• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keputusan Dirjen Pajak, KEP - 150/PJ./1997

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Keputusan Dirjen Pajak, KEP - 150/PJ./1997"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 150/PJ./1997

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH AKUNTAN PUBLIK

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang :

a. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 tentang penunjukan Tenaga Ahli Tertentu untuk Melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Direktur Jenderal Pajak dapat menunjuk Akuntan Publik sebagai tenaga ahli untuk melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM terhadap Pengusaha Kena Pajak;

b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM oleh Akuntan Publik tersebut dipandang perlu untuk mengubah petunjuk pelaksanaannya dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566);

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3568);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1996 (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 28) tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994;

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 625/KMK.04/1994 tanggal 27 Desember 1994 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan;

5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 763/KMK.04/1986 tanggal 28 Agustus 1986 tentang Akuntan Publik;

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 tentang Penunjukan Tenaga Ahli Tertentu untuk Melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;

7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/1996 tanggal 5 Desember 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah oleh Akuntan Publik;

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SEDERHANA LAPANGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH AKUNTAN PUBLIK.

Pasal 1

(2)

(1)Akuntan Publik yang dapat ditunjuk sebagai tenaga ahli untuk melakukan

Pemeriksaan

Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM adalah Akuntan Publik yang selain telah memenuhi persyaratan

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan No.

555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 juga harus memenuhi persyaratan bahwa Akuntan Publik tersebut tidak sedang dalam

"pembinaan"

Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen

Keuangan Republik Indonesia.

(2)Tenaga Pemeriksa sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan No.

555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 adalah Tenaga Pemeriksa yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(3)

a. Serendah- rendahnya memiliki ijazah Sarjana Muda Akuntansi;

b. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan Keputusan Hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;

c. Memiliki pengalaman kerja sebagai pemeriksa pada Kantor Akuntan Publik sekurang- kurangnya 2

(dua) tahun;

d. Berstatus sebagai pegawai tetap pada Kantor Akuntan Publik yang

bersangkutan;

e. Telah mengikuti penataran mengenai Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM yang

diselenggarakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak.

Pasal 2 (1)

Tenaga Ahli dan Tenaga Pemeriksa dari Kantor Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib mengikuti penataran mengenai Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM sebelum melaksanakan tugasnya meskipun dalam periode sebelumnya telah mengikuti penataran.

(2)

Tenaga Ahli dan Tenaga Pemeriksa dari Kantor akuntan Publik yang telah

mengikuti penataran Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM

diberikan surat tanda telah

mengikuti penataran.

(4)

(1)Penunjukan Akuntan Publik sebagai tenaga ahli untuk melakukan

Pemeriksaan

Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :

(5)

a. Kepada Kantor Akuntan Publik diberitahukan secara tertulis tentang kesempatan untuk ditunjuk sebagai tenaga ahli guna melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 1.

b. Kantor Akuntan Publik yang bersedia menyediakan Akuntan Publik untuk ditunjuk sebagai tenaga ahli guna melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM

menyampaikan kesediaannya kepada Direktur Jenderal Pajak dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 1.1.

dan 1.2.

(2)Setiap Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM terhadap Pengusaha Kena Pajak harus dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa yang sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang dengan susunan sebagai berikut :

a. Supervisor b. Ketua Tim c. Anggota Tim.

(3)

Susunan Tim Pemeriksa

sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) ditentukan oleh Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Supervisor dan Ketua Tim harus dijabat oleh Tenaga Ahli b. Anggota tim dijabat oleh Tenaga Pemeriksa.

Pasal 4

(6)

(1)

Direktur Jenderal Pajak setelah menerima

kesediaan dari Kantor Akuntan Publik,

menyampaikan Daftar Pengusaha Kena Pajak yang akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM kepada Kantor Akuntan Publik yang

bersangkutan dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 2 dan Lampiran 2.1.

(7)

(2)

Kantor Akuntan Publik wajib meneliti Daftar Pengusaha Kena Pajak dan melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak mengenai

Pengusaha Kena Pajak yang berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Keputusan Menteri

Keuangan No.

555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 tidak

diperkenankan dilakukan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan oleh Tenaga Ahli dan Tenaga

Pemeriksa, dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 2.2.

