SKRIPSI
Oleh
INDRA YUAN SARAGIH NIM : 131000765
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018
IDENTIFIKASI BAHAYA KECELAKAAN KERJA MENURUT METODE HAZOPS PADA PEKERJA BAGIAN
LOADING RAMP PTPN IV UNIT USAHA ADOLINA SERDANG BEDAGAI
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
INDRA YUAN SARAGIH NIM : 131000765
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan bahwa skripsi skripsi saya yang berjudul
“Identifikasi Bahaya Kecelakaan Kerja Menggunakan Metode HAZOPS Pada pekerja Bagian Loading Ramp PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 ” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Juli 2018
Indra Yuan Saragih
Judul Skripsi : Identifikasi Bahaya Menggunakan Metode Hazops Pada Pekerja Louding Ramp Produksi CPO PTPN IV Unit Usaha Adolina Serdang Bedagai Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Indra Yuan Saragih Nomor Induk Mahasiswa : 131000765
Departemen : Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Ketua
(dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.) NIP.19650615199601001
Dekan,
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.) NIP.196803201993082001
Tanggal Lulus : 23 Agustus 2018
Halaman Penetapan Tim Penguji Skripsi Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal: 23 Agustus 2018
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes.
2. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes.
ABSTRAK
Bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/
kelukaan. Menurut Suma’mur (1987), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan.
Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata. Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis dan lisan dari orang-orang yang akan diamati untuk mengidentifikasi bahaya kecelakan kerja Kecelakaan Kerja Menggunakan Metode HAZOPS Pada Bagian Loading Ramp Produksi CPO PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 informan, yang terdiri dari 1 Health Safety Environment PKS Adolina dan 8 pekerja (operator). Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan analisis bahaya di stasiun loading ramp deviasi dari alat bantu seperti tojok dan gancu pada pro mengakibatkan sakit pada tagan, bahu, pinggang, kaki. Kesadaran pekerja (operator) untuk Pengunaan alat pelindugan diri (APD) masih kurang dan proses kerja yang tidak aman . Berdasarkan hasil penelitian, Kontrol dilakukan untuk mencegah agar bahaya kerja atau potensi bahaya tidak terjadi. Secara umum pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut : Bekerja dengan serius dan berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan, Mengikuti prosedur kerja atau Standard Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan perusahaan.
Kata Kunci : Identifikasi bahaya kecelakan kerja
ABSTRACT
Hazard is something that has the potential to cause loss. According to Suma'mur (1987), occupational hazards are factors in work relationships that can bring accidents. The danger is called potential, if these factors have not brought an accident. If an accident has occurred, then the danger is a real danger. Dangers can be known in various ways and various sources, including events or accidents that occur, inspection to the workplace, conducting interviews with workers at work sites, information from factories or industry associations.This type of research is qualitative research, which is a research that produces descriptive data in the form of written and oral words from the people who will be observed to identify the danger of work accident Accident Using the HAZOPS Method in PTPN IV CPO Production Loading Ramp Section in 2018 The informants in this study amounted to 9 informants, consisting of 1 Health Safety Environment PKS Adolina and 8 workers (operators). The results showed that based on the hazard analysis at the lodging station the ram deviation from assistive devices such as tojok and confusion in the pro resulted in pain in the tag, shoulder, waist, leg.
Worker awareness (operator) for the use of self-protective equipment (PPE) is still lacking and the work process is unsafe. Based on the results of the study, controls are carried out to prevent work hazards or potential hazards from occurring. In general, prevention can be done as follows: Work seriously and concentrate on doing work, following work procedures or Standard Operating Procedures (SOP) set by the company.
Keywords: Identification of work accident hazards
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan berkat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Identifikasi Bahaya Kecelakaan Kerja Mengunakan Metode HAZOPS Pada Pekerja Bagian Loading Ramp Produksi CPO PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018” ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak mendapat bimbingan, informasi, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU dan para wakil dekan.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
4. dr. Halinda Sari Lubis, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah membimbing penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telahmemberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Drs. Tukiman, M.K.M., selaku Dosen Penasehat Akademik yang membimbing penulis selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
8. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Orang tua tersayang Hottua Saragih dan Sayurma Br. Sinaga yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang begitu berharga serta memberi dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.
