• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daun Kunyit 2D1 Kel 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Daun Kunyit 2D1 Kel 8"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KIMIA ANALISIS ORGANIK

MASERASI DAUN KUNYIT

Disusun Oleh :

1. Aatthirah Darin/136584

2. Maria Venna Ruban/136755

Kelas

:

2D

Kelompok :

8

POLITEKNIK AKA BOGOR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Maserasi Daun Kunyit ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah Praktikum Kimia Analisis Organik Politeknik AKA-Bogor yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bogor, Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Maserasi ... 7

3.2 Isolasi Minyak Atsiri dalam Daun Kunyit ... 5

3.3 Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit ... 13

3.4 Uji Aktivitas Antioksidan ... 16

BAB IV KESIMPULAN ... 24

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia banyak sekali ditemukan penyakit degeneratif yang salah satunya diakibatkan oleh reaksi oksidasi yang berlebihan karena radikal bebas. Radikal bebas terbentuk dalam tubuh sebagai produk samping proses metabolisme. Di samping itu juga radikal bebas dapat berasal dari luar tubuh yang diserap melalui pernapasan atau kulit seperti asap rokok, polusi, sinar UV, obat, limbah industri, dan ozon. Peningkatan radikal bebas menyebabkan penurunan fungsi dari membran sel, retikulum endoplasma dan bisa menganggu di tingkat molekul DNA sel. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa radikal bebas dapat menimbulkan beberapa penyakit degenaratif seperti jantung, reumatik, ginjal, otak, dan sistem imun yang pada akhirnya dapat berakibat pada menurunnya kualitas hidup dan mempercepat proses penuaan.

Beberapa sumber antioksidan eksogen yaitu sayur, buah-buahan, biji-bijian, dan umbi-umbian karena mengandug vitamin A, vitamin E, vitamin C, dan beta karoten. Umbi termasuk sumber bahan makanan yang mengandung antioksidan. Salah satu umbi yang mengandung antioksidan adalah kunyit. Karena mengandung kurkumin yang terbukti dapat menangkap radikal hidroksi, yaitu salah satu bentuk dari radikal bebas.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui senyawa yang bisa menangkal radikal bebas, salah satu caranya adalah dengan adanya penemuan terhadap ativitas antioksidan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan pada rimpang kunyit ternyata menyebabkan peningkatan aktivitas antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.

1.2 Rumusan Masalah

 Apakah ekstrak daun kunyit memiliki aktivitas antioksidan?

(6)

 Bagaimana teknik maserasi daun kunyit?

 Bagaimana teknik mengisolasi minyak atsiri dalam daun kunyit?

1.3 Tujuan

 Mengetahui adanya aktivitas antioksidan pada daun kunyit.

 Mengetahui senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun kunyit

 Mengetahui teknik maserasi daun kunyit.

 Mengetahui teknik isolasi minyak atsiri dari daun kunyit.

1.4 Manfaat

 Memenuhi tugas mata kuliah praktikum Kimia Analisis Organik

 Memberi informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit yang disebabkan oleh radikal bebas.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kunyit

- Deskripsi

Habitus berupa semak dengan tinggi ±70 cm. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang. Berwarna hijau kekuningan.Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang.Helai daun tiga sampai delapan.Ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm.Pertulangan daun menyirip.Daun berwarna hijau pucat.Bunga majemuk, berambut, bersisik.Panjang tangkai 16-40cm. Panjang mahkota ±3 cm, lebar ±1±cm, berwarna kuning.Kelopak silindris, bercangap tiga, tipis dan berwarna ungu.Pangkal daun pelindung putih.Akar berupa akar serabut dan berwarna coklat muda.

