• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI ULANG PADA ALFAMART BUDURAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI ULANG PADA ALFAMART BUDURAN SIDOARJO."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SIDOARJ O

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Untuk Menyusun Skr ipsi S-1 J urusan Manajemen

Oleh :

OKA BRIAN AGENG WIBISONO 0612010002 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

2

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN

KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI ULANG

PADA ALFAMART BUDURAN

SIDOARJ O

Yang diajukan

OKA BRIAN AGENG WIBISONO 0612010002 / EM

Telah disetujui untuk diseminar kan

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Supr iyono MM

Tanggal………

Mengetahui

Ketua Progr am Studi

Manajemen

(3)

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN

KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI ULANG

PADA ALFAMART BUDURAN

SIDOARJ O

Yang diajukan

OKA BRIAN AGENG WIBISONO 0612010002 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Supr iyono MM

Tanggal………

Mengetahui

Wakil Dekan I

(4)

4

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN

KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI ULANG

PADA ALFAMART BUDURAN

SIDOARJ O

Disusun Oleh:

OKA BRIAN AGENG WIBISONO 0612010002 / EM

Telah Diper tahankan Dihadapan Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur Pada tanggal 30 Mar et 2012

Pembimbing Utama : Tim Pengguji : Ketua

`

Dr s. Ec. Supr iyono MM

Dr s. Ec. Gendut Sukarno, MS

Sekr etar is

Dr s. Ec. Supr iyono MM

Anggota

Yuningsih, SE, M.Si

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

“PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN KONSUMEN

TERHADAP MINAT BELI ULANG PADA ALFAMART BUDURAN

SIDOARJ O”

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Supriyono MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan

(7)

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama

masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan

segalanya.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak

kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan

yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

berkepentingan.

Surabaya, Maret 2012

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori... 10

2.2.1. Tinjauan Terhadap Pemasaran ... 10

2.2.2. Kualitas Layanan ... 12

2.2.3. Kepuasan Pelanggan... 16

2.2.4. Minat beli ulang ... 18

2.2.5. Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasaan Konsumen ... 22

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Konsumen dan Minat beli ulang ... 23

2.3. Model Konseptual ... 26

(9)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 30

3.2.1 Populasi ... 31

3.2.2 Sampel ... 31

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 31

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 43

4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan ... 45

4.1.2. Struktur Organisasi ... 46

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 54

4.3. Hasil penelitian ... 55

4.3.1. Uji Outlier Multivariate ... 55

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 55

4.3.3. Uji Validitas ... 57

4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 58

4.3.5. Evaluasi Normalitas ... 59

(10)

4.3.7. Uji Kausalitas ... 63

4.4. Pembahasan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 66

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Jenis Pekerjaan... 55

Tabel 4.8. Hasil Uji Outlier Multivariate ... 55

Tabel 4.9. Pengujian Reliability Consistency Internal... 56

Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas ... 57

Tabel 4.11. Construct Reliability & Variance Extrated ... 60

Tabel 4.12. Assessment of Normality ... 60

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ... 61

Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ... 62

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Model Pengukuran dan Struktural ... 61

(13)

KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI ULANG

PADA ALFAMART BUDURAN

SIDOARJ O

Oka Br ian Ageng Wibisono

ABSTRAK

Dalam menarik minat beli ulang banyak factor yang mempengaruhi, antara lain faktor kenyamanan, pelayanan, kelengkapan produk, dan lain sebagainya, hal tersebut menjadikan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan produsen karena akan menjadi bahan perbandingan bagi konsumen untuk memilih toko mana yang akan didatangi konsumen. Untuk itu, melalui penelitian ini maka akan diteliti lebih mendalam mengenai pengaruh Kepuasaan Konsumen dan aplikasi bauran pemasaran dari konsumen Alfamaret terhadap kepuasan dan pengaruhnya terhadap minat beli ulang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Kualitas Layanan Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Minat beli ulang Di Alfamart Buduran Sidoarjo.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan konsumen Alfamart sampai sekarang. Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti Sampel diambil dari konsumen yang berada pada Alfamart, dengan jumlah 110 orang. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Kualitas layanan berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen di Alfamart Buduran Sidoarjo. Kepuasaan Konsumen tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang Alfamart Buduran Sidoarjo

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan bisnis ritel terus berkembang dengan pesat.

Berkembangnya konsep budaya belanja di pasar modern yang semakin kuat

menyebabkan banyak peritel pasar modern terus mengembangkan diri.

Begitu antusiasnya setiap peritel menjadikan persaingan yang ketat antar

peritel dan akhirnya diantara peritel juga saling bersaing. Dua peritel yang

terkesan saling bersaing dengan ketat diantaranya adalah Indomaret dan

Alfamaret. Kedua peritel pasar modern ini terus mengembangkan diri dan di

setiap gerai Indomaret, maka bisa ditemukan Alafamret karena alfamaret bisa

dianggap sebagai penantang pasar bagi Indomaret. Persaingan yang ketat

akhirnya menjadi strategi perluasan agresif dilakukan oleh Indomaret dan

akhirnya diikuti dengan Alfamaret. Untuk pengembangan diri dengan cepat,

maka perluasan dilakukan dengan sistem franchise.

Di Indonesia, sistem bisnis dengan franchise mulai berkembang sejak

tahun 1970 an. Pada saat ini sudah banyak franchise asing yang masuk ke

Indonesia, baik dalam perdagangan barang maupun dan jasa. Saat ini usaha

franchise semakin berkembang, khususnya pada usaha retail. Dua usaha

retail yang melakukan frabnchise untuk mengembangkan diri diantaranya

adalah Indomaret dan Almaret Mariani (2008). Kedua peritel ini memang

(15)

Sekilas bisa dijelaskan bahwa Tahun 1997 Indomaret melakukan pola

kemitraan (waralaba) dengan membuka peluang bagi masyarakat luas untuk

turut serta memiliki dan mengelola sendiri gerai Indomaret. Pola waralaba ini

ditawarkan setelah Indomaret terbukti sehat dengan memiliki lebih dari 700

gerai , yang didukung oleh sistem dan format bisnis yang baik. Pengalaman

panjang yang telah teruji itu mendapat sambutan positif masyarakat, terlihat

dari meningkat tajamnya jumlah gerai waralaba Indomaret, dari 2 gerai pada

tahun 1997 menjadi 785 gerai pada Desember 2006. Program waralaba

Indomaret yang tidak rumit terbukti dapat diterima masyarakat. Bahkan,

sinergi pewaralaba (Indomaret) dan terwaralaba (masyarakat) ini merupakan

salah satu keunggulan domestik dalam memasuki era globalisasi (Mariani,

2008).

Melihat kesuksesan yang dilakukan oleh Indomaret menjadikan

Alfamaret melakukan langkah serupa yaitu dengan ikut melakukan strategi

franchise. Alfamaret kental dengan slogan ‘belanja puas harga pas’ Alfamart

sangat familier di telinga. Selain karena jaringan usahanya yang telah

menggurita juga karena Alfamart bisa dikatakan adalah satu-satunya usaha

waralaba yang paling giat dan serius dalam melakukan promosi dalam upaya

mendekatkan diri ke konsumen. Alfamart adalah satu-satunya bisnis waralaba

yang gencar melakukan strategi komunikas demi memperkuat brand

(16)

3

Alfamart yang mulai berdiri pada 18 Oktiber 1999 dengan outlet

pertama yang beroperasi di Jl. Beringin-Tangerang. Sejak difranchisekan

sejak Tahun 2003, Alfamart terus berkembang pesat hingga saat ini. Total

kini Alfamart telah memilki outlet lebih dari 2.000 buah yang tersebar di

Pulau Jawa dan Lampung, dengan didukung oleh 10 Distribution Centre

(DC). Menariknya, dari keseluruhan outlet tersebut 35%-nya dioperasikan

dengan sistem franchise. Alfamart yang mencetak rekor MURI sebagai

minimarket pertama di Indonesia yang memperoleh ISO 9001 ini mematok

fee royalti sekitar Rp 45 juta dengan other income Rp 6 juta per bulan (6 x 60

bulan = Rp 360 juta) (Mariani, 2008).

Pasar Modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan

rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan

secara eceran dan dengan cara swalayan (konsumen mengambil sendiri

barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir). Itulah sebabnya, pasar

dengan format seperti ini disebut juga Pasar Swalayan.

Minimarket merupakan jenis pasar modern yang agresif

memperbanyak jumlah gerai dan menerapkan sistem franchise dalam

memperbanyak jumlah gerai. Dua jaringan terbesar Minimarket yakni

Indomaret dan Alfamart juga menerapkan sistem ini.

Tujuan peritel minimarket dalam memperbanyak jumlah gerai adalah

untuk memperbesar skala usaha (sehingga bersaing dengan skala usaha

Supermarket dan Hypermarket), yang pada akhirnya memperkuat posisi tawar

(17)

Sistem franchise merupakan metode dianggap lebih mudah dan murah

karena tanpa mengeluarkan biaya investasi, peritel selaku pemberi waralaba

bisa meningkatkan volume pembelian barang sebab pasokan barang ke

gerai-gerai franchise tetap dilakukan oleh peritel pemberi waralaba.

Pada kelompok Minimarket, hanya terdapat 2 pemain besar yaitu

Indomaret dan Alfamart. Indomaret merupakan pemain terbesar dengan

pangsa omset sekitar 43,2% dari total omset Minimarket di Indonesia.

Sementara Alfamart membuntuti dengan pengumpulan omset sebesar Rp7,3

triliun atau sekitar 40,8% dari total omset Minimarket di Indonesia.

Indomaret juga mempunyai jaringan Minimarket dengan jumlah gerai

terbanyak, dibuntuti Alfamart. Pada 2008, jumlah gerai jaringan Indomaret

mencapai 3.116 unit atau 30,3% dari total jumlah gerai Minimarket yang ada

di Indonesia, sementara jumlah gerai jaringan Alfamart mencapai 2.755 unit

atau 26,8% dari total jumlah gerai Minimarket di Indonesia.

Hal tersebut juga diikuti oleh gerai-gerai Alfamart di beberapa daerah.

Begitu pula yang dialami Alfamart di Cabang Perum Surya Asri – Buduran,

Sidoarjo, yang mengalami penurunan penjualan dan ditunjukkan dengan data

(18)

5

Tabel. 1.1. Data Penjualan Alfamar t Tahun 2007-2011 Cabang Per um Sur ya Asr i – Buduran, Sidoar jo

Tahun Penjua lan (dalam J utaan)

2007 1.158.658

2008 1.167.755

2009 1.139.244

2010 1.145.183

2011 1.127.705

Sumber : Alfamart cabang Perumahan Surya Asri, Sidoarjo

Sebenarnya untuk meningkatkan minat beli ulang, Alfamart sudah

membuat program KARTU AKU, yang tujuannya memberikan kedekatan

dengan konsumen dengan memberikan diskon dan fasilitas tambahan, jika

konsumen memiliki kartu tersebut, tetapi ternyata program tersebut kurang

dapat menarik minat beli ulang. Berikut adalah data pendaftar program Kartu

AKU.

Sugiharto (2007:62) menyatakan bahwa keseluruhan kepuasan

konsumen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli

ulang. Pengaruh yang positif ini bisa diartikan bahwa kepuasan yang

meningkat akan diikuti dengan peningkatan minat beli ulang.

Dalam menarik minat beli ulang banyak factor yang mempengaruhi,

antara lain faktor kenyamanan, pelayanan, kelengkapan produk, dan lain

sebagainya, hal tersebut menjadikan faktor yang sangat penting dan harus

diperhatikan produsen karena akan menjadi bahan perbandingan bagi

(19)

Engel,1994:258), dalam membandingkan minimarket mana yang akan

dikunjungi konsumen akan mempertimbangkan beberapa hal berikut

diantaranya: promosi, promosi konsumen cenderung memilih minimarket

mana yang menginformasikan produknya lebih baik melalui iklan yang

menarik, namun ada juga konsumen yang tidak mementingkan promosi yang

menarik untuk mendatangi suatu minimarket yang terpenting adalah

pelayanan yang memuaskan. Selain itu kelengkapan produk, konsumen

dalam memilih minimarket mana yang akan di kunjungi dengan

mempertimbangkan lengkap tidaknya produk yang di jual pada minimarket

itu, jika ada minimarket yang lebih lengkap meskipun jarak yang di tempuh

agak jauh maka konsumen akan mengunjungi minimarket yang lebih lengkap

produknya. Pelayanan, dalam berbelanja konsumen yang mementingkan

pelayanan akan memilih minimarket yang memeberikan pelayanan sesuai

leinginannya, namun konsumen yang kurang mementingkan pelayanan akan

memilih minimarket yang memberikan harga yang terjangkau dengan

pelayanan yang standar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Semuel (2006:57)

menyatakan bahwa kepuasan konsumen untuk industri ritel sangat

dipengaruhi oleh aplikasi buran pemasaran dan Kepuasaan Konsumen. Untuk

itu, melalui penelitian ini maka akan diteliti lebih mendalam mengenai

pengaruh Kepuasaan Konsumen dan aplikasi bauran pemasaran dari

konsumen Alfamaret terhadap kepuasan dan pengaruhnya terhadap minat beli

(20)

