• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE COMPARISON INTEREST STUDENTS CLASS IPA AND CLASS IPS TOWARD OF SPORT AND PHYSICAL EDUCATION LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE COMPARISON INTEREST STUDENTS CLASS IPA AND CLASS IPS TOWARD OF SPORT AND PHYSICAL EDUCATION LEARNING"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

THE COMPARISON INTEREST STUDENTS CLASS IPA AND CLASS IPS TOWARD OF SPORT AND PHYSICAL EDUCATION LEARNING

(The research in the XI and XII grate students of SMAN 1 Sidoarjo) EKO FEBRI RAHMAWAN

ABSTRACT

S1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya

Email: qnyonk_r7@yahoo.co.id

Dosen Pembimbing: Taufiq Hidayat, S.Pd., M.Kes.

In the world of senior high school education (high school) there are two different majors natural sciences (IPA) and social science (IPS). Both majors have the characteristics of students and academic learning are different, those differences impact the students' interest in learning of sport and physical education, interest will either give a good impact on the learning objectives.

The goal of such research was to get information about students' interest towards the learning of sport and physical education in SMAN 1 Sidoarjo. Researchers in this study used a quantitative approach to the type non-experimental research design was survey and comparability. The variable in this study is the difference in grade science and social studies classes (independent variable) and an interest in teaching physical education, sport, and health (dependent variable). The population in this study were all students of class XI and XII in SMAN 1 Sidoarjo and the samples of the research were three classes of science class, a class XI IPA 5, XI IPA 8, and 4 and class XII science XI IPS 1, XI IPS 2, XII IPS 1, and XII IPS 2.

The results of the analysis of students' interest in science classes and social studies classes to learning of sport and physical education in SMAN 1 Sidoarjo was no significant difference can be seen from the results of thitung 1.249 declared value is not significant at the 5% level of accuracy because the sig (2-tailed) in the calculation

of 0.214 > more than the value of alpha (a = 0.05). Interests grade science and social studies classes to teaching physical education, sport, and health fall into the category that the show was the percentage of IPA by 63 , 8% and 62.7% grade social studies. thus concluded that free no difference between interest-class science and social studies classes at SMAN 1 Sidoarjo

Key word : Interest of student class IPS and class IPS, learning of sport and physical education

PERBANDINGAN MINAT KELAS IPA DAN KELAS IPS TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(Studi Pada Siswa Kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo) EKO FEBRI RAHMAWAN

ABSTRAK

Di dalam dunia pendidikan sekolah menengah atas (SMA) terdapat dua jurusan yang berbeda yaitu ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan social (IPS). Kedua jurusan tersebut memiliki karakteristik siswa dan pembelajaran akademik yang berbeda, perbedaan itu memberikan pengaruh terhadap minat siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, minat yang baik akan memberikan dampak yang baik terhadap tujuan pembelajaran.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SMA Negeri 1 Sidoarjo. dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimen dengan jenis penelitian survey dan desain penelitiannya adalah komparatif. Variabel dalam penelitian ini adalah perbedaan kelas IPA dan kelas IPS (variabel bebas) dan minat terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (variabel terikat). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo dan sampel penelitian ini adalah tiga kelas dari kelas IPA, kelas XI IPA 5, XI IPA 8, serta XII IPA 4 dan kelas XI IPS 1,XI IPS 2, XII IPS 1, dan XII IPS 2.

Hasil analisis minat siswa kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SMA Negeri 1 Sidoarjo adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari hasil nilai thitung sebesar 1,249 nilai tersebut dinyatakan tidak signifikan pada tingkat ketelitian 5% karena nilai

sig.(2-tailed) pada perhitungan tersebut 0,214> lebih dari nilai alpha (a=0,05). Minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan masuk dalam katergori sedang hal itu di tunjukan dari persentase nila IPA sebesar 63,8% dan kelas IPS 62,7%. Dengan demikian disimpulkan bahawa tidak ada perbedaan antara minat kelas IPA dan kelas IPS di SMA Negeri 1 SIdoarjo

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan segala upaya untuk memajukan pikiran, budi pekerti,

serta jasmani anak agar dapat

memajukan kesempurnaan hidup.

Pendidikan jamani kesehatan dan

olahraga sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat untuk

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam hal jasmani khususnya.

Dalam upaya untuk mewujudkan manusia yang kuat, trampil, bermoral, dan tangung jawab adalah dengan

pendidikan jasmani. Menurut

Kristiyandaru ( 2010 :4) “pendidikan jasmani bukan hanya

bertugas mendidik siswa dalam

pertumbuhuan jasmani saja, namun penanaman sikap dan nilai – nilai hidup yang benat dapat ditanamkan melalui aktivitas jasmani”. Dunia pendidikan menyadari akan pentingnya pendidikan jasmani sebagai upaya mewujudkan manusia yang kuat, terampil, bermoral, dan tanggung jawab, hal ini di buktikan dengan adanya pendidikan jasmani dalam bentuk pembelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan

( penjasorkes) di sekolah.

Penjasorkes adalah bagian dari pendidikan jasmani secara umum yang diajarkan di sekolah dan mengutamakan aktivitas dan pengembangan hidup sehat untuk pertumbuhan jasmani, mental, sosial, dan emosional siswa. Aktifitas di

dalam pembelajaran jasmani

kebanyakan di jadikan siswa sebagai

sarana refreshing dari kejenuhan

(3)

lingkup pembelajaran siswa sesuai program studi mereka selain itu juga digunakan sebagai sarana belajar untuk menjadi pribadi seorang yang disiplin, tegas, dan bijaksana.