Curcuma domestic val atau biasa disebut kunyit merupakan tanaman yang berasal dari Asia. Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di daerah dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyte

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Odo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

(8)

o Nama Umum : Kunyit

o Nama Daerah : Kakunye (enggano); Kunyet(Adoh); Kuning (Gayo); Kunyit(alas); Hunik (Batak); Odil(Simalur); Undre (nias); Kunyit(Lampung); Kunyir (Melayu);Kunyit (Sunda); Kunir (JawaTengah); Temo Koneng (Madura);Kunit (Banjar); Henda (Ngayu);Kunyit (Olon Manyan); Cahang(Dayak); Panyambung Dio(Panihing); Kalesiau (Kenya); Kunyit (Tidung); Kunyit (Sasak);Huni (Bima); Kaungi (SumbaTimur); Kunyi (Sumba Barat); Kewunyi (Sawu); Koneh (Flores);Kuma (Solor); Kumeh (Alor);Kunik (Roti); Hunik Kunir(Timor); Uinida (Talaud); Kuni (Sangir); Alawaha (Gorontalo); Kolalagu (Buol); Pagidon (Toli-toli); Kuni (Toraja); Kunyi (Ujungpandang); Kunyi (Selayar); Unyi (Bugis); Kuni (Mandar); Kurlai (Leti); Lulu Malai (Babar); Ulin (Tanimbar); Tun (Kayi); Unin (Ceram); Kunin (SeramTimur); Unin (ambon); Gurai (Halmahera); Garaci (Ternate); Rame (Kapaur); Kandeifa (Nufor);Nikwai (Windesi); Mingguai (Wandamen);Yaw(Arso).

(9)

Manfaat kunyit bagi kesehatan, antara lain : 1. Sebagai antioksidan dan antiperadangan.

2. Memperlambat penyebaran dan pertumbuhan tumor. 3. Memperlancar sistem pencernaan.

4. Meringankan gejala rematik.

5. Membantu menyembuhkan luka bakar.

6. Membantu meringankan penyakit kulit seperti eksim, bintik-bintik dan gatal-gatal.

7. Menghaluskan dan mencerahkan kulit

8. Membantu mencegah diabetes melitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan; haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI; amandel, buang air besar lendir, Morbili, cangkrang (Waterproken); Daun kunyit mengandung berbagai senyawa antara lain : protein (2,20%), minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah 1,8-sineol, dan lemak (2,04%). Selain itu, daun kunyit juga mengandung senyawa flavonoid, fenolik dan tannin yang dapat ditentukan dengan skrinning senyawa fitokimia.

Komponen minyak atsiri dalam daun kunyit dapat bersifat sebagai antibakteri dan juga mempengaruhi kesehatan. Minyak atsiri daun kunyit terdiri dari komponen-komponen yang tergolong monoterpen, sesquiterpen, diterpen, politerpen, alcohol, aldehid, keton, ester, dan eter. Menurut caragay (1992) ada 14 komponen fitokimia yang diketahui memiliki aktivitas dapat mencegah kanker, diantaranya monoterpen, triterpen, sesquiterpen, dan flavonoid. Komponen minyak atsiri daun kunyit yang berhasil diidentifikasi oleh dung et. al. (1995) sekitar 50 komponen, diantaranya δ-limonen, α-pinen dan mycrene. Elson dan Yu (1994) menyatakan bahwa δ-limonen bersifat antikarsinogenis yang mencegah terbentuknya senyawa karsinogen dari precursor dan mencegah reaksi dengan target (blocking agent) dan menekan pertumbuhan tumor (suppressing agent). Disamping itu, komponen lain juga dilaporkan bersifat sebagai bakteriostatik (β-pinen, 1,8-sineol dan terpinen); mengobati radang pernapasan (1,8-sineol); tonikum lambung, karminatif dan antidiuretika (β-pinen) (Knockblock et al.,1989 Stahl, 1985).

(10)

sehingga akan mencari reaksi agar mendapatkan elektron pasanngannya yang berujung pada kerusakan sel dan jaringan.

Radikal bebas terbentuk dalam tubuh sebagai produk samping proses metabolisme. Di samping itu juga radikal bebas dapat berasal dari luar tubuh yang diserap melalui pernapasan atau kulit seperti asap rokok, polusi, sinar UV, obat, limbah industri, dan ozon. Peningkatan radikal bebas menyebabkan penurunan fungsi dari membran sel, retikulum endoplasma dan bisa menganggu di tingkat molekul DNA sel. Radikal bebas dapat menimbulkan beberapa penyakit degenaratif seperti jantung, reumatik, ginjal, otak, dan sistem imun yang pada akhirnya dapat berakibat pada menurunnya kualitas hidup dan mempercepat proses penuaan.

