• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterpaduan Pasar Ikan Laut Segar di Pasar Muara Baru Jakarta Utara dan Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat Dwi Anggara, Mercy Patanda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Keterpaduan Pasar Ikan Laut Segar di Pasar Muara Baru Jakarta Utara dan Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat Dwi Anggara, Mercy Patanda"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Nomor

VOLUME IV/FIKAN/I/2018

Efektifitas Perendaman Induk Ikan Guppy (Poecilia reticulata) 1-15 Bunting Dengan Berbagai Bahan, Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl),

Larutan-17α Metiltestosteron Dan Purwoceng Vies Mufid Aryoputro, Edward Danakusumah

Deteksi Molekuler Megalocytivirus Pada Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) 16-27 Yang Dilalullintaskan Di Balai Besar KIPM Jakarta I

Ferdian Sanjaya, Edward Danakusuma

Keterpaduan Pasar Ikan Laut Segar di Pasar Muara Baru Jakarta Utara dan 28-40 Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat

Dwi Anggara, Mercy Patanda

Analisis Kelayakan Teknis Ukuran Dermaga dan Kolam Pelabuhan di Pelabuhan 41-53 Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Muhammad Suni Ramli, Dwi Ernaningsih

Analisis Mutu Organoleptik Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) Yang Tertangkap 54-57 Dengan Alat Tangkap Purse Seine dan Gillnet di PPN Pekalongan Provinsi Jawa Tengah

Maya Novita, Urip Rahmani

Analisis Rantai Pemasaran Ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangantu 58-64

Serang, Banten

Muhammad Reza Rozaqi, Ediyanto

Analisis Pemasaran Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Pasar Ikan Hias Jalan 65-73

Sumenep Jakarta Pusat

Reynaldo Silalahi, Yudha Lestira Dhewantara

(3)

JURNAL ILMIAH

SATYA MINABAHARI

Pelindung

Dra. Merry L. Panjaitan, MM., MBA (Rektor)

Penanggung Jawab Ir. Riena F. Telussa M.Si

(Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)

Penasehat

Dr. Ir. Edward Danakusumah, M.Sc.

Dewan Redaksi

Prof. Dr. Ir. Supriyono Eko Wardoyo, M.Aq.

Dr. Armen Nainggolan, S.Pi, M.Si.

Ir. Riena F. Telussa, M.Si.

Dr. Ir. Urip Rahmani, M.Si.

Dr. Ir. Dwi Ernaningsih, M.Si.

Mitra Bestari

Dr. Ir. Lucky Adriyanto, M.Sc (IPB) Dr. Ir. Nur Bambang Pryo Utomo, M.Si. (IPB)

Dr.Ir. Mustahal, M.Sc.(UNTIRTA)

Dr. Khairul Amri, S.Pi, M.Si (Balitbang Kementerian Kelautan &Perikanan) Dr. Suhartati M. Natsir (Pusat Penelitian Oseanografi LIPI)

Penyunting Pelaksana

Yudha Lestira Dhewantara S.Pi, M.Si Firsty Rahmatia, S.Pi, M.Si.

Hendrawan Safri, S.Pi, M.Si.

Mercy Patanda, S.Si, M.Si.

Administrasi Elen Simanjuntak

(4)

Perikanan dan Ilmu Kelautan di Universitas Satya Negara Indonesia. Jurnal ini merupakan sarana publikasi dan ajang berbagi karya riset dan pengembangannya di

Universitas Satya Negara Indonesia (USNI)

Pemuatan artikel di Jurnal ini dapat dikirim ke alamat Penerbit. Informasi lebih lengkap untuk pemuatan artikel dan petunjuk penulisan artikel tersedia pada halaman terakhir

yakni pada Pedoman Penulisan Jurnal Ilmiah atau dapat dibaca pada setiap terbitan.

Artikel yang masuk akan melalui proses seleksi editor atau mitra bestari.

Jurnal ini terbit secara berkala sebanyak dua kali dalam setahun yakni Agustus dan Februari. Pemuatan naskah tidak dipungut biaya. Jurnal Ilmiah Satya Mina bahari

merupakan peningkatan dari Jurnal FPIK USNI sebelumnya.

Alamat Penerbit/Redaksi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Satya Negara Indonesia

Jl. Arteri Pondok Indah No. 11 Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan 12240 –Indonesia

Telp. (021) 7398393/7444963. Hunting Fax 7200352/7224963 Homepage : http;//www.usni.ac. id

E-mail :fpik@usni.ac.id.

Frekuensi Terbit

2 kali setahun : Februari dan Agustus

(5)

dalam setahun (Februari dan Agustus). Jurnal ini menggunakan system peer review untuk seleksi artikel. Jurnal Ilmiah Satya Minabahari memuat bidang ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan dan merupakan penelitian/kupasan yang bersifat orisinal.

Persyaratan Umum

Artikel terdiri dari judul, alamat kelembagaan, abstrak dalam bahasa indonesia dan inggris, pendahuluan, data dan pendekatan, hasil dan diskusi, ucapan terima kasih (bila ada) dan daftar pustaka. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris pada kertas HVS A4 dengan sembir atas dan kiri (3 cm) dan sembir kanan dan bawah (2.5 cm). Semua halaman naskah harus dibubuhi nomor secara berurutan di pojok kanan bawah. Naskah ditulis dengan jarak antar baris 1,5 spasi dan tidak ada catatan kaki di dalam teks. Panjang naskah maksimum 20 halaman kertas A4, termasuk tabel dan gambar. Jika harus memuat foto, maka foto dibuat dalam hitam putih yang kontras. Keterangan foto ditulis pada bagian belakang foto. Gambar dibuat dengan tinta cina atau dicetak dengan printer laser. Awal paragraf dibuat menjorok (indented). Singkatan, ketika pertamakali muncul dalam teks, harus diikuti dengan kepanjangannya. Singkatan tidak perlu dibubuhi tanda titik, contoh EDTA, NAA, TSP. Jurnal ini dicetak dalam bentuk hitam putih, sehingga disaranka untuk membuat grafik yang dapat dimengerti dalam bentuk tersebut.

Persyaratan Khusus Artikel Kupasan (Review) :

Artikel harus mengupas secara kritis dan komprehensif perkembangan suatu topik yang menjadi public concern aktual berdasarkan temuan-temuan baru dengan didukung oleh kepustakaan yang cukup dan terbaru. Sebelum menulis artikel, disarankan agar penulis menghubungi terlebih dahulu Ketua Dewan Redaksi untuk klar ifikasi topik yang dipilih.

Sistematika penulisan artikel kupasan terdiri dari : Judul dan Nama Penulis lengkap dengan alamat pos (ditulis sentris), diikuti oleh Abstract (dengan keywords); Abstrak (dengan kata kunci); Pendahuluan / Introduction (berisi

justifikasi mengenai pentingnya topik yang dikupas); ‘Pokok Bahasan’ Kesimpulan (Conclusion) ; Ucapan Terima Kasih (Acknowledgment); dan Bahan Bacaan (References).

Artikel Riset (Research Paper) :

Naskah terdiri dari Judul dan Nama Penulis lengkap dengan institusi dan alamat pos (ditulis sentris); diikuti oleh Abstract (dengan keywords); Abstrak (dengan kata kunci);

Pendahuluan, Bahan dan Metode; Hasil dan Diskusi; Kesimpulan (dan Saran); dan Daftar Pustaka.

Ucapan terima kasih atau penghargaan jika ada, ditempatkan sebelum Daftar Pustaka.

Format

(6)

penulis tanpa gelar dan institusi tempat afiliasi masing-masing penulis disertai alamat surat lengkap/email untuk komunikasi.

Abstrak

Abstrak (dalam bahasa Indonesia) ditulis terlebih dahulu. Maksimum 200 kata dan dilengkapi keywords. Ditulis dalam bentuk past tenses, kecuali untuk bagian justifikasi masalah. Abstrak, yang sari tulisan, meliputi latar belakang penelitian secara ringkas, tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan penelitian. Perincian perlakuan tidak perlu dicantumkan, kecuali jika memang merupakan tujuan utama penelitian. Abstrak dilengkapi dengan kata kunci. Maksimum 6 kata yang merupakan kata penting dan disusun sesuai urutan abjad.

Pendahuluan (Introduction) :

Justifikasi tentang subyek yang dipilih didukung oleh pustaka yang ada. Harus diakhiri dengan ‘apa tujuan tulisan’ ini.

Data dan Pendekatan (Materials and Method) :

Harus detil dan jelas sehingga orang yang kompeten dapat melakukan riset yang sama (repeatable dan reproduceable). Jika Metode yang digunakan telah diketahui sebelumnya, maka pustakanya harus dicantumkan. Spesifikasi bahan harus detil agar orang lain mendapatkan informasi tentang cara memperoleh bahan tersebut.

