• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 75189259c5 BAB Vfinal bab 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 75189259c5 BAB Vfinal bab 5"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

5.1 Potensi Pendanaan APBD

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi berdasarkan trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 17 : Matriks Potensi Pendanaan APBD Kabupaten/Kota/Provinsi

dalam : ribuan rupiah

Sektor Realisasi Proyeksi

TAHUN -2 TAHUN -1 2019 2020 2021 2022 2023

Pengembangan Kawasan

Permukiman 2.999.460 3.000.000 3.629.347 3.992.281 4.391.509 4.830.660 5.313.715

Penataan Bangunan dan

Lingkungan 397.800 24.608.000 13.682.680 15.050.948 16.556.042 18.211.647 20.032.811

Pengembangan PLP 1.371.695 605.000 1.659.751 1.825.726 2.008.299 2.209.129 2.430.042

Pengembangan SPAM 1.356.780 802.000 2.201.026 2.421.129 2.663.242 2.929.566 3.222.523

Total Belanja APBD Bidang

Cipta Karya 6.125.735 29.015.000 21.172.804 23.290.084 25.619.092 28.181.002 30.999.091

Sumber : Hasil Perhitungan

5.2 Potensi Pendanaan APBN

Dalam mengali potensi pendanaan APBN dalam investasi pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah : Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat

BAB 5

(2)

yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan : Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota : Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

(3)

b) memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c) persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d) tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e) pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD. 6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010) : Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infra-struktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. 8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana

Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan :

(4)

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kewenanangan pemerintah dan dilaksanakan sendiri. Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Tabel 18 : Matriks Potensi Pendanaan Bersumber APBN

dalam : ribuan rupiah

Sektor Realisasi Proyeksi

TAHUN -2 TAHUN -1 2019 2020 2021 2022 2023

Pengembangan

Kawasan Permukiman 13.636.365 14.437.500 12.375.000 10.312.500 8.250.000

Penataan Bangunan dan

Lingkungan - - 4.011.876 4.413.064 4.854.370 5.339.807 5.878.789

Pengembangan PLP - 3.864.150 4.675.622 5.143.184 5.657.502 6.223.252 6.845.577

Pengembangan SPAM 9.780.000 3.650.000 13.017.180 14.318.898 15.750.789 17.325.867 19.058.453

Total Alokasi APBN 9.780.000 7.514.150 32.876.765 36.164.441 39.780.885 43.758.974 25.904.030

Sumber : Hasil Perhitungan

5.3 Alternatif Sumber Pendanaan

(5)

1. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

2. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

3. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar -besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

Tabel 19 : Matriks Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya melalui KPS

Sumber : Reviu RISPAM Kabupaten Lamandau, diolah

5.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Mengingat pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan sangat tergantung dari kebijakan Pusat maupun Propinsi, maka penerimaan daerah yang dapat dipacu dan dapat dikendalikan (Controllable) adalah Pendapatan Asli Daerah. Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah. Kebijakan yang ditetapkan untuk meningkatkan pendapatan Asli daerah dirumuskan sebagai berikut:

a. Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian masyarakat, diikuti dengan meningkatkan pelayanan baik dalam pemungutan maupun pengelolaannya;

(6)

c. Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi.

d. Melakukan intensifikasi melalui pembenahan manajemen pemungutan dengan menggunakan sistem informasi yang lebih kredibel dan akuntabel. Sistem informasi diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh terhadap data obyek pajak dan retribusi. e. Menurunkan tingkat kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah melalui

peningkatan sistem pemungutan, sistem pengawasan, dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

Potensi pembangunan air minum dan sanitasi melalui pendanaan pemerintah pusat semakin terbuka lebar. Tidak hanya melalui kementerian yang merupakan anggota Pokja AMPL Nasional, sejumlah kementerian/lembaga pun ternyata memiliki anggaran untuk pembangunan sanitasi, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Gambar

Tabel 17 : Matriks Potensi Pendanaan APBD Kabupaten/Kota/Provinsi
Tabel 18 : Matriks Potensi Pendanaan Bersumber APBN

Referensi

Dokumen terkait

Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam.. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu

3) Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah. 4)

Kemampuan menjelaskan dengan benar sumber- sumber pendapatan daerah, belanja daerah, klasifikasi belanja, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah... Prinsip dan Kebijakan

(2) Dalam hal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bungo telah ditetapkan, maka penganggaran penerimaan dan belanja pada APBD Kabupaten Bungo dilakukan dengan

(7) Dasar pengeluaran Anggaran Belanja Tidak Terduga yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk mendanai tanggap darurat,

Program pembangunan daerah dijabarkan dalam bentuk proyek- proyek pembangunan daerah yang dituangkan melalui Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD).Dana yang

(2) Rencana APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Peraturan Bupati tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan perda.153 Pengaturan mengenai