(11)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Maserasi

Maserasi adalah suatu proses perndman simpisia mengunkan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Ada 2 macam maserasi yaitu masreasi kinetik dan remaserasi. Maserasi kinetik adalah maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus sedangkan remaserasi adalah menambahkan pelarut setelah maserat pertama disaring dan seterusnya.

Pada bagian ini, daun kunyit di maserasi dengan teknik remaserasi. Proses maserasi diakukan dengan mengeringkan daun kunyit yang segar. Sampel diblender kering hingga menjadi simplisia. Simplisia direndam selama 3 hari pada suhu ruangan. Maserat kemudian disaring, filtrat dipisahkan dan ampasnya direndam kembali ke dalam metanol yang baru, maserasi dilang sebanyak + hingga diperoleh maserat berwarna jernih. Filtrat yang diperoleh dipekarkan dalam rotary evaporator (400C) atau pada suhu didih (Ginting, 2008), hingga

diperoleh ekstra kental pada masing-masing sampel. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam botol vial dan dikeringkan dalam desikator hingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak metanol yang kering kemudian dicampur dengan 2 mL dimethisulfoxyde (DMSO) sehingga diperoleh larutan induk dan dilakukan pengenceran sesuai kebutuhan. Ekstrak yang diperoleh disimpan dala botol vial pada suhu refigerator.

Keuntungan dari metode ini :

1) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

2) Biaya operasionalnya relatif rendah

(12)

4) Tanpa pemanasan

Kelemahan dari metode ini :

1) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja

2) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

3.2 Isolasi Minyak Atsiri dalam Daun Kunyit

Daun kunyit biasanya digunakan untuk memberi aroma pada masakan seperti rendang, gulai dan sebagai pembalut ikan atau daging yang dibakar. Telah diteliti bahwa minyak atsiri yangdiperoleh dari daun kunyit menunjukkan potensi dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen Fusarium oxysporum, F. oxysporum, dan Curvularia trifolii (John Wiley & Sons, 2005).

Minyak atsiri yang dikenal juga dengan minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985).

(13)

Beberapa metode isolasi minyak atsiri seperti penyulingan, pengepresan, ekstraksi dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak padat. Namun, sebagian besar minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan yang dikenal juga dengan hidrodestilasi (Guenther, 1987;Lutony & Rahmayati, 1994). Meskipun proses pengambilan minyak atsiri melalui metode penyulingan merupakan model tertua, tetapi hingga kini masih banyak dilakukan oleh para perajin minyak atsiri di berbagai negara, khususnya negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia (Lutony & Rahmayati, 1994).

(14)
(15)

Minyak Atsiri Hasil Destilasi Uap Keterangan:

B. Minyak atsiri dari simplisia daun kunyit

Berikut adalah beberapa struktur senyawa yang ada dalam minyak atsiri daun kunyit, antara lain :

1,8-sineol β-Seskuifellandren p-Cymen

(16)
(17)

Spektrum massa minyak atsiri dalam daun kunyit :

Spektrum massa dengan waktu tambat (Rt) 8,283 menit

3.3 Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit

Uji srining fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid dengan menggunakan metode Harboune (1987), yaitu:

3.3.1.

Uji Flavonoid

Daun kunyit yang telah dikeringkan, dihaluskan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi metanol. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi 1 ditetesi FeCl3, tabung reaksi 2 ditetesi MgHCl, tabung

reaksi 3 ditetesi H2SO4 (p), dan tabung reaksi 4 ditetesi NaOH 10%. Setelah diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung diperoleh hasil sebagai berikut :

- Tabung reaksi 1 menghasilkan larutan berwarna hitam

- Tabung reaksi 2 menghasilkan larutan berwarna biru keunguan

(18)

- Tabung reaksi 4 menghasilkan larutan berwarna jingga kekuningan.

3.3.2.

