• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI HUBUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI HUBUNGAN"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN SEDENTARY LIFE DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK DI SDN MANGKURA 1 MAKASSAR

OLEH :

FADHILATUL MAR’AH

C121 14 004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

(2)

2

(3)

3

(4)

4

(5)

i

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis lafaskan kecuali ucapan puji dan syukur kehadirat Allah subhanahwataala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan sedentary life dengan obesitas pada anak sekolah di SDN 1 Mangkura Makassar”, yang merupakan persyaratan akademis guna memperoleh gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penyusunan skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi peneliti dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Si. Selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin

2. Ibu Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep, Ns., M.Kes dan ibu Nurmaulid, S.Kep, Ns., M.Kep. selaku pembimbing satu dan dua yang senantiasa memberi masukan dan arahan-arahan dalam penyempurnaan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak Syahrul Said, S.Kep., M.Kes, Ph. D dan ibu Tuti Seniwati, S. Kep, Ns., M.Kes selaku penguji yang memberikan banyak masukan dan arahan demi penyempurnaan proposal ini.

(6)

ii 4. Kepala sekolah, Guru dan Staf di SDN 1 Mangkura yang membantu dalam

penelitian.

5. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda Drs. Akmal Mattang , Ibunda Andi Darnawati , adinda Muhammad Darul Amal A, adinda Amaliatul Mar’ah A serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan , Universitas Hasanuddin Makassar.

7. Sahabat-sahabat seperjuangan skripsi Ilham Adi pitrah, Nur Rahmah, Indah Gita Cahyani, Swastika Fadiah Amalina, Risma, Yulinar Syam, Abdul Kadir terima kasih atas motivasi dan bantuannya kepada peneliti disetiap saat.

8. Teman-teman angkatan 2014 “CRAN14L” terima kasih atas dukungan, motivasi, dan bantuannya kepada peneliti setiap saat.

9. Sahabat-sahabat dari kecil saya Andi Ispa Hasba, Andi Rosdiana Amir, Mita Wulandari, Irma Fajar Wati, Andi Wahyulan Amal, Yulinar Anwar, Wawan Hermawan. Yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti.

10. Teman-teman KKN Profesi Kesehatan Angkatan 56 Desa Mattirowalie, Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba terima kasih motivasi dan dukungannya.

Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis tentunya tidak dapat memberikan balasan yang setimpal kecuali berdoa semoga

(7)

iii Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Hamba- Nya yang senantiasa membantu sesamanya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa peneliti hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, karena sesungguhnya kebenaran sempurna hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, peneliti senantiasa mengharapkan masukan yang konstruktif sehingga peneliti dapat berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf.

Makassar, Desember 2017

Peneliti

(8)

iv

ABSTRAK

Fadhilatul Mar’ah C12114004. HUBUNGAN SEDENTARY LIFE DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN MANGKURA 1 MAKASSAR.

Latar Belakang : Obesitas kini telah menjadi masalah kesehatan yang epidemi di seluruh dunia. Prevelensinya semakin meningkat tidak hanya di negara maju tapi juga di negara berkembang. Prevelensi obesitas pada anak-anak di Indonesia lebih tinggi dibandigkan prevelensi anak yang kurus. Sedentary life yang berlebihan dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah obesitas. Tujuan Penelitian : Menganalisa hubungan antara tingkat sedentary life dengan kejadian obesitas pada anak SDN Mangkura 1 Makassar.Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimen dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah 196 siswa terdiri dari kelas 4,5 dan 6 SD dengan pengambilan sampel Total Sampling. Teknik dalam menentukan indeks massa tubuh menggunakan Anthropometric calculator WHO 2007 pada anak usia 5-19 tahun dan menggunakan kuesioner Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariate dengan menggunakan Chi Square. Hasil : hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p=0,001, sehingga terdapat hubungan positif yang signifikan antara sedentary life dengan obesitas di SDN Mangkura 1 Makassar, dan anak yang mengalami sedentary life yang tinggi sebanyak 39 responden (19,9%) Kesimpulan : Terdapat 48 anak yang mengalami obesitas, dan terdapat 39 anak yang mengalami sedentary life dan adanya hubungan yang signifikan anatara sedentary life dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SDN Mangkura 1 Makassar, dan memiliki kebiasaan melakukan perilaku sedentary yang tinggi, yakni lebih dari >16,3 jam/ minggu.

Kata Kunci : sedentary life, obesitas, anak usia sekolah Referensi : 39 (2000-2017)

(9)

v ABSTRACT

Fadhilatul Mar'ah C12114004. SEDENTARY LIFE RELATIONSHIP WITH OBESITY INCIDENCE OF SCHOOL CHILDREN IN MANGKURA 1 ELEMENTARY SCHOOL MAKASSAR.

Background: Obesity has now become an epidemic health problem worldwide. The prevalence is increasing not only in developed countries but also in developing countries. Prevalence of obesity in Indonesia shows children is higher than of thin children. Excessive of sedentary life can increase the risk of various health problems, one of which is obesity. Objective: The study objective is to analyze the relationship between sedentary life level and the incidence of obesity in school children Mangkura 1 elementary school Makassar. Method: This research is a non-experimental quantitative research using cross sectional approach. The sample size is 196 students consisting of grade 4,5 and 6 elementary school with total sampling techniques. Techniques in determining body mass index using WHO 2007 Anthropometric calculator in children aged 5-19 years and using the Adolescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Data analysis used is univariate analysis and bivariate analysis using Chi Square. Results: The results showed that children who were obese and high sedentary life as many as 39 respondents (19.9%) Conclusion: There is a significant relationship between sedentary life with the incidence of obesity in school-aged children in SDN Mangkura 1 Makassar, and have a habit performing a high sedentary behavior, ie more than 17 hours / week.

Keywords: sedentary life, obesity, school children Reference: 39 (2000-2017)

(10)

vi DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ...iv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 5

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Obesitas ... 4

1. Definisi Obesitas ... 4

2. Penyebab Obesitas ... 5

3. Dampak Obesitas ... 14

4. Penatalaksanaan Obesitas ... 17

5. Pencegahan Obesitas ... 18

B. Sedentary Life ... 19

1. Definisi Sedentary Life ... 19

2. Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Sedentary Lifestyle ... 21

3. Dampak sedentary life ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 26

A. Kerangka Konsep ... 26

B. Hipotesis ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Alur Penelitian ... 30

E. Variabel Penelitian ... 31

F. Instrumen penelitian ... 34

G. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 35

H. Etika Penelitian ... 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

(11)

vii

A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 43

C. Keterbatasan penelitian ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(12)

viii DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 4.1 Alur Penelitian

(13)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Siswa Kelas 4-6 di SDN Mangkura 1 Makassar (N=196)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian obesitas pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden bersarkan sedentary life pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar

Tabel 5.4 Hubungan Sedentary Life dengan Indeks Massa Tubuh pada Anak di SDN Mangkura 1 Makassar

(14)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar permohonan menjadi responden ... 53

Lampiran 2. Biodata siswa dan orang tua ... 54

Lampiran 3. Kuesioner ... 55

Lampiran 4. Sop pengukuran berat badan ... 58

Lampiran 5. Sop Pengukuran Tinggi Badan ... 59

Lampiran 6. Master Tabel SPSS ... 63

Lampiran 7. Hasil Pengolahan dan SPSS ... 69

Lampiran 8. Surat-surat ... 69

Lampiran 9. Dokumentasi ... 72

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah

Obesitas merupakan masalah global sebagai peringkat kelima resiko kematian, dan prevalensi obesitas di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara maju (WHO, 2013), termasuk Indonesia.

Peningkatan prevalensi obesitas pada anak uisa sekolah akan memiliki dampak kesehatan negatif dimasa kecil, serta dalam jangka panjang dan berisiko lebih tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa. Anak yang obesitas dapat mengalami kesakitan dan kematian antara lain seperti sulit bernapas, OSA, peningkatan risiko patah tulang, hipertensi, kolesterol darah meningkat, tanda awal penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, dislipiemia, diabetes melitus tipe 2, resisteensi insulin, sindrom ovarium polikistik, kolelitiasis dan efek psikologis.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak diantaranya sedentary life, ktivitas fisik, berat badan saat lahir, kenaikan berat badan saat bayi, nutrisi, perubahan pola makan, lingkungan, makanan tinggi kalori dan rendah gizi (junk food), pengaruh media, pengaruh keluarga, serta sosial ekonomi. WHO memprediksikan penduduk yang akan menderita obesitas pada tahun 2030 akan mencapai 58%. Serta prevelensi obesitas di Indonesia akan terus meningkat terutama di daerah perkotaan teremasuk kota Makasssar yang disebabkan karena masyarakat Indonesia

(16)

2 cenderung mempunyai aktivitas fisik yang kurang gerak (sedentary activitie)

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kejadian obesitas pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar ?

2. Bagaimana tingkat sedentary life pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar ?

3. Bagaimana hubungan sedentary life dengan kejadian obesitas pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar ?

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sedentary life dengan obesitas pada anak usia sekolah di kota Makassar.

2. Tujuan khusus

Dengan memperhatikan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengidentifikasikan kejadian obesitas pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar.

b. Untuk mengidentifikasikan sedentary life yang dilakukan anak di SDN Mangkura 1 Makassar.

(17)

3 c. Untuk mengidentifikasikan hubungan sedentary life dengan

kejadian obesitas pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar

C. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Mengembangkan strategi atau model keperawatan pada anak usia sekolah untuk meningkatkan gaya hidup sehat pada anak obesitas melalui peningkatan pengetahuan, budaya keluarga, perubahan perilaku aktivitas fisik anak dan asupan makanan sehat pada anak.

b. Memberikan masukan bagi perawat anak dalam penerpan pelayanan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan anak obesitas dalam upaya mengendalikaan gaaya hidup sehat pada anak usia sekolah

2. Manfaaat Aplikatif

Meningkatkan peran dan fungsi perawat dengan memberikan promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tentang gaya hidup sehat pada keluarga dan anak dengan menjelaskan informasi tentang bahaya Sedentary life agar keluarga mandiri sehingga diharapkan setelah penelitian dapat menjadi panduan gaya hidup sehat bagi anak obesitas dalam upaya meningkatktan kesehatan anak, mencegah resiko penyakit serta meningkatkan kualitas hidup anak.

(18)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

1. Definisi Obesitas

Obesitas atau biasa dikatakan sebagai kegemukan merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. obesitas pada dewasa berkaitan dengan sindrom metabolik, sedangkan obesitas serta sindroma metabolik yang berkembang pada masa anak dapat berlanjut sampai dewasa (Indriati, 2010).

Obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup atau meningkatkan masalah kesehatan. Pada saat ini obesitas menjadi masalah besar dalam dunia kesehatan. Kondisi ini berkebalikan dengan kondisi sekitar 30 tahun yang lalu dimana kegemukan dianggap sebagai lambang kemakmuran dan menjadi kebanggan bagi yang memilikinya. Makin gemuk seseorang justru dianggap makin sukses sehingga dulu kegemukan tidak dianggap sebagai masalah kesehtan bagi seseorang (dr. Najibah yahya, 2017).

(19)

5 Obesitas juga merupakan permasalahan umum yang dialami anak- anak pada masa sekarang ini. Salah satu penyebabnya adalah perilaku yang menetap pada anak, perilaku yang menetap ini biasanya berupa menonton televisi dan bermain games hingga berjam-jam. Obesitas juga bisa didefinisikan sebagai suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Menurut menteri kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, dampak gizi lebih tidak sekedar mengganggu estetika penampilan, tetapi predisposisi atau pemicu faktor risiko berbagai penyakit tidak menular baik degenerative maupun kardiovaskuler (Nirwana, 2012)

D. Latar Belakang

Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering disebut dengan istilah gemuk atau berat badan melebihi batas normal (Nirwana, 2012). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013 mendefinisikan obesitas adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan risiko bagi kesehatan. Prevelensi obesitas semakin meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyrakat, termasuk untuk Negara berkembang seperti Indonesia dan pada saat ini Indonesia menghadapi masalah yang berhubungan dengan gizi, pangan dan kesehatan.

Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan menghadapi masalah gizi ganda (double burden) ialah masalah gizi kurang dan gizi lebih. Gizi

(20)

6 lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya modernisasi yang membawa dampak negative seperti perubahan gaya hidup, dari traditional life style menjadi sedentary life style (aktifitas fisik yang rendah) dan penyimpangan pola makan yaitu asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat lebih tinggi serta rendah serat (Hadi, 2015)

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius karena termasuk dalam peringkat kelima penyebab kematian didunia. Prevelensi Obesitas meningkat secara tajam diantaranya lebih dari 200 juta laki-laki serta 300 juta perempuan didunia mengalami obesitas, sedangkan anak balita yang obesitas mencapai 40 juta orang (WHO, 2013)

Data yang dipublikasikan pada tahun 2012 oleh Seanut (South East Asian Nutrition Survey) yang dilakukan di empat Negara; Indonesia,

Malaysia, Thailand dan Vietnam menyatakan bahwa obesitas adalah masalah yang mulai muncul di Negara berkembang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatemeh, dkk (2012) menuliskan bahwa obesitas pada anak meningkat secara progresif baik di negara maju maupun di negara berkembang, analisis dari dari 144 studi yang dilakukan dibeberapa negara pada tahun 2010 menunjukkan 43 juta anak persekolah mengalami obesitas dengan 35 juta anak diantaranya berasal dari negara berkembang. Hal ini didukung oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menjelaskan prevelensi secara nasional masalah gemuk pada

(21)

7 anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8%, terdiri dari gemuk 10,8%

dan sangat gemuk (obesitas) mencapai 8,8%.

Sulawesi selatan termasuk dam 10 besar provinsi yang mengalami obesitas atau kegemukan. Dari hasil penelitian (Syahrul, et al., 2016) menemukan hasil prevalensi untuk anak yang mengalami obesitas dan overweight di kota Makassar meliputi 20,4%.

