• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP RENDAHNYA CAKUPAN IMUNISASI IPV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP RENDAHNYA CAKUPAN IMUNISASI IPV"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP RENDAHNYA CAKUPAN IMUNISASI IPV (INCATIVATED

POLIO VACCINE) DI PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2021

Eprina Intami21,2

Universitas Adiwangsa Jambi ABSTRAK

Resiko penyebaran polio di Indonesia tetap tinggi di dunia dan faktor resiko untuk terjadi penularan masih tetap ada oleh karena kekebalan masyarakat yang belum optimal yang di sebabkan karena masih terdapatnya cakupan imunisasi polio rutin yang rendah selama beberapa tahun. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan terhadap rendahnya cakupan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi tahun 2021.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi dan telah dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang memiliki 4-6 bulan berkunjung atau berada di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi sebanyak 414 orang dan sampel penelitian sebanyak 39 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, dimana penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji chi squere.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Adanya hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi dengan nilai p value 0,037 dan adanya hubungan signifikan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas paal Merah II Kota Jambi dengan nilai p value 0,008.

Diharapkan pihak puskesmas memberikan informasi dan penyuluhan tentang imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) sehingga ibu timbul kesadaran bahwa imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) itu sangat penting diberikan kepada bayinya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Peran Petugas Kesehatan, Imunisasi IPV

ABSTRACT

The risk of spreading polio in Indonesia remains high as long as the wild polio virus is still in the world and the risk factors for transmission still remain because of the optimal public immunity caused because there is still low routine polio immunization coverage for several years. The purpose of this study is to find out the relationship of maternal knowledge and the role of health workers to the low coverage of IPV (Incativated Polio Vaccine) immunization at The Red Paal II Health Center in Jambi City in 2021.

This study is an analytical study using a cross sectional approach. The research has been conducted at Paal Merah II Health Center in Jambi City and has been carried out in August 2021. The population in this study was all mothers who had 4-6 months to visit or were in The Red Paal II Health Center in Jambi City. Sampling technique using accidental sampling. The data analysis used is univariate and bivariate analysis..

The results showed that there was a significant relationship between maternal knowledge and IPV immunization (Incativated Polio Vaccine) in Paal Merah II Health Center in Jambi City with a p value of 0.037 and there was a significant relationship between the role of health workers and the immunisation of IPV (Incativated Polio Vaccine) in Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi with a value of 0.008.

It is expected that the health center provides information and counseling about IPV immunization (Incativated Polio Vaccine) so that mothers arise awareness that IPV immunization (Incativated Polio Vaccine) is very important given to her baby.

Keywords: Knowledge, Role of Health Workers, IPV Immunization.

(2)

PENDAHULUAN

Pencapaian eradikasi polio (ERAPO) merupakan sebuah komitmen global. Diharapkan, pada tahun 2020 kita akan mewujudkan Eradikasi Polio di seluruh dunia. Jika hal ini dapat kita wujudkan, maka ini adalah sebuah prestasi besar kedua yang dicapai masyarakat dunia di bidang kesehatan setelah pembasmian atau Eradikasi Cacar atau Variolla yang dicapai pada tahun 1974. Indonesia, bersama dengan negara-negara di Regional Asia Tenggara telah mendapatkan Sertifikat Bebas Polio dari World Health Organization (WHO) pada tanggal 27 Maret 2014 (Depkes, 2016).

Fakta dunia saat ini khususnya di Negara sedang berkembang setiap 1,4 juta anak balita meninggal karena berbagai penyakit yang dpat di cegah , kurang gizi , dehidrasi karena muntaber dan setiap tahunnya 3,5 juta anak balita meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Menteri kesehatan berbagai Negara World Health Orgainization (WHO) menyerukan gerakan eradikasi polio. Hasil dari temuan ini adalah menurunnya insiden polio lebih dari 99% pada tiga regional WHO (Amerika, Pasifik Barat, dan Eropa) dan mendapat intensif untuk eradikasi polio di Asia Tenggara dengan menggunakan Trivalent OPV (tOPV) menyebabkan penurunan angka kejadian polio (Kurniasari, 2018).

Resiko penyebaran polio di Indonesia tetap tinggi selama virus polio liar masih bersikulasi di dunia dan faktor resiko untuk terjadi penularan masih tetap ada oleh karena kekebalan masyarakat yang belum optimal yang di sebabkan karena masih terdapatnya daerahdaerah kantong dengan cakupan imunisasi polio rutin yang rendah selama beberapa tahun (Kurniasari, 2018).