Uji Alkaloid

Daun kunyit yang telah dikeringkan, dihaluskan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi metanol. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi 1 ditetesi Meyer, tabung reaksi 2 ditetesi Wagner, tabung reaksi 3 ditetesi Bouchard, tabung reaksi 4 ditetesi Dragendorf. Setelah diamati perubahan warna yang terjadi pada masing-masing tabung, diperoleh hasil sebagai berikut :

- Tabung reaksi 1 menghasilkan endapan berwarna putih

- Tabung reaksi 2 menghasilkan endapan berwarna coklat tua

- Tabung reaksi 3 menghasilkan endapan berwarna coklat muda

- Tabung reaksi 4 menghasilkan endapan berwarna merah bata.

3.3.3.

Uji Steroid

Daun kunyit yang telah dikeringkan, dihaluskan dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi N-heksana. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal dan disaring. Hasil penyaringan dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi. Kemudian tabung reaksi 1 ditetesi CeSO4 1%, tabung reaksi 2 ditetesi Salkwosky, tabung reaksi 3 ditetesi Libermen-Bouchard. Setelah diamati perubahan warna yang terbentuk pada masing-masing tabung dan diperoleh hasil sebagai berikut :

- Tabung reaksi 1 menghasilkan larutan berwarna coklat

- Tabung reaksi 2 menghasilkan larutan berwarna merah

- Tabung reaksi 3 menghasilkan larutan berwarna hijau kebiruan.

3.3.4.

Uji Terpenoid

(19)

tabung reaksi 3 ditetesi Libermen-Bouchard. Setelah diamati perubahan warna yang terbentuk pada masing-masing tabung dan diperoleh hasil sebagai berikut :

- Tabung reaksi 1 menghasilkan larutan berwarna coklat

- Tabung reaksi 2 menghasilkan larutan berwarna merah

- Tabung reaksi 3 menghasilkan larutan berwarna hijau kebiruan.

3.3.5.

Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Kunyit

Hasil uji skrining fitokimia kandungan metabolit sekunder ekstrak daun kunyit dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

(20)

Tabel 1. Menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kunyit mengandung senyawa steroid, terpenoid dan flavonoid dalam jumlah yang berbeda-beda. Pengujian senyawa steroid dan terpenoid dengan menggunakan pereaksi CeSO4

1% dalam H2SO4 10%, Salkowsky dan Liebermen-Bouchard ditandai dengan

perubahan warna pada masing-masing pereaksi sehingga menunjukkan hasil positif sedangkan senyawa flavonoid dengan menggunakan pereaksi FeCl3 1%

menunjukkan hasil positif. Adanya hasil positif dan negatif pada setiap pereaksi ditandai dengan kepekaan/kesensitifan setiap pereaksi yang menunjukkan ada atau tidaknya steroid maupun terpenoid dan disebabkan karena kandungan senyawa metabolit sekunder dalam tanaman bervariasi.

Menurut Harboune (1987), terpenoid bersifat larut dalam lemak, salah satu golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba adalah triterpenoid. Sedangkan steroid adalah golongan lemak dan merupakan bagian dari triterpenoid. Ekstrak kunyit memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan

Salmonella typhimurium karena adanya senyawa-senyawa metabolit berupa alkaloid, flavonoid, sterol/triterpenoid, minyak atsiri, dan tanin (Sunanti, 2007).

3.4 Uji Aktivitas Antioksidan 3.4.1. Prinsip Kerja

Prinsip pada metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) adalah melihat perubahan warna DPPH dalam larutan dari ungu pekat menjadi kuning pucat karena aktivitas sampel yang mengandung antioksidan yang mampu menangkap dan meredam aktivitas radikal bebas. Semakin banyak DPPH yang diredam, warna larutan akan semakin berubah menjadi pucat. Perubahan warna selain bisa dilihat dari kualitatif, juga bisa menggunakan spektrofotometer dan dinilai absorbansinya. Pada spektrofotometer, akan dilihat perubahan serapan warna (nilai absorbansi). Absorbansi yang baik untuk larutan DPPH adalah kurang dari 1. Tinggi- rendahnya aktivitas antioksidan pada sampel dilihat dari nilai efficient concentration (EC50) atau inhibition concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu

(21)

bebasnya. Semakin kecil nilai IC50, semakin tinggi akktivitas antioksidan dalam

sampel. Pengerjaan menggunakan DPPH harus cepat dan hati-hati karena molekul DPPH mudah terdegradasi oleh cahaya dan oksigen. Namun, metode DPPH lebih sederhana, akurat, cepat, dan bisa dilakukan dengan sedikit sampel.

