biaya Tidak Tetap (Variabel cost)
Menurut Yunita (2017) mengatakan bahwa biaya tidak tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan kegiatan, dimana sama seperti biaya tetap setiap usaha memiliki variabel yang berbeda-beda. Faktor-faktor biaya yang menjadi biaya variabel yaitu biaya bahan baku yang digunakan selama proses produksi. Biaya variabel dapat terdiri dari biaya tenaga kerja, kemasan, listrik, transportasi, dan biaya bahan baku yang digunakan selama proses produksi. Berikut biaya tidak tetap yang dikeluarkan untuk produksi minuman herbal Jasmon ready to drink sebanyak 40 botol dengan isi 250 ml.
Tabel 4.5 Biaya Tidak Tetap Produksi Minuman Jasmon ready to drink.
No Nama Bahan Kuantitas Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1. Jahe 1.800 g 27 48.600
2. Serai 720 g 6 4.320
3. Lemon 600 g 66 39.600
4. Gula Jawa 1.200 g 22,5 27.000
5. Kemasan (Botol) 40 buah 1.500 60.000
6. Label (Sticker) 80 buah 250 20.000
7. Paket data 1 GB 1 GB 8.000 8.000
8. Gas - 9.000 9.000
9. Listrik - 2.000 2.000
10. Tenaga Kerja 8 jam 5.000 40.000
11. Transportasi 1 liter 8.500 8.500
Total Biaya Variabel 267.020
Sumber : Data Primer
Bedasarkan tabel 4.4 merupakan biaya tidak tetap menunjukkan total biaya yang harus dikeluarkan dalam 4 kali produksi minuman herbal Jasmon ready to drink.
Total biaya tidak tetap yang dihasilkan dalam produksi minuman herbal Jasmon ready to drink sebanyak 40 botol dengan isi 250 ml adalah sebesar Rp. 267.020. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang bersifat dinamis, dimana jumlahnya dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan harga baku dan volume produksi.
3. Biaya Total
Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variabel Cost). Besaran biaya yang dikeluarkan adalam proses produksi
akan menjadi acuan dalam penentuan harga pokok penjualan dan akan mempengaruhi kelayakan suatu usaha.
TC = Biaya Tetap + Biaya Variabel TC = Rp 11.565 + Rp 267.020 TC = Rp 278.585
Biaya total atau total cost dari produksi 40 pcs adalah Rp 278.585. Biaya total hasil perhitungan akan digunakan untuk mengetahui besarnya harga penjualan pokok.
4. Harga Pokok Penjualan
Perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan) dimaksudkan untuk menetapkan modal atau biaya yang diperlukan untuk membuat suatu produk, untuk kemudian dijadikan pedoman dalam menentukan harga jual produk. Harga jual produksi merupakan besarnya harga yang akan diberikan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi ditambah dengan laba yang diharapkan.
HPP = Biaya Total (TC)/ Total Produksi HPP = Rp 278.585 / 40
HPP = Rp 6.964.62
Berdasarkan perhitungan diatas, harga pokok penjualan untuk produk adalah Rp 6.964.62, artinya biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit untuk produk adalah Rp 6.964.62
5. Harga Jual Produk
Penetapan HJP dimaksudkan untuk menghindari kerugian dengan mendapatkan keuntungan (maksimal) yang diinginkan oleh produsen. Penetapan HJP didasarkan pada Harga Pokok Produksi (HPP) suatu produk untuk kemudian ditambahkan dengan laba yang diinginkan. Harga jual produk yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 8.500 dari perhitungan harga pokok penjualan sebesar Rp 6.964.62 dengan mempertimbangkan laba yaitu sekitar Rp 1.535.38 per unit produk.
HJP = HPP + Laba
HJP = Rp 6.964.62+ Rp 1.535.38 HJP = Rp 8.500
6. Penerimaan dalam 1 Bulan
Penerimaan adalah nilai uang dari total produksi atau hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual, dengan asumsi fakor-faktor lain dianggap konstan. Besaran ini menunjukkan besarnya uang yang
diterima perusahaan setelah seluruh biaya dibiarkan dan pinjaman dilunasi. Hal ini juga menunjukkan besarnya imbalan yang diterima setelah jasa sumber daya yang dicurahkan untuk mengelola usaha.
TR = Harga Produk × Jumlah Produk
= Rp 8.500 × 40 unit
= Rp 340.000
Total penerimaan dari penjualan 40 unit produk dengan harga jual sebesar Rp 8.500 adalah Rp 340.000
7. Keuntungan
Keuntungan ialah jumlah uang yang diperoleh sebagai selisih antara penerimaan dengan biaya operasional (biaya variabel), dinyatakan dalam satuan rupiah per periode produksi. Berikut perhitungan keuntungan yang diperoleh pada saat produksi Prelia adalah:
Keuntungan = Total Penerimaan – Biaya Total
= Rp 340.000 – Rp 278.585
= Rp 61.415 8. Analisis Kelayakan Usaha
Kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan menganalisis secara mendalam mengenai suatu usaha atau bisnis yang sedang dijalankan untuk menentukan layak atau tidak usaha dijalankan. Pengertian layak dalam hal ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Analisis kelayakan usaha dapat ditentukan menggunakan BEP (Break Event Point), R/C Ratio (Revenue Cost Ratio), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio).
a. BEP (Break Event Point)
BEP dibagi menjadi 3 yaitu BEP unit (produksi), BEP penerimaan, dan BEP harga.
1) BEP Produksi (Unit)
BEP Produksi (unit) adalah jumlah produksi yang dihasilkan agar perusahaan dalam posisi tidak megalami keuntungan dan kerugian atau dengan kata lain menjelaskan jumlah produksi minimal yang harus dihasilkan.
BEP Produksi = Biaya tetap/(Harga Produk-(BiayaVariabel/Total Produk))
= Rp 11.565 /(Rp 8.500-(267.020/40))
= Rp 11.565 /(Rp 8.500-Rp 6.675)
= Rp 11.565 /Rp 1.825
= 6 unit
Artinya, dalam usaha produksi produk perlu memproduksi 6 unit produk agar memperoleh titik impas
2) BEP Penerimaan
BEP penerimaan adalah hitungan beberapa minimal rupiah penerimaan agar modal sebagai biaya produksi dapat dikembalikan.
BEP Penerimaan = Biaya Tetap/1-(Biaya Variabel/Total Penerimaan)
= Rp 11.565/1-(267.020/340.000)
= Rp 11.565/1-0.78
= Rp 11.565/0,22
= Rp 52.568
Artinya, jumlah uang hasil penjualan Produk yang perlu diterima agar mencapai titik impas atau Break Event Poin yaitu sebesar Rp 52.568.
b. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)
Kriteria yang digunakan dalam analisis ini yaitu jika nilai R/C >1 maka usaha tersebut dikatakan untung dan layak untuk dijalankan, karena besarnya penerimaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, begitu juga sebaliknya. Perhitungan hasil analisa penerimaan atas biaya (R/C) dapat dilihat sebagai berikut:
R/C Ratio = Total Penerimaan / Biaya Total
= Rp 340.000 / Rp 278.585
= 1,22
Usaha produk layak serta efisien dijalankan karena memiliki nilai R/C Ratio 1,22 > 1, dengan hasil tersebut artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan maka penerimaan yang didapatkan sebesar Rp 1,22.
c. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)
Jika B/C ratio > 0, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau prospek untuk dikembangkan. Sedangkan jika B/C ratio < 0 maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan, dan apabila BC ratio = 0 maka usaha berada pada titik impas (BEP).
B/C Rasio = Keuntungan / Biaya Total = Rp 61.415/ Rp 278.585
= 0,22
Nilai B/C Ratio yang diperoleh sebesar 0,22 > 0 artinya, setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,22. Usaha produksi produk ini menguntungkan apabila dijalankan karena memiliki nilai B/C Ratio
> 0.