(8)

(3)

Daftar Pengusaha Kena Pajak yang tidak

diperkenankan dilakukan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM harus

disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal Surat Pengantar

Pengiriman Daftar Pengusaha Kena Pajak yang akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM dengan disertai Daftar Susunan Tim Pemeriksa untuk masing- masing

Pengusaha Kena Pajak yang diperkenankan dilakukan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM dengan

menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 2.3.

(4)Surat Perintah Kerja diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada Kantor Akuntan Publik dengan

menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 3.

Pasal 5

(9)

(1)

Setiap Tenaga Ahli dan Tenaga Pemeriksa dari Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk untuk melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM dilengkapi dengan Tanda Pengenal

Pemeriksa Pajak yang

ditandatangani oleh Direktur Pemeriksaan Pajak.

(2)

Direktur Pemeriksaan Pajak

menginstruksikan kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak

dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak untuk menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak untuk masing-masing Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dengan

menggunakan formulir sesuai dengan

Lampiran 4, 4.1.

dan 4.2.

Pasal 6

(10)

(1)

Pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM harus dilakukan oleh Tim Pemeriksa selambat- lambatnya 3 (tiga) hari sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.

(2)

Sebelum melakukan Pemeriksaan

Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM, Tim Pemeriksa wajib mempelajari berkas PPN dan PPn BM serta berkas data yang ada di Kantor Pelayanan Pajak.

(3)

Apabila berdasarkan hasil penelitian berkas atau pemeriksaan di lapangan diketahui bahwa Pengusaha Kena Pajak yang akan diperiksa tersebut tidak efektif atau tidak dapat ditemukan

alamatnya, Tim Pemeriksa harus mengajukan

permintaan penggantian

Pengusaha Kena Pajak kepada Direktur

Pemeriksaan Pajak selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal Surat Perintah

Pemeriksaan Pajak dengan

menyebutkan alasan yang didukung dengan bukti yang kuat.

(11)

(4)

Apabila Pengusaha Kena Pajak memperlambat memperlihatkan atau meminjamkan, atau tidak bersedia memperlihatkan atau meminjamkan buku-buku, catatan- catatan dan dokumen-dokumen yang menjadi dasar/pendukungnya, maka Tim Pemeriksa harus memberikan Surat Peringatan dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 5.

(5)

Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi Surat Peringatan maka Tim Pemeriksa harus membuat Berita Acara Penolakan

Pemeriksaan Pajak segera setelah batas waktu yang ditentukan dalam Surat Peringatan terlewati dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 6.

(6)

Tim Pemeriksa berdasarkan Berita Acara Penolakan Pemeriksaan Pajak menghitung pajak terutang secara jabatan.

(12)

(7)

Tim Pemeriksa dalam

melaksanakan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM wajib mengikuti prosedur pemeriksaan seperti tercantum pada Lampiran 7.

Pasal 7 (1)Tim Pemeriksa

harus membuat Kertas Kerja Pemeriksaan untuk setiap kegiatan pemeriksaan yang dilakukan.

(2)Setiap hasil pemeriksaan harus diwujudkan dalam bentuk Laporan Pemeriksaan Pajak yang dibuat berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan.

(3)

Setiap Laporan Pemeriksaan Pajak harus dibuat secara lengkap dan harus dapat ditindaklanjuti dengan Nota Penghitungan Pajak sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak.

(4)

Konsep Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas Kerja Pemeriksaan wajib dibuat sekurang- kurangnya seperti yang tercantum pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.

(5)Konsep Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kertas kerja Pemeriksaan

disampaikan kepada :

(13)

a. Staf

Operasional Dewan Pengawas yang

berkedudukan di

Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak untuk pemeriksaan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Jabotabek termasuk Serang, b. Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang terkait untuk pemeriksaan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya diluar Jabotabek dan Serang, Untuk dibahas bersama dengan Tim Pemeriksa yang

bersangkutan.

(6)

Dalam pembahasan Konsep Laporan Pemeriksaan Pajak, Tim Pemeriksa harus menyajikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan atau temuannya.

