• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Limbah Tembakau

3. 4. 5. 6. Gandum Jagung Kc. Tanah Kedelai Kentang Ubi Jalar 2,80 2,97 4,59 5,55 3,25 3,76 0,36 0,30 0,25 0,34 0,20 0,38 2,26 2,39 2,03 2,41 7,50 4,01 0,61 0,41 1,24 0,88 0,43 0,78 0,58 0,16 0,37 0,37 0,20 0,68 155 132 198 190 165 126 28 12 23 11 19 26 45 21 27 41 65 40 108 117 170 143 160 86 23 17 28 39 28 53 Sumber : Rina S. Soetopo, dkk (2009)

Tabel 2.6 Standart kualitas kompos

Persyaratan Kompos No Parameter Satuan

SNI 19-7030-2004 Perhutani WHO 1. pH -- 6.8 – 7.49 6.6 – 8.2 6.5 – 7.5 2. C-total % 9.8 – 32 14.5 – 27.1 8 – 50 3. N total % 0.4 0.6 – 2.1 0.4 – 3.5 4. C/N ratio -- 10 – 20 10 – 20 10 – 20 5. P sebagai P2 O5 % 0.2 0.3 – 1.8 0.3 – 3.5 6. K sebagai K2O % 0.2 0.2 – 1.4 0.5 – 1.8 7. Selulosa Meq/100 g -- -- -- 8. KTK % - - -

Sumber : Rina S. Soetopo, dkk (2009)

2.4 Limbah Tembakau

Limbah tembakau yang dipergunakan sebagai komposisi pupuk adalah hasil

sisa tembakau yang didapat dari pabrik tembakau yang ada. Penggunaan limbah

tersebut seperti batang, daun yang rusak, dan akar. Jumlah ini jika dikumpulkan

akan rnemperoleh keuntungan ekonomis yang maksimum (Claffey el al. 2007).

Keputusan Menteri Pertanian (2006) menyebutkan bahwa tanaman

tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoksin yang sangat

ampuh jika digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagi bahan

utama insektisida. Yang mana kadar nikotin pada tembakau akan membunuh ulat

Tabel 2.7 Analisis Limbah Tembakau

No Parameter Unit Satuan Hasil Uji

1. pH - 7,6

2. KTK - 41,85 me/100g

3. Karbon % 16,32

4. Nitrogen (N) % 1.07

5. Posfor (P) % 2,36

6. Kalium (K) - Tukar - 2,89 me/100 g 7. Mg – Tukar - 6.15 me/100g

8. C/N - 15,25

Sumber : Nurmayani, Universitaas Sumut, Medan 2007.

2.4.1 Ekstraksi Nikotin

Ekstraksi adalah pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutannya dalam

dua cairan yang tidak saling campur, biasanya air dan yang lainnya adalah pelarut

organik. Ekstraksi cair-cair merupakan proses untuk memisahkan komponen

dalam suatu larutan berdasarkan distribusinya di antara dua fase yang tidak saling

campur (Robbins el al. 2007). Menurut Association of Official Analytical

Chemists (1984) kadar nikotin dapat ditentukan menggunakan metode

Cundiff-Markunas.

2.5. Bahan Pengisi

2.5.1. Dolomit

Dolomit merupakan rumpun batuan mineral Karbonat yang kaya akan

unsur CaO dan MgO. Dolomit adalah ikatan rangkap antara karbonat dari kalsium

dan magnesium, dimana senyawa rangkap tersebut adalah kalsit (CaCO3) dan

magnesit (MgCO3) atau MgCa(CO3). Proses pembentukan dolomit berubungan

22 – 10%) atau dolomit (MgO : 18 – 22%), karena pengruh pelindian (leaching)

atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam batu gamping.

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara

teoritis mengandung :

• 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO

• 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO.

Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3,

CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu.

2.5.2. Zeolit

Mineral zeolit sudah diketahui sejak tahun 1755 oleh seorang ahli

mineralogi bernama F.A.F. Cronstedt. Meskipun demikian penggunaan mineral

zeolit untuk industri baru dimulai tahun 1940 dan 1973. Tahun 1940 adalah

penggunaan mineral zeolit sintetis, sedangkan tahun 1973 adalah permulaan

penggunaan mineral zeolit alam. Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang

dihasilkan dari proses hidrotermal pada batuan beku basa. Mineral ini biasanya

dijumpai mengisi celah-celah ataupun rekahan dari batuan tersebut. Selain itu

zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas volkanik yang banyak mengandung

unsur silika. Pada saat ini penggunaan mineral zeolit semakin meningkat, dari

Tabel 2.8 Beberapa Sifat Kimia pada Zeolit

Sample Exchangeable bases

No Deposit pH H2O dS m-1

EC CEC Ca Mg K Na Total bases Base

saturation % 1 Lampung 6,3 0,03 127 47,0 4,58 24,4 38,8 115 90,6 2 Bayah 7,9 0,15 120 43,7 6,09 28,9 21,1 99,8 85,2 3 Bojong 7,5 0,03 83,5 34,7 4,27 23,3 11,1 73,4 87,9 4 Cirangkas Bitung 7,4 0,05 94,0 41,2 7,87 35,6 6,1 90,8 96,6 5 Nanggung 6,3 0.09 77,6 52,4 6,86 6,5 7,1 72,9 93,9 6 Cikembar 7,1 0,08 71,9 39,8 6,45 13,9 11,9 72,1 100 7 Cipatujah 6,9 0,02 151 63,7 9.86 44,5 16,2 134 89 8 Malang 8,2 0,04 167 79,5 1,84 33,3 43,2 158 94,6

Sumber : Budi Mulyanto dan Suwardi

2.5.3. Phospate

Phospate alam kaya akan kandungan fosfat. Phospate alam ditambahkan

untuk meningkatkan kandungan P di dalam pupuk organik. Phospate alam

memiliki kandungan yang bervariasi. Phospate alam import umumnya memiliki

kandungan P2O5 yang cukup tinggi <25%, seperti FA ex China, Charismas Island,

atau Maroko. Phospate alam lokal umumnya memiliki kandungan P2O5 yang

rendah.

Prospek penggunaan Phospate alam sebagai sumber P khususnya pada tanah

mineral masam diharapkan cukup baik, karena mudah larut dalam kondisi masam

serta dapat melepaskan fosfat secara lambat (slow release). Kualitas Phospate

alam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sifat mineral, kelarutan, besar butir,

kadar karbonat bebas, kadar P2O5 total dan jenis deposit batuan fosfat. Efektivitas

penggunaan P-alam sangat ditentukan oleh reaktivitas kimia, ukuran butir,

sifat-sifat tanah, waktu dan cara aplikasi, takaran P-alam, jenis tanaman dan pola tanam

(Lehr dan McClellan, 1972; Chien, 1995; Rajan et al., 1996).

Phospate alam mempunyai tingkat kelarutan tinggi pada kondisi masam,

lahan kering masam seperti Ultisol, Oxisol dan sebagian Inceptisol, dan kurang

sesuai digunakan pada tanah bereaksi netral dan alkalin. Secara umum, kelarutan

fosfat alam akan meningkat dengan menurunnya pH, Ca-dapat ditukar dan P

dalam larutan tanah.

2.5.4. Clay ( Lempung )

Lempung merupakan mineral sekunder dan tergolong aluminium

filosilikat terhidrasi (Barroroh, 2007). Mineral lempung (clay) sangat umum

digunakan dalam industri keramik. Mineral lempung merupakan penyusun batuan

sedimen dan penyusun utama dari tanah (Nelson, 2001). Lempung adalah material

yang memiliki ukuran diameter partikel < 2 μm dan dapat ditemukan dekat permukaan bumi. Karakteristik umum dari lempung mencakup komposisi kimia,

struktur lapisan kristal dan ukurannya. Semua mineral lempung memiliki daya

tarik erhadap air. Sebagian mudah untuk membesar dan dapat memiliki volume 2

kali lebih besar dalam keadaan basah. Sebagian besar lempung terbentuk ketika

batu berkontak dengan air, udara atau gas. Contohnya adalah batu yang

mengalami kontak dengan air yang dipanaskan oleh magma (lelehan batu), batuan

sedimen di laut atau di dasar danau. Semua kondisi alam diatas akan membentuk

mineral lempung dari mineral sebelumnya (Grim, 1962). Mineral lempung terdiri

atas berbagai jenis, antara lain : kaolinit, monmorilonit, illit atau mika, dan

Tabel 2.9 Komposisi Kimia dalam Lempung

No Senyawa Jumlah (%)

1. Silika (SiO2) 61,43 2. Alumina (Al2O3) 18,99

3. Besi Oksida (Fe2O3) 1,22

4. Kalsium Oksida (CaO) 0,84 5. Magnesium Oksida (MgO) 0,91

6. Sulfur Trioksida (SO3) 0,01 7. Potasium Oksida (K2O) 3,21 8. Sodium Oksida (Na2O) 0,15 9. H2O hilang pada suhu 105 0 C 0,6 Sumber : Kurniasari (2008)

2.5.5. Kalsium

a. Bentuk dan fungsi Ca dalam tanaman.