3.4.2. Alat dan Bahan Penelitian a) Alat

- Timbangan analitik

- Tabung reaksi

- Tabung erlenmeyer

- Cawan

- Gelas ukur

- Mikropipet 10;100; dan 1000 µL

- Tip 10;100; dan 1000 µL

- Kuvet

- Alat spektrofotometer

- Alumunium foil - Shaker waterbath

- Labu ukur 10 mL

- Kaca arloji

- Batang pengaduk

- Botol gelap

(22)

b) Bahan

Berikut merupakan cara kerja uji aktivitas metode DPPH : 1. Penyiapan sampel atau pembuatan simplisia nabati

Daun kunyit basah dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Daun yang telah kering diblender menjadi serbuk daun kunyit.

2. Pembuatan ekstrak daun kunyit

Menggunakan metode maserasi dan remaserasi yaitu menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang. Setelah dilakukan maserasi selama 24 jam, dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dan residu. Filtrat kemudian dilakukan evaporasi menggunakan rotary evaporator pada suhu 37o C untuk memisahkan pelarut metanol dengan ekstrak daun

kunyit sehingga didapatkan ekstrak kental daun kunyit. Kemudian residu direndam lagi dengan pelarut metanol untuk dilakukan remaserasi.

3. Pembuatan larutan

a. Pembuatan larutan DPPH 634 µmolar

- Timbang DPPH sebanyak 0,0014 g

- Larutkan dalam 14 mL metanol

- Larutan dikocok hingga homogen, kemudian dimasukkan ke dalam botol gelap

- Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis untuk memperoleh panjang gelombang maksimum.

(23)

- Larutan dikocok hingga homogen c. Pembuatan larutan uji 1. Larutan induk 1000 ppm

10 mg ekstrak daun kunyit dilarutkan ke dalam 10 mL metanol. 2. Larutan seri

 200 ppm

400 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.

 150 ppm

300 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.

 100 ppm

200 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.

 50 ppm

100 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.

d. Pembuatan larutan kontrol positif 1. Larutan induk 100 ppm

1 mg Vitamin C murni dilarutkan dalam 10 mL metanol 2. Larutan seri

 2 ppm

40 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.

 4 ppm

80 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.

 6 ppm

(24)

 8 ppm

160 µL dari larutan induk ditambahkan metanol sampai volumenya 1500 µL. Kemudian ditambahkan 500 µL larutan DPPH.

4. Pengukuran absorbansi

Semua larutan kontrol, larutan ekstrak daun kunyit dan larutan standar positif (Vitamin C) dikocok menggunakan shaker waterbath

dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit dalam keadaan gelap

(ditutup alumunium foil). Hal ini dilakukan karena radikal DPPH mudah didegradasi oleh cahaya. Kemudian absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Setelah nilai absorbansinya didapat, dapat dihitung % hambatan masing-masing larutan dengan menggunakan rumus :

%hambatan=(|blanko|−|sampel|) |blanko| x100

Setelah didapatkan %aktivitas hambatan, dicari nilai IC50 melalui

persamaan regresi linier y = a+bx. 5. Analisis data antioksidan

Data antioksidan pada radikal DPPH (%hambatan), ekstrak daun kunyit dianalisis dan dihitung nilai IC50. Semakin kecil nilai IC50, berarti

aktivitas antioksidan semakin kuat. Pada penelitian ini, nilai IC50

dianalisis dan dihitung menggunakan persamaan regresi linier.

