KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 150/PJ./1997
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH AKUNTAN PUBLIK
DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang :
a. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 tentang penunjukan Tenaga Ahli Tertentu untuk Melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Direktur Jenderal Pajak dapat menunjuk Akuntan Publik sebagai tenaga ahli untuk melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM terhadap Pengusaha Kena Pajak;
b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM oleh Akuntan Publik tersebut dipandang perlu untuk mengubah petunjuk pelaksanaannya dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566);
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3568);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1996 (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 28) tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 625/KMK.04/1994 tanggal 27 Desember 1994 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 763/KMK.04/1986 tanggal 28 Agustus 1986 tentang Akuntan Publik;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 tentang Penunjukan Tenaga Ahli Tertentu untuk Melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;
7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/1996 tanggal 5 Desember 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah oleh Akuntan Publik;
MEMUTUSKAN : Menetapkan :
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH AKUNTAN PUBLIK.
Pasal 1
(1)Akuntan Publik yang dapat ditunjuk sebagai tenaga ahli untuk melakukan
Pemeriksaan
Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM adalah Akuntan Publik yang selain telah memenuhi persyaratan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan No.
555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 juga harus memenuhi persyaratan bahwa Akuntan Publik tersebut tidak sedang dalam
"pembinaan"
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen
Keuangan Republik Indonesia.
(2)Tenaga Pemeriksa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan No.
555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 adalah Tenaga Pemeriksa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Serendah- rendahnya memiliki ijazah Sarjana Muda Akuntansi;
b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan Keputusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
c. Memiliki pengalaman kerja sebagai pemeriksa pada Kantor Akuntan Publik sekurang- kurangnya 2
(dua) tahun;
d. Berstatus sebagai pegawai tetap pada Kantor Akuntan Publik yang
bersangkutan;
e. Telah mengikuti penataran mengenai Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM yang
diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
Pasal 2 (1)
Tenaga Ahli dan Tenaga Pemeriksa dari Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib mengikuti penataran mengenai Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM sebelum melaksanakan tugasnya meskipun dalam periode sebelumnya telah mengikuti penataran.
(2)
Tenaga Ahli dan Tenaga Pemeriksa dari Kantor akuntan Publik yang telah
mengikuti penataran Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM
diberikan surat tanda telah
mengikuti penataran.
(1)Penunjukan Akuntan Publik sebagai tenaga ahli untuk melakukan
Pemeriksaan
Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
a. Kepada Kantor Akuntan Publik diberitahukan secara tertulis tentang kesempatan untuk ditunjuk sebagai tenaga ahli guna melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 1.
b. Kantor Akuntan Publik yang bersedia menyediakan Akuntan Publik untuk ditunjuk sebagai tenaga ahli guna melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM
menyampaikan kesediaannya kepada Direktur Jenderal Pajak dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 1.1.
dan 1.2.
(2)Setiap Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM terhadap Pengusaha Kena Pajak harus dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa yang sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang dengan susunan sebagai berikut :
a. Supervisor b. Ketua Tim c. Anggota Tim.
(3)
Susunan Tim Pemeriksa
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditentukan oleh Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Supervisor dan Ketua Tim harus dijabat oleh Tenaga Ahli b. Anggota tim dijabat oleh Tenaga Pemeriksa.
Pasal 4
(1)
Direktur Jenderal Pajak setelah menerima
kesediaan dari Kantor Akuntan Publik,
menyampaikan Daftar Pengusaha Kena Pajak yang akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM kepada Kantor Akuntan Publik yang
bersangkutan dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 2 dan Lampiran 2.1.
(2)
Kantor Akuntan Publik wajib meneliti Daftar Pengusaha Kena Pajak dan melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak mengenai
Pengusaha Kena Pajak yang berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Keputusan Menteri
Keuangan No.
555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 tidak
diperkenankan dilakukan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan oleh Tenaga Ahli dan Tenaga
Pemeriksa, dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 2.2.
(3)
Daftar Pengusaha Kena Pajak yang tidak
diperkenankan dilakukan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM harus
disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal Surat Pengantar
Pengiriman Daftar Pengusaha Kena Pajak yang akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM dengan disertai Daftar Susunan Tim Pemeriksa untuk masing- masing
Pengusaha Kena Pajak yang diperkenankan dilakukan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM dengan
menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 2.3.
(4)Surat Perintah Kerja diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Kantor Akuntan Publik dengan
menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 3.
Pasal 5
(1)
Setiap Tenaga Ahli dan Tenaga Pemeriksa dari Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk untuk melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM dilengkapi dengan Tanda Pengenal
Pemeriksa Pajak yang
ditandatangani oleh Direktur Pemeriksaan Pajak.
(2)
Direktur Pemeriksaan Pajak
menginstruksikan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak untuk menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak untuk masing-masing Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dengan
menggunakan formulir sesuai dengan
Lampiran 4, 4.1.
dan 4.2.