10. Abang Jaya Saragih, S.E., yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
11. Keluarga besar Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan, dan do’a selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini kemungkinan masih banyak kekurangan, baik dari penulisan, pemahaman materi, pemakaian bahasa, penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Juli 2018 Indra Yuan Saragih
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK v
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR ISTILAH xiii
RIWAYAT HIDUP xiv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 5
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan Umum 5
Tujuan Khusus 5
Manfaat Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 7
Bahaya 7
Jenis Bahaya 7
Sumber Informasi Bahaya 17
Kecekakaan Kerja 18
Penyebab Terjadinya Kecelakaan 18
Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Kerja 20
Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja 21
Prinsip-Prinsip Pencegahan Kecelakaan 24
Identifikasi Bahaya 25
Tujuan Idetifikasi Bahaya 26
Teknik Idetifikasi Bahaya 28
Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya 30
Proses Identifikasi Bahaya 31
Hazards and Operability study (HAZOPS) 32
Kelebihan HAZOPS 33
Proses kajian Hazops 34
Kerangka Pikir 36
METODE PENELITIAN 37
Jenis Penelitian 37
Lokasi dan Waktu Penelitian 37
Informan Penelitian 37
Definisi Konsep 38
Metode Pengumpulan Data 38
Metode Pengukuran 39
Metode Analisis Data 30
HASIL DAN PEMBAHASAN 41
HASIL 41
Gambaran Umum PTPN IV Unit Usaha Adolina Serdang Bedagai 41
Visi Misi 42
Lokasi dan Letak Geografis 42
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 43
Jam Kerja 44
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja 45
Karakteristik Informan 46
Pemakaian Alat pelindung Diri 47
Gangguan Kesehatan Pada Pekerja 48
Identifikasi bahaya mengunakan metode HAZOPS 57
Proses Menaikan Tandan Buah Segar (TBS) 58 Proses Melakukan Sortasi Tandan Buah Segar (TBS) 59 Proses Pengisian (TBS) kedalam Pintu loading ramp 60 Proses Pengisian Tandan Buah Segar (TBS) Ke dalam Lori 61
Proses Pemindahan Lori 62
PEMBAHASAN 63
Analisis Bahaya Proses Menaikkan dan Menurunkan 64
Analisis Bahaya Proses Pensortiran 65
Analisis Bahaya Proses Pengisian ke Pintu loading ramp 67 Analisis Bahaya Proses Pengisian ke Dalam Lori 68
Analisis Bahaya Proses Pemindahan Lori 69
KESIMPULAN DAN SARAN 71
Kesimpulan 71
Saran 72
DAFTAR PUSTAKA 73
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Kosakata yang di Gunakan dalam HAZOPS 33
2 Data Karakteristik Informan Penelitian 43
3 Data Pernyataan Informan Tentang APD 44
4 Data Pernyataan Informan Gangguan Kesehatan 46
5 Data Pernyataan Informan Proses Menaikkan dan Menurunkan Tandan Buah Segar (TBS)
48
6 Data Pernyataan Informan proses Sortasi 49
7 Data Pernyataan Informan Memasukkan Tandan Buah Segar (TBS) ke dalam pintu Loading Ramp
51
8 Data pernyataan Informan Memasukkan ke Lori 52
9 Data pernyataan Informan Proses Pemindahan Lori 53 10 Identifikasi Bahaya pada Proses Menaikkan dan
Menurunkan Tandan Buah Segar (TBS)
55
11 Identifikasi Bahaya pada Proses Sortasi Tandan Buah Segar
56
12 Identifikasi Bahaya pada Proses Pengisian Tandan Buah Segar (TBS) ke dalam pintu Loading Ramp
57
13 Identifikasi Bahaya pada Proses Pengisian Tandan Buah Segar (TBS) ke dalam Lori
58
14 Identifikasi Bahaya pada Proses Pemindahan Lori 59
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Proses Identifikasi Bahaya K3 32
2 Proses Kajian Prinsip HAZOPS 35
3 Alur Penelitian 36
4 PKS PTPN 4 Unit Usaha Adolina 41
5 Struktur Organisasi PTPN 4 Unit Usaha Adolina 44
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Pedoman Wawancara 73
2 Lembar Observasi 74
3 Dokumentasi 75
4 Surat Izin Penelitian 83
5 Surat Balasan PTPN IV PTPN ADOLINA 84
6 Surat Keterangan Selesai Penelitian 85
DAFTAR ISTILAH
APD Alat Pelindung Diri CPO crude palm oil
HSE Health Safety and Environment TBS Tandan Buah Segar
SOP Standard Operating Procedure HAZOPS Hazards and Operability Study WHO World Health Organization
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Indra Yuan Saragih yang dilahirkan pada tanggal 21 November Tahun 1994 di Sintaraya, beragama Kristen, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Hottua Saragih dan Ibu Sayurma br. Sinaga.
Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negri 1 Tigarunggu pada tahun 2001 dan selesai tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Swasta Raksana Medan pada tahun 2007 dan selesai tahun 2010, Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan Efarina Simalugun pada tahun 2010 dan selesai tahun 2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Oktober 2018 Indra Yuan Saragih
Pendahuluan
Latar Belakang
Perkembagan suatu perusahaan tidak lepas dari peranan tenaga kerja, dimana manusia merupakan salah satu sumberdaya penting bagi perusahaan selain modal proses produksi. Sepanjang berjalannya proses produksi pada perusahaan, tenaga kerja tidak leapas dari ancaman keselakaan kerja. Anton (1989)
mengemukakan bahwa kecelakan kerja dapat terjadi karena dua hal, yaitu kondisi yang tidak aman dan tindakan tidak aman. Di zaman yang serba moderen ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bamtuan mesin produktiitas akan semakin meningkat, di samping kualitas yang semakin baik dan standarnya juga semakin baik. Mesin dapat membuat keuntugan yang cukup besar bagi
penggunanya, namun dapat juga membuat kerugian karena mesin itu dapat sewaktu-waktu rusak, meledak, atau terbakar yang disebut kecelakan kerja.
Akibat dari kecelakaan kerja pihak perusahaan akan mengalami kerugian yang besar baik dari alat-alat kerja maupun kecenderugan pekerjaan untuk celaka (accident proneness) (Anizar, 2009).
