3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerjaan dapat terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?
4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk, atau memelintir ?
5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan? Contohnya, apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau radiasi ?
Pengamatan terhadap pekerja yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko adalah melakukan penilaian setiap laporan survei dan atau inspeksi K3 atau lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:
1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat lokasi kerja.
2. Laporan kecelakaan/insiden dari area umum di lokasi kerja.
3. Laporan pengamatan kerja.
4. Peraturan kerja khusus di lokasi.
5. Kebutuhan alat pelindung diri.
6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.
Tujuan identifikasi bahaya . Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :
1. Mungurangi peluang kecelakaan. Identifikasi bahaya berkaitan faktor penyebab kecelakaa, dengan melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan. Yang artinya untuk setia 30.000 bahaya
28
atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakan berat, 300 kali kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan. Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan menguranggi penyebab kecelakaan dapat diurutkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi seluruh sumber bahaya di tempat kerja.
2. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait lainya) mengenai potensi bahaya dari aktifitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strtegi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala prioritas penaganganan sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber dahaya dalam perusahaan kenapa semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha yang akan dilakukan (Ramli,2010).
Teknik identifikasi bahaya. Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya adalah sesuatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas :
1. Teknik pasif
Bahaya dapat dikenali dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlama, karena langkah pencegahan di ambil setelah kecelakaan terjadi.
2. Teknik semi proaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena :
a. Tidak semua bahaya setelah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.
b. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran.
c. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.
30
Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
3. Teknik proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau danpak yang merugikan.
Tindakan proaktif memiliki kelebihan :
1. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum kecelakaan atau cidera.
2. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improement) karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.
3. Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerjaan setelah mengetahui dan mengenal bahaya di tempat kerja.
4. Pencegahan pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :
1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3 2. Hazops (Hazard and operability study)
3. Analisis keselamatan pekerjaan (Job safety Analisis-JSA) 4. Analisis Risiko Pekerjaan (Task Risk Analysis-TRA)
Pemilihan teknik identifikasi bahaya. Teknik identifikasi bahaya yang digunakan harus sesuai, karena sangat menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifikasi bahaya yang tepat antara lain;
1. Sistematis dan terstruktur
2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum pernah di kenali sebelumnya.
3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan.
4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan.
Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi antara lain:
1. Manusia
Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat melakukan aktivitasnya masing-masing.
2. Peralatan
Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut, dan lainya dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya.
3. Material
32
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau hasil produk mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan arakteristik masing-masing.
4. Proses
Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.
5. Sistem dan prosedur
Secara lansung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contoh seseorang pekerja yang bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya kecelakaan. Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang ada tetapi dapat di bagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.
Proses identifikasi bahaya. Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahaya-bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian menentukan singnifikasi (potensi) dan penyebabnya, melalui program surei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada.
Gambar 1. Proses identifikasi bahaya K3
Tahapan identifikasi bahaya di awali dengan menyususn daftar kejadian-kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan kejadian-kejadian kecelakaan maupun ganguan kesehatan.
Hazards and operability study (HAZOPS). HAZOPS adalah teknik
mengidentifikasi dan menganalisis bahaya yang digunakan untuk industri proses dan aktifitas industri lainya. Prinsip yang digunakan dalam HAZOPS untuk membantu pelaksanaanya mengunakan termologi sebagai berikut :
Sumber tenaga
kerja dan bahan yang berbahaya
Proses kerja Identifikasi
bahaya
Lokasi kerja
34
Tabel 1
Kosakata yang digunakan dalam Hazops
Kosakata Penjelasan
Node Titik/ bagian dari proses yang ditentukan sebagai objek analisa
Guide Word Kata-kata singkat yang digunakan untuk membantu mengarahkan jalannya diskusi pada saar meninjau suatu parameter proses. Contoh: no, more, less, low, high, part of, dan lain-lain.
Parameter Rujukan / ukuran proses tertentu yang ditinjau. Misal:
temperature, pressure, flow dan lain-lain
Deviation Penyimpangan proses yang seharusnya
(penggabungan dari guide word dan parameter)
Cause Alasan yang dikemukakan mengapa suatu
penyimpangan dapat terjadi
Consequence Akibat atau konsekuensi yang dihasilkan jika terjadi Penyimpangan
Safe Guard Peralatan dan instrumen yang ditambahkan untuk tujuan pengendalian dan pengamananserta sistem yang dibuat secara administratif untuh mencegah suatu penyimpanganterjadi atau mengurangi consequences yang terjadi sebagai akibat penyimpangan
Recommendation Rekomendasi untuk perubahan design, prosedur operasi atau untuk studi lebih lanjut.
Kelebihan HAZOPS. Menurut Ramli (2010), teknik HAZOPS merupakan
sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat menghasilkan kajian yang komprehensif. Kajian HAZOPS juga bersifat multi disiplin sehingga hasil kajian akan lebih mendalam dan rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang disiplin dan keahlian. Metode ini sangat membantu tindakan perbaikan
Proses kajian HAZOPS. Proses kajian pada HAZOPS adalah proses untuk mengidentifikasi bahaya degan cara yang dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 2. Proses kajian prinsip Hazops
Alur kajian Hazops dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Persiapan
Sebagai langkah persiapan antara lain menentukan objek kajian. Apakah untuk kajian suatu proyek baru, modifikasi, atau untuk tujuan lainnya. Tentukan unit proses yang dikaji. Kajian Hazops bersifat multi disiplin misalnya dari fungsi teknis, operasi, proses, listrik, instrumen, safety, dan lainya. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk suatu kajian Hazops
Persiapan
Pilih node
Pilih parameter
Gunakan kata bantu
Analisi Deviasi
Laporan pemantauan
36
antara lain gambar P&ID (procces & instrumentation diagram), gambar teknis dan data lainya mengenai unit yang akan dievaluasi.
2. Pemilihan metode kajian
Titik kajian dalam teknik Hazops disebut node. Pemilihan titik kajian ini tergantung keahlian dan pengalaman tim kajian. Bagi tim pemula, pililah kajian yang tidak terlalu luas dan sederhana.
3. Pemilihan parameter
Berdasarkan node yang telah dipilih tersebut, tim menentukan apa saja parameter yang berkaitan dengan node terkait. Misalnya pada titik node pompa air, ada parameter aliran, tekanan, dan suhu.
4. Penggunaan kata bantu Hazops
Semua parameter yang diketahui tersebut dikaji secara mendalam dengan menggunakan kata bantu yang dikombinasikan dengan parameter yang ada.
Misalnya apakah ada kemungkinan no-flow pada pompa ? 5. Analisa deviasi
Jika deviasi sudah diperoleh lakukan kajian lebih rinci yang berkaitan potensi bahaya. Apa saja bahaya yang ada jika terjadi no-flow pada pompa. Apa penyebab terjadinya no-flow tersebut dan apa konsikuensinya terhadap sistem operasi.
6. Laporan dan pemantauan
Langkah berikutnya dari Hazops adalah membuat laporan tentang hasil kajian. Laporan ini akan digunakan untuk meningkatkan sistem, prosedur, sarana, dan kondisi, operasi yang ada. Sebagai rekomendasi efektif untuk mengendalikan yang diharapkan.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis bahaya kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui analisis bahaya apa saja yang berpotensi mengakibatkan kecelakan kerja pada pekerja Bagian Loading Ramp Produksi CPO PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di bagian Stasiun Sortir Tandan (Loading Ramp) produksi CPO PTPN IV Unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai. pemilihan lokasi dikarenakan di Stasiun Sortir Tandan (Loading Ramp) produksi CPO merupakan salah satu stasiun yang memiliki potensi bahaya tinggi serta adanya dukungan dari pihak PTPN IV unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018 untuk meneliti ini.
Waktu penelitian. Waktu penelitian ini berlangsung sejak bulan februari sampai juni 2018
Informan Penelitian
Informan penelitian adalah pekerja proses Sortir Tandan (Loading Ramp) dan yang bertangung jawab pada proses tersebut dari pihak PTPN IV unit Usaha Adolina Kabupaten Serdang Bedagai.
38
Defenisi Konsep
Menurut Bungin (2009), informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah pekerja stasiun sortir buah tandan (loading ramp) di PTPN IV Unit Usaha Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Informan penelitian ditentukan dengan teknik snowball sampling, yaitu proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait objek penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai.
Metode Pengumpulan Data
Data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan menggunkan teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Teknik wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan peneliti dan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mendapatkan informasi.
2. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung proses pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja.
Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa profil perusahaan dan data kecelakan kerja tahun 2017.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pedoman Wawancara Mendalam 2. Perekam Suara
3. Kamera
4. Lembar observasi HAZOPS Metode Pengukuran
Metode pengukuran dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam untuk mengetahui rasa sakit pada bagian tubuh pekerja saat proses kerja di stasiun loading ramp dengan skala jawaban dari informan 1tidak sakit, 2 sakit, 3 sangat sakit dan dari hal tersebut melakukan observasi langsung mengunakan lembar observasi HAZOPS yang berguna untuk mengetahui bahaya apa saja pada proses kerja yang dapat mengakibatkan kecelakan kerja dengan menentukan titik kajian dalam teknik HAZOPS di sebut Node pada setiap proses kerja di stasiun loading ramp.
40
Metode Analisis Data
Dalam membahas tentang analisis data dalam penelitian kualitatif, para ahli memiliki pendapat yang berbeda, menurut Huberman dan Miles (1992), mengajukan model analisis data yang disebutnya sebagai model interaktif. Model interaktif ini terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil yang diperoleh dari wawancara dan observasi penelitian akan diolah dan kemudian akan dilakukan analisis sebagai berikut : 1. Reduksi data, merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-pilihan
peneliti tentang bagian data mana yang dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas jumlah bagian tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-pilihan analitis. Proses reduksi data dimaksudkan untuk lebih menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan.
2. Display data, yaitu sekumpulan informasi dan data yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.
Penyajian data ini bisa dalam bentuk uraian, grafik, dan bagan.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, yaitu penganalisaan atau penarikan arti data berdasarkan hasil reduksi dan penyajian data.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Gambaran umum perusahaan. Pabrik kelapa sawit adolina didirikan oleh pemerintah belanda sejak tahun 1926 dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO)” yang bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938 budi daya tembakau diubah menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “NV Serdang Cultuur Maatchappy (NV SCM)”.
Tahun 1994 PTP VI, PTP VII dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat ini gabungan PTP VI, PTP VII dan PTP VIII diberi nama “PT Perkebunan Nusantara IV” dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Gambar 3. PKS PTPN 4 Unit Usaha Adolina
42
Visi . PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki visi “Menjadi Pusat Keunggulan pengelolaan perusahaan agroindustri Minyak kelapa sawit Lestari dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan”.
Misi. PT. Perkebunan Nusantara IV memiliki misi sebagai berikut:
1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.
2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreatifitas dan inovasi untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi.
3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.
4. Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance (GCG).
5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat atau daerah.
Letak geografis. Lokasi PT Perkebunan Nusantara IV Pabrik Kelapa Sawit Kebun Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara tepatnya di pinggiran jalan raya Medan-Pematang Siantar dengan jarak 38 km dari kota Medan.
Luas areal perkebunan. Luas kebun PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina berdasarkan Surat Keputusan No: 04.13/Kpts/Org/93/VII/1998 tanggal 17 September 1998 adalah seluas 8.965,69 Ha dibagi menjadi tiga bagian yaitu kebun kelapa sawit seluas 7700 Ha, kebun induk 251 Ha, kebun benih kakao seluas 48 Ha, dan lain-lain seluas 966,69 Ha (Emplasment, pondok, bibitan dan pabrik).
Struktur organisasi. Struktur Organisasi Perusahaan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina Tahun 2017.
44
Gambar 4. Struktur organisasi
Jam kerja. Jam kerja yang berlaku pada PT Perkebunan Nusantara IV KebunAdolina dibagi atas dua bagian, yaitu :
1. Bagian Kantor
Untuk bagian ini hanya ada satu shift dengan tujuh jam perhari dan 40 jam perminggu
2. Pabrik
Untuk bagian pabrik, pekerja dibagi atas dua shift, yaitu : a. Shift I (Pukul 06.30 – 16.30)
b. Shift II (Pukul 16.30 – 06.30)
Program keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk memastikan pekerja sehat, selamat, dan aman, maka PTPN 4 memiliki beberapa program keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain:
1. Review HIRA untuk semua pekerjaan rutin dan non rutin
2. Pelaksanaan SHE Accountability Program (TU Smart, SHE Meeting, SHE Inspection)
3. Pelaksanaan Basic Safety Training untuk personel MTP (Mechanic Talent Pool)
4. Melakukan tinjauan kelayakan terhadap linfting tools dan attachment yang ada 5. Pelaksanaan sistem K3L mengacu pada OHSAS 18001:2007 Min 80%
6. Memasstikan form inspeksi bulanan APD berjalan 7. Memberikan pelatihan Basic SHE mengacu kepada TNA 8. Pelaksanaan Aturan K3 wajib APD pada areal workshop
9. Penerapan JSA untuk pekerjaan yang dilakukan diluar kondisi normal 10. Tool box meeting 1/hari, Safety Talk for Operation 1/minggu