Sebagaimana yang kita ketahui di dalam pendidikan sekolah menengah atas terdapat penjurusan pendidikan sesuai bakat dan minat siswa, yaitu: ( Ilmu Pengetahuan Alam) IPA, ( Ilmu Pengetahuan Sosial) IPS, dan Bahasa. Karakter siswa kelas IPA mempunyai perbedaan dengan karekter siswa kelas IPS, hal ini terlihat dari cara berfikirnya, siswa kelas IPA berfikirnya ilmiah, pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat disebabkan

kebiasaan mereka sehari – hari

mendapatkan sarana berfikir ilmiah

seperti metematika Logika dan

statistika, sedangkan siswa kelas IPS berfikirnya alamiah, pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari

dari pengaruh alam sekelilingnya. ( Blog at wordpress.com.) di unduh 19 Oktober 2011

Berdasarkan perbedaan cara

berfikir siswa kelas IPA dan kelas IPS

pembelajaran penjasorkes bisa

digunakan sebagai sarana untuk

menunjang siswa mengembangkan cara berfikir ilmiah dan alamiah, seperti yang di nyatakan SK Menpora Nomor 053 A /Menpora/1994 dalam Nurhasan, ( 2005:2) “pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara sadar dan dilakukan secara sistematis dalam rangka memperoleh

keterampilan jasmani, pertumbuhan

fisik, kecerdasan, dan watak”

Selain itu juga di tujukan untuk meningkatkan minat siswa terhadap pendidikan jasmani sehingga dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani siswa merasa senang dan aktif untuk belajar seperti yang dikemukakan oleh

(4)

Slameto (2003:57) minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

Selain itu menurut Djamarah dalam

Ocky (2012:4) “Minat besar

pengaruhnya terhadap aktivitas belajar, anak didik yang berminat pada suatu peajaran akan mempelajarinya dengan sunguh – sunguh” dari kutipan tersebut kita bisa mengetahui bahwa minat besar pengaruhnya terhadap hasi belajar anak didik. Tidak ada yang bisa diharapakan dari prestasi belajar tanpa adanya minat yang baik dari anak yang tidak berminat mempelajari sesuatu. Untuk mengetahui

minat, tidak ada yang memiliki

informasi langsung tentang keadaan minat seseorang. Yang bisa lakukan adalah menilai petunjuk luar yang

terbatas seperti ekspresi wajah dan gerak tubuh.

Orientasi pembelajaran penjasorkes harus di sesuaikan dengan karkter dan perkembangan siswa yang belajar di kelas IPA atau IPS serta isi materi harus disesuaikan dengan perkembangan dan karakter siswa kelas IPA atau IPS sehingga isi materi bisa menarik

perhatian siswa untuk belajar

penjasorkes. Seringkali guru

penjasorkes berhadapan dengan

persoalan siswa yang kurang

memberikan perhatian dan merasa bosan terhadap satu mata pelajaran dan dapat diketahui minat merupakan faktor yang sangat besar mempengaruhi faktor belajar, minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada tanpa minat.

Dari latar belakang adanya

perbedaan cara berfikir itulah peneliti ingin mengetahui seberapa besar minat

(5)

pembelajaran penjasorkes, sehubungan dengan itu peneliti mengambil judul “ perbandingan minat siswa kelas IPA

dan IPS terhadap pembelajaran

penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang

di atas, maka dapat ditarik

permasalahan sebagai berikut yaitu:

1. Bagaimanakah minat siswa kelas IPA dan IPS kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo dalam

mengikuti materi pembelajaran

penjasorkes?

2. Apakah ada perbedaan minat pada siswa yang belajar di kelas IPA dan siswa yang belajar di kelas IPS

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang ada, maka peneliti ini mempunyai tujuan :

1. Mengetahui besarnya minat siswa kelas IPA dan IPS kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo dalam

mengikuti materi pembelajaran

penjasorkes?

2. Mengetahui perbedaan minat belajar penjasorkes antara siswa yang belajar di kelas IPA dan siswa yang belajar di kelas IPS?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat bagi banyak pihak, antara lain yaitu:

1. Bagi Sekolah: Sebagai bahan

pertimbangan untuk

memaksimalkan pembelajaran

penjasorkes.

2. Bagi Guru: Diharapkan guru mampu berupaya meningkatkan

minat siswa dalam mengikuti

(6)

3. Bagi Siswa: Diharapakan setelah

mengikuti materi pembelajaran

penjasorkes siswa dapat

meningkatkan kemampuannya

dalam bidang jasmani.

4. Bagi Peneliti: Mendapatkan

pengetahuan tentang minat siswa

dalam mengikuti pembelajaran

penjasorkes

E. Definisi Operasional,Asumsi, dan

Keterbatasan

1. Definisi Operasional

a. Minat

minat adalah suatu perasaan

ketertarikan dan rasa suka

berlebih pada suatu hal yang dipelajari yang timbul dari dalam diri sendiri dan diukur dengan angket skala minat.

b. Jurusan IPA dan IPS

Sebagaimana yang kita

ketahui di dalam sekolah

menengah atas terdapat dua penjurusan yang berbeda dengan

fungsi untuk perkembangan

belajar siswa sesuai karakter dan minat. Siwa yang masuk dalam jurusan IPA dan IPS mempunyai perbedaan karakter dan akademik

Jurusan IPA merupakan

pengetahuan dari hasil kegiatan

yang diperoleh dengan

menggunakan langkah – langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil exsperimen atau observasi yang

bersifat umum. Sedangkan

Jurusan IPS adalah perwujudan dari suatu IPS adalah perwujudan

dari suatu pendekatan

interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakanintegrasi dari berbagai

cabang ilmu sosial yakni

sosiologi, antropologibudaya,

(7)

ekonomi, ilmu politik dan

ekologimanusia, yang

diformulasikan untuk tujuan instruksional

2. Asusmsi

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang sudah dikemukakan maka timbul asumsi dari peneliti yaitu

1. Minat siswa pada pembelajaran penjasorkes beragam

2. Setiap siswa memiliki

pembelajaran penjasorkes yang sama, fasilitas belajar yang sama, dan mengikuti proses belajar mengajar yang sama,

3. Responen mengisi instrument sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

3. Keterbatasan

Dalam hal ini permasalahan dibatasi pada minat siswa dalam

mengikuti pelajaran penjasorkes

pada siswa kelas XI dan XII SMAN 1 Sidoarjo.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Minat

1. Pengertian Minat

Minat Menurut Pintrich dan Schunk dalam (Mikarsa, Taufik, dan Prianto, 2007:3.3)

adalah merupakan aspek

penting motivasi yang

mempengaruhi perhatian,

belajar, berpikir, dan

berprestasi. Menurut Slameto

(2003:57) Minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang

dan dari situ diperoleh

(8)

Suatu minat dapat

diungkapkan melalui suatu

pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula diwujudkan melalui

partisipasi dalam suatu

aktivitas.