(7)

Apabila dari hasil pembahasan

terdapat koreksi, maka koreksi tersebut wajib ditindaklanjuti oleh Tim Pemeriksa yang bersangkutan.

(8)

Berdasarkan hasil pembahasan, Tim Pemeriksa harus membuat Lembar Persetujuan Tim Penelaah Sebelum Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang harus ditandatangani oleh Tim Pemeriksa yang bersangkutan dan Tim Penelaah dengan

menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 10.

Pasal 8

(14)

(1) Hasil Pemeriksaan yang telah disetujui Tim Penelaah diberitahukan secara tertulis oleh Tim Pemeriksa kepada Pengusaha Kena Pajak berdasarkan konsep Laporan Pemeriksaan Pajak yang telah disetujui oleh Tim Penelaah dengan menggunakan formulir sesuai dengan

Lampiran 11,11.1,11.2 dan 11.3.

(2) Apabila Pengusaha Kena Pajak menyetujui seluruh hasil pemeriksaan, maka Pengusaha Kena Pajak harus

menandatangani Lembar

Pernyataan Persetujuan Wajib Pajak (Pengusaha Kena Pajak) dan

mengirimkan kembali

kepada Tim Pemeriksa yang

bersangkutan.

(15)

(3) Lembar Persetujuan Tim Penelaah dan Lembar Pernyataan Persetujuan Wajib Pajak (Pengusaha Kena Pajak) yang telah ditandatangani oleh Pengusaha Kena Pajak merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Laporan Pemeriksaan Pajak.

Pasal 9 (1)

Apabila

Pengusaha Kena Pajak tidak setuju baik sebagian

maupun seluruh hasil

pemeriksaan, maka kepada Pengusaha Kena Pajak diberi kesempatan untuk

menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil pemeriksaan kepada Tim Pemeriksa dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal Surat Pemberitahuan Hasil

Pemeriksaan.

(16)

(2)

Tanggapan Pengusaha Kena Pajak harus dibahas bersama antara Tim Pemeriksa dan Tim Penelaah sebelum

dilakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan

Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan.

(3) Hasil pembahasan dituangkan dalam Lembar Persetujuan Tim Penelaah

Sebelum Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sesuai dengan

Lampiran 10.

(4)

Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan antara

Pengusaha Kena Pajak dan Tim Pemeriksa harus dilakukan dalam jangka waktu selambat- lambatnya 3 (tiga) hari sejak tanggal Lembar Persetujuan Tim Penelaah

ditandatangani.

(17)

(5) Hasil Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang

ditandatangani oleh Tim Pemeriksa dan Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan formulir sesuai dengan

Lampiran 12 dan 12.1.

(6) Apabila

Pengusaha Kena Pajak menolak untuk

menandatangani Berita Acara Hasil

Pemeriksaan, maka Tim Pemeriksa membuat Berita Acara

Penolakan Penandatanganan Berita Acara Hasil

Pemeriksaan yang

ditandatangani oleh Tim Pemeriksa yang bersangkutan dengan menggunakan formulir sesuai dengan

Lampiran 13.

(18)

(7) Lembar

Persetujuan Tim Penelaah dan Berita Acara Hasil

Pemeriksaan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Laporan

Pemeriksaan Pajak.

Pasal 10 (1)

Apabila Pengusaha Kena Pajak tidak

memberikan tanggapan atas Pemberitahuan Hasil

Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), maka kepada

Pengusaha Kena Pajak dikirim Surat Panggilan untuk

menandatangani Berita Acara Hasil

Pemeriksaan dengan menggunakan formulir sesuai dengan

Lampiran 14.

(19)

(2)

Apabila dalam batas waktu yang telah ditentukan dalam Surat Panggilan Pengusaha Kena Pajak tetap tidak hadir, maka Tim Pemeriksa harus membuat dan

menandatangani Berita Acara Ketidakhadiran Pengusaha Kena Pajak dengan

menggunakan formulir sesuai dengan

Lampiran 15.

(3) Lembar Persetujuan Tim Penelaah dan Berita Acara

Ketidakhadiran Pengusaha Kena Pajak merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Laporan Pemeriksaan Pajak.