Namun, meskipun telah dinyatakan bebas polio, risiko penyebaran polio di Indonesia tetap tinggi selama virus polio liar masih bersirkulasi di dunia dan faktor risiko untuk terjadi penularan masih tetap ada oleh karena kekebalan masyarakat yang belum optimal yang disebabkan karena masih terdapatnya daerah-daerah kantong dengan

cakupan imunisasi polio rutin yang rendah selama beberapa tahun (Depkes, 2016).

Kesehatan bayi merupakan hal yang paling penting di dalam tumbuh kembangnya. Pada umumnya, balita mempelajari lingkungan sekitar dengan menyentuh, mencium dan merasakannya.

Umumnya mereka tidak menyadari bahaya yang mungkin terjadi saat mereka sibuk mengeksplorasi lingkungannya. Hal-hal sperti ini dapat mengganggu kesehatan balita di tingkat yang cukup tinggi, jadi tidaklah mengejutkan jika setiap tahun, rumah sakit merawat ribuan anak yang terkontaminasi oleh penyakit yang berbahaya (Indra, 2010).

Vaksin IPV atau Inactivated Polio Vaccine adalah vaksin polio yang diberikan secara suntikan. Vaksin ini berbeda dari OPV (oral polio vaccine) yang berisi virus hidup yang dilemahkan, IPV berisi virus yang sudah tidak aktif lagi sehingga aman untuk diberikan pada anak yang memiliki gangguan sistem imunitas. Di Indonesia vaksin polio yang lebih sering digunakan adalah OPV. IPV meskipun tersedia, namun lebih jarang ditemukan (Cecilia, 2016).

Bila tidak diberikan vaksin polio baik IPV, anak akan berisiko terkena penyakit polio. Penyakit ini sudah cukup jarang ditemukan karena vaksin polio termasuk dalam imunisasi dasar yang wajib diberikan untuk anak, namun bila terkena infeksi virus polio, anak dapat mengalami kelumpuhan permanen pada kedua kaki, dan pada 5-10% dari seluruh kasus polio, kelumpuhan juga menyerang saluran pernafasan yang menyebabkan kematian (Cecilia, 2016).

Pengetahuan sangat berhubungan dengan pemberian imunisasi IPV, hal ini di karenkan ibu yang memiliki balita usia 2-12 bulan tidak mengetahuinya bahwa pemberian Imunisasi itu sangat penting pada anaknya sehingga ibu tidak membawa anaknya ke petugas kesehatan untuk di berikan imunisasi IPV. Akan tetapi ada beberapa responden dengan Pengetahuan tinggi yang tidak memberikan imunisasi IPV kepada anaknya karena ada beberapa responden setelah di berikannya Imunisasi

(3)

anak akan sakit dan ibu tidak mau lagi membawa anaknya ke petugas kesehatan untuk di berikannya Imunisasi IPV (Listautin, 2020).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan terhadap rendahnya cakupan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi tahun 2021. Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi dan telah dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2021. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang memiliki 4-6 bulan berkunjung atau berada di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, dimana penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dengan cara pengisian kuesioner.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi squere.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine)

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2021

Pengetahuan f % Kurang

Cukup Baik

10 21 8

25,6 53,8 20,5

Jumlah 39 100

Diperoleh sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 21 responden (53,8%)

Gambaran Peran Petugas Kesehatan Tentang Pemberian Imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Peran petugas kesehatan Tentang Pemberian Imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2021

Peran Petugas Kesehatan

f %

Kurang Baik Baik

11 28

28,2 71,8

Jumlah 39 100

Diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki peran petugas kesehatan baik sebanyak 28 responden (718%).

Gambaran Pemberian Imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine)

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi Tahun 2021

Pemberian Imunisasi

IPV

f % Tidak Diberikan

Diberikan

18 21

46,2 53,8

Jumlah 39 100

Diperoleh bahwa sebagian besar responden diberikan imunisasi IPV sebanyak 21 responden (53,8%)

Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine)

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi IPV

Imunisasi MR No Pengetahuan Tidak

Diberikan Diberikan Total P- value

n % n % n %

1 2 3

Kurang Baik Cukup

Baik 8 8 2

80,0 38,1 25,0

2 13

6 20,0 61,9 75,0

10 21 8

100 100 100 0,037 Total 38 57,6 28 42,4 39 100

Dari hasil 39 responden tentang hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi, didapat dari 10 responden dengan

(4)

pengetahuan kurang baik didapat 8 responden (80,0%) yang tidak diberikan imunisasi IPV.