Seseorang dikatakan berminat terhadap penjasorkes berarti dia

menyenangi dan berusaha

mempelajari bidang tersebut

sehingga pada akhirnya

memperoleh hasil, sesuai

dengan yang diinginkan.

Menurut Mikarsa, Taufik, dan

prianto (2007:3.5): “Minat

pribadi sebagai suatu ciri pribadi individu. Seseorang

akan mengabaikan suatu

kegiatan apabila ia kurang

memiliki pengetahuan

mengenai kegiatan tersebut,

karena kegiatan tersebut kurang memiliki nilai”. Minat pribadi umumnya ditujukan pada suatu

kegiatan khusus, misalnya

minat khusus pada olahraga. Pengertian ini ditujukan pada

perbedaan individual dan

bagaimana perbedaan individu dengan proses belajar (Mikarsa, taufik, dan prianto, 2007:3.4).

Dalam pendidikan di sekolah, minat berperan penting dalam mendorong siwa untuk belajar. Menurut Hurlock dalam Mikarsa, Taufik dan Prianto (2007:3.7-3.8) ada empat cara

minat mempengaruhi

perkembangan anak, yaitu

berikut ini:

a. Minatdapat

mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi. b. Minat dapat sebagai

pendorong.

c. Minat berpengaruh

(9)

d. Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak

dapat menjadi

minat selamanya. Minat seseorang timbul

melalui proses belajar.

Pertumbuhan minat dalam diri seseorang juga tidak terlepas dari faktor fisik dan mental,

tetapi juga pengaruh dari

lingkungan. Anak yang selalu melakukan kegiatan berkaitan

dengan minatnya, lama

kelamaan akan timbul

kebiasaan dan akan terus

bertahan menjadi minat

selamanya (Mikarsa, Taufik dan Prianto 2007:3.7).

Minat sangat besar

pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Dengan demikian minat berkembang dari pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Anak memiliki minat terhadap belajar

dan guru berusaha

membangkitkan siswa tersebut

dengan cara memilih dan

menentukan bahan pengajaran sebagai key concept untuk mendapatkan perhatian siswa secara penuh (Winataputra, dkk, 2007:9.7).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat

Menurut Crow and

Crow, ada tiga faktor yang

menimbulkan minat yaitu

“Faktor yang timbul dari dalam diri individu, faktor motif sosial dan faktor emosional yang

ketiganya mendorong

(10)

1988 : 26 ). Pendapat tersebut

sejalan dengan yang

dikemukakan Sudarsono,

faktor-faktor yang

menimbulkan minat dapat

digolongkan sebagai berikut :

a. Faktor kebutuhan

dari dalam.

Kebutuhan ini dapat

berupa kebutuhan

yang berhubungan

dengan jasmani dan kejiwaan.

b. Faktor motif sosial,

Timbulnya minat

dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu

kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada. c. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek tertentu ( 1980

: 12 )

Jadi berdasarkan dua pendapat diatas faktor yang menimbulkan minat ada tiga

yaitu dorongan dari diri

individu, dorongan sosial dan motif dan dorongan emosional. Timbulnya minat pada diri individu berasal dari individu,

selanjutnya individu

mengadakan interaksi dengan

lingkungannya yang

menimbulkan dorongan sosial dan dorongan emosional.

(http://www.sarjanaku.com/201 2/12/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html) di unduh 17 Januari 2013

3. Jenis – Jenis minat

Minat dapat dilihat dari exspresi dari pernyataan yang memperlihatkan siswa tertarik pada suatu hal. Minat tidak di bawa sejak lahir minat tumbuh dari perkembangan kehidupan. Minat yang tumbuh dan sudah disadari terhadap suatu mata

(11)

pelajaran akan membuat siswa

menjaganya sehingga bisa

mempengaruhi anak tersebut

dalam menguasai

pembelajarannya.

Menurut London dalam Djaali (2008 : 122) minat dapat di bagi menjadi 6 jenis yaitu :

d. Realitas, orang yang

umumnya mapan,

kasar, praktis,

berfikir kuat dan

sangat atletis,

memiliki kondisi

otot yang baik dan terampil akan teteapi

kurang mampu

menggunakan

medium verbal dan

kurang memiliki

keterampilan

komunikatif dengan orang lain.

e. Imnestigative

termasuk orang yang berorientasi keilmuan. Mereka umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, an sisoal, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakanya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam,

menyukai tugas yang tidak pasti, suka

bekerja sendiri, kurang pemahaman dalam kepemimpinan, akademik dan intelektual, menyatakan diri sendiri sebagai

analisis, selalu ingin

tahu, bebas dan

bersyarat, dan

kurang menyukai

pekerjaan yang

berulang.

f. Artistik, menyukai hal – hal yang tidak berstruktur, bebas, memiliki

kesemapatan

bereaksi, sangat

membutuhkan

suasana yang dapat mengexspresikan secara individu, dan sangat kreatif dalam bidang seni.

g. Sosial, dapat bergaul, bertanggung jawab,

berkemanusiaan, dan suka bekerja dalam

kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok memiliki kemampuan verbal. h. Enterprishing, cenderung menguasai atau memimpin, memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, percaya

(12)

diri dan umumnya sangat aktif i. Konvesional, menyukai lingkungan yang sangat tertib komunikasi verbal, senang kegiatan

denga kegiatan yang berhubungan dengan angka, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tapi menghindari situasi yang tidak menentu,

menyatakan diri

orang yang setia,

patuh, praktis,

tenang, tertib,

efesien, mereka

mengidentifikasi kekuasaan materi.

4. Minat dan Aktivitas Belajar

Minat sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar. Anak yang berminat dalam

mempelajari suatu mata

pelajaran, dia akan

mempelajarinya dengan

sungguh – sungguh. Denga

begitu proses belajar

mengajar akan berjalan baik

dan tujuan dari

pembelajaran akan mudah di capai.

Menurut Dalyono dalam Djamarah (2011 : 191), “minat

belajar yang besar akan

cenderung menghasilkan

prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan

menghasilkan prestasi yang

rendah. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan minat sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.

Minat akan memberikan kepuasan terhadap seorang anak pada setiap aktivitas yang di ikuti. Bila anak berminat pada suatu aktivitas, mereka akan cenderung tinggi tingkat antusiasnya dalam menjalani aktivitas tersebut dan akan terhindar dari rasa

(13)

akhirnya tujuan pembelajaran dari aktivitas belajar akan mudah dicapai dan nantinya aktivitas belajar tersebut akan memberikan dampak yang positif.