7

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Layanan Dan

Kepuasan Konsumen Terhadap Terhadap Minat beli ulang Di Alfamart

Buduran Sidoarjo”

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan di atas, maka

masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Kualitas layanan berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen di

Alfamart Buduran Sidoarjo ?

2. Apakah Kepuasaan Konsumen berpengaruh terhadap minat beli ulang

Alfamart Buduran Sidoarjo ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengaruh Kualitas layanan terhadap Kepuasan

Konsumen di Alfamart Buduran Sidoarjo.

2. Untuk menjelaskan pengaruh Kepuasaan Konsumen terhadap minat beli

(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan ini

adalah sebagai berikut:

1. Manajemen Alfamart

Memberikan masukan untuk pengembangan berbagai kebijakan

(22)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan bauran pemasaran adalah

sebagai berikut :

1. Astawa, Jurnal Sarathi Vol. 16, NO. 2, Juni 2009

Judul Penelitian : Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Konsumen

terhadap minat beli ulang Konsumen di Hotel Kuta Beach

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: kualitas layanan berpengaruh

positif terhadap kepuasan konsumen, semakin baik karyawan memberikan

kualitas layanan kepada konsumen maka hal itu akan mampu

meningkatkan kepuasan konsumen yang menginap di Inna Kuta Beach.

Kepuasan konsumen juga berpengaruh positif terhadap niat konsumen

menginap di Hotel Inna Kuta Beach. Serta kualitas layanan berpengaruh

(23)

2. Hatane Semuel dalam Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 1, NO. 2,

Oktober 2006

Judul Penelitian : Ekspektasi Konsumen Dan Aplikasi Bauran Pemasaran

Terhadap Minat beli ulang Toko Moderen Dengan Kepuasan Konsumen

Sebagai Intervening

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: Ekspektasi konsumen terhadap

produk dan jasa yang ditawarkan oleh toko moderen ternyata berpengaruh

langsung secara negatip terhadap kepuasan konsumen dan minat beli ulang

toko moderen. Aplikasi Bauran Pemasaran Eceran yang dilakukan oleh

toko moderen berpengaruh langsung secara positip terhadap kepuasan

konsumen dan minat beli ulang toko moderen.

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Tinjauan Ter hadap Pemasar an

2.2.1.1. Definisi Pemasar an

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok

yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan

mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis

tergantung pada keahlian mereka dibidang pemasaran, produksi,

keuangan maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada

kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut

(24)

3

Menurut kotler (1993:5) pemasaran adalah kegiatan manusia yang

diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses

pertukaran.

Menurut The American Marketing Association, swasta (1979: 7)

pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang mengarahkan aliran barang

dan jasa dari produsen kepada pelanggan atau pemakai.

Menurut Kotler (2000:9) Pemasaran adalah suatu proses sosial

yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002) Pemasaran adalah

kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan melalui proses pertukaran.

Dari definisi ini orang dapat mengasumsikan bahwa akan selalu

ada kebutuhan akan penjualan. Akan tetapi, tujuan pemasaran adalah

untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga

produk atau jasa itu cocok dengan pelanggan. Idealnya pemasaran

hendaknya menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli.

Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa marketing atau

pemasaran adalah keseluruhan kegiatan-kegiatan bisnis yang dilakukan

pengusaha untuk mempertahankan kehidupan usaha yang bertujuan

mencari laba dengan menentukan harga, promosi dengan menyalurkan

(25)

merupakan proses sosial yang mana didalamnya ada saling keterikatan

pemasar dan pelanggan untuk saling memenuhi dan memuaskan

kebutuhannya melalui proses pertukaran.

2.2.1.2. Definisi Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997:17), konsep pemasaran mengatakan bahwa

kunci untuk mencapai organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan

keinginan pasar sasaran serta memberikan keputusan yang diharapkan

serta lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

Konsep pemasaran bersandar ada empat tiang utama, yaitu fokus

pasar, orientasi kepada pelanggan, pemasaran yang terkoordinasi,

kemampuan laba. Konsep ini diawali dengan pasar yang didefinisikan

secara jelas, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasi

seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelanggan dan menghasilkan

laba melalui kepuasan pelanggan. Ringkasnya konsep pemasaran adalah

upaya pemasaran terkoordinasi yang berfokus pasar dan berorientasi

kepada pelanggan dengan tujuan memberikan kepuasan kepada

pelanggan sebagai kunci untuk mencapai tujuan organisasi.

2.2.2. Kualitas Layanan

2.2.2.1. Penger tian Kualitas Layanan

Menurut Lovelock (1988 : 229) dalam laksana (2008 : 86), definisi dari

kualitas adalah sebagai berikut: “quality is degree of excellent intended and the

(26)

5

requirements”. Dikatakan bahwa kualitas adalah tingkat mutu yang diharapkan

dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Untuk dapat memeberikan kualitas layanan yang baik maka

perlu dibina hubungan yang erat antar perusahaan dalam hal ini adalah karyawan

dengan pemakai jasa tersebut.

Dengan demikian kualitas adalah merupakan faktor kunci sukses bagi

suatu organisasi atau perusahaan seperti yang di kemukakan oleh Kotler (2000 :

56) dalam laksana (2008 : 88) bahwa kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas

kesetiaan pelanggan, perusahaan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing,

dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng.

Kotler dan Amstrong (2001 : 681) menyatakan “Quality is the totally and

characteristics of the product and service that bear on its ability to satisfy stated

or implied needs”.maksud dari definisi adalah kualitas merupakan keseluruhan

dari keistimewahan dan karakteristik dari produk atau jasa yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan secara langsung maupun tidak

langsung. Ini berarti badan usaha harus dapat memberikan produk atau layanan

yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan agar pelanggan akan merasa puas.

Menurut Zeithmal et. al (1990 : 19) dalam laksana (2008 : 88), kualitas

pelayanan dapat didefinisikan sebagai: “ the extent of disperancy between

customer expectations on desire and their perceptions”. Dari pernyataan tersebut

dikemukakan bahwa kualitas pelayanan yang diterima konsumen dinyatakan

besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan tingkat

(27)

Parasuraman et.al (2000 ; 44): “Service quality is the customer

perception’s of the superiority of the service”. Maksudnya kualitas pelayanan

adalah persepsi pelanggan terhadap keunggulan suatu pelayanan. Pada dasarnya

hanya pelanggan yang menilai kualitas layanan suatu badan usaha berkualitas atau

tidak.

Pelayanan (service) menurut Kotler (1995 : 578) dalam laksana (2008 : 85)

adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan satu pihak atau pihak

lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan

apapun.

Pengertian service menurut pakar ekonomi lainya yaitu menurut Bermen

(1995 : 20) dalam laksana (2008 : 86): “Customer service refers to the identifiable

but sometimes intangible activities undertaken by a retailer in conjunction with

the basic and service it sells” komponen pelayanan dalam bisnis tidak dapat

dipisahkan baik itu untuk perusahaan jasa maupun perusahaan dagang. Untuk

perusahaan jasa, pelayanan ini sebagai produk yang berdiri sendiri, sedangkan

pada perusahaan dagang dan industry sebagai produk tambahan yang selalu

melekat pada produk utamanya.

Parasuraman, et.al. (2000 : 261) telah mengidentifikasikan sejumlah

kriteria sebagai berikut :

1. Service menghasilkan keunikan intangible (tak berwujud)

Intangible menunjukan keunikan pelayanan yang lebih jelas daripada

(28)

7

2. Bersifat variabel dan non standart output

Sulit sekali bahwa tidak mungkin menstandarisasikan output dalam hal

keinginan sebelum dan selama pelayanan.

3. Dapat rusak

Kontak dengan pelanggan yang tinggal dalam proses pelayanannya

4. Service dikarakteristikan memiliki kontak dengan pelanggan yang sering

dalam proses pelayanannya.

5. Labor intensiveness

Sevice lebih menkankan pada pendekatan personal yang dilakuakan oleh

karyawan.

6. Desentralisation facility near customer

Service harusnya didekatkan dengan pelanggan khususnya service yang

memerlukan kontak-kontak fisik dengan pelanggan.

7. Measure of effectiveness

Mengukur efektivitas service merupakan hal yang lebih sulit daripada

menentukan kualitas fisik produk.

8. Quality Control Primarily Process Control

Pengendalian kualitas service melibatkan pelanggan dalam banyak hal

dilakukan sebelum dan selama proses pelayanan .

9. Customer participation

Menjual ketrampilan secara langsung kepada pelanggan dalam banyak jasa

pelanggan membeli ketrampilan prodider namun dalam hal yang lain

(29)

2.2.3. Kepuasan Pelanggan

Shermerhorn ( 1993 ) berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan

dari suatu organisasi bisnis adalah memproduksi barang atau jasa yang

memuaskan kebutuhan pelanggannya. Dengan kata lain perusahaan

berusaha untuk menciptakan pelanggan yang merasa puas, manajemen

perusahaan harus mengetahui hal – hal yang menyebabkan terciptanya

kepuasan pelanggan.

Tse dan Wilton ( dikutip oleh nasution; 2004 : 104 ) menyatakan,

bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respons pelanggan

terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskormasi yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaiannya.

Engel, et al. ( dikutip oleh Nasution; 2004 : 104 ) mengungkapkan,

bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pembeli, dimana alternatif

yang dipilih sekurang – kurangnya memberikan hasil ( outcome ) sama

atau melampaui Kepuasaan Pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul

apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi Kepuasaan Pelanggan.

Tjiptono ( 1995 : 28 ) Konsep kepuasan pelanggan pada dasarnya

menyangkut komponen dari kepuasan pelanggan tersebut, antara lain

adalah harapan dan kinerja / hasil yang dirasakan. Umumnya Kepuasaan

Pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa

yang akan diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk

(30)

9

pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk

yang dibeli.

Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang

akan dipuaskan bukanlah hal yang mudah, hal ini disebabkan karena

kebutuhan dan keinginan pelanggan selalu mengalami perubahan dari

waktu ke waktu. Jika pelanggan merasa puas, maka ada kecenderungan

untuk melakukan pembelian ulang.

Kurtz and Boone (1995), .customer satisfactionis the ability of

goods or services to meet or exceed buyer need and expectations. (p. 46).

Jika saat pelanggan membeli dan menggunakan suatu produk, dan mampu

memenuhi bahkan melampaui kebutuhan dan harapannya, maka akan

terjadi kepuasan. Kotler (2000), .customer satisfaction is a person’s

feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a

product perceived performances (or outcome) in relation to his or her

expectations. (p. 36). Kepuasan pelanggan atau pelanggan dapat diartikan

sebagai perasaan senang atau kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah

membandingkan kinerja (performance) produk dengan apa yang

diharapkan (expectation).

Menurut Hawkins dan Lonney ( 1997 : 31 ), atribut – atribut

pembentuk Customer Satisfaction dikenal dengan “ The Big Eight “ yang

terdiri dari :

(31)

Yaitu bahwa hubungan antara harga dan nilai produk ditentukan oleh

perbedaaan antara nilai yang diterima pelanggan terhadap suatu

produk yang dihasilkan oleh badan usaha.

2. Product Quality.

Merupakan mutu dari semua komponen – komponen yang membentuk

produk sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.

3. Product Features.

Merupakan komponen – komponen fisik dari suatu produk yang

menghasilkan.

2.2.4. Minat beli ulang

Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar

pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan

seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.