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,037 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi, dimana nilai OR 4.112 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko 4.112 kali lipat tidak diberikan imunisasi IPV

Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemberian Imunisasi IPV

Tabel 5. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemberian Imunisasi IPV

Imunisasi MR No Motivasi Tidak

Diberikan Diberikan Total P- value

n % n % n %

1 2

Kurang Baik Baik

9 9

81,8 32,1

2 19

18,2 67,9

11 28

100 100 0,015 Total 18 46,2 21 53,8 39 100

Dari hasil 39 responden tentang hubungan peran petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi, didapat dari 28 responden dengan peran petugas kesehatan baik yang tidak diberikan imunisasi IPV sebanyak 9 responden (32,1%). Sedangkan dari 20 responden dengan peran petugas kesehatan kurang baik didapat 9 responden (81,8%) yang tidak diberikan imunisasi IPV.

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value 0,015 (p<0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara peran petugas kesehatan ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jamb.

PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi IPV

Berdasarkan hasil uji statistik chi- square diperoleh nilai p value 0,037 (p<0,05), artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi.

Kurangnya pengetahuan responden tentang imunisasi dapat dicegah dengan pemberian penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap kepada ibu. Penyuluhan tersebut harus mencakupi semua hal yang berhubungan tentang imunisasi terutama jadwal pemberian, frekuensi pemberian, dan fungsi dari masing-masing imuniasasi tersebut, sehingga dapat meningkatkan pemahaman ibu tentang imunisasi dasar lengkap. Serta dengan pemahaman tersebut, ibu dapat membawa anaknya untuk diberikan imunisasi dasar lengkap. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan bukanlah satusatunya faktor yang dapat mempengaruhi pemberian imunisasi.

Sehingga meskipun menurut tingkat pengetahuannya seorang ibu mengerti pentingnya imunisasi, namun bila tidak didukung oleh faktor lain misalnya faktor keterjangkauan tempat pelayann kesehatan dan dukungan tenaga kesehatan maka pemberian imunisasi pada anak tidak akan terpenuhi (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan teori mengenai pengetahuan, bahwa semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka semakin luas wawasannya, sehingga memudahkan dalam mencari informasi salah satunya informasi tentang kesehatan. Tetapi semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang maka sulit untuk mendapatkan informasi lainnya salah satunya mengenai kesehatan (Cecilia, 2016).

(5)

Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian Listautin (2020) mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Peran Petugas Kesehatan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi IPV (Inactivated Polio Vaccine) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Desa Brasau Kabupaten Tanjung Jabung Barat, menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara motivasi ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Inactivated Polio Vaccine) di Desa Brasau Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperoleh nilai p value 0,000 (>0,05).

Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kurniangsih (2017) mengenai hubungan pengetahuan, motivasi dan peran petugas kesehatan dengan imunisasi IPV di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Plaju Palembang, didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan imunisasi IPV dengan p-value 0,021.

Diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup. Hal ini dikarenakan oleh tingkat kesadaran dan minat yang kurang untuk mencari tambahan informasi untuk meningkatkan pengetahuannya, disamping itu juga dapat dikarenakan tidak diberikan penyuluhan kesehatan oleh responden tersebut serta kurang mencari informasi dari media massa dan elektronik mengenai pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine).

Asumsi peneliti dalam penelitian ini bahwa pengetahuan sangat berhubungan dengan pemberian imunisasi IPV (Inactivated Polio Vaccine), hal ini di karenkan ibu yang memiliki balita tidak mengetahuinya bahwa pemberian Imunisasi itu sangat penting pada anaknya sehingga ibu tidak membawa anaknya ke petugas kesehatan untuk di berikan imunisasi IPV (Inactivated Polio Vaccine). Akan tetapi ada beberapa responden dengan Pengetahuan

tinggi yang tidak memberikan imunisasi IPV kepada anaknya karena ada beberapa responden setelah di berikannya Imunisasi anak akan sakit dan ibu tidak mau lagi membawa anaknya ke petugas kesehatan untuk di berikannya Imunisasi IPV (Inactivated Polio Vaccine).