Potensi bahaya risiko di tempat kerja antara lain akibat sistem kerja atau proses kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan, yang bersumber dari keterbatasan pekerjaanya sendiri, perilaku hidup tidak sehat perilaku hidup tidak selamat/aman, buruknya lingkungan kerja, kondisi pekerjaan yang tidak ergonomik,
pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja yang tidak kondusif bagi
2
baik karena cedera, cacat, atau terserang penyakit dapat menggagu kelancaran pekerjaan, dengan demikian menurunkan produktifitas, lebih lanjut juga akan melemahkan daya saingnya (Kurniawidjaja,2010). Dari sudut pandang
keselamatan kerja, sistem kerja mencakup empat komponen kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerja dan budaya kerja. Setiap komponen kerja dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja. Kerugian kesehatan dapat menjadi nyata dan menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan (Kurniawidjaja,2010). Seiring tidaknya dan parah tidaknya kecelakan kerja tergantung dari jenis industri dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Industi baja memiliki peluang yang lebih banyak untuk menjadinya sebuah kecelakaan kerja. Semakin pekerjaan itu membutuhkan persyaratan fisik, semakin tinggi anggka kecelakan kerja nya. Secara umum, industi semacam kontruksi, pertambangan, pengeboran batu bara, pabrik baja cenderung memiliki frekuensi yang banyak dan parah (Winarsunu,2008).
Berdasarkan data internasional Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Muchtaruddin (2014), dalam Anonim (2014) mengungkapkan, hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, Jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Kurniawati,dkk (2013) di PT. Malindo Intitama Raya, Malang, titik-titik bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada area pembuatan springbed berasal dari sumber bahaya telah
digolongkan menjadi 6 sumber bahaya meliputi: sikap pekerja, material kerja, kondisi lingkungan kerja, pisau pemotong, lantai basah, dan panel listrik. Risiko bahaya yang ditimbulkan pada area produksi springbed antara lain adalah risiko ekstrim, risiko tinggi dan risiko sedang dengan nilai dari matriks dapat diketahui bahwa risiko ekstrim sebesar 4% terjadi pada material kerja yang penataanya kurang rapi, risiko tinggi sekitar 81% terjadi pada kondisi lingkungan kerja yang tidak aman, sikap pekerja, pisau pemotong. Lantai basah dan risiko sedang sebesar 15% terjadi pad panel listrik.
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan di ketahui degan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya.
Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukanya identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengakses (assesment) besarnya risiko bahaya
(Suma’mur.2009). kegiatan analisis bahaya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengenali dan mengidentifikasi serta menganalisis potensi bahaya di tempat kerja yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kegiatan identifikasi bahaya bertujuan untuk mengurangi dan meminimalisir risiko, agar dapat mencegah dan menanggulangi kecelakaan agar tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
4
Pada kebanyakan operasi, bahaya-bahaya akan dikaitkan dengan mesin- mesin dan peralatan-peralatan: pusat kegiatan, perangkat penyaluran tenaga, sumber energi berbahaya, area bukan tempat kerja di kelilingi mesin-mesin, pekerjaan pelayanan dan pemeliharaan, serta pekerjaan-pekerjaan lain yang berdekatan (Rijanto,2011). Setiap industri pasti memiliki berbagai para meter operasi seperti suhu, tekanan, aliran, campuran dan level, inilah yang kemudian dikembangkan sehinga ditemukan teknik identifikasi bahaya Hazards and
Operability Study (HAZOPS). Bahaya dalam industi dapat terjadi karena adanya penyimpangan (deviasi) dalam parameter operasi melewati batas toleransinya.
Tekanan yang meningkat melampaui daya tahan bejana dapat mengakibatkan peledakan, sedangkan aliran yang terhambat karena buntu dapat mengakibatkan gangguan operasi serius. HAZOPS merupakan usaha untuk mengidentifikasi bahaya dari suatu unit proses bila menyimpang dari seharusnya. HAZOPS merupakan suatu teknik yang sangat sistematis, teliti dan lengkap. HAZOPS awalnya dikembangkan untuk proses industri, na,un juga dapat juga digunakan untuk jenis industi atau aktivitas lainya (Ramli, 2010).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuniar, dkk (2013), identifikasi potensi bahaya di lakukan untuk meminimalisasi terjadinya potensi bahaya di PT.
Agronesia divisi industri teknik karet dengan melakukan metode HAZOPS. Hasil yang ditemukan adalah ketidak sempurnaan dalam kematangan karet, karet merekat pada roll mesin, lembaran karet rusak, motor mesin jebol, mesin aus (oli tidak mengalir) hingga dapat meledak, dan pembatas roll patah.
PTPN IV Unit Usaha Adolina adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan luas areal Hak Guna Usaha Kebun Adolina adalah seluas 8.965,69 Ha. Pembibitan dan pabrik kelapa sawit (PKS) Adolina ini awalnya pada tahun 1956 memiliki kapasitas 26 Ton Tandan Buah Segar (TBS)/jam. Namun pada saat ini kapasitas PKS/jam dengan tingkat stagnasi sebesar 0,75 % dan tingkat losis mencapai 1,50%. Perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit, adapun ruang lingkup perusahaan bidang usaha pada perusahaan ini adalah tandan buah segar menjadi crude palm oil/CPO (minyak kelapa sawit) dan tandan buah segar menjadi kernel (Inti Sawit).