Menurut Sukardi (1994) minat adalah suatu perangkat mental yang

terdiri dari kombinasi perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan,

prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa

mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Menurut Aiken (1983) pada umumnya minat beli ulang sebagai

salah satu aspek tingkah laku afektif memiliki ciri-ciri antara lain

bersosialisasi dengan aktivitas, bersifat tetap dan terus menerus,

mempunyai intensitas dan kecenderungannya untuk menerima atau

(32)

11

Minat beli ulang merupakan kecenderungan konsumen untuk

membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan

pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen

melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan

minat beli ulang sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu

merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian

yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan

pembelian. Pengertian minat beli ulang menurut Howard (1994) (Durianto

dan Liana, 2004: 44) adalah minat beli ulang merupakan sesuatu yang

berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu

serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.

Dapat dikatakan bahwa minat beli ulang merupakan pernyataan mental

dari dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah

produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para

pemesar untuk mengetahui minat beli ulang konsumen terhadap suatu

produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel

minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali

diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar

dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari

lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai

(33)

pembelian. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk

memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah

motivasi konsumen untuk membeli.

Menurut Keller (1998), minat konsumen adalah seberapa besar

kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar

kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek

lainnya. Sedangkan Mittal (1999) menemukan bahwa fungsi dari minat

dari minat konsumen merupakan fungsi dari mutu produk dan mutu

layanan.

Minat beli adalah tahap kecenderungan responden untuk

bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian.

Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan

oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan

pembelian pada kesempatan mendatang. Meskipun merupakan

pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang

namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan

guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri

(Kinnear dan Taylor, 1995). Intention juga didefinisikan sebagai

pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana

dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode

(34)

13

Sedangkan definisi minat beli ulang menurut Kinnear dan Taylor

(1995) (Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan bagian dari komponen

perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden

untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Rossiter dan Percy (1998: 126) mengemukakan bahwa minat beli ulang

merupakan instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu

produk, melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang

relevan seperti mengusulkan (pemrakarsa) merekomendasikan

(influencer), memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk

melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam

Albari (2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari

dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika

seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka

dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut.

Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk

menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran

adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk

atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak.

2.2.4. Penga r uh Kualitas Layanan dan Kepuasaan Konsumen

Kepuasan konsumen meliputi penentuan keseluruhan mengenai

produk dan jasa yang mampu menciptakan keinginan dan kebutuhan

(35)

menciptakan kepuasan konsumennya karena konsumen yang puas akan

menceritakan kepuasannya kepada konsumen lain dan akan melakukan

pembelian ulang. (Herizon, 2003 : 104).

Dengan kualitas layanan yang baik, akan menciptakan tingkat

kepuasan terhadap konsumen. Kepuasan yang tinggi akan menciptakan

kelekatan emosional terhadap pihak , bukan hanya preferensi rasional yang

hasilnya adalah kesetiaan konsumen yang tinggi (loyalitas).

Dalam pasar yang tingkat persaingannya cukup tinggi, perusahaan

mulai bersaing untuk memberikan kepuasan kepada konsumennya agar

konsumen mempunyai kesetiaan yang tinggi terhadap jasa layanan Iklan

yang ditawarkan oleh perusahaan. Menurut Jones dan Sasser (1994:745)

menyatakan bahwa minat beli ulang merupakan suatu variabel endogen

yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan sehingga minat beli ulang

merupakan fungsi dari kepuasan. Jika hubungan antara kepuasan dengan

minat beli ulang adalah positif, maka kepuasan yang tinggi akan

meningkatkan minat beli ulang. (Musanto, 2004:128)

Jadi berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa Kualitas

Layanan berpengaruh positif terhadap Kepuasaan Konsumen.

2.2.5. Penga r uh Kepuasan Konsumen dan Minat beli ulang

Menurut Oliver (1999) dalam Darsono (2008:13) menyatakan

bahwa kepuasan memiliki peran penting dalam membentuk minat beli

(36)

15

yang mendasari terbentuknya minat beli ulang afektif dapat didasarkan

atas kualitas (quality-based), atau atas dasar harga (price-based). Minat

beli ulang afektif yang didasari oleh kepuasan masih rentan berpindah

merek. Kerentanan itu terutama disebabkan oleh upaya persuasif dari

pesaing agar berpindah merek, keinginan untuk mencoba merek lain,

penurunan kualitas produk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa outcomes dari

kepuasan adalah minat beli ulang, dan kepuasan memiliki pengaruh positif

terhadap minat beli ulang.

Menurut Sugiharto (2997:54) menyatakan bahwa kepuasan yang

dirasakan konsumen mempunyai konsekuensi berupa komlain dan loyal.

Secra umum minat beli ulang diartikan sebagai pembelian ulang yang terus

menerus pada merek yang sama, atau dengan kata lain adalah tindakan

seseorang yang membeli merek, perhatian hanya pada merek tertentu, dan

tidak mencari informasi berkaitan dengan merek tersebut.

Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen mempunyai konsekuensi

perilaku berupa komplain dan minat beli ulang, sehingga apabila

organisasi atau perusahaan dapat memperhatikan segala hal yang dapat

membentuk kepuasan konsumen, maka kepuasan yang dirasakan oleh

konsumen secara keseluruhan akan terbentuk. Di mana kepuasan

keseluruhan didefinisikan sebagai pernyataan afektif tentang reaksi

emosional terhadap pengalaman atas produk atau jasa, yang dipengaruhi

oleh kepuasan konsumen terhadap produk tersebut dan dengan informasi

(37)

konsumen merupakan suatu darah kehidupan setiap perusahaan, sehingga

kepuasan konsumen merupakan salah satu elemen penting dalam

peningkatan kinerja pemasaran dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen dapat meningkatkan

intensitas membeli dari konsumen tersebut (Assael, 1995). Dengan

terciptanya tingkat kepuasan konsumen yang optimal maka mendorong

terciptanya minat beli ulang di benak konsumen yang merasa puas tadi.

Minat beli ulang dipandang sebagai kekuatan hubungan antara sikap relatif

seseorang dan bisnis berulang. Hubungan ini dipandang karena

dijembatani oleh norma-norma sosial dan faktor-faktor situasional.

Hubungan kepuasan dengan minat beli ulang tidak bersifat linier,

seperti yang dibayangkan oleh pemasar. Seperti yang dinyatakan oleh

Rowley & Dawes (1999) bahwa hubungan antara kepuasan dengan minat

beli ulang tidak jelas, buktinya penelitian yang dilakukan oleh Strauss &

Neuhaus (1997) menemukan bahwa sejumlah konsumen yang

mengeskpresikan kepuasan, masih juga berpindah merk. Sejumlah

konsumen yang tidak puas, justru tidak berpindah merek. Pendapat yang

sama dikemukakan oleh Ruyten & Bloemer (1999); Soderlund (1998)

bahwa kepuasan mempunyai asosiasi positif dengan minat beli ulang,

tetapi dengan catatan peningkatan kepuasan tidak selalu menghasilkan

peningkatan minat beli ulang dalam derajat yang sama (Soderlund, 1998).

Oleh karena itu, hubungan antara kepuasan dengan minat beli ulang tidak

(38)

17

merek (Jones & Sassen, 1995). Oliva et al (1992) menyatakan bahwa

hubungan antara kepuasan konsumen dan minat beli ulang adalah non

linier. Anderson dan Mital (2000) menyatakan bahwa hubungan antara

kepuasan konsumen dan customer retention asimetric dan non linier.

O’Malley (1998) mengingatkan pemasar bahwa hubungan

kepuasan dengan minat beli ulang tidak bersifat linier, akibatnya

penggunaan promosi sebagai salah satu bentuk reward terhadap konsumen

yang loyal berbahaya. Bahayanya adalah pemasar mungkin akan terjebak

pada lingkaran promosi, begitu insentif dihilangkan pemasar, konsumen

juga tidak akan menemukan alasan untuk melakukan pembelian ulang.

Minat beli ulang mendapat kritikan karena meskipun konsumen puas

dengan pelayanan mereka akan melanjutkan perpindahan karena mereka

percaya mereka akan mendapatkan nilai yang lebih bagus, nyaman dan

kualitas. Kepuasan penting tapi merupakan indikator minat beli ulang

yang tidak cukup akurat. Dengan kata lain kita memiliki kepuasan tanpa

minat beli ulang, tapi sulit untuk memiliki minat beli ulang tanpa

kepuasan.

Pada penelitian yang lain disebutkan bahwa kepuasan konsumen

berpengaruh positif terhadap minat beli ulang misalnya, penelitian Selness

(1993) pada 1062 perusahaan yang terdiri dari perusahaan telepon,

asuransi, universitas dan supplier ikan salmon. Dalam Koskela (2002)

menyatakan bahwa kepuasan konsumen dan minat beli ulang telah

(39)

Kualitas Layanan (X)

Minat Beli Ulang (Z)

menyatakan bahwa konsep penting yang harus dipertimbangkan ketika

membangun program minat beli ulang adalah kepuasan konsumen.

Kepuasan diukur dari sebaik apa Kepuasaan Konsumen dipenuhi.

Sedangkan minat beli ulang adalah ukuran semau apa konsumen

melakukan pembelian .

Jadi berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa Kepuasan

konsumen berpengaruh positif terhadap minat beli ulang.

2.3. Ker angka Konseptual

2.3.

Hipotesis

1. Diduga terdapat pengaruh positif antara kualitas layanan terhadap

kepuasan konsumen di Alfamart Buduran Sidoarjo.

2. Diduga terdapat pengaruh positif antara Kepuasaan Konsumen terhadap

minat beli ulang di Alfamart Buduran Sidoarjo. Kepuasan

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur an Var iabel

Untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perlu

diketahui beberapa definisi operasionalm sebagai berikut :

Kua litas layanan (X1)

Kualitas layanan merupakan salah satu factor dari Kepuasaan Konsumen,

yang mempunyai beberapa elemen. Kualitas layanan adalah apa yang

diinginkan atau diharapkan konsumen, terutama saat sedang berbelanja

(Gilbert dalam Samuel, 2006:55). Dengan indikator :

a. Realibities (X1)

Yaitu kemampuan dari pihak perusahaan untuk memberikan layanan

sesuai dengan yang dijanjikan secara tepat, akurat dan terpecaya yang

meliputi beberapa indikator :

- Ketepatan waktu.

- Kebersihan ruangan

- Layanan Karyawan

b. Responsiveness (X2)

Yaitu tanggapan yang cepat terhadap indikasi kebutuhan konsumen

untuk membantunya dan memberikan layanan yang sesuai dengan

kebutuhan yang meliputi beberapa indikator yaitu :

- Penanganan keluhan .

(41)

c. Asurance (X3)

Yaitu mengarah kepada pengetahuan dan kesopanan para karyawan atau

pekerja serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan

keyakinan yang meliputi beberapa indikator, yaitu :

- Kejujuran staff.

- Sistem keamanan

d. Empaty (X4)

Yaitu kesediaan untuk peduli dan memberikan perhatian pribadi kepada

klien yang mempunyai beberapa indikator, yaitu :

- Komunikasi yang baik.

- Adil dalam pemberian pelayanan

- Kenyamanan ruangan.

e. Tangibles (X5)

Pendapat responden yang berkaitan dengan tampilan fisik dari fasilitas

yang dapat dilihat, diraba, dirasakan yang meliputi indikator yaitu :

- Bentuk Fisik dan fasilitas.

- Penampilan Karyawan .

- variasi produk.

Kepuasan Konsumen (Y)

Kepuasan konsumen atau konsumen dapat diartikan sebagai perasaan senang

atau kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah membandingkan kinerja

(performance) produk dengan apa yang diharapkan (expectation), dengan

(42)

3

1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan produk (Y1)

a. Kualitas produk : Merupakan mutu dari semua komponen –

komponen yang membentuk produk sehingga produk tersebut

mempunyai nilai tambah

b. Hubungan antara nilai dengan harga yaitu bahwa hubungan antara

harga dan nilai produk ditentukan oleh perbedaaan antara nilai

yang diterima konsumen terhadap suatu produk yang dihasilkan

oleh badan usaha.

c. Bentuk produk yaitu merupakan komponen – komponen fisik dari

suatu produk yang menghasilkan.

d. Keandalan yaitu kemampuan dari suatu perusahaan untuk

menghasilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan

perusahaan.

2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan pembelian (Y2)

a. Pengalaman Karyawan : merupakan semua hubungan antara

konsumen dengan karyawan

b. Kemudahan dan kenyamanan : merupakan segala kemudahan dan

kenyamanan yang diberikan perusahaan

4. Minat beli ulang (Z)

Variabel minat beli ulang diindikatori oleh (Astawa, 2009 : 271) :

Z1 = Niat membeli kembali

(43)

Z3 = minat untuk menceritakan atau menginformasikan pengalaman

baik menyenagkan atau tidak menyenangkan

3.1.2. Pengukuran Var iabel

Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. sedangkan

teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial yang mempunyai

skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :

1 7

Sangat tidak setuju Sangat setuju

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek / obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek

/ obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari

hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi dalam penelitian ini

adalah keseluruhan konsumen Alfamart sampai sekarang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan

karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus

representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode

pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan

teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang

(44)

5

- Umur konsumen minimal 18 tahun. Alasannya, sudah cukup dewasa,

mengerti dan memahami kuesioner yang diberikan.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan

pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah

5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila

terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Dalam penelitian ini sampel diambil dari konsumen yang berada

pada Alfamart, dengan jumlah minimal 22 indikator. Maka jumlah

responden yang diambil 110 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan cara

menyebarkan kuesioner.

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari responden yaitu

(45)

3.3.3. Pengumpulan Data

1. Interview

Yaitu teknik pegumpulan data dalam metode survei yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian guna

melengkapi data dalam penelitian ini.

2. Kuisioner.

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data

dalam penelitian.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis multivariate dengan Structural Equation Modeling (SEM).

Penaksiran pengaruh pada masing – masing variabel bebas terhadap

variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

3.4.1 Uji Nor malitas dan Linieritas

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi

normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path

diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam

analisis , penguji dapat menggunakan uji – uji statistik. Uji yang paling

mudah adalah dengan mengamati skweness value dari data yang

digunakan. Dimana biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari

(46)

7

itu disebut sebagai z – value yang dihasilkan melalui rumus sebagai

berikut :

Nilai – z = Skewness dimana N adalah ukuran sampel

6

N

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atai critical ratio (Ferdinand,

2000 : 95), maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai

kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki.

Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar ± 2.58 berarti kita dapat

menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01.

Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pada penyebarannya untuk menduga

ada tidaknya linieritas.

3.4.2. Evaluasi Outlier s

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karateristik

unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan

muncul dalam bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun

variabel kombinasi. (Hair. Et.al. 1998).

Adapun outliers dapat dievaluasi dengan 2 cara, yaitu analisis

terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers

(47)

a. Outlier s Univar iat

Deteksi terhadap adanya outliers univariate daapt dilakukan

dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai

outlier dengan cara mengkoversi nilai data penelitian ke dalam standar

score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai

rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah

dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan

antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar

(diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari

z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1998

dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada

observasi-observasi yang memilki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai

outlier.

b. Outlier s Multivar iat

Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab

walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada

tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah

saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis

Distance) untuk tiap obsevasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak

sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuh ruang

multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat ρ< 0,001. Jarak

(48)

9

derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam

penelitian. Dan apabila nilai jarak Mahalanobis lebih besar dari χ2tabel

adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Deteksi Multicollinear ity dan Singular ity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat

multikolineritas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity) dalam

kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari

matriks kovarians sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil atau

mendekati nol akan akan mengindikasikan adanya Determinant of sample

covariance matrix atau multikolinearitas atau singularitas

(Tabachnick, 1998, P.716), Rumus :

Determinant of Sample covariance matrix = 2.5709 e + 006

Atau multikolinearitas atau singularitas = 2.570.906,550

sehingga data tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand,

2002:108).

3.4.4. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang

seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari

setiap laten variabel / construct akan diuji dengan melihat loading faktor

(49)

umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥ 0,5. Variance

extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

[Standar dize Loading]

Variance Extracted =

∑ [Standardize Loading] + ∑εj

3.4.5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor

laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling

membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum.

Coomposite Realibility diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002

: 62) :

(∑ Std. loading)2

Construct Realibility =

(∑ Std. loading)2 + εj

Keterangan :

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. ∑εj adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error

dapat diperoleh dari 1 – realibilitas indikator.

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥ 0.7, walaupun angka itu

(50)

11

bersifat eksploratori maka nilai dibawah 0.7 pun masih dapat diterima

sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terlibat dalam

proses eksplorasi.

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi

terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical

Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t

hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Appr oach

Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel

data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi

yang digunakan [Hartline,1966], dan karena keakuratan reliabilitas

indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini.

Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model

pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair,

et.al.,1998].

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi

terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model

[Anderson dan Gerbing, 1998]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis

SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah

(51)

berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan

mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk

mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut

[Hair, et.al, 1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat

dihitung dengan rumus 0,95 kali σ [Anderson dan Gerbing, 1998].

Perhitungan construct reliability [α] telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan

program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ]

terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix

pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.8. Evaluasi Model

Didalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara

serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen,

pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis

jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara

dengan model struktural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data

dengan analisis ini adalah :

1. Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubugan kausal antar variabel yaitu antara

variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinayatkan

(52)

13

hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan

garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.

2. Evaluasi atas asumsi SEM

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya

asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan

adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan

evaluasi atas multicolonieritas dan singularity. Adapun contoh 3 model

konseptual (A, B, dan C) dalam bentuk persamaan sebagai background

SEM :

A [1] Y1 = B0 + B1Y2 + B3X1 + B4X2 + error1

[2] Y2 = B5 + B6Y1 + error2

B [1] Y1 = B0 + B1X1 + B2X2 + error1

[2] Y2 = B3 + B4Y1 + B5X1 + B6X2 + error2

[3] Y3 = B7 + B8Y1 + B9Y2 + B10X1 + B11X2 + error3

C [1] Y1 = B0 + B1X1 + B2X2 + error1

[2] Y2 = B3 + B4Y1 + B5X1 + error2

3. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit model penelitian

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan

model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan

karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih

kepada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat

(53)

dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digunakan serta nilai

cut-off-nya dapat dilihat pada tabel dibawah : (Ferdinand, 2002)

Goodness-of-fit index Cut-off-value

X2 – Chi Square Diharapkan kecil

Derajat bebas (DF) Positif

Signifikansi Probabilitas ≥ 0,10

GFI ≥ 0,90

AGFI ≥ 0,90

TLI ≥ 0,95

CFI ≥ 0,95

4. Intrepretasi hasil

Pada tahap ini hasil atau ouput pengujian dievaluasi untuk

menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuain model dan

hipotesis yang diajukan.

3.4.9. Evaluasi Goodgness of Fit

1. X2- Chi Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit

adalah likehood ratio chi-square statistic. Chi-square ini bersifat sangat

sensitive terhadap besarnya sample yang digunakan karena itu bila

jumlah sample adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel maka

statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji kainnya. Model

yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya

rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Dalam pengujian

ini nilai X2 yang rendah yang mengahasilkan sebuah tingkat signifikansi

yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan

(54)

15

2. RMSEA-The Root Mean Square Error of Appoximation

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasikan chi-square statistic dalam sample yang besar Nilai

RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model

diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama

dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang

menunjukkan Indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan

sebuah close-fit dari model ini berdasarkan degree of freedom.

3. GFI – Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi

tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sample yang dijelaskan

oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.

GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai

rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit 0. nilai

yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI Adjusted Goodness of fit indeks

Adalah analog dari R2 dalam regresi bergnda. Fit index ini

dapat didjust terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji

diterima tidaknya model.

Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bial AGFI

mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. perlu diketahui

bahwa baik GFI maupun AGFI adalah criteria yang memperhitungkan

(55)

5. CMIN / DF

The minimun sample discrepancy function (CMN) dibagi dengan

degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang

umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indicator

untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

6. TLI – Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya

sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati

1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI : Comparative fit index

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana

semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a

(56)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian

PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) atau Alfamart merupakan perusahaan

nasional yang bergerak dalam bidang perdagangan umum dan jasa eceran yang

menyediakan kebutuhan pokok dan sehari-hari. Alfamart dapat dimiliki

masyarakat luas dengan cara kemitraan.

PT. Alfa Minimart Utama (AMU) didirikan pada tanggal 27 Juli

1999, dengan pemengang saham PT. Alfa Retailindo, Tbk sebesar 51% dan

PT. Lancar Distrindo sebesar 49%. PT. Alfa Minimart Utama (AMU) ini

kemudian membuka Alfa Minimart pada tanggal 18 Oktober 1999 berlokasi

dijalan Beringin Raya, Karawaci Tangerang.

Pada tanggal 27 Juni 2002, PT.HM Sampoerna Tbk secara resmi

merestrukrurisasi kepemilikan sahamnya di PT.Alfa Retailindo Tbk. Saham

HM Sampoerna di Alfa Retailindo yang semula 54,4% dikurangi menjadi

23,4%. Di sisi lain, perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia akan

mulai menggarap serius pasar minimarket yang selama ini belum tergarap

melalui Alfa

Pada tanggal 1 Agustus 2002, kepemilikan beralih ke PT. Sumber Alfaria

Trijaya dengan pemegang saham PT.HM. Sampoerna, Tbk sebesar 70% dan

(57)

diganti menjadi Alfamart pada tanggal 1 Januari 2003. Pada tahun 2005

Jumlah gerai Alfamart bertumbuh pesat menjadi 1.293 gerai hanya dalam

enam tahun. Semua toko berada di pulau Jawa.

Awal tahun 2006 PT HM Sampoerna Tbk menjual sahamnya,

sehingga struktur kepemilikan menjadi PT Sigmantara Alfindo (60%) dan PT

Cakrawala Mulia Prima (40%). Mendapat Sertifikat ISO 9001:2000 untuk Sistem

Manajemen Mutu”.

Pertengahan 2007 Alfamart sebagai Jaringan Minimarket Pertama di

Indonesia yang memperoleh Sertifikat ISO 9001:2000 untuk Sistem

Manajemen Mutu. Jumlah gerai mencapai 2000 toko dan telah memasuki pasar

Lampung. Awal 2009 menjadi perusahaan publik pada tanggal 15 Januari 2009 di

Bursa Efek Indonesia disertai dengan penambahan jumlah gerai mencapai 3000

toko dan juga memasuki Pasar Bali.

Badan Usaha : PT Sumber Alfaria Trijaya

Pemegang Saham : HM Sampoerna dan Alfa Group

Didirikan : 27 Juni 1999

Jumlah Toko : Lebih dari 1400

Pemegang Saham PT HM Sampoerna, Tbk = 70%

(58)

45

3.1.2. Visi dan Misi Per usahaan

Visi dari Alfamart adalah Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka

yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha

kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing secara

global", sedangkan misinya adalah:

1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan berfokus pada

produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

2. Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan selalu

menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.

3. Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan

menumbuhkembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.

4. Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus

bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan,

pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.

Budaya yang dijunjung dalam bekerja adalah:

1. Integritas yang tinggi.

2. Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik.

3. Kualitas & Produktivitas yang tertinggi.

4. Kerjasama Team.

Yang menjadi target dari pemasaran Alfamart adalah area perumahan,

fasilitas publik, dan gedung perkantoran, sedangkan motto yang digunakan

Gambar

Tabel. 1.1. Data Penjualan Alfamart Tahun 2007-2011
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini data diperoleh langsung dari Birugo Digital Printing Bukittinggi, dimana penelitian ini mengenai pemesanan spanduk pada kantor tersebut dan data

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.31/Menhut- II/2014 tentang Tata Cara Pemberian Dan Perluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam, Izin

Merupakan area dengan tingkat kepadatan penduduk &gt; 100 org/ha (peri urban) dengan meliputi daerah perkotaan yaitu : Kecamatan Bissappu (kelurahan Bonto Lebang

Schabas, 2011, An Introduction to International Criminal Court, dalam I Made Pasek Diantha, 2014, Hukum Pidana Internasional Dalam Dinamika Pengadilan Pidana

Tujuan kreatif dari perancangan ini adalah menghasilkan buku yang berisi esai fotografi mengenai kesenian Drama Gong serta kehidupan sosial dari para pemainnya

NO KANTOR PELAYANAN PAJAK KANTOR WILAYAH DJP 179 KPP Pratama Jakarta Pasar Minggu Kanwil DJP Jakarta Selatan II 180 KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Dua Kanwil DJP

 Sebagai prevensi primer : direkomendasikan pada pasien dengan gagal jantung simtomatik (NYHA II – III) dan EF &lt; 35% walaupun sudah mendapat terapi optimal lebih adri 3

Bergantinya status Kota Administratif Tasikmalaya menjadi Daerah Kota berdasarkan UU No. 10 Tahun 2001 yang diundangkan pada tanggal 17 Oktober 2001 bukan berarti