Responden yang memiliki pengetahuan yang baik tetapi tidak diberikan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine), dikarenakan responden tidak memiliki kesadaran dalam dirinya dan tidak adanya keinginan untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine). Adanya pengetahuan yang baik tetapi tidak ada keinginan dari dalam dirinya untuk berperilaku baik maka responden tidak akan membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine).

Responden yang memiliki pengetahuan kurang baik tetapi diberikan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine), dikarenakan responden mendapatkan dukungan dari keluarga untuk membawa anaknya melakukan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) dan adanya peran petugas kesehatan dalam mendorong dan memotivasi responden untuk melakukan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine)

Hubungan Peran petugas kesehatan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi IPV

Berdasarkan hasil uji statistik chi- square diperoleh nilai p value 0,015 (p<0,05), artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara peran petugas kesehatan ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi.

Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian Listautin (2020) mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Peran Petugas Kesehatan Ibu Terhadap

(6)

Pemberian Imunisasi IPV (Inactivated Polio Vaccine) di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu Desa Brasau Kabupaten Tanjung Jabung Barat, menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi IPV (Inactivated Polio Vaccine) di Desa Brasau Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperoleh nilai p value 0,014 (>0,05).

Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kurniangsih (2017) mengenai hubungan pengetahuan, motivasi dan peran petugas kesehatan dengan imunisasi IPV di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Plaju Palembang, didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan imunisasi IPV dengan p-value 0,033.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah peran petugas kesehatan di Puskesmas adalah baik, karena setiap bulan petugas kesehatan kelapangan untuk melakukan penyuluhan kesehatan bersamaan kegiatan posyandu sehingga banyak masyarakat khususnya para ibu sangat aktif untuk membawa anaknya untuk diberikan imunisasi. Peran petugas kesehatan yang bekerja di lapangan sangatlah penting dalam keberhasilan program untuk mencapai target pelaksanaan imunisasi khususnya peran sebagai edukasi dan pelaksana. Menurut Notoatmodjo (2010), kualitas pelayanan dan sikap petugas merupakan cerminan keberhasilan dalam strategi pelaksanaan imunisasi.

Keramahan petugas dalam melayani masyarakat atau pasien merupakan suatu hal yang penting diperhatikan mengingat keramahan modal utama pendekatan dengan masyarakat. Sikap sopan dalam melayani masyarakat juga merupakan suatu motivasi yang diberikan oleh petugas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak

segan-segan mengungkapkan masalah kesehatan yang dialaminya.

Terlihat bahwa sebagian kecil peran petugas kesehatan tidak berperan baik terhadap imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) karena petugas kesehatan pernah memberikan penyuluhan mengenai imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) tetapi informasi yang diberikan secara umum dan tidak spesifik sehingga responden masih banyak yang belum mengerti mengenai imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine).

Responden yang memiliki peran petugas kesehatan yang baik tetapi tidak diberikan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine), dikarenakan responden tidak memiliki kesadaran dan motivasi untuk membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine), padahal responden sebelumnya pernah diberikan informasi kesehatan namun informasi tersebut tidak diterapkan pada perilakunya.

Responden yang memiliki peran petugas kesehatan yang kurang baik tetapi diberikan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine), dikarenakan responden aktif dalam mencari informasi baik dari media massa atau media elektronik yang memberikan informasi tentang imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) sehingga responden termotivasi untuk membawa anaknya melakukan imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine).

Berdasarkan hal tersebut diharapkan kepada pihak puskesmas atau Dinas Kesehatan Kota Jambi untuk dapat meningkatkan pelatihan kepada petugas kesehatan di bagian KIA sehingga kinerja petugas pemberian imunisasi semakin baik.

Dapat pula diadakannya Kartu Kendali Imunisasi sehingga baik petugas kesehatan maupun ibu dapat mengetahui kelengkapan

(7)

imunisasi maupun informasi terkaitu pemberian imunisasi. Sementara itu, diharapkan kepada petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan tentang jadwal dan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine)

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa bahwa adanya hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas Paal Merah II Kota Jambi dengan nilai p value 0,037 dan adanya hubungan signifikan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi IPV (Incativated Polio Vaccine) di Puskesmas paal Merah II Kota Jambi dengan nilai p value 0,008.

SARAN

Diharapkan petugas kesehatan mempertahankan kinerja petugas kesehatan seperti melakukan penyuluhan kesehatan sehingga lapisan masyarakat bertambahnya tingkat kesadaran dan wawasannya mengenai pentingnya imunisasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Achmadi, Fahmi, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

[2] Anies, 2006. Seri Lingkungan Dan Penyakit Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah Dan Menanggulangi Penyakit Menular.

Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Jakarta

[3] Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

PT Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

[4] Cahyono, Suhardjo B, 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.

Penerbit Kanisius. Jakarta.

[5] Cecilia, Irna, 2016. Imunisasi IPV.

Dalam

https://www.alodokter.com/komunitas/t opic/imuniusasi-ipv. (Diakses tanggal 20 April 2021).

[6] Depkes, 2016. Sukseskan PIN Polio.

Dalam

http://www.depkes.go.id/article/view/1 6030500001/ayo-sukseskan-pin-polio- tahun-2016.html. (Diakses tanggal 20 April 2021).

[7] Farida, Nur, 2008. Kid And Global Disease: Penyakit-Penyakit Saat Kini.

Penerbit Grasindo. Jakarta.

[8] Hidayat, Aziz Alimul, 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

[9] , 2008. Buku Saku

Praktikum Keperawatan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

[10] , 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta

[11] , 2010. Metode

Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitaif. Penerbit Health Books Publishing. Surabaya.

[12] Indra, 2010. Data Imunisasi Polio Menurut WHO. Dalam http//:news- data-imunisasi-polio-menurut- who.htm. [Diakses tanggal16 Maret 2021]

[13] Lumenta, 2006. Cakupan Data Imunisasi. Dalam http//: news-data- imunisasi.htm. [Diakses tanggal16 Maret 2021].

[14] Maryunani, Anik, 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.

Penerbit TIM. Jakarta.

[15] Notoadmodjo, Soekidjo. 2012.

”Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi”. Penerbit PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

[16] ... 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit PT.

Rineka Cipta. Jakarta.

(8)

[17] . 2010. Perilaku Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

[18] . 2011.

Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.

Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

[19] Rukiyah, Yeyeh Ai, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Penerbit CV. Trans Info Media.

Jakarta.

[20] Saryono, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Penerbit Mitra Cendikia. Yogyakarta.

[21] Subakti, Yazid & Anggraini, Deri. R, 2007. Ensklopedia Calon Ibu. Penerbit Kultum Media. Jakarta

[22] Sudarti & Fauziah, Afroh, 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta.

[23] Sulistyaningsih, 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif- Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu.

Yogyakarta.

[24] Supartini, 2008. Mencegah Dan Mengatasi Demam Pada Balita.

Penerbit Kawan Pustaka. Jakarta [25] Sutomo, Budi, 2010. Menu Sehat Alami

Untuk Batita dan Balita. Penerbit PT Agro Media Pustaka. Jakarta002E [26] Walgito, Bimo, 2010. Pengantar

Psikologi Umum. Penerbit CV. Andi.

Yogyakarta.

[27] Wawan, A dan Dewi, 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta.

[28] Zayan, Gunadi, 2009. Dasar-Dasar Pediatri Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Pengetahuan  Ibu  Tentang  Pemberian  Imunisasi  IPV  (Incativated  Polio  Vaccine)  di  Puskesmas  Paal  Merah  II  Kota  Jambi  Tahun 2021  Pengetahuan  f  %  Kurang  Cukup  Baik  10 21 8  25,6 53,8 20,5  Ju

Referensi

Dokumen terkait

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran yang dipungut oleh Pemerintah Daerah karena telah memberi pelayanan

Perhitungan harga pokok sewa kamar Hotel Pelangi Malang adalah dengan cara mengidentifikasikan biaya sumber daya dan aktivitas, membebankan biaya sumber daya pada

tingkat kemampuan, sehingga yang akan direkrut menjadi calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Tanjungpinang adalah orang-orang yang

Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan pada sebagian besar wilayah daerah penyangga atau yang berbatasan langsung dengan TNGHS dengan peruntukan bagi tanaman

Petani juga berhubungan dengan sistem perusahaan atau industri pengolahan kopi dimana perusahaan membutuhkan bahan baku dari yang di hasilkan, petani juga membutuhkan

Bermain puzzle menuntut siswa untuk memikirkan secara kreatif bagaimana menyusun potongan menjadi bentuk yang utuh.Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan media

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (a) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti

Prema autorici, dva su te- meljna cilja ove studije: teorijski odrediti koncept ženskog ratnog pisma, te kroz dobi- jeni teorijski okvir analizirati odabrane ratne