• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KOMPOSISI PUPUK ORGANIK BENTUK GRANULE DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA BAHAN BAKU DI PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN KOMPOSISI PUPUK ORGANIK BENTUK GRANULE DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA BAHAN BAKU DI PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA MOJOKERTO."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KOMPOSISI PUPUK ORGANIK BENTUK GRANULE

DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMMING

UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA BAHAN BAKU

DI PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA

MOJOKERTO

SKRIPSI

Disusun Oleh :

ARI SETIAWAN

Npm. 0732010081

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:

”PENENTUAN KOMPOSISI PUPUK ORGANIK BENTUK GRANULE

DENGAN PENDEKATAN LINEAR PROGRAMING GUNA

MEMINIMALKAN BIAYA BAHAN BAKU DI PT. KUSUMA DIPA

NUGRAHA, MOJOKERTO.”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Industri

pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesaikannya kegiatan dan penyusunan laporan SKRIPSI ini adalah

berkat dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto,MP, Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur.

(3)

4.

Ir. Sumiati, MT. selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan laporan

SKRIPSI ini.

5.

Seluruh Dosen, Staff dan karyawan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

6.

Bapak Dr. H. M. Noer Soetjipto SP, MM selaku pimpinan PT Kusuma Dipa

Nugraha .

7.

Segenap karyawan PT. Kusuma Dipa Nugraha yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelilitian SKRIPSI.

8.

Bapak dan Ibu yang selama ini telah mendukung saya baik secara Materi dan

Moral agar bisa menyelesaikan pendidikan S-1.

9.

Istri ku yang selama ini telah menemani dalam perjuangan Hidup-ku.

10.

Segenap teman-teman seperjuangan tahun 2007 meliputi Alfian (Ocrut),

Hendri S. (Otong), Maria (C.T), Merdianti (yayuk) yang tergabung dalam

BANANA BOAT team. Decky (Kiroen), Andreas (Kabol), Andy (Kader),

Bagus (Komting), Didit (Men), Faul, Bagus (Gendut), Maretha, Leo, Acha

(Bethik Sumur), Nizar (Punk), Andro (Bule), Ocky (Tigor), Budi, Bpk. Bobi,

Puri, Dida dan masih banyak yang lainnya yang belum tersebutkan

satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari

sempurna, oleh sebab itu kami harapkan saran dan koreksi atas kekurangan yang

ada di dalamya untuk memperbaiki laporan ini.

(4)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR

... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL

... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN

... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

... 1

1.2

Perumusan Masalah ... 2

1.3

Batasan Masalah

... 2

1.4

Asumsi-asumsi

... 2

1.5 Tujuan Penelitian

... 2

1.6

Manfaat Penelitian

... 3

1.7 Sistematika

Penulisan

...

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik

... 5

2.1.1 Sejarah Penggunaan Pupuk Organik

……...…...….... 6

2.1.2 Peranan Pupuk Organik

... 7

2.1.3 Manfaat Pupuk Organik

... 8

2.1.4 Proses Produksi

... 10

2.2

Kotoran Hewan

………... 13

2.3 Blotong

...

14

(5)

2.5.3 Phospate

...…...….………. 20

2.5.4 Clay (lempung)

…...………....……….. 21

2.5.5 Kalsium

....………...………... 22

2.5.6 Kapur Pertanian

...…....……….. 23

2.5.7 Persyaratan Teknis Pemerintah Dalam Memproduksi Pupuk

Organik... 24

2.6 Pengertian

Linear Programming

.…...…... 25

2.6.1 Konsep

Linear Programming

...……....………... 26

2.6.2 Asumsi-asumsi Dasar

Linear Programming

...

27

2.6.3 Model

Linear Programming

...

28

2.6.4 Manipulasi Pertidak Samaan Menjadi Persamaan dan Sebaliknya ... 30

2.7 Permasalahan

Linear Programming

... 31

2.7.1 Problem

Maximize

... 32

2.7.1.1 Penyelesaian dengan Metode Grafis ... 32

2.7.1.2 Penyelesaian dengan Metode Simpleks

... 34

2.7.2 Problem

Minimize

...

39

2.7.2.1 Penyelesaian dengan Metode Grafis ... 39

2.7.2.2 Penyelesaian dengan Metode Simpleks

... 40

2.7.2.3 Metode Dual Simpleks

... 48

2.8

Peneliti Pendahulu

... 50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian

... 52

3.2 Identifikasi

dan

Definisi Operasional Variabel

... 52

3.2.1 Identifikasi Operasional Variabel

... 52

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

... 53

3.3

Metode Pengumpulan Data ... 54

3.4

Metode Pengolahan Data

... 55

(6)

3.6

Flow Chart Pemecahan Masalah

... 61

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1

Pengumpulan Data …...………... 65

4.1.1 Harga Bahan Baku Pupuk ... 65

4.1.2 Kebutuhan Unsur Hara yang Dipersyaratkan Pemerintah ... 65

4.1.3 Data Kandungan Unsur Hara pada Tiap Bahan

... 67

4.1.4 Penggunaan Bahan Baku Pupuk yang Dipersyaratkan Perusahaan... 68

4.2 Pengolahan

Data ...

69

4.2.1 Formulasi Model

Linear Programming

...

69

4.2.1.1 Variabel Keputusan ... 69

4.2.1.2 Fungsi Tujuan ... 69

4.2.1.3 Fungsi Kendala atau Pembatasan dalam Pupuk

... 70

4.2.2 Pemecahan Masalah

... 71

4.3

Hasil Pengolahan Data

... 77

4.3.1 Komposisi Bahan Baku Dan Perhitungan Biaya Pupuk Oleh

Perusahaan... 77

4.3.2 Komposisi Bahan Baku dan Biaya Bahan Baku Pupuk dengan Metode

Linear Programmin

... 78

4.4

Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

…...………...………...

82

5.2 Saran

…...………...…...

83

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Rata-rata jumlah unsur hara kotoran ayam dan sapi ... 13

Tabel 2.2

Hasil analisa kimia blotong ... 14

Tabel 2.3

Data analisis potensi limbah media tanam jamur

... 15

Tabel 2.4

Kandungan nutrisi dalam kompos

... 16

Tabel 2.5

Komposisi hara dalam tanaman

... 17

Tabel 2.6

Standart kualitas kompos

... 17

Tabel 2.7

Analisis limbah tembakau

... 18

Tabel 2.8

Beberapa sifat kimia pada zeolit

... 20

Tabel 2.9

Komposisi kimia dalam lempung

... 22

Tabel 2.10

Persyaratan teknis S-K Menteri pertanian

... 24

Tabel 2.11

Tabel simpleks bentuk simbol

... 36

Tabel 3.1

Persyaratan teknis S-K Menteri pertanian

... 55

Tabel 3.2

Kandungan nutrisi dalam bahan pupuk

... 56

Tabel 3.3

Kandungan nutrisi dalam bahan pupuk (kotoran ayam)

... 56

Tabel 3.4

Kandungan nutrisi dalam bahan pupuk (kotoran sapi)

... 56

Tabel 3.5

Harga dan jumlah pemakaian bahan baku pupuk (kotoran ayam).57

Tabel 3.6

Harga dan jumlah pemakaian bahan baku pupuk (kotoran sapi)...57

Tabel 4.1

Harga bahan baku pupuk

... 65

Tabel 4.2

Persyaratan teknis S-K Menteri pertanian (kandungan murni)... 66

Tabel 4.2

Persyaratan teknis S-K Menteri pertanian (diperkaya mikroba)... 66

Tabel 4.4

Standart prosentase unsur pada pupuk

... 67

Tabel 4.5

Kandungan unsur bahan pupuk

... 67

Tabel 4.6

Tabel awal simpleks untuk komposisi kotoran ayam ... 75

Tabel 4.7

Solution Sumarry

untuk bahan baku kotoran ayam ... 75

(8)

Tabel 4.11

Komposisi Pupuk di PT. Kusuma Dipa Nugraha (kotoran sapi).. 77

Tabel 4.12

Perhitungan biaya bahan baku pupuk oleh Perusahaan (kotoran

ayam)...

78

Tabel 4.13

Perhitungan biaya bahan baku pupuk oleh Perusahaan (kotoran

sapi)...

78

Tabel 4.14

Perhitungan biaya bahan baku pupuk dengan

Linear

Programming

(kotoran ayam)

... 79

Tabel 4.15

Perhitungan biaya bahan baku pupuk dengan

Linear Programming

(kotoran sapi) ... 79

Tabel 4.16

Perbandingan komposisi pupuk dengan (kotoran ayam)

... 80

Tabel 4.17

Perbandingan komposisi pupuk dengan (kotoran sapi)

... 80

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Mesin Molen ...…..…...………….. 11

Gambar 2.2

Pan Granulator

………...……....…………. 11

Gambar 2.3

Hasil Jadi Mesh Pupuk Organik

…...….. 12

Gambar 2.4

Ilustrasi penyelesaian metode grafis ... 40

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Gambaran umum perusahaan

Lampiran 1b Struktur Organisasi PT. Kusuma Dipa Nugraha

Lampiran 2

Garis besar proses produksi

Lampiran 3

Langkah-langkah penyelesaian dengan

soft ware Win Q.S

(11)

ABSTRAKSI

Dalam suatu industri manufaktur peran manajemen sangatlah penting,

pengaturan disegala bidang mutlak diperlukan. Dengan melakukan perhitungan

yang cermat dan disertai efisiensi diharapkan dapat menekan biaya produksi dan

biaya bahan baku yang harus dikeluarkan dapat seminimal mungkin.

Pengendalian penggunaan bahan baku dilakukan tiap kali perusahaan melakukan

proses produksi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan pengalokasian

sumber daya secara tepat dan efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah

pembuatan pupuk organik dimana penyusunan atau perbandingan takaran bahan

baku yang digunakan nantinya akan dapat menghasilkan produk pupuk yang

optimal, sehingga pengeluaran biaya bahan baku dapat ditekan seminimal

mungkin. Akan tetapi perusahan harus tetap memiliki nilai batasan yang sesuai

dengan peraturan pemerintah.

Dengan adanya masalah tersebut maka

PT Kusuma Dipa Nugraha

Mojokerto, Jawa Timur,

dilakukan penelitian dengan Metode

Linear

Programming,

sehingga dapat melakukan perencanaan penyusunan atau

perbandingan takaran bahan baku yang optimal akan tetapi tetap pada garis

standart yang telah ditetapkan pemerintah. Sehingga dapat menjamin kadar

Organik yag sudah ada juga kualitas yang unggul dengan total biaya bahan baku

minimum.

Hasil penelitian didapatkan bahwa perancangan kombinasi produksi Pupuk

Organik dengan penerapan Metode

Linear Programming

PT. Kusuma Dipa

Nugraha dapat menentukan prosentase perbandingan bahan baku dalam

produksinya. Untuk penggunaan komposisi kotoran ayam yaitu : Kotoran Ayam

40%, Limbah media tanam Jamur 40%, Limbah Tembkau 10%, Blotong 0%,

Zeolit 5%, Phospate 0%, dan Dolomit 5%. Untuk penggunaan komposisi kotoran

Sapi yaitu : Kotoran Sapi 40%, Limbah media tanam Jamur 35%, Limbah

Tembkau 10%, Blotong 0%, Zeolit 10%, Phospate 0%, dan Dolomit 5%.

Sehingga perbandingan harga bahan baku diketahui bahwa biaya bahan

baku yang selama ini dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 1.410.000,-

untuk bahan kotoran ayam. Dan sebesar Rp 1.260.000,- untuk bahan kotoran

sapi. Setelah dilakukan dengan mengunakan Metode

Linear programming

didapatkan biaya pupuk sebesar Rp. 1.350.000,- untuk bahan kotoran ayam dan

sebesar Rp. 1.225.000,- untuk bahan kotoran sapi.

Dengan demikian didapat penghematan bahan baku sebesar Rp. 60.000

atau sebesar 4,25 % setiap 1Shift (produksi 4000 Kg) untuk pupuk dengan bahan

baku kotoran ayam dan sebesar Rp. 40.000 atau sebesar 3,17 % untuk komposisi

kotoran sapi.

(12)

ABSTRACT

In a manufacturing industry is very important management role, the setting

is absolutely necessary in all fields. By doing a careful calculation and

accompanied efficiency is expected to lower production costs and raw material

costs to be incurred to a minimum. Control of the use of raw materials performed

each time the company doing the production process. To obtain maximum results

and allocating resources appropriately and efficiently, companies are faced with

problems in which the preparation of organic fertilizer or dose comparison of

materials used will be able to produce the optimal fertilizer products, so that

expenditure could be reduced raw material costs to a minimum. However,

companies should still have a limit value in accordance with government

regulations.

Given these issues, PT Kusuma Dipa Nugraha Mojokerto, East Java,

conducted research with Method LinearProgramming, so it can do the planning or

preparation of raw material ratio optimal dose will remain on the line but the

standards have been set by the government. So as to ensure existing levels of

Organic also a superior quality with minimum total cost of raw materials.

The study found that the design of the production of organic fertilizer combination

with the application of Linear Programming Methods PT. Kusuma Dipa Nugraha

can determine the percentage ratio of raw materials in production. For the use of

chicken manure composition is: 40% Chicken Manure, mushroom growing media

waste 40%, 10% Waste Tobaco, Blotong 0%, 5% zeolite, Phospate 0%, 5% and

Dolomite. To use cow manure composition is: 40% cow manure, mushroom

growing media waste 35%, 10% Waste Tobaco, Blotong 0%, 10% zeolite,

Phospate 0%, 5% and Dolomite.

That the ratio of raw material prices is known that the cost of raw

materials that had been issued by the company amounted to Rp. 1.41 million, - for

materials chicken manure. And amounted to Rp 1.26 million, - for cow manure

materials. Having carried out using the method of linear programming obtained

fertilizer cost of Rp. 1.35 million, - for chicken manure and materials amounting

to Rp. 1.225 million, - for the materials of cow dung.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang

Suatu perusahaan dalam menjalankan proses produksi sering dihadapkan

pada masalah biaya bahan baku yang relatif besar. Hal ini menyebabkan

perusahaan tidak bisa mendapatkan laba yang optimal. Salah satu usaha yang

dilakukan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau laba yang maksimal

dengan hasil yang optimal adalah dengan cara mengalokasikan sumber daya

secara tepat dan efisien, khususnya pada perusahaan yang bergerak dalam bidang

produksi Pupuk Organik.

PT. Kusuma Dipa Nugraha adalah salah satu perusahaan pupuk organik

yang berlokasi di desa Mojorejo Kec. Pungging – Mojokerto. Pupuk yang

dihasilkan adalah pupuk organik yang berbentuk

Granule

.

Pada hakekatnya dalam menyusun komposisi pupuk organik yang sangat

dibutuhkan adalah bagaimana bakteri-bakteri yang ada di dalam tanah mati dan

akan mengembalikan tingkat kesuburan tanah. Tumbuhnya bakteri tersebut terjadi

pada saat peralihan musim yaitu pada musim kemarau memasuki musim

penghujan. Untuk mengurangi bakteri tersebut maka salah satu komposisi yang

akan dipergunakan adalah Tembakau, sekaligus sebagai

Desinfektan

dimana kadar

nikotin didalam tembakau itu yang berfungsi.

(14)

digunakan nantinya akan dapat menghasilkan produk pupuk yang optimal,

sehingga pengeluaran biaya bahan baku dapat ditekan seminimal mungkin.

1.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya adalah :

“Berapa Besar Prosentase Komposisi Bahan Baku Pupuk Organik Granule

yang Sesuai Standart Menteri Pertanian dengan Pendekatan Linear

Programming dan Didapatkan Biaya Minimum”.

1.3.

Batasan Masalah

Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian maka perlu

dilakukan pembatasan masalah yang dihadapi, yaitu hanya dibatasi pada

pengukuran bahan baku yang akan diproses menjadi Pupuk Organik.

1.4.

Asumsi - asumsi

Untuk keperluan pemecahan masalah digunakan asumsi-asumsi yang

diperlukan yaitu sebagai berikut :

1.

Bahan baku tersedia dipasaran.

2.

Tidak terjadi perubahan harga bahan baku selama penelitian.

1.5.

Tujuan Penelitian

(15)

1.6.

Manfaat Penelitian

1.

Bagi Perusahaan :

Memberikan masukan pada Perusahaan yang bersangkutan dengan harapan

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

dalam produksi Pupuk Organik di waktu yang akan datang.

2.

Bagi Penulis :

Memberikan kesempatan untuk menerapkan secara teoritis dilapangan kerja.

Selain itu, peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman.

3.

Bagi pihak lain :

Memberikan khasanah bacaan sebagai bahan pengetahuan dan perbandingan

dalam penulisan tugas akhir.

1.7.

Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini penulis menyajikan cara sistematis sebagai berikut :

BAB I :

Pendahuluan

Bab ini berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah,

Asumsi-asumsi, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian serta Sistematika

Penulisan.

BAB II :

Tinjauan Pustaka

(16)

Bab ini berisi kerangka penelitian yang dirancang dalam melaksanakan

penelitian ini. Berisi tentang lokasi dan waktu penelitian, identifikasi dan

definisi operasional variable, metode pengumpulan data, metode pengolahan

data, langkah-langkah pemecahan masalah dan dilengkapi

flowchart

.

BAB IV :

Analisa dan Pembahasan

Dalam bab ini berisi tentang pengumpulan data, pengolahan data dan

pembahasan

BAB V :

Kesimpulan Saran

Penulis akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan

dan langkah-langkah usulan berupa saran kepada perusahaan yang

bermanfaat bagi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal

tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.

Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan

pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian

besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan

atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair

yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih

ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar

haranya, nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik.

Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka

diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil

ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami,organik

atau mineral.

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,

sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa),

limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah

kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan

hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau

(18)

sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan

sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman,

kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla.

Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat

curah, table, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada

penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran dan lainnya. Salah satu bentuk

yang banyak dipakai adalah Granule. Disebut pupuk granul karena bentuk fisik

dari pupuk ini berupa butiran-butiran mesh. Pupuk bentuk granul sangat mudah

dalam proses pembuatannya. Cukup dengan menggunakan peralatan yang

sederhan kita sudah bisa membuat pupuk organik granul sendiri.

2.1.1. Sejarah Penggunaan Pupuk Organik

Sejarah penggunaan pupuk organik pada dasarnya merupakan bagian dari

pada sejarah pertanian itu sendiri. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai

pada permulaan dari manusia mengenal bercocok tanam 5.000 tahun yang lalu.

Bentuk primitif dari pemupukan untuk memperbaiki kesuburan tanah terdapat

pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran

sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, Amerika Latin, dan sebagainya

(Honcamp, 1931). Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran

sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara

melalui banjir yang terjadi setiap tahun.

Di Indonesia sebenarnya pupuk organik itu sudah lama dikenal para

petani. Mereka bahkan hanya mengenal pupuk organik sebelum Revolusi Hijau

turut melanda pertanian di Indonesia. Setelah Revolusi Hijau kebanyakan petani

(19)

jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah

karena di subsidi, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat

tergantung kepada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap

perkembangan produksi pertanian, ketika terjadi kelangkaan pupuk dan harga

pupuk naik karena subsidi pupuk dicabut.

Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan

dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan pada sebagian kecil

petani telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian

organik. Pertanian jenis ini mengandalkan kebutuhan hara melalui pupuk organik

dan masukan-masukan alami lainnya.

2.1.2. Peranan Pupuk Organik

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan

pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan,

terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah,

yaitu <2%, bahkan pada banyak lahan sawah intensif di Jawa kandungannya <1%.

Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik >2,5%.

Di lain pihak, sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan organik

sangat melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Bahan/pupuk

organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas

maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan

kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka

panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi

lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan

(20)

pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat

bervariasi. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan

penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi

seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik

tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.

Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:

1. Penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu,

Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relative sedikit. Penggunaan

bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau

tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang

seimbang.

2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.

3. Dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni

tanaman seperti Al, Fe, dan Mn.

Pertanian konvensional yang telah dipraktekkan di Indonesia sejak Revolusi

Hijau telah banyak mempengaruhi keberadaan berbagai mikroba berguna dalam

tanah. Mikroba-mikroba ini mempunyai peranan penting dalam membantu

tersedianya berbagai hara yang berguna bagi tanaman. Praktek inokulasi

merupakan suatu cara untuk memberikan atau menambahkan berbagai mikroba

pupuk hayati hasil skrining yang lebih unggul ke dalam tanah.

(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian,2006.)

2.1.3. Manfaat Pupuk Organik

Pupuk organik berbeda dengan pupuk kimia buatan. Manfaat dari pupuk

(21)

memiliki peranan penting di dalam tanah. Bahan organik tanah menjadi salah satu

indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah.

Peranan-peranan kunci bahan organik tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu:

1. Fungsi Biologi:

 Menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme

(termasuk mikroba) tanah.

 Menyediakan energi untuk proses-proses biologi tanah.

 Memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah

2. Fungsi Kimia:

 Merupakan ukuran kapasitas hara tanah

 Penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah

 Menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K

3. Fungsi fisika

 Mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih rendah untuk meningkatkan

stabilitas struktur tanah

 Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air

 Perubahan moderate terhadap suhu tanah

Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas

mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik,

meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah. Sifat

fisik tanah akan menjadi lebih gembur dan remah, tanah akan berkurang

'kelengketannya' dan tanaman dapat tumbuh lebih baik. Penggunaan pupuk

(22)

kimia. Serapan hara tanaman meningkat dan produksinya pun cenderung menjadi

lebih tinggi. Penggunaan pupuk organik perlu digalakkan, mengingat petani

sekarang terlalu banyak menggunakan pupuk kimia. Sehingga tanah mengalami

Degradasi karena unsur-unsur organik dalam tanah telah habis. Terlalu banyak

pemakaian pupuk kimia secara terus menerus dapat merubah sifat-sifat tanah dari

gembur menjadi keras. Cara penenggulangannya adalah dengan memakai pupuk

organik. Dengan memakai pupuk organik dapat meningkatkan porositas tanah

sehingga tanah mempunyai daya simpan air, daya simpan oksigen yang baik yang

berguna untuk mempertahankan kegemburan tanah.

2.1.4. Proses Produksi

Dalam hal proses produksi untuk pembuatan pupuk organik granule cukup

menggunakan pupuk organik saja bisa dibuat hanya dengan bahan baku saja atau

pupuk kandang saja, ditambah perekat, formula pupuk organik bisa saja terdiri

dari bermacam-macam bahan. Secara umum pupuk organik dibuat dengan

komposisi utama kompos atau pupuk kandang, yaitu sebesar kurang lebih 60%.

Selebihnya adalah bahan-bahan lain seperti: limbah jamur, limbah tembakau,

blotong, dolomit, phospate dan zeolit.

Berikut ini komposisis pembuatan pupuk organik granul yang sederhana

(dalam % berat) :

- Kotoran Sapi/kotoran Ayam 40% - Zeolit 5%

- Limbah media tanam Jamur 20% - Phospate 10%

- Limbah Tembakau 10% - Dolomit 5%

- Blotong 10%

(23)

Gambar 2.2 Pan Granulator

Dalam memproduksi pupukorganik granul ada beberapa tahapan :

 Pertama kita sediakan bahan komposisi dan peralatan. Pastikan seluruh bahan

baku dalam bntuk tepung. Setelah bahan baku dan peralatan tersedia

selanjutnya adalah mencampurkan bahan baku hingga merata. Pencampuran

bisa dilakukan secara manual dengan peralatan sekop atau dengan

menggunakan mixer (mesin molen).

Gambar 2.1 Mesin Molen

 Bahan yang sudah tercampur merata dari mesin molen kemudian dimasukkan

ke dalam Pan Granulator. Disini bahan-bahan akan mengalami proses

Granulasi. Sebelum terjadi bentuk granul dari bahan baku maka akan

ditambahkan Zeolit sebagai pengikat dan juga sebagai stabilizer. Kemudian

ditambahkan Dolomit guna menaikkan pH. Selanjutnya ditambahkan

Phospate yang berguna sebagai filer. Banyaknya bahan yang ditambahkan

kurang lebih sampai bahan tertumpah ke luar Pan. Biarkan Pan terus berputar

(24)

 Kemudian semprotkan Molases yang telah diencerkan dengan air dengan

komposisi 5% molases + 95% air. Jadi setiap 1 liter molases diencerkan

dengan 19 liter air. Campuran perekat diaduk hingga tercampur merata.

 Banyaknya bahan yang ditambahkan kurang lebih sampai bahan tertumpah ke

luar Pan. Biarkan Pan berputar beberapa saat. Semprotkan larutan molases

secara perlahan dan sedikit demi sedikit ke permukaan bahan. Penyemprotan

dilakukan terus sambil bahan diaduk-aduk agar molases tercampur lebih

merata. Penambahan molases akan membasahi bahan dan merangsang

pembentukan granul. Granul tumbuh dari ukuran kecil kemudian membesar

dan membesar.

 Apabila diperlukan pada saat pembentukan granul bisa ditambahkan

bahan-bahan baru. Penambahan-bahan ini bertujuan untuk memperbesar ukuran granul dan

mengurangi tingkat kebasahan granul. Penambahan bahan baru dilakukan

perlahan-lahan. Ketika ukuran granul sudah sebesar 3–5 mm, granul-granul

ini harus segera dikeluarkan dari pan. Jika tidak, ukuran granul akan semakin

membesar dan membesar. Ketika proses pembentukan granul berlangsung,

granul yang berukuran besar akan terdorong ke bagian pinggir dan granul

yang berukuran kecil berada di bagian bawahnya.

(25)

 Setelah granul yang pertama keluar maka pupuk organik siap untuk

dikeringkan guna mengurangi tingkat kadar air sampai dengan ± 15%. Proses

pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran dibawah terik matahari

langsung. Apabila panas matahari sangat terik proses pengeringan cukup

selama satu hari saja.

 Jika semua telah terpenuhi maka selanjutnya proses pengemasn bisa

dilakukan.

2.2. Kotoran Hewan

Pupuk kotoran hewan dapat berasal dari padang penggembalaan, kandang

ternak, dan dari koloni hewan liar. Bentuknya ada berupa padatan, cairan atau

campuran dari keduanya.

a. Kotoran Ayam

Umumya kotoran ayam mengandung N yang tinggi dan sedikit kering. Kualitas

kotoran ayam lebih banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan dan alas

lantai kandang yang digunakan. Selain itu jika kotoran ayam banyak tecampur

dengan bulu atau gabah alas lantai, kualitasnya akan kurang bagus.

b. Kotoran Sapi.

Kotoran sapi atau kerbau umumnya banyak mengandung air. Oleh karena itu

kotoran sapi perlu dicampur dengan bahan lain seperti jerami atau serbuk

gergaji. Kandungan zat hara kotoran sapi dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas

hijauan, konsentrat serta sisa rumput yang tidak dimakan.

Tabel 2.1 Rata-rata jumlah unsur hara kotoran ayam dan sapi

No Jenis Kotoran N P K Ca Hg Na Fe Mn Zn Cu Ni Cr

1. Ayam % 2,6 3,1 2,4 12,7 0,9 0,7 1758 572 724 80 48 17

2. Sapi % 1,1 0,5 0,9 1,1 0,8 0,2 5726 344 122 20 - 6

(26)

2.3. Blotong

Salah satu limbah yang dihasilkan Pabrik Gula dalam proses pembuatan

gula adalah blotong, limbah ini keluar dari proses dalam bentuk padat

mengandung air dan masih ber temperatur cukup tinggi (panas), berbentuk seperti

tanah, sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari

nira. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar,gula,

total abu,SiO2, CaO, P2O5 dan MgO. Komposisi ini berbeda prosentasenya dari

satu PG dengan PG lainnya, bergantung pada pola produkasi dan asal tebu.

Selama ini pemanfaatan blotong umumnya adalah sebagai pupuk organik,

dibeberapa Pabrik Gula daur ulang blotong menjadi pupuk yang kemudian

digunakan untuk produksi tebu di wilayah-wilayah tanam para petani tebu. Proses

penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa

minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi

temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan

pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini

masih bisa diterima oleh masyarakat.

Tabel 2.2 Hasil Analisis Kimia Blotong

No Analisis Blotong

1. pH - 7,53

2. Karbon (C) % 26,51

3. Nitrogen (N) % 1,04

4. Nisbah C/N - 24,52

5. Fosfat (P2O5) % 6,142

6. Kalium (K2O) % 0,485

7. Natrium (Na2O) % 0,082

8. Kalsium (Ca) % 5,785

9. Magnesium (Mg) % 0,419

10. Besi (Fe) % 0,191

11. Mangan (Mn) % 0,115

Sumber :Fadjari (2009)

Limbah media tanam Jamur

(27)

Limbah media tanam jamur yang dimaksudkan adalah suatu limbah yang

didapat dari sebuah media tanam jamur yang mana sudah tidak memproduksi

jamur lagi. Limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk

organik, dikarenakan dapat menghasilkan berbagai kandungan unsur. Unsur-unsur

tersebut bisa dilihat pada tabel.

Tabel 2.3 Data Analisis Potensi Limbah media tanam Jamur No Parameter Unit Satuan Hasil Uji

1. pH - 6,8

2. Selulosa total % 60,3

3. Karbon total % 24,15 – 28,49

4. N-Total % 0,59

5. Posfor (P) % 0,05 – 0,65 6. Kalium (K) % 0,17 – 0,77 7. Kalsium (CaO) % 14,34 -16,18

8. Kadar air % 15

9. C-Total % 15,04

Sumber : Rina S. Soetopo, Endang RCC.(2008)

Kompos

Kompos sering digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan

pupuk organik. Kompos adalah bahan organik padat yang telah mengalami

dekomposisi parsial. Salah satu parameter untuk melihat kematangan kompos

adalah rasio C/N yang cukup rendah kurang lebih di bawah 25. Bahan baku

kompos adalah bahan organik padat, seperti sampah organik, seresah, sisa daun,

jerami, dan lain-lain. Bahan-bahan organik tersebut harus dikomposkan terlebih

dahulu sebelum dibuat pupuk organik. Bahan organik mentah tidak bisa

digunakan sebagai bahan baku pupuk organik, meskipun ukurannya kecil sudah

dihaluskan. Salah satu cara untuk mempercepat proses pembuatan kompos adalah

(28)

C/N rasio adala perbandingan jumla karbon (C) dengan N dalam suatu

bahan. Nila C/N rasio dihitung dengan menggunakan rumus Pearson atau Linier

Programming berdasarkan analisis proksimat bahan.

Tabel 2.4 Kandungan nutrisi dalam kompos No Jenis Nutrisi Kandungan (%)

1. Karbon (C) 19 - 40

2. Nitrogen (N) 0,7 – 2,5 3. Fosfor (P) 0,01 – 0,14 4. Kalium (K) 0,39 – 1,36 5. Magnesium (Mg) 0,04 – 0,21 6. Kalsium (Ca) 0,13 – 1,32

7. Air 10 - 15

8. C/N 9 - 20

Sumber : Agi Rahadian (2007)

Untuk kompos sisa tanaman kandungan hara beberapa tanaman pertanian

ternyata cukup tinggi dan bermanfaat sebagai sumber energi utama

mikroorganisme di dalam tanah. Apabila digunakan sebagai mulsa, maka ia akan

mengontrol kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan tanah, padat saat

yang sama dapat mencegah erosi tanah. Hara dalam tanah dapat dimanfaatkan

setelah tanaman mengalami dekomposisi. Kandungan haranya sangat bervariasi

tergantung dari jenis bahan tanaman. Rasio C/N sisa tanaman bervariasi dari 80:1

pada jerami, gandum hingga 20:1 padah tanaman legum. Pada proses dekomposisi

ini nilai rasio C/N akan menurun mendekati 10:1 pada saat bahan tersebut

bercampur dengan tanah. Berbgai sumber bahan kompos dari limbah pertanian

(29)

Tabel 2.5 Komposisi Hara dalam Tanaman

No Tanaman N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn B --- % --- --- mg kg-1--- 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gandum Jagung Kc. Tanah Kedelai Kentang Ubi Jalar 2,80 2,97 4,59 5,55 3,25 3,76 0,36 0,30 0,25 0,34 0,20 0,38 2,26 2,39 2,03 2,41 7,50 4,01 0,61 0,41 1,24 0,88 0,43 0,78 0,58 0,16 0,37 0,37 0,20 0,68 155 132 198 190 165 126 28 12 23 11 19 26 45 21 27 41 65 40 108 117 170 143 160 86 23 17 28 39 28 53

Sumber : Rina S. Soetopo, dkk (2009)

Tabel 2.6 Standart kualitas kompos

Persyaratan Kompos No Parameter Satuan

SNI 19-7030-2004 Perhutani WHO 1. pH -- 6.8 – 7.49 6.6 – 8.2 6.5 – 7.5 2. C-total % 9.8 – 32 14.5 – 27.1 8 – 50 3. N total % 0.4 0.6 – 2.1 0.4 – 3.5 4. C/N ratio -- 10 – 20 10 – 20 10 – 20 5. P sebagai P2 O5 % 0.2 0.3 – 1.8 0.3 – 3.5 6. K sebagai K2O % 0.2 0.2 – 1.4 0.5 – 1.8 7. Selulosa Meq/100 g -- -- --

8. KTK % - - -

Sumber : Rina S. Soetopo, dkk (2009)

2.4 Limbah Tembakau

Limbah tembakau yang dipergunakan sebagai komposisi pupuk adalah hasil

sisa tembakau yang didapat dari pabrik tembakau yang ada. Penggunaan limbah

tersebut seperti batang, daun yang rusak, dan akar. Jumlah ini jika dikumpulkan

akan rnemperoleh keuntungan ekonomis yang maksimum (Claffey el al. 2007).

Keputusan Menteri Pertanian (2006) menyebutkan bahwa tanaman

tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoksin yang sangat

ampuh jika digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagi bahan

utama insektisida. Yang mana kadar nikotin pada tembakau akan membunuh ulat

(30)

Tabel 2.7 Analisis Limbah Tembakau

No Parameter Unit Satuan Hasil Uji

1. pH - 7,6

2. KTK - 41,85 me/100g

3. Karbon % 16,32

4. Nitrogen (N) % 1.07

5. Posfor (P) % 2,36

6. Kalium (K) - Tukar - 2,89 me/100 g 7. Mg – Tukar - 6.15 me/100g

8. C/N - 15,25

Sumber : Nurmayani, Universitaas Sumut, Medan 2007.

2.4.1 Ekstraksi Nikotin

Ekstraksi adalah pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya dalam

dua cairan yang tidak saling campur, biasanya air dan yang lainnya adalah pelarut

organik. Ekstraksi cair-cair merupakan proses untuk memisahkan komponen

dalam suatu larutan berdasarkan distribusinya di antara dua fase yang tidak saling

campur (Robbins el al. 2007). Menurut Association of Official Analytical

Chemists (1984) kadar nikotin dapat ditentukan menggunakan metode

Cundiff-Markunas.

2.5. Bahan Pengisi

2.5.1. Dolomit

Dolomit merupakan rumpun batuan mineral Karbonat yang kaya akan

unsur CaO dan MgO. Dolomit adalah ikatan rangkap antara karbonat dari kalsium

dan magnesium, dimana senyawa rangkap tersebut adalah kalsit (CaCO3) dan

magnesit (MgCO3) atau MgCa(CO3). Proses pembentukan dolomit berubungan

(31)

22 – 10%) atau dolomit (MgO : 18 – 22%), karena pengruh pelindian (leaching)

atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam batu gamping.

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara

teoritis mengandung :

• 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO

• 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO.

Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3,

CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu.

2.5.2. Zeolit

Mineral zeolit sudah diketahui sejak tahun 1755 oleh seorang ahli

mineralogi bernama F.A.F. Cronstedt. Meskipun demikian penggunaan mineral

zeolit untuk industri baru dimulai tahun 1940 dan 1973. Tahun 1940 adalah

penggunaan mineral zeolit sintetis, sedangkan tahun 1973 adalah permulaan

penggunaan mineral zeolit alam. Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang

dihasilkan dari proses hidrotermal pada batuan beku basa. Mineral ini biasanya

dijumpai mengisi celah-celah ataupun rekahan dari batuan tersebut. Selain itu

zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas volkanik yang banyak mengandung

unsur silika. Pada saat ini penggunaan mineral zeolit semakin meningkat, dari

(32)

Tabel 2.8 Beberapa Sifat Kimia pada Zeolit

Sample Exchangeable bases

No Deposit pH H2O

dS m-1

EC CEC Ca Mg K Na Total bases Base

saturation %

1 Lampung 6,3 0,03 127 47,0 4,58 24,4 38,8 115 90,6

2 Bayah 7,9 0,15 120 43,7 6,09 28,9 21,1 99,8 85,2

3 Bojong 7,5 0,03 83,5 34,7 4,27 23,3 11,1 73,4 87,9

4 Cirangkas

Bitung 7,4 0,05 94,0 41,2 7,87 35,6 6,1 90,8 96,6

5 Nanggung 6,3 0.09 77,6 52,4 6,86 6,5 7,1 72,9 93,9

6 Cikembar 7,1 0,08 71,9 39,8 6,45 13,9 11,9 72,1 100

7 Cipatujah 6,9 0,02 151 63,7 9.86 44,5 16,2 134 89

8 Malang 8,2 0,04 167 79,5 1,84 33,3 43,2 158 94,6

Sumber : Budi Mulyanto dan Suwardi

2.5.3. Phospate

Phospate alam kaya akan kandungan fosfat. Phospate alam ditambahkan

untuk meningkatkan kandungan P di dalam pupuk organik. Phospate alam

memiliki kandungan yang bervariasi. Phospate alam import umumnya memiliki

kandungan P2O5 yang cukup tinggi <25%, seperti FA ex China, Charismas Island,

atau Maroko. Phospate alam lokal umumnya memiliki kandungan P2O5 yang

rendah.

Prospek penggunaan Phospate alam sebagai sumber P khususnya pada tanah

mineral masam diharapkan cukup baik, karena mudah larut dalam kondisi masam

serta dapat melepaskan fosfat secara lambat (slow release). Kualitas Phospate

alam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sifat mineral, kelarutan, besar butir,

kadar karbonat bebas, kadar P2O5 total dan jenis deposit batuan fosfat. Efektivitas

penggunaan P-alam sangat ditentukan oleh reaktivitas kimia, ukuran butir,

sifat-sifat tanah, waktu dan cara aplikasi, takaran P-alam, jenis tanaman dan pola tanam

(Lehr dan McClellan, 1972; Chien, 1995; Rajan et al., 1996).

Phospate alam mempunyai tingkat kelarutan tinggi pada kondisi masam,

(33)

lahan kering masam seperti Ultisol, Oxisol dan sebagian Inceptisol, dan kurang

sesuai digunakan pada tanah bereaksi netral dan alkalin. Secara umum, kelarutan

fosfat alam akan meningkat dengan menurunnya pH, Ca-dapat ditukar dan P

dalam larutan tanah.

2.5.4. Clay ( Lempung )

Lempung merupakan mineral sekunder dan tergolong aluminium

filosilikat terhidrasi (Barroroh, 2007). Mineral lempung (clay) sangat umum

digunakan dalam industri keramik. Mineral lempung merupakan penyusun batuan

sedimen dan penyusun utama dari tanah (Nelson, 2001). Lempung adalah material

yang memiliki ukuran diameter partikel < 2 μm dan dapat ditemukan dekat

permukaan bumi. Karakteristik umum dari lempung mencakup komposisi kimia,

struktur lapisan kristal dan ukurannya. Semua mineral lempung memiliki daya

tarik erhadap air. Sebagian mudah untuk membesar dan dapat memiliki volume 2

kali lebih besar dalam keadaan basah. Sebagian besar lempung terbentuk ketika

batu berkontak dengan air, udara atau gas. Contohnya adalah batu yang

mengalami kontak dengan air yang dipanaskan oleh magma (lelehan batu), batuan

sedimen di laut atau di dasar danau. Semua kondisi alam diatas akan membentuk

mineral lempung dari mineral sebelumnya (Grim, 1962). Mineral lempung terdiri

atas berbagai jenis, antara lain : kaolinit, monmorilonit, illit atau mika, dan

(34)

Tabel 2.9 Komposisi Kimia dalam Lempung

No Senyawa Jumlah (%)

1. Silika (SiO2) 61,43 2. Alumina (Al2O3) 18,99

3. Besi Oksida (Fe2O3) 1,22

4. Kalsium Oksida (CaO) 0,84 5. Magnesium Oksida (MgO) 0,91

6. Sulfur Trioksida (SO3) 0,01 7. Potasium Oksida (K2O) 3,21 8. Sodium Oksida (Na2O) 0,15 9. H2O hilang pada suhu 105 0 C 0,6

Sumber : Kurniasari (2008)

2.5.5. Kalsium

a. Bentuk dan fungsi Ca dalam tanaman.

1. Hara makro sekunder, dibutuhkan dalam jumlah cukup besar, lebih sedikit

dibanding N dan K, serupa jumlahnya dengan P, S, dan Mg.

2. Kebanyakan Ca berada dalam dinding sel dan dinding membran: hara

“apoplastik”, fungsi utama berada di luar sitoplasma, perannya dalam

metabolisme sedikit, menjadi jembatan divalen yang mengubungkan antar

molekul dan bersifat reversible.

3. Komponen struktural membran sel, menjaga stabilitas membran dan integritas

sel: mengatur selektivitas serapan ion, mengatur permeabilitas membran dan

mencegah kebocoran larutan dalam sel.

4. Komponen struktural dinding sel, berupa Ca-pektat di lamela tengah diantara

dinding sel yang saling berdekatan berfungsi menguatkan dinding sel dan

ketahanan terhadap infeksi jamur, atau berada di antara dinding sel dengan

membran plasma, fungsi membran.

5. Diperlukan dalam pemanjangan dan pembelahan sel: membentuk dinding sel

(35)

fungsi struktur, dan ikatan yang reversible di dalam membran dan dinding sel

memungkinkan sel untuk tumbuh dan berkembang.

b. Serapan Ca oleh tanaman

Unsur Ca diserap dalam bentuk kation divalen Ca2+ . Penyerapan Ca2+

terbatas pada ujung akar: wilayah perakaran muda yang memiliki dinding sel

endodermis belum mengalami suberisasi. Ca memasuki pembuluh xilem melalui

jalur apoplastik. Pengangkutan menembus membran terbatas, diperlukan

pertumbuhan akar terus menerus agar pengambulan Ca mencukupi kebutuhan.

Pengangkutan melalui xilem, Ca terbawah oleh aliran air transpirasi mobilitas

lewat Floem terbatas.

c. Gerakan Ca menuju akar

Kation Ca2+ dipasok oleh intersepsi akar dan aliran masa, Ca2+ di

kebanyakan tanah bersifat sangat mobil , kadar dalam larutan tanah 30-300 ppm,

kecukupan untuk tanaman secara umum > 15 ppm, Ca akan mengumpul di sekitar

akar, pada tanah yang memiliki kadar Ca yang tinggi.

2.5.6. Kapur Pertanian ( Kaptan )

Kaptan adalah kapur yang biasa digunakan untuk pertanian. Kadar CaCO3

+ MgCO3 93.3 % , Kadar CaO + MgO 58.8 %, Mesh : 40 -100. Kapur

pertanian merupakan mineral yang berasal dari alam yang merupakan sumber hara

kalsium. Kapur Pertanian (Kaptan) memiliki kandungan kalsium dan magnesium

yang tinggi, ukiran butiran (mesh) yang halus dan sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia). Penambahan kapur

biasanya digunakan untuk meningkatkan pH tanah, khususnya di tanah-tanah

(36)

organik, terutama jika bahan-bahannya bereaksi masam.

(http://smartagrodigdaya.wordpress.com/)

2.5.7. Persyaratan Teknis Pemerintah Dalam Memproduksi Pupuk Organik

Dalam memproduksi pupuk organik Pemerintah telah menetapkan

persyaratan teknis dalam pembuatan pupuk organik. Persyaratan tersebut harus

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

Tabel 2.10 Persyaratan Teknis – SK Menteri Pertanian

No Parameter Satuan Murni Diperkaya Mikroba

1. C Organik % > 12 > 12

2. C/N Ratio 15 – 25 15 – 25

3. Bahan Ikutan % < 2 < 2

4. Kadar Air % 4 – 15 10 – 20

5. Kadar Logam Berat

(As, Hg, Pb, Cd, pH) Ppm

(sesuai persyaratan

MenTan)

(sesuai persyaratan

MenTan)

6. pH 4 – 8 4 - 8

7. Total Nitrogen % < 6 < 6

8. Total P2O5 % < 6 < 6

9. Kadar K2O % < 6 < 6

Sumber : PT. Kusuma Dipa Nugraha

Data di atas adalah data parameter kandungan unsur-unsur murni pada pupuk.

Dan kandungan pupuk setelah pupuk tersebut mengalami penambahan Bio

Decomposer, pupuk akan diperkaya Mikroba. Bio Decomposer adalah hasil

pengkulturan MIKRO ORGANISME. Dimana sebagian besar mikro

organismenya dalam bentuk zemogenik yang mampu mengaktifkan proses

(37)

BAKTERI apa saja yang terkandung dalam DECOMPOSER BSA :

- Lactobacillus sp – Bakteri Azetobacter

- Sacharomyces – Bakteri Actinomycetes

- Streptomyces – Bacillus sp

- Bakteri Rizobium sp – Ragi

2.6. Pengertian Linear Programming

Linear Programming merupakan suatu model umum yang dapat

digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang

terbatas secara optimal. Dalam memecahkan masalah diatas linear programming

menggunakan model matematis. Sebutan linear berarti bahwa semua

fungsi-fungsi matematis yang disajikan dalam model ini haruslah fungsi-fungsi-fungsi-fungsi linear.

Kata programming merupakan sinonim untuk perencanaan. (Siagian, 1987)

Jadi linear programming mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk

mencapai suatu hasil yang optimal, yaitu suatu hasil yang mencerminkan

tercapainya sasaran tertentu yang paling baik (menurut model matematis) diantara

alternatif-alternatif yang mungkin, dengan menggunakan fungsi linear. (T.H.

Handoko, 1995).

Ada empat kondisi utama yang diperlukan bagi penerapan Linear

Programing, yaitu :

1. Haruslah ada sumber daya yang terbatas. Keterbatasa ini mencakup seperti

(38)

2. Ada suatu fungsi tujuan seperti memaksimalkan laba atau meminimalkan

biaya.

3. Haruslah ada linearitas misalnya jika diperlukan 5 jam untuk membuat

sebuah barang, maka dua buah barang akan membutuhkan waktu 10 jam.

4. Harus ada keseragaman, misalnya semua jam kerja yang tersedia dari

seseorang pekerja adalah sama produktifitasnya. (Subagyo dkk, 1995)

2.6.1. Konsep Linear Programming

Program Linear Programming adalah salah satu dari riset operasi

(maksimasi atau minimasi) dengan memakai persamaan atau tidak persamaan

Linear dalam rangka mencari pemecahan yang optimal dengan memperhatikan

pembatas yang ada atau dikatakan bahwa Program Linear merupakan metode

matematis yang digunakan untuk membantu manajemen dalam pengambilan

keputusan.

Program Linear Programming paling sering digunakan bila kita tengah

dihadapkan atau berusaha mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas

atau langkah diantaranya berbagai kegiatan yang saling bersaing, sedemikian

hingga satu kriteria tertentu teroptimasi (secara maksimasi atau minimasi) metode

ini adalah salah satu teknik riset operasi yang paling banyak dipakai dan dapat

diterapkan ntuk beragam produksi dan operasi.

Linear Programming menggunakan suatu model matematis untuk

menjelaskan suatu masalah yang menjadi perhatian. Istilah Linear Programming

secara eksplisit telah menunjukkan karakteristiknya dimana seluruh fungsi

matematika model harus berupa fungsi matematika linear atau dalam pengertian

(39)

Hubungan-hubungan linear ini berarti bahwa bila salah satu faktor berubah, maka satu faktor

lain akan berubah dengan jumlah yang konstan proporsional konsep linearitas ini

dapat diartikan jika semakin bertambahnya sesuatu maka semakin berkurangnya

sesuatu yang lain. Sedangkan konsep program di sini sebenarnya didasarkan pada

suatu sinonim perencanaan sehingga Linear Programming dapat diartikan sebagai

berikut : “ Suatu maslah yang berhubungan dengan perencanaan alokasi

sumber-sumber langkah diantara kegiatan-kegiatan kompetitif dan layak dengan sasaran

mencapai suatu hasil yang optimal ”.

2.6.2. Asumsi-Asumsi Dasar Linear Programming

Asumsi-asumsi dasar linear programming dapat diperinci sebagai berikut:

(T.H. Handoko, 1995)

1. Proportionality

Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau

fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional) dengan

perubahan tingkat kegiatan.

Misal:

a. Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + … + CnXn

Setiap pertambahan satu unit X1 akan menaikkan Z dengan C1. Setiap

pertambahan satu unit X2 akan menaikkan nilai Z dengan C2, dan seterusnya.

b. a11x1 + a12x2 + a13x3 + … + a1nxn < bi

Setiap pertambahan satu unit X1 akan menaikkan penggunaan sumber atau

(40)

Setiap pertambahan satu unit X2 akan menaikkan penggunaan sumber atau

fasilitas satu dengan a12, dan seterusnya. Dengan kata lain setiap ada kenaikan

kapasitas riil tidak perlu ada biaya persiapan (set up cost).

2. Additivity

Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi,

atau dalam linear programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z)

yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa

mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

3. Divisibility

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan

dapat berupa bilangan pecahan.

4. Deterministie (certainty)

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model

linear programming (

a

ij

, b

i

, c

j) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang

dengan cepat.

2.6.3. Model Program Linear Programing

Model Program adalah suatu problem yang sasarannya untuk

meminimumkan atau memaksimumkan suatu fungsi linear. Fungsi linear ini

kondisinya dipengaruhi oleh batasan yang bersifat linear(Linear Constrain), baik

yang berbentuk pertidak samaan ataupun berbentuk persamaan. Dalam Model

Linear Programming dikenal dua macam “fungsi” yaitu fungsi tujuan (Objective

(41)

Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran

didalam permasalahan linear programming yang berkaitan dengan pengaturan

secara optimal sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan maksimal

atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan

sebagai “Z”.

Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis

batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai

kegiatan. (Subagyo dkk,1995).

Untuk mengetahui definisi-definisi dasar dari Linear Programming, maka

ditentukan problem Linear Programming sebagai berikut :

Minimize : C1X1 + C2X2 + … + CnXn

Subject to : a11X1 + a22X2 + … + a1nXn ≥ b1

a21X1 + a22X2 + … + a2nXn ≥ b2

am1X1 + am2X2 + … + amnXn ≥ bn

X1, X2, …, Xn ≥ 0

Dari problem diatas dapat didefinisikan sebagai berikut :

 C1X1 + C2X2 + … + CnXn disebut Objective Function dimana problem di atas

harus diminimumkan. Objective Function diberi notasi Z.

 Sedangkan C1, C2, …, Cn disebut Cost Coefisients.

 Variabel X1, X2, …, Xn disebut Decision Variable yang harus dicari.

 Sistem pertidaksamaan, diartikan sebagai Constraints atau kendala atau

(42)

 Kofisien-koefisien ay untuk i = 1, 2, 3, … m dan untuk j = 1, 2, 3, … n

disebut Technological Coefisients.

 Vektor-vektor kolom b1 disebut Right Hand Side Vector (RHS).

 Himpunan semua titik yang memenuhi semua Constrain akan membentuk

suatu daerah penyelasaian yang disebut Feasible Space.

Agar memudahkan pembatasan model Linear Programming digunakan

simbol-simbol sebagai berikut :

m = macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.

n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut.

i = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i = 1,2,3,…,m)

j = nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang

tersedia (j = 1,2,3,…,n).

Xj = tingakat kegiatan ke-j (j = 1,2,3,…,n).

aij = banyaknya sumber I yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit

keluaran (output) kegiatan j (i= 1,2,3,…,m) dan (j=1,2,3,…,n).

bi = banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan

kesetiap unit kegiatan (I = 1,2,3,…,n).

Z = nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum).

Cj = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan (Xj) dengan

satu satuan (unit), atau merupakan setiap satua keluaran kegiatan j terhadap

nilai(T.H. Handoko, 1995).

2.6.4. Manipulasi Pertidaksamaan Menjadi Persamaan dan Sebaliknya

Seperti telah diuraikan di atas bahwa permasalahan minimize atau

(43)

berbentuk pertidaksamaan atau persamaan unuk keperluan pemecahan

permasalahan tersebut, maka diperlukan manipulasi, yaitu mengubah Constraints

pertidaksamaan atau mungkin sebaliknya, Missalnya :

Diketahui Constrain :

n j ij j ij

X

b

a

1

Maka Constrain tersebut diubah menjadi bentuk persamaan dengan

mengurangi ruas kiri dengan Xn+1 yang non negatif atau disebut surplus variabel

yang dinotasikan S1, sehingga Constrain tersebut berubah menjadi :

 

n j i n j

ij

X

X

b

a

1

1 , dimana Xn+1 ≥ 0 Xn+1 disebut fariabel Slack

Dan untuk persamaan :

  n j ij j

ij X b

a

1

dapat ditransformasikan kedalam

kedua peridaksamaan

n j ij j

ij

X

b

a

1

, dan

n j ij j ij

X

b

a

1

manipulasi

inipun dapat diterapkan pada Objective Function. Yaitu dengan cara

menghasilkan koefisien-koefisien Objective Function dengan -1.

Sehingga :

Minimize :

n j j j

X

a

1

= - minimize

n j j j

X

a

1 atau

Minimize :

n j j j

X

a

1

= - maximize

n j j j

X

a

1 (Bazaara, 1977)
(44)

Pada Linear Programming permasalahan yang terjadi adalah suatu

permasalahan yang sasarannya adalah untuk memaksimumkan atau

meminimumkan suatu fungsi (fungsi Linear yang kondisinya dipengaruhi oleh

kendala atau pembatas yang sifatnya linear, baik yang berbentuk pertidaksamaan

maupun persamaan)

Pada dasarnya permasalahan tentang Linerar Programming ada dua yaitu :

1. Maximize Problem

2. Minimize Problem

2.7.1. Problem Maximize

Dalam menyelesaikan problem Maximize terdapat dua penyelesaian :

1. Apabila problem Maximize ini hanya mempunyai dua variabel, maka dapat

diselesaikan dengan menggunakan Metode Grafis.

2. Apabila problem Maximize ini mempunyai dua variabel atau lebih maka

diselesaikan dengan menggunakan Metode Simplek.

2.7.1.1. Penyelesaian dengan Metode Grafis

Metode Grafis digunakan untuk menyelasaikan problem Liner

Programming yang sederhana. Yaitu Linear Programming hanya mempunyai dua

variabel keputusan dan beberapa Constain saja. Dalam penyelesaian dengan

metode ini, metode Maximize Objective Function tidak berpengaruh pada

prosedur pengerjaan. Kita lihat contoh di bawah ini :

Maximize : Cx

Subject to : Ax ≤ b

(45)

Daerah feasible diperolaeh dari semua vektor-vektor yang memenuhi Ax ≤ b dan

X ≥ 0. Diantara semua titik kita dapat mencari titik dengan nilai Cx yang

maksimal. (Bazaara, 1997)

Pemecahan dengan Metode Grafis algoritmanya adalah sebagai brikut :

1. Formulasikanlah problem tersebut ke dalam formulasi Linear Programming

dengan benar.

2. Gambarkan kurva dari setiap pembatas yang ada.

3. Tentukan titik ekstrim dan daerah feasible dengan memberi tanda arsir.

4. Gambarkan kurva objektif dengan memberikan nilai sembarang, akan tetapi

pilih nilai atau angka yang mudah dibagi oleh nilai koefisiensi dari setiap

variabel yang tercantum dalam fungsi tujuan.

5. Tarik garis sejajar atau paralel dengan garis atau kurva fungsi tujuan sampai

garis tersebut memotong salah satu titik ekstrim yang memberikan nilai Z yang

optimal (maksimum).

6. Dari titik ekstrim yang diperoleh dari (5), tarik garis sejajar dengan garis X1,

sehingga memotong X2 (beri tanda X2*) sehingga memotong X1 (beri tanda

X1*), maka Z maksimum =C1X1*+C2X2*

Untuk lebih mudah memahami penyelesaian dengan menggunakan metode grafis,

dapat dilihat ilustrasi contoh berikut :

Maximize : Z = 3X1 + 4X2

Subject to : X1 + 3X2 ≤ 60

4X1 + X2≤ 40

X1, X2 ≥ 0

(46)

1. Tentukan batas-batasnya.

Lihat X1 + 3X2 ≤ 60, lukislah garis X2 = -1/3 X1 + 60 pada salib sumbu X1X2.

Tentukan daerah jawab yang memenuhi X1 ≥ 0 dan X2 ≥ 0 . dari sini kita

peroleh feasible space ABC seperti garis di bawah.

2. Lukis Objective Function dengan terlebih dahulu memberi nilai terhadap Z.

sudah barang tentu garis tersebut akan melalui titik (0,0). Geserlah garis

tersebut dengan garis itu sendiri sehingga dieroleh titik optimal sebagai

jawaban problem tersebut.

Grafik dari penyelesaian ilustrasi di atas sebagai berikut :

2.7.1.2. Penyelesaian dengan Metode Simpleks

Untuk mendapatkan solusi yang optimal dari permasalahan yang

dibentuk dalam program Linear, dengan variabel keputusan lebih dari dua, maka

penyelesaian secara manual menghendaki penggunaan Simpleks.

Metode ini adalah suatu cara aljabar yang sistematik untuk mencari

jawaban optimal dari suatu kasus Linear Programming dengan menguji titik sudut

pada feasible space yang diperoleh. 10 

20 

10  20  30 

30 

X1  

0  40  50  60 

40 50 60 70

4X1 + X2

Feasibel Space

(47)

Algoritma Metode Simpleks

Proses pemecahan masalah program linear dengan menggunakan

menggunakan Metode Simpleks terjadi melalui Algoritma. Suatu Aloritma yang

merupakan suatu urutan kerja secara teratur dan berulang sehingga tercapai hasil

yang optimal yang dikehendaki.metode ini paling efisien dan proses pemecahan

melalui program Software komputer pada dasarnya menggunakan Algoritma

Metode Simpleks sehingga dengan bantuan komputer proses pemecahan akan

memakan waktu yang lebih singkat dibandigkan jika melakukannya secara

manual.

Proses Algoritma ini mencakup prosedur kapan mulai dilaksakan pemecahan

dan kapan berahirnya proses Iterasi. Secar garis besar Algoritma Metode Simpleks

adalah sebagai berikut :

a. Tahap permulaan (initialization step) ; yaitu tahap penyusun tabel awal atau

dasar Simpleks sebagai pangkal tolak proses iterasi.

b. Tahap proses iteratif (iterative step) ; proses iteratif dilakukan secara berulang

menurut kebutuhan hingga tercapai hasil optimal yang dikehendaki.

c. Tahap Optimalitas (Optimality Step) ; kapankah suatu iterasi itu berahir yaitu

apabila sudah tercapai hasil yang optimal yang dikehendaki atau tidak tercapai

suatu hasil yang optimal.

Pemasalahan Linear Pogramming tentang Maximize Problem dapat diselesaikan

dengan tahap-tahap sebagai berikut :

Tahap 1 : Standartkan format dari problem slack, surplus dan artificial variables.

(48)

Tahap 3 : Periksa apakah solusi tersebut sudah optimal. Apabila sudah,

dapatkanlah semua jawaban jika ada, lalu hentikan. Bila tidak maka

Tahap 4 : identifikasikan satu Vriabel yang akan meninggalkan solusi dan satu

Variabel yang akan masuk dalam solusi.

Langkah-langkah Metode Simpleks

Tiap-tiap iterasi dari Algoritma simplaks pada dasarnya merupakan suatu

pencerminan dari feasible solution.

Langkah-langkah dalam menyelesaikan metode Simpleks :

Langkah 1 : Mengubah fungsi tujuan dan batasan-batasan.

Fungsi tujuan diubah menjadi fungsi Implisit, artinya semua C1Xij, kita bentuk

standart, semua batasan mempunyai tanda ≤ ketidak samaan ini harus diubah

menjadi kesamaan. Caranya dengan menambah Slack Variabel. Variabel Slack ini

adalah Xn+1, Xn+2, … , Xn+m

Langak 2 : Menyusun persamaan-persamaan didalam tabel.

Setelah fomulasi diubah kemudian disusun dalam tabel dalam bentuk simbol.

Table 2.11 tabel Simpleks bentuk Simbol

Z XBi XBr XBm Xj Xk RHS

Zj – Cj 1 0 ….. 0 ... … Zj – Cj ….. Zk - Ck CBb⎯

XBi XBr XBm 0 … 0 … 0

1 ….. 0 .… 0 … …. …. 0 …. 1 .… 0 … ….. ….. 0 ….. 0 …. 1

… Yij … Yik … …. … Yrj … Yrk …. …. … Ymj …. Ymk

i b …. r b …. m b

(49)

sebaris

yang

pivot

kolom

pada

koefisien

RHS

kolom

koefisien

Rasio

Variabel dasar adalah variabel yang nilainya sama dengan sisi kanan persamaan,

setelah data disusun dalama tabel kemudian diadakan perubahan-perubahan agar

dapat mencapai titik optimal, dengan langkah berikutnya.

Langkah 3 : Memilih kolom kunci (kolom pivot)

Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk

mengubah tabel. Pilihlah kolom yang mempunyai nilai pada garis fungsi tujuan

yang bernilai negatif dengan angka terbesar. Kalau suatu tabel sudah tidak

memiliki nilai negatif pada baris fungsi tujuan, berarti tabel tidak bisa

dioptimalkan lagi (sudah optimal).

Langkah 4 : Memilih baris kunci (baris pivot)

Baris kunci adalah merupakan baris yang merupakan dasar untuk

menubah tabel. Untuk itu terlebih dahulu carilah rasio tiap-tiap baris dengan cara

membagi koefisien (nilai) pada kolom RHS dengan kofisien-koefisien (nilai) yang

sebaris pada kolom kunci.

Pilih baris yang mempunyai rasio positif dengan angka yang terkecil. Nilai yang

masuk dalam kolom kunci dan juga dalam baris kunci disebut angka kunci (pivot).

Langkah 5 : Mengubah nilai-nilai baris kunci

Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka

kunci (pivot). Gantilah vriabel dasar pada baris itu dengan variabel yang terdapat

dibagian atas kolom kunci.

(50)

Nilai-nilai baris yang lain,selain pada baris kunci dapat diubah

dengan rumus sebagai berikut :

Baris baru = baris lama – (koefisien pada baris kunci) x nilai baru baris kunci.

Langkah 7 : Melanjutkan perbaikan-perbaikan perubahan

Ulangilah langkah-langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai

langkah 6 untuk memperbaiki tabel-tabel yang telah diubah atau diperbaiki

nilainya. Perubahan baru akan berhasil setelah pada baris pertama (fungsi tujuan)

tidak ada yang bernilai negatif. (Subagyo dkk, 1995).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ilustrasinya berikut ini :

Maximize : Z = 5X1 + 8X2 + 7X3

Subject to : X1 + 3X2 + 2X3 ≤ 18

4X1 + X2 + X3 ≤ 9

3X1 + 2X2 + X3 ≤ 13

X1, X2, X3 ≥ 0

Setiap persamaan diatas dimanipulasi menjadi persamaan dengan menambahkan

variabel-variabel Slack X4, X5, X6 sehingga model tersebut diatas akan berubah

bentuk menjadi.

Maximize : Z = 5X1 + 8X2 + 7X3 + 0X4 + 0X5 + 0X6

Subject to : X1 + 3X2 + 2X3 + X4 ≤ 18

4X1 + X2 + X3 + X5 ≤ 9

3X1 + 2X2 + X3 + X6 ≤ 13

(51)

Dari objective function dan system Constrain yang baru, dapat disusun initial tabel

yang terlebih dahulu ruas kanan dari Objective Function dibawah keruas kiri

sehingga menjadi : Z = 5X1 - 8X2 - 7X3 - 0X4 - 0X5 - 0X6

Z X1 X2 X3 X4 X5 X6 RHS

Zj – Cj 1 -5 -8 -7 0 0 0 0

X4

X5

X6

0

0

0

1 3 2 1 0 0

2 1 1 0 1 0

3 2 1 0 0 1 18

9

13

Untuk pivot dipilih nilai positif yang terkecil. Untuk penyelasaian

berikutnya dilaksanakan iterasi sampai tabel optimal tercapai. Untuk pr

Gambar

Tabel 2.7 Analisis Limbah Tembakau
Tabel 2.8 Beberapa Sifat Kimia pada Zeolit
Tabel 2.9 Komposisi Kimia dalam Lempung
Tabel 2.10 Persyaratan Teknis – SK Menteri Pertanian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guru memperoleh kesempatan untuk merefleksikan pengembangan kegiatan asesmen untuk proses belajar mengajar (PBM) matematika di sekolah melalui berbagai macam metode

Data penelitian ini berupa kata, frasa dan kalimat yang berisi gaya bahasa, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah Kumpulan cerpen Senyum Karyamin

Simulasi pembebanan pada dudukan poros dilakukan dengan memberikan beban bantalan ( bearing load ) sebesar 245,25 N, karena dudukan poros yang digunakan berjumlah 4, dan beban

Adapun Kepolisian Sektor (Polsek) jajaran di perbukitan wilayah Kepolisian Resor (Polres) Banjarnegara yang anggotanya banyak terdapat mengalami ketidakpuasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan kualitas pelayanan pada Perawat Instalasi Rawat Inap Ruang Kelas III Tipe C di RSUD

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir ini,yang berjudul

Keenam pasang kutub magnet permanen tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai kecepatan rotasi pada rotor dengan nilai frekuensi yang dibangkitkan