• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. jawabkan aktivitas manajemen. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. jawabkan aktivitas manajemen. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu alat untuk mempertanggung jawabkan aktivitas manajemen. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat memberikan gambaran keadaan nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Pihak eksternal seperti pemegang saham, calon investor, kreditur, kantor pelayanan pajak ingin memperoleh informasi yang handal dari manajemen mengenai pertanggungjawaban dana yang diinvestasikan dan informasi lain yang dijadikan dasar pengambilan keputusan (Mulyadi, 2002). Laporan keuangan harus diaudit oleh auditor independen agar memberi keyakinan bahwa laporan keuangan perusahaan mempunyai kredibilitas yang berguna bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan.

Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 2 SA Seksi 110 (SPAP, 2011) menyatakan bahwa auditor bertanggungjawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Flint (1988) dalam Nasser et al., (2006) menyatakan bahwa auditor yang terlibat hubungan pribadi dengan klien akan menyebabkan hilangnya independensi, dikarenakan hal tersebut dapat mempengaruhi sikap mental dan opini yang diberikan auditor. Ferdinan (2010) dalam Wijayanti (2011) juga

(2)

menyatakan hubungan dalam waktu yang lama antara auditor dan klien akan menyebabkan kualitas dan kompetensi kerja auditor cenderung menurun dari waktu ke waktu.

Hubungan yang semakin dekat antara auditor independen dan manjemen dapat menyebabkan auditor lebih mempercayai klien dalam mengaudit sehingga menurunkan kualitas auditnya. Menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi objektivitas auditor, profesi auditor dilarang memiliki hubungan pribadi dengan klien mereka yang dapat menimbulkan konflik kepentingan potensial, maka dari itu diperlukan suatu peraturan yang ketat dan jelas untuk mengatur perikatan auditor (Joanna dan Wang, 2006). Salah satu anjuran adalah memiliki rotasi wajib auditor (AICPA; 1978a, AICPA; 1978b, dalam Nasser et al., 2006) karena dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam melindungi publik melalui peningkatan kewaspadaan untuk setiap kemungkinan ketidaklayakan, peningkatan kualitas pelayanan dan mencegah hubungan yang lebih dekat dengan klien (Mautz, 1974; Winters, 1976; Hoyle, 1978; Brody dan Moscove, 1998 dalam Nasser et al., 2006).

Kewajiban rotasi auditor telah di atur oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan ini menyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu perusahaan dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut- turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

(3)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan di antaranya adalah pertama, pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun berturut-turut oleh kantor akuntan dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan dapat menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas (pasal 3 ayat 2 dan 3).

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) mengungkapkan

bahwa rotasi wajib auditor merupakan hal yang penting. Martina (2010) mengemukakan pendapat bahwa biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh ketika rotasi wajib auditor dilakukan. Rotasi yang sering akan mengakibatkan peningkatan audit fee. Saat auditor pertama kali mengaudit satu klien, yang pertama kali harus dilakukan adalah memahami lingkungan bisnis klien dan risiko audit klien. Bagi auditor yang sama sekali tidak paham dengan kedua masalah itu, maka biaya start up menjadi tinggi sehingga dapat menaikan audit fee. Penelitian yang dilakukan Schwartz dan Menon, (1985) menunjukkan hasil audit fee tidak berpengaruh pada pergantian auditor. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mardiyah (2002) serta Damayanti Sudarma (2007) menunjukkan adanya pengaruh audit fee pada pergantian auditor.

Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai pergantian auditor (auditor switching) maka diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi pergantian auditor,

(4)

diantaranya adanya perubahan manajemen, ketidaksepakatan antara auditee dan auditor, ketidakpuasan atas audit fee (Burton dan Roberts, 1967; Bedingfield dan Loeb, 1974; Woo dan Koh, 2001; Damayanti dan Sudarma, 2007; Ismail et al., 2008), financial distress (Schwartz dan Menon, 1985; Naseer et al., 2006). Faktor- faktor ini tidak selalu berlaku di semua negara, beberapa penelitian yang dilakukan di beberapa negara yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda pula. Laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen berpotensi untuk dicampuri oleh kepentingan pribadi dari pihak manajemen itu sendiri, oleh Martina (2010) dalam Aloysius (2011), sehingga diperlukan auditor sebagai pihak yang independen sebagai penengah antara pihak prinsipal (pemegang saham) dengan pihak agen (manajemen perusahaan).