Pasal 6
(1)
Pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM harus dilakukan oleh Tim Pemeriksa selambat- lambatnya 3 (tiga) hari sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.
(2)
Sebelum melakukan Pemeriksaan
Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM, Tim Pemeriksa wajib mempelajari berkas PPN dan PPn BM serta berkas data yang ada di Kantor Pelayanan Pajak.
(3)
Apabila berdasarkan hasil penelitian berkas atau pemeriksaan di lapangan diketahui bahwa Pengusaha Kena Pajak yang akan diperiksa tersebut tidak efektif atau tidak dapat ditemukan
alamatnya, Tim Pemeriksa harus mengajukan
permintaan penggantian
Pengusaha Kena Pajak kepada Direktur
Pemeriksaan Pajak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak dengan
menyebutkan alasan yang didukung dengan bukti yang kuat.
(4)
Apabila Pengusaha Kena Pajak memperlambat memperlihatkan atau meminjamkan, atau tidak bersedia memperlihatkan atau meminjamkan buku-buku, catatan- catatan dan dokumen-dokumen yang menjadi dasar/pendukungnya, maka Tim Pemeriksa harus memberikan Surat Peringatan dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 5.
(5)
Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi Surat Peringatan maka Tim Pemeriksa harus membuat Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan Pajak segera setelah batas waktu yang ditentukan dalam Surat Peringatan terlewati dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 6.
(6)
Tim Pemeriksa berdasarkan Berita Acara Penolakan Pemeriksaan Pajak menghitung pajak terutang secara jabatan.
(7)
Tim Pemeriksa dalam
melaksanakan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM wajib mengikuti prosedur pemeriksaan seperti tercantum pada Lampiran 7.
Pasal 7 (1)Tim Pemeriksa
harus membuat Kertas Kerja Pemeriksaan untuk setiap kegiatan pemeriksaan yang dilakukan.
(2)Setiap hasil pemeriksaan harus diwujudkan dalam bentuk Laporan Pemeriksaan Pajak yang dibuat berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan.
(3)
Setiap Laporan Pemeriksaan Pajak harus dibuat secara lengkap dan harus dapat ditindaklanjuti dengan Nota Penghitungan Pajak sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak.
(4)
Konsep Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan wajib dibuat sekurang- kurangnya seperti yang tercantum pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
(5)Konsep Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas kerja Pemeriksaan
disampaikan kepada :
a. Staf
Operasional Dewan Pengawas yang
berkedudukan di
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak untuk pemeriksaan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Jabotabek termasuk Serang, b. Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang terkait untuk pemeriksaan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya diluar Jabotabek dan Serang, Untuk dibahas bersama dengan Tim Pemeriksa yang
bersangkutan.
(6)
Dalam pembahasan Konsep Laporan Pemeriksaan Pajak, Tim Pemeriksa harus menyajikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan atau temuannya.
(7)
Apabila dari hasil pembahasan
terdapat koreksi, maka koreksi tersebut wajib ditindaklanjuti oleh Tim Pemeriksa yang bersangkutan.
(8)
Berdasarkan hasil pembahasan, Tim Pemeriksa harus membuat Lembar Persetujuan Tim Penelaah Sebelum Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang harus ditandatangani oleh Tim Pemeriksa yang bersangkutan dan Tim Penelaah dengan
menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 10.
Pasal 8
(1) Hasil Pemeriksaan yang telah disetujui Tim Penelaah diberitahukan secara tertulis oleh Tim Pemeriksa kepada Pengusaha Kena Pajak berdasarkan konsep Laporan Pemeriksaan Pajak yang telah disetujui oleh Tim Penelaah dengan menggunakan formulir sesuai dengan
Lampiran 11,11.1,11.2 dan 11.3.
(2) Apabila Pengusaha Kena Pajak menyetujui seluruh hasil pemeriksaan, maka Pengusaha Kena Pajak harus
menandatangani Lembar
Pernyataan Persetujuan Wajib Pajak (Pengusaha Kena Pajak) dan
mengirimkan kembali
kepada Tim Pemeriksa yang
bersangkutan.
(3) Lembar Persetujuan Tim Penelaah dan Lembar Pernyataan Persetujuan Wajib Pajak (Pengusaha Kena Pajak) yang telah ditandatangani oleh Pengusaha Kena Pajak merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Laporan Pemeriksaan Pajak.
Pasal 9 (1)
Apabila
Pengusaha Kena Pajak tidak setuju baik sebagian
maupun seluruh hasil
pemeriksaan, maka kepada Pengusaha Kena Pajak diberi kesempatan untuk
menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil pemeriksaan kepada Tim Pemeriksa dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan.