1. Hara makro sekunder, dibutuhkan dalam jumlah cukup besar, lebih sedikit

dibanding N dan K, serupa jumlahnya dengan P, S, dan Mg.

2. Kebanyakan Ca berada dalam dinding sel dan dinding membran: hara

“apoplastik”, fungsi utama berada di luar sitoplasma, perannya dalam

metabolisme sedikit, menjadi jembatan divalen yang mengubungkan antar

molekul dan bersifat reversible.

3. Komponen struktural membran sel, menjaga stabilitas membran dan integritas

sel: mengatur selektivitas serapan ion, mengatur permeabilitas membran dan

mencegah kebocoran larutan dalam sel.

4. Komponen struktural dinding sel, berupa Ca-pektat di lamela tengah diantara

dinding sel yang saling berdekatan berfungsi menguatkan dinding sel dan

ketahanan terhadap infeksi jamur, atau berada di antara dinding sel dengan

membran plasma, fungsi membran.

5. Diperlukan dalam pemanjangan dan pembelahan sel: membentuk dinding sel

fungsi struktur, dan ikatan yang reversible di dalam membran dan dinding sel

memungkinkan sel untuk tumbuh dan berkembang.

b. Serapan Ca oleh tanaman

Unsur Ca diserap dalam bentuk kation divalen Ca2+ . Penyerapan Ca2+

terbatas pada ujung akar: wilayah perakaran muda yang memiliki dinding sel

endodermis belum mengalami suberisasi. Ca memasuki pembuluh xilem melalui

jalur apoplastik. Pengangkutan menembus membran terbatas, diperlukan

pertumbuhan akar terus menerus agar pengambulan Ca mencukupi kebutuhan.

Pengangkutan melalui xilem, Ca terbawah oleh aliran air transpirasi mobilitas

lewat Floem terbatas.

c. Gerakan Ca menuju akar

Kation Ca2+ dipasok oleh intersepsi akar dan aliran masa, Ca2+ di

kebanyakan tanah bersifat sangat mobil , kadar dalam larutan tanah 30-300 ppm,

kecukupan untuk tanaman secara umum > 15 ppm, Ca akan mengumpul di sekitar

akar, pada tanah yang memiliki kadar Ca yang tinggi.

2.5.6. Kapur Pertanian ( Kaptan )

Kaptan adalah kapur yang biasa digunakan untuk pertanian. Kadar CaCO3

+ MgCO3 93.3 % , Kadar CaO + MgO 58.8 %, Mesh : 40 -100. Kapur

pertanian merupakan mineral yang berasal dari alam yang merupakan sumber hara

kalsium. Kapur Pertanian (Kaptan) memiliki kandungan kalsium dan magnesium

yang tinggi, ukiran butiran (mesh) yang halus dan sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia). Penambahan kapur

biasanya digunakan untuk meningkatkan pH tanah, khususnya di tanah-tanah

organik, terutama jika bahan-bahannya bereaksi masam.

(http://smartagrodigdaya.wordpress.com/)

2.5.7. Persyaratan Teknis Pemerintah Dalam Memproduksi Pupuk Organik Dalam memproduksi pupuk organik Pemerintah telah menetapkan

persyaratan teknis dalam pembuatan pupuk organik. Persyaratan tersebut harus

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

Tabel 2.10 Persyaratan Teknis – SK Menteri Pertanian

No Parameter Satuan Murni Diperkaya Mikroba 1. C Organik % > 12 > 12

2. C/N Ratio 15 – 25 15 – 25

3. Bahan Ikutan % < 2 < 2 4. Kadar Air % 4 – 15 10 – 20 5. Kadar Logam Berat

(As, Hg, Pb, Cd, pH) Ppm (sesuai persyaratan MenTan) (sesuai persyaratan MenTan) 6. pH 4 – 8 4 - 8 7. Total Nitrogen % < 6 < 6 8. Total P2O5 % < 6 < 6 9. Kadar K2O % < 6 < 6

Sumber : PT. Kusuma Dipa Nugraha

Data di atas adalah data parameter kandungan unsur-unsur murni pada pupuk.

Dan kandungan pupuk setelah pupuk tersebut mengalami penambahan Bio

Decomposer, pupuk akan diperkaya Mikroba. Bio Decomposer adalah hasil

pengkulturan MIKRO ORGANISME. Dimana sebagian besar mikro

organismenya dalam bentuk zemogenik yang mampu mengaktifkan proses

BAKTERI apa saja yang terkandung dalam DECOMPOSER BSA :

- Lactobacillus sp – Bakteri Azetobacter

- Sacharomyces – Bakteri Actinomycetes

- Streptomyces – Bacillus sp

- Bakteri Rizobium sp – Ragi

Dokumen terkait