Data %hambatan dan konsentrasi larutan digunakan untuk mencari nilai IC50 dengan persamaan regresi linier y=a+bx dimana y adalah

%hambatan 50 (senilai 50) dan x adalah nilai IC50. Nilai konstanta a

menentukan besarnya variabel y jika variabel x adalah nol (0). Sedangkan nilai b menunjukkan besarnya perubahan variabel y jika variabel x berubah satu satuan. Berikut ini tabel mengenai klasifikasi aktivitas antioksidan menurut Blois :

(25)

2 50-100 ppm Kuat

3 100-150 ppm Sedang

4 151-200 ppm Lemah

Berikut ini nilai absorbansi dan %hambatan dari setiap konsentrasi ekstrak daun kunyit :

Nilai absorbansi dan %hambatan vitamin C No. Konsentrasi

*Larutan Kontrol = 0,541 nm

Berdasarkan kedua tabel di atas, terlihat hasil bahwa semakin besar konsentrasi, semakin kecil nilai absorbansinya karena semakin bear konsentrasi larutan, aktivitas antioksidan semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan perubahan warna dari DPPH dan nilai % hambatannya semakin tinggi.

(26)

40 60 80 100 120 140 160 180 200 220

Konsentrasi ekstrak daun kunyit (ppm)

(27)

3.5 Penetapan Nilai IC50

Nilai IC50 dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan

regresi linier. Untuk memudahkan input data maka digunakan microsoft excel untuk mencarai regresi linier. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin

besar aktivitas antioksidan. Setelah dilakukan perhitungan IC50 daun kunyit

dan vitamin C sebagai berikut :

No. Bahan Nilai IC50

1 Ekstrak Daun Kunyit 148,51 ppm

(28)

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil analisis : 1. Uji Skrining Fitokimia

Ekstrak metanol daun kunyit mengandung senyawa steroid, terpenoid dan flavonoid dalam jumlah yang berbeda-beda. Pengujian senyawa steroid dan terpenoid dengan menggunakan pereaksi CeSO4 1% dalam H2SO4

10%, Salkowsky dan Liebermen-Bouchard ditandai dengan perubahan warna pada masing-masing pereaksi sehingga menunjukkan hasil positif sedangkan senyawa flavonoid dengan menggunakan pereaksi FeCl3 1%

menunjukkan hasil positif. 2. Uji Aktivitas Antioksidan

Dari berbagai konsentrasi larutan uji ekstrak daun kunyit, terdapat perubahan warna DPPH dari ungu pekat menjadi kuning terang. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit.

Nilai IC50 ekstrak daun kunyit sebesar 148,51 ppm dan digolongkan

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Lampiran Hasil Identifikasi Teknik Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Kunyit. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara

Dani, Ira Wulan, Kiki Nurtjahja dan Cut Fatimah Zuhra. Penghambatan Pertumbuhan Aspergillus Flavus dan Fusarium Moniliforme Oleh Ekstrak Salam (Eugenia Polyantha) dan Kunyit (Curcuma Domestica). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 3. Flowsheet Isolasi Minyak Atsiri Daun Kunyit .
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak Daun

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit dapat dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).Prinsipnya pada metode DPPH melihat

Dari hasil uji kualitatif diperoleh hasil bahwa larutan uji dapat meredam radikal bebas DPPH yang ditandai dengan memudarnya warna dari larutan DPPH dari warna ungu hingga menjadi

HasiJ uji kualitatif dengan reaksi warna menunjukkan adanya aktivitas peredaman radikal bebas yang ditunjukkan dengan memudamya warna ungu larutan DPPH meojadi larutan

Katode Anode Katode Anode 1 1 Larutan KI Larutan KI Mula-mula larutan KI Mula-mula larutan KI  berwarna kuning  berwarna kuning  pucat. Larutan PP : Larutan PP : Larutan KI

Dari hasil pemantauan ekstrak, dapat dilihat bahwa kromatogram masing-masing ekstrak yang disemprot dengan DPPH 0,2% memberikan warna kuning dengan latar belakang

Hasil persentase penghambatan radikal bebas didukung dengan hasil yang diperoleh dimana warna larutan DPPH yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna kuning setelah

Hasil bleaching Waktu Bleaching Warna Residu Warna Filtrat 1 jam Putih kecoklatan 5 Kuning Pekat 1,5 jam Putih kecoklatan 1 Kuning Pekat 2 jam Putih kecoklatan 2 Kuning Pekat 2,5

Air sampel Larutan indikator amylum 1% Larutan MnSO4 Larutan pereaksi O2 O2-reagen Larutan Na2S2O3 0,01N Larutan H2SO4 pekat Tisu Aquades Untuk sampel praktikum Untuk