Hasil (Results) dan Diskusi (Discussion)

Melaporkan apa yang diperoleh dalam percobaan. Tidak menampilkan data sekaligus sebagai tabel dan grafik. Tabel dan grafik harus self explanatory (dapat dipahami tanpa harus membaca teks), keterangan tabel dan grafik harus lengkap. Tidak mengulang data yang disajikan dalam tabel atau grafik satu per satu dalam bentuk kata-kata, kecuali hal-hal yang sangat menonjol. Membandingkan hasil yang kita peroleh dengan data pengeta huan (hasil riset orang lain) yang sudah dipublikasikan. Menjelaskan implikasi dari data yang kita peroleh bagi ilmu pengetahuan atau pemanfaatannya.

Kesimpulan (Conclusion)

Konklusi yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan data terakhir yang dapat diterjemahkan/diaplikasikan.

Ucapan Terima Kasih

Merupakan bagian yang berupa ucapan terima kasih kepada orang-orang yang membantu dalam menyelesaikan penulisan. Hal ini ditulis dalam bentuk deskripsi singkat (paragraf).

Daftar Pustaka (Literature Cited) :

Harus memuat semua pustaka yang (hanya) digunakan dalam manuskrip. Daftar Pustaka ditulis dengan lengkap dan berurutan alfabetis, sehingga pembaca yang ingin menelusuri pustaka aslinya akan dapat melakukannya dengan mudah. Hanya pustaka yang telah

(7)

internasional.

Di dalam teks, pustaka harus ditulis sebagai berikut :

Dua penulis : Lin & Pearson (1993) atau (Lin & Pearson, 1993);

Tiga Penulis atau lebih : Sophie et al. (1998) atau (Sophie et al., 1998)

Gunakan et al. untuk pustaka berbahasa asing dan gunakan dkk. untuk pustaka berbahasa Indonesia.

Contoh penulisan Daftar Pustaka :

Buku : Judul buku semua huruf awalnya kapital.

Contoh :

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. 3 rd ed. W.B. Saunders. London. Effendie, M.I.

1997 Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal

Bab dari satu buku / artikel dalam prosiding : Pada judul artikel, hanya huruf awal dan nama diri saja yang kapital. Judul buku dan prosiding mengikuti kaidah penulisan judul buku di atas.

Contoh :

Forbes, T. L., 1993. The Design and Analysis of Concentration Response Experiments. Pp 438-465 in Handbook of Ecotoxicology (P. Calow, Ed.). Vol. One. Blackwe ll Scientific Publications. Oxford, London, Edinburg, Boston, Melbourne, Paris, Berlin, Vienna.

(8)

EFEKTIVITAS PERENDAMAN INDUK IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) BUNTING DENGAN BERBAGAI BAHAN, EKSTRAK CABE JAWA (Piper

retrofractum Vahl), LARUTAN- 17α METILTESTOSTERON DAN PURWOCENG

Vies Mufid Aryoputro, Edward Danakusumah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Satya Negara Indonesia E-mail : vies.aryoputro@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas penggunaan ekstrak cabe jawa,-metiltestosteron17α dan purwoceng dengan teknik perendaman induk guppy bunting terhadap jantanisasi.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan bahan perendaman induk bunting untuk jantanisasi ikan guppy menggunakan ekstrak cabe-metiltestosteronjawa,dan 17α ekstrak purwoceng yang dibandingkan dengan kontrol (tanpa bahan), masing-masing perlakuan

diulangi sebanyak 3 kali ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan yang paling efektif dalam perlakuan perendaman induk ikan guppy terhadap persentase ikan- gupp metiltestosteron dengan hasil tertinggi 90%, sedangkan untuk bahan alternatif yang ramah lingkungan dapat menggunakan ekstrak purwoceng menghasilkan ikan guppy jantan tertinggi 87%. Jumlah ikan jantan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata –rata ikan guppy kontrol sebesar 77,1%.

Kata kunci: Perendaman induk guppy bunting, Piper retrofractum Vahl, 17α- metiltestosteron, Pimpinella alpina Molk.

PENDAHULUAN

Ikan guppy (Poecilia reticulate) adalah salah satu komoditas ikan hias air tawar yang paling diminati pecinta ikan hias diantara keempat ikan lainnya yaitu ikan

(9)

arwana, ikan koi, ikan cupang, dan ikan rainbow (Utami, 2013). Penampilan morfologi ikan guppy jantan lebih menarik dibandingkan dengan ikan guppy betina, yakni memiliki pola warna tubuh yang beragam dan berwarna cemerlang dibandingkan dengan warna tubuh betina yang cenderung monoton (Zairin et al.

2002). Karena itu memproduksi ikan jantan lebih menguntungkan.

Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi tingginya permintaan terhadap ketersediaan ikan jantan tersebut dengan meningkatkan populasi ikan jantan.

Teknik jantanisasi merupakan salah satu metode untuk mengarahkan kelamin ikan menjadi jantan pada masa diferensiasi kelamin. Kelamin tersebut akan berubah menjadi fenotipe fungsional setelah terjadinya proses differensiasi kelamin (Piferrer, 2011).

Penentuan kelamin pada ikan terbentuk pada saat terjadinya pembuahan menjadi zygote saat terjadinya determinasi kelamin dan diferensiasi kelamin yaitu perkembangan kelamin menjadi jantan atau betina secara fungsional. Pada masa diferensiasi kelamin, perkembangan gonad ikan dapat diarahkan dengan mempengaruhi faktor internal atau faktor eksternal (Devlin and Nagahama, 2002)..

Peralihan kelamin secara alami disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak mempengaruhi perubahan susunan genetis tetapi hanya merubah ikan betina secara genetik menjadi ikan jantan secara fenotipe atau sebaliknya (Zairin, 2002).

Perubahan lingkungan di dalam atau di luar tubuh akan diterima oleh indra disampaikan ke sistem syaraf pusat, setelah itu dikirim ke hypotalamus, kemudian memerintahkan kelenjar hipofisa untuk mengeluarkan hormon gonadotropin yang masuk ke dalam darah dan dibawa kembali ke gonad sebagai petunjuk untuk memulai pembentukan gonad. Perubahan jenis kelamin secara buatan dimungkinkan karena pada saat fase pertumbuhan gonad belum terjadi diferensiasi kelamin dan belum terjadi pembentukan steroid sehingga dapat diarahkan dengan menggunakan hormon steroid (Fujaya, 2002). Teknik jantanisasi untuk mengarahkan kelamin menjadi jantan yang pernah dlakukan diantaranya memanipulasi faktor lingkungan dengan pemberian hormon-MT (Zairin,2002),17α maupun penggunaan bahan-bahan alami seperti purwoceng (Cahyani, 2014) dan cabe jawa (Winy, 2015). Penelitian ini

(10)

akan menggunakan ketiga bahan alternatif diatas yaitu cabe jawa,-metiltestosteron larutan 1 dan purwoceng dengan dosis terbaik dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu ekstrak cabe jawa 2mg/L, larutan- 17 metiltestosteron 5mg/L dan ekstrak purwoceng 10mg/L.

METODOLOGI Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 56 hari mulai tanggal 15 April sampai dengan tanggal 10 Juni 2018. Yang bertempat di desa Suradita, Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang.

Penelitian ini menggunakan bahan-bahan yaitu ikan Guppy Jantan sebanyak 48 ekor dengan ukuran 3,5 –4 cm, dan ikan guppy betina 24 ekor dengan ukuran 4 -5 cm, cacing sutera, jelly worm, pakan Pelet A-B, air tawar, ekstrak cabe- metiltestosteron, dan ekstrak purwoceng. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu 2 aquarium untuk memisahkan jantan dan betina, 12 wadah volume 5 Liter untuk pemijahan juga untuk pemeliharaan larva, 2 buah aerator dan selang secukupnya, DO meter, pH meter, serokan Ikan, jangka sorong digital, timbangan digital, alat tulis, kamera digital. Ikan guppy yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk guppy jantan dan betina yang digunakan berukuran 4-5 cm dengan bobot ±3 g. Perkawinan dilakukan dengan perbandingan betina dan jantan 3:2 setiap perlakuan, yang berasal dari pasar ikan hias parung bogor. Padat penebaran dalam kegiatan ini sebanyak 2 ekor /L, pada penelitian ini disetiap wadah rencana akan diisi oleh 5 ekor induk ikan guppy . Wadah pemeliharaan yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan toples berbentuk tabung berbahan polietilene (PE) dengan volume 5 liter dilengkapi aerasi sebagai suplai oksigen.

Pembuatan Larutan Uji

Semua bahan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan dosis bahan uji yaitu, cabe jawa (2 mg/L), larutan 17α-metiltestosteron (5mg/L) dan ekstrak purwoceng (10 mg/L) kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambah dengan 4,6 mL alcohol 70% pada setiap dosis bahan uji. Campuran tersebut diaduk selama 3 jam

(11)

dengan hotplate magnetic stirrer kemudian didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya campuran disaring dengan kertas saring (Putra 2011). Ekstrak yang didapatkan diencerkan dengan 1 liter akuades lalu disimpan dalam lemari pendingin (-4°C) sebagai larutan stok (Dhewantara 2017). Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan (RAL) dalam satu faktor dengan 4 perlakuan masing-masing perlakuan terdapat 3 ulangan. Setiap ulangan perlakuan (satu wadah) terdiri atas 5 ekor calon induk ikan guppy 4-5 cm dengan bobot ±3 g. Perlakuan dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Rancangan Perlakuan Jantanisasi jawa,Ikan Guppy dengan 17α berbagai bahan melalui perendaman induk bunting.

PERLAKUAN KETERANGAN

A Kontrol negative (tanpa dosis) B 2mg/L ekstrak cabe jawa

C 5mg/L larutan 17α- metiltestosteron D 10mg/L purwoceng

Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ (Steel+ tidan Torrie,+ eij1991). Keterangan : Yij : Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j μ : Nilai tengah dari pengamatan

ti : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i eij : Pengaruh galat hasil percobaan

pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j Perlakuan diberikan melalui perendaman induk bunting hingga melahirkan dan dilakukan pemeliharaan larva hingga dapat dibedakan jenis kelamin dengan cara melihatnya secara beda fisik anatomi tubuh.

(12)

Parameter Uji

Parameter yang diamati meliputi pengukuran persentase jantan betina, pertumbuhan ikan, survival rate dan kualitas air. Prosentase kelamin antara jantan dan betina merupakan parameter utama yang menjadi indikator keberhasilan teknik jantanisasi. Pemberian androgen pada maskulinasi akan menghasilkan hampir 100 % jantan. Demikian juga halnya dengan pemberian estrogen pada proses feminisasi.

Jika berhasil, pemberian estrogen pada feminisasi akan menghasilkan hampir 100 % betina. Untuk melihat jenis kelamin jantan dan betina maka dilakukan pengamatan fisik ikan setelah pemeliharaan selama 56 hari.

Jumlah individu jantan

% Jantan = x 100

Jumlah individu total

Pertambahan panjang Mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu pada setiap perlakuan dari awal penebaran sampai akhir pemeliharaan, dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari Effendie (1997):

L = Lt - Lo Keterangan :

L = Pertambahan Panjang Mutlak Lt = Panjang rata –rata akhir (mm) Lo = Panjang rata –rata awal (mm

Kelangsungan Hidup

Menurut Effendie (1997), tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase dari jumlah ikan yang hidup pada awal dan akhir pemeliharaan. Rumus dari tingkat kelangsungan adalah sebagai berikut:

SR = (Nt/N0 )x 100%

Keterangan :

SR = Pesentase kelangsungan hidup

Nt = Jumlah larva pada akhir pengumpulan data No = Jumlah larva pada awal pengumpulan data.

(13)

Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan menyediakan filter fisik berupa topfilter. Topfilter diletakkan pada masing-masing akuarium perlakuan. Pengelolaan kualitas air lainnya yaitu dengan penggantian air setiap tujuh hari sekali dengan pengurangan sebanyak 50% dan diisi kembali dengan air tendon yang juga diberi filter fisik. Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak 8 kali pada hari ke-7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, dan hari ke-56. Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, dan DO. Pengukuran suhu dan pH menggunakan pH meter, sedangkan DO menggunakan DO meter.

Analisis Data

Data yang didapatkan diolah menggunakan Microsoft Excel 2016.

Parameter presentase kelamin jantan, pertumbuhan panjang dan tingkat kelangsungan hidup, dianalisis ANOVA dengan program SPSS 22.0 pada selang kepercayaan 95% dan diuji lanjut dengan Tukey apabila berpengaruh nyata. Parameter pertumbuhan ikan dan kualitar air, uji dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Selama penelitian dilakukan pengamatan dan dicatat hasil sebagai data informasi untuk dilanjuksan sebagai bahan analisa pada penelitian, adapun data hasil pengamatan tersebut yaitu persentase jantan, pertumbuhan panjang, tingkat kelangsungan hidup dan kualitas air.

Persentase Jantan

Pengamatan jenis kelamin dilakukan dengan metode morfologi jantan dan betina berdasarkan visualisasi kelamin sekunder. Perbedaan antara ikan guppy jantan dan betina pada umur 56 hari pemeliharaan sudah nyata. lkan guppy jantan yang sudah dewasa ditandai dengan adanya warna yang lebih terang pada tubuh dan ekor, bentuk ekor menyerupai kipas melebar. Selain itu, sirip punggung lebih panjang serta

(14)

badan terlihat lebih pipih. Sedangkan untuk ikan guppy betina ditandai dengan warna yang gelap pada tubuh dan badan terlihat lebih gendut. Hasil pengamatan pada Kontrol menghasilkan persentase ikan guppy jantan sebesar 77,1%, sedangkan pada dosis ekstrak cabe jawa 2mg/L menghasilkan persentase ikan guppy jantan lebih rendah sebesar 67,3%, pada larutan-metiltestosteron 5mg/L adalah yang tertinggi menghasilkan 88,6% ikan guppy jantan dan ekstrak purwoceng 10mg/L menghasilkan 81,2%. Selengkapnya jumlah ikan jantan dapat disajikan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Perbandingan anak jantan

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Hasil pengukuran terhadap laju pertumbuhan panjang mutlak menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan rata – rata tertinggi diperoleh pada perlakuan Panjang tubuh ikan uji hasil jantanisasi di sampling pada hari ke 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, dan 56. %. Selengkapnya laju pertumbuhan panjang anak ikan guppy dapat disajikan pada Gambar 2 berikut.

(15)

Gambar 2. Pertumbuhan panjang

Panjang rata-rata tubuh anak ikan guppy hasil jantanisasi diukur pada hari ke 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56 (Lampiran 3). Rata-rata panjang tubuh yang dicapai oleh ikan uji setelah 56 hari pemeliharaan tertinggi pada anak hasil perendaman induk guppy bunting dengan bahan ekstrak purwoceng yaitu 27,9mm.

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pada perlakuan kontrol hampir tidak ditemukan anak ikan guppy yang mati hingga akhir penelitian atau tingkat kelangsungan hidupnya 98,6%, sedangkan pada perlakuan perendaman induk bunting dosis larutan cabe jawa tingkat kelangsungan hidupnya 93,2%, pada induk bunting dengan dosis larutan 17α-metiltestosteron 5mg/L didapati tingkat kelangsungan hidup 92,6%, sedangkan dalam perendaman induk yang bunting dalam ekstrak purwoceng dosis 10mg/L terdapat kematian 12,7%, Selengkapnya tingkat kelangsungan hidup ikan guppy hingga masa pemeliharaan 56 hari dapat disajikan pada Gambar 3 berikut.

(16)

Gambar 3. Kelangsungan Hidup Ikan Guppy

Kualitas Air

Dari pengukuran suhu saat penelitian diperoleh kisaran suhu dari 27oC – 29oC selama 56 hari. Hasil pengamatan selama penelitian pH air berkisar antara 6,3 – 6,9. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,53 –6,45 ppm. Selengkapnya rata – rata pengukuran kualitas air ikan guppy hingga masa pemeliharaan 56 hari dapat disajikan pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Uji kualitas air suhu, pH, dan DO

Analisis Data

Berdasarkan data yang didapat saat penelitian yang terdapat dalam lembar lampiran, bahwa hasil analisis keragaman melalui uji statistik menggunakan aplikasi statistik ibm spss 22 menunjukkan bahwa efektivitas perendaman induk ikan guppy dengan berbagai bahan, ekstrak cabe jawa larutan-metiltestosteron,17α dan ektrak

(17)

purwoceng memperoleh hasil pada kolom Sig. nilai P (P-value) = 0,021 < 0.05.

Dengan demikian efektivitas perendaman induk ikan guppy dengan berbagai bahan, ekstrak cabe jawa larutan-metiltestosteron,17α dan ektrak purwoceng berpengaruh nyata terhadap jantanisasi. Analisa lanjut dengan menggunakan tukey didapatkan hasil bahwa larutan 5mg/L17α-metiltestosteron terdapat perbedaan yang signifikan pada perendaman induk gappy bunting terhadap jantanisasi.

Hasil analisis keragaman melalui uji statistik menunjukkan bahwa efektivitas perendaman induk ikan guppy dengan berbagai bahan, ekstrak cabe jawa - metiltestosteron, dan ektrak purwoceng memperoleh hasil pada kolom Sig. nilai P (P- value) = 0,03 < 0.05. Dengan demikian efektivitas perendaman induk ikan guppy dengan berbagai bahan, ekstrak cabe jawa larutan-metiltestosteron,17α dan ektrak purwoceng berpengaruh nyata pada perendaman induk gappy bunting terhadap kelangsungan hidup anak ikan guppy. Analisa lanjut dengan menggunakan tukey didapatkan hasil bahwa perlakuan ektrak purwoceng terdapat perbedaan yang signifikan dengan perlakuan kontrol terhadap kelangsungan hidup anak ikan guppy.

Sehingga perlakuan 10mg/L ekstrak purwoceng pada perendaman induk gappy bunting berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan hidup anak ikan guppy.

PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pada Kontrol menghasilkan persentase ikan guppy jantan sebesar 74 - 81%, sedangkan pada dosis ekstrak cabe jawa 2mg/L menghasilkan persentase ikan guppy jantan lebih rendah sebesar 60 - 72%, lebih tinggi dari perlakuan 2mg/L ekstrak cabe jawa menghasilkan persentase ikan guppy jantan sebesar 56,67% (Winny, 2015). Pada pengamatan larutan 5mg/L- metiltestosteron17αadalah yang tertinggi menghasilkan 85 - 90% dengan tingkat kelangsungan hidup ikan guppy jantan sebesar 90 – 95 %. Berdasarkan penelitian Yunianti (1995) bahwpera endaman induk yang bunting selama 24 jam dengan dosis metiltestosteron dapat menghasilkan 100%

ikan guppy jantan. Hasil pernelitian Istuanto et al (2015) perendaman indulk bunting dengan 5mg/L-metiltestosteron17α didapatkan tingkat kelangsungan hidup

(18)

yang cukup tinggi selama pemeliharaan yaitu 83,79%. Hasil pengamatan selama penelitian bahwa hasil menunjukkan hampir mendekati 100 % dikarenakan bahan uji 17α-metiltestosteron adalah bahan yang diproduksi oleh industry lokal, diharapkan menyerupai produk impor ataupun produk paten.

Hasil pengamatan pada 10mg/L ekstrak purwoceng menghasilkan 69 - 87%

ikan larutan 17α guppy jantan, menghasilkan kelahiran yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perendaman, juga kematian berkisar 6-10%, sedangkan pada kontrol tingkat kelangsungan hidup anak yang dilahirkan sampai masa pemeliharaan 56 hari sebesar 97 - 100%. Perendaman induk yang bunting dalam larutan ekstrak purwoceng selama 24 jam menghasilkan nisbah kelamin jantan 60-70

%, lebih rendah dibandingkan dengan tanpa perendaman yaitu sebesar 85%.

menghasilkan 74,28 % ikan jantan dengan kelangsungan hidup yaitu 94,28 % (Herry, 2015). Diketahui bahwa dosis perlakuan 2mg/L ekstrak cabe jawa melalui perendaman induk bunting yang kurang efektif dalam menghasilkan anak ikan guppy jantan yang dilahirkan. Bahkan pada perlakuan tanpa pendaman induk dalam ekstrak purwoceng menghasilkan anak jantan yang lebih tinggi yaitu 85%. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil penelitian yang telah saya lakukan ini kemungkinan terkait dengan 3 hal, yaitu dosis perlakuan yang tidak efektif, lama pemberian yang kurang efektif, dan metode perlakuan secara perendaman yang kurang efektif. Kualitas air media pemeliharaan diukur sebagai data penunjang, data ini meliputi pH, suhu dan oksigen terlarut (DO). Data kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari kisaran suhu pada saat penelitian diperoleh kisaran suhu dari 27oC –29oC. Sesuai dengan pendapat Lesmana (2001) bahwa suhu optimal untuk ikan tropis adalah 27oC –29oC, ikan guppy dapat bertahan pada suhu 18ºC sampai 28ºC (Elaxamana, 2009). Pada pengukuran pH saat penelitian 6,3 –6,9. Agar dapat hidup dengan baik ikan guppy memerlukan derajat keasaman antara 6,8 sampai 8,0 (Mundayana dan Suyanto, 2004). Jadi pH perairan media pemeliharaan adalah baik karena masih dalam kisaran yang normal. Kandungan oksigen terlarut yang terukur selama penelitian sebesar 5,53 –6,45 ppm. Kandungan oksigen terlarut menunjukkan kisaran yang yang menunjang bagi kelangsungan hidup ikan guppy. Menurut Kordi dan Tancung (2007) konsentrasi

(19)

minimum oksigen terlarut dalam air yang dapat diterima oleh seluruh biota air untuk tumbuh dengan baik adalah 5ppm. Sehingga kandungan oksigen terlarut pada penelitian ini sudah lebih baik dari yang dianjurkan oleh referensi. Setelah dilakukan penelitian terhadap anak jantan dan terhadap kelangsungan hidup, maka dilakukan perbandingan antar perlakuan antara rerata persentase anak guppy jantan dan kelangsungan hidup yang disajikan pada Tabel 2 berikut.

PERLAKUAN RERATA

PERSENTASE JANTAN (%)

RERATA KELANGSUNGAN

HIDUP (%)

TOTAL JANTAN HIDUP

(%)

Kontrol 77.1 98.6 76.0

2mg/l Ekstrak

Cabe Jawa 67.3 93.2 62.7

5mg/l MT 88.6 92.6 82.1

10 mg/l Ekstrak

Purwoceng 81.2 87.3 70.9

Dari Tabel perbandingan tersebut dapat terlihat perlakuan terbaik adalah 5mg/L larutan-metiltestosteron17α dengan total jantan hidup 82,1%, kemudian kontrol dengan total jantan hidup 76%, sedangkan pada 2mg/L ekstrak Cabe Jawa lebih rendah dibandingkan kontrol yaitu 62,7%, dan 10mg/L ekstrak purwoceng didapatkan lebih tinggi dari 70,9% total jantan yang hidup.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman induk bunting dengan ekstrak cabe jawa dosis 2 mg/L meningkatkan persentase ikan guppy jantan hingga 67,3%, sedangkan perendaman induk bunting dengan ekstrak purwoceng dosis 20 mg/L meningkatkan persentase ikan guppy jantan hingga 81,2

%. Bahan yang paling efektif adalah larutan 17α-MT yang menghasilkan 88,6 % jantan, dibandingkan pada kontrol menghasilkan 77,1 % ikan jantan. Kemudian pada bahan alternatif yang dapat dijadikan alternative yaitu ekstrak purwoceng.

Saran

(20)

Pengkajian lebih lanjut mengenai penggunaan bahan ekstrak cabe jawa, purwoceng untuk jantanisasi ikan guppy dengan menggunakan metode berbeda, juga pengamatan pada presentase kelamin jantan kelahiran pertama dan kedua dari induk guppy yang telah mengalami perendaman.

DAFTAR PUSTAKA

Bond C. E. 1979, Biology of Fishes. Saunders College Publishing. Philadelphia. 514 hlm.

Cahyani D. 2014. Maskulinisasi Ikan Cupang Betta splendens dengan Ekstrak Purwoceng Pimpinella alpinamelalui perendaman artemia. [jurnal]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Contreras-Sanchez WM, Fitzpatrick MS, Schreck CB. 2001. Fate of methyl testosterone in the pond environment: Detection of MT in pond soil from CRSP site. In: Gupta A, McElwee K, Burke D, Burright J, Cummings X, Egna H (eds).

Eighteenth Annual Technical Report. PD/A CRSP. Corvallis, Oregon: Oregon.

Devlin, R.H. and Y. Nagahama, 2002. Sex determination and sex differentiation in fish: an overview of genetic, physiological, and environmental influences.

Aquaculture 208:191-364.

Darwisito, S. 2002. Stretegi Reproduksi Pada Ikan Kerapu. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Darwati, I. dan I. Rostiana. 2006. Status penelitian purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 12 (1): 9–15.

Devlin, R. H. and Nagahama, Y. 2002. Sex Determination and Sex Differentiation in Fish: An Overview of Genetic, Physiological, and Environmental Influences.

Aquaculture 208: 191-364.

Dhewantara. L. Y. 2017. Maskulinisasi Ikan Guppy Poecilia reticulata Menggunakan Ekstrak Purwoceng Pimpinella alpina [jurnal]. Jakarta: Universitas Satya Negara Indonesia Jakarta.

Effendi MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

Elisdiana Y. 2015. Induksi perkembangan gonad ikan patin siam (Pangasianodon hypopthalmus) jantan dengan pemberian ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum) melalui pakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Herry D. L. 2015. Hubungan Antara Perendaman Induk Betina Menggunakan Ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpina) Dengan Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poecilia

(21)

reticulata). [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Istuanto M, Ferdinand HT, Syaifudin M, Muslim. Jantanisasi Anakan Ikan Guppy (Poecilia reticullata) melalui perendaman Induk Dengan Larutan 17α- Metiltesteron. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Juniarto A. Z. 2004. Perbedaan pengaruh pemberian ekstrak Eurycoma longifolia dan Pimpinella alpina pada spermatogenesis tikus Spraque dawley [tesis]. Semarang : Universitas Diponegoro.

Lailatushifah, S. (2012). Kepatuhan pasien yang menderita penyakit kronis dalam mengonsumsi obat harian. Dipetik 6 November 2012:

Lesmana, D. A. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta.Penebar Swadaya.

Piferrer F. 2011. Endocrine control of sex differentiation in fish. Fish Physiology:

From Genome to Environment 1: 1490-1499.

Putra S. 2011. Maskulinisasi ikan nila Oreochromis niloticus melalui perendaman dalam ekstrak purwoceng Pimpinella alpina [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Moeloek N, Silvia WL, Yurnadi, Bambang W. 2010. Uji klinik ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum valm) sebagai fitofarmaka androgenic pada laki-laki hipogonad. Majalah kedokteran Indonesia 60: 254-261

Mukti, A.T., Priambodo, B., Rustidja, dan Widodo, M.S. 2002. Optimalisasi dosis hormone sintesis-metiltestosterin 17 dan lama perendaman larva ikan nila (oreochromis spp) terhadap keberhasilan perubahan jenis kelamin. Universitas brawijaya. Malang.

Mundayana, Y dan R. Suyanto. 2004. Guppy. Jakarta. Penebar Swadaya.

Montgomery, R., Dryer. R. L., Conway, R.W., dan Spector A. A. 1983. Biokimia:

Suatu Pendekatan Berorietasi-Kasus Jilid 2 Edisi Keempat. Gajah Mada Univercity. Yogyakarta.

Rahardjo M, Darwati I. 2006. Produksi dan MutuSimplisia Purwoceng berdasarkan lingkungan tumbuh dan tanaman. J. Bahan Alam Indonesia (The Indonesian Journal of Natural Products). PERHIBA5:310-320.

Rahardjo M. 2003. Purwoceng tanaman obat aprodisiak yang langka. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 9(2):4-7.

Soelistyowati. D.T., Martati E., Arfah. H. 2007. Efficacy of Honey on Sex Reversal of Guppy (Poecilia reticulata Peters). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sunandar, dkk. 2006. Perndaman Benih Ikan Gurami Terhadap Keberhasilan pembentukan Kelamin Jantan. Jurusan Perikanan, Universitas

Muhammadiyah Malang, Malang. PKMI (1-20): 1-9.

(22)

Susanti,, D. 2003. Pengaruh Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) di Keramba Jaring Apung. Bogor: Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanto, H. 1990. Budidaya Ikan Guppy. Yogyakarta: Kanisius.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Taufiqurrachman and Wibowo. 2005. Effect of purwoceng (Pimpinella alpina) αextract in stimulating testosterone, luteinizing hormone (LH) and follicle stimulating hormone (FSH). in sprague dawley male rats. Prosiding

SeminarNasional Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII –Bogor.Tancung, A. B., M. Ghufran H Kordi K. 2007.

Pengelolaan Kualitas Air Dalam. Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta

Utami SW. 2013. Peluang ekspor ikan hias. Warta Ekspor Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta (ID).

Utomo B.2008. Efektivitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poecillia reticulate Peters). Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Wasito H, 2011. Obat tradisional kekayaan Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Widowati D, Faridah. 2005. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Dalam Fraksi Non-Polar dari Tanaman Purwoceng (Pimpinella alpina). Prosiding seminar nasional tumbuhan obat Indonesia XXVIII. Bogor (ID), 15-16 September 2005.

Winy Y. 2015. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Dengan Ekstrak Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl) Melalui Perendaman Induk Bunting.

[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Yamazaki F. 1983. Sex control and manipulation in fish. Aquaculture 33: 329- 354.

Yunianti A. 1995. Pengaruh lama waktu perendaman induk di dalam larutan hormon 17-α methyl testost terhadap nisbah kelamin anakan ikan guppy.

[skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Zairin M. J, A Yunianti, Dewi RRSPS, Sumantadinata K. 2002. Pengaruh lama waktu perendaman induk di dalam larutan hormon-methyltestosteron17α terhadap nisbah kelamin anak ikan guppy, Poecilia reticulata Peters. Jurnal Akuakultur Indonesia 1: 31-35.

Zairin M.J 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Jantan Atau Betina. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya

(23)

DETEKSI MOLEKULER MEGALOCYTIVIRUS PADA IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) YANG DILALULINTASKAN DI BALAI BESAR KIPM

JAKARTA I

M. Affandi, Firsty Rahmatia Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Satya Negara Indonesia ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar KIPM Jakarta I dimulai dari bulan Juni 2018 sampai Juli 2018. Pengambilan sampel uji dilakukan di daerah mayoritas supplayer atau eksportir ikan mengambil ikan seperti Bogor dan Depok.Sampel uji diambil dari beberapa farm kemudian dipilih secara acak dari beberapa akuarium pemeliharaan ikan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 19 ekor setiap farm berdasarkan dengan model perhitungan amos. Sampel kemudian diuji dengan metode PCR untuk mengetahui ada tidaknya Megalocytivirus. Hasil elektroforesis PCR dari seluruh sampel yang diuji tidak menunjukkan keberadaan Megalocytivirus. Meskipun dari hasil pemeriksaan klinis maupun laboratoris tidak ditemukan ikan yang terserang oleh Megalocytivirus namun tetap harus jadi perhatian karena ikan-ikan jenis tetra termasuk ikan neon tetra adalah agen pembawa Megalocytivirus. Namun kewaspadaan dalam budidaya perikanan terhadap penyakit perlu sekali mendapat perhatian utama.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ikan hias merupakan komoditas penting perikanan yang saat ini banyak menghasilkan devisa bagi negara. Berdasarkan data BPS-RI Tahun 2018 (Suhana.

2018), ekspor ikan hias Indonesia tahun 2017 mencapai US$ 27,61 juta atau tumbuh 12,05 % dibandingkan tahun 2016 (US$ 24,64 juta). Salah satu komoditas ikan hias yang memiliki peluang pasar tinggi adalah ikan neon tetra (Paracheirodon innesi), yang memiliki pasar mencakup wilayah Eropa, Amerika Serikat, Asia dan Australia.

(24)

Negara tujuan ekspor mensyaratkan bahwa ikan yang masuk ke negara mereka harus bebas dari berbagai macam penyakit salah satunya harus bebas dari Megalocytivirus.

Deteksi dini Megalocytivirus pada komoditas ikan sangat diperlukan untuk mengurangi dampak kerugian yang disebabkan oleh serangan Megalocytivirus.

Pembatasan Masalah

Subjek penelitian : Ikan neon tetra (Paracheirodon innesi) Objek penelitian : Keberadaan Megalocytivirus

Parameter penelitian : Deteksi Megalocytivirus pada ikan neon tetra

Rumusan Masalah

Negara tujuan ekspor mensyaratkan ikan yang masuk ke Negara mereka harus bebas dari berbagai penyakit, salah satunya adalah Megalocytivirus. Berdasarkan hal tersebut diatas perlu dilakukan penelitian deteksi Megalocytivirus sehingga dapat dilakukan pencegahan sebelum diserang oleh penyakit ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan Megalocytivirus pada ikan neon tetra yang akan dilalulintaskan di Balai Besar KIPM Jakarta

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini untuk mendeteksi keberadaan Megalocytivirus pada ikan neon tetra yang akan dilalulintaskan di Balai Besar KIPM Jakarta I baik untuk kiriman domestik maupun untuk dieskpor keluar negeri, sehingga dapat mengurangi resiko ditolaknya ikan di daerah atau negara tujuan.

METODOLOGI Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar KIPM Jakarta I dimulai dari bulan Juni 2018 sampai Juli 2018.

(25)

Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat pengukur konsentrasi DNA berbasis spektrofotometri UV, freezer (-20°C atau lebih rendah), heating block atau waterbath, laminar flow, mesin real time PCR, mini mixer, mikropipet berbagai ukuran 0,1 µl – 1000 µl, alat bedah pinset dan gunting, sentrifius, mini sentrifius, peralatan gelas, timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 µg.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Buffer tris EDTA , nuclease-free water, etanol, filtered microcip berbagai ukuran 0,1 µl – 1000 µl, isopropanol, kloroform, kit real-time PCR, larutan ekstraksi DNA, larutan penghambat DNAse, masker, penggerus jaringan, plasmid standar positif Megalocytivirus, sarung tangan, 1 set primer dan probe, tabungan mikro ukuran 0,2 ml, 1,5 ml – 2 ml, tabungan atau microplate PCR optikal ukuran 0,1 ml – 0,2 ml atau tabungan kapiler ukuran 20 µl – 100 µl.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel uji dilakukan di daerah mayoritas supplayer atau eksportir ikan mengambil ikan seperti Bogor dan Depok.Sampel uji diambil dari beberapa farm kemudian dipilih secara acak dari beberapa akuarium pemeliharaan ikan. Penentuan besaran contoh uji pada suatu populasi berdasarkan Martin et al.(1987) menggunakan pendekatan tingkat akurasi 95% dan error 5%. Sebagai perhitungan awal asumsi prevalensi ditetapkan sebanyak 15%. Jumlah sampel yang diambil berdasarkan dengan model perhitungan amos sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan KIPM No. 32/KEP-BKIPM/2015.