Pasal 11

(20)

(1)

Laporan

Pemeriksaan Pajak dibuat oleh Tim Pemeriksa

berdasarkan konsep Laporan Pemeriksaan Pajak yang telah disetujui Tim Penelaah dan harus

ditandatangani oleh Tim Pemeriksa serta diketahui oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak.

(2)

Laporan

Pemeriksaan Pajak digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Nota Penghitungan Pajak yang sekaligus sebagai dasar penetapan surat ketetapan pajak.

(3)Nota

Penghitungan Pajak yang dibuat oleh Tim

Pemeriksa dan harus diparaf oleh :

(21)

a. Anggota tim pada kolom

"dihitung", b. Ketua

Tim pada kolom

"diteliti:, c. Supervisor

pada kolom

"disetujui", d. Kepala

Kantor Pelayanan Pajak pada kolom

"ditetapkan"

(4)

Kertas Kerja Pemeriksaan, Laporan

Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan Pajak harus disampaikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan Surat Perintah

Pemeriksaan Pajak selambat-

lambatnya 3 (tiga) hari setelah tanggal Laporan Pemeriksaan Pajak dan Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan diberikan Tanda Terima dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 16.

(5)

Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak selambat- lambatnya 3 (tiga) hari sejak Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan Pajak diterima dari Kantor Akuntan Publik.

Pasal 12

(22)

(1)

Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM harus diselesaikan oleh Kantor Akuntan Publik dalam batas waktu yang telah ditentukan dalam Surat Perintah Kerja.

(2)

Dalam hal Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM tidak dapat

diselesaikan dalam batas waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemeriksaan tetap harus dilanjutkan sampai selesai dengan ketentuan bahwa pemeriksaan tersebut harus diselesaikan selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum berakhirnya tahun anggaran yang

bersangkutan.

(23)

(3) Setiap penyelesaian pekerjaan Pemeriksaan Sederhana Lapangan PPN dan PPn BM harus dibuat Berita Acara

Penyelesaian Pekerjaan yang

ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pajak dan Kantor Akuntan Publik dengan menggunakan formulir sesuai dengan Lampiran 17.

(4)Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan dibuat setelah Kantor Akuntan Publik menyerahkan Tanda Terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4).

Pasal 13

(24)

(1)

Besarnya imbalan yang diberikan kepada tenaga ahli tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (4) Keputusan

Menteri

Keuangan No.

555/KMK.04/1996 tanggal 3 September 1996 untuk setiap Pengusaha Kena Pajak akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam keputusan

tersendiri.

(2)

Pembayaran imbalan dilaksanakan setelah diterimanya permohonan pembayaran dari Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dilampiri dengan Tanda Terima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) dan Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), serta persyaratan lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Anggaran.

(25)

(3)

Apabila pekerjaan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM diselesaikan melebihi batas waktu yang telah ditentukan dalam Surat Perintah Kerja, Kantor Akuntan Publik dikenakan denda sebesar 1% untuk setiap hari kelambatan maksimum 5%

dari besarnya imbalan.

(4) Apabila penyelesaian pekerjaan Pemeriksaan Sederhana

Lapangan PPN dan PPn BM melebihi batas waktu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) maka Surat Perintah Kerja dinyatakan batal demi hukum sehingga imbalan tidak dapat dibayarkan.

Pasal 14

Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-112/PJ/1996 tanggal 5 Desember 1996 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 15 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(26)

FUAD BAWAZIER

Referensi

Dokumen terkait

Analisis penilaian menunjukkan tingkat penilaian responden ahli terhadap teknik sinematografi yang digunakan pada video pertama (long shot, eye level, panning, low angle

Nomor 133b/KMK.04/2000 tanggal 28 April 2000 tentang Pelunasan Bea Meterai Dengan Menggunakan Cara Lain dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-122c/PJ/2000 tanggal 1

Bersama ini disampaikan foto copy Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-47/PJ/1996 tanggal 20 Juni 1996 tentang Penetapan Dasar Pengenaan Pajak untuk Menghitung PPN

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 38 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu menetapkan Peraturan

Pada akhir 1996 menjadi Kantor Inspeksi Pajak Surakarta A berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang

Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan

Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara mempunyai arti pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang

meningkatkan sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan