commit to user 32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di ruang rawat inap dan poli bagian Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi dari bulan November 2018 - Januari 2019.
C. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi aktual penelitian ini adalah semua pasien penderita DM tipe 2 yang dirawat di ruang rawat inap dan poli bagian Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam RSUD dr. Moewardi Surakarta pada periode November 2018 - Januari 2019.
2. Jumlah Sampel
Besar subjek dihitung berdasarkan rumus menurut Dahlan (2013) N = Zα + Zβ 2
0,5ln[(1+ r) / (1-r)]
N = (1,64 + 1,28)2 2
0,5ln[(1+ 0,4) / (1-0,4)]
= 50,51 (dibulatkan menjadi 51) Besar sampel minimal adalah 51
Kesalahan tipe I yang ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,64 Kesalahan tipe II yang ditetapkan 10%, sehingga Zβ = 1,28 Korelasi minimal yang dianggap bermakna (r) ditetapkan 0,4 3. Tehnik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel penelitian dilakukan menurut metode purposive sampling, yaitu subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diambil menjadi subjek penelitian, sehingga tercapai jumlah sampel yang diperlukan sesuai dengan perhitungan.
3
+ 3
commit to user 34 4. Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi:
a. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 yang sesuai dengan kriteria WHO dengan atau tanpa gejala dan tanda neuropati diabetik perifer
b. Usia > 20 tahun
c. Kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik d. Bersedia mengikuti penelitian
Kriteria eksklusi:
a. Pasien dengan penyakit neurologis yang melibatkan sistem saraf pusat maupun perifer yang menyebabkan gejala sisa berupa gangguan sensorik, motorik maupun otonom (stroke, tumor, trauma, infeksi dsb).
b. Deformitas yang mengakibatkan salah satu ekstremitas diamputasi.
c. Pasien dengan riwayat penyakit metabolik lain yang dapat menyebabkan neuropati d. Pasien yang menderita neuropati karena entrapment (carpal tunnel syndrome,
tarsal tunnel syndrome)
e. Pasien DM tipe 2 yang sedang menggunakan obat-obatan yang dapat menimbulkan neuropati
f. Pasien dengan riwayat penggunaan alkohol D. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel bebas : Hasil pengukuran indeks aterogenik
2. Variabel terikat : Derajat keparahan neuropati diabetik perifer
3. Variabel perancu : Usia, jenis kelamin, lama menderita DM, kadar HbA1c E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Indeks Aterogenik Plasma
Definisi : Indeks Aterogenik merupakan penanda baru untuk mengukur tingkat aterogenisitas karena terkait langsung dengan risiko aterosklerosis. Indeks Aterogenik adalah rasio yang dihitung dari Logaritma TG/HDL-c (Niroumand et al., 2015, Akbas et al., 2014).
Alat ukur : Mesin Advia 1800 Satuan : mg/dl
commit to user 35 Skala : numerik
2. Derajat keparahan neuropati diabetik perifer
Definisi : Neuropati diabetik perifer merupakan adanya gejala atau tanda gangguan saraf perifer pada seseorang yang menderita diabetes setelah penyebab lain disingkirkan. Kelainan ini dapat mengenai saraf sensoris, motor dan fungsi otonomik dengan bermacam macam derajat tingkat, dengan predominan terutama disfungsi sensoris. Berbagai macam alat diagnostik digunakan untuk mendeteksi adanya neuropati diabetik perifer. Pada penelitian ini dipilih modifed Toronto Clinical Neuropathy Scoring (mTCNS) yang merupakan salah satu alat diagnostik yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan patofisiologi awal neuropati diabetik karena telah tervalidasi untuk morfologi kepadatan nervus sural dan validitasnya terhadap kecepatan konduksi saraf dan amplitudo konduksi saraf.
Alat ukur : Kuisioner modifed Toronto Clinical Neuropathy Scoring Skala : Numerik
3. Usia pasien
Definisi : Usia pasien ditentukan dari tanggal atau tahun lahir sampai saat pemeriksaan berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP) atau keterangan keluarga sesuai rekam medis. Usia yang memenuhi kriteria inklusi 20 tahun dengan pertimbangan sebagian besar pasien DM tipe 2 berusia > 20 tahun dan menghindari sampel pasien DM tipe 1 yang biasanya berusia <20 tahun. Usia pasien dikelompokkan 20-40 tahun, 40-60 tahun, > 60 tahun. (Yang et al., 2010).
Alat ukur : kartu identitas atau rekam medis Skala : interval
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin penderita sesuai dengan KTP dan dikelompokkan ke dalam skala nominal yaitu laki-laki atau perempuan.
Alat ukur : kartu identitas atau rekam medis Skala : nominal
5. Lama menderita DM tipe 2
Lama menderita merupakan waktu dalam hitungan tahun sejak penderita didiagnosis
commit to user 36
menderita DM tipe 2 yang diketahui dari wawancara kepada pasien, keluarga, dan rekam medis penderita. Data disajikan berskala nominal dikotomi dibagi menjadi lama DM < 5 tahun dan > 5 tahun (Wheeler et al., 2007).
Alat ukur : kuesioner Skala : nominal 6. HbA1C
Merupakan bentuk glikolisasi dari hemoglobin yang bisa digunakan sebagai indikator dari toleransi glukosa dan regulasi glukosa pada penderita DM. Kadar HbA1C disajikan berskala katagori nominal dikotomi, yaitu HbA1C normal/rendah bila kadar HbA1C<7% dan tinggi bila HbA1C > 7% (Konsensus Perkeni, 2011)
Alat ukur : pemeriksaan laboratorium Skala : nominal
F. ALUR PENELITIAN
Pasien DM tipe 2 tipe Eksklusi
Kriteria Inklusi
Informed consent
Tidak bersedia Bersedia
Anamnesa dan Pemeriksaan fisik (51 subjek)
Pemeriksaan aterogenik plasma
skoring NDP dengan mTCNS
Analisis
commit to user 37 G. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan urutan langkah sebagai berikut:
a. Dilakukan pencatatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 di ruang rawat inap dan poli Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam RSUD dr Moewardi Surakarta secara singkat mengenai nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, alamat, nomor telepon, lama menderita DM dan diukur kadar HbA1C.
b. Dilakukan pemeriksaan kesesuaian pasien dengan kriteria inklusi.
c. Dilakukan pemeriksaan faktor-faktor yang membuat pasien tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (berdasarkan kriteria eksklusi).
d. Pasien di periksa kadar kolesterol trigliserida dan HDL puasa di laboratorium Patologi Klinik RSUD DR, Moewardi dan hasilnya dibaca oleh spesialis ahli patologi klinik. Lalu di hitung logaritma Trigliserida/HDL (indeks aterogenik).
e. Pasien kemudian diperiksa dengan kuisioner mTCNS
Modified Toronto Clinical Neuropathy Score (mTCNS) adalah alat skrining untuk neuropati diabetik perifer, dan berkorelasi dengan tingkat keparahan neuropati diabetik. Skor ini menggunakan pemeriksaan neurologis yang disederhanakan dalam menilai persepsi sensorik perifer dan adanya gejala neuropati. Modified Toronto Clinical Neuropathy Score (mTCNS) (Tabel 3.1) terdiri dari dua aspek saja: skor gejala dan skor tes sensorik. Setiap gejala neuropati berikut - nyeri, mati rasa, kesemutan dan kelemahan pada kaki, kehadiran gejala ekstremitas atas yang serupa, dan adanya ketidakseimbangan dalam berjalan (ataxia) dinilai sebagai absen (0), hadir tetapi tidak ada gangguan dengan rasa dan aktivitas kehidupan sehari-hari (1), hadir, mengganggu rasa tetapi tidak dengan kegiatan kehidupan sehari-hari (2), dan hadir dan mengganggu baik rasa dan aktivitas kehidupan sehari-hari ( 3). Nilai-nilai dari skor gejala berkisar antara 0 dan 18 poin. Tes sensorik dilakukan pada ekstremitas bawah untuk: sensasi tusukan jarum, diskriminasi suhu, proprioseptik, sentuhan ringan, dan getaran, dan dinilai sebagai normal (0), menurun hanya pada jari kaki (1), menurun ke tingkat di atas jari-jari kaki , tetapi hanya sampai ke pergelangan kaki (2), dan menurun ke tingkat di atas pergelangan kaki dan / atau tidak
commit to user 38
ada di jari-jari kaki. Tes sensoris skor nilai berkisar antara 0-15), dan sskor akhir mTCNS adalah jumlah dari kedua aspek (kisaran 0-33).
f. Hasil anamnesis, pemeriksaan skoring mTCNS, indeks aterogenik plasma dicatat dalam formulir penelitian.
Tabel 3.1 Kuesioner TCNS
H. ANALISIS STATISTIK
Data yang diperoleh, ditabulasi sebagai data deskriptif, dan dianalisis untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan derajat neuropati diabetik perifer dengan indeks aterogenik plasma pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi menggunakan analisis regresi linier dengan tingkat kepercayaan 95%, dengan alfa kurang dari 5%. Semua analisis statistik menggunakan SPSS versi 22.
Skor gejala Skor tes sensoris Nyeri kaki
Rasa Baal Kesemutan Kelemahan Ataksia
Gejala anggota gerak atas
Skor gejala:
0 = Absen
1 = Hadir tetapi tidak ada gangguan dengan rasa dan aktivitas kehidupan sehari-hari
2 = Hadir, mengganggu rasa tetapi tidak dengan kegiatan kehidupan sehari-hari
3 = Hadir dan mengganggu baik rasa dan aktivitas kehidupan sehari-hari
Pinprick Temperatur Sentuhan ringan Getaran
Rasa posisi
Skor tes sensoris:
0 = Normal
1 = Menurun hanya pada jari kaki
2 = Menurun ke tingkat di atas jari-jari kaki , hanya sampai ke pergelangan kaki 3 = Menurun ke tingkat di atas pergelangan kaki dan / atau tidak ada di jari-jari kaki.
Skor maksimal mTCNS : 33