(26)

Tabel 1. Jumlah contoh ikan untuk deteksi 1 spesimen terinfeksi (minimal) dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Prevalensi Popula

si 2% 5% 10% 20% 30% 40% 50%

50 50 35 20 10 7 5 2

100 75 45 23 10 9 7 6

250 110 50 25 10 9 8 7

500 130 55 26 10 9 8 7

1000 140 55 27 10 9 9 8 1500 140 55 27 10 9 9 8 2000 145 60 27 10 9 9 8 4000 145 60 27 10 9 9 8 10000 145 60 27 10 9 9 8

>/=

10000 150 60 30 10 9 9 8 Sumber : Modifikasi Amos (1985) dalam

SOP Pengambilan Contoh Media pembawa Hidup dan Non Hidup

(27)

Berdasarkan Tabel 1 maka penghitungan jumlah sampel yang diuji pada penelitian ini disajikan pada tabel di bawah ini (Tabel. 2)

Tabel 2. Jumlah Sampel Ikan Untuk Pengujian

No Asal Sampel ∑ Popolasi (ekor) ∑ Sampel (ekor)

1 Bogor 1 10000 19

2 Bogor 2 8000 19

3 Bogor 3 7000 19

No Asal Sampel ∑ Popolasi (ekor) ∑ Sampel (ekor)

1 Depok 1 10000 19

2 Depok 2 9000 19

3 Depok 3 10000 19

Jumlah 54000 114

Prosedur

Persiapan contoh uji

Langkah-langkah persiapan contoh uji sebagai berikut : ikan ukuran kecil (kurang dari 1 cm), maka diambil contoh uji secara utuh, jika ikan ukuran sedang (ukuran 1 cm – 6 cm), maka ambil contoh uji dari insang, hati dan limpa, dan ikan ukuran lebih dari 6 cm, maka ambil contoh uji dari insang, hati dan limpa baik dalam kondisi segar atau beku (-20°C) atau yang sudah diawetkan dalam larutan preservative DNA.

Ekstraksi DNA dengan Metode Preseipitasi

Langkah-langkahnya sebagai berikut : masukkan 20 mg contoh uji ke dalam tabung mikro 1,5 ml, tambahkan 600 µl larutan kit ekstraksi DNA komesial Dodecyl trimethyl bromide-ammonium (DTAB), homogenkan menggunakan penggerus pellet, inkubasi pada suhu 75°C selama 5 menit, dan dinginkan pada suhu 25°C, tambahkan 700 µl kloroform, tutup tabung mikro dan kocok dengan minimixer selama 20 detik, sentrifugasi contoh uji pada 12000 x g selama 5 menit, pindahkan 200 µl cairan lapisan paling atas ke dalam tabung mikro baru, tambahkan larutan kit ekstraksi Cetyl

(28)

trimethylammonium bromide (CTAB) sebanyak 100 µl dan ddH2O sebanyak 900 µl, kocok dengan minimixer dan inkubasikan pada suhu 75°C selama 5 menit, sentrifugasi pada 12000 x g selama 5 menit, pindahkan cairan bening ke dalam tabung mikro baru yang berisi 300 µl etanol 95%, homogenkan dengan minimixer, sentrifugasi pada 12000 x g selama 5 menit, buang supernatant, cuci pellet dengan 200 µl etanol 75%, sentrifugasi pada 7500 x g selama 2 menit, keringkan pellet DNA, larutkan pellet DNA dengan ddH2O atau TE buffer, simpan larutan DNA pada suhu - 20°C apabila segera digunakan dan untuk penyimpanan lebih lama pada freezer dengan suhu yang lebih rendah (kurang dari -40°C) dalam bentuk alikuot.

Pengukuran DNA Langkah-langkahnya sebagai berikut

: ukur konsentrasi DNA dengan alat pengukur konsentrasi DNA pada panjang gelombang 260 nm, periksa kemurnian DNA dengan menghitung perbandingan hasil pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm, lakukan pengenceran apabila konsentrasi yang diperoleh lebih tinggi dari yang diperlukan, simpan larutan DNA pada suhu -20°C apabila tidak langsung digunakan.

Amplifikasi Langkah-langkahnya sebagai berikut

: cairkan DNA template, Quantifect 2x PCR master Mix, primer, probe, Nuclease-free water dengan meletakkan di atas rak blok es, buat preparasi master mix, siapkan volume master mix n+1, (n = setiap 10 jumlah reaksi) lebih banyak dari yang dibutuhkan. Contoh uji minimal dianalisis secara duplo, homogenkan semua bahan master mix dan distribusikan ke masing-masing tabung/plate PCR optikal, masukkan 2 µl template DNA (10 ng – 100 ng) contoh uji, control positif ekstraksi, control negatif ekstraksi, control positif amplifikasi (DNA), control negatif amplifikasi (NTC) dan 4 standar positif, lakukan amplifikasi dengan real-time PCR

Interpretasi Hasil

Hasil data berdasarkan software real-time PCR yang digunakan selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

(29)

Parameter Uji

Deteksi virus hasil real time PCR

Parameter ini dianalisis berdasarkan hasil akhir real time PCR dan dibandingkan dengan kontrol positif/negatif. Infestasi (Dogiel dkk.,1970) Infestasi menunjukkan jumlah ikan yang terinfeksi dari sampel yang diuji Infestasi (%)

= ℎ 100% ℎ

Gejala klinis

Parameter ini diamati berdasarkan data sekunder dan primer yang ditemukan di tempat pengambilan sampel. Gejala klinis meliputi perubahan morfologi, nafsu makan dan tingkah laku ikan.

Analisis Data

Data deteksi Megalocytivirus pada ikan Neon Tetra yang di lalulintaskan di Balai Besar KIPM Jakarta I disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya serangan Megalocytivirus pada ikan neon tetra yang dilalulintaskan di Balai Besar KIPM Jakarta I. Sampel ikan diperiksa morfologi organ dalamnya (Gambar 4) dan dilanjutkan pengujian dengan metode PCR.

(30)

Gambar 4. Penampakan morfologi organdalam ikan neon tetra

Hasil elektroforesis PCR dapat dilihat pada tabel 4. Jumlah sampel yang diuji adalah sebanyak 6 sampel yang berasal dari Bogor 1, Bogor 2, Bogor 3, Depok 1, Depok 2 dan Depok 3.

Tabel. 3 Hasil Elektroforesis Megalocytivirus pada Ikan Neon Tetra

NO HASIL KETERANGAN

1 M + - 1 2 3 Hasil elektroforesis sampel

insang, hati dan limpa pada sampel ikan dari wilayah Bogor 1.

Keterangan (M) marker, (+) kontrol positif, (-) kontrol negatif, (1) sampel 1, (2) sampel 2, (3) sampel 3

2 M + - 1 2 3

398 bp

Hasil elektroforesis sampel insang, hati dan limpa pada sampel ikan dari wilayah Bogor 2.

Keterangan (M) marker, (+) kontrol positif, (-) kontrol negatif, (1) sampel 1, (2) sampel 2, (3) sampel 3

3 M + - 1 2 3 Hasil elektroforesis sampel

insang, hati dan limpa pada sampel ikan dari wilayah Bogor 3.

(31)

398 bp

Keterangan (M) marker, (+) kontrol positif,

(-) kontrol negatif, (1) sampel 1, (2) sampel 2, (3) sampel 3

4 M + - 12 3

398 bp

Hasil elektroforesis sampel insang, hati dan limpa pada sampel ikan dari wilayah Depok 1.

Keterangan (M) marker, (+) kontrol positif,

(-) kontrol negatif, (1) sampel 1, (2) sampel 2, (3) sampel 3

5 M + - 1 2 3

398 bp

Hasil elektroforesis sampel insang, hati dan limpa pada sampel ikan dari wilayah Depok 2.

Keterangan (M) marker, (+) kontrol positif,

(-) kontrol negatif, (1) sampel 1, (2) sampel 2, (3) sampel 3

(32)

6 M + - 1 2 3

398 bp

Hasil elektroforesis sampel insang, hati dan limpa pada sampel ikan dari wilayah Depok 3.

Keterangan (M) marker, (+) kontrol positif,

(-) kontrol negatif, (1) sampel 1, (2) sampel 2, (3) sampel 3

Parameter kedua yang diamati adalah infestasi. Hasil pengamatan tersaji dalam Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Investasi jumlah ikan neon tetra yang terinfeksi No Asal Sampel ∑ Ikan

Terserang

∑ Sampel Infeksi (%)

1 Bogor 1 0 19 0

2 Bogor 2 0 19 0

3 Bogor 3 0 19 0

4 Depok 1 0 19 0

5 Depok 2 0 19 0

6 Depok 3 0 19 0

Parameter ketiga yang diamati adalah gejala klinis. Gejalas klinis yang dijumpai dilapangan tidak menunjukan perubahan morfologi ikan, nafsu makan ikan masih sangat baik dan tingkah laku berenang masih sangat aktif.

PEMBAHASAN

Dari pengujian sampel yang dilakukan selama penelitian ini dari sampel Bogor 1, Bogor 2, Bogor 3, Depok 1, Depok 2 dan Depok 3 pita negatif tidak muncul

(33)

sesuai dengan marker yang digunakan. Contoh uji dinyatakan positif apabila terlihat naiknya kurva diatas garis threshold/cut off dan nilai Ct lebih kecil atau sama dengan LoD, sedangkan contoh uji dinyatakan negatif apabila berada dibawah garis threshold/cut off dan nilai Ct lebih besar dari LoD dengan tingkat kepercayaan 95%.

Pada first step PCR amplikon yang dielektroforesis dikatakan positif jika terbaca atau terdapat pita tunggal pada 430 bp dan untuk nested PCR dikatakan positif jika terbaca atau terdapat pita tunggal pada 167 bp. Ini menunjukkan ikan neon tetra yang diuji bebas dari serangan Megalocytivirus dan dapat dikatakan bahwa ikan neon tetra yang berasal dari daerah Bogor dan Depok bebas dari Megalocytivirus.

Persentase infestasi ikan yang terserang penyakit Megalocytivirus dari sampel Bogor 1 sebesar 0 %, Bogor 2 sebesar 0 %, Bogor 3 sebesar 0 %, Depok 1 sebesar 0

%, Depok 2 sebesar 0 % dan Depok 3 sebesar 0 %, ini berarti indikasi ikan yang terserang penyakit tidak ada.

Gejala klinis yang ditemukan selama pengamatan dilapangan menunjukkan ikan masih sangat aktif berenang, nafsu makan bagus dan warna ikan sangat cerah.

Pencegahan terhadap Megalocytivirus dapat dilakukan dengan Cara Berbudidaya Ikan yang Baik. Menggunakan air yang bebas dari pencemaran, menjaga kebersihan wadah dan alam pemeliharaan ikan, mengatur padat tebar ikan tiap kolam/akuarium, memberikan pakan sesuai aturan dan menggunakan obat atau bahan kimia yang sudah terdaftar dan tidak berlebihan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dari 6 (enam) titik pengambilan sampel (3 titik daerah Bogor dan 3 titik daerah Depok) dapat disimpulkan bahwa tidak terdeteksi ikan neon tetra (Paracheirodon innesi) yang terserang oleh Megalocytivirus baik ikan yang berasal dari daerah Bogor maupun dari daerah Depok.

(34)

Saran

Meskipun dari hasil pemeriksaan klinis maupun laboratoris tidak ditemukan ikan yang terserang oleh Megalocytivirus namun tetap harus jadi perhatian karena ikan-ikan jenis tetra termasuk ikan neon tetra adalah agen pembawa Megalocytivirus.

Namun kewaspadaan dalam budidaya perikanan terhadap penyakit perlu sekali mendapat perhatian utama.

DAFTAR PUSTAKA

Abangsoeharto.”tahapan-budidaya-ikan- hias-neon

tetra”.https://www.google.com.sg/s earch?q=ikan+neon+tetra&source. [l 2 April 2018, pk 20,28]

Abidin, L.O.B., 2013, Deteksi Molekuler Megalocytivirus pada ikan Budidaya dengan Metode Polymerase Chain

Reaction_Restrictio Fragment Length Polymorphism. Tesis Program Studi Bioteknologi Sekolah Pascasarjana UGM. Yogyakarta.

Andrew M. Q. King, Michael J Adams, Eric B. Carstens and Elliot J. Lefkowitz., 2012. Virus Taxonomy. Ninth Report of the International Committee on Taxonomy of Viruses.International Union of Microbiological Societies.

Virology Division. Elsevier Academic Press.

Balai Besar Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Jakarta I. 2017. Laporan Pemantauan Hama Penyaki Ikan Karantina (HPIK) Tahun 2017. Tangerang

Balai Uji Standar Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.2015. Protokol Pengujian PCR Megalocytivirus.

Jakarta

Chao, C.B., C.Y, Y.Y.Lai, C.S Lin and H.T Huang. 2004. Histological, Ultrastructural, and in situ Hybridization Study on Enlarged Cell in Grouper Ephinehhelus Hybrids Infected by Grouper Iridovirus in Taiwan (TGIV).

Dis. Aquat.Org., 58:127-142

Lingga Pinus dan Heru Susanto, 1989, Ikan Hias Air Tawar, Penebar Swadaya Jakarta.

Martin et al. (1987), Quaternary Evolution of The Central Part of The Brazilian Coast: The Role of Relative Sea-Level Variation and Shoreline Drift in Quaternary Coastal Geology of West Africa and South America, UNESCO reports in Marine Science, No. 43, Fig. 16, hal. 130

Suhana. “Nilai Ekspor Ikan Hias Tahun 2017 Tumbuh 12,05 Persen”.https://suhana.web.id/2018/ 01/17/nilai-ekspor-ikan-hias-2017- tumbuh-1205-persen/.[l 8 Agustus 2018, pk 18,36]

(35)

KETERPADUAN PASAR IKAN LAUT SEGAR DI PASAR MUARA BARU JAKARTA UTARA DAN PASAR JEMBATAN LIMA JAKARTA BARAT

Dwi Anggara, Mercy Patanda Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Satya Negara Indonesia , Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis Tingkat Keterpaduan Pasar Ikan Laut Segar di Muara Baru Jakarta Utara dan Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat.

2) Mengetahui kondisi pasar ikan di Muara Baru Jakarta Utara dan Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2018 di Pelelangan Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta Utara. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder dengan metode rumus analisis Index of Market Connection.

Hasil dari perhitungan Index of Market Connection didapatkan hasil nilai IMC pada Ikan Bandeng sebesar 0,946. Nilai IMC pada Ikan Kembung sebesar 0,152. Nilai IMC pada Ikan Tenggiri sebesar -0,022. Dan Nilai pada Ikan Tongkol sebesar 2,028.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Berdasarkan Index Of Market Connection dari keempat ikan Bandeng, Kembung, Tenggiri, Tongkol didapatkan bahwa terdapat keterpaduan pasar jangka pendek dan jangka panjang di tiga ikan yaitu Bandeng,Kembung,dan Tenggiri. Sedangkan untuk ikan Tongkol hanya terdapat keterpaduan jangka pendek dan tidak terdapat keterpaduan jangka panjang.

Kondisi pasar ikan di muara baru dan jembatan lima cukup strategis dan para pelapak ikan pun tertata dengan rapih sehingga terciptanya kenyamanan saat proses transaksi jual beli antar pedagang dengan konsumen.

Kata Kunci: IMC (Index Of Market Connection), Keterpaduan Pasar, Jangka Pendek, Jangka Panjang.

(36)

PENDAHULUAN

Salah satu potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang telah memberikan kontribusi cukup signifikan bagi perekonomian nasional adalah sub sector perikanan tangkap. Hasil produksi perikanan di Indonesia sebagian besar berasal dari usaha penangkapan ikan di laut, sementara produksi perikanan budidaya masih relative kecil.

Pemasaran merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan sebuah usaha perikanan karena pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan nelayan. Pemasaran produk perikanan dan kelautan dalam negeri maupun ekspor, sebagian besar masih ditentukan oleh pembeli/konsumen (buyer market). Kondisi ini menyebabkan harga jual produk perikanan pada umumnya kurang menguntungkan nelayan selaku produsen.

Integrasi pasar atau Keterpaduan pasar merupakan salah satu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efiesiensi harga. Keterpaduan pasar merupakan penggabungan antara beberapa lembaga pemasaran yang secara fungsional dan ekonomi menjadi satu kesatuan dalam system pemasaran. Asmarantaka (2009) menyatakan bahwa integrasi pasar merupakan suatu ukuran yang menujukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan sehingga menyebabkan terjadinya perubahan harga pada pasar pengikutnya.

Latar Belakang fenomena permasalahan penelitian ini yaitu adanya perbedaan harga ikan di pasar Muara Baru Jakarta Utara dan Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat.

Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. dan Tabel 2. perubahan harga ikan di Pasar Muara Baru Jakarta Utara dan Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat dibawah ini.

Tabel 1. Harga Rata Rata Ikan Bandeng di Pasar Muara Baru Jakarta Utara

bulan Harga ikan

minggu ke-1 (Rp/kg)

Harga ikan minggu ke-2 (Rp/kg)

Harga ikan minggu ke-3 (Rp/kg)

Harga ikan minggu ke-4 (Rp/kg)

Januari 25000 26000 27000 28000

(37)

Februari 30000 31000 32000 33000

Maret 31000 30000 31000 32000

April 32000 33000 30000 35000

Mei 30000 32000 31000 30000

Juni 30000 31000 29000 31000

Juli 32000 33000 34000 35000

Agustus 29000 30000 33000 35000

September 33000 32000 31000 30000

Oktober 35000 33000 30000 28000

November 29000 31000 32000 30000

Desember 29000 30000 31000 32000

Sumber : Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (Data Harga Ikan di Pasar Muara Baru Tahun 2017)

Tabel 2. Harga Rata Rata Ikan Bandeng di Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat

bulan Harga ikan

minggu ke-1 (Rp/kg)

Harga ikan minggu ke-2 (Rp/kg)

Harga ikan minggu ke-3 (Rp/kg)

Harga ikan minggu ke-4 (Rp/kg)

Januari 26000 27000 29000 30000

Februari 31000 32000 32000 33000

Maret 31000 30000 31000 32000

April 32000 33000 30000 35000

Mei 35000 32000 31000 30000

Juni 30000 31000 29000 31000

Juli 32000 33000 34000 35000

Agustus 30000 31000 35000 33000

September 33000 32000 31000 30000

Oktober 35000 33000 30000 28000

November 29000 31000 32000 30000

Desember 30000 31000 31000 32000

Sumber : Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Pasar Jaya DKI Jakarta (Data Harga Ikan di Pasar Jembatan Lima 2017)

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2018 di Pelelangan Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Metode observasi pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

(38)

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Index Of Market Connection. Untuk mengetahui tingkat (keterpaduan) antara pasar ikan Muara Baru dengan pasar Jembatan Lima dianalisa secara statistik dengan menggunakan model Autoregresive Distributed Lag. Model ekonometrika tersebut diduga dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square). Lebih lanjut model fungsionalnya dapat ditulis sebagai berikut :

HJt = b1(HJt-1) + b2(HAt– HAt-1)+ b3(HAt-1) + et dimana :

HJt = Harga ikan dua mingguan di pasar Muara Baru

HJt-1 = Selisih harga ikan dua mingguan di pasar Muara Baru HAt = Harga ikan dua mingguan di pasar Jembatan Lima

HAt-1 = Selisih harga ikan dua mingguan di pasar Jembatan Lima bi = Parameter estimasi

et = Error model

dengan Index of Market Connection (IMC) sebagai berikut : IMC = b1/ b3

Keterangan :

IMC = Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keterpaduan digunakan untuk mengukur keterpaduan mengukur bagaimana harga di pasar sentral (Muara Baru) dipengaruhi oleh harga di pasar tujuan (Jembatan Lima) dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dengan harga pada saat ini.

Model integrasi ini dapat menguji dua aspek dari integrasi pasar. Aspek pertama adalah aspek integrasi jangka panjang antara pasar sentral (Muara Baru)dan pasar tujuan (Jembatan Lima). Aspek kedua adalah aspek perubahan jangka pendek, yaitu bagaimana perubahan harga jangka pendek dari marjin yang terjadi di antara pasar sentral (Muara Baru) dan pasar tujuan (Jembatan Lima).

B (1,2,3) = Nilai koefisien regresi Dimana:

(39)

Jika IMC < 1 maka terdapat derajat integrasi pasar jangka panjang yang relatif tinggi antara pasar sentral (Muara Baru) dan pasar tujuan (Jembatan Lima). IMC = 0, artinya perubahan harga pasar sentral (Muara Baru) tidak berpengaruh terhadap perubahan harga di tingkat pasar tujuan (Jembatan Lima). IMC > 1 dan nyata, maka antara pasar sentral (Muara Baru) dengan pasar tujuan (Jembatan Lima) tidak terintegrasi, hal ini berarti harga di pasar sentral (Muara Baru) dengan pasar tujuan (Jembatan Lima) tidak saling mempengaruhi.

Integrasi pasar jangka panjang disebut juga keterkaitan pasar dalam menjelaskan bagaimana para pelaku pemasaran berhasil menghubungkan pasar yang secara geografi terpisah melalui informasi dan komoditas. Sedangkan integrasi jangka pendek bisa dilihat dari nilai b2, semakin mendekati satu pada nilai b2, maka derajat asosiasinya semakin tinggi.

PEMBAHASAN Kondisi Pasar Muara Baru Jakarta Utara

Pasar Muara Baru Jakarta Utara melakukan kegiatan lelang secara rutin setiap hari mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 02.00 WIB. Lokasi pasar ikan Muara Baru ini cukup strategis karena letaknya berada di dalam Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Pasar ikan Muara Baru Jakarta Utara dibagi kedalam beberapa blok yang dimana ditiap blok terdapat nomor yang berbeda beda di setiap lapak pedagang ikan, hal tersebut dilakukan agar para pedagang ikan dapat tertata dengan rapih sehingga para pengunjung akan nyaman saat melakukan proses transaksi jual beli ikan di pasar ikan muara baru.

Transaksi yang dilakukan di pasar ini umumnya menggunakan transaksi tunai adapun transaksi non tunai jarang dilakukan karena para pedagang di pasar ini lebih senang jika transaksi dilakukan secara tunai agar hasil uangnya bisa langsung dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.

Kondisi Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat

(40)

Pasar Jembatan Lima Jakarta Barat melakukan kegiatan jual beli secara rutin setiap hari mulai pukul 00.00 WIB sampai dengan pukul 07.00 WIB. Lokasi pasar jembatan lima ini cukup strategis karena akses menuju ke lokasi pasar cukup mudah untuk dikunjungi. Ikan yang ada dipasar jembatan lima ini umumnya berasal dari pelabuhan muara baru jakarta utara. Transaksi yang dilakukan di pasar ini juga umumnya menggunakan transaksi tunai adapun transaksi non tunai jarang dilakukan karena para pedagang di pasar ini lebih senang jika transaksi dilakukan secara tunai agar hasil uangnya bisa langsung dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.

Analisis Keterpaduan Pasar Ikan Bandeng (Chanos chanos) Hasil perhitungan SPSS

Dari hasil perhitungan SPSS di dapatkan nilai Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) yaitu ;

HJt = b1(HJt-1) + b2(HAt– HAt-1) + b3(HAt-1) + et Y = 0,476 (HJt-1) + 0,946 (HAt-HAt-1) + 0,503 (HAt-1)

(41)

Keterpaduan pasar dalam jangka panjang antara harga ikan bandeng di Muara Baru dan Jembatan Lima dapat diketahui dengan nilai Index of Market Connection (IMC) yang diperoleh nilai IMC sebagai berikut;

IMC = b1/b3

= 0,476/0,503

= 0,946

Nilai IMC yang diperoleh sebesar 0.946 (IMC<1) mengindikasikan adanya integrasi/keterpaduan jangka panjang yang relatif tinggi antara harga ikan bandeng di Muara Baru dan Jembatan Lima. Dengan kata lain, pasar ikan bandeng di Muara Baru dan jembatan Lima semakin terintegrasi dalam jangka panjang sehingga saat harga di Muara Baru naik maka harga di Jembatan Lima juga naik.

Dua pasar dikatakan terpadu secara sempurna dalam jangka pendek apabila nilai koefisien korelasinya sama dengan satu. Keterpaduan pasar jangka pendek menunjukan bagaimana perubahan harga dalam jangka pendek di pasar Muara Baru dipengaruhi oleh perubahan jangka pendek yang terjadi diantara pasar Muara Baru dengan Pasar Jembatan Lima, diwakili oleh nilai koefisien b2. Koefisien peubah b2 harga ikan bandeng di pasar tujuan (Jembatan Lima) antara bulan sebelumnya dengan bulan sekarang di pasar Muara Baru adalah 0,946 sehingga kedua pasar terpadu dalam jangka pendek.

Persamaan tersebut juga menunjukkan nilai koefisien harga ikan bandeng di Muara Baru pada waktu t-1 (b1) sebesar 0,476, dan koefisien harga ikan bandeng di Jembatan Lima pada waktu t-1 (b3) sebesar 0,503 serta koefisien harga ikan bandeng di Jembatan Lima pada waktu t dan t-1 (b2) sebesar 0.946.

Analisis Keterpaduan Pasar Ikan Kembung (Rastrelliger) Hasil Perhitungan SPSS

(42)

Dari hasil perhitungan SPSS di dapatkan nilai Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) yaitu ;

HJt = b1(HJt-1) + b2(HAt– HAt-1) + b3(HAt-1) + et Y = 0,138 (HJt-1) + 1,000 (HAt-HAt-1) + 0,903 (HAt-1)

Keterpaduan pasar dalam jangka panjang antara harga ikan kembung di Muara Baru dan Jembatan Lima dapat diketahui dengan nilai Index of Market Connection (IMC) yang diperoleh nilai IMC sebagai berikut;

IMC = b1/b3

= 0,138/0,903

= 0,152

Nilai IMC yang diperoleh sebesar 0.152 (IMC<1) mengindikasikan adanya integrasi/keterpaduan jangka panjang yang relatif tinggi antara harga ikan kembung di Muara Baru dan Jembatan Lima. Dengan kata lain, pasar ikan kembung di Muara Baru dan Jembatan Lima semakin terintegrasi dalam jangka panjang sehingga saat harga di Muara Baru naik maka harga di Jembatan Lima juga naik.

Dua pasar dikatakan terpadu secara sempurna dalam jangka pendek apabila nilai koefisien korelasinya sama dengan satu. Keterpaduan pasar jangka pendek

Referensi

Dokumen terkait

Variabel prestasi kerja, pendidikan, pengalaman kerja, pengenalan dan kesempatan untuk tumbuh secara simultan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap

istem Pengu usahaan

5.1 Kesimpulan Penerapan PPh OP dari online forex trading yang menggunakan broker dalam negeri dan luar negeri dilakukan secara self assesment system dengan mengharapkan

Kiki Riski Aprilia, 2014, Peranan Polantas Dalam Penertiban Pelanggaran Lalu Lintas Yang Berpotensi Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas Di Polresta Padang, Fakultas

Bidang sumber daya dan informasi (SDI) pada LPMAI yang bertugas mengelola dokumen-dokumen AIPT terdapat beberapa masalah. Diantaranya jumlah dokumen yang banyak sehingga

Setelah pengolahan data lalu dilakukan analisa data untuk membuktikan efektif tidaknya Pengaruh Kompetensi Paedagogik Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI

Perkembangan teknologi informasi pada saat ini berkembang dengan sangat pesat, hal ini membuat segala aspek di bidang kehidupan menjadikan komputer sebagai

a Department of Electrical Engineering, Batam Polytechnics, Parkway st., Batam Center, Batam, 29461, Indonesia b Department of Mechanical Engineering, PATLITE Indonesia,