Pada bagian tandan buah segar menjadi crude palm oil/CPO (minyak kelapa sawit) di bagi menjadi Stasiun Penerima buah/timbagan, Stasiun Sortir Tandan (Loading Ramp), Stasiun Perebusan (Sterilizer), Stasiun Penembahan (thereser), Stasiun Kempa, Stasiun Tandan Kosong, Stasiun Pemurnian
(Clasivicasion Tank), Stasiun Penyimpanan CPO, Stasiun Ketel Uap atau Boiler, Stasiun Kamar Mesin. Berdasarkan laporan insiden departemen Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PTPN IV Unit Usaha Adolina Serdang Bedagai pada April 2017 terjadi kecelakan kerja pada saat memperbaiki pintu loading ramp nomor tiga tiba-tiba pintu lepas dan jatuh
mengenai kepala. Akibat kecelakan tersebut kepala pekerja mengalami luka bocor akibat helm yang dipakai dari kepala lepas. Akibat insiden kerja yang terjadi di stasiun loading ramp di tambah dengan banyaknya potensi bahaya yang beresiko bagi pekerja, maka penulis tertarik untuk mengidentifikasi bahaya dengan metode
6
HAZOPS di Stasiun Sortir Tandan (loading ramp) di PTPN IV Unit Usaha Adolina Serdang Bedagai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bahaya apa saja yang terdapat di bagian Stasiun Sortir Tandan (loading ramp) produksi CPO di PTPN IV Unit Usaha Adolina.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian imi adalah untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang berpotensi mengakibatkan kecelakan kerja di bagian Stasiun Sortir Tandan (loading ramp) produksi CPO di PTPN IV Unit Usaha Adolina.
Tujuan khusus. Ada pun yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi pada pekerja bagian stasiun sortir tandan (loading ramp) dengan metode HAZOPS di PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2018.
2. Memberikan rekomendasi perbaikan atau masukan bagi PTPN IV unit usaha Adolina Kabupaten Sedang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, berdasarkan tingkat bahayanya.
3. Identifikasi bahaya berkaitan faktor penyebab kecelakaa, dengan melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan usulan kepada PTPN IV unit usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai untuk memperbaiiki sistem K3 yang ada.
2. Dapat berkontribusi positif terhadap perusahaan, khususnya mengidentifikasi bahaya kecelakan kerja di perusahaan.
3. Sebagai bahan masukan bagi pekerja untuk mengenali potensi-potensi bahaya di bagian loading ramp produksi CPO dan di PTPN IV unit usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai.
4. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan penelitian dalam memahami potensi bahaya dan proses mengidentifikasi dan menganalisis bahaya untuk pencegahan kecelakaan kerja.
Tinjauan Pustaka
Bahaya
Menurut Ridley (2008), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian/kelukaan. Menurut Suma’mur (1987), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata. Bahaya kesehatan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek negatif terhadap kesehatan masyarakat, baik langsung atau dari waktu ke waktu. WHO (1999) telah mengidentifikasi langkah-langkah utama dalam penilaian bahaya kesehatan: identifikasi bahaya, karakterisasi risiko, penilaian paparan, dan estimasi risiko. Menyelesaikan penilaian bahaya yang sukses membutuhkan bantuan orang terlatih dalam kesehatan masyarakat yang berdedikasi untuk mencegah masalah kesehatan di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
Jenis bahaya. Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan di tempat kerja dapat berasal dari semua komponen kerja berupa :
1. Bahaya tubuh pekerja (somatichazard)
Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berassal dari dalam tubuh pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan kabel listrik warna-warni, bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya
maupun orang lain di sekelilingnya bila ia salah menyambung warna kabel listrik tertentu karena tindakan ini berpotensi menimbulkan kebakaran atau ledakan.
2. Bahaya perilaku kesehatan (behavioral hazard)
Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku kerja. Contohnya adalah mode rambut panjang di ruang mesin berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan hancur tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu(crusher).
3. Bahaya lingkungan kerja (environmental hazard) berupa faktor fisik, kimia, dan biologi
Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek kesehatannya masuk kedalam penyakit akibat kerja).
Faktor fisik berpotensi menimbulkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dari penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam golongan faktor fisik serta pekerja berisiko terpajan antaralain:
1. Bahaya mekanik
Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik di tempat kerja antara lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan, tersiram, dantertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik tersebut adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah,
10
jaringan robek, sesak nafas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian.
2. Bahaya bising
Bising adalah bunya maupun suara-suara yang tidak dikeheendaki dan dapat menggaggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian perawatan mesin, pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan lainnya.
3. Getar atau vibrasi
Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuloskeletal, keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body vibration) seperti pemotong rumput yang membawa mesin di punggungnya dan pengemudi. Selain itu ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan lengan, contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di tangannya adalah mereka yang menggunaan alat tangan getar dan/atau pneumatik perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja.
4. Suhu ektrim panas
Tekanan panas yang meelebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja, tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan ssuhu ekstrem panas yang bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya.
5. Suhu ekstream dingin
Pajanan suhu eksteam dinin di lingkungan kerja, dapat menimbulkan frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35°C dan dapat mengancam jiwa.
Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam suhu ekstrem dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.
6. Cahaya
Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Seiring atau terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerjaan berpotensi
12
mengalami insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memerhatikan kecukupan cahaya yang di butuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam melaksanakan pekerjaan yang memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian tinggi. Sedangkan pekerjaan berisiko terpajan silaunya cahaya contohnya pekerjaan yang menggunakan visual display terminal seperti komputer dan televisi
7. Tekanan
Tekanan hiperbarik adalah tekanan yang melebihi 1 atm/BAR, sering dialami oleh orang yang berada di bawah permukaan laut, semakin dalam lokasinya semakin tinggi tekanannya. Efek dari tekanan Hiperbarik adalah barotitis dan barotrauma yang dapat menimbulkan kerusakan telinga tengah dan paru.
Pekerjaan berisiko terpajan tekanan hiperbarik adalah mereka yang bekerja di bawah laut, seperti penyelam, pemelihara atau pengambil mutiara, pemiliharaan kapal laut, tim penyelamat (rescue team), dan pekerjaan kontruksi bawah laut 8. Radiasi pegion
Radiasi pegion lain adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Pekerjaan berisiko terpajan radiasi pegion adalah mereka yang bekerja dengan alat atau mesin yang menggunakan sinar yang memancarkan radiasi pegion, seperti radiografer di bagian radiologi suatu klinik atau rumah sakit, pekerjaan laboratorium kimia, pembangkit listrik tenaga nuklir, dan lainya. Efek buruk dari radiasi pegion adalah efek genetik, karsinogenik, dan gangguan perkembangan janin.
9. Radiasi bukan pegion (gelombang elektromagnetik)
Radiasi bukan pegion dapat menimbulkan kelainan kulit dan mata. Radiasi bukan pegion merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik degan gelombang yang panjang (>100 nm) dan berada dalam ferekuensi rendah sehingga pancaran energinya tidak cukup kuat untuk mengionisasikan atom dari sel tubuh yang dilaluinya. Contoh penghasil radiasi bukan pegion antara lain sianar inframerah (infrared), microwave, ultra-sound, video display terminal (VDT), sinar ultraviolet, ponsel dan sinar laser. Pekerjaan beresiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan atau menggunakan atau lokasi kerjanya berdekatan dengan mesin atau peralatan yang menggeluarkan gelombang elekteomagnetik, misalnya tuakang las, operator telepon, operator VDT.
Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bensin-bensin, kulit gatal, sampai kelainan yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru, bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahan kimia dapat merupakan sesuatu zat yang toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia toksik.
Pekerjaan berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun bentuknya yang paling sering di gunakan digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha adalah sebagai berikut :
14
1. Logam berat
Bahaya logam berat yang digunakan di berbagai tempat kerja, jarang dalam bentuk murni namun dalam bentuk senyawa seperti timbal, merkuri, kadmium, krom, cobalt, arsen, belirium, nikel dan mangan. Sebagai contoh timbal banyak di gunakan di industri baterai, kabel, insektisida, dan cat.
2. Solvent/pelarut organik
Pelarut organik adalah kelompok senyawa hidrokarbon (HC), seperti hidrokarbon alitatik, hidrokarbon aromatik, atau hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut organik yang banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfa, asam fosfat, benzena, toluena, xylena, formadehid, aseton, tetraklorokarbon, trikloremtina, alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas hampir di semua bidang kegiatan manusia, sebagai contoh antara lain digunakan untuk :
a. Melarutkan hidrokarbon seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia b. Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide
menghasilkan polimer acrylamide yang digunakan untuk penghacur pengendapan di bidang waste dan water treatment
c. Membuat pupuk asam fosfat, pigmen inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas dari asam sulfat
d. Mengencerkan cat, tinta, perekat
e. Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin f. Mencuci pakaian cara kering (dry clean) g. Sebagai bahan pemutih
h. Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di bidang farmasi 3. Gas dan uap
Gas dan uap di udara tempat kerja ada yang bersifat asphyxiants, iritasi lokal, sensitisasi, dan yang toksik. Gas asphyxiants menimbulkan tubuh kekurangan oksigen (normal 20 %), ada dua jenis yang berbeda cara kerjanya, yaitu gas simple asaphyxiants dan gas chemical asphyxiants. gas simple asphyxiants menggantikan oksigen secara fisik, seperti karbon dioksida, nitrogen, gas inert seperti helium, argon, neon ; gas hidrokarbon alifatik dengan bobot molekul rendah (C1 sampai dengan C4) seperti gas metana, etana, propana, dan butana. Gas chemical asphyxiants melalui reaksi kimia atau menghambat transportasi oksigen, seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, dan hidrogen sulfida.
4. Bahaya biologik
Bahaya biologik berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari penyakit yang ringan seperti flu bisa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologik serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV), bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptosipiriosis), jamur (Coccidiomycosis, Aktinomikosis), serta parasit (Hookworm, Malaria).
5. Bahaya ergonomik (ergonomic hazard)
Bahaya ergonomik berupa faktor postur janggal, beban berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi. Bahaya ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work station.
16
6. Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard)
Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) contohnya adalah faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai jauh malam dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.
Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bahaya Mekanis
Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanik baik yang di gerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, press, tempat, pengasukan, dan lain-lain, Bahaya yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.
2. Bahaya Kimia
Bahaya kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandugannya. Banyak kecelakan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:
a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).
b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam kertas, cuka air aki, dan lainya.
c. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat
mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG, lainya.
d. Polusi dan pencemaran lingkungan.
3. Bahaya Listrik
Merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak item bahaya listrik, baik jarigan listik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
4. Bahaya Fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :
a. Bising dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran
b. Tekanan c. Getaran
d. Suhu panas atau dingin e. Cahaya atau peneragan
f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah 5. Bahaya Biologis
Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktifitas kerja.
Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian, dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.
18
Sumber informasi bahaya. Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safty data sheet).
1. Kejadian kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melelui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa. Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya :
a. Lokasi kejadian
b. Peralatan atau alat kerja
c. Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan
d. Data-data korban berkaitan dengan usia, pengalaman, pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainya.
e. Waktu kejadian
f. Bagian badan yang cedera g. Keparahan kejadian
2. Kecenderugan Kejadian
Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam priode setahun ditemukan bahaya pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja (Ramli,2010).
Kecelakaan Kerja
Kecelakan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan kecelakaan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi di karenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Maka dalam hal ini terdapat dua permasalahan penting, yaitu kecelakan akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur,1987).
Penyebab terjadinya kecelakaan. Menurut Djati ( 2001) penyebab kecelakan dapat dibagi 2 :
1. Kondisi tidak aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan di lingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari industrial Hygine, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Apabila tempat kerja tidak mengikuti aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang telah ditentukan maka terjadilah kondisi yang tidak aman sebagai contoh, lantai yang licin sehingga dapat menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air yang melintang di jalan, dan lain-lain.
20
2. Tindakan tidak aman (unsafe action)
Menurut penelitian hampir 85% kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan tidak aman ini dapat disebabkan oleh :
1. Karena tidak tahu
Yang bersangkutan tidak mengetahui bagai mana melakukan pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.
2. Karena tidak mampu/tidak bisa
Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia melakukan kesalahan.
Walaupun telah mengetahui degan jelas cara kerja dan peraturan-peraturan serta yang bersangkutan dapat melaksanakanya,tetapi karena tidak mau melaksanakan maka terjadi kecelakaan, misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau melepas alat pengaman.
Menurut rijanto (2010), penyebab-penyebab yang paling sering menyebakan kematian dan cedera adalah :
1. Jatuh
Orang-orang jatuh karena jalan yang menuju dari tempat kerja tidak baik, atau tempat kerjanya itu sendiri tidak aman. Ada 5 kelompok pekerjaan berisiko tinggi dimana jatuh merupakan akibat yang utama, yaitu: pekerjaan atap, pekerjaan memasang kontruksi baja pekerjaan pemasangan rangka, pencoran beton, dan pekerjaan pembongkaran.
2. Benda-benda jatuh dan roboh
Orang dapat kejatuhan benda yang sedang diangkat, benda yang terguling atau yang terlepas dari kedudukannya; kejatuhan atau tertimbun oleh bahan-bahan saat penggalian, robohnya bagunan atau rangka.
3. Kecelakaan-kecelakaan akibat listrik
Orang-orang menderita syok listrik dan terbakar bila menggunakan peralatan yang tidak aman dan bila tersentuh pada kabel-kabel listrik di atas kepala dan kabel-kabel yang ditanam.
Kerugian yang disebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian (K):
1. Kerusakan
2. Kekacauan organisasi 3. Keluhan dan kesedihan 4. Kelainan dan cacat 5. Kematian
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama bagi kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tidak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Biaya tersebut meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini mencakup berhentinya produksioleh karena
22
pekerjaan-pekerjaan lainya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum bisa bekerja di tempat itu, dan lain-lain.
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja .Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuan Internasional tahun 1962 dalam Suma’mur (1987) adalah sebagai berikut :
1. Klarisifikasi menurut jenis kecelakaan a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab a. Mesin
1) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik 2) Mesin penyalur (transmisi)
3) Mesin-mesin untuk megerjakan logam
4) Mesin-mesin pengolahan kayu 5) Mesin-mesinpertanian
6) Mesin-mesin pertambangan
7) Mesinmesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut b. Alat angkut dan alat angkat
1) Mesin angkat dan peralatanya 2) Alat angkutan di atas rel
3) Alat angkutan lain yang beroda terkecuali kereta api 4) Alat angkut udara
5) Alat angkut air
6) Alat-alat angkutan lain c. Peralatan lain
1) Bejana bertekanan
2) Dapur pembakaran dan pemanas 3) Instalasi pendingin
4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik(tagan)
5) Alat-alat listrik ( tangan) 6) Alat-alat angkutan lain d. Bahan- bahan, zat-zat dan radiasi
1) Bahan peledak
2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak 3) Benda-benda melayang
24
4) Radiasi
5) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang termasuk golongan tersebut e. Lingkungan kerja
1) Di luar bangunan 2) Di dalam bagunan 3) Di bawah tanah
f. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai
1) Hewan 2) Penyebab lain
g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan a. Patah tulang
b. Dislokasi/keseleo c. Regang otot/urat
d. Memar dan luka dalam yang lain e. Amputasi
f. Luka-luka lain g. Luka di permukaan h. Gegar dan remuk i. Luka bakar j. Sobek
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh a. Kepala
b. Lehar c. Bahan
d. Anggota atas e. Anggota bawah f. Banyak tempat g. Kelainan umum
h. Letak lain yang tidak dapat dimaksukkan klasifikasi tersebut
Prinsip-prinsip pencegahan kecelakaan. Menurut Ridley (2008), sasaran pencegahan kecelakaan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan jika kecelakaan terjadi, mencegahnya agar tidak terulang kembali.
Adapun prosedur pencegahan kecelakaan adalah : 1. Mengidentifikasi bahaya
2. Menghilangkan bahaya
3. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak dapat di lakukan
4. Melakukan penilaian risiko risiko residual 5. Mengendalikan risiko residual
Pencegahan cedera memiliki dua komponen utama: mengantifikasi potensi bahaya dan desain tempat kerja. Sistem surveilans yang dikembangkan dengan data yang baik dapat membantu perusahaan mengantisipasi cedera potensial, baik itu kecelakaan atau tidak kekerasan. Cedera seharusnya tidak lagi dianggap akibat
26
yang dihasilkan dari berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.
Sebaliknya, pengusaha harus mengaggap mereka sebagai peristiwa-biaya tinggi dalam hal biaya pengobatan dan kehilangan produktifitas, biaya yang di bayar oleh pekerja, pengusaha dan akhirnya konsumen. Namun, banyak perusahaaan menganggap hal tersebut sekedar kepatuhan, bukan pencegahan proaktif. Selain itu, jumlah saat ini yang dikeluarkan oleh pemerintah pada pencegahan cedera kecil jika dibandingkan dengan uang yang dialokasikan untuk penyakit yang paling kronis. Tetapi pengusaha berupaya untuk memiliki program pencegahan cedera yang di rancang degan baik di tempat kerja (Healey dan Walker, 2009).
Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana terjadinya (Ramli,2010).
Menurut rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaaan tentang setiap langkahnya:
1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul atau lainya yang membuat luka, dengan satu objek ?
2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau di antara objek?
3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerjaan dapat terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?
4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau memelintir ?
5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya, apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi ?
Pengamatan terhadap pekerja yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko adalah melakukan penilaian setiap laporan survei dan atau inspeksi K3 atau lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:
1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.
2. Laporan kecelakaan/insiden dari area umum di lokasi kerja.
3. Laporan pengamatan kerja.
4. Peraturan kerja khusus di lokasi.
5. Kebutuhan alat pelindung diri.
6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.
Tujuan identifikasi bahaya . Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :
1. Mungurangi peluang kecelakaan. Identifikasi bahaya berkaitan faktor penyebab kecelakaa, dengan melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan. Yang artinya untuk setia 30.000 bahaya
28
atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakan berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan. Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan menguranggi penyebab kecelakaan dapat diurutkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi seluruh sumber bahaya di tempat kerja.
2. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait lainya) mengenai potensi bahaya dari aktifitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strtegi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas penaganganan sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber dahaya dalam perusahaan kenapa semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan (Ramli,2010).
Teknik identifikasi bahaya. Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah sesuatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas :
1. Teknik pasif
Bahaya dapat dikenali dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlama, karena langkah pencegahan di ambil setelah kecelakaan terjadi.
2. Teknik semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena :
a. Tidak semua bahaya setelah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.
b. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran.
c. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.
30
Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
3. Teknik proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau danpak yang merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan :
1. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum kecelakaan atau cidera.
2. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.
3. Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerjaan setelah mengetahui dan mengenal bahaya di tempat kerja.
4. Pencegahan pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :
1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3 2. Hazops (Hazard and operability study)
3. Analisis keselamatan pekerjaan (Job safety Analisis-JSA) 4. Analisis Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)
Pemilihan teknik identifikasi bahaya. Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain;
1. Sistematis dan terstruktur
2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum pernah di kenali sebelumnya.
3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan.
4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.
Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara lain:
1. Manusia
Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat melakukan aktivitasnya masing-masing.
2. Peralatan
Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan lainya dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya.
3. Material
32
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil produk mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan arakteristik masing-masing.
4. Proses
Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.
5. Sistem dan prosedur
Secara lansung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contoh seseorang pekerja yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya kecelakaan. Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang ada tetapi dapat di bagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.
Proses identifikasi bahaya. Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahaya-bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian menentukan singnifikasi (potensi) dan penyebabnya, melalui program surei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada.
Gambar 1. Proses identifikasi bahaya K3
Tahapan identifikasi bahaya di awali dengan menyususn daftar kejadian- kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan kejadian kecelakaan maupun ganguan kesehatan.
Hazards and operability study (HAZOPS). HAZOPS adalah teknik
mengidentifikasi dan menganalisis bahaya yang digunakan untuk industri proses dan aktifitas industri lainya. Prinsip yang digunakan dalam HAZOPS untuk membantu pelaksanaanya mengunakan termologi sebagai berikut :
Sumber tenaga
kerja dan bahan yang berbahaya
Proses kerja Identifikasi
bahaya
Lokasi kerja
34
Tabel 1
Kosakata yang digunakan dalam Hazops
Kosakata Penjelasan
Node Titik/ bagian dari proses yang ditentukan sebagai objek analisa
Guide Word Kata-kata singkat yang digunakan untuk membantu mengarahkan jalannya diskusi pada saar meninjau suatu parameter proses. Contoh: no, more, less, low, high, part of, dan lain-lain.
Parameter Rujukan / ukuran proses tertentu yang ditinjau. Misal:
temperature, pressure, flow dan lain-lain
Deviation Penyimpangan proses yang seharusnya
(penggabungan dari guide word dan parameter)
Cause Alasan yang dikemukakan mengapa suatu
penyimpangan dapat terjadi
Consequence Akibat atau konsekuensi yang dihasilkan jika terjadi Penyimpangan
Safe Guard Peralatan dan instrumen yang ditambahkan untuk tujuan pengendalian dan pengamananserta sistem yang dibuat secara administratif untuh mencegah suatu penyimpanganterjadi atau mengurangi consequences yang terjadi sebagai akibat penyimpangan
Recommendation Rekomendasi untuk perubahan design, prosedur operasi atau untuk studi lebih lanjut.