B. Pembelajaran Pendidikan

Jasmani¸Olahraga, dan

Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan

Menurut Kristiyandaru

(2010:33) Pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan adalah

bagian dari pendidikan

keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan

dan perkembangan jasmani,

mental, sosial, dan emosional yang serasi. Sedangkan menurut

Menurut Gafur, (dalam Abdulah,

1994:5) pendidikan jasmani,

olahraga, dan kesehatan adalah salah satu proses pendidikan

dimana seseorang pemegang

peranan sebagai perorangan

maupun sebagai anggota

masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui suatu kegiatan jasmani yang intensif untuk bertujuan meningkatkan

kemampuan dan keterampilan

jasmani. Program penjasorkes yang berkualitas memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka melalui keterampilan fisik yang mereka miliki. Para siswa yang memiliki kebugaran jasmani tinggi lebih senang

bersekolah dibandingkan

dengan siswa yang memiliki

(14)

(Abduljabar dan Yudiana dalam jurnal ilmiah, (2010:42).

Pendapat di atas

memberikan kesimpulan bahwa penjasorkes adalah pendidikan

yang memanfaatkan aktivitas

dalam pembelajaran jasmani

untuk mengembangkan individu

dalam segi organik,

nouromuskuler, kognitif dan

emosional . menurut Kritiyandaru (2010:34) “pendidikan jasmani memgang peranan penting dalam pembentukan manusia sutuhnya”. penjasorkes selalu mengutamakan anak sebagai kesatuan untuh dan

tidak menggangapnya sebagai

individu yang terpisah. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahawa penjasorkes adalah suatu biang pembelajaran

yang komplek dan dengan

penjasorkes inilah semua aspek

dalam perkembangan manusia

bisa berkembang secara

menyeluruh dan berdampak

positif.

2. Tujuan Pendididkan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan

Tujuan pendidikan

jasmani dan olahraga yang

dijelaskan Nurhasan dkk,

(2005: 6) yaitu ada sembilan tujuan yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Meletakan landasan karakter moral yang

kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. b. Membangun landasan kepribadian

yang kuat, sikap

cinta damai, sikap sosial dan toleransi

dalam konteks

kemajemukan

budaya, etnis, dan agama. c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan jasmani,

(15)

olahraga, dan kesehatan.

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung

jawab, kerjasama,

percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga. e. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga seperti; permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, dan pendidikan luar kelas (outdoor education). f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani

serta pola hidup

sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri

sendiri dan orang lain.

h. Mengetahui dan

memahami konsep

aktivitas jasmani dan

olahraga sebagai

informasi untuk

mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat,

i. Mampu mengisi

waktu luang dengan

aktivitas jasmani

yang bersifat kreatif. (Nurhasan, dkk.

2005: 6)

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan penjasorkes adalah

membentuk karakter moral

yang kuat, meningkatkan

kesehatan, kebugaran dari

aktifitas keterampilan gerak dan

nilai yang terkandung di

dalamnya serta menerapkan

pola hidup sehat.

3. Fungsi Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan

Menurut Nurhasan, dkk. Fungsi dari pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yaitu:

a. Aspek organis:

menjadikan fungsi

sistem tubuh lebih baik, meningkatkan

(16)

kekuatan otot, daya

tahan otot, daya

tahan kordiovaskuler, dan fleksibilitas. b. Aspek Neuromuskuler: meningkatkan keharmonisan fungsi

saraf dan otot,

mengembangkan keterampilan lokomotor, non-lokomotor, manipulative, ketepatan, irama, power, kecepatan reaksi, kelincahan, berbagai keterampilan olahraga, dan keterampilan rekreasi. c. Aspek Perseptual: mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat, kemampuan ruang, koordinasi, gerak visual, keseimbangan tubuh, dominasi, lateralitas, image tubuh. d. Aspek Kognitif: mengembangkan kemampuan mengekplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, etika serta penggunaan

strategi dan teknik. Mengembangkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh, menghargai kinerja tubuh, pemahaman untuk memecahkan problem-problem perkembangan melalui aktivitas gerak. e. Aspek Sosial: menyesuaikan diri

dengan orang lain

dan lingkungan, mengembangkan kemampuan membuat keputusan dalam situasi kelompok, belajar berkomunikasi dan

tukar pikiran dan

orang lain,

mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai yang

positif dalam

masyarakat.

f. Aspek Emosional:

mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani dan rekreasi yang positif sebagai penonton,

memberikan saluran untuk

mengekspresikan diri dan kreativitas, menghargai

pengalaman astetika

(17)

aktivitas yang relevan.

(Nurhasan, dkk. 2005: 6)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

penjasorkes adalah

meningkatkan fungsi syaraf dan

otot, mengembangkan

kemampuan dalam aktivitas jasmani, moral, dan karakter.

C. Jurusan IPA dan IPS

Dalam lingkungan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat program penjurusan sebagai program lanjutan pengajaran siswa, Penjurusan merupakan salah satu proses untuk menempatkan atau

menyalurkan kedalam pemilihan

program pengajaran para siswa SMA. Dalam penjurusan ini, siswa diberi kesempatan untuk memilih jurusan yang paling tepat dengan karakteristik prilaku dan kemampuan

dirinya. Ketepatan dalam memilih jurusan dapat menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa.

Sebaliknya, kesempatan yang sangat baik bagi siswa akan hilang karena

kekurang tepatan menentukan

jurusan.

1. Karakteristik Siswa kelas IPA

dan Siswa kela IPS

a. Siswa IPA lebih

berfikir secara logika

karena mereka

mendapatkan pelajaran

yg mengandalkan

logika dalam cara

berfikirnya

b. Siswa IPS lebih berfikir

secara nalar karena

mereka lebih banyak mendapatkan

pembelajaran yang

menggandalkan nalar 2. Waktu penentuan dan

pelaksanaan penjurusan

Penentuan penjurusan

bagi peserta didik untuk

program IPA, IPS dan Bahasa dilakukan mulai akhir semester

(18)

Pelaksanaan KBM sesuai

jurusan (program studi),

dimulai pada semester 1 (satu) kelas XI.