(2)
Tanggapan Pengusaha Kena Pajak harus dibahas bersama antara Tim Pemeriksa dan Tim Penelaah sebelum
dilakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan
Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan.
(3) Hasil pembahasan dituangkan dalam Lembar Persetujuan Tim Penelaah
Sebelum Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sesuai dengan
Lampiran 10.
(4)
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan antara
Pengusaha Kena Pajak dan Tim Pemeriksa harus dilakukan dalam jangka waktu selambat- lambatnya 3 (tiga) hari sejak tanggal Lembar Persetujuan Tim Penelaah
ditandatangani.
(5) Hasil Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Tim Pemeriksa dan Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan formulir sesuai dengan
Lampiran 12 dan 12.1.
(6) Apabila
Pengusaha Kena Pajak menolak untuk
menandatangani Berita Acara Hasil
Pemeriksaan, maka Tim Pemeriksa membuat Berita Acara
Penolakan Penandatanganan Berita Acara Hasil
Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh Tim Pemeriksa yang bersangkutan dengan menggunakan formulir sesuai dengan
Lampiran 13.
(7) Lembar
Persetujuan Tim Penelaah dan Berita Acara Hasil
Pemeriksaan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Laporan
Pemeriksaan Pajak.
Pasal 10 (1)
Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak
memberikan tanggapan atas Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), maka kepada
Pengusaha Kena Pajak dikirim Surat Panggilan untuk
menandatangani Berita Acara Hasil
Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sesuai dengan
Lampiran 14.
(2)
Apabila dalam batas waktu yang telah ditentukan dalam Surat Panggilan Pengusaha Kena Pajak tetap tidak hadir, maka Tim Pemeriksa harus membuat dan
menandatangani Berita Acara Ketidakhadiran Pengusaha Kena Pajak dengan
menggunakan formulir sesuai dengan
Lampiran 15.
(3) Lembar Persetujuan Tim Penelaah dan Berita Acara
Ketidakhadiran Pengusaha Kena Pajak merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Laporan Pemeriksaan Pajak.
Pasal 11
(1)
Laporan
Pemeriksaan Pajak dibuat oleh Tim Pemeriksa
berdasarkan konsep Laporan Pemeriksaan Pajak yang telah disetujui Tim Penelaah dan harus
ditandatangani oleh Tim Pemeriksa serta diketahui oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.
(2)
Laporan
Pemeriksaan Pajak digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Nota Penghitungan Pajak yang sekaligus sebagai dasar penetapan surat ketetapan pajak.
(3)Nota
Penghitungan Pajak yang dibuat oleh Tim
Pemeriksa dan harus diparaf oleh :
a. Anggota tim pada kolom
"dihitung", b. Ketua
Tim pada kolom
"diteliti:, c. Supervisor
pada kolom
"disetujui", d. Kepala
Kantor Pelayanan Pajak pada kolom
"ditetapkan"
(4)
Kertas Kerja Pemeriksaan, Laporan
Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan Pajak harus disampaikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari setelah tanggal Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan diberikan Tanda Terima dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 16.
(5)
Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak selambat- lambatnya 3 (tiga) hari sejak Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan Pajak diterima dari Kantor Akuntan Publik.
Pasal 12
(1)
Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM harus diselesaikan oleh Kantor Akuntan Publik dalam batas waktu yang telah ditentukan dalam Surat Perintah Kerja.
(2)
Dalam hal Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM tidak dapat
diselesaikan dalam batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemeriksaan tetap harus dilanjutkan sampai selesai dengan ketentuan bahwa pemeriksaan tersebut harus diselesaikan selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
(3) Setiap penyelesaian pekerjaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM harus dibuat Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pajak dan Kantor Akuntan Publik dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 17.
(4)Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan dibuat setelah Kantor Akuntan Publik menyerahkan Tanda Terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4).
Pasal 13
(1)
Besarnya imbalan yang diberikan kepada tenaga ahli tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (4) Keputusan
Menteri
Keuangan No.
555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 untuk setiap Pengusaha Kena Pajak akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam keputusan
tersendiri.
(2)
Pembayaran imbalan dilaksanakan setelah diterimanya permohonan pembayaran dari Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dilampiri dengan Tanda Terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) dan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), serta persyaratan lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Anggaran.
(3)
Apabila pekerjaan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM diselesaikan melebihi batas waktu yang telah ditentukan dalam Surat Perintah Kerja, Kantor Akuntan Publik dikenakan denda sebesar 1% untuk setiap hari kelambatan maksimum 5%
dari besarnya imbalan.
(4) Apabila penyelesaian pekerjaan Pemeriksaan Sederhana
Lapangan PPN dan PPn BM melebihi batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) maka Surat Perintah Kerja dinyatakan batal demi hukum sehingga imbalan tidak dapat dibayarkan.
Pasal 14
Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-112/PJ/1996 tanggal 5 Desember 1996 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 15 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
FUAD BAWAZIER