Obesitas dan pada usia anak akan meningkatkan resiko obesitas pada saat dewasa, penyebab obesitas dapat dinilai sebagai multikausal dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi sering juga terjadi pada golongan sosio-ekonomi menengah hingga menengah kebawah. Kegemukan atau obesitas ini dapat menimbulkan penyakit seperti sulit bernapas, Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang menyebabkan disfungsi endotel melalui mekanisme peningkatan stress oksidatif yang dapat meningkatkan resiko penyaakit kardiovaskuler, peningkatan risiko patah tulang, hipertensi, kolesterol darah meningkat, diabetes melitus tipe 2, tanda awal penyakit kardiovaskuler, dislipidemia, sindrom metabolic, resistensi insulin, sindrom ovarium polikistik, kolelitiasis dan efek psikologis (Arisma, 2011).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak seperti sedentary life, aktifitas fisik, berat badan saat lahir, keniakan berat badan saat bayi, nutrisi, perubahan pola makan yang dipengaruhi oleh orang tua, lingkungan sekolah (teman), lingkungan rumah berupa makanan

(22)

8 tinggi kalori dan rendah gizi (junk food), serta pendapataan keluarga. Serta obesitas juga merupakan penyakit yang kompleks karena diantaranya terkait ativitas fisik, hereditas, pilihan makanan, pengaruh media, dan pengaruh keluarga serta social (Erika, 2014).

WHO memprediksikan penduduk yang akan menderita obesitas pada tahun 2030 akan mencapai 58%. Serta prevelensi obesitas di Indonesia akan terus meningkat terutama di daerah perkotaan yang disebabkan karena masyarakat Indonesia cenderung mempunyai aktivitas fisik yang kurang gerak (sedentary activitie). Salah satu penyebab aktivitas fisik yang rendah adalah kebiasaan menghanbiskan waktu untuk menonton TV dan bermain games. Hal ini diperkuat dengan penelitian Dietz dan Gortmarker (1985)

dalam Vertikal (2012) yang menemukan adanya hubungan bermakna antara kebiasaan menonton TV dengan kejadian obesitas pada anak dan terdapat hubungan positif antara durasi menonton TV dengan frekuensi ngemil.

Panjangnya durasi menonton TV dan main games/computer akan meningkatkan resiko obesitas pada anak. Durasi menonton TV yang semakin panjang akan meningkatkan keterpaparan anak pada iklan makanan di TV yang ddapat mempengaruhi pola makannya. Penelitiaan yang dilakukan Batada et al., (2008) dalam Astiti (2013) di amerika serikat yang menunukkan bahwa sekitar 50% dari waktu yang ditampilkan untuk iklan pada program anak merupakan iklan makanan, dan menuliskan bahwa

(23)

9 9 dari 10 iklan makanan tersebut merupakan produk pangan yang tinggi lemak, natrium, gula tambahan atau rendah kandungan zat gizi.

Alokasi waktu yang dipergunakan untuk menonton TV pada saat hari libur mencapai 5,5 jam perhari pada anak yang gemuk dan 4,0 jam pada anak dengan berat badan normal (Suryaalamsyah, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hu et al., (2003) dalam Astiti (2013), setiap peningkatan durasi menonton TV 2 jam perhari akan meningkatan resiko obesitas sebesar 23%.

SDN Mangkura 1 Makassar, merupakan salah satu sekolah yang berada di Kota Makassar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar, diketahui bahwa prevelensi overweight dan obesitas menurut IMT/U dari 400 siswa adalah sebnyak 69

siswa oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melekukan penelitian tentang Hubungan Sedentary life dengan obesitas pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar.

2. Penyebab Obesitas

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi namun gaya hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan paa obesitas (Guyton & Hall, 2007). Penyebab dari obesitas ini ialah multifaktorial yang disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor

(24)

10 lingkungan, antara lain gaya hidup, aktifitas, sosial ekonomi dan nutrisonal (Nirwana, 2012).

a. Faktor genetik

Dalam beberapa penelitian diketahui terdapat lebih dari 270 gen yang memiliki kaitan dengan obesitas. Jika dalam anggota keluarga memiliki riwayat obesitas maka salah seorang anggota keluarga akan memiliki risiko yang lebih tinggi menderita obesitas dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki riwayat tersebut (dr. Najibah yahya, 2017).

Bila kedua orang tua mengalami obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas, bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas pada anak menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, maka prevelensi obesitas menjadi 14% (Sjarif D. , 2011).

Faktor inilah yang sulit untuk dihindari. Obesitas orang tua merupakan faktor risiko yang kuat untuk obesitas anak yang bertahan menjadi obesitas dewasa. Pentingnya pengetahuan bagi anak dan orang tua dalam upaya yang lebih besar untuk membangun dan memperbaiki perilaku hidup sehat.

b. Faktor lingkungan

Adapun faktor lingkungan penyebab obesitas yaitu : 1) Aktifitas fisik

Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang

(25)

11 mengharuskan anak berlari, melompat atau geerakan lainnya.

Tapi hal itu telah terganti dengan meenonton televisi, game elektronik, komputer, atau internet yang cukup dilakukan dengan hanya duduk tanpa harus bergerak. Anak-anak menghabiskan rata-rata lebih ari tiga jam per hari untuk menonton televise. Hal ini tidak hanya menggunakan sedikit energi (kalori), namun uga mendorong untuk ngemil (Nirwana, 2012).

Hanya sebagian kecil saja dari anak-anak yang terlibat dalam latihan fisik secara teratur. Jadwal yang sibuk dari orang tua dan ketakutan tentang keamanan mencegah banyak anak untuk mengambil bagian dalam program olahraga setelah sekolah atau melakukan aktifitas fisik setelah sekolah (Nurmalina & Vallery, 2011).

Aktifitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh.

Sedangkan aktifitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa oto dan peningkatan adipositas (Guyton &

Hall, 2007).

Dalam penelitian (Musthaq, et al., 2011) bahwa ada anak sekolah di Pakistan, aktivitas fisik dan gaya hidup adalah prediktor independen dari kelebihan beerat badan dan BMI yang tinggi. Gaya hidup yang termasuk menonton televisi, bermain

(26)

12 video game dan bermain komputer menunjukkan hubungan yang signifikan dengan BMI yang tinggi dan risiko kelebihan berat badan beresiko pada anak dengan BMI lebih.

2) Faktor nutrisional

Peran faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohirat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi (Musthaq, et al., 2011).

Kebiasan makan anak-anak kini telah bergeser jauh, dari makanan yang sehat (seperti buah-buahan, sayuran, gandum, dan padi-padian) menjadi kebergantungan terhadap makanan-makanan beresiko seperti makanan cepat saji, makanan ringan olahan, dan minuman manis. Makanan- makanan inilah cenderung tinggi lemak dan kalori. Pola lainnya terekait erat dengan obesitas adalah kebiasaan makan ketika anak tidak lapar dan makanan rumah (Nurmalina & Vallery, 2011).

Aktivitas yang cukup mutlak diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada ketika anak meengonsumsi banyak makanan dan tidak diimbangi dengan

(27)

13 melakukan aktivitas fisik maka kelebihan energi akan diubah menjadi lemak yang disimpan dalam sel-sel lemak. Jika kondisi ini teradi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi obesitas. Beberapa kebiasaan buruk yang akan memicu terjadinya obesitas, seperti kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi kalori, makanan cepat saji, kurang berolahraga, kurang tidur, dan sebagainya. Perubahan hormon yang terai saat kita kurang tidur dapat meningkatkan nafsu makan. Hal ini dapat mengarah pada kejadian obesitas (dr.

Najibah yahya, 2017).

3) Faktor sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi dapat diperkirakan oleh pendapatan keluarga. Orang berharap bahwa ukuran tubuh yang sehat dapat mempengaruhi kesiapan untuk berubah pada anak- anak dan orang tua dengan status ekonomi sosial yang berbeda.

Lebih khusus, keluarga berpenghasilan rendah mungkin menganggap rendah pentingnya penurunan berat badan pada anak-anak obesitas (Coob, 2011).

Berdasarkan penelitian (Musthaq, et al., 2011) ada kolerasi sosio-emografis dengan perilaku diet, aktivitas fisik, gaya hidup independen terkait dengan BMI yang tinggi dan kelebihan berat badan.

(28)

14 3. Dampak Obesitas

Dampak obesitas harus dievaluasi sejak dini meliputi penilaian faktor risiko kardiovaskuler, Obstructive Sleep Apnea (OSA), gangguan fungsi hati, masalah ortopeik yang berkaitan dengan kelebihan beban, kelainan kulit, serta potensi gangguan psikiatri. Faktor risiko karidiovaskuler terdiri dari riwayat anggota keluarga dan penyakit jantung vascular atau kematian mendadak dini (<55 tahun), dislipiemia (peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL)-kolesterol >160mg/dL.

High Density Lipoprotein (HDL)-kolesterol <35mg/dL) dan peningkatan

tekanan darah, merokok, adanya diabetes mellitus dan rendahnya aktifitas fisik. Anak gemuk yang berkaitan dengan minimal tiga dari faktor-faktor risiko tersebut, ddianggap beresiko tinggi. Skrining ddianjurkan pada setiap anak gemuk setelah usia 2 tahun. Anak gemuk juga cenderung mengalami peningkatan tekanan darah, denyut jantung serta keluaran jantung dibandingkan anak seusianya (Sjarif D. R., 2011).

Resiko penyakit kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7-2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat (r= 0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentil ke 99,40% diantaranya mempunyai kadar insulin yang tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol dan 33%

dengan kadar trigliserida tinggi. Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi (Sjarif D. R., 2011).

(29)

15 Obstructive Sleep Apnea sering dijumpai pada anak yang mengalami

obesitas. Gejala ini ditandai dengan sulitnya bernapas atau memiliki jeda dalam bernapas, mengorok sampai mengompol pada saat tidur dapat menyebabkan ventrikel kanan hipertrofi dan hipertensi pulmonal (Nurmalina & Vallery, 2011). Sesorang yang kerap mengalami Obstructive Sleep Apnea memiliki banyak lemak di sekitar leher. Hal ini disebabkan

oleh penebalanjaringan lemak didaerah faringeal yang sering kali diperberat oleh adanya hipertrofi aenotonsilar. Obstruksi saluran nafas intermiten di malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigen. Sebagai kompensasi, anak cenderung mengantuk keesokan harinya dan hiperventilasi. Umumnya gejala berkurang seiring dengan penurunan berat badan atau adenotonsilektomi serta pemakaian CPAP (continuos positive airway pressure) (Sjarif D. R., 2011).

Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang disebabkan oleh kelebihan berat badan, yaitu tergelincir atau bergesernya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul terutama pada anak (Lehman, Arons, Loder, & Vitale, 2006). Sebuah peneelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak kelebihan berat badan dan remaja dilaporkan terjadi patah tulang dan ketidak nyamanan musculoskeletal (Taylor, Theim, & & Mirch, 2006). Kegemukan menyebabkan kerentanan terhadap kelainan kulit khususnya di daerah lipatan. Kelainan ini termasuk ruam panas, intertigo, dermatitis moneliasis dan acanthosis ningricans (kondisi yang merupakan

(30)

16 pertanda hipersensifitas insulin). Acanthosis ningricans terjadi 10% pada anak obesitas kulit putih dan 50% anak kulit hitam. Anak-anak obesitas dapat mengalami iritasi kronis dan infeksi pada lipatan kulit, terutama diperut bagian bawah dan ketiak (Nurmalina & Vallery, 2011).

Masalah Psikososial akan sangat berpengaruh pada penampilan.

Pada anak dengan obesitas sering didapatkan kurangnya rasa ingin bermain dengan teman sepermainan, memisahkan diri dari tempat bermain, tidak di ikutkan dalam permainan serta hubungan sosial canggung atau menarik diri dari kontak sosial. Hal ini disebabkan oleh karena depresi, kurang percaya diri, persepsi diri yang negatif maupun rendah diri karena menjadi bahan ejekan teman-temannya. Sejak dini, lingkungan menilai orang gemuk sebagai malas, bodoh, lamban yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak (Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein, & & Schwart, 2009).

Pada anak usia sekolah terjadi penurunan prestasi belajar, dan pada remaja terutama wanita sering melakukan upaya untuk penurunan berat badan, namun dilakukan dengan cara yang kurang tepat sehingga menimbulkan masalah gizi yang lain misalnya anemia ataupun defisiensi mikronutrien yang lain. Pseuotumor serebri atau peningkatan tekanan intracranial ringan pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang mengakibatkan penumpukan kadar karbondioksida.

Gejalanya meliputi sakit kepala dengan fotopobia, papiledema, kelumpuhan saraf kranial VI (rektus lateralis), diplopia, kehilangan lapang pandang perifer dan iritabilitas (Sjarif D. R., 2011).

(31)

17 4. Penatalaksanaan Obesitas

Penatalaksanaan pada anak obesitas dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu penatalaksanaan secara farmakologi, terapi bedah, dan non farmakoterapi (dr. Najibah yahya, 2017). Anak dengan obesitas berat yang disertai komplikasi, apabila dibeerikan terapi intensif yaitu terapi diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet) tidak memberikan respon maka diberikan farmakologi dan terapi bedah.

a. Farmakoterapi

Pada farmakoterapi ini dikelompokkan menadi tiga, yaitu terapi yang mempengaruhi asupan energi dengan menekan nafsu makan contohnya sibutramin yang mempengaruhi penyimpanan energi dengan menghambat absorbssi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, ocretide dan metformin yang meeningkatkan penggunaan energi. Farmakologi belum direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak karena efek jangkapanjang yang masih belum jelas.

b. Terapi bedah

Terapi bedah diindikasikan bila berat badan > 200% BB ideal. Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypasss dari lambung kebagian akhir usus halus. Belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.

c. Non Farmakoterapi

(32)

18 Penatalaksanaan overweight dan obesitas seharusnya dilaksanakan dengan menginstruksikan keluarga dalam proses terapi overweight maupun obesitas. Tata laksana komprehensif overweight dan obesitas mencakup penanganan overweight maupun obesitas dan dampak yang terjadi. Prinsip dari tatalaksana overweight dan obesitas adalah mengurangi asupan energy serta meningkatkan keluaran energi.

Caranya dengan pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, merubah pola hidup (modifikasi perilaku), dan yang terpenting adalah keterlibatan keluarga dalam proses terapi. Non farmakoterapi meliputi:

penurunan berat badan, pengaturan diet, aktifitas fisik yang teratur, modifikasi perilaku, dan keterlibatan keluaraga (Sjarif D. R., 2011).

5. Pencegahan Obesitas

Pencegahan adalah kunci untuk apapun yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Pencegahan pada obesitas atau overweight dapat dilakukan dengan menggunakan dua strategi pendekatan yaitu strategi pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup yang sehat pada semua anak beserta orang tuanya, dan strategi pendekatan pada kelompok yang bersiko tinggi menjadi obesitas maupun overweight (Nurmalina &

Vallery, 2011).

Anak-anak beresiko menjadi overweight dan obesitas adalah seorang anak-anak yang salah satu atau kedua orang tuanya obesitas dan anak yang memiliki kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak.

Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

(33)

19 dan dipusat kesehatan masyarakat. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain mempromosikan pemberian ASI ekslusif sampai ussia 6 bulan terutama paa bayi yang secara genetik rentan untuk menjadi overweight maupun obesitas (Sjarif D. R., 2011)

B. Sedentary Life

1. Definisi Sedentary Life

Kata "Sedentary" diciptakan dari kata Latin "Sedere" yang berarti

"duduk”. Perilaku adalah istilah yang digunakan untuk mengkarakterisasi perilaku yang terkait dengan pengeluaran energi rendah jadi, sedentary lifestyle adalah sebuah pola hidup dimana manusia tidak terlibat dalam

aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap hidup sehat.

Orang dengan sedentary lifestyle sering mengabaikan aktivitas fisik atau melakukan kegiatan yang tidak membutuhkan banyak energi. Hal ini dapat terlihat bahwa saat ini orang lebih suka duduk di depan televise dan computer (Anpa, 2014)

Seseorang yang hidup sedentary dikenal sebagai "couch potato".

Istilah ini diciptakan oleh seorang seniman komik Robert Armstrong pada awal 70-an. Dia menunjukkan sekelompok "couch potato" dalam serial komik yang menampilkan karakter sedentary yang terus-menerus menonton televisi sebagai bentuk meditasi. Publikasi melalui surat kabar, majalah dan siaran tersebar tentang istilah "couch potato", sehingga istilah

(34)

20 ini menjadi sangat populer sebagai salah satu karakter tanpa aktivitas fisik dan duduk lama.

Sedentary lifestyle merupakan sekelompok perilaku yang ditandai dengan sedikit atau tidak ada gerakan fisik dan pengeluaran energi yang rendah kurang dari 1,5 MET (Metabolic Equivalent Task), MET digunakan untuk menilai pengeluaran energi selama kegiatan. Berlari menghabiskan energi senilai 8 MET, jalan cepat memiliki nilai 3-4 MET sementara perilaku menetap adalah setiap kegiatan yang menghabiskan kurang dari 1,5 MET. Beberapa individu diklasifikasikan sebagai sedentary karena kurang aktivitas fisik yang bisa dilihat berdasarkan keterlibatan mereka dalam kegiatan yang tidak memerlukan konsumsi energi yang tinggi. Para peneliti mengandalkan berbagai pendekatan untuk mengukur sedentary lifestyle. Hal ini termasuk; mengemudi mobil, duduk, diam dalam ruangan dan screen time (Inyang dan Stella, 2015).

Sedentary lifestyle didefinisikan dalam dua posisi (duduk atau berbaring), dan pengeluaran energi rendah dari 1,0 sampai 1,5 MET (satu MET merupakan pengeluaran rata-rata energi saat istirahat pada remaja dan dewasa, yaitu 3,5 ml / kg / menit). Tidur tidak dianggap sebagai sedentary behaviour, karena merupakan fungsi restoratif fisiologis. Sedentary behaviours terhitung selama individu tidak tidur (sadar) (Owen, 2012)

Pada anak-anak memiliki hubungan yang kuat antara jumlah jam waktu layar dan obesitas pada anak-anak dan remaja. Menonton TV, permainan video dan komputer adalah faktor risiko untuk obesitas pada

(35)

21 anak-anak terutama dizaman teknologi ini. Obesitas telah diidentifikasi sebagai salah satu pemicu munculnya masalah sedentary life khususnya diaerah perkotaan karena ketersediaan fasilitas dan didukung oleh makanan atau cemilan yang berlebihan sehingga menimbulkan kecenderungan untuk makan atau ngemil (Inyang & Stella, 2015).

2. Faktor-Faktor Yang Meningkatkan Sedentary Lifestyle

Menurut Inyang dan Stella (2015), ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan sedentary lifestyle, antara lain:

1) Faktor demografi (usia dan gender)

Sedentary lifestyle meningkat selama masa kanak-kanak dan masa peralihan menjadi remaja. Pada anak-anak menonton televisi dan penggunaan komputer tidak tampak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Selama masa remaja, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa anak laki-laki biasanya menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan anak perempuan dalam hal menonton televisi atau menggunakan komputer terutama bermain game komputer.

2) Kemajuan teknologi

Dengan majunya perkembangan teknologi seperti pada zaman sekarang, kebanyakan anak-anak sudah meninggalkan permainan yang bersangkutan dengan meningkatnya aktifitas fisik misalnya, bermain petak umpet, berkemah, piknik serta bermain kejar-kejaran, permainan ini telah disederhanakan dengan menggunakan komputer

(36)

22 dan berbagai jenis mesin yang mengurangi aktivitas fisik sehingga meningkatkan sedentary lifestyles.

3) Etnis dan Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seperti pendapatan orang tua atau pendidikan, yang berbanding terbalik dengan sedentary behaviours (yaitu, perilaku menetap cenderung lebih tinggi pada kelompok status sosial ekonomi rendah). Tingkat menonton televisi biasanya lebih tinggi pada kelompok etnis “non-white” misalnya, Afrika-Amerika.

Anak cenderung memiliki tingkat sedentary behaviours yang lebih tinggi jika orang tua atau saudara mereka juga terlibat dalam sedentary behaviours.

4) Penggunaan waktu

Pada saat berakhir pekan rata-rata anak-anak menghabiskan waktu 4-5 jam untuk melakukan sedentary life seperti duduk atau berbaring sambil menonton televisi, bermain game elektronik, membaca, dan lain sebagainya. Kemajuan berbagai bentuk kemudahan (instant) menyebabkan penurunan aktivitas fisik yang menjurus pada peningkatan sedentary behaviour pada anak yang menghasilkan pola hidup santai yang berakibat terhadap obesitas.

3. Dampak sedentary life 1) Obesitas

Obestas diidentifikasi sebagai masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang mempengaruhi lebih dari 100 juta orang. Sedentary

(37)

23 lifestyle menyebabkan kelebihan kalori dan asam lemak. Individu yang

kurang melakukan aktivitas fisik (sedentary lifestyle) menyimpan dan menyerap banyak kalori karena pengeluaran energi berkurang.

Penimbunan kalori berlebih yang dapat menyebabkan obesitas (Setyoadi, Rini, & Novita, Hubungan penggunaan waktu perilaku kurang gerak (sedentary behaviours) dengan obesitas pada anak usia 9- 11 tahun di SDN Beiji 02 Kabupaten Tulung angung, 2015).

2) Diabettes Mellitus Tipe 2

Sedentary lifestyle memainkan peran kunci dalam diabetes

mellitus tipe 2, terutama yang secara resmi dikenal sebagai non-insulin dependent diabetes yang dihasilkan dari ketidakmampuan tubuh untuk secara efektif memanfaatkan insulin. Perilaku menetap (sedentary behaviours) seperti screen time, duduk dalam waktu yang lama, mengemudi dan membaca adalah perilaku sangat terkait dengan peningkatan frekuensi makan dan berat badan yang mendukung terjadinya diabetes mellitus. Orang yang menghabiskan lebih dari 40 jam per minggu di layar (televisi, video, komputer dll) 3 kali lebih berisiko terkena diabetes tipe-2 dibandingkan dengan mereka yang menghabiskan waktu kurang dari itu. Hal ini disebabkan aktivitas fisik berkurang dan pola makan yang tidak sehat dan screen time terutama menonton televisi (Tandra, 2008).

Waktu duduk (siting time) lebih berpotensi untuk terkena diabetes tipe-2. Diabetes tipe-2 sebanyak 90% terjadi pada wanita

(38)

24 dengan kelebihan berat badan, diet yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik sebagai bentuk dari perilaku menetap (sedentary behaviours). Diabetes tipe-2 juga terjadi pada anak-anak, tetapi umumnya terjadi pada orang dewasa yang berusia diatas 30 tahun.

Obesitas, diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, tekanan darah tinggi adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko mengembangkan diabetes tipe-2 (Tandra, 2008).

3) Kekurangan Vitamin

Gaya hidup menetap (sedentary lifestyle) dikaitkan dengan kekurangan vitamin, terutama vitamin B dan D yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti osteoarthritis.

Perpindahan dari lingkungan luar ke gaya hidup dalam ruangan telah mengakibatkan tingginya kejadian kekurangan vitamin D yang pada akhirnya menyebabkan berbagai penyakit tulang dan kerusakan organ seperti osteoarthritis, hipertensi, gagal jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya (Musthaq, et al., 2011).

4) Hiperkolesterolimia

Kolesterol berguna untuk tubuh tetapi tidak perlu menjadi bagian dari diet kita karena hati memproduksi jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh. Hiperkolesterol menyebabkan 18% dari penyakit cerebro vascular global dan 56% penyakit jantung iskemik. WHO merekomendasikan perubahan dari gaya hidup menetap (sedentary

(39)

25 lifestyle) untuk meningkatkan aktivitas fisik untuk mengurangi risiko hiperkolesterolemia (Inyang dan Stella, 2015).

5) Perubahan Otot dan Kulit

Sedentary lifestyle merupakan gaya hidup dengan aktivitas fisik

yang sedikit atau tidak ada aktifitas fisik secara teratur yang menimbulkan perubahan otot dan kulit. Otot memerlukan olahraga teratur untuk menjadikannya kuat dan kurangnya aktivitas fisik akan mengurangi kapasitas dan kekuatan otot. Duduk dalam waktu yang panjang akan mengubah postur tubuh. Mereka yang duduk selama lebih dari 5 jam sehari berisiko kehilangan kekuatan otot sebesar 1% setiap hari (Inyang & Stella, 2015).

6) Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular adalah bagian tubuh yang terdiri dari jantung, arteri dan vena. Sistem ini bertanggung jawab untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga memberikan sistem transportasi yang cepat untuk mendistribusikan oksigen ke sel-sel tubuh dan juga membuang karbondioksida dan sisa metabolisme lainnya keluar dari tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung dan pembuluh darah.

Proses kontraksi dan relaksasi jantung mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam waktu 20 detik ketika tubuh sedang beristirahat. Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat termasuk merokok, pola makan yang buruk dan perilaku sedentary life (Sjarif D.

R., 2011).

(40)

26 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Tujuan dari kerangka konsep ini untuk mengetahui hubungan sedentary life dengan kejadian obesitas pada anak SDN Mangkura 1 Makassar.

Maka secara singkat dapat dilihat dan digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian

Sedentary life Obesitas

Variabel independen

Variabel dependen

1. Riwayat obesitas orang tua 2. Jenis kelamin

3. Pendapatan orang tua

4. Pendidikan terakhir orang tua 5. Aktivitas fisik

6. Frekuensi makanan pokok 7. Frekuensi snacking

8. Frekuensi konsumsi soft drink 9. Frekuensi konsumsi fast food

Variabel Moderat

(41)

27 B. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara sedentary life dengan kejadian obesitas pada anak di SDN Mangkura 1 Makassar.

(42)

28 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain kuantitatif non eksperimen dengan menggunakan pendekatan Cross sectional, dimana peniliti akan mencari hubungan antara sedentary life dengan kejadian obesitas pada anak (Sugiyono, 2014). Variabel sedentary life dan variabel kejadian obesitas pada anak akan dinilai dan diukur pada saat bersamaan.

Selanjutnya, akan diadakan analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk menguji hipotesis.

B. Tempat dan Waktu penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Mangkura 1 Makassar 2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 11 November 2017

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang tediri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneleiti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(43)

29 (Sugiyono, 2014). Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas 4,5 dan 6 SDN Mangkura 1 Makassar yang berjumlah 234 anak.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas 4,5 dan 6 di SDN Mangkura 1 Makassar, dengan menggunakan teknik Total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian sebanyak 234 siswa.

namun terdapat 13 siswa yang tidak hadir pada saat pengisian kuesioner, 14 siswa yang tidak mengikuti skrinig IMT/U, dan 6 siswa yang tidak mengembalikan kuesioner. Jadi jumlah sampel pada penelotian ini sebanyak 196 siswa.

3. Kriteria Sampel a. Kriteria inklusi

1) Siswa yang bersedia menjadi responden 2) Siswa SD kelas 4,5 dan 6

3) Siswa yang memiliki IMT/Umur > +2 SD (obesitas) dan -2 sampai dengan 1 SD (tdk obesitas)

4) Siswa yang bisa membaca dan menulis 5) Hadir pada saat pembagian kuesioner b. Kriteria eksklusi

1). Siswa yang sedang sakit

2). Siswa yang tidak hadir pada saat screening berlangsung 3). iswa yang tidak hadir pada saat penelitian berlangsung

(44)

30 D. Alur Penelitian

Bagan 4.1 Alur penelitian

Perijinan dan persetujuan etik

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri Mangkura 1 Makassar

Melakukan skrining IMT/Umur pada seluruh kelas 4,5 dan 6

Mengambil sampel dengan cara teknik Total sampling Pemberian informed Consent, termasuk menjelaskan tujuan dan

manfaat penelitian

Membagikan kuesioner penelitian untuk mengetahui hubungan sedentary life dengan kejadian obesitas

Melakukan pengolahan data

Menganalisis data

Penyajian hasil data dan kesimpulan

(45)

31 E. Variabel Penelitian

1. Identifikasi variabel

Jenis variabel pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu:

a. Variabel bebas (variabel independen) pada penelitian ini adalah sedentary life.

b. Variabel terikat (variabel dependen) pada penelitian ini adalah kejadian obesitas.

c. Variabel moderat pada penelitian ini adalah jenis kelamin, riwayat obesitas oran tua, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua, frekuensi konsumsi makanan utama, frekuensi snacking, frekuensi konsumsi fast food dan frekuensi konsumsi soft drink.

2. Definisi Operasional Dan Karakteristik Objektif

Adapun definisi operasional untuk variabel-variabel yang akan diukur adalah sebagai berikut :

a. Kejadian Obesitas

Kejadian obesitas dapat diukur dengan perhitungan IMT/Umur yaitu Berat Badan (BB) dibagi Tinggi Badan kuadrat (𝑇𝐵2) atau dengan rumus :

𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝐵

𝑇𝐵2 = 𝐾𝑔 (𝑚)2

Pemeriksaan tinggi badan dilakukan menggunkan alat ukur microtoise tanpa alas kaki dan dinyatakan dalam satuan centimeter (cm) namun pada

(46)

32 saat dimasukkan kedalam rumus dinyatakan dalam satuan meter (m).

pemeriksaan berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital, dengan memakai pakaian minimal dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). klasifikasi IMT/Umur berdasarkan WHO 2007 tentang Klasifikasi IMT/Umur pada anak usia 5-19 tahun pada anak laki-laki dan perempuan.

Kriteria objektif:

1) Obesitas : >+2 SD 2) Tidak obesitas :

a) Overweight : >+ 1 SD sampai dengan +2 SD b) Normal : -2 SD sampai dengan +1 SD c) Kurus : -3 SD sampai dengan < - 2SD d) Sangat kurus : <-3 SD

Skala : Ordinal

b. Sedentary life atau gaya hidup santai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya hidup santai yang sering dilakukan oleh anak selama 7 hari terakhir atau seminggu terakhir dengan menggunakan kuesioner.

Kriteria Objektif : Sedentary life

1) Ya : >16,3 Jam/Minggu 2) Tidak : ≤ 16,3 Jam/Minggu

Skala : ordinal

Penyajian Hasil data dan kesimpulan

(47)

33 c. Riwayat orang tua obesitas adalah orang tua yang memiliki genetik atau berat badan yang gemuk yang dapat diturunkan pada anaknya dengan pengukuran IMT (kg/𝑚2).

Kriteria objektif :

1). Berisiko :jika kedua orang tua siswa atau salah satunya mengalami obesitas (IMT≥ 25,0), pre obesitas (IMT>

23,0- 24,9) atau overweight (IMT≥23,0).

2). Tidak berisiko : jika kedua orang tua siswa memiliki berat badan normal (IMT 18,5 – 22,9) atau berat badan kurang (IMT<18,5).

Skala :Ordinal

d. Pendapatan keluarga adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam satuan bulan berdasarkan SK Gubernur Nomor 2233/XI/TAHUN 2016 yang diberlakukan per 1 Januari 2017 bahwa Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Selatan sebesar Rp. 2.500.000-.

Kriteria Objektif:

1). Tinggi : jika pendapatan keluarga ≥ Rp. 2.500.000,00 per bulan 2). Rendah : jika pendapatan keluarga < Rp. 2.500.000,00 per bulan Skala :Ordinal

(48)

34 F. Instrumen penelitian

1. Obesitas adalah kejadian (kasus) kelebihan berat badan (kegemukan) pada siswa. Diukur dengan menggunakan perhitungan IMT yaitu berat badan (BB) dibagi tinggi badan kuadrat (𝑇𝐵2) atau dengan rumus:

𝐼𝑀𝑇 = 𝐵𝐵

𝑇𝐵2 =𝐾𝑔 𝑚2

Pemeriksaan tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat ukur microtoice dengan ketelitian 0,1 cm yang dipasang pada dinding yang rata,

tanpa alas kaki dan dinyatakan dalam satuan centimeter (cm), namun pada saat dimasukkan dalam rumus dinyatakan dalam meter (m). pemeriksaan berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital yang sudah tertera dengan ketelitian 0,1 kg dengan memakai pakaian minimal dan dinyatakan dalam satuan kilogram (kg), lalu dihitung dengan menggunakan rumus IMT untuk menentukan indeks massa tubuh anak dan selanjutnya diklasifikasikan dengan menggunkana Anthropometric calculator berdasarkan WHO 2007 untuk anak usia 5-19 tahun.

2. Sedentary life adalah gaya hidup santai yang tidak melakukan aktifitas fisik.

Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat sedentary pada anak yaitu menggunakan kuesioner dari ASAQ (Adolescent Sedentary Activity Questionnaire) yang telah dimodifikasi dengan nilai reliabilitas 0,57- 0,86

dan memiliki nilai validitas yang baik dan terdiri dari 11 pertanyaan.

Responden diberikan kuesioner ASAQ dan dipersilahkan untuk mengisinya selama 7 hari terakhir atau seminggu terakhir dengan menggunakan kuesioner. Skor responden yang lebih tinggi nilai dari pada nilai min ( > 16,3

(49)

35 Jam/Minggu ) digolongkan sebagai sedentary life, sedangkan yang dibawah nila min (≤ 16,3 Jam/Minggu) digolongkan tidak sedentary life.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Data primer

Pengumpulan data dilakukan dengan screening untuk menetapkan sampel dengan melakukan pengukuran IMT, peneliti menggunakan Anthropometric calculators berdasarkan WHO 2007 pada anak usia 5-19

tahun dan peneliti akan menggunakan standar operasional prosedur (SOP) dalam pengukuran tinggi badan dan berat badan. Setelah peneliti mendapatkan data, peneliti akan menentukan sampel yang termasuk kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang termasuk kriteria inklusi akan diberikan lembar informed consent untuk ditanda tangani. Selanjutnya pengisian kuesioner akan dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu biodata meliputi: jenis kelamin, pola makan, berat badan dan tinggi badan orang tua, pendidikan dan pendapatan orang tua serta Kuesioner sedentary life. Kuesioner ini di bagikan pada hari yang sama di setiap kelas 4,5 dan 6 dengan waktu yang berbeda. Peneliti akan menjelaskan tujuan dan cara mengisi kuesioner disetiap kelas yang akan di bagikan. Lembaran biodata akan di bawa pulang apabila berkaitan dengan orang tua dan dikembalikan esok harinya kepada peneliti.

(50)

36 2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini di dapatkan dari siswa-siswi SDN Mangkura 1 seperti nama lengkap dan tanggal lahir anak yang dijadikan sampel.

3. Analisa data

a. Analisa univariate

Analisa univariate dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi dan presentase dari masing-masing variabel yang diteliti. Variabel yang dianalisis adalah IMT/Umur, sedentary life pada anak, usia, jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua.

b. Analisa bivariate

Analisa bivariate dilakukan untuk mengetahui interaksi dua variabel yaitu hubungan tiap variabel independen dan variabel dependen yang diuji dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaaan p < 0,05. Uji statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian dan dalaam pelkasanaan penlitian, peneliti

(51)

37 tetap mempertahankan etik penelitian sesuai Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan (2007) menyatakan bahwa etika penlitian meliputi:

1. Resfect for persons (Prinsip menghormati harkat martabat manusia) Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri. Penelitian yang dilakukan harus menghormati otonomi responden dan melindungi responden terhadap otonominya yang terganggu atau kurang. Peneliti menghormati hak subjek penelitian, dengan tidak menyebarluarkan dan menjaga rahasia responden.

2. Justice (prinsip etik keadilan)

Penelitian yang dilakukan memperlakukan subyek penelitian dengan moral yang benar dan pantas, memperhatikan hak dari subyek penelitian serta distribusi seimbang dan adil dalam hal beban dan manfaat keikutsertaan dalam penelitian.

3. Beneficence (prinsip etik berbuat baik)

penelitian yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian minimal, resiko penelitian harus wajar dibanding manfaat yang diharapkan, memenuhi persyaratan ilmiah, peneliti mampu malaksanakan penelitian, sekaligus mampu menjaga kesejahtraan subyek penelitian serta tidak mencelakakan atau

(52)

38 melakukan hal-hal yang merugikan (non maleficence, do no harm) subyek penelitian.

(53)

39 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil pembahasan penelitian tentang hubungan sedentary life dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SDN

Mangkura 1 Makassar.Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 11 November 2017. Penelitian ini menggunakan desain kuantitaif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh menggunakan formulir dan kuesioner yang dibagikan kepada subjek yang memenuhi kriteria inklusi.

Populasi sebanyak 196 yaitu anak yang mengalami obesitas dan tidak obesitas pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SD. Pengambilan Sampel dengan cara teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 196 yang terdiri dari 48 obesitas dan

148 tidak obesitas.

Data yang dikumpul diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat.

Analisis univariat penelitian ini diantaranya jenis kelamin, usia, riwayat obesitas orang tua, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan orang tua, frekuensi makan, snacking, mengonsumsi fast food dan soft drink. Sedangkan analisi bivariat padapenelitian ini yaitu uji chi-square pada variabel sedentary life dengan obesitas untuk megetahui kedua hubungan variabel tersebut.

(54)

40 1. Analisis Univariat

a. Deskripsi karakteristik responden

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik demogtrafi (N=196)

Karakteristik

Kejadian obesitas Obesitas Tidak obesitas

Total

n % n % n %

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia:

8-10 tahun

>10-12 tahun Riwayat obesitas orang tua Berisiko Tidak berisiko Pendidikan Ayah Tinggi Rendah Pendidikan Ibu Tinggi Rendah Pendapatan orang tua Tinggi

Rendah Frekuensi makan < 3 kali sehari 2-3 kali sehari > 3 kali sehari Frekuensi snacking 1 kali seminggu 2-3 kali seminggu > 3 kali seminggu Frekuensi konsumsi fast food

1 kali seminggu 2-3 kali seminggu >3 kali seminggu Frekuensi soft drink 1 kali seminggu 2-3 kali seminggu >3 kali seminggu

29 19 16 32

45 3 19 29 17 31 40 8 3 31 14 4 13 31

6 24 18 9 21 18

27,1 21,3 32,7 21,8

28,8 7,5 15,1 41,4 15,5 36,0 28,8 14,0 10,7 24,8 32,6 26,7 23,6 24,6

10,9 29,3 30,5 17,0 32,3 23,1

78 70 33 115

111 37 107 41 93 55 99 49 25 94 29 11 42 95

49 58 41 44 44 60

72,9 78,7 67,3 78,2

71,2 92,5 84,9 58,6 84,5 64,0 71,2 86,0 89,3 75,2 67,4 73,3 76,4 75,4

89,1 70,7 69,5 83,0 67,7 76,9

107 89 49 147

156 40 126 70 110 86 139 57 28 125 43 15 55 126

53 65 78 53 65 78

54,6 45,4 25,0 75,0

79,6 20,4 64,3 35,7 56,1 43,9 70,9 29,1 14,4 63,8 21,9 7,7 28,1 64,3

27,0 33,2 39,8 27,0 33,2 39,8

(55)

41 Tabel 5.1 memperlihatkan kejadian obesitas pada anak laki-laki sebanyak 29 anak (27, 1%) sedangkan pada perempuan sebanyak 19 anak (21,3%). Mayoritas obesitas pada penelitian ini terjadi pada anak yang berumur

>10-12 tahun yaitu sebnyak 32 anak (21,8%).

Adapun riwayat obesitas orang tua yang dimiliki oleh responden yang mengalami obesitas sebanyak 45 anak (28,8%) dan hanya 3 anak (7,5%) yang mengalami obesitas namun tidak memiliki riwayat obesitas dari orang tua.

Pendidikan ayah responden yang mengalami obesitas mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu 29 ayah (41,4%). Sedangkan pendidikan ibu responden yang mengalami obesitas mayoritas memiliki pendidikan yang rendah sebnyak 31 ibu (36,0%). Adapun pendapatan orang tua responden yang mengalami obesitas meyoritas memiliki pendapatan yang tinggi sebanyak 40 orang tua (28,8%).

Responden yang mengalami obesitas mayoritas frekuensi konsumsi makanan pokok 2-3 kali dalam sehari sebanyak 31 anak (24,8%). Snacking mayoritas lebih dari 3 kali dalam seminggu sebanyak 31 anak (24,6%), frekuensi konsumsi fast food mayoritas 2-3 kali dalam seminggu sebanyak 24 anak (29,3%) dan konsumsi soft drink mayoritas 2-3 kali dalam seminggu masing sebanyak 21 anak (32,3%).

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan hasil penelitian yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara penerimaan teman sebaya dengan penyesuaian sosial pada remaja wanita yang mengalami

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi atasan kepada bawahan dengan komitmen organisasi pada karyawan generasi

Dari pengujian statistik, diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara variabel kelelahan emosional dengan variabel prokrastinasi dalam mengerjakan skripsi (r

Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dengan kejadian dermatitis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self efficacy (efikasi diri) dengan kematangan karir pada siswa SMK Ahmad Yani Jabung

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara optimisme dengan adversity quotient pada mahasiswa Prodi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan juga signifikan antara gaya hidup brand minded

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara peran kepemimpinan terhadap peningkatan kinerja karyawan ditunjukan dengan diperoleh t