Kelebihan HAZOPS. Menurut Ramli (2010), teknik HAZOPS merupakan
sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat menghasilkan kajian yang komprehensif. Kajian HAZOPS juga bersifat multi disiplin sehingga hasil kajian akan lebih mendalam dan rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang disiplin dan keahlian. Metode ini sangat membantu tindakan perbaikan
Proses kajian HAZOPS. Proses kajian pada HAZOPS adalah proses untuk mengidentifikasi bahaya degan cara yang dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 2. Proses kajian prinsip Hazops
Alur kajian Hazops dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan antara lain menentukan objek kajian. Apakah untuk kajian suatu proyek baru, modifikasi, atau untuk tujuan lainnya. Tentukan unit proses yang dikaji. Kajian Hazops bersifat multi disiplin misalnya dari fungsi teknis, operasi, proses, listrik, instrumen, safety, dan lainya. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk suatu kajian Hazops
Persiapan
Pilih node
Pilih parameter
Gunakan kata bantu
Analisi Deviasi
Laporan pemantauan
36
antara lain gambar P&ID (procces & instrumentation diagram), gambar teknis dan data lainya mengenai unit yang akan dievaluasi.
2. Pemilihan metode kajian
Titik kajian dalam teknik Hazops disebut node. Pemilihan titik kajian ini tergantung keahlian dan pengalaman tim kajian. Bagi tim pemula, pililah kajian yang tidak terlalu luas dan sederhana.
3. Pemilihan parameter
Berdasarkan node yang telah dipilih tersebut, tim menentukan apa saja parameter yang berkaitan dengan node terkait. Misalnya pada titik node pompa air, ada parameter aliran, tekanan, dan suhu.
4. Penggunaan kata bantu Hazops
Semua parameter yang diketahui tersebut dikaji secara mendalam dengan menggunakan kata bantu yang dikombinasikan dengan parameter yang ada.
Misalnya apakah ada kemungkinan no-flow pada pompa ? 5. Analisa deviasi
Jika deviasi sudah diperoleh lakukan kajian lebih rinci yang berkaitan potensi bahaya. Apa saja bahaya yang ada jika terjadi no-flow pada pompa. Apa penyebab terjadinya no-flow tersebut dan apa konsikuensinya terhadap sistem operasi.
6. Laporan dan pemantauan
Langkah berikutnya dari Hazops adalah membuat laporan tentang hasil kajian. Laporan ini akan digunakan untuk meningkatkan sistem, prosedur, sarana, dan kondisi, operasi yang ada. Sebagai rekomendasi efektif untuk mengendalikan yang diharapkan.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis bahaya kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui analisis bahaya apa saja yang berpotensi mengakibatkan kecelakan kerja pada pekerja Bagian Loading Ramp Produksi CPO PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di bagian Stasiun Sortir Tandan (Loading Ramp) produksi CPO PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai. pemilihan lokasi dikarenakan di Stasiun Sortir Tandan (Loading Ramp) produksi CPO merupakan salah satu stasiun yang memiliki potensi bahaya tinggi serta adanya dukungan dari pihak PTPN IV unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 untuk meneliti ini.
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini berlangsung sejak bulan februari sampai juni 2018
Informan Penelitian
Informan penelitian adalah pekerja proses Sortir Tandan (Loading Ramp) dan yang bertangung jawab pada proses tersebut dari pihak PTPN IV unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai.
38
Defenisi Konsep
Menurut Bungin (2009), informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah pekerja stasiun sortir buah tandan (loading ramp) di PTPN IV Unit Usaha Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Informan penelitian ditentukan dengan teknik snowball sampling, yaitu proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait objek penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai.
Metode Pengumpulan Data
Data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan menggunkan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Teknik wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan peneliti dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mendapatkan informasi.
2. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung proses pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja.
Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa profil perusahaan dan data kecelakan kerja tahun 2017.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pedoman Wawancara Mendalam 2. Perekam Suara
3. Kamera
4. Lembar observasi HAZOPS Metode Pengukuran
Metode pengukuran dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam untuk mengetahui rasa sakit pada bagian tubuh pekerja saat proses kerja di stasiun loading ramp dengan skala jawaban dari informan 1tidak sakit, 2 sakit, 3 sangat sakit dan dari hal tersebut melakukan observasi langsung mengunakan lembar observasi HAZOPS yang berguna untuk mengetahui bahaya apa saja pada proses kerja yang dapat mengakibatkan kecelakan kerja dengan menentukan titik kajian dalam teknik HAZOPS di sebut Node pada setiap proses kerja di stasiun loading ramp.
40
Metode Analisis Data
Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif, para ahli memiliki pendapat yang berbeda, menurut Huberman dan Miles (1992), mengajukan model analisis data yang disebutnya sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil yang diperoleh dari wawancara dan observasi penelitian akan diolah dan kemudian akan dilakukan analisis sebagai berikut : 1. Reduksi data, merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-pilihan
peneliti tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas jumlah bagian tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-pilihan analitis. Proses reduksi data dimaksudkan untuk lebih menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan.
2. Display data, yaitu sekumpulan informasi dan data yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.
Penyajian data ini bisa dalam bentuk uraian, grafik, dan bagan.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, yaitu penganalisaan atau penarikan arti data berdasarkan hasil reduksi dan penyajian data.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Gambaran umum perusahaan. Pabrik kelapa sawit adolina didirikan oleh pemerintah belanda sejak tahun 1926 dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO)” yang bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938 budi daya tembakau diubah menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “NV Serdang Cultuur Maatchappy (NV SCM)”.
Tahun 1994 PTP VI, PTP VII dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat ini gabungan PTP VI, PTP VII dan PTP VIII diberi nama “PT Perkebunan Nusantara IV” dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Gambar 3. PKS PTPN 4 Unit Usaha Adolina