Auditor mempunyai tanggungjawab terhadap penilaian dan pernyataan pendapat (opini) atas kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.

Pemberian opini tertentu pada laporan keuangan dianggap memberi pengaruh tertentu terhadap motivasi pergantian auditor. Opini going concern yang dikeluarkan auditor diyakini memiliki pengaruh yang besar tehadap pergantian auditor (Carcello dan Neal, 2003 dan Vanstraelen, 2000). Perusahaan klien menginginkan laporan keuangan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian, karena pendapat tersebut berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Chow dan Rise, 1984). Opini going concern dikeluarkan oleh auditor di mana seorang auditor mengalami kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Rudyawan dan Badera, 2009).

(5)

Hasil penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sudarma, (2007) serta Martina, (2010) menunjukkan fakta potensi kebangkrutan perusahaan publik tidak mempengaruhi pergantian auditor, hasil peneltian ini juga didukung oleh hasil penelelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan Wilsa, (2009) serta Wijayani, (2011).

Kondisi keuangan perusahaan dimana kewajiban lebih besar dibandingkan dengan kekayaan, maka dapat dinyatakan perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan atau sebaliknya. Perusahaan klien yang mengalami financial distress akan cenderung mencari auditor yang memilik independensi yang tinggi untuk meningkatkan kepercayaan para pemegang saham dan kreditur serta mengurangi risiko litigasi (Francis dan Wilson, 1988). Haskin dan Williams, (1990) juga menyatakan bahwa financial distress yang dialami perusahaan berpengaruh pada keputusan klien

melakukan pergantian auditor. Perusahaan klien melakukan pergantian auditor pada saat mengalami financial distress dikarenakan perusahaan tidak ingin auditor melaporkan kondisi tersebut kepada publik (Wikil, et al., 2011). Temuan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinarwati, (2010), menyatakan perusahaan yang bangkrut lebih sering berpindah auditor dibandingkan perusahaan yang tidak bangkrut.

Kondisi ukuran perusahaan mencerminkan keuangan perusahaan, dimana perusahaan yang besar dipercaya dapat menyelesaikan kesulitan keuangan yang dihadapi dibandingkan perusahaan yang lebih kecil (Mutchler, 1985 dalam Nabila, 2011). Pertumbuhan perusahaan akan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor, perusahaan yang sedang bertumbuh akan cenderung

(6)

melakukan pergantian auditor (Woo dan Koh, 2001). Penelitian yang telah dilakukan Sinason et al., 2001; Nasser et al., 2006; Suparlan dan wuryan, 2010; berhasil membuktikan bahwa ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Martina, 2010 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu, ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada pergantian auditor.

Ukuran KAP juga berpengaruh terhadap pergantian auditor (Hackenbrack dan Hogan, 2002 dalam Calderon dan Ofobike, 2008). KAP besar (Big 4) mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit dibandingkan KAP kecil (Non Big 4), sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi (Wibowo dan

Hilda, 2009) Nasser, et al. (2006) menyatakan bahwa KAP big-4 biasanya dianggap lebih mampu mempertahankan tingkatan independensi yang cukup daripada KAP yang lebih kecil, karena mereka biasanya menyediakan cakupan jasa-jasa ke sejumlah besar klien. Pemutusan perikatan antara auditor dan klien dapat berbeda saat klien berganti dari sebuah big-4 ke non big-4, demikian juga sebaliknya. Misalnya, pergantian dari KAP big-4 ke non big-4 terpicu hal terkait dengan fee. Di sisi lain, pergantian dari KAP non big-4 ke big-4 dipandang sebagai sinyal keinginan manajemen dalam peningkatan kualitas jasa (Sankaraguruswamy dan Whisenant, 2004 dalam Calderon dan Ofobike, 2008). Hasil penelitian Nasser et al. (2006), Damayanti dan Sudarma (2007), Wijayanti (2010), dan Wijayanti (2011) membuktikan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Sementara itu penelitian Sinason, et al. (2001) tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh ukuran KAP terhadap auditor switching.

(7)

Berdasarkan latar belakang di atas, pokok masalah dalam penelitian ini adalah

“bagaimanakah pengaruh Audit Fee, Opini going concern, Financial Distress, Ukuran Perusahaan Klien, dan Ukuran KAP pada Pergantian Auditor Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013?”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apakah audit fee berpengaruh positif pada pergantian auditor?

2) Apakah opini going concern berpengaruh positif pada pergantian auditor?

3) Apakah financial distress berpengaruh negatif pada pergantian auditor?

4) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif pada pergantian auditor?

5) Apakah ukuran KAP berpengaruh negatif pada pergantian auditor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk menguji pengaruh audit fee pada pergantian auditor.

2) Untuk menguji pengaruh opini going concern pada pergantian auditor.

3) Untuk menguji pengaruh financial distress pada pergantian auditor.

4) Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan pada pergantian auditor.

5) Untuk menguji pengaruh ukuran KAP pada pergantian auditor.

(8)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh audit fee, opini going concern, financial distress, ukuran perusahaan dan ukuran KAP pada pergantian auditor perusahaan panufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2008-2013, serta dapat dijadikan sebagai referensi di masa yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat digunakan sebagai masukan bagi pimpinan KAP untuk menjaga independensi dan objektivitas dalam melaksanakan audit, serta sebagai bahan evaluasi bagi para auditor sehingga dapat meningkatkan independensi, objektivitas dan kompetensi auditor.

1.5 Sistematika Penelitian

Dalam penulisan untuk skripsi ini diberikan gambaran lebih jelas, maka dibagi ke dalam 5 (lima) bab yang disajikan sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

(9)

Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Pada bab ini memuat landasan teori yang menyajikan tentang teori-teori yang menunjang pembahasan yaitu teori agensi dan penjelasan tentang auditor switching, pembahasan hasil penelitian sebelumnya, dan diakhiri

dengan perumusan hipotesis.

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini membahas tentang model penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai deskripsi sampel penelitian, analisis statistik deskriptif, hasil uji regresi logistik, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V : Simpulan dan Saran

Pada bab ini menguraikan tentang simpulan yang dibuat berdasarkan uraian pada bab sebelumnya serta saran-saran yang nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau

Institusi pusat memiliki Peran yang penting, tetapi harus mulai dibatasi dalam hal yang berhubungan dengan membangun suatu visi dari sistem pendidikan secara keseluruhan, harapan

3. Masih terdapat fanatisme ke- agamaan pada beberapa warga masyarakat Bulu, sehingga mereka tidak mau ikut serta dalam kegiatan pendidikan Is-.. lam yang diselenggarakan

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung berat lemak yang terekstrak dari ampas tahu terhadap lama waktu ekstraksi dan jenis solven yang digunakan, serta mengetahui komposisi minyak

Peralatan : Untuk peralatan produksi , sudah lengkap tidak ada kekurangan, bahkan saat ini akan mendapat bantuan dari PEMKAB berupa Almari etalase Kapasitas : Dengan peralatan

Kajian interaksi epitop E7 dan MHC melalui doking molekular menunjukkan bahwa YMLDLQPET diprediksi memiliki afinitas baik terhadap MHC I dan berpotensi untuk

8 Menurut Kasmidjo (1990) dalam (Dwi, 2010) proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase yaitu: (a) Fase pertumbuhan cepat (0- 30 jam fermentasi), pada fase ini

mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan