• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler Atmega8535.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler Atmega8535."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PRODUKSI OBAT ASMA SEDUH BERBASIS

MIKROKONTROLER ATmega8535

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar SarjanaTeknik

Program Studi Teknik Elektro

Oleh:

METODIUS DANNY CHRISTIAN MANALU

NIM : 085114010

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

(2)

FINAL PROJECT

BREWED ASTHMA MEDICINE PRODUCTION

BASED OF MICROCONTROLLER

ATmega8535

Presented as Partial Fullfillment of Requirements

To Obtain the SarjanaTeknik Degree

In Electrical Engineering Study Program

METODIUS DANNY CHRISTIAN MANALU

NIM : 085114010

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2013

(3)
(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP

MOTTO

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, tetapi hari esok

adalah harapan

Dengan ini kupersembahkan karyaku untuk...

Yesus Kristus Pembimbingku yang setia,

Keluargaku tercinta,

Teman-teman seperjuanganku,

Kekasihku tercinta,

Dan semua orang yang mengasihiku

Terima Kasih untuk

semuanya...

(7)
(8)

INTISARI

Kebiasaan masyarakat dalam membuat obat asma dengan cara diseduh, sering kali

terkendala oleh waktu. Teknologi serba otomatis pada masa kini sangat cepat berkembang

di masyarakat. Salah satu pengembangan fungsi teknologi otomatis adalah produksi obat

asma seduh berbasis mikrokontroler ATmega8535. Alat seduh otomatis ini memberikan

solusi agar masyarakat dimudahkan dalam pembuatan obat seduh tanpa memakan waktu

lama.

Produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler ATmega8535 menggunakan

blender sebagai pemotong yang dikendalikan oleh mikrokontroler AVR ATmega8535, dua buah heater dan sensor LM35 untuk mendeteksi suhu pada pengeringan dengan suhu yang diukur adalah 60°C dan pemanas air dengan suhu yang diukur adalah 100°C. Kemudian

mikrokontroler akan mengaktifkan motor servo untuk membuka kran jika suhu air telah

mencapai 100°C. Setelah itu air akan keluar menuju gelas.

Alat produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler ATmega8535 sudah

berhasil dibuat dan dapat bekerja dengan baik, dengan waktu pemotongan akar senggugu

hingga mencapai halus adalah 5 menit. Kenaikan tegangan terhadap suhu per derajatnya

adalah 9,9mV dengan error 1% untuk pengeringan dan 10,1mV dengan error 1% untuk pemanas air.

Kata kunci : obat asma, akar senggugu, sensor LM35, ATmega8535

(9)

ABSTRACT

People’s habit in making asthma medicines by brewed, often have problem in

time allocation. Automatic technology today has been so quickly developed. One of them

was brewed asthma medicine production based of microcontroller ATmega 8535. This

automatic brewing instrument was offered as solution for brewing medicine in shorter

time.

Brewed asthma medicine production based of microcontroller ATmega8535

using blender as the controlled cutter, two heaters, and LM35 sensor to detect drying heat

(600C) and water heaters heat (1000C) . Then microcontroller will activate servo motor to

open tap if water’s heat reach 1000C. Then water will spill out to reserved cup.

Brewed asthma medicine production based of microcontroller ATmega8535 was

well created and capable to operate as well, with senggugu roots cutting time till became

soft was 5 minutes. Heat increases against volt per degree was 9,9 mV with 1% error for

drying and 10,1 mV with 1% error for water heating.

Keyword : asthma medicine, senggugu roots, LM35 sensor, ATmega8535

(10)
(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN PERSETUJUAN

... iii

HALAMAN PENGESAHAN

... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

... v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP

... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

... vii

INTISARI

... viii

ABSTRACT

... ix

KATA PENGANTAR

... x

DAFTAR ISI

... xi

DAFTAR GAMBAR

... xiv

DAFTAR TABEL

... xvii

DAFTAR LAMPIRAN

……….xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Metodologi Penelitian ... 3

BAB II DASAR TEORI

2.1. Tanaman Senggugu ( Clerodendron serratum ) ... 5

2.2. Mikrokontroler AVR ... 6

2.2.1. Konfigurasi pin ... ………. 7

2.2.2. Peta Memori ... ………. 8

2.2.3. Stack Pointer ... ………. 8

2.2.4. Phase Correct PWM Mode ... ………. 9

(12)

2.2.5. Interupsi ... ………. 10

2.2.6. Reset Dan Osilator Eksternal ... ………. 11

2.2.7. Osilator Mikrokontroler ... ………. 11

2.2.8. Analog to Digital Converter ... ………. 12

2.2.9. Timer/Counter 0 ... ………. 13

2.2.10. Register Pengendali Timer/Counter 0 ... ………. 14

2.2.11. Driver ... ………. 17

2.3 LCD ... 18

2.4. Sensor LM35 ... 20

2.5. Motor DC ... 21

2.6. Relay ... 22

2.7. Limit Switch ... 24

BAB III PERANCANGAN

3.1. Diagram Blok Sistem ... ………. 25

3.2. Perancangan Hardware ... ………. 26

3.3. Hardware Mekanik ... 27

3.4. Hardware Elektronika ... 27

3.4.1. Minimum Sistem ATmega8535 ... ………. 28

3.4.2. Driver Motor ... ………. 30

3.4.3. Sensor LM35 ... ………. 32

3.4.4. Rangkaian Penampil ( LCD) ... ………. 33

3.4.5. Perancangan Relay ... ………. 35

3.5. Perancangan Perangkat Lunak... 36

3.5.1. Flowchart Utama………... 36

3.5.2. Flowchart Pemotongan... ………. 36

3.5.3. Flowchart Pengeringan dan Penyeduhan ... ………. 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Implementasi Alat ... 39

4.2. Pengujian Keberhasilan Sistem ... 43

4.2.1. Pengujian Pemotongan Akar Senggugu Dengan 5 Variasi Waktu.……. 43

4.2.2. Pengujian Pada Proses Pengeringan ... ………. 44

(13)

4.2.3. Pengujian Pada Proses Pemanas air... ………. 48

4.3. Pengujian Rangkaian Relay ... ………. 52

4.4. Pengujian Rangkaian Driver ... ………. 53

4.5. Pengujian Rangkaian Penyearah 6 Volt ... 54

4.6. Pembahasan Software ... 54

4.6.1. Program utama ... ………. 54

4.6.2. Program pemotongan ... ………. 55

4.6.3. Program pengaturan motor DC ... ………. 56

4.6.4. Program pengeringan dan pemanas air ... ………. 59

4.6.5. Program pergerakan kran air ... ………. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA

... 62

LAMPIRAN

... 64
(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Blok Model Perancangan ... 3

Gambar 2.1. Tanaman Senggugu ... 5

Gambar 2.2. Konfigurasi pin ... 7

Gambar 2.3. Peta memori program ... 8

Gambar 2.4. Pulsa phase correct PWM ... 9

Gambar 2.5. Rangkaian reset ... 11

Gambar 2.6. IC driver L298 ... 17

Gambar 2.7. LCD 2x16 ... 18

Gambar 2.8. LM35 ... 20

Gambar 2.9. Konstruksi motor DC... 21

Gambar 2.10. Relay ... 22

Gambar 2.11. Prinsip kerja relay ... 22

Gambar 2.12. Konfigurasi transistor sebagai saklar ... 23

Gambar 2.13. Simbol dan bentuk limit switch... 24

Gambar 2.14. Konstruksi limit switch ... 24

Gambar 3.1. Diagram blok sistem ... 25

Gambar 3.2. Desain mekanik keseluruhan ... 27

Gambar 3.3. Rangkaian osilator ... 28

Gambar 3.4. Rangkaian reset untuk minimum sistem ... 29

Gambar 3.5. Rangkaian minimum sistem ... 30

Gambar 3.6. Rangkaian driver motor 1 ... 30

Gambar 3.7. Rangkaian driver motor 2 ... 31

Gambar 3.8. Rangkaian sensor LM35 ... 32

Gambar 3.9. Rangkaian LCD ... 33

Gambar 3.10. Rangkaian relay ... 35

Gambar 3.11. Diagram alir utama ... 36

Gambar 3.12. Diagram alir pemotongan ... 37

Gambar 3.13. Diagram alir pengeringan dan penyeduhan ... 38

Gambar 4.1. Mekanik alat ... 39

(15)

Gambar 4.1. Mekanik alat (lanjutan) ... 40

Gambar 4.2. Rangkaian mikrokontroler ... 41

Gambar 4.3. Rangkaian relay ... 41

Gambar 4.4. Rangkaian driver ... 41

Gambar 4.5. LCD ... 41

Gambar 4.6. Penyearah 6 Volt ... 41

Gambar 4.7. Kran elektrik (solenoid valve) ... 41

Gambar 4.8. Kran wastafel ... 41

Gambar 4.9. Hasil pemotongan dengan kondisi akar yang masih segar (basah) ... 43

Gambar 4.10. Serbuk hasil potongan pada teh celup vs akar senggugu ... 44

Gambar 4.11. Penempatan sensor LM35... 45

Gambar 4.12. Serbuk hasil pengeringan ... 45

Gambar 4.13. Grafik suhu pengeringan pada termometer terhadap tegangan ... 46

Gambar 4.14. Kecocokan suhu pengeringan pada termometer terhadap tegangan ... 47

Gambar 4.15. Perbandingan serbuk akar senggugu dari hasil pengeringan dengan dua kondisi berbeda ... 47

Gambar 4.16. Penempatan sensor LM35 pada pemanas air ... 48

Gambar 4.17. Hasil seduhan akar senggugu ... 48

Gambar 4.18. Grafik suhu pemanas air pada termometer terhadap tegangan ... 50

Gambar 4.19. Kecocokan suhu pemanas air pada termometer terhadap tegangan ... 50

Gambar 4.20. Perbandingan hasil seduhan dengan serbuk akar senggugu yang dikeringkan dengan suhu 30°C-60°C, 53°C-60°C dan 30°C-120°C ... 51

Gambar 4.20. (Lanjutan) Perbandingan hasil seduhan dengan serbuk akar senggugu yang dikeringkan dengan suhu 30°C-60°C, 53°C-60°C dan 30°C-120°C ... 52

Gambar 4.21. Kekurangan saat motor2 kembali ... 52

Gambar 4.22. Listing program utama ... 55

Gambar 4.23. Tampilan kondisi sebelum tombol ditekan ... 55

Gambar 4.24. Listing program pemotongan ... 56

Gambar 4.25. Tampilan proses pemotongan setelah di eksekusi ... 56

Gambar 4.26. Listing program pengaturan motor DC ... 57

Gambar 4.27. Motor1 naik ... 58

Gambar 4.28. Motor2 naik(tuang) ... 58

Gambar 4.29. Motor1 kembali ... 58

(16)

Gambar 4.30. Listing program pengeringan dan pemanasan air ... 60

Gambar 4.31. Tampilan suhu proses pengeringan dan pemanasan air pada LCD ... 61

Gambar 4.32. Listing program pengendali motor servo ... 61

Gambar 4.33. Kran air ON ... 61

Gambar 4.34. Kran air OFF ... 61

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Deskripsi pin ATmega8535 ... 7

Tabel 2.2. Sumber interupsi ... 10

Tabel 2.3. Tegangan dan frekuensi kerja ... 11

Tabel 2.4. Konfigurasi bit-bit ADMUX ... 12

Tabel 2.5. Konfigurasi bit-bit ADPS ... 13

Tabel 2.6. Register TCCR0 ... 14

Tabel 2.7. Prescaler timer/counter0 ... 14

Tabel 2.8. Mode operasi ... 15

Tabel 2.9. Mode Normal dan CTC ... 15

Tabel 2.10. Mode fast PWM ... 15

Tabel 2.11. Mode phase correct PWM ... 15

Tabel 2.12. Register TCNT0 ... 15

Tabel 2.13. Register OCR0 ... 16

Tabel 2.14. Register TIMSK ... 16

Tabel 2.15. Register TIFR ... 16

Tabel 2.16. Konfigurasi pin LCD ... 19

Tabel 3.1. Penggunaan port-port pada mikrokontroler ... 29

Tabel 3.2. Penggunaan port-port pada LCD ... 34

Tabel 4.1. Hasil pemotongan dengan 5 variasi waktu ... 43

Tabel 4.2. Perbandingan suhu pengeringan pada referensi (termometer) pada pengeringan terhadap tegangan keluaran sensor serta error kenaikan tegangan per derajatnya ... 46

Tabel 4.3. Perbandingan suhu referensi (termometer) pada pemanas air terhadap tegangan keluaran sensor serta error kenaikan tegangan per derajatnya... 49

Tabel 4.4. Hasil pengujian relay ... 53

Tabel 4.5. Hasil pengujian rangkaian driver... 53

Tabel 4.6. Hasil pengujian tegangan output penyearah 6 Volt ... 54

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

L.1. Hasil Pengujian Sensor Pada Proses Pengeringan ... L1

L.2. Hasil Pengujian Sensor Pada Proses Pemanas Air ... L1

L.2. (Lanjutan) Hasil Pengujian Sensor Pada Proses Pemanas Air ... L2

L.3. Listing Program Keseluruhan ... L3 L.4. Rangkaian Keseluruhan..……….. L18

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang kaya akan flora, memiliki banyak tanaman

yang bisa dijadikan obat. Tetapi, masih banyak orang yang tidak mengerti akan

manfaat dari tanaman obat. Banyak tanaman obat yang tumbuh liar di alam dan ada

juga yang dibudidayakan. Tanaman obat memiliki banyak khasiat untuk mengobati

penyakit. Salah satu contoh tanaman obat yang seluruh bagian tanamannya bisa

dijadikan obat adalah tanaman senggugu. Daun sengugu dapat mengobati penyakit

cacingan. Buah senggugu dapat mengobati penyakit batuk. Sedangkan, akar

tanaman senggugu dapat digunakan untuk mengobati penyakit asma, bronkitis, dan

sukar kencing. [1]

Kebanyakan pengguna, dalam pembuatan obat seduh masih secara manual,

yakni mulai dari pengeringan akar senggugu yang memanfaatkan sinar matahari

dengan waktu mencapai 2 hari. Setelah dikeringkan, akar tersebut harus dipotong

kecil-kecil lalu ditumbuk, setelah halus, barulah akar tersebut diseduh

menggunakan air panas. Air tersebut dipanaskan menggunakan kompor dengan

temperature yang tidak terukur. Apabila di kemudian hari pengguna masih menggunakan cara pembuatan obat seduh yang seperti itu, pengguna akan

kerepotan setiap kali akan membuat obat seduh. Selain itu proses yang ditempuh

akan memakan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan permasalahan pengguna dalam pembuatan obat seduh yang

menggunakan waktu cukup lama tersebut maka, penulis ingin membuat suatu alat

yang mampu mempermudah pengguna dalam pembuatan obat seduh secara

otomatis. Hal inilah mendasari penulis untuk mengambil tema dalam tugas akhir

yang berjudul ” Produksi Obat Asma Seduh Berbasis Mikrokontroler

ATmega8535 “. Produksi Obat Asma Seduh Berbasis Mikrokontroler

ATmega8535 meliputi proses pemotongan menggunakan blender yang dikendalikan oleh Mikrokontroler AVR ATmega8535, pengeringan menggunakan

(20)

heater dilengkapi dengan dua buah sensor temperature, yaitu sensor LM35. Sistem yang akan dibuat tersebut akan bekerja apabila tombol start ditekan, blender akan memotong akar senggugu. Setelah selesai memotong, kemudian blender akan

terangkat oleh motor dc lalu dituangkan ke dalam gelas untuk proses pengeringan.

Setelah proses pengeringan, tahap selanjutnya adalah penyeduhan. Proses

penyeduhan ini suhu menggunakan sensor LM35 untuk mendeteksi temperature air mendidih telah mencapai 100̊ C atau belum. Keseluruhan proses tersebut, mulai

dari pemotongan, pemgeringan, dan penyeduhan di kendalikan oleh mikrokontroler

AVR ATmega8535.

1.2

Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem produksi obat asma

seduh dari akar senggugu secara otomatis.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mempermudah pengguna obat asma

seduhdalam pembuatan obat asma seduh yang berasal dari akar senggugu.

1.3

Batasan Masalah

Adapun masalah yang terdapat pada proses penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Akar senggugu sebagai bahan baku utama obat asma.

2. Kontroler yang dipakai adalah ATmega8535.

3. Alat pemotong yang digunakan adalah blender.

4. Proses pengeringan dan penyeduhan menggunakan pemanas ( heater ) yang dilengkapi dengan sensor temperature LM35 dengan suhu yang diatur adalah

60°� untuk pengeringan dan 100°�untuk titik didih air.

(21)

1.4

Metodologi Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode :

a. Pengumpulan bahan-bahan referensi berupa buku-buku dan

jurnal-jurnal.

b. Perancangan subsistem hardware dan software. Tahap ini bertujuan untuk mencari bentuk model yang optimal dari sistem yang akan dibuat dengan

mempertimbangkan dari berbagai faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan

yang telah ditentukan. Gambar 1.1 memperlihatkan blok model yang akan

dirancang.

Gambar 1.1 Blok model perancangan

Dari diagram blok diatas dapat diuraikan tahap-tahap dari perancangan:

1. Akar senggugu sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam blender untuk proses pemotongan.

2. Setelah proses pemotongan, selanjutnya menuju ke proses pengeringan

yang menggunakan pemanas ( heater ) dengan suhu yang diatur adalah

60°C selama 4 menit 27 detik.

3. Setelah dikeringkan maka selanjutnya adalah proses penyeduhan dengan

temperature yang diatur adalah 100°� untuk titik didih air dengan menggunakan sensor LM35.

4. Semua proses pengendalian tersebut, dikendalikan oleh mikrokontroler.

Mulai dari pemotongan akar senggugu, lama pengeringan, serta suhu

yang dibutuhkan untuk air mendidih. Selain itu digunakan

penampil/LCD yang berfungsi untuk menampilkan kondisi dari alat

tersebut.

c. Pembuatan subsistem hardware dan software. Berdasarkan gambar 1.1, sistem akan bekerja setelah mikrokontroler memberikan instruksi untuk

Pemotongan Pengeringan Penyeduhan

(22)

melakukan pengendalian dan menyajikannya sebagai informasi pada

penampil.

d. Proses pengambilan data. Teknik pengambilan data dengan cara mengambil

data berupa berapa waktu yang ditempuh untuk proses pemotongan

sehingga akar senggugu mejadi terpotong kecil-kecil/halus, untuk proses

pengeringan dan penyeduhan data yang diambil berupa data keluaran

sensor LM35 yang berupa tegangan dan suhu berapa yang harus

dipertahankan

e. Analisa dan penyimpulan hasil perancangan. Analisa data dilakukan dengan

mengecek keakuratan data berupa suhu, tegangan, dan waktu dengan

membandingkan data mulai dari pemotongan, pengeringan, sampai

penyeduhan dengan data teori. Penyimpulan hasil perancangan dapat

(23)

BAB II

DASAR TEORI

2.1

TANAMAN SENGGUGU (

Clerodendron serratum

)

Gambar 2.1 Tanaman senggugu[1]

Tanaman senggugu tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka atau agak

teduh, bisa ditemukan di hutan sekunder, padang alang-alang, pinggir kampung,

pinggir jalan, atau dekat air yang tanahnya agak lembab. Senggugu dapat

tumbuh di ketinggian 1–1700m di atas permukaan laut[1]. Tanaman perdu ini

mencapai tinggi 1–3m, batang berongga, berbongkol besar, akarnya berwarna

abu kehitaman. Daun senggugu berjenis daun tunggal, letaknya berhadapan,

bertangkai pendek, bentuk bulat telur sungsang sampai lanset, tebal dan kaku,

dengan ujung runcing dan pangkal tumpul, tepi bergerigi tajam, dan kedua

permukaan berambut halus. Panjang daun 8-30cm, lebar 4-14cm, dan berwarna

hijau. Senggugu mempunyai sifat bunga majemuk yang panjangnya 6-40cm,

berwarna putih kehijauan, yang pada tiap ujung bunga keluar percabangan.

Buah senggugu termasuk jenis buah batu, berbentuk bulat telur sungsang,

berwarna hijau kehitaman. Senggugu diduga tumbuhan asli Asia Tropik, dan

diperbanyak dengan biji.

Tanaman senggugu bersifat pahit, pedas dan sejuk yang sifatnya

menghilangkan sakit (analgetik). Berikut ini adalah penyakit yang dapat disembuhkan oleh tanaman senggugu beserta cara penggunaannya, yaitu[1]:

(24)

1. Borok berair.

Cara penggunanya dengan menyiapkan daun segar secukupnya lalu direbus

. Setelah itu air hasil rebusan yang dihasilkan digunakan untuk mencuci

bagian yang sakit.

2. Rematik.

Cara penggunaanya dengan cara menumbuk daun segar dengan adas

pulasari atau dengan meremas daun dengan campuran sedikit kapur hingga

halus. Setelah itu hasil tumbukan/remasan dapat dikemas sebagai saleb atau

obat gosok untuk dioleskan pada bagian tubuh yang terkena rematik

3. Perut busung, cacingan.

Cara penggunaannya dengan cara menyeduh daun senggugu yang dicampur

dengan garam dan temulawak, setelah itu hasil seduhan diberikan kepada

pasien untuk diminum.

4. Batuk.

Cara penggunaannya dengan mengunyah buah senggugu yang dicampur

dengan sirih lalu ditelan dengan menggunakan air hangat.

5. Asma, bronchitis, susah kencing.

Cara penggunaannya dengan menyeduh akar senggugu tanpa campuran

apapun kemudian hasil seduhan dapat diminum dengan keadaan hangat.

Akar senggugu dicuci bersih, lalu dipotong kecil-kecil. Seduh bahan dengan

1 cangkir air mendidih. Setelah dingin lalu diminum. Aturan pakai diminum

3 kali sehari dengan dosis yang sama.

2.2

Mikrokontroler AVR

Mikrokontroler adalah sebuah sistem microprocessor yang di dalamnya sudah terdapat CPU, ROM, RAM, I/O, clock dan peralatan internal lainya yang saling terhubung dan terorganisasi (teralamati) dan dikemas dalam satu chip[2]. Sehingga pengguna tinggal memprogram isi ROM sesuai aturan penggunaan oleh

(25)

2.2.1

Konfigurasi

Pin

ATmega8535 terdiri atas 40 pin dengan konfigurasi seperti pada gambar 2.2 dan deskripsi pin ATmega8535 pada tabel 2.1[2].

(26)

2.2.2

Peta Memori

Arsitektur AVR terdiri atas dua memori utama, yaitu data memori dan

program memori, sebagai tambahan fitur dari ATmega8535 terdapat EEPROM 512

byte sebagai memori data dan dapat diprogram saat operasi [2].

ATmega8535 terdiri atas 8 Kbyte On-chip In-Sistem Reprogrammable Flash Memory untuk menyimpan program. Karena seluruh instruksi AVR dalam bentuk 16 bit atau 36 bit. Flash dirancang dengan kompisisi 4K x 16. Untuk mendukung keamanan software atau program, flash program memori dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian boot program dan bagian application program. Gambar 2.3 mengilustrasikan susunan memori program flash ATmega8535[2].

Gambar 2.3 Peta memori program [2]

2.2.3

Stack Pointer

Stack Pointer merupakan suatu bagian dari AVR yang berguna untuk menyimpan data sementara, variabel lokal, dan alamat kembali dari suatu interupsi

ataupun subrutin. Stack Pointer diwujudkan sebagai dua unit register, yaitu SPH dan SPL [2].

Saat awal, SPH dan SPL akan bernilai 0, sehingga perlu diinisialisasi terlebih

(27)

2.2.4

Phase Correct PWM Mode

Pada mode ini sama dengan “phase & frequency correct PWM” pada cara operasi cacahan register TCNT1 menggunakan dual slope (dua arah/bolak-balik) di

mana TCNT1 mencacah dari BOTTOM (0x0000) counting-up hingga mencapai

TOP (resolusi yang digunakan) kemudian counting-down hingga BOTTOM (0x0000) dan begitu seterusnya.

Resolusi mode phase correct PWM dapat kita tentukan secara tetap 8-, 9-, 10-bit atau kita tentukan menggunakan register ICR1 atau OCR1A dimana resolusi

minimal yang diizinkan adalah 2-bit (ICR1/OCR1A diisi dengan 0x0003) dan

maksimal 16-bit (ICR1/OCR1A diisi dengan 0xFFFF). Rumus untuk menentukan

resolusi modephase correct PWM.

�����

=

loglog (���+1 (2) )

(2.1)

Dalam mode non-inverting saluran keluaran PWM Pin OC1x di-clear pada saat

compare match (TCNT1=OCRx) ketika counting-up dan di-set pada saat compare

match ketika counting down.

(28)

Dalam mode inverting saluran keluaran PWM pin OC1x di-set pada saat compare

match (TCNT1=OCRx) ketika counting-up dan di-clear pada saat compare match

ketika counting-down [2].

Frekuensi mode phase correct PWM ditentukan dengan rumus:

����������

=

����_�/�

2 .� .���

(2.2)

2.2.5

Interupsi

ATmega8535 memiliki 21 buah sumber interupsi [2]. Interupsi tersebut

bekerja jika bit 1 pada Register status atau Status Register (SREG) dan bit pada- masing-masing register bernilai 1. Penjelasan sumber interupsi terdapat pada tabel 2.2.

(29)

2.2.6

Reset

dan

osilator

eksternal

Gambar 2.5 Rangkaian reset [2]

Rangkaian osilator adalah rangkaian pembangkit frekuensi untuk menentukan besarnya waktu untuk tiap siklus pada mikrokontroler. Chip akan reset jika tegangan catu nol atau pin RST dipaksa 0. Jika membutuhkan tombol reset, dapat ditambah dengan rangkaian reset seperti pada gambar 2.5[2].

Tabel 2.3 Tegangan dan frekuensi kerja[2]

Tabel 2.3 menunjukkan tegangan dan frekuensi kerja pada mikroprosesor

ATmega. Tegangan kerja chip tipe L dapat beroperasi 2,7 – 5,5V.

2.2.7

Osilator

Mikrokontroler

Rangkaian osilator adalah rangkaian pembangkit frekuensi untuk menentukan besarnya waktu untuk tiap siklus pada mikrokontroler [2]. Waktu yang

dibutuhkan tiap satu siklus dapat dicari dengan persamaan :

TCycle = 12

��� (2.3)

(30)

2.2.8

Analog to Digital Converter

Analog To Digital Converter (ADC) pada ATmega8535 terhubung ke sebuah multiplekser analog yang diperlukan untuk memilih kanal ADC yang akan digunakan. ATmega8535 memiliki 8 kanal ADC. ADC ATmega8535 dapat

diaktifkan dengan memberikan supply tegangan pada port ADC [2].

ADC memiliki dua jenis mode yang dapat digunakan, yaitu mode single conversion dan mode free running. Pada mode single conversion, ADC harus diaktifkan setiap kali akan digunakan. Pada mode free running, ADC cukup diaktifkan sekali dan selanjutnya ADC akan terus mengkonversi tanpa henti.

Pada saat mengakses ADC, register-register I/O yang terlibat dalam ADC akan mengalami beberapa proses pengaturan. Proses-proses pengaturan tersebut

antara lain:

a. Menentukan sumber tegangan referensi

Tegangan referensi pada ADC merupakan batas rentang representasi nilai

digital hasil konversi. Hasil konversi pada mode single ended cenversion dirumuskan sebagai berikut:

REF IN

V V

ADC = ⋅1024

(2.4)

Keterangan persamaan 2.4 :

VIN = tegangan masukkan analog pada kanal ADC yang aktif

[image:30.595.71.526.165.705.2]

VREF = tegangan referansi yang dipilih

Tabel 2.4. Konfigurasi bit-bit ADMUX[2]

(31)

Kanal yang aktif ditentukan oleh bit-bit MUX4-MUX0 pada register ADMUX. Tabel 2.3 menunjukkan konfigurasi bit-bit tersebut.

c. Menentukan prescaler

[image:31.595.68.526.123.609.2]

Prescaler (clock ADC) merupakan faktor pembagi yang diterapkan pada clock mikrokontroler. ADC mikrokontroler harus menerima frekuensi clock yang tepat agar data hasil konversi cukup valid. Nilai prescaler ditentukan oleh bit-bit ADC Prescaler Select Bits (ADPS). Tabel 2.5 menunjukkan konfigurasi bit-bit ADPS.

Tabel 2.5. Konfigurasi bit-bit ADPS [2]

d.Inisialisasi ADC

Untuk mengaktifkan ADC, bit ADC Enable (ADEN) harus diberi logika ‘1’ (set). Untuk memulai ADC, logika ‘1’ juga harus diberikan pada bit ADC Start Conversion (ADSC). Waktu yang diperlukan untuk konversi adalah 25 siklus clock ADC pada konversi pertama dan 13 siklus clock ADC untuk konversi berikutnya.

2.2.9

Timer

/

counter

0

Timer/counter 0 adalah sebuah timer/counter yang dapat mencacah sumber pulsa/clock baik dari dalam chip (timer) ataupun dari luar chip (counter) dengan kapasitas 8-bit atau 256 cacahan [2].

Dapat digunakan untuk :

a. Timer/counter biasa

b. Clear Timer on Compare Match (selain ATmega8) c. Generator frekuensi (selain ATmega8)

(32)

Mempunyai hingga 10-bit (1024) Clock Prescaler (pemilihan clock yang masuk ke timer/counter).

2.2.10

Register Pengendali

Timer 0

[image:32.595.69.526.188.682.2]

Timer/Counter Control Register – TCCR0

Tabel 2.6. Register TCCR0 [2]

Bit CS00 s.d. 02 bertugas untuk memilih (prescaler) atau mendefinisikan pulsa/clock yang akan masuk ke dalam timer/counter0 [2]. Tabel 2.6 menunjukkan register pada TCCR0 dan Tabel 2.7 menunjukkan prescaler timer/counter0.

Tabel 2.7. Prescaler timer/counter0 [2]

(1 clk timer/counter0= 8 clk cpu) artinya tiap 8 clock CPU yang masuk ke dalam timer/counter0 dihitung satu oleh register pencacah TCNT0. Falling edge adalah perubahan pulsa/clock dari 1 ke 0. Rising edge adalah perubahan pulsa/clock dari 0 ke 1. Bit 7 – F0C0 : Force Output Compare

Bit ini hanya dapat digunakan untuk metode pembanding . Jika bit – F0C0 di-set maka akan memaksa terjadinya compare-match (TCNT0==OCR0).

Bit 3, 6 – WGM01:0: Waveform Generation Mode

(33)

Tabel 2.8. Mode operasi [2]

Bit 5:4 – COM01:0: Compare Match Output Mode

[image:33.595.70.527.235.675.2]

Kedua bit ini berfungsi mendefinisikan pin OC0 sebagai output timer0 (atau sebagai saluran output PWM). Tabel 2.9 menunjukkan output pin OC0 pada mode Normal dan CTC, Tabel 2.10 menunjukkan output pin OC0 pada mode Fast PWM dan Tabel 2.11 menunjukan output pin OC0 pada mode Phase Correct PWM.

Tabel 2.9. Mode Normal dan CTC [2]

Tabel 2.10. Mode Fast PWM [2]

Tabel 2.11. Mode Phase Correct PWM [2]

Tabel 2.12. Register TCNT0 [2]

(34)

Output Compare Register – OCR0

Tabel 2.13. Register OCR0 [2]

Register ini bertugas sebagai register pembanding yang bisa kita tentukan

besarnya sesuai dengan kebutuhan, seperti terlihat pada Tabel 2.13 [2]. Dalam

praktiknya pada saat TCNT0 mencacah maka otomatis oleh CPU aka

membandingkan dengan isi OCR0 secara kontinyu dan jika isi TCNT0 sama

dengan isi OCR0 maka akan terjadi compare match yang dapat dimanfaatkan untuk mode CTC dan PWM.

[image:34.595.77.532.210.705.2]

Timer/Counter Interrupt Mask Register – TIMSK

Tabel 2.14. Register TIMSK [2]

Tabel 2.14 menunjukan register TIMSK [2].

Bit 0 – TOIE0: T/Co Overflow Interrupt Enable

Dalam register TIMSK timer/conter0 memiliki bit TOIE0 sebagai bit peng-aktif interupsi timer/counter0 (TOIE0=1 enable, TOIE0=0 disable).

Bit 1 – OCIE0: T/Co Output Compare Match Interrupt Enable

Selain ATmega8, TIMSK timer/counter0 memiliki bit OCIE0 sebagai bit peng-aktif interupsi compare match timer/counter0 (OCIE0=1 enable, OCIE0=0 disable).

Timer/Counter Interrupt Flag Register – TIFR

Tabel 2.15. Register TIFR [2]

Tabel 2.15 menunjukan register TIFR [2].

(35)

Flag OCF0 akan set sebagai indikator terjadinya compare match, dan akan clear sendiri bersamaan eksekusi vektor interupsi timer0 compare match.

Bit 0 – TOC0: Timer /Counter 0 Overflow flag

Bit status timer/counter0 dalam register TIFR, di mana bit-TOV0 (Timer/Counter0 overflow) akan set secara otomatis ketika terjadi limpahan/overflow pada register TCNT0 dan akan clear bersamaan dengan eksekusi vektor interupsi.

Perhitungan overflow interupt sebagai pembangkit PWM ditunjukkan pada persamaan 2.5 berikut [2]:

Timer overflow = 1

���������(��+ 1) (2.5)

[image:35.595.70.530.187.690.2]

2.2.11

Driver

Gambar 2.6 IC driver L298 [5]

Ada beberapa macam model rangkaian driver di antaranya yaitu driver yang menggunakan IC L298 [5].

IC L298 memiliki kemampuan menggerakkan motor DC sampai arus 4A dan

(36)

2.3

LCD

Gambar 2.7 LCD 2 x 16 [3]

LCD ini digunakan sebagai penampil keluaran mikrokontroller khusus untuk mode tampilan pesan. LCD yang digunakan adalah LCD yang menggunakan chip kontroler Hitachi HD44780, misalnya M1632. LCD bertipe ini memungkinkan

pemrogram untuk mengoperasikan komunikasi data secara 8 bit atau 4 bit. Jika menggunakan jalur data 4 bit maka akan ada 7 jalur data (3 untuk jalur kontrol dan 4 untuk jalur data). Jika menggunakan jalur data 8 bit maka akan ada 11 jalur data (3 untuk jalur kontrol dan 8 untuk jalur data). Tiga jalur kontrol ke LCD ini adalah

EN (Enable), RS (Register Select) dan R/W (Read/Write) [3].

Interface LCD merupakan sebuah parallel bus, dimana hal ini sangat memudahkan dan sangat cepat dalam pembacaan dan penulisan data dari atau ke

LCD. Kode ASCII yang ditampilkan sepanjang 8 bit dikirim ke LCD secara 4 atau 8 bit pada satu waktu. Jika mode 4 bit yang digunakan, maka 2 nibble data dikirim untuk membuat menjadi 8 bit (pertama dikirim 4 bit MSB lalu 4 bit LSB dengan pulsa clock EN setiap nibblenya). Pengiriman data secara paralel baik 4 atau 8 bit merupakan 2 mode operasi primer. Penentuan mode operasi merupakan hal yang paling penting. Mode 8 bit sangat baik digunakan ketika kecepatan menjadi keutamaan dalam sebuah aplikasi dan setidaknya minimal tersedia 11 pin I/O (3 pin untuk kontrol, 8 pin untuk data). Sedangkan mode 4 bit minimal hanya membutuhkan 7 bit (3 pin untuk kontrol, 4 untuk data). Karena dalam penelitian ini kecepatan tidak sangat diutamakan, maka dipilih mode 4 bit. Interface LCD dengan mode 4 bit dapat dilihat pada Gambar 2.7.

(37)
[image:37.595.70.522.71.694.2]

Tabel 2.16. Konfigurasi pin LCD [3]

Fungsi Pin LCD pada tabel 2.5. adalah :

1. Vlcd merupakan pin yang digunakan untuk mengatur tebal tipisnya karakter yang tertampil dengan cara mengatur tegangan masukan.

2. DB0 s/d DB7 merupakan jalur data yang dipakai untuk menyalurkan kode

ASCII maupun perintah pengatur LCD.

3. Register Select (RS) merupakan pin yang dipakai untuk membedakan jenis data yang dikirim ke LCD. Jika RS berlogika ‘0’, maka data yang dikirim

adalah perintah untuk mengatur kerja LCD. Jika RS berlogika ‘1’, maka

data yang dikirimkan adalah kode ASCII yang ditampilkan.

4. Read/Write (R/W) merupakan pin yang digunakan untuk mengaktifkan pengiriman dan pengembalian data ke dan dari LCD. Jika R/W berlogika

‘1’, maka akan diadakan pengambilan data dari LCD. Jika R/W berlogika

(38)

5. Enable (E) merupakan sinyal singkronisasi. Saat E berubah dari logika ‘1’ ke ‘0’, data di DB0 s/d DB7 akan diterima atau diambil diambil dari port mikrokontroler.

6. Anoda (A) dan Katoda (K) merupakan pin yang digunakan untuk menyalakan backlight dari layar LCD.

2.4

Sensor LM35

Gambar 2.8 LM35[6]

Sensor suhu LM35 adalah suatu alat untuk mendeteksi atau mengukur suhu

pada suatu ruangan atau sistem tertentu yang kemudian diubah keluarannya

menjadi besaran listrik. LM35 merupakan sensor suhu yang paling banyak

digunakan, karena selain harganya terjangkau juga linearitasnya lumayan bagus.

LM35 tidak membutuhkan kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ±1/4°C

pada temperature ruangan dan ±3/4°C pada kisaran -55°C sampai +150°C[6]. Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu

menjadi besaran listrik, yaitu tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap

kenaikan 1°C tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal

keluaran sensor adalah 1,5 volt pada suhu 150°C.

LM35 memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1. Dikalibrasi langsung dalam derajat Celcius.

2. Memiliki faktor skala linear +10,0mV/°C.

(39)

Sensor suhu LM35 merupakan IC sensor temperature yang akurat yang tegangan keluarannya linear dalam satuan Celcius. LM35 memiliki impedansi

keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian

membuat proses pembacaan lebih mudah.

2.5

Motor DC

Gambar 2.9. Konstruksi Motor DC [7]

Motor DC merupakan jenis motor yang menggunakan tegangan searah sebagai

sumber tegangannya. Dengan memberikan beda tegangan pada kedua terminal

tersebut, motor akan berputar pada satu arah, dan bila polaritas dari tegangan

tersebut dibalik maka arah putaran motor akan terbalik pula. Polaritas dari tegangan

yang diberikan pada dua terminal menentukan arah putaran motor sedangkan besar

dari beda tegangan pada kedua terminal menentukan kecepatan motor. gambar 2.9

menunjukkan konstruksi motor DC[7].

Motor DC memiliki 2 bagian dasar :

1. Bagian yang tetap/stasioner yang disebut stator. Stator ini menghasilkan

medan magnet, baik yang dibangkitkan dari sebuah coil (elektro magnet) ataupun magnet permanen.

(40)
[image:40.595.69.522.73.659.2]

2.6

Relay

Gambar 2.10 Relay[8]

Relay berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran listrik yang dikontrol dengan memberikan tegangan dan arus tertentu pada coil. Ada 2 macam relay berdasarakan tegangan untuk menggerakkan coil, yaitu AC dan DC[8].

Relay adalah sebuah kumparan yang dialiri arus listrik sehingga kumparan mempunyai sifat sebagai magnet. Magnet sementara tersebut digunakan untuk

menggerakkan suatu sistem saklar yang terbuat dari logam sehingga pada saat relay dialiri arus listrik maka kumparan akan terjadi kemagnetan dan menarik logam

tersebut, saat arus listrik diputus maka logam akan kembali pada posisi semula.

Prinsip kerja relay :

Gambar 2.11. Prinsip kerja relay[8]

Relay terdiri dari coil dan contact. Coil adalah gulungan kawat yang mendapat arus listrik, sedangkan contact adalah saklar yang pergerakannya

tergantung dari ada tidaknya arus listrik pada coil [8].

(41)

Untuk dapat menggunakan transistor sebagai saklar maka transistor dikonfigurasi

sehingga bekerja di daerah cut-off dan saturasi [4]. Perubahan ini dapat digunakan untuk mengaktifkan relay atau sebagai input bagi mikrokontroler. Transistor yang berada dalam keadaan saturasi seperti sebuah saklar yang tertutup sedangkan

transistor saat cutoff seperti sebuah saklar yang terbuka. Perhitungan besarnya arus basis pada konfigurasi Gambar 2.8 adalah sebagai berikut :

�� = ���−��� (2.5)

Beta DC

( )

β sebuah transistor merupakan rasio arus kolektor DC dengan arus basis

DC, dapat dihitung dengan persamaan berikut :

β = ��

(2.6)

Sehingga diperoleh juga persamaan untuk IBmin sebagai berikut :

���������

(2.7)

Arus ICsaturasi (ICsat)dapat diperoleh pada saat nilai VCE = 0, sehingga besarnya arus Ic saturasi dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :

����

=

��

(2.8)
(42)

2.7

Limit Switch

Gambar 2.13 Simbol dan bentuk limit switch[9]

Limit switch merupakan jenis saklar yang dilengkapi dengan katup yang berfungsi menggantikan tombol[9]. Prinsip kerja limit switch sama seperti saklar push ON yaitu hanya akan menghubung pada saat katupnya ditekan pada batas penekanan tertentu yang telah ditentukan dan akan memutus saat saat katup tidak

ditekan. Limit switch termasuk dalam kategori sensor mekanis yaitu sensor yang akan memberikan perubahan elektrik saat terjadi perubahan mekanik pada sensor

tersebut. Penerapan dari limit switch adalah sebagai sensor posisi suatu benda (objek) yang bergerak. Simbol limit switch ditunjukan pada gambar 2.13.

Limit switch umumnya digunakan untuk : memutuskan dan menghubungkan rangkaian menggunakan objek atau benda lain[9]. Menghidupkan daya yang besar,

dengan sarana yang kecil. Sebagai sensor posisi atau kondisi suatu objek. Prinsip

kerja limit switch diaktifkan dengan penekanan pada tombolnya pada batas/daerah yang telah ditentukan sebelumnya sehingga terjadi pemutusan atau penghubungan

rangkaian dari rangkaian tersebut. Limit switch memiliki 2 kontak yaitu NO (Normally Open) dan kontak NC (Normally Close) dimana salah satu kontak akan aktif jika tombolnya tertekan. Konstruksi limit switch dapat dilihat pada gambar 2.14.

(43)

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan pembuatan Produksi Obat Asma Seduh Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 mulai dari diagram alir sistem, perancangan hardware baik dari segi mekanik maupun elektronik, dan juga perancangan perangkat lunak.

3.1

Diagram Blok Sistem

Akar sengggugu Pemotongan

dengan blender Pengeringan Penyeduhan

Hasil penyeduhan Driver 1

Motor 1 Driver 2 Motor 2

Relay LM35

Relay

Heater

Pemanas air

Relay

Mikrokontroler ATmega8535

Tombol start

Penampil / LCD

Gambar 3.1. Diagram blok sistem

(44)

Diagram blok sistem penelitian pada gambar 3.1 menunjukkan urutan cara

kerja sistem. Sistem terdiri dari tiga bagian utama, yaitu proses pemotongan, proses

pengeringan, dan proses penyeduhan.

Proses pemotongan menggunakan blender sebagai mesin pemotong, dengan akar senggugu sebagai input. Proses pengeringan menggunakan lempengan besi untuk penjepit heater. Proses penyeduhan berperan menghasilkan seduhan dari akar senggugu yang siap untuk diminum.

Kendali utama sistem berada di mikrokontroler ATmega8535. LCD

digunakan sebagai tampilan data yang dikeluarkan dari sensor temperature LM35. Sistem ini akan bekerja jika akar senggugu dimasukan lalu aktifkan tombol

start, kemudian mikrokontroler akan mengaktifkan relay untuk menghidupkan blender selama 5 menit. Setelah itu mikrokontroler akan mengontrol motor 1

melalui driver motor 1 untuk mengangkat blender selama 5 detik.

Proses selanjutnya, mikrokontroler akan mengontrol motor 2 melalui driver 2 untuk menuangkan dengan selama 10 detik.

Pada proses pengeringan, mikrokontroler akan mengaktifkan relay untuk menghidupkan heater. Dalam proses pengeringan terdapat sensor LM35 sebagai pendeteksi suhu. Proses ini akan berlangsung selama 4 menit 27 detik dengan suhu

pengeringan yaitu 60°C.

Setelah proses pengeringan selesai dilanjutkan dengan proses penyeduhan.

Pada proses penyeduhan, mikrokontroler akan mengaktifkan kran air jika suhu air

telah mencapai 100°C.

Setelah itu air akan keluar menuju gelas. Proses penyeduhan berperan

menghasilkan seduhan dari akar senggugu yang siap untuk diminum.

3.2

Perancangan

Hardware

(45)

3.3

Hardware

Mekanik

Hardware mekanik berisi komponen-komponen mekanik yang disusun membentuk suatu sistem mekanik yang berupa urutan dari proses alat. Komponen

penyusun sistem terlihat seperti pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Desain Mekanik Keseluruhan

Keterangan gambar :

1. Motor 1 5. Gelas

2. Motor 2 6. Pemanas air

3. Kotak komponen 7. Kran

4. Blender 8. Heater pengering

Cara kerja:

Pertama, akar senggugu dimasukan kedalam blender untuk proses pemotongan. Setelah blender pada kondisi OFF, motor 1 akan naik mengangkat blender, kemudian motor 2 akan ON dan menumpahkan akar senggugu kedalam gelas untuk dikeringkan dengan suhu 60̊C lalu motor 2 OFF, lalu air akan keluar melalui kran setelah suhu pada pemanas air pada keadaan 100̊C.

3.4

Hardware

Elektronika

(46)

agar sistem dapat dikendalikan. Komponen penyusun hardware elektronika meliputi rangkaian pengendali, rangkaian penggerak (driver), rangkaian sensor, dan rangkaian penampil.

3.4.1

Minimum Sistem ATmega8535

Rangkaian minimum sistem berfungsi sebagai I/O untuk mengolah data dari

sensor LM35 kemudian digunakan sebagai input untuk proses pengeringan. Mikrokontroler ATmega8535 sendiri telah dilengkapi dengan osilator internal (On Chip Osilator) yang dapat digunakan sebagai sumber clock bagi CPU. Namun, osilator ini maksimal 8Mhz. Sehingga penulis menambahkan sebuah kristal dan dua buah kapasitor pada Pin XTAL1 dan Pin XTAL2. Rangkaian osilator pada perancangan ini menggunakan kristal 12 MHz dan dua buah kapasitor 22 pF seperti

yang ditunjukkan oleh gambar 3.3.

Gambar 3.3. Rangkaian osilator

Rangkaian minimum sistem disediakan juga fasilitas reset yang berguna untuk membuat mikrokontroler memulai kembali pembacaan program dari awal.

Prinsipnya, jika tombol reset ditekan, maka pin reset akan mendapat input logika rendah atau tegangan catu nol maka mikrokontroler akan mengulang proses dari

(47)

Gambar 3.4. Rangkaian reset untuk minimum sistem

Pengolahan data dari sensor LM35 menggunakan port A pada mikrokontroler karena terdapat fungsi ADC di dalamnya. Port D digunakan sebagai input rangkaian driver karena terdapat fungsi PWM didalamnya. Secara keseluruhan gambar minimum sistem mikrokontroler ATmega8535 ditunjukkan

oleh gambar 3.5 dan penggunaan port–port pada mikrokontroler ditunjukan pada tabel 3.1.

(48)

Gambar 3.5. Rangkaian minimum sistem

3.4.2

Driver

Motor

(49)

Gambar 3.7. Rangkaian driver motor 2

Rangkaian driver berfungsi sebagai pengendali kecepatan motor menggunakan IC driver L298. Port-port yang digunakan sebagai pengendali kecepatan motor adalah port D.4 dan port D.5. port D.0 - port D.3 pada mikrokontroler digunakan sebagai komunikasi antara mikrokontroler dengan

driver. Pin enable diberi VCC 5 Volt untuk kecepatan penuh dan PWM (Pulse Width Modulation) untuk kecepatan rotasi yang bervariasi antara 00h – 3FFh (10 bit). Motor DC membutuhkan pulsa PWM dan pengaturan OCR1A/OCR1B untuk menentukan arah putaran motor. Pengaturan program ini bertujuan untuk

membangkitkan pulsa PWM yang digunakan untuk mengendalikan putaran motor

pada proses naik dan menuangkan blender. Modulasi PWM dilakukan dengan cara merubah lebar pulsa dari suatu pulsa data. Untuk memperoleh lebar pulsa yang

akan digunakan pada mode fast PWM, dilakukan pengaturan register sebagai berikut :

1. TCCR1A = 0b11100000

(50)

2. TCCR1B = 0b00001001

Bit 4:3 dilikukan untuk menentukan mode operasi Timer/Counter1 yaitu fast PWM. Bit 2:0 merupakan bit pengatur prescaler clock yang masuk ke dalam register TCNT1. Clockosilator yang digunakan sama dengan clock CPU yaitu 12Mhz. Untuk menentukan frekuensi fast PWM dapat diperoleh menggunakan persamaan 2.2 sehingga diperoleh nilai sebagai berikut :

��������= �����/�

�. (1 +���)

��������= 12�ℎ� 256. (1 + 1024)

��������= 45.73 ��

Penelitian ini menggunakan 2 buah IC driver L298, hal tersebut bertujuan untuk menghindari kerusakan pada IC, rangkaian driver dapat dilihat pada gambar 3.6 dan gambar 3.7. Kapasitas arus pada IC L298 adalah 4A, sedangkan kedua

motor yang digunakan membutuhkan arus masing-masing adalah 2A.

3.4.3

Sensor LM35

Gambar 3.8. Rangkaian sensor LM35

(51)

mikrokontroler ATmega8535 untuk sensor LM35 adalah port A.6 dan port A.7, karena terdapat fungsi ADC.

Berdasarkan gambar 3.8, untuk mengaktifkan sensor dibutuhkan tegangan

input catu daya sebesar 4V sampai 20V. Pada kaki 1 dihubungkan pada supply positif, kaki 2 sebagai output sensor, dan kaki 3 dihubungkan ke ground. Selanjutnya output sensor dihubungkan pada portA.7. Tegangan referensi (����) dari pin AREF sebesar 5V, dengan suhu yang diukur yaitu 60̊ C. Resolusi yang digunakan pada perancangan ini adalah 10 bit. Berikut perhitungan nilai ADC :

Untuk suhu 60̊ C, tegangan yang dihasilkan adalah 0,6 volt

Nilai ADC = ���

���� x 1024

=0,6

5 x 1024 = 123

Jadi, nilai ADC yang diinginkan untuk rentang suhu antara 60̊ C adalah 123.

[image:51.595.73.522.240.676.2]

3.4.4

Rangkaian Penampil ( LCD )

Gambar 3.9. Rangkaian LCD

(52)

digunakan satu buah potensiometer sebesar 10KΩ dengan fungsi untuk mengatur

contras dan backlight dari LCD. Interface LCD berfungsi untuk memudahkan dan mempercepat pembacaan dan penulisan data dari keadaan atau status dari

[image:52.595.70.521.183.717.2]

masing-masing proses. Berikut penggunaan port–port pada LCD ditunjukan pada tabel 3.2.

(53)
[image:53.595.71.529.65.660.2]

3.4.5

Perancangan

Relay

Gambar 3.10. Rangkaian relay

Rangkaian relay ini berfungsi untuk mengaktifkan blender, heater, dan kran air. Rangkaian ini menggunakan transistor yang berfungsi sebagai saklar untuk

mengaktifkan blender, heater, dan kran air. Rangkaian relay ditunjukkan pada gambar 3.10.

Pada perancangan perangkat keras rangkaian relay, sumber tegangan relay 12 volt dan nilai resistansi relay sebesar 400Ω berdasarkan hardware yang digunakan, sehingga dengan menggunakan persamaan 2.8 diperoleh nilai arus

kolektor saturasi sebagai berikut :

����

=

400Ω12� = 30x10-3A

Transistor 2N2222 memiliki beta DC (β) sebesar 100 sehingga berdasarkan

persamaan 2.7, nilai arus basis minimum (IBmin) diperoleh dengan perhitungan

sebagai berikut :

I

Bmin =

30�10−3�

100 = 3�10−4 A

Nilai tegangan output dari port mikrokontroler diketahui sebesar 5V sebagai nilai tegangan VBB, sehingga besarnya nilai resistor basis maksimum (RB) dapat

dihitung berdasarkan persamaan 2.5 sebagai berikut :

RB =

5�−0.7�

3�10−4

=

14333.33
(54)

Oleh karena itu, nilai arus basis yang diperoleh dengan persamaan 2.5 sebagai

berikut :

IB =

5�−0.7�

10�Ω

=

4.3×10−4 A

3.5

Perancangan Perangkat Lunak

3.5.1

Flowchart

Utama

Start

Inisialisasi port mikrokontroler

Tombol = ON

[image:54.595.72.523.127.672.2]

END YA TIDAK Aktifkan Tombol Potong Keringkan dan Panaskan Air

Gambar 3.11. Diagram alir utama

Diagram alir ditunjukkan pada gambar 3.11. Program utama menunjukkan

proses mikrokontroler secara keseluruhan. Setelah tombol di ON kan, mikrokontroler akan melakukan proses pemotongan, kemudian proses selanjutnya

mikrokontroler akan melakukan proses pengeringan dan panaskan air. Heater pengering dan pemanas air aktif secara bersamaan. Pemanas air akan selalu ON dengan suhu 100̊ C. Setelah itu, pemanas air akan OFF, kemudian relay akan ON, lalu kran air terbuka, maka air akan mengalir melalui kran menuju gelas lalu OFF. Diagram alir utama dapat dilihat pada gambar 3.11.

3.5.2

Flowchart

Pemotongan

Diagram alir proses pemotongan ditunjukkan pada gambar 3.12. Proses ini

(55)

dan blender OFF. Lalu motor 1 akan berada pada kondisi ON searah jarum jam dan motor 2 OFF. Jika limit switch 1 ON, maka motor 1 OFF dan motor 2 ON searah jarum jam untuk menuangkan akar senggugu yang ada pada blender. Jika limit switch 2 ON, maka motor 1 OFF dan motor 2 OFF. Kemudian motor 2 ON berlawanan arah jarum jam untuk kembali ke posisi semula. Jika limit switch 3 ON, maka motor 2 OFF dan motor 1 ON berlawanan dengan arah jarum jam untuk turun ke posisi semula. Jika limit switch 4 ON, maka motor 1 OFF dan motor 2 OFF. Kemudian akan kembali ke program utama. Diagram alir pemotongan dapat dilihat pada gambar 3.12.

Mulai

Blender ON

Timer ON

Timer = 1 Menit

Timer OFF Blender OFF

Motor 1 ON(searah jarum jam)

Motor 2 OFF

Limit 1 = ON

Motor 1 OFF Motor 2 ON (searah

jarum jam)

Limit 2 = ON

Motor 1 OFF Motor 2 OFF

A

A

Motor 2 ON (searah jarum jam)

Limit 3 = ON

Motor 2 OFF Motor 1 ON(searah jarum

jam)

Limit 4 = ON

Motor 1 OFF Motor 2 OFF

[image:55.595.71.525.225.646.2]

Return YA TIDAK TIDAK TIDAK YA YA YA YA TIDAK TIDAK

Gambar 3.12. Diagram alir pemotongan

3.5.3

Flowchart

Pengeringan dan Penyeduhan

Diagram alir proses pemotongan dan penyeduhan ditunjukkan pada gambar

3.13. Proses pengeringan dan penyeduhan akan dikerjakan bersamaan setelah

(56)

pemanas air. Jika suhu pada heater < 60°C dan suhu pemanas air < 100° C, kemudian status akan tertampil pada LCD. Jika suhu pada heater < 60°C dan suhu pemanas air > 100° C, maka heater pengering akan ON dan pemanas air OFF lalu status akan tertampil pada LCD. Jika suhu pada heater > 60°C dan suhu pemanas air < 100° C, maka heater pengering akan OFF dan pemanas air ON, kemudian status akan tertampil pada LCD. Jika suhu pada heater > 60°C dan suhu pemanas air > 100° C, maka pemanas air OFF dan heater pengering akan OFF, lalu status akan tertampil pada LCD. Setelah pemanas air OFF dan heater pengering akan OFF maka kran air akan terbuka selama 5 detik lalu kran akan OFF dan proses selesai. Diagram alir pengeringan dan penyeduhan dapat dilihat pada gambar 3.13.

Mulai

Heater pengering ON Pemanas air ON

Kran OFF

Heater pengering >60°C Pemanas air > 100°

Pemanas air OFF

Heater pengering OFF

End

Heater pengering >60°C

& Pemanas air <100°

Heater pengering OFF Pemanas air ON

Heater pengering <60°C

& Pemanas air >100°

YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK

Heater pengering ON Pemanas air OFF Buka kran

A

Tampilkan Status

Tampilkan Status

Tunda = 5 detik

Kran OFF

A A

[image:56.595.70.530.265.708.2]

A

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai hasil pengamatan dari alat produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler ATmega8535. Hasil pengamatan berupa pengujian sensor LM35 dalam mendeteksi suhu pada heater pengeringan, heater pemanas air dan tingkat keberhasilan alat produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler ATmega8535 secara keseluruhan.

4.1.

Hasil Implementasi Alat

Hasil akhir perancangan alat produksi obat asma seduh berbasis mikrokontroler

ATmega8535 secara keseluruhan ditunjukkan pada gambar 4.1.

[image:57.595.74.524.226.703.2]

(a) Tampak depan

Gambar 4.1. Mekanik Alat

(58)
[image:58.595.69.520.70.555.2]

(b) tampak belakang

Gambar 4.1. Mekanik alat ( lanjutan) Keterangan gambar :

a.Blender i. Motor1

b.Heater pengering j. Motor2 c.Cangkir k. Tombol start d.Kran wastafel l. Downloader e.Motor servo m. Tombol power f.Tabung n. Sensor LM35

g.Penyearah 6 Volt o. LCD

h.Limit switch

Rangkaian elektronika yang terdapat sebagai pendukung bekerjanya alat produksi obat

asma seduh berbasis mikrokontroler ATmega8535 dapat dilihat pada gambar :

a. Gambar 4.2 Rangkaian Mikrokontroler

b. Gambar 4.3 Rangkaian Relay c. Gambar 4.4 Rangkaian driver d. Gambar 4.5 LCD

e. Gambar 4.6 Penyearah 6 Volt

(59)
[image:59.612.67.540.68.689.2]

Gambar 4.2. Mikrokontroler Gambar 4.3. Relay

Gambar 4.4. Driver Gambar 4.5. LCD

Gambar 4.6. Penyearah 6 Volt Gambar 4.7. Solenoid valve

(60)

Rangkaian mikrokontroler pada gambar 4.2 berfungsi sebagai I/O untuk mengolah data dari

sensor LM35.

Keterangan gambar pada rangkaian mikrokontroler:

1. Output +5 volt 5. Port untuk downloader 2. Gnd 6. Port A.0 – A.7

3. Port D.0 – D.7 7. Port C.0 – C.7

4. Port B.0 – B.7 8. Input +12 volt

Relay yang dipakai pada pembuatan alat ini berjumlah 3 yang berfungsi sebagai saklar untuk mengaktifkan blender, heater pengering, dan heater air. Gambar 4.3 menunjukkan rangkaian relay. Untuk pengendalian kecepatan motor digunakan rangkaian driver menggunakan IC driver L298. Rangkaian driver dapat dilihat pada gambar 4.4. LCD berfungsi untuk menampilkan data-data yang diinginkan, antara lain kondisi motor1, motor2, data suhu heater, kondisi kran terbuka dan tertutup. Rangkaian LCD dapat dilihat pada gambar 4.5. Penyearah 6

Volt berfungsi sebagai catu daya untuk motor servo. Penyearah 6 Volt ini menggunakan IC

LM7806 untuk menghasilkan tegangan 6 Volt. Gambar 4.6 menunjukkan rangkaian penyearah

6 Volt. Kran wastafel berfungsi sebagai media untuk keluarnya air. Kran air dapat dilihat pada

gambar 4.8.

Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan kran elektrik (solenoid valve) seperti ditunjukkan pada gambar 4.7. yang berfungsi sebagai media untuk keluarnya air, namun pada

hasil pembuatan tugas akhir ini penggunaan kran elektrik (solenoid valve) tidak bekerja dengan baik karena kran elektrik membutuhkan tekanan air dan tabung yang besar supaya

kran dapat terbuka penuh dan air dapat mengalir dengan deras. Pada pembuatan tugas akhir ini

tabung yang digunakan berukuran kecil, sehingga kran elektrik tidak dapat terbuka penuh.

Oleh karena itu digunakan kran wastafel seperti pada gambar 4.8. sebagai media untuk keluar

(61)

4.2.

Pengujian Keberhasilan Sistem

4.2.1.

Pengujian Pemotongan Akar Senggugu Dengan 5 Variasi Waktu

Pengujian pemotongan akar senggugu dilakukan dengan cara memvariasikan waktu

pemotongan dengan 5 keadaan untuk mendapatkan hasil potongan yang halus, yaitu dari 1

menit sampai 5 menit. Dari 5 variasi tersebut, waktu yang dibutuhkan blender untuk memotong akar senggugu sampai halus yaitu 5 menit. Waktu keseluruhan yang dibutuhkan

oleh sistem dari proses pemotongan sampai penyeduhan adalah 19 menit 16 detik.

[image:61.595.71.518.251.724.2]

Tabel 4.1. menunjukkan hasil pemotongan akar senggugu dengan 5 variasi waktu.

Tabel 4.1. Hasil Pemotongan dengan 5 variasi waktu (kondisi akar kering)

(62)

Pemotongan akar senggugu dilakukan dengan 5 variasi waktu dan 2 kondisi akar

yang berbeda, yaitu kering dan masih segar (basah). Akar utuh yang digunakan sebelum

dipotong menjadi serbuk untuk dibuat menjadi 1 gelas seduhan yaitu 6,1 gram untuk akar

kering sepanjang 12cm dan 8,3 gram untuk akar basah sepanjang 12 cm. Berdasarkan tabel

4.1. pada menit pertama dan kedua hasil potongan akar senggugu masih sangat kasar, yaitu

masih berupa bongkahan-bongkahan akar yang belum terpotong secara sempurna. Pada

menit ketiga dan keempat hasil potongan akar sudah mulai halus, tetapi apabila diaduk, di

dalamnya masih ada sedikit bongkahan-bongkahan akar kecil. Sedangkan pada menit

kelima, hasil potongan sudah halus, kehalusan yang dimaksud adalah seperti pada serbuk

teh celup. Takaran yang digunakan untuk menghasilkan 1 gelas seduhan siap minum yaitu

4,5 gram (1 sendok makan) untuk akar kondisi kering. Berdasarkan gambar 4.9. dapat

dilihat bahwa akar yang masih basah dapat terpotong halus seperti pada serbuk teh celup,

dengan takaran yang digunakan untuk menghasilkan 1 gelas seduhan siap minum yaitu 5,1

gram (1 sendok makan) untuk akar kondisi basah yang akan diseduh dalam 1 gelas.

Persentase keberhasilan alat dalam memotong akar senggugu sampai halus secara keseluruhan ditunjukkan pada tabel 4.1. Berdasarkan tabel 4.1. kondisi alat dalam

memotong akar sampai halus dengan hasil potongan yang diinginkan adalah seperti pada

[image:62.595.75.524.248.618.2]

serbuk teh celup yang dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10. Serbuk hasil potongan pada teh celup vs akar senggugu

4.2.2.

Pengujian pada Proses Pengeringan

Pengujian pada proses pengeringan dilakukan selama 1 menit dengan suhu 30°C - 60 °C

untuk akar kering dan 3 menit untuk suhu 30°C - 120°C untuk akar segar (basah).

(63)
[image:63.595.76.522.109.617.2]

dengan heater seperti ditunjukkan pada gambar 4.11. Hasil dari pengeringan dapat dilihat pada gambar 4.11.

Gambar 4.11. Penempatan sensor LM35

Keterangan gambar:

a. Plat stainless b. Sensor LM35

c. Heater

(a) akar kering (suhu 30°C -60°C) (b) akar basah(suhu 30°C -120°C)

Gambar 4.12. Serbuk hasil pengeringan

Berdasarkan gambar 4.12.(a) dapat diketahui bahwa akar senggugu yang telah dikeringkan

selama 1 menit dengan suhu 30°C -60°C telah mencapai pengeringan sesuai dengan yang

diinginkan, yaitu tidak terdapat kadar air pada serbuk dari akar senggugu. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya kadar air pada serbuk dilakukan dengan cara memegang

sampel serbuk dari hasil pengeringan dibandingkan dengan serbuk pada teh celup. Untuk

gambar 4.12 (b) dapat diketahui bahwa akar senggugu yang telah dikeringkan selama 3

(64)

digunakan masih segar (basah) sehingga masih banyak menyimpan kadar air. Hal ini

[image:64.595.69.519.148.678.2]

nantinya akan mempengaruhi hasil seduhan akar.

Tabel 4.2. Perbandingan suhu referensi (termometer) pada pengeringan terhadap tegangan keluaran sensor serta error kenaikan tegangan per derajatnya

Gambar 4.13. Grafik suhu pengeringan pada termometer terhadap tegangan

y = 0.0099x R² = 0.9976 y = 0.0099x R² = 0.9976

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

0 20 40 60 80

V o u t S E NS O R ( V)

Suhu pada Termometer (°C)

percobaan1

percobaan2

(65)
[image:65.595.71.521.313.604.2]

Gambar 4.14. Kecocokan suhu pengeringan pada termometer terhadap tegangan Berdasarkan tabel 4.2, dapat dibuat grafik kenaikan suhu pengeringan pada

termometer terhadap tegangan dengan hasil vout sensor LM35 yang didapat mendekati

karakteristik sensor LM35 yaitu 10mV/°C.

Dari persamaan yang terdapat pada grafik 4.13. ditunjukkan bahwa hasil untuk kenaikan

suhu terhadap tegangan per derajatnya adalah 9,9mV. Hasil tersebut mendekati linier,

dengan rata-rata error kenaikan tegangan per derajatnya pada persamaan grafik 4.13. adalah 1% dan untuk perhitungan pada tabel 4.2. error yang didapat adalah 1,6%. Error ini dikarenakan masih ada ruang terbuka antara plat dengan heater, sehingga panas yang dihasilkan oleh heater tidak sepenuhnya terdeteksi oleh sensor LM35.

(a) 30°C-60°C (b) 53°C-60°C

Gambar 4.15. Perbandingan serbuk akar senggugu dari hasil pengeringan dengan dua kondisi berbeda

Pada pengujian pengeringan yang dilakukan selama 1 menit dengan suhu awal 30°C-60°C

suhu akhir serbuk akar senggugu telah kering tanpa ada kandungan air, untuk pengujian

kedua (running ke-2) proses pengeringan dimulai dengan suhu awal 53°C-60°C suhu akhir selama 20 detik, hasil yang didapatkan yaitu pada serbuk senggugu masih agak basah. Hal

ini dikarenakan serbuk senggugu pada gambar 4.15(b) tidak kering sesuai dengan yang

(66)

ke running ke-2, suhu pada heater belum turun menjadi suhu awal yaitu 30°C, sehingga masih ada kandungan air pada serbuk senggugu tersebut.

4.2.3.

Pengujian Pada Proses Pemanas Air

Pengujian pada proses pemanasan air dilakukan selama 10 menit 48 detik dengan suhu

maksimal 100°C. Penempatan sensor LM35 adalah pada celah diatas tabung air dengan

posisi LM35 menghadap kedalam tabung seperti ditunjukan pada gambar 4.16. Hasil

[image:66.595.72.522.236.739.2]

seduhan akar senggugu dapat dilihat pada gambar 4.17.

Gambar 4.16. Penempatan sensor LM35 pada pemanas air

(67)

Berdasarkan gambar 4.17. dapat diketahui bahwa akar senggugu telah terseduh dengan

baik. Dapat dilihat bahwa jumlah gumpalan serbuk yang terapung relatif sedikit. Hal ini

[image:67.595.69.523.197.670.2]

dikarenakan air benar-benar mendidih, yaitu dengan titik didih 100°C.

Tabel 4.3. Perbandingan suhu referensi (termometer) pada pemanas air terhadap tegangan keluaran sensor serta error kenaikan tegangan per derajatnya

Pengambilan data suhu pada termometer pada tabel 4.3. dilakukan dengan cara mencatat

suhu yang tertampil pada termometer dan mencatat tegangan keluaran sensor per kenaikan

2°C. Dari data percobaan pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa saat suhu air 100°C, tegangan

(68)

terdapat celah kecil, sehingga uap panas dari air atau panas air masih ada yang keluar.

Hasilnya, panas tidak sepenuhnya terdeteksi oleh sensor LM35. Disamping itu,

[image:68.595.68.524.128.518.2]

penempatan sensor juga mempengaruhi pembacaan sensor / sensing.

Gambar 4.18. Grafik suhu pemanas air pada termometer terhadap tegangan

Gambar 4.19. Kecocokan suhu pemanas air pada termometer terhadap tegangan

Berdasarkan tabel 4.3, dapat dibuat grafik kenaikan suhu pemanas air pada termometer

terhadap tegangan dengan hasil vout sensor LM35 yang didapat sedikit melebihi sesuai

dengan karakteristik sensor LM35 yaitu 10mV/°C.

Dari persamaan yang terdapat pada grafik 4.18. ditunjukkan bahwa hasil untuk kenaikan

suhu terhadap tegangan per derajatnya adalah 10,1mV. Hasil tersebut sedikit melebihi

linier, d

Gambar

Tabel 2.4. Konfigurasi bit-bit ADMUX[2]
Tabel 2.5. Konfigurasi bit-bit ADPS [2]
Tabel 2.6. Register TCCR0 [2]
Tabel 2.9. Mode Normal dan CTC [2]
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan memahami teks ulasan antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan strategi K-W-L Plus

Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Kelompok Kerja Provinsi Kepulauan Riau akan melaksanakan seleksi sederhana dengan

Irsyadsyah, dan Djamil (2010) yang menunjukkan bahwa pemahaman tentang modal antara mahasiswa Jurusan Akuntansi S1 UIN Suska Riau yang berasal dari SMK Jurusan Akuntansi,

• Rancangan Acak kelompok adalah suatu rancangan acak yang dilakukan dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang homogen yang dinamakan kelompok dan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai variabel perilaku relapse (kekambuhan) ditemukan dari 58 responden yang direha- bilitasi hanya 11 responden yang pernah mengalami

Total and marketable green chile yields were higher for both daily and 3-day drip irrigation than for alternate row furrow irrigation in 1995 and 1996 regardless of infestation,

This makes it impossible to use fes:Function in conjunction with that operations, and does not harmonize with other operations such as BinarySpatialOpType where fes:expression

[r]