• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Berikut kajian penelitian yang relevan yang berjudul Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di MA Muhammadiyah 1 Malang adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Junaidi yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar Anak terhadap Hasil Belajar Tematik Siswa”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa. Nilai yang diperoleh peneliti pada hubungan antara gaya belajar dan hasil belajar peserta didik adalah 0,173 ≥ 0,05. Nilai tersebut dapat di interpretasikan bahwa antara gaya belajar dan hasil belajar memiliki hasil yang tinggi. Dimana artinya, gaya belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik. Dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima, yaitu terdapat pengaruh antara gaya belajar terhadap hasil belajar peserta didik kelas IVA dan IVB MI NU Habibul Abrori Suko Jogoyudan Lumajang (Junaidi, 2018).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Budiarti dan Abdul Jabar dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Viii SMPN 2 Banjarmasin Tahun Ajaran 2015/2016”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dan expost facto dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMPN 2 Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(2)

7 kuesioner. Analisis data menggunakan SPSS. Hasil Penelitian yaitu Tidak Terdapat pengaruh signifikan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Banjarmasin tahun ajaran 2015/2016 (Budiarti & Jabar, 2016).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Mutia Chan dan Irwati Rahman dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar pada Mata Kuliah Keterampilan Membaca Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP YDB Lubuk Alung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap mata kuliah keterampilan membaca mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP YDB Lubuk Alung.

Hasil analisis data, menunjukkan bahwa koofisien korelasi (ry) = 0,366 dengan 𝜌=0,024 <0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi bahwa gaya belajar mahasiswa berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa dapat diterima pada taraf kepercayaan 95%. Besaran pengaruh belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa 13,4% (Chan &

Rahman, 2019).

4. Penelitian yang dilakukan oleh Indah Setyo Wadhani, Dkk dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Mahasiswa Universitas Trunojoyo”. Penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasi merupakan penelitian asosiatif dan jenisnya adalah penelitian kuantitatif. Hubungan antara gaya belajar mahasiswa TIP dengan hasil belajar mahasiswa sangat lemah yaitu dengan korelasi sebesar 0,073.

Hubungan tersebut bersifat positif, artinya terjadi hubungan searah antara variabel X dan variabel Y. Bila skor gaya belajarnya semakin kuat, maka hasil belajarnya semakin meningkat. Prosedur uji signifikasi dengan taraf signifikansi 5% didapatkan thitung= 0,38 dan ttabel = 2,052.

Karena thitung < ttabel maka Ho diterima. Hasil perhitungan manual menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara gaya belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa (Wardhani, Hanik, &

Wulandari, 2017).

(3)

8 5. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Jumroidah, Dkk dalam karya ilmiahnya

yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Unaaha”. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: (1) gaya belajar visual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 1Unaaha, besarnya pengaruh gaya belajar visual yaitu 12,3%; (2) gaya belajar auditorial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Unaaha, besarnya pengaruh gaya belajar auditorial yaitu 36,1%; (3) gaya belajar kinestetik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 1 Unaaha, besarnya pengaruh gaya belajar kinestetikyaitu 28,1%;

(4) gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa SMP N 1 Unaaha, besarnya pengaruh gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik secara bersama-sama yaitu sebesar 22,5%, sedangkan 77,5%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini (Jumroidah, Kadir, & Suhar, 2019).

Posisi penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai acuan penulis dalam melakukan penelitian dan berguna sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian

B. Kerangka Teori 1. Gaya Belajar

Belajar adalah suatu proses. Artinya, kegiatan belajar terjadi secara dinamis dan terus- menerus, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam diri anak. Perubahan yang dimaksud, dapat berupa pengetahuan (knowledge) atau prilaku (behavior). Dua anak yang tumbuh dalam kondisi dan lingkungan sama, meskipun mendapat perlakuan yang sama, belum tentu akan memiliki pemahaman, pemikiran dan pandangan sama terhadap dunia sekitarnya. Masing-masing memiliki cara pandang sendiri terhadap setiap

(4)

9 peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Cara pandang inilah yang dikenal sebagai gaya belajar (styles oh learning) (Sahrani, 2011).

Sebelum menjelaskan gaya belajar, terlebih dahulu kira perlu mengetahui pengertian gaya (style). Kata “style” dalam kamus Longman, diartikan dengan

“way og doing/making, way of behaving/working,design, fashion, writing/literature, art/music/film”. Jadi, gaya sangat erat hubungannya dengan tingkah laku yang memiliki ciri khusus, yaitu memiliki nilai seni. Dalam bahasa Arab, Munir Ba‟al Baki menerjemahkan kata “style” dengan “nau‟n „aw syaklun „aw ziyyun”. Istilah ini dikenal dengan dua macam pengertian, yaitu “ addatun kana al-qudama wa ibda‟un adabiyyun „aw fanniyyun” (sesuatu yang sudah lampau dan hal baru yang memiliki nilai seni) (Sahrani, 2011).

Dengan demikian, gaya belajar sebenarnya sudah dimiliki oleh masing- masing siswa, bahkan sebelum mereka duduk di bangku sekolah. Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer, Peter Salim dan Yeni Salim menjelaskan bahwa, gaya adalah kekuatan, kesanggupan berbuat dan sikap atau gerak-gerik yang indah. Jika dikaitkan dengan belajar, maka gaya belajar berarti suatu tindakan yang dirasakan menarik oleh siswa dalam melakukan aktivitas belajar, baik ketika sedang sendiri atau dalam kelompok belajar yang bersama teman- teman sekolah. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan, bahwa gaya merupakan suatu tindakan untuk melakukan aktivitas yang mempunyai nilai seni yang telah dimiliki sebelumnya (Sahrani, 2011).

2. Macam-macam Gaya Belajar

Ada beberapa tipe gaya belajar yang bisa kita cermati yaitu gaya belajar audio, visual, dan kinestetik:

a. Gaya Belajar Audio

Gaya belajar audio yaitu gaya belajar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan memanfaatkan indra pendengarannya.

Adapun karakteristik seseorang yang menggunakan Auditory Learning, diantaranya: Ia akan mencari posisi duduk tempat dia dapat mendengar

(5)

10 meskipun tidak dapat melihat yang terjadi didepannya, ketika merasa bosan biasanya berbicara dengan diri sendiri atau teman disampingnya atau bisa juga dengan menyanyikan sebuah lagu, materi pembelajaran yang dipelajari akan mudah dipahami jika dibaca nyaring, lebih cepat menyerap dengan mendengarkan, dapat mengingat dengan baik materi saat diskusi, senang membaca dengan suara keras, dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset, senang diskusi, bicara, bertanya, atau menjelaskan sesuatu dengan panjang, suka mengerjakan tugas kelompok, merasa terganggu jika ada teman yang berbicara ketika sedang memperhatikan guru menjelaskan materi (Irawati et al., 2021).

b. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar Visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting. Adapun karakteristik seseorang yang menggunakan Visual Learning, diantaranya: Materi pelajaran harus yang dapat dilihat, saat proses KBM ia akan berusaha duduk di depan kelas, suka mencoret-coret sesuatu yang terkadang tanpa ada artinya saat di dalam kelas, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada dibacakan, lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran, rapi dan teratur (Irawati et al., 2021).

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan cara belajar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan melakukan pengalaman, gerakan, dan sentuhan. Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau pengalaman belajar secara langsung. Adapun

(6)

11 karakteristik seseorang yang menggunakan Kinesthetic Learning, diantaranya: Ketika menyampaikan pendapat biasanya disertai dengan gerakan tangan atau bahasa tubuh yang melibatkan anggota tubuh lain seperti wajah, mata, dan sebagainya, ketika merasa bosan akan pergi atau berpindah tempat, menyenangi materi pembelajaran yang bersifat mempraktikkan, gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar, berbicara dengan perlahan, belajar melalui praktik, banyak menggunakan isyarat tubuh, kemungkinan tulisannya jelek, menyukai permainan olahraga. Walaupun masing-masing siswa belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung pada salah satu diantara gaya belajar tersebut (Irawati et al., 2021)

3. Teori Gaya Belajar

Secara umum, teori tentang gaya belajar terbagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

a. Pengolahan informasi, yaitu membedakan bagaimana cara pengolahan sebuahinformasi, apakah dengan panca indra (the sense), berpikir (thingking), informasi (Information remembering). Teori-teori yang muncul, seperti kolb‟s learning styles inventory, gregorc‟s mind styles model dan keefe‟s human information proscessing model.

b. Bentuk kepribadian, yaitu memfokuskan pada perhatian (attention), emosi (emotion) dan nilai (values). Memahami perbedaan tersebut akan membuat seseorang lebih akan apa yang harus dilakukan dan dirasakan pada situasi yang berbeda. Teori yang muncul, seperti the myers-briggs type indicator dan the keirsey temperament sorter are two of the most well-know personality pattern assesment.

c. Interaksi sosial, yaitu melihat pada tingkah laku (attitudes), kebiasaan (habits) dan strategi yang digunakan oleh siswa ketika belajar sendiri dan berkelompok. Sebagian pelajar sangat bebas

(7)

12 (independent), terikat (dependent), bekerja sama (collaborative), bersaing (competitive), ikut serta (participant), dan ada juga yang menhindar (avoidant). Tokoh yang oernah meneliti antara lain:

Reichmann dan Grasha, Baxter Mangolda.

Berikut adalah teori gaya belajar yang diperoleh dari pengolahan informasi (information processing). Teori ini difokuskan oleh dua peneliti, yaitu Anthony F Gregorc dan David A Kolb, agar dapat memunculkan keberagaman gaya belajar yang lebih spesifik pada objek. (Popi Sopiati dan Sohari Sahrani, 2011 : 40-41)

Tabel 2.1 : Teori Gaya Belajar

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku. Sebuah proses maka sudah barang tentu harus ada yang diproses dan akhir dari proses. Akhir dari proses inilah yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar ini terdiri dari perubahan tingkah laku tersebut.

Gaya Belajar

Pengolahan

Informasi Information

Rememberin g

Problem Thinking The Sense

Bentuk Kepribadian

Interaksi sosial

Attention Emotion Value

attitude Habit Strategi

(8)

13 Nana Nudjana mengemukakan, bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Hal ini pula dipengaruhi oleh guru sebagai perancang belajar mengajar. Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman atautingkah laku. Pengalaman adalah kejadian atau peristiwa yang secara sengaja maupun tidak sengaja dialami setiap orang (Sahrani, 2011).

Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

2. Macam-Macam Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil pelajar dari Bunyamin Bloom, yang secara garis besar membagi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Sahrani, 2011).

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan empat aspek berikutnya termaksud kognitif tingkat tinggi.

Keenam aspek tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan: kemampuan mengingat apa yang telah dipelajari

(9)

14 2) Pemahaman: kemampuan mengangkat makna yang telah dipelajari 3) Aplikasi: kemampuan untuk menggunakan hal yang telah

dipelajari kedalam situasi baru yang kongkrit

4) Analisis: kemampuan untuk memerinci hal yang dipelajari ke dalam unsur- unsurnya, supaya struktur organisasinya dapat di mengerti

5) Sintesis: kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru

6) Evaluasi: kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk sesuatu tujuan tertentu

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan denga sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar sampai tingkat yang kompleks.

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam konteks situasi dan gejala.

2) Responsding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seorang terhadap stimulasi yang datangnya dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, serta kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus tadi. Dalam evaluasi ini, termaksud di dalamnya menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4) Organisasi, yakni pengembangan atas nilai keadaan satu sistem organisasi, termaksud hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimilikinya.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki dan dipengaruhi pola kepribadian

(10)

15 dan tingkah laku seseorang.

c. Ranah psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada lima tingkat keterampilan, yakni:

1) Gerakan reflek (keterampilan gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Keterampilan perseptual, termaksud didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan. Gerakan-gearak skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

5) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive, seperti gerakan ekspersif dan interpretatif

Hasil belajar yang dikemukakan diatas, sebenarnya tidak bediri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan yang lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya, sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan prilakunya. Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotorik diabaikan, sehingga tidak dilakukan penilaian.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

Menurut Ngalim Purwanto, kegiatan belajar dengan pendekatan sistem, dapat digambarkan seperti gambar berikut (Sahrani, 2011)

(11)

16 Instrumental Input

Raw Input Enviromental Input Output

Teaching- Learning process

Tabel 2.2 Kegiatan Belajar dengan Pendekatan Sistem

Gambar di atas menunjukan, bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahwan baku yang perlu diolah, didalam hal ini diberi pengalaman belajartertentu pada proses belajar mengajar (Teaching-learning process).

Didalam proses belajar mengajar, turut berpengaruh juga sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input), dan fungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna menujang tercapainya keluaran yang diketahuinya (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu. Dalam proses belajar disekolah, maka yang di maksud dengan masukan mentah (raw input) adalah siswa sebagai raw input memiliki karakteristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Filosofis adalah bagaimana kondisi fisiknya, panca indranya dan sebagainya.

Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah

minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Semua ini dapat dipengaruhi oleh hasil belajarnya.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

(12)

17 dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Syah, 2019):

a. Faktor internal

Faktor internal berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi disetai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa sianjurkan memilih pola istrahat dan olahraga ringan yang sepadat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.

2) Aspek Psikologi

Banyak faktor yang termaksud aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.

Namun, di antaran faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial

1) Lingkungan Sosial

(13)

18 Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan

khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya yang termaksud lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat dilingkungan kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.

2) Lingkungan nonsosial

Faktor yang termaksud lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat- alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat belajar siswa.

Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (lapangan voli) misalnya, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

(14)

19

X Y

D. Kerangka Berpikir

Gaya belajar merupakan cara yang ditempuh oleh siswa dalam belajar.

Tiap-tiap individu memiliki cara belajar atau gaya belajar yang berbeda- beda.

Hasil siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah gaya belajar (learning style). Individu yang belajar dengan gaya belajar mereka yang dominan, mampu mencapai hasil yang baik bila dibandingkan dengan individu yang belajar yang tidak sejalan dengan gaya belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kerangka berpikir dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 2.1:

kerangka berpikir Keterangan:

X = Variabel Bebas (Gaya belajar) Y = Variabel Terikat (Hasil Belajar) E. Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan awal yang dirumuskan dengan singkat dan jelas mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu, yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan atau pengujian terhadapnya (Agus Purwadi, 2014:58). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Fiqih di MA Muhammadiyah 1 Malang

Ho : Tidak Terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran Fiqih di MA Muhammadiyah 1 Malang

Referensi

Dokumen terkait

The analysis result indicates that some students were able to use multiplicative comparison to determine the relationship between numbers on ratios using double number line

Pada Tabel 5 diketahui bahwa produk samping usaha penggemukan sapi potong ber- basis limbah industri kelapa sawit pada kelompok ternak Maju Bersama yaitu kotoran ternak

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak

Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian

Jadi dengan kata lain, hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan minat baca dan pemahaman bacaan berbahasa Inggris, terhadap hubungan positif antara kedua

Wiwiek Sundari SEJARAH PERKEMBANGAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Eni Karlieni “CERMINAN IDENTITAS KESUNDAAN DALAM AKUN FACEBOOK WALIKOTA BANDUNG RIDWAN KAMIL” SUATU

HERMAN HIDAYAT,

Dalam tahap pelaksanaan treatment hal-hal yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam modul senam otak (brain gym). 1) Hasil Pengamatan Ketika Proses Belajar Berlansung a)