3. Kriteria penjurusan program

studi

Penentuan penjurusan

program studi dilakukan dengan

mempertimbangkan potensi,

prilaku, minat dan kebutuhan

peserta didik, yang harus

dibuktikan dengan hasil prestasi akademik yang sesuai dengan kriteria nilai yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Apabila

terjadi perbedaan antara

potensi/minat dengan nilai

akademik seorang peserta didik, maka guru harus mengkaji dan melakukan perbaikan dalam memberikan layanan belajar kepada yang bersangkutan.

a. Potensi dan

Minat Peserta

Didik

Untuk mengetahui

potensi dan minat

peserta didik dapat

dilakukan melalui

angket/kuesioner dan wawancara, atau cara

lain yang dapat

digunakan untuk

mendeteksi potensi, minat, dan bakat. b. Nilai akademik

Peserta didik yang naik ke kelas XI dan

akan mengambil

program studi tertentu

yaitu: Ilmu

Pengetahuan Alam

(IPA) atau Ilmu

Pengetahuan Sosial

(IPS) atau Bahasa: boleh memiliki nilai

yang tidak tuntas

paling banyak 3 (tiga) mata pelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang bukan

menjadi ciri khas

program tersebut 4. Penentuan Penjurusan

Peserta didik yang naik

ke kelas XI, dan yang

bersangkutan mendapat nilai tidak tuntas 3 (tiga) mata pelajaran, maka nilai tersebut harus dijadikan dasar untuk

(19)

menentukan program studi yang dapat diikutinya, contoh :

a. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah

Fisika, Kimia dan

Geografi (2 mata

pelajaran ciri khas

program studi IPA dan 1 ciri khas program studi IPS), maka peserta didik tersebut secara

akademik dapat

dimasukkan ke program Bahasa.

b. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Bahasa Indonesia, Bah asa Inggris, dan Fisika (2 mata pelajaran ciri khas Bahasa dan 1 ciri

khas IPA), maka

peserta didik tersebut secara akademik dapat dimasukkan ke program IPS.

c. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah

Ekonomi, Sosilologi,

dan Bahasa Inggris (2 mata pelajaran ciri khas program studi IPS dan 1 ciri khas program studi Bahasa), maka peserta didik tersebut secara

akademik dapat

dimasukkan ke program IPA.

d. Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Fisika, Ekonomi, dan

Bahasa Indonesia

(mencakup semua mata pelajaran yang menjadi

ciri khas ketiga

program di SMA) maka peserta didik tersebut:

perlu diperhatikan

minatnya. perlu

diperhatikan prestasi

Pengetahuan, Praktik

dan Sikap pada mata pelajaran yang menjadi ciri khas program studi

IPA seperti Fisika,

Kimia, dan Biologi

dibandingkan dengan

mata pelajaran yang

menjadi ciri khas

program studi IPS

(Ekonomi, Geografi,

Sosiologi) dan

dibandingkan dengan

mata pelajaran yang

menjadi ciri khas

program studi Bahasa

(Bahasa Indonesia,

Bahasa Inggris, Bahasa Jerman). Perbandingan nilai prestasi peserta didik dimaksud dapat

dilakukan melalui

program remedial dan diakhiri dengan ujian. Apabila pada nilai dari setiap mata pelajaran yang menjadi ciri khas program studi tertentu terdapat nilai prestasi

yang lebih unggul

daripada program studi lainya, maka peserta didik tersebut dapat dijuruskan ke program studi yang nilai prestasi mata pelajarannya lebih unggul. Apabila antara minat dan prestasi ketiga

aspek tidak

cocok/sesuai, wali kelas dengan

(20)

mempertimbangkan

masukan dari guru

Bimbingan dan

Konseling dapat

memutuskan program

studi apa yang dapat dipilih oleh peserta didik.

Bagi peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk masuk ke semua program studi, diberi kesempatan untuk pindah jurusan apabila ia tidak cocok pada program studi semula atau tidak sesuai dengan kemampuan

dan kemajuan

belajarnya. Satuan pendidikan harus memfasilitasi agar peserta didik dapat mencapai standar

kompetensi dan kompetensi

dasar yang harus dimiliki di kelas baru. Batas waktu untuk

pindah program studi

ditentukan oleh satuan

pendidikan paling lambat 1 (satu) bulan.

Dalam kegiatan belajar,

motif berprestasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan,

menjamin kelangsungan dan

memberikan arah kegiatan

belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam

kegiatan belajar, motif

berprestasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak

mempunyai motivasi dalam

belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Kemampuan hanya

sebagian dari syarat dapat berhasil. Yang lebih penting adalah minat. Pokoknya, setiap anak yang inteligensinya cukup tinggi dapat berhasil pada setiap

(21)

berhasil pada jurusan yang diminati.

Kriteria pemilihan

program jurusan didasarkan

pada Taksonomi Bloom tentang

tujuan-tujuan perilaku (

Bloom,1965 ), yang meliputi tiga domain, yaitu domain kognetif, domain afektif, dan

domain psikomotorik. (http://murniramli.wordpress.co m/2010/04/16/kurikulum-dan-kompetensi-guru-) diunduh 19 oktober 2011 D. Hipotesis

“Hipotesis adalah dugaan

sementara yang diajukan peneliti yang berupa pertanyaan – pertanyaan

yang masih harus di uji

kebenarannya (Maksum, 2008:27)

berdasarkan kajian yang sudah

diteliti maka selanjutnya akan

diajukan hipotesis yang akan di uji.

Adapun hipotesis penelitian ini

adalah ada perbedaan yang

signifiikan antara minat kelas IPA dan Kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes. Di kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pendekatan kuatitatif non exsperimen dengan jenis penelitian survei dan desain penelitiannya adalah komparatif

B. Variable penelitian

variabel ada dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi, sementara variabel

terikat adalah variabel yang

dipengaruhi. Dalam penelitaian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu:

(22)

1. Variabel Bebas (X) : Perbedaan Kelas IPA dan Kelas IPS

2. Variabel Terikat (Y) : minat

terhadap pembelajaran pendidikan jasmani,

Olahraga dan kesehatan.

3.1 Gambar Desain Komperatif

(Maksum, 2009 : 50)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

“populasi adalah keseluruhan

subyek penelitian”

(arikunto,2006:130). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sidoarjo dengan populasinya adalah siswa yang belajar di kelas XI, XII

IPA dan IPS jumlah siswa kelas XI IPA sebesar 226 siswa dan IPS

sebesar 37 siswa. Sedangkan

jumlah siswa kelas XII IPA 212 siswa dan XII IPS 44 siswa jadi total untuk kelompok siswa kelas IPA 438 dan kelompok siswa IPS 81.

2. Sampel

Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini cluster random sampling,

pengambilan sampelnya dilakukan secara acak dan yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini bukanlah individu melainkan kelompok.

Peneliti mengambil sampel dalam penelitan ini berjumlah 7 kelas empat kelas yang menjadi sampel dari kelas IPS dan tiga kelas dari kelas IPA. IPA akan diwakili tiga kelas. satu dari kelas XII dan Kelompok X1 X1 X2 xn Kelompok X1 X2 X2 xn

(23)

dua lainnya dari kelas XI sedangkan IPS keempat kelas dijadikan sampel penelitian. Dari teknik cluster random sampling ini terpilih 7 kelas yaitu :

1. Kelas XI IPA 5 ( 28 siswa ) 2. Kelas XI IPA 8 ( 28 siswa ) 3. Kelas XII IPA 4 ( 28 siswa ) 4. Kelas XI IPS 1 ( 14

siswa )

5. Kelas XI IPS 2 ( 23 siswa )

6. Kelas XII IPS 1 ( 21 siswa )

7. Kelas XII IPS 2 ( 23 siswa )

Jadi jumlah sampel dari kelas IPA 84 dan dari kelas IPS 81

D. Instrument Penelitian

Angket di adopsi dari wahyudi

(2008:30), mahasiswa Unesa S-1

Pendidikan Olahrag. Angket ini telah di

uji validitas dengan menggunakan analisis product moment, akhirnya menghasilkan 26 item pertanyaan yang dinyatakan signifikan. Dan item yang signifikan tadi kemudian dilakukan

perhitungan realibilitas sebesar

0.82972499 shingga item tersebut

dinyatakan realibel.

Pedoman angket untuk kuesioner dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3 Pedoman angket

kuesioner

Variab

el

Indikato

r

No. butir soal

Judul Proses belajar Materi kurikulu m Suasana 8,15,16,17,19,20,23,24 ,25 10,11,12,13,14 12,3,4,5,6,7,9,21,22 18,16

(24)

akademi k

Sarpras

Untuk menentukan skor tiap item menggunakan skala ukur, yaitu skala yang menggunakan pernyataan positif dan pernyataan negative dan pernyataan di gambarkan pada tabel di bawah ini

Tabel 3.4 Skala pernyataan positif

dan negatif

Positif Negatif

Jawaban Skor Jawaban Skor

SS S R TS STS 5 4 3 2 1 SS S R TS STS 1 2 3 4 5

Dalam menjawab pertanyaan yang terdapat dalam angket atau kuesioner, responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang disediakan

SS : Sangat setuju

S : Setuju

R : Ragu-ragu

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

(wahyudi dalam Ocky 2008:31)

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang terkumpul akan dianalisa dengan teknik analisa deskriptif. karena penelitian bersifat survei, pendapat masyarakat, observasi dan beberapa hal mengarah pada pengamatan terhadap suatu masalah lingkungan yang ditemui. Langkah-langkah penelitian deskriptif secara umum adalah sebagai berikut:

(25)

Langkah-langkah penelitian deskriptif:

1. Menentukan masalah.

2. Mengidentifikasi informasi

yang diperlukan untuk

memecahkan masalah.

3. Memilih atau menyusun

instrumen pengumpul data.

4. Menentukan sampel.

5. Mengumpulkan data.

6. Menganalisa data.

7. Menyusun laporan penelitian.

(Maksum, 2008:16)

F. Teknik Analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat maka peneliti memakai, mean, uji-t, dan Standar Deviasi (SD)

1. Mean N X M   Keterangan : M = Mean

∑X = jumlah total nilai dalam distribusi. N = jumlah individu. ( Maksum 2009: 27). 2. Standar Deviasi (SD) N SD

2 SD = Standart Deviasi

2 = Jumlah total nilai dalam

distribusi dikuadratkan N = Jumlah individu (Maksum, 2009:27) 3. Varian 2 2 2        

N fx N fx SD Keterangan : SD2 = Varian

fx2 = Jumlah nilai dikalikan

(26)

fx = Jumlah nilai dikalikan frekuensi (Maksum 2009:30) 4. Uji Normalitas X2 =

      2 fe fe fo X2 = Nilai Chi-square

fo = Frekuensi yang diperoleh

fe = frekuensi yang di harapkan, (Maksum 2009:47) 5. Uji-t           1 1 2 1 2 2 N S N S M M t

M1 = Mean pada distribusi sampel 1

M2 = Mean pada distribusi sampel 2 S12 = Nilai varian pada ditribusi 1 S22 = Nilai varian pada ditribusi 2 N1 = Jumlah individu pada sampel 1 N2 = Jumlah individu pada sampel 2 (Maksum 2009:42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dipaparkan analisa hasil penelitian yang di kaitkan dengan tujuan penelitian sebagaimana di ungkapkan di bab I, maka dapat diurakan dengan deskripsi data dan hasil pengujian hiptesis. Deskripsi data yang nantinya disajikan diperoleh dari hasil skor angket minat siswa kelas IPA dan kelas IPS di SMA Negeri 1 Sidarjo dengan jumlah pertanyaan sebanyak 26 item dan di bagikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini berjumlah 165 siswa yang di bagi menjadi 2 keompok yaitu kelas IPA berjumlah 84 siswa dan kelas IPS berjumlah 81 siswa.

Dalam perhitungan analisis data ini

peneliti menggunakan program

komputer SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 18 for windows yang

di gunakan sebagai pengecekan pada hasil penelitian.

(27)

A. Deskripsi Data

Pada bagian deskripsi data ini akan dipaparkan data minat siswa kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo. berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat dari angket minat kelas IPA dan

kelas IPS terhadap pembelajaran

penjasorkes selanjutnya skor tersebut

dimasukan dalam kategori sesuai

dengan skala interval dan dapat di peroleh hasil persentase kelas IPA dan kelas IPS sebagai berikut :

Tabel 4.1 Persentase Minat Siswa Kelas IPA dan Kelas IPS Pada

Pembelajaran Penjasorkes

Interval

kelas Kategori

Kelas IPA Kelas IPS

Frekue nsi Prosenta se Frekue nsi Prosenta se 109 - 130 Sangat tinggi 0 0% 0 0% 88 - 108 Tinggi 17 21% 20 24,6% 67 - 87 Sedang 67 79 % 58 71,6% 46 - 66 Rendah 0 0% 3 3,7% 25 - 45 Sangat rendah 0 0% 0 0% Jumlah 84 100% 81 100%

Tabel di atas memperlihatkan minat siswa kelas IPA di SMA Negeri 1

Sidoarjo terhadap pembelajaran

penjasorkes adalah tidak ada siswa yang memiliki minat sangat tinggi, 17 siswa atau 21 % siswa memiliki minat tinggi, 67 siswa atau 79 % siswa memiliki minat sedang dan tidak ada siswa yang memiliki minat rendah dan sangat rendah.

Sedangkan untuk minat kelas IPS di SMA Negeri 1 Sidoarjo terhadap pembelajaran penjasorkes adalah tidak ada siswa yang mempunyai minat sangat tinggi, 20 siswa atau 24,6% siswa memiliki minat tinggi, 58 siswa atau 71,6% memiliki minat sedang, 3 siswa atau 3,7% siswa memiliki minat rendah tidak ada siswa yang memiliki minat sangat rendah.

Setelah di ketahui persentase

perbandingan minat kelas IPA dan kelas IPS senajutnya peneliti melakukan

(28)

analisa perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 18 for windows dan didapatkan deskripsi hasil

data dari minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo sebagai berikut

Deskripsi

Statistik Kelas IPA Kelas IPS

Jumlah siswa ( N ) 84 81 Rata – rata ( Mean ) 82.8 81.5 Nilai Terendah ( Min ) 71 60 Nilai Tertinggi ( Max ) 101 99 Standar Deviasi 5,84 7,85

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Minat Siswa

kelas IPA dan Kelas IPS Terhadap

Penjasorkes

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa minat kelompok siswa kelas IPA terhadap pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo memiliki nilai mean sebesar 82.2. dengan standart deviasi sebesar 5,84. Nilai terendah sebesar 71 dan nilai tertinggi 101.

Sedangkan minat kelompok siswa

kelas IPS terhadap pembelajaran

penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo memiliki nilai mean sebesar 81.5. dengan standart deviasi sebesar 7,85. Nilai terendah sebesar 60 dan nilai tertinggi 99.

Dari hasil analisis dan penjelasan di atas dapat di asumsikan bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara siswa kelas IPA dan kelas IPS. Pada tabel di atas terlihat ada perbedaan antara minat kelas IPA yang sedikit lebih baik dibandikan minat kelas IPS

terhadap pembelajaran pendidikan

jasmani, olahraga dan kesehatan akan tetapi perbedaan itu tidaklah terlalu signifikan. Perbedaan minat siswa kelas

IPA dan kelas IPS terhadap

pembelajaran penjasorkes ditunjukan dari perhitungan nilai mean dan persentase skor minat yang disebarkan kepada siswa. Dimana nilai mean

(29)

kelompok siswa kelas IPA sebesar 82,8 dan kelompok siswa kelas IPS sebesar 81,5. Dari hasil tersebut dapat terlihat jika tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara minat siswa kelas IPA dan kelas IPS di SMA Negeri 1 Sidoarjo.

B. Syarat Uji Hipotesis

Di bagian ini akan diungkapkan pengujian hipotesis berdasarkan hasil data yang diperoleh dari angket minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap

pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 1 Sidoarjo, dan diperoleh data sebagai berikut :

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode kolmogrorov-Smirnov. Berikut ini adalah hasil

pemeriksaan pada distribusi data residual dengan SPSS :

Tabel 4.3 Uji normalitas

Variable N P value

Minat kelas IPA 84 0,662

Minat Kelas IPS 81 0,712

Bedasarkan tabel pengujian

normalitas yang terpapar di atas di ketahui P value kelas IPA sebesar 0,662 dan kelas IPS sebesar 0,712. Nilai ini > alpha (a=0,05), dengan demikian data disimpulkan normal

dan dapat di teruskan untuk

penelitian selanjutnya.

C. Analisis Data

1. Perbandingan Minat Kelas IPA

Dan Kelas IPS Terhadap

Pembelajaran Penjasorkes

Pada bagian ini akan

dikemukakan hasil data yang

diperoleh dari angket minat kelas

IPA dan kelas IPS terhadap

pembelajaran penjasorkes untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS kemudian hasil

(30)

tersebut diolah dan di analisis mengunakan SPPS 18 for windows untuk menjawab hipotesis yang telah

di ajukan, uji analisis yang

dipergunakan adalah uji-t

independent t-test (beda antar

kelompok) dengan nilai yang

digunakan dalam perhitungan uji-t independent merupakan nilai dari

masing-masing kelompok (Minat kelas IPA dan Kelas IPS) terhadap pembelajaran pendidikan jasmani,

olahraga dan kesehatan. Dan

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji-t

Anatara kedua kelompok

Variabel t tabel df Sig.

(2-tailed)

Minat kelas IPA dan kelas IPS

1,249 163 0,214

Dari hasil perhitungan independent t-test antara minat siswa kela IPA dan

kelas IPS terhadap pembelajaran

penjasorkes diperoleh t tabel sebesar

1,249 nilai ini dikatakan tidak signifikan pada tingkat ketelitian 5% karena nilai Sig.(2-tailed) pada perhitungan tersebut bernilai 0,214 lebih dari nilai 0,05. Hasil ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes.

2. Kategori Besarnya Minat Siswa

Kelas IPA dan IPS

Dalam bagian ini akan dipaparkan besarnya minat siswa kelas IPA dan siswa Kelas IPS, Dalam penelitian ini menerapkan patokan (Arikunto, 2008 : 246) :

Minat siswa dinyatakan tinggi apabila mencapai 76% - 100%

Minat siswa dinyatakan sedang apabila mencapai 56% - 75%

Minat siswa dinyatakan rendah apabila mencapai 40% - 56%

(31)

Minat siswa dinyatakan sangat rendah apabila mencapai …… - 40%

Dari hasil perhitungan distribusi data minat kelas IPA didapatkan nilai sebesar 63,75458 % hasil ini menujukan bahwa minat kelas IPA terhadap Penjasorkes masuk kategori sedang dan dari hasil perhitungan distribusi data minat kelas IPS didapatkan nilai sebesar 62,71605 % hasil ini menujukan bahwa minat kelas IPA terhadap Penjasorkes masuk kategori sedang

Dari data diatas dapat di ketahui bahwa minat kelas IPA dan kelas IPS masuk kategori sedang.

D. Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan

dibahas mengenai perbedaan minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap penjasorkes pada siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo. Dari hasil diskriptif diperoleh hasil minat siswa kelas IPA memiliki nilai mean

sebesar 82.2. dengan standart deviasi sebesar 5,84. Nilai terendah sebesar 71 dan nilai tertinggi 101 nilai ini termasuk cukup baik. Sedangkan minat kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes pada siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo memiliki nilai mean sebesar 81.5. dengan standart deviasi sebesar 7,85. Nilai terendah sebesar 60 dan nilai tertinggi 99 nilai ini dikatakan cukup baik.

berdasarkan perbedaan perhitungan persentase skor jawaban angket minat siswa dapat diperoleh data bahwa minat kelas IPA berbeda denga kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes tapi perbedaan itu tidak terlalu signifikan.

Untuk mengetahui nilai uji beda antara minat kelas IPA dan Kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes di gunakan teknik analisis uji-t. dari hasil uji-t menujukan bahwa nilai t tabel

(32)

sebesar 0,214 bernilai lebih dari nilai 0,05 pada taraf signifikan 5% sehingga

jelas terlihat bahwa hasil ini

menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan

kelas IPS terhadap pembelajaran

penjasorkes.

Dari hasil data distribusi angket minat siswa kelas IPA dan IPS terhadap

pembelajaran penjasorkes terlihat

besaran minatnya kelas IPA sebesar 63,75458% dan kelas IPS sebesar 62,71605 % dengan hasil ini minat kelas IPA dan IPS terhadap pembelajaran penjasorkes pada siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 sidoarjo masuk dalam kategori sedang

Dengan ini terbukti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes dan dapat terlihat bahwa selama ini pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo

belum bisa dikatakan baik karena telihat dari minat siswa kelas IPA dan IPS berada di kategori sedang saja dalam mengikuti pembelajaran penjaorkes. Maka didalam penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan kelas IPS terhadap pembelajaran penjasorkes dan siswa kelas IPA dan IPS mempunyai minat

sedang saja dalam mengikuti

pembelajaran penjasorkes.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Minat kelas IPA dan kelas IPS

terhadap pembelajaran

penjasorkes dikatakan sedang, dengan besaran 63,75458 % untuk kelas IPA dan besaran 62,71605 % untuk kelas IPS

(33)

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat kelas IPA dan minat kelas IPS

terhadap pembelajaran

penjasorkes pada siswa kelas XI dan XII di SMA Negeri 1 Sidoarjo tahun 2012-2013, hal ini dapat diketahui dari nilai t

tabel sebesar 1,249 dan nilai

signifikannya sebesar 0,214 dimana nilai ini lebih besar dari taraf sinifikan 5% yaitu nilai alpha (a=0,05). Dan dikatakan

tidak ada perbedaan yang

signifikan antara minat kelas IPA dan minat kelas IPS.

B. Saran

Dari hasil ini guru penjasorkes di SMA Negeri 1 Sidoarjo dapat melakukan kajian dan juga acuan

untuk menciptakan suatu

pembelajaran yang menyenangkan dan bernilai positif untuk siswa,

karena hal itu akan meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran penjasorkes sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, A. & Manadji, A. 1994. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Suatu Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Http://krisna1.blog.uns.ac.id.2009.

“Pengertian Dan Ciri-Ciri

Pembelajaran” 19 Oktober.

Jurnal Ilmiah. 2010. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Kementrian Pendidikan Nasional.

Kristiyandaru, A. 2010. Manajemen

Pendidikan Jasmani Dan Olahraga.Unesa University Press Maksum, A. 2008. Metodologi Penelitian

Dalam Olahraga. Surabaya: Fakultas

Ilmu Keolahragaan, Universitas

(34)

Maksum, A. 2009. Statistik Dalam Olahraga. Surabaya: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya.

Mikarsa,Taufik, dan Prianto. 2007.

Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas terbuka.

Nurhasan,dkk.2005.Petunjuk Praktis

Pendidikan Jasmani.Unesa University Pers

Ocky. 2012. “Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Guru

Dengan Minat Siswa Dalam

Pembelajaran Olahraga” Skripsi tidak diterbitkan di Surabaya

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudarno. S.P. 1992. Pendidikan Kesegaran Jasmani. Dirjen Pendidikan Tinggi, Depdikbud

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan

dan Penilaian Skripsi

UNESA.Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Winataputra, U.S. dkk. 2007. Materi Dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta. Universitas terbuka.

Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdak

Gambar

Tabel 3.3 Pedoman angket  kuesioner
Tabel 3.4 Skala pernyataan positif  dan negatif
Tabel 4.1 Persentase Minat Siswa  Kelas IPA dan Kelas IPS Pada
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Minat Siswa  kelas IPA dan Kelas IPS Terhadap  Penjasorkes
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sutabri (2005:42) mendefinisikan pengertian sistem informasi manajemen sebagai berikut: ”suatu sistem di dalam suatu organisasi, yang mempertemukan kebutuhan

Penilainnya dengan memberikan sebuah tanda garis ( | ) di antara garis VAS ( Visual Analog Scale ) yang tersedia sesuai dengan penilaian

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © HAQIE ALAIK

Hasil dari perancangan ulang berupa ketebalan pipa yang digunakan cukup dengan menggunakan schedule 5S, namun demikian pipa yang dipasang menggunakan schedule 40, sehingga

Hasil studi pendahuluan pada lima wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Banjar menunjukkan 50% bidan di desa belum memanfaatkan partograf secara rutin dengan alasan

Berikanlah kami (Ya Allah) iman yang sebenarnya sehingga kami tidak lagi gentar atau mengharap orang lain selain dari Engkau sendiri.. Kembangkanlah lembayung rahmatMu

DAFTAR PUSTAKA.. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1). Bagaimana mutu pendidikan agama Islam di SDN